Dosen Pembimbing :
Hj. Umi Rahayu, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
M. RIZAL AISYUDIN
M. RIDHO DZULKARNAIN
ANISYA SEPFI KARTIKASARI
GITA BUNGA R.F
KHUSNUL NADIFA
(P27833113089)
(P27833113052)
(P27833113058)
(P27833113066)
(P27833113074)
Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Surabaya
Tahun 2015
LEMBAR PENGESAHAN
TTD
TTD
M. Ridho Dzulkarnain
(P27833113056)
TTD
M. Rizal Aisyudin
Anisyah Sepfi K.
(P27833113089)
(P27833113058)
TTD
TTD
Khusnul Nadifa
(P27833113066)
(P27833113074)
Mengetahui
Dosen PMM B
: Survei P-IRT
B. HARI, TANGGAL
C. WAKTU PRAKTIKUM
D. TEMPAT PRAKTIKUM
lapangan
Mahasiswa dapat menilai industry rumah tangga disesuaikan dengan
standart Kepala Badan POM Nomor : HK. 00. 05.5.1640, tentang
Tatacara penyelenggaraan PIRT.
F. DASAR TEORI
PIRT adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di
tempattinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi
otomatis. Dalam mengembangkan PIRT ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain sebagai berikut :
1.
Kualitas Produk
PIRT harus membuat formulasi produk yang dapat diterima
konsumen. Untuk itu diperlukan pemilihan dan penanganan bahan baku
dan bahan kemasan yang tepat. Setelah itu, melakukan proses produksi
yang menjadi tahap penting dalam proses pengolahan produk. Pada
akhirnya PIRT melakukan penanganan terhadap penyimpanan produk
yang sudah jadi.
2.
Sanitasi
PIRT yang baik harus mampu menghilangkan image kotor, bau,
tidak beraturan, dan sanitasi yang sangat jelek. Penerapan dari sanitasi itu
sendiri secara teknik tidak sulit akan tetapi diperlukan pula kesadaran
setiap individu dalam menerapkan hal tersebut.
a. Modal Usaha
Peluang pendanaan IRTP dapat berasal dari beberapa lembaga berikut
ini :
1. Dinas perindustrian dan Perdagangan setempat melalui Bankbank pemerintah dan swasta
2. Bank Perkreditan Rakyat
3. Lembaga Swadaya Masyarakat
4. Asuransi Teknologi dari Menteri Riset dan Teknologi
Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang direncanakan.
Bauran pemasaran (marketing mix), 4P atau the four Ps adalah produk
(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
PIRT memiliki tanggung jawab yang harus di penuhi sebagai
sebuah industri seperti termaktub dalam Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang
No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang berbunyi:
Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan
dan atau orang perseorangan dalam badan usaha yang diberi tanggung
jawab terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung jawab atas
keamanan pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain
yang mengkonsumsi pangan tersebut.
Selanjutnya peraturan lain yang mengatur tanggung jawab IRTP
dijelaskan pada pasal 41, 42, dan 43.
Salah satu solusi yang diharapkan bisa mengatasi masalah diatas
adalah pembuatan SPP-IRT atau Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga. Adapun latar belakang yang mendasari dibentuknya SPPIRT antara lain :
a. Meningkatkan kualitas PIRT
b. Meletakkan PIRT dalam posisi strategis dan sehat
c. Menciptakan iklim usaha yang optimal untuk PIRT
Landasan hukum SPP-PIRT adalah keputusan Kepala Badan POM
Nomor : HK. 00. 05.5.1640, tentang Tatacara penyelenggaraan PIRT. Dimana
atau keluarnya cairan dari sel) dan sel menjadi peka terhadap CO2. Penambahan
garam juga akan mengurangi oksigen terlarut, menghambat kerja enzim, dan
menurunkan aktivitas air (aw atau kandungan air bebas dalam bahan pangan).
Pengasinan merupakan proses penetrasi garam ke dalam bahan yang diasin
dengan cara difusi setelah garam mengion menjadi Na+ dan Cl-. Laju difusi
tergantung perbedaan tekanan osmosis antara isi telur dan kandungan garam
dalam adonan. Makin besar perbedaannya, makin cepat laju difusi yang terjadi.
Laju difusi mendapat hambatan dari lapisan kapur pada kulit dan lemak pada
kuning telur.
Ukuran kristal garam berpengaruh pada proses pengasinan telur. Kristal
garam yang besar (lebih dari 6 mm3) menghasilkan laju difusi yang lambat,
sedangkan kristal yang kecil (kurang dari 1 mm3) laju difusi akan terlalu cepat
yang dapat menyebabkan pengerasan lapisan protein terluar dari telur sehingga
menghambat difusi garam kebagian telur yang lebih dalam. Pengasinan yang biasa
dilakukan secara tradisional menghasilkan telur yang bercita rasa khas dan
disukai. Meskipun demikian terjadi kehilangan berat telur yang relatif besar. Hal
ini disebabkan adanya difusi air serta penguapan uap air dan gas-gas keluar dari
dalam telur. Telur yang telah diasin mengalami penurunan berat sekitar 2 - 8,4
persen.
Penurunan berat tersebut dapat dikurangi dengan cara menyamak kulit
telur setelah dilakukan pengasinan. Penyamakan dapat dilakukan dengan
bahanbahan nabati yang mengandung tanin, misalnya ekstrak daun akasia, ekstrak
daun jambu biji dan ekstrak teh. Ekstrak daun teh menghasilkan telur asin dengan
mutu dan cita rasa yang baik.
Penggunaan ekstrak daun teh lebih efektif jika dilakukan setelah
pengasinan, sebab tidak menghambat proses pengasinan itu sendiri. Jika
diinginkan proses yang lebih cepat, ekstrak daun teh dapat ditambahkan langsung
ke dalam adonan garam, hanya hasilnya tidak sebaik cara perendaman setelah
pengasinan
Pengasinan telur dikatakan berhasil dengan baik, jika telur asin yang
dihasilkan bersifat :
1. Stabil, dapat disimpan lama tanpa banyak mengalami perubahan.
Keawetan telur asin tergantung pada konsentrasi garam yang digunakan
dalam adonan. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin awet telur asin yang
dihasilkan. Selain itu, waktu telur dibungkus dengan adonan juga berpengaruh
terhadap keawetan. Semakin lama dibungkus adonan, semakin baik
keawetannya. Dalam hal ini harus dipertimbangkan intensitas rasa asin yang
dihasilkan. Dengan kata lain rasa asin yang diperoleh juga harus diatur.
2. Aroma dan rasa telur asin terasa dengan nyata (tidak tercium bau amoniak atau
bau yang kurang sedap).
Telur bebek sangat cocok untuk diasin, karena rasa amis dari telur akan
berkurang dengan pengasinan. Selain itu, pori-pori telur bebek lebih banyak
sehingga garam mudah berpenetrasi (masuk ke dalam telur). Pembuatan telur
asin menggunakan adonan garam dengan tanah liat atau abu gosok dengan
perbandingan 1 : 1,5 menghasilkan telur asin yang disukai.
3. Penampakan putih dan kuning telur yang baik Telur dengan albumen yang
putih dan kuning telur yang mempur dan berminyak dipinggirnya saja
merupakan telur asin yang disukai.
Jika adonan pembungkus telur kurang baik, kuning telur akan berwarna
kebiruan. Kuning telur pada telur asin yang ber mutu tinggi terletak di tengah,
dengan ukuran kantung udara yang kecil. Jika letaknya tidak di tengah,
menandakan telur yang digunakan mutunya kurang baik. Penggunaan teh pada
proses pengasinan telur ternyata dapat mengurangi pergeseran kuning telur ke
arah kulit.
Adonan yang digunakan dalam pembuatan telur asin terbuat dari garam
dapur, bubuk bata merah dan abu dengan perbandingan 4 : 3 : 3. Campuran
tersebut diaduk merata kemudian ditambah air sampai membentuk adonan
yang kental. Untuk campuran garam dengan ekstrak daun teh, komposisi
adonan sama dengan di atas, hanya air yang digunakan adalah air teh
pekat/pahit. Larutan teh dibuat dengan perbandingan antara bubuk teh hitam
dan air sebesar 1 : 60, kemudian campuran direbus sehingga diperoleh larutan
berwarna coklat kehitaman khas ekstrak teh.
Telur yang telah dicuci dan ditiriskan, dibungkus dengan adonan di atas,
kemudian ditempatkan dalam tempayan tanah liat yang telah berisi abu gosok
dan bubuk batu bata merah. Agar tidak melekat satu sama lain, telur yang telah
dilumuri adonan diletakkan disela-sela abu atau bubuk batu bata merah.
Pemeraman dilakukan diruang terbuka selama 10 - 14 hari. Setelah selesai,
telur dibersihkan dari adona dan direbus. Supaya lebih awet, setelah
pemeraman selesai, telur dibersihkan dari adonan dan kemudian direndam
dalam larutan teh pekat selama 8 hari.
Dibanding telur segar mutu protein telur asin sudah agak menurun. Garam
telah menggumpalkan proteinnya, sehingga penyerapannya di dalam tubuh tidak
semudah penyerapan protein telur segar. Perbedaan ini dapat diamati dari
konsistensi bagian kuning pada telur asin lebih keras daripada bagian kuning telur
segar. Penurunan nutrisi yang terjadi selama penggaraman hanyalah pada
kandungan betakarotennya yang cukup nyata. Dari 1.230 IU betakaroten pada
telur segar, hanya tinggal 841 IU saja setelah diasinkan. Sebaliknya, telur seribu
tahun (telur hitam) banyak sekali mengalami kerusakan komposisi protein dan
betakaroten. Satu-satunya nutrisi yang potensial hanyalah kalsium, karena
kandungannya meningkat tajam dibanding telur segar. Nutrisi lain yang
meningkat akibat pengasinan telur adalah kalsium. Hal ini tentu menguntungkan,
karena kalsium sangat diperlukan dalam pembentukan tulang yang kuat.
Penambahan kalsum ini berasal dari penyerapan mineral dari media pembalut
telur selama penggaraman, terutama dari bata merah atau abu sekam. Kandungan
kalsium meningkat 2,5 kali setelah pengasinan.
Komposisi kimia telur segar dan telur asin:
Komposisi
Kalori (kal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Hidrat arang (gr)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vit. A (SI)
Vit. B-1 (mg)
Telur ayam
162
12,8
11,5
0,7
54
180
2,7
900
0,10
Vit.C (mg)
Air (gr)
b.d.d (%)
G. HASIL PRAKTKUM
0
74
90
0
70,8
90
0
66,5
83
Semak
Tempat sampah
Sampah
Selokan
Konstruksi lantai
Kebersihan lantai
Konstruksi dinding
Kebersihan dinding
Konstruksi langit-langit
Kebersihan langit-langit
B2. Penilaian
1
Penerangan
Konstruksi
Tata letak
Kebersihan
Sumber air
Pengolahan air
Ketersediaan alat
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penilaian pengawasan dan pembahasan PIRT UD.
ADON JAYA didapatkan hasil bahwa PIRT ini tergolong Layak Hygiene
Sanitasi karena banyak mendapatkan nilai B dengan rincian sebagai berikut :
1. GRUP A
2. GRUP B
3. GRUP C
4. GRUP D
5. GRUP E
6. GRUP F
7. GRUP G
8. GRUP H
9. GRUP I
10. GRUP J
11. GRUP K
12. GRUP L
13. GRUP M
14. GRUP N
:B
:C
:C
:B
:B
:B
:B
:B
:B
:B
:B
:B
:B
:B
I. SARAN
Untuk
tempat
sampah
sebaiknya
yang
tahan
lama
meskipun
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI PENGAMATAN
TEMPAT PENGOLAHAN DI INDUSTRI
Nama Industri Rumah Tangga
Alamat
Nama pengusaha
: Pak Sulaiman
Jumlah karyawan
: 1 orang
Nomor ijin
Tanggal pemeriksaan
28 Maret 2015
Jenis pangan
: Telur Asin
Umur bangunan
: 23 Tahun
PENILAIAN
1. Semak
B : bebas dari semak belukar atau rumput liar di dalam maupun di luar
halaman
C : bebas dari semak belukar atau rumput liar di halaman
K : terlihat semak belukar atau rumput liar maupun di luar halaman
2. Tempat sampah
B : kapasitas tempat sampah 50 100 liter dan selalu tertutup
C : kapasitas tempat sampah 50 100 liter tetapi sebagian terbuka
K : kapasitas tempat sampah kurang 50 100 liter dan selalu terbuka
3. Sampah
B : bahan dari sampah di dalam maupun di luar sarana produksi
C : bahan dari sampah di dalam sarana produksi
K : terlihat sampah di dalam maupun di luar sarana produksi
4. Selokan
B : ada selokan dan berfungsi dengan baik
C : ada selokan dan tidak berfungsi dengan baik
K : tidak ada selokan
B
GRUP B : BANGUNAN DAN FASILITAS
B.1. Bangunan ruang produksi
1. Desain dan tata letak
B : luas ruang produksi sesuai dengan jumlah orang bekerja
K : luas ruang produksi tidak sesuai dengan jumlah orang bekerja
( Penilaian umur hanya ada B dan K )
2. Konstruksi lantai
B :kedap air, rata, halus, tetapi tidak licin, kuat, dibuat miring sehingga
mudah dibersihkan
C : tidak seluruhnya seperti (B) tetapi mudah dibersihkan
4. Kostruksi dinding
B: kedap air, rata, halus, tidak berwarna terang, kurang lama, tidak
mengelupas, dan kuat sehingga mudah dibersihkan
C : tidak seluruhnya seperti (B) tetapi mudah dibersihkan
K : tidak sesuai persyaratan dan sulit dibersihkan
5.
Kebersihan dinding
B : dinding selalu dalam keadaan bersih
C : dinding dalam selalu keadaan kurang bersih
K : dinding dalam keadaan kotor
6. Konstruksi langit langit
B : terbuat dari bahan bahan yang tahan lama, tidak bocor, tidak
berlubang-lubang
dan
tidak
mengelupas
sehingga
mudah
dibersihkan
C : tidak seluruhnya seperti (B) tetapi tidak mudah dibersihkan
K : tidak sesuai persyaratan dan sulit dibersihkan
7. Kebersihan langit-langit
B : langit-langit selalu dalam keadaan bersih
C : langit-langit dalam keadaan kurang bersih
K : langit-langit dalam keadaan kotor
8. Konstruksi pintu, jendela dan lubang angin
B : dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus,
100 lux
K : ruang produksi kurang terang jika intensitas pencahayaanya
minimal 100 lux
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
2. Tempat cuci tangan
B : ada tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan kain lap
C : ada tempat cuci tangan tetapi tidak dilengakapi dengan sabun dan
kain lap
K : tempat cuci tangan kotor atau tidak ada tempat cuci tangan
3. Tempat penyimpanan bahan dan produk
B : tempat penyimpanan bahan pangan dengan produk akhir terpisah
K
GRUP C : PERALATAN PRODUKSI
1. Konstruksi
B : terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah dibersihkan,
mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan
K : peralatan kotor, bocor, serta permukaan yang kontak langsung
B : air berasal dari sumber yang telah diolah (Air PDAM) dan dalam
jumlah yang cukup
C : air berasal dari sumber yang tidak diolah (Air sumur) dan dalam
B
GRUP E : FASILITAS DAN KEGIATAN HIGIENE DAN SANITASI
E.1. Fasilitas higiene dan sanitasi
1. ketersediaan alat
B : tersedia alat cuci atau pembersih dan selalu dalam keadaan bersih
K : tersedia alat cuci atau pembersih dalam keadaan kotor
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
B
GRUP F : KESEHATAN DAN HIGIENE KARYAWAN
F.1. Kesehatan karyawan
1. Pemeriksaan karyawan
B : pemeriksaan kesehatan karyawan dilakukan secara berkala
4. Perawatan luka
B : luka dibalut dengan perban atau plester berwarna terang
K : luka dibiarkan terbuka
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
F.3. Kebiasaan karyawan
1. Perilaku karyawan
B : semua karyawan tidak ada yang mengunyah, makan, minum dan
adanya hama
C : Ada upaya mencegah masuknya hama tetapi masih terlihat
indikasi adanya hama
K : tidak ada upaya mencegah masuknya hama
3. Pemberantasan Hama
oleh sampah
K : Sampah diruang produksi dibiarkan menumpuk sampai beberapa
hari
B
GRUP H : PENYIMPANAN
1. Penyimpanan bahan dan produk
B : Bahan pangan disimpan terpisah dengan produk akhir
K : Tidak ada pemisahan dalam penyimpanan
( Penilaian unsur hanay ada B dan K )
2. Tata cara penyimpanan
B : Bahan panagn produk yang lebih dahulu masuk atau diproduksi
B
GRUP I : PENGENDALIAN PROSES
1. Penetapan spesifikasi bahan baku
B : menggunakan bahan pangan yang baik dan menggunakan BTP
yang diizinkan sesuai persyaratan
K : menggunakan BTP yang tidak sesuai persyaratan
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
2. Penetapan komposisi dan formula bahan
B : menggunakan komposisi bahan dan komposisi formula bahan
K : komposisi bahan dan komposisi formula tidak konsisten
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
masyarakat
K : mencoba produk dilakukan tidak secara rutin sebelum dipasarkan
ke masyarakat
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
2. Penarikan produk
B : penarikan produk tidak pernah terjadi di industry rumah tangga ini
Semak
2 C
Tempat sampah
3 K
Sampah
4 B
Selokan
Contoh :
4. Pada contoh diatas, hasil penilaian rata rata empat butir yang diperiksa
dengan nilai masing masing B ( Baik ), C ( Cukup ), K ( Kurang ), dan B
( Baik) adalah
( 3 + 2 + 1 + 3 ) = 2,25 ( dibulatkan2 angka dibelakang koma )
4
5. Dengan demikian, hasil penilaian pada bagian A. Lingkungan produksi
adalah C (cukup).