Profil Kesehatan Indonesia 2013
Profil Kesehatan Indonesia 2013
212
Ind
p
351.770.212
Ind
P
ii
TIM PENYUSUN
Pengarah
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
Sekretaris Jenderal Kemenkes RI
Ketua
drg. Oscar Primadi, MPH
Kepala Pusat Data dan Informasi
Editor
Anggota
Farida Sibuea, SKM, MScPH; Ir. Zulfi, MM;
Marlina Indah Susanti, SKM, M.Epid; Supriyono Pangribowo, SKM, MKM;
Budi Prihantoro, S.Si ; Margiyono, SKom;
Dewi Roro Kumbini, S.Pd, MKM; Annisa Harpini, SKM, MKM;
Sarinah Bintang, SKM, Eka Satriyani Sakti, SKM;
B.B. Sigit; Hellena Maslinda; Hadi Nuramsyah
Kontributor
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Kepegawaian; Biro Keuangan dan BMN;
Pusat Promosi Kesehatan;Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;
Set. Ditjen Bina Gizi dan KIA; Dit. Bina Kesehatan Ibu; Dit. Bina Kesehatan Anak;
Dit. Bina Gizi; Set. Ditjen Bina Upaya Kesehatan; Dit. Bina Upaya Kesehatan Dasar;
Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan; Set. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
Set. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; Dit. Surveilans Imunisasi,
Karantina, dan Kesehatan Matra; Dit. Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
Dit. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
Set. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Set. Badan PPSDM Kesehatan;
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
iii
KATA PENGANTAR
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Indonesia 2013 ini
dengan baik. Profil Kesehatan Indonesia merupakan salah satu media
publikasi data dan informasi yang terkait dengan situasi dan kondisi
kesehatan yang relatif komprehensif.
Sumber data Profil Kesehatan Indonesia berasal dari unit teknis di
lingkungan Kementerian Kesehatan serta institusi lain yang memiliki
data terkait bidang kesehatan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Data yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Indonesia dapat membantu kita dalam
membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi
lainnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di Indonesia, serta sebagai dasar untuk
perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.
Terdapat perbedaan Profil Kesehatan Indonesia 2013 dibandingkan dengan Profil Kesehatan
Indonesia yang diterbitkan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu perubahan sistematika bab.
Pada Profil Kesehatan Indonesia terdahulu, sistematika bab secara berurutan terdiri dari ;
Pendahuluan, Gambaran Umum, Situasi Derajat Kesehatan, Upaya Kesehatan, Sumber Daya
Kesehatan, dan Perbandingan antara negara. Sedangkan pada Profil Kesehatan Indonesia 2013
urutan bab terdiri dari Demografi, Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan
Kesehatan, Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibu & Kesehatan Anak), serta Pengendalian
Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Buku Profil Kesehatan Indonesia 2013 ini disajikan dalam bentuk cetakan dan soft copy (CD)
serta dapat diunduh di website www.kemkes.go.id. Semoga publikasi ini dapat berguna bagi
semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat
serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Kritik dan saran
kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia
2013 ini, kami mengucapkan terima kasih.
KATA SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN RI
DAFTAR SINGKATAN
xvi
vi
3M Plus
ABH
ACT
ADB
ADD
AFP
AHH
AIDS
AKABA
AKB
- Infant Mortality Rate (IMR)
AKI
- Maternal Mortalite Rate (MMR)
AKN
- Neonatal Mortality Rate
AMH
AMP
Andikpas
APBD
APBN
API
APK
APM
APS
ASEAN
ASI Eksklusif
BABS
BB/TB
BB/U
BBLR
BCG
Bacille Calmette-Gurin
BJP
BOK
BPS
BTA +
BUMN
CBE
CBR
CDR
CFR
CNR
CR
CRPD
CSR
CTKI
D/S
DAK
DBD
DBK
DIPA
vii
viii
DJJ
DO Rate
DPT
DTPK
EKG
Elektrokardiogram
EMAS
FCP
FGD
GHPR
HAM
Hb
Hemoglobin
HDI
HDK
HIV
ICCP
ICWRMIP
IDAI
IDU
IEBA
IMD
IMS
IMT
Body Mass Index (BMI)
IMT/U
IOT
IPM
IR
Incidence Rate
ISPA
IVA
IUD
Jamkesmas
Jampersal
Jaminan Persalinan
JMP
K1
K4
KB
Keluarga Berencana
KF 3
KIA
KIE
KKI
KKS
Kabupaten/Kota Sehat
KLB
KMS
KN1
KN Lengkap
ix
KOMNAS
Komisi Nasional
KPDT
KT
KtA
KTR
KUHAP
KVA
Kekurangan Vitamin A
Lapas
Lembaga Pemasyarakatan
LBH
LIL
LILA
LKSA
LMKM
LP/LS
LPA
LPP
LSL
LSM
MA
Madrasah Aliyah
MAK
MB
Multi Basiler
MDGs
MOP
MOW
MP ASI
MTBM
MTBS
MTs
Madrasah Tsanawiyah
NAPZA
NCDR
NSPK
P4K
PAK
PAK
PAMSTBM
PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBF
PD3I
PDAM
Perpres
Peraturan Presiden
PET
PHBS
PJK
PJPD
PK
PKH
PKHS
xi
xii
PKK
PKPR
PKRT
PKT
PMS
PN (Salinakes)
PNS
POGI
Polindes
POLRI
Poltekkes
Politeknik Kesehatan
POMP
PONED
PONEK
Posbindu
Poskesdes
Posyandu
PP
Peraturan Pemerintah
PPA
PPT
PSN
PTM
PTT
PUS
Puskesmas
Pustu
Puskesmas Pembantu
RAN
Renstra
Rencana Strategis
Riskesdas
RITL
RITP
RJTL
RJTP
RPJMN
RPSA
RPTC
RSIA
RSK
RSU
Rutan
Rumah Tahanan
Satker
Satuan Kerja
SD
Sekolah Dasar
SDIDTK
SDKI
SDM
SEARO
Sentra P3T
SK
Surat Keputusan
SKRT
SLB
SLTA
SLTP
SMK
SMP
SPAL
xiii
xiv
SPM
SR
SpOG
Srikandi
STBM
STBP
STR
STRA
STRTTK
STTB
Susenas
TB
Tuberkulosis
TB
Tinggi Badan
TB/U
THT
TKI
TNI
Toga
Tokoh Agama
Toma
Tokoh Masyarakat
TOT
Training of Trainer
TPT
TT
Tetanus Toksoid
UCI
UKBM
UKGS
UKOT
UKS
UMOT
UNICEF
UPPA
UPT
VAR
VCT
WDF
WHO
WNA
WUS
xv
DAFTAR GAMBAR
BAB I. DEMOGRAFI
GAMBAR 1.1
GAMBAR 1.2
GAMBAR 1.3
GAMBAR 1.4
GAMBAR 1.5
GAMBAR 1.6
10
12
GAMBAR 1.8
13
GAMBAR 1.9
14
15
16
17
18
19
20
21
GAMBAR 1.17
22
GAMBAR 1.18
22
GAMBAR 1.19
23
GAMBAR 1.7
GAMBAR 1.10
GAMBAR 1.11
GAMBAR 1.12
GAMBAR 1.13
GAMBAR 1.14
GAMBAR 1.15
GAMBAR 1.16
xvi
28
GAMBAR 2.2
28
GAMBAR 2.3
29
GAMBAR 2.4
30
31
JUMLAH
PUSKESMAS
YANG
MELAKSANAKAN
PELAYANAN
KESEHATAN PEDULI REMAJA DI INDONESIA TAHUN 2013 ..........................
32
36
36
37
38
38
40
41
42
GAMBAR 2.15
43
GAMBAR 2.16
44
45
46
46
47
GAMBAR 2.5
GAMBAR 2.6
GAMBAR 2.7
GAMBAR 2.8
GAMBAR 2.9
GAMBAR 2.10
GAMBAR 2.11
GAMBAR 2.12
GAMBAR 2.13
GAMBAR 2.14
GAMBAR 2.17
GAMBAR 2.18
GAMBAR 2.19
GAMBAR 2.20
xvii
52
53
54
55
55
56
JUMLAH DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT
AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DI INDONESIA TAHUN 2013 .......
57
58
63
GAMBAR 4.2
64
GAMBAR 4.3
66
GAMBAR 4.4
66
GAMBAR 4.5
68
xviii
73
74
GAMBAR 5.3
75
76
76
77
78
PROPORSI
PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI
TERTINGGI DI INDONESIA, RISKESDAS TAHUN 2013 .......................................
78
79
80
81
81
GAMBAR 5.13
82
GAMBAR 5.14
84
84
GAMBAR 5.16
85
GAMBAR 5.17
86
GAMBAR 5.18
86
GAMBAR 5.19
88
89
91
GAMBAR 5.4
GAMBAR 5.5
GAMBAR 5.6
GAMBAR 5.7
GAMBAR 5.8
GAMBAR 5.9
GAMBAR 5.10
GAMBAR 5.11
GAMBAR 5.12
GAMBAR 5.15
GAMBAR 5.20
GAMBAR 5.21
xix
GAMBAR 5.22
91
92
GAMBAR 5.24
93
GAMBAR 5.25
95
96
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA ANAK UMUR (659 BULAN) MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013 .........................
99
GAMBAR 5.23
GAMBAR 5.26
GAMBAR 5.27
xx
GAMBAR 5.28
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA ANAK UMUR (659 BULAN) SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR MENURUT PROVINSI,
RISKESDAS TAHUN 2013 ................................................................................................... 100
GAMBAR 5.29
GAMBAR 5.30
GAMBAR 5.31
GAMBAR 5.32
GAMBAR 5.33
GAMBAR 5.34
GAMBAR 5.35
GAMBAR 5.36
GAMBAR 5.37
GAMBAR 5.38
GAMBAR 5.39
GAMBAR 5.40
GAMBAR 5.41
101
106
GAMBAR 5.42
128
GAMBAR 6.2
GAMBAR 6.3
GAMBAR 6.4
GAMBAR 6.5
GAMBAR 6.6
GAMBAR 6.7
GAMBAR 6.8
GAMBAR 6.9
GAMBAR 6.10
GAMBAR 6.11
GAMBAR 6.12
GAMBAR 6.13
GAMBAR 6.14
134
139
GAMBAR 6.15
GAMBAR 6.16
GAMBAR 6.17
GAMBAR 6.18
GAMBAR 6.19
GAMBAR 6.20
142
142
143
GAMBAR 6.21
GAMBAR 6.22
GAMBAR 6.23
GAMBAR 6.24
147
GAMBAR 6.25
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN DI INDONESIA
TAHUN 2013 ............................................................................................................................ 147
GAMBAR 6.26
148
GAMBAR 6.27
GAMBAR 6.28
150
GAMBAR 6.29
150
GAMBAR 6.30
151
GAMBAR 6.31
152
GAMBAR 6.32
GAMBAR 6.33
153
GAMBAR 6.34
153
154
GAMBAR 6.36
155
GAMBAR 6.37
GAMBAR 6.38
157
GAMBAR 6.39
158
GAMBAR 6.35
xxii
GAMBAR 6.40
GAMBAR 6.41
GAMBAR 6.42
GAMBAR 6.43
GAMBAR 6.44
165
GAMBAR 6.45
GAMBAR 6.46
GAMBAR 6.47
GAMBAR 6.48
GAMBAR 6.49
172
GAMBAR 6.50
GAMBAR 6.51
174
175
176
177
178
179
180
GAMBAR 6.52
GAMBAR 6.53
GAMBAR 6.54
GAMBAR 6.55
GAMBAR 6.56
GAMBAR 6.57
xxiii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1
TABEL 1.2
TABEL 1.3
TABEL 1.4
TABEL 2.1
11
14
35
TABEL 6.1
TABEL 6.2
TABEL 6.3
TABEL 6.4
****
xxiv
157
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. DEMOGRAFI
Lampiran 1.1
Pembagian Wilayah
Tahun 2013
Administrasi
Pemerintahan
Menurut
Provinsi
Lampiran 1.2
Lampiran 1.3
Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 1.4
Lampiran 1.5
Estimasi Jumlah Lahir Hidup, Jumlah Bayi (0 Tahun), Jumlah Batita (0-2
Tahun), Jumlah Anak Balita (1 - 4 Tahun), Jumlah Balita (0 - 4 Tahun)
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 1.6
Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Penduduk Usia Muda, Usia Produktif dan
Usia Non Produktif Menurut Jenis Kelamin Provinsi Tahun 2013
Lampiran 1.7
Estimasi Jumlah Wanita Usia Subur (15 - 49 Tahun), WUS Imunisasi (15 - 39
Tahun), Ibu Hamil, Ibu Bersalin Dan Ibu Nifas Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 1.8
Estimasi Jumlah Anak Pra Sekolah, Jumlah Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat,
dan Jumlah Anak Usia SD/Setingkat Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 1.9
Lampiran 1.10
Lampiran 1.11
Lampiran 1.12
Lampiran 1.13
Lampiran 1.14
Lampiran 1.15
Lampiran 1.16
Lampiran 1.17
Lampiran 1.18
xxvi
Lampiran 2.1
Lampiran 2.2
Jumlah Puskesmas Perawatan Rawat Inap dan Non Rawat Inap Menurut
Provinsi Tahun 2009 - 2013
Lampiran 2.3
Lampiran 2.4
Lampiran 2.5
Lampiran 2.6
Lampiran 2.7
Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidur Menurut Jenis Rumah Sakit
Tahun 2009 - 2013
Lampiran 2.8
Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur Menurut Kelas Rumah Sakit dan
Provinsi Tahun 2013
Lampiran 2.9
Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Menurut Kelas Perawatan dan Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 2.10
Lampiran 2.11
Lampiran 2.12
Lampiran 2.13
Jumlah RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Serta Posyandu Menurut Provinsi
dan Tingkatan (Strata) di Indonesia Tahun 2013
Lampiran 2.14
Lampiran 2.15
Lampiran 2.16
Jumlah Perserta Didik Diploma III Poltekkes Menurut Jenis Tenaga Kesehatan
Tahun Ajaran 2011/2012 Sampai Dengan 2013/2014
Lampiran 2.17
Lampiran 2.18
Jumlah Lulusan Program Studi Diploma III Poltekkes Menurut Jenis Tenaga
Kesehatan Tahun 2011-2013
Lampiran 2.19
Jumlah Lulusan Program Studi Diploma III Poltekkes Menurut Jenis Program
Studi Tahun 2013
Lampiran 2.20
Lampiran 2.21
Lampiran 2.22
Lampiran 3.2
Lampiran 3.3
Rasio Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, dan Bidan Terhadap Jumlah
Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 3.4
Lampiran 3.5
Jumlah Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis
yang Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Menurut Provinsi Sampai Dengan
Desember Tahun 2013
Lampiran 3.6
Lampiran 3.7
Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis Sebagai Pegawai Tidak
Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria Wilayah dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 3.8
Jumlah Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut
Kriteria Wilayah dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 3.9
Jumlah Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria
Wilayah dan Provinsi Kondisi 31 Desember 2013
Lampiran 3.10
Jumlah Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria
Wilayah dan Provinsi Kondisi 31 Desember 2013
Lampiran 3.11
Jumlah Keberadaan Aktif Tenaga Residen dan Tenaga Penugasan Khusus D-III
Kesehatan Di Kabupaten Prioritas DTPK dan DBK Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 3.12
Lampiran 3.13
Lampiran 3.14
Lampiran 3.15
xxvii
Lampiran 3.16
Lampiran 4.2
Lampiran 4.3
Lampiran 4.4
Lampiran 4.5
Lampiran 4.6
Lampiran 4.7
Lampiran 4.8
xxviii
Lampiran 5.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1, K4, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan,
dan Kunjungan Ibu Nifas Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.2
Lampiran 5.3
Lampiran 5.4
Lampiran 5.5
Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.6
Lampiran 5.7
Lampiran 5.8
Lampiran 5.9
Lampiran 5.10
Lampiran 5.11
Lampiran 5.12
Lampiran 5.13
Lampiran 5.14
Lampiran 5.15
Lampiran 5.16
Lampiran 5.17
Lampiran 5.18
Lampiran 5.19
Lampiran 5.20
Persentase Balita (0-59 Bulan) Menurut Berat Badan Lahir dan Provinsi,
Riskesdas Tahun 2013
Lampiran 5.21
Persentase Proses Mulai Mendapat ASI pada Anak Umur 0-23 Bulan Menurut
Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.22
Lampiran 5.23
Lampiran 5.24
Lampiran 5.25
Cakupan Imunisasi Dasar Pada Anak Umur 12-23 Bulan Menurut Provinsi,
Riskesdas 2013
Lampiran 5.26
Lampiran 5.27
Lampiran 5.28
Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Umur 12-23 Bulan Menurut
Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.29
Lampiran 5.30
Lampiran 5.31
Lampiran 5.32
Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima kapsul Vitamin A selama
Enam Bulan Terakhir Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
xxix
Lampiran 5.33
Cakupan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 5.34
Lampiran 5.35
Kasus Gizi Buruk Pada Balita Ditemukan Dan Mendapat Perawatan Menurut
Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.36
Lampiran 5.37
Lampiran 5.38
Lampiran 5.39
Lampiran 5.40
Lampiran 5.41
Lampiran 5.42
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.43
Lampiran 5.44
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB) Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.45
Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur Dan
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (TB/U Dan BB/TB) Menurut Provinsi,
Riskesdas 2013
Lampiran 5.46
xxx
Lampiran 6.1
Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 6.2
Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Kelompok Umur, Jenis
Kelamin dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.3
Lampiran 6.4
Lampiran 6.5
Lampiran 6.6
Jumlah Kasus Baru Aids dan Kasus Kumulatif Aids Menurut Provinsi sampai
dengan Desember 2013Lampiran 6.7 Jumlah Kasus Baru Infeksi HIV Menurut
Provinsi Tahun 2011 - 2013
Lampiran 6.8
Jumlah Dan Persentase Kasus Aids pada Pengguna Napza Suntikan (IDU)
Menurut Provinsi Sampai Dengan Desember 2013
Lampiran 6.9
Jumlah Layanan dan Kunjungan Konseling Dan Tes HIV Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 6.10
Jumlah Kasus Pneumonia Pada Balita Menurut Provinsi Dan Kelompok Umur
Tahun 2013
Lampiran 6.11
Case Fatality Rate Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi dan Kelompok
Umur Tahun 2013
Lampiran 6.12
Lampiran 6.13
Insiden Diare dan Diare Balita serta Period Prevalence Diare Menurut
Provinsi, Riskesdas Tahun 2013
Lampiran 6.14
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Menurut Provinsi Tahun 2011 - 2013
Lampiran 6.15
Lampiran 6.16
Jumlah Kasus Baru Kusta dan Case Detection Rate (CDR) Per 100.000
Penduduk Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Lampiran 6.17
Proporsi Kecacatan Kusta Tingkat 2 dan Kasus Kusta pada Anak 0-14 Tahun
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.18
Lampiran 6.19
Jumlah Kasus, Meninggal, dan Incidence Rate (IR) Campak Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 6.20
Lampiran 6.21
Lampiran 6.22
Lampiran 6.23
Jumlah Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur Dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.24
Non Polio AFP Rate Per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun dan Persentase
Spesimen Adekuat Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.25
Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk Berisiko
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.26
Lampiran 6.27
Lampiran 6.28
xxxi
xxxii
Lampiran 6.29
Lampiran 6.30
Lampiran 6.31
Lampiran 6.32
Lampiran 6.33
Jumlah Kasus, Meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis Menurut
Provinsi Tahun 2011 2013; Situasi Antraks Pada Manusia Menurut Provinsi
Tahun 2011 2013
Lampiran 6.34
Prevalensi Penyakit asma, PPOK, dan Kanker Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.35
Lampiran 6.36
Prevalensi Penyakit Jantung Koroner, Gagal Jantung, dan Stroke Pada Umur
15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.37
Prevalensi Penyakit Gagal ginjal Kronis, Batu Ginjal, dan Sendi pada Umur
15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.38
Lampiran 6.39
Lampiran 6.40
Lampiran 6.41
Lampiran 6.42
Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum
Berdasarkan Kriteria JMP WHO - Unicef 2006 Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.43
Lampiran 6.44
Lampiran 6.45
Lampiran 6.46
Lampiran 6.47
Lampiran 6.48
Lampiran 6.49
Lampiran 6.50
Lampiran 6.51
xxxiii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................................................................
iv
Kata Sambutan ..................................................................................................................................................................
v
Daftar Singkatan ...............................................................................................................................................................
vi
Daftar Gambar ................................................................................................................................................................... xvi
Daftar Tabel ........................................................................................................................................................................ xxiv
Daftar Lampiran ............................................................................................................................................................... xxv
Daftar Isi ............................................................................................................................................................................... xxxiv
xxxiv
3
3
9
16
21
27
27
51
51
54
56
56
58
59
30
32
32
33
34
34
34
35
39
39
39
41
42
42
45
45
46
47
63
63
64
65
67
71
71
72
75
79
80
83
87
87
88
89
92
93
95
97
100
102
102
105
107
108
110
113
116
116
118
118
118
122
127
127
127
127
133
139
140
143
144
148
151
152
xxxv
j. Malaria ......................................................................................................................................
k. Rabies........................................................................................................................................
l. Leptospirosis.........................................................................................................................
m. Antraks .....................................................................................................................................
n. Flu Burung ..............................................................................................................................
2. PENYAKIT TIDAK MENULAR ....................................................................................................
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ..................................................................
b. Penyakit Kanker ..................................................................................................................
c. Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik .........................................
d. Penyakit Kronis dan Degeneratif ...............................................................................
B. KESEHATAN LINGKUNGAN ........................................................................................................................
1. Air Minum............................................................................................................................................
2. SanitasiLayak .....................................................................................................................................
3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat .......................................................................................
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ............................................................................................
5. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat ...........................................................................
xxxvi
153
155
156
158
158
159
161
164
166
167
173
173
178
181
181
182
DEMOGRAFI
Secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, Benua Asia dan Australia, di
antara dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Secara astronomis Indonesia
terletak antara 6o Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan dan 95o sampai 141o Bujur Timur
yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke. Data yang bersumber dari
Badan Informasi Geospasial, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau sebesar 13.466, luas daratan sebesar 1.922.570 km2 dan luas perairan sebesar
3.257.483 km2.
Tahun 2013, secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 497
kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.994 kecamatan, 8.309 kelurahan dan 72.944
desa. Kondisi ini berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013
tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Kementerian Dalam Negeri.
Pembagian wilayah Indonesia secara administratif menurut provinsi pada tahun 2013 dapat
dilihat pada Lampiran 1.1.
A. KEADAAN PENDUDUK
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat
Statistik menghitung estimasi penduduk dengan metode geometrik. Metode ini menggunakan
prinsip bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per
tahun tumbuh konstan. Metode ini lebih mudah dilakukan dengan mengkaji pertumbuhan
penduduk di dua atau lebih titik waktu yang berbeda.
GAMBAR 1.1
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2010 - 2013
Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri
atas jumlah penduduk laki-laki sebesar 125.058.484 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
Demografi
123.364.472 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan
kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan
dan kesejahteraan penduduk makin meningkat. Rasio jenis kelamin pada tahun 2013 sebesar
101. Angka ini berarti bahwa terdapat 101 laki-laki diantara 100 perempuan. Rincian jumlah
penduduk menurut jenis kelamin dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.3.
GAMBAR 1.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi
Pada Gambar 1.2, berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk tertinggi di Indonesia
terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 45.472.830, Jawa Timur
sebesar 38.268.825 dan Jawa Tengah sebesar 32.684.579. Sedangkan jumlah penduduk
terendah terdapat di Provinsi Papua Barat dengan jumlah penduduk sebesar 846.711,
Gorontalo sebesar 1.110.294 dan Maluku Utara sebesar 1.114.917.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk
piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk yang telah dilakukan, dapat
disusun sebuah piramida penduduk tahun 2013. Dasar piramida menunjukkan jumlah
penduduk, badan piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan
piramida bagian kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut
merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa,
dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya, dan
ekonomi.
GAMBAR 1.3
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi
Pada Gambar 1.3 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasuk struktur
penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang
masih tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif
terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki maupun
perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar, terutama perempuan. Hal ini
dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, terutama perempuan. Kondisi ini
menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua. Bertambahnya jumlah penduduk tua dapat
dimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi
juga dapat dimaknai sebagai beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi.
Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Indonesia tahun 2013
dapat dilihat pada Lampiran 1.2.
Konsentrasi penduduk disuatu wilayah dapat di pelajari dengan menggunakan
kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per 1
kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin
padat penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Kepadatan rata-rata penduduk di
Indonesia berdasarkan hasil estimasi sebesar 130 penduduk per km2. Kepadatan penduduk
berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk.
Kepadatan penduduk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.4.
Demografi
GAMBAR 1.4
PETA PERSEBARAN KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi
TABEL 1.1
JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI INDONESIA TAHUN 2013
No
Usia
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki dan
Perempuan
0 14 Tahun
36.890.004
34.818.903
71.708.907
15 64 Tahun
82.545.369
81.615.459
164.160.828
65 Tahun ke atas
5.623.111
6.930.110
12.553.221
Jumlah
125.058.484
123.364.472
248.422.956
51,5
51,2
51,3
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi
Pada Tabel 1.1, Angka Beban Tanggungan penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar
51,3. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Indonesia yang produktif, di samping menanggung
dirinya sendiri, juga menanggung 51,3 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila
dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki-laki sedikit lebih besar
jika dibandingkan dengan perempuan. Pada tahun 2013, angka beban tanggungan laki-laki
sebesar 51,5, yang berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, di samping
menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 51,5 penduduk laki-laki yang
belum/sudah tidak produktif lagi.
Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan dibidang kesehatan, harus didasarkan
pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam
program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab
dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor penididikan, sektor
ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Untuk
mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran
program pembangunan kesehatan.
Demografi
TABEL 1.2
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2013
No
Sasaran Program
Bayi
Kelompok
Umur/Formula
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
0 Tahun
2.360.851
2.235.686
4.596.537
Batita
0 2 Tahun
7.206.110
6.813.909
14.020.019
Anak Balita
1 4 Tahun
9.826.945
9.277.194
19.104.139
Balita
0 4 Tahun
12.187.810
11.512.866
23.700.676
Pra Sekolah
5 6 Tahun
4.910.185
4.627.189
9.537.374
7 Tahun
2.504.571
2.359.109
4.863.680
7 12 Tahun
14.963.805
14.099.541
29.063.346
< 15 Tahun
36.890.004
34.818.903
71.708.907
15 64 Tahun
82.545.369
81.615.459
164.160.828
10
45 59 Tahun
18.083.505
17.511.166
35.594.671
11
60 Tahun
8.666.060
10.195.760
18.861.820
12
70 Tahun
3.280.197
4.341.648
7.621.845
13
15 49 Tahun
68.133.634
68.133.634
14
15 39 Tahun
52.239.003
52.239.003
15
Ibu Hamil
5.212.568
5.212.568
16
Ibu Bersalin
4.975.633
4.975.633
17
Ibu Nifas
4.975.633
4.975.633
18
Lahir Hidup
2.433.864
2.304.828
4.738.692
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi
Data penduduk sasaran program sangat diperlukan bagi pengelola program terutama
untuk menyusun perencanaan (tahunan, lima tahunan) serta evaluasi hasil pencapaian upaya
kesehatan yang telah dilaksanakan. Dalam perencanaan biasanya diperlukan untuk menghitung
sasaran, menyusun rencana kegiatan serta kebutuhan sumber daya dalam pelaksanaan
kegiatan.
B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara. Berdasarkan data dari BPS, Besaran Pertumbuhan
Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai
Rp 9.084,0 triliun, naik sebesar Rp 151,4 triliun dibandingkan tahun 2012. Atas dasar harga
konstan (tahun 2000) Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun 2013 mencapai Rp 2.770,3
triliun, naik Rp 151,4 triliun dibandingkan tahun 2012 (Rp 2.618,9 triliun).
Produk Domestik Bruto per kapita merupakan Produk Domestik Bruto atas dasar harga
berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kurun waktu 20092013,
Produk Domestik Bruto per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan,
tahun 2009 sebesar Rp 23,9 juta, tahun 2010 sebesar Rp 27,0 juta, tahun 2011 sebesar
Rp 30,7 juta, tahun 2012 sebesar Rp 33,5 juta, dan tahun 2013 sebesar Rp 36,5 juta.
GAMBAR 1.5
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2009 2013 (%)
Gambar 1.5, data BPS menunjukkan bahwa Pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun
2013 meningkat sebesar 5,78% terhadap tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada
tahun 2013 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada
tahun 2012 dan 2011. Hal ini disebabkan terjadinya krisis pada perekonomian global, sehingga
mempengaruhi pendapatan dari sektor ekspor dan kunjungan wisatawan di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2009-2013 belum stabil, yang antara lain
dipengaruhi oleh kondisi politik dan iklim investasi yang ada.
Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan
kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga
dilakukan pendekatan melalui data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang
terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana
penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga antar daerah
berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat
kesejahteraan penduduk antar provinsi khususnya dilihat dari segi ekonomi.
Demografi
GAMBAR 1.6
PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA/BULAN INDONESIA TAHUN 2013
Pada Gambar 1.6, berdasarkan hasi Susenas Modul Konsumsi Triwulan I tahun 2013,
persentase pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan lebih
rendah jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk makanan. Kondisi ini mencerminkan ciri
dari suatu negara berkembang. Pengeluaran untuk non makanan sebesar 49,34% dan
pengeluaran untuk makanan sebesar 50,66%. Pengeluaran makanan terbesar untuk makanan
jadi, padi-padian dan tembakau/sirih. Pengeluaran non makanan terbesar untuk perumahan
dan fasilitas rumah tangga, barang dan jasa serta barang-barang tahan lama. Biaya kesehatan
per kapita sebulan hanya sebesar 3,44% dari total pengeluaran per kapita sebulan. Nilai ini
masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan terhadap pengeluaran untuk tembakau
dan sirih sebesar 6,24%.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di Indonesia. Penduduk
dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja, namun tidak semua
penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang masuk usia kerja yang dapat
menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu
yang termasuk angkatan kerja dan yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri terdiri
dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang
sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan suatu usaha dan mereka yang sudah
memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja itulah yang dinamakan sebagai pengangguran
terbuka.
10
TABEL 1.3
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2011 2013
2011
Keadaan
Februari
Jumlah Angkatan
Kerja
Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja
(%)
Jumlah penduduk
yang bekerja
2011
Agustus
2012
Februari
2012
Agustus
2013
Februari
2013
Agustus
69,96
68,34
69,66
67,88
69,21
66,90
Pengangguran
terbuka
8.117.631
7.700.086
7.614.241
7.244.956
7.170.523
7.388.737
Tingkat
pengangguran
terbuka (%)
6,80
6,56
6,32
6,14
5,92
6,25
Pada Tabel 1.3 dapat diketahui keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Tahun 2013.
Kondisi Agustus 2013 terjadi penurunan jumlah angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan
terjadi peningkatan jumlah pengangguran terbuka dibandingkan dengan kondisi Februari 2013.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 118,2 juta orang, lebih rendah
jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja Februari 2013 sebanyak 121,2 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 110,8 juta orang,
lebih sedikit jika dibandingkan keadaan pada Februari 2013. Berdasarkan tingkat partisipasi
angkatan kerja pada bulan Agustus 2013 menurun jika dibandingkan dengan periode bulan
Februari 2013 maupun bulan Agustus 2012.
Berdasarkan publikasi data BPS, pada bulan Agustus 2013 terjadi kenaikan angka
pengangguran. Jumlah pengangguran pada Agustus 2013 mencapai 7,4 juta orang, meningkat
dari kondisi Agustus 2012. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) kondisi Agustus 2013 sebesar
6,25% meningkat jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2012 dan Februari 2013. Proporsi
pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna untuk acuan pemerintah dalam pembukaan
lapangan kerja baru di masa mendatang..
Pembahasan yang cukup menarik tentang pengangguran adalah pengangguran
berdasarkan tingkat pendidikan. Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan antara
jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka di sini didefinisikan
sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau
juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan,
termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran
terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga
Demografi
11
GAMBAR 1.7
PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN
DI INDONESIA KONDISI AGUSTUS 2013
Pada Gambar 1.7, dapat ditunjukkan bahwa pengangguran tertinggi ada pada penduduk
yang pendidikan pada tingkat SLTA sebesar 43,11%. Pengangguran tertinggi kedua ada pada
penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP sebesar 22,76%. Tingkat pengangguran tertinggi
ketiga adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebesar 18,12%. Tingkat pengangguran
pada tingkat pendidikan diploma/universitas sebesar 8,50%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 masih terdapat pengangguran yang berpendidikan relatif tinggi (SLTA ke atas).
Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi kebutuhan dasar
(basic need approach). Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi hakhak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Distribusi pendapatan merupakan salah satu
aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan
relatif. Karena data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini
didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Kemiskinan dipahami sebagai
ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non
makanan yang diukur dari pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus dipenuhi seseorang
untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis
pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas
tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan.Kategori penduduk miskin adalah
penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan.
12
GAMBAR 1.8
GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2009 2013
Gambar 1.8 menunjukkan peningkatan garis kemiskinan di Indonesia. Pada tahun 2013,
jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita
per bulan kurang dari Rp 292.951,00 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar
Rp 259.520,00 per kapita per bulan. Perhitungan garis kemiskinan dilakukan 2 kali pengukuran
penduduk miskin, yaitu bulan Maret dan September. Pengukuran dibedakan atas wilayah desa,
kota serta desa dan kota. Pada perhitungan kondisi September 2013, kategori penduduk miskin
di desa adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp
275.779,00 dan penduduk miskin di kota adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita
per bulan kurang dari Rp 308.826,00. Rincian lengkap mengenai garis kemiskinan per tahun
desa dan kota dapat dilihat pada Lampiran 1.11.
Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden telah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga delapan
s.d. sepuluh persen pada akhir tahun 2014. Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin
berjumlah 28,55 jiwa, turun jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang berjumlah 28,59 jiwa.
Secara persentase, penduduk miskin tahun 2013 sebesar 11,47%. Persentase ini masih cukup
tinggi bila dibandingkan dengan target yang telah dicanangkan pada tahun 2014, yaitu sebesar
delapan s.d. sepuluh persen. Secara persentase kemiskinan semakin turun jika dibandingkan
per tahun, tetapi jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup besar. Secara lengkap
jumlah dan persentase penduduk miskin terdapat pada Lampiran 1.11.
Demografi
13
GAMBAR 1.9
PETA PERSEBARAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2013
2011
No
Kelompok Pulau
Sumatera
Jawa
Kalimantan
Jumlah
(ribu)
2012
%
Jumlah
(ribu)
2013
%
Jumlah
(ribu)
6.451,6
21,5
6.177,2
21,6
6.190,1
21,7
16.726,9
55,7
15.882,6
55,3
15.546,9
54,4
969,5
3,2
932,9
3,3
978,7
3,4
2.073,9
6,9
1.989,6
7,0
1.998,1
7,0
Sulawesi
2.144,6
7,1
2.045,6
7,1
2.139,6
7,5
1.652,3
5,5
1.626,8
5,7
1.700,5
6,0
30.018,9
100
28.594,7
100
28.553,9
100
Total
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
Jumlah dan proporsi penduduk miskin antar pulau menunjukkan perbedaan. Tabel 1.4
memperlihatkan bahwa lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa.
14
Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk di Pulau Jawa yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah penduduk di pulau lainnya. Jumlah penduduk di Pulau Jawa lebih dari 141 juta
jiwa atau hampir 57% penduduk Indonesia. Wilayah Maluku dan Papua mempunyai jumlah
penduduk yang kecil, tetapi mempunyai persentase penduduk miskin yang besar.
Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin saja,
ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Rincian
mengenai indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan dapat dilihat pada
Lampiran 1.12.
Ukuran yang dapat menggambarkan ketimpangan pendapatan adalah koefisien
Gini/Indeks Gini (Gini Ratio). Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat
ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan secara menyeluruh. Nilai indeks Gini ada
diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan
yang semakin tinggi. Apabila nilai indeks Gini adalah 0 artinya terdapat kemerataan sempurna
pada distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan
pendapatan yang sempurna. Rincian mengenai indeks Gini dapat dilihat pada Lampiran 1.9.
Pembangunan ekonomi diharapkan mampu mendorong kemajuan, di segenap pelosok
negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi
daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu: geografis, sumber daya alam, sumber
daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan
pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya
kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
GAMBAR 1.10
PETA PERSEBARAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2013
Demografi
15
Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal. Rincian kabupaten tertinggal per provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 1.18.
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar juga
memprioritaskan pembangunan pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Salah satu agenda kegiatan adalah pembangunan kesehatan di 45 Kabupaten Prioritas Nasional
di Perbatasan dengan Negara Tetangga. Dengan menggunakan skala prioritas, terdapat 45
kabupaten prioritas dan 101 puskesmas prioritas kabupaten prioritas nasional di perbatasan
dengan negara tetangga.
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur
tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan berkontribusi terhadap perubahan
perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya
manusia dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam
pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan
meningkatkan rata-rata lama sekolah.
GAMBAR 1.11
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013
Pada Gambar 1.11, berdasarkan perhitungan dari Susenas Triwulan I tahun 2013, ratarata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 8,14 tahun. Walaupun
rata-rata lama sekolah dari tahun ke tahun semakin meningkat, tetapi angka ini belum
memenuhi tujuan program wajib belajar 9 tahun. Rata-rata lama sekolah tertinggi terdapat di
provinsi DKI Jakarta sebesar 10,62 tahun dan terendah di provinsi Papua sebesar 6,1 tahun.
16
Pada provinsi DKI Jakarta dapat disebabkan lokasi sekolah yang mudah dijangkau, ketersediaan
fasilitas yang memadai, guru yang berkualitas yang menyebabkan rata-rata lama sekolah dapat
memenuhi tujuan dari wajib belajar 9 tahun. Sedangkan pada provinsi Papua, jumlah sekolah
yang masih sedikit diikuti dengan akses menuju sekolah yang jauh dan sulit dimungkinkan
menjadi penyebab rendahnya rata-rata lama sekolah.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga
pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB
tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal.
Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi
taraf intelektualitas negara tersebut.
GAMBAR 1.12
PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS MENURUT STTB
TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2013
Pada Gambar 1.12, berdasarkan perhitungan dari Susenas Triwulan I tahun 2013,
ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki tertinggi pada tingkat pendidikan SD/MI/Paket A dan
SMP/MTs/Paket B. Penduduk dengan ijazah/STTB tertinggi Diploma/Akademi/Sarjana sebesar
6,78%. Penduduk yang tidak memiliki ijazah/STTB masih cukup tinggi, yaitu 19,34%. Apabila
dibandingkan per jenis kelamin, persentase penduduk laki-laki yang mempunyai ijazah/STTB
SD ke atas relatif lebih tinggi daripada penduduk perempuan.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan
oleh penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan
menulis tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf. Kemampuan baca tulis
tercermin dari penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin, huruf
arab, dan huruf lainnya. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, penduduk
yang tidak dapat membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan,
sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.
Demografi
17
Secara nasional persentase penduduk yang buta huruf pada tahun 2013 sebesar 5,86%
lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 6,75%. Persentase penduduk
yang buta huruf terkecil terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,81% dan tertinggi terdapat
di Provinsi Papua sebesar 32,4%. Apabila dibandingkan antar perdesaan dan perkotaan, angka
buta huruf lebih tinggi di kawasan perdesaan. Hal ini dimungkinkan karena kesempatan belajar
yang didukung dengan banyaknya fasilitas belajar mengajar lebih banyak di kawasan
perkotaan.
Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan AMH adalah untuk :
1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah
perdesaan yang masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak
tamat SD;
2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari
berbagai media;
3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Angka melek huruf mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus
kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin besar angka melek huruf diharapkan dapat
mengurangi tingkat kemiskinan sehingga tingkat kesejahteraan dapat semakin meningkat.
GAMBAR 1.13
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Pada Gambar 1.13, persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf
secara nasional sebesar 94,14% lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2012 yang
18
sebesar 93,25%. Persentase penduduk yang melek huruf tertinggi di DKI Jakarta dan terendah
di Provinsi Papua. Persentase penduduk yang melek huruf lebih tinggi laki-laki dibandingkan
dengan perempuan. Apabila dibandingkan antar daerah perkotaan dan perdesaan, persentase
penduduk yang melek huruf relatif lebih tinggi di daerah perkotaan. Hal ini dimungkinkan
dengan relatif majunya fasilitas pendidikan dan relatif baiknya akses sarana menuju tempat
pendidikan. Rincian persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf per
provinsi dan per jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 1.16.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang masih bersekolah
di semua jenjang pendidikan. APS dari BPS secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok
umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat
SMP/MTs, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK. Semakin tinggi APS berarti
semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah. Berdasarkan angka ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin rendah nilai APS.
GAMBAR 1.14
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH PENDIDIKAN MENURUT USIA SEKOLAH
DI INDONESIA TAHUN 2008 2013
Gambar 1.14 menunjukkan nilai APS Pendidikan Indonesia menurut usia sekolah dari
tahun 2008 s.d. 2013. Semakin tinggi kelompok umur maka tingkat partisipasi sekolahnya
semakin kecil. Hal ini dimungkinkan pada kelompok umur 16-18 tahun dan 19-24 tahun telah
masuk dalam angkatan kerja dan bekerja. APS pada kelompok umur 712 tahun dan 1315
tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa program
pendidikan sembilan tahun semakin baik dijalankan. Rincian APS menurut provinsi dan
kelompok umur dari tahun 2008 s.d. 2013 dapat dilihat pada Lampiran 1.13.
Analisis tentang kondisi pendidikan di Indonesia dapat menggunakan dua indikator
partisipasi sekolah, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Kedua ukuran tersebut mengukur partisipasi penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan.
Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang
pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan
umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan.
Demografi
19
APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu
jenjang pendidikan. Angka ini merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur
daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Hasil perhitungan APK
ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan
tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK menunjukkan semakin banyak anak usia
sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan tanpa menggunakan batasan
kelompok umur. Hal ini memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%. Kondisi ini sering terjadi
pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai diatas 100% ini terjadi karena terdapat penduduk dengan
umur dibawah 7 tahun yang sudah bersekolah ditingkat sekolah dasar, atau penduduk yang
berusia lebih dari 12 tahun yang masih bersekolah pada tingkat SD/MI.
GAMBAR 1.15
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2008 2013
Pada Gambar 1.15 diketahui nilai APK untuk SD/MI melebihi 100%, sedangkan untuk
pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA lebih rendah dari nilai APK SD. Pada tahun 2013 nilai
APK untuk SD/sederajat sebesar 107,69%, SMP/sederajat sebesar 89,98% dan SMA/sederajat
sebesar 68,34%. Kondisi pada tahun 2013 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2012
pada semua jenjang pendidikan. Rincian persentase APK per provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 1.14.
Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi pendidikan, karena
memasukkan semua penduduk dalam jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan kelompok
umur yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sehingga diperlukan indikator yang lebih
mencerminkan partisipasi sekolah, yaitu APM.
APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah
pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya.
Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah
pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Semakin tinggi APM menandakan
semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Jika dibandingkan APK,
APM merupakan indikator pendidikan yang lebih baik karena memperhitungjkan juga
20
partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar
tersebut.
GAMBAR 1.16
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2008 2013
APM membagi jumlah siswa dengan jenjang pendidikan dengan menggunakan batasan
kelompok umur. Kondisi ini tidak memungkinkan nilai APM yang melebihi 100%, sehingga nilai
APM lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai APK. Pada Gambar 2.16, tahun 2012 nilai APM
untuk tingkat SD/MI sebesar 92,49%, SMP/MTs 70,84% dan SMA/SMK 51,46%. Nilai APM ini
jika dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami kenaikan pada semua jenjang pendidikan.
Kondisi APM ini lebih mencerminkan kondisi partisipasi sekolah. Rincian APM per provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 1.15.
Demografi
21
GAMBAR 1.17
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA TAHUN 2008 - 2012
Nilai IPM Indonesia tahun 2012 sebesar 73,29 lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kondisi tahun 2011 yang sebesar 72,77. Nilai ini masuk dalam kategori nilai IPM sedang.
Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya nilai dari komponen pembuat IPM ini, yaitu
kenaikan pada komponen angka harapan hidup dan angka melek huruf. Pada tahun 2008 nilai
IPM Indonesia sebesar 71,17 dan nilai ini meningkat menjadi 71,76 pada tahun 2009, dan pada
tahun 2012 sebesar 73,29.
GAMBAR 1.18
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
22
Gambar 1.18 menunjukkan nilai IPM di Indonesia tahun 2012. Pembagian nilai IPM
dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu nilai IPM tinggi, sedang dan rendah. IPM tinggi mempunyai
nilai 80, IPM sedang mempunyai nilai 50-79,9 dan IPM rendah kurang < 50. Berdasarkan
pembagian tersebut, belum ada provinsi di Indonesia yang mempunyai nilai IPM tinggi. Semua
provinsi di Indonesia masuk dalam kategori IPM sedang. Nilai IPM tertinggi terdapat di Provinsi
DKI Jakarta sebesar 78,33 dan IPM terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 65,86.
Strategi pembangunan nasional menempatkan sumber daya manusia sebagai perspektif
pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi seiring dengan peningkatan sumber daya
manusia. Beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan
manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Kedua faktor ini merupakan kebutuhan dasar
manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya dalam pembangunan. Pendidikan
tercermin dalam rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf sedangkan pembangunan
bidang kesehatan tercermin dalam angka harapan hidup waktu lahir.
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan
asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka
pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. AHH merupakan
alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.
GAMBAR 1.19
ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (DALAM TAHUN)
INDONESIA TAHUN 2008 - 2012
Gambar 1.19 menunjukkan peningkatan AHH yang terjadi di Indonesia selama tahun
2008-2012. Pada tahun 2012, nilai AHH Indonesia mencapai 69,87 tahun lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai AHH tahun 2011 yang sebesar 69,65 tahun. Provinsi dengan nilai
AHH tertinggi terdapat di DKI Jakarta dengan nilai 73,49 dan DI Yogyakarta sebesar 73,33.
Provinsi dengan nilai AHH terendah terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 62,73 dan
Kalimantan Selatan sebesar 64,52. Rincian lengkap mengenai nilai AHH dan IPM dapat dilihat
pada Lampiran 1.17.
***
Demografi
23
24
SARANA KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana
kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas pelayanan
kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan tenaga
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari : puskesmas,
Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Sarana Kesehatan
27
GAMBAR 2.1
JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2009 2013
Gambar di atas menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013. Peningkatan jumlah puskesmas tidak mengindikasikan secara langsung
seberapa baik keberadaan puskesmas mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
primer di masyarakat. Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya
kebutuhan pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 1,17
puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio ini menunjukkan kecenderungan peningkatan
setidaknya sejak tahun 2009 sampai dengan 2013, yaitu 1,13 puskesmas per 30.000 penduduk
menjadi 1,17 puskesmas per 30.000 penduduk. Kecenderungan peningkatan ini ditampilkan
pada gambar berikut.
GAMBAR 2.2
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK TAHUN 2009 2013
28
Rasio puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 1,17. Angka ini tidak
menunjukkan peningkatan maupun penurunan dibandingkan tahun 2012. Provinsi dengan
rasio tertinggi adalah Papua Barat sebesar 5,07 per 30.000 penduduk, sedangkan Provinsi
Banten memiliki rasio terendah sebesar 0,6 per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas per 30.000
penduduk belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar. Sebagai contoh, 3 provinsi dengan rasio tertinggi semuanya berada di wilayah
timur yaitu Papua Barat, Papua, dan Maluku. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah penduduk
yang relatif sedikit sedangkan wilayah kerja sangat luas.
GAMBAR 2.3
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2013
Pada gambar di atas nampak bahwa selain Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur juga
memiliki rasio rendah yaitu sebesar 0,69 dan 0,75 per 30.000 penduduk. Selain 3 provinsi
tersebut, seluruh provinsi di Pulau Jawa memiliki rasio puskesmas yang rendah. Hal ini
disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi. Jika dilihat dari rasio terhadap
jumlah penduduk, memang seluruh provinsi di Jawa memiliki angka yang rendah, namun
demikian dalam hal keberadaan pelayanan kesehatan dasar, provinsi di Jawa memiliki kondisi
baik yang berasal dari penyedia sektor swasta. Kondisi seperti ini sebetulnya tetap harus
diperhatikan, karena meskipun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dipenuhi oleh
sektor swasta, suatu wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan sebagai
penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar,
puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan
dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelayanan
kesehatan masyarakat merupakan inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga
menjadi perhatian dari Pemerintah. Bagi daerah yang termasuk DTPK, Dana Alokasi Khusus
Sarana Kesehatan
29
(DAK) digelontorkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota untuk, pembangunan pustu dan
puskesmas serta peningkatan puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Bagi
daerah di luar kategori DTPK, DAK bisa digunakan untuk rehabilitasi puskesmas/rumah dinas,
dan peningkatan PONED
Berikut ini disajikan perkembangan jumlah puskesmas rawat inap dan non rawat inap
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.
GAMBAR 2.4
JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP
TAHUN 2009 2013
Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap meningkat dari
6.033 unit pada tahun 2009 menjadi 6.338 unit pada tahun 2013. Meskipun demikian, terjadi
penurunan dari 6.358 unit pada tahun 2012 menjadi 6.338 unit pada tahun 2013. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya perubahan status dari puskesmas non rawat inap menjadi
puskesmas rawat inap. Peningkatan jumlah juga terjadi pada puskesmas rawat inap yaitu dari
2.704 unit pada tahun 2009 menjadi 3.317 unit pada tahun 2013.
Selain enam upaya kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga
menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat berupa berupa pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED),
pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga,
dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA). Upaya kesehatan pengembangan
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya
kesehatan kerja dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki banyak pusat
industri. Gambaran lebih rinci tentang jumlah dan jenis puskesmas menurut provinsi terdapat
pada Lampiran 2.1 dan Lampiran 2.2.
30
akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses
masyarakat yang semakin mudah terhadap pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat
berkontribusi kepada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan agar minimal terdapat 4 Puskesmas
PONED di tiap kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2013 jumlah kumulatif Puskesmas
PONED sebanyak 2.782 unit. Terdapat 333 kabupaten/kota (67%) yang telah memenuhi syarat
minimial tersebut. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 304 kabupaten/kota
(61,17%). Pada tahun 2013, jumlah kabupaten/kota yang hanya memiliki 1-3 Puskesmas
PONED sebanyak 131 dan terdapat 33 kabupaten/kota yang belum memiliki Puskesmas
PONED.
Provinsi dengan persentase kabupaten/kota yang telah memenuhi syarat minimal
empat Puskesmas PONED tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Tegah, dan
Sulawesi Barat dengan masing-masing persentase 100%. Sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Papua sebesar 10,34%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 18,18%
dan Kepulauan Bangka Belitung 28,57%. Persentase kabupaten/kota yang telah memenuhi
syarat minimal 4 Puskesmas PONED terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 2.5
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
YANG MEMENUHI SYARAT MINIMAL 4 PUSKESMAS PONED
DI INDONESIA TAHUN 2013
Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED berbeda dengan konsep
yang digunakan puskesmas rawat inap. Konsep rawat inap pada Puskesmas PONED adalah
perawatan inap kepada pasien pasca tindakan emergensi (one day care). Dengan demikian,
puskesmas non rawat inap yang memiliki tempat tidur dan mampu melakukan tindakan
emergensi obstetri dan neonatal dasar, dapat menyelenggarakan PONED.
Sarana Kesehatan
31
32
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan
kerja juga berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja dan
juga bagi kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara
serta Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Upaya kesehatan kerja di puskesmas diselenggarakan sesuai dengan keadaan dan
permasalahan yang ada di wilayah puskesmas atau spesifik lokal. Dengan demikian sampai saat
ini upaya kesehatan kerja di puskesmas lebih dititikberatkan pada wilayah industri.
Pembinaan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui kegiatan penguatan pelayanan
kesehatan kerja, seperti pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam bidang
kesehatan kerja, pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), peningkatan fasilitas
pelayanan kesehatan bidang kesehatan kerja, gerakan pekerja perempuan sehat dan produktif
termasuk kesehatan reproduksi di tempat kerja dan pembinaan pelayanan kesehatan kerja di
sektor informal dan formal termasuk perkantoran serta pembinaan Calon Tenaga Kerja
Indonesia (CTKI) dengan fokus kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
Terdapat peningkatan jumlah puskesmas yang memiliki pelayanan upaya kesehatan
kerja, yaitu 764 puskesmas pada tahun 2012 menjadi 1.034 puskesmas pada tahun 2013.
Sampai dengan tahun 2013 puskesmas yang memiliki pelayanan upaya kesehatan kerja
tersebar di 26 provinsi. Jumlah provinsi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 ketika
hanya 18 provinsi yang memiliki puskesmas dengan upaya kesehatan kerja. Data dan informasi
mengenai jumlah puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan kerja terdapat pada
Lampiran 2.3.
Sarana Kesehatan
33
B. RUMAH SAKIT
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya
kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai
penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan
Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik
dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah,
34
Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat
adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
perseroan terbatas atau persero.
No
1
Pengelola/Kepemilikan
2012
2013
Publik
Kementerian Kesehatan dan
Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota
614
656
676
TNI/Polri
134
154
159
Kementerian Lain
655
727
724
1.540
1.562
Jumlah Publik
2
2011
1.406
Privat
BUMN
77
75
67
Swasta
238
468
599
315
543
666
1.721
2.083
2.228
Jumlah Privat
Jumlah
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit
berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Jumlah rumah sakit umum dan rumah sakit khusus pada tahun 2013 adalah 1.725 unit
dan 503 unit. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 yang masing-masing
Sarana Kesehatan
35
sebesar 1.608 dan 475. Gambar berikut ini menggambarkan perkembangan jumlah rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus dalam lima tahun terakhir.
GAMBAR 2.7
Jumlah RSK pada tahun 2013 sebagain besar adalah rumah sakit ibu dan anak berjumlah
159 unit dengan persentase 31,61%. Proporsi jenis RSK di Indonesia pada tahun 2013 terdapat
pada gambar berikut.
GAMBAR 2.8
PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK)
MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2013
36
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa persentase tertinggi adalah Rumah Sakit Ibu
dan Anak. Persentase rumah sakit khusus lainnya juga memiliki proporsi yang besar yaitu
29,82% yang terdiri dari RS Jantung, RS Kanker, RS Orthopedi, RS Penyakit Infeksi, RS Stroke,
RS Anak dan Bunda, RSK Anak, RSK Bedah, RSK Ginjal, RSK Gigi dan Mulut, RSK Otak, RSK
Penyakit Dalam, dan RSK THT.
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan
dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap 1.000
penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2014 adalah 1,12 per
1.000 penduduk. Rasio ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,95 per 1.000
penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013 ditampilkan pada gambar berikut.
GAMBAR 2.9
RASIO JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
PER 1.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2009 2013
Jika dilihat secara nasional pada tahun 2013 memang nampaknya jumlah tempat tidur
telah mencukupi, namun masih terdapat beberapa provinsi dengan rasio kurang dari 1 tempat
tidur per 1.000 penduduk.
Pada tingkat provinsi terdapat 13 provinsi dengan dengan rasio kurang dari 1 per 1.000
penduduk. Rasio tertinggi terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 2,92, DKI Jakarta sebesar
2,19, dan Sulawesi Utara sebesar 2,16. Sedangkan provinsi dengan rasio terendah adalah Nusa
Tenggara Barat sebesar 0,65, Sulawesi Barat sebesar 0,67, dan Banten sebesar 0,72.
Sarana Kesehatan
37
GAMBAR 2.10
RASIO TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
PER 1.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2013
Rumah sakit juga dikelompokkan menurut kelas berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D. Pada tahun 2013, terdapat 57 unit RS
kelas A, 293 unit kelas B, 741 unit RS kelas C, 517 unit RS kelas D, dan sebanyak 620 unit RS
belum ditetapkan kelasnya.
GAMBAR 2.11
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS
DI INDONESIA TAHUN 2013
38
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Rumah Sakit kelas C memiliki persentase
tertinggi sebesar 33,26%. Sedangkan persentase terendah adalah rumah sakit kelas A sebesar
2,56%. Informasi lebih rinci tentang rumah sakit menurut provinsi terdapat pada Lampiran 2.5,
26, 2.7, 2.8, dan 2.9.
Sarana Kesehatan
39
dimiliki dan kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu
acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi
kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia bagian Tengah dan Timur, sehingga terjadi
pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk
membuka akses terhadap keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan.
Jumlah sarana produksi pada tahun 2013 sebesar 3.828 sarana. Jumlah ini lebih tinggi
dibandingkan tahun 2012 yang sebanyak 2.958 sarana produksi. Pada tahun 2013 terdapat 8
provinsi yang tidak memiliki ke-enam jenis industri kefarmasian dan alat kesehatan yang
disebutkan di atas. Provinsi dengan jumlah sarana produksi terbanyak adalah Jawa Barat
sebesar 1.031 sarana. Hal ini dapat disebabkan karena Jawa Barat memiliki populasi yang besar
dan wilayah yang luas. Jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun
2013 terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 2.12
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2013
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya oleh Ditjen
Binfar dan Alkes antara lain yaitu : Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan
Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan pada
tahun 2013 sebesar 33.731 sarana. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun 2012 yaitu
sebesar 29.137 sarana. Gambar berikut menyajikan jumlah sarana distribusi kefarmasian pada
tahun 2013. Data lebih rinci menurut provinsi mengenai jumlah sarana produksi dan distrbusi
kefarmasian terdapat pada Lampiran 2.10 dan Lampiran 2.11.
40
GAMBAR 2.13
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2013
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
Sarana Kesehatan
41
Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2013 memiliki target sebesar
95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Binfar dan Alkes didapatkan
persentase ketersediaan rata-rata nasional pada tahun 2013 sebesar 96,93%. Dengan demikian
apabila dibandingkan dengan target tahun 2013, maka capaian kinerja indikator persentase
ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah sebesar 102,03%. Data dan informasi lebih rinci
mengenai ketersediaan obat dan vaksin 144 item terdapat pada Lampiran 2.20 dan 2.21.
Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar provinsi telah memenuhi
target 75%, yaitu 31 provinsi (93,94%). Provinsi dengan rata-rata penggunaan tertinggi adalah
Maluku Utara sebesar 96,31% diikuti oleh Sumatera Barat sebesar 95,11% dan Aceh sebesar
95%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Riau sebesar 73,04% diikuti oleh
Jawa Timur sebesar 74,21% dan Lampung sebesar 76,11%. Data dan informasi lebih rinci
menurut provinsi mengenai penggunaan obat generik terdapat pada Lampiran 2.22.
42
Jenis UKBM lainnya adalah Poskesdes, yaitu UKBM yang dibentuk di desa untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama poskesdes yaitu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan
ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans
penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans lingkungan dan masalah
kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap
bencana. Jumlah poskesdes yang beroperasi pada tahun 2013 sebanyak 54.731 unit. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 54.142 unit.
Sarana Kesehatan
43
bencana. Jumlah poskesdes yang beroperasi pada tahun 2013 sebanyak 54.731 unit. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 54.142 unit.
Salah satu UKBM yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah posyandu. Posyandu dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Posyandu memiliki 5 program prioritas
yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan
penanggulangan diare.
Terdapat 280.225 Posyandu pada tahun 2013 di Indonesia. Dari jumlah tersebut,
posyandu pratama sebanyak 32,7%, madya sebanyak 29,1%, purnama sebanyak 29,9%, dan
mandiri sebanyak 8,3%.
GAMBAR 2.16
PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA DI INDONESIA TAHUN 2013
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu pratama
dan proporsi terendah adalah posyandu mandiri. Dengan demikian diperlukan upaya intensif
untuk meningkatkan jumlah posyandu mandiri. Dalam menjalankan fungsinya, perlu diketahui
rasio kecukupan posyandu terhadap masyarakat yang ada. Pada tahun 2013, rasio posyandu
terhadap jumlah desa/kelurahan adalah 3,35. Pada tingkat nasional, rasio posyandu terhadap
jumlah desa/keluarahan memang nampak telah mencukupi yaitu lebih dari satu. Namun jika
dilihat pada tingkat provinsi terdapat dua provinsi yang memiliki rasio kurang dari satu, yaitu
Papua dan Papua Barat.
44
GAMBAR 2.17
RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN
DI INDONESIA TAHUN 2013
Gambar di atas menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki rasio tertinggi sebesar 8,29.
Papua dan Papua Barat memiliki rasio kurang dari satu, masing-masing sebesar 0,62 dan 0,72.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan juga memerlukan peran serta kader dan tokoh
masyarakat/agama. Sampai dengan dengan tahun 2013 terdapat 336.586 kader/toma/toga
terlatih. Rasio kader/toga/toma terlatih terhadap desa/kelurahan di Indonesia sebesar 4,02.
Terdapat 11 provinsi dengan rasio kader/toga/toma terlatih terhadap desa/kelurahan kurang
dari satu. Data/informasi lebih rinci mengenai jumlah UKBM menurut provinsi tahun 2013
terdapat pada Lampiran 2.12, dan Lampiran 2.13.
Sarana Kesehatan
45
GAMBAR 2.18
JUMLAH PROGRAM STUDI POLTEKKES DIPLOMA III DAN IV
DI INDONESIA TAHUN 2013
2. Peserta Didik
Peserta didik pada Diploma III yang dimiliki oleh Poltekkes di Indonesia pada tahun
2013 terdiri dari peserta didik tingkat I (tahun ajaran 2011/2012), tingkat II (tahun ajaran
2012/2013), dan tingkat III (tahun ajaran 2013/2014) yaitu berjumlah 208.363 orang. Jumlah
tersebut terdiri 66.699 peserta didik tingkat I, 70.890 peserta didik tingkat II, dan 70.774
peserta didik tingkat III. Jumlah peserta didik terbanyak berasal dari Program Studi
Keperawatan sebanyak 135.017 peserta didik atau 64,8% dari seluruh peserta didik. Sedangkan
jumlah peserta didik terendah berasal dari program studi keterapian fisik sebanyak 4.388
peserta didik atau 2,11% dari seluruh peserta didik.
GAMBAR 2.19
JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2013
46
Data dan informasi lebih rinci mengenai jumlah peserta didik di institusi Poltekkes
terdapat pada Lampiran 2.16 dan 2.17.
3. Lulusan
Peserta didik yang telah selesai menempuh pendidikan akan menjadi lulusan Poltekkes.
Jumlah lulusan pada tahun 2013 adalah sebanyak 22.797 orang. Jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 21.630 orang. Sesuai dengan jumlah peserta didik
yang memiliki jumlah terbesar dari program studi keperawatan, hal serupa juga terjadi pada
jumlah lulusan dengan jumlah lulusan terbanyak adalah program studi keperawatan sebanyak
15.781 orang atau 69,22% dari total lulusan.
GAMBAR 2.20
JUMLAH LULUSAN DIPLOMA III POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2013
Pada tingkat provinsi, terdapat 3 provinsi yang menghasilkan jumlah lulusan terbanyak
dari Poltekkes yaitu Jawa Tengah sebanyak 2.398 lulusan, Jawa Timur sebanyak 2.124 lulusan,
dan DKI Jakarta sebanyak 1.365 lulusan. Tiga provinsi tersebut memang memiliki jumlah
Poltekkes lebih dari satu. Jumlah lulusan Poltekkes menurut program studi terdapat pada
Lampiran 2.18 dan 2.19.
***
Sarana Kesehatan
47
48
TENAGA KESEHATAN
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21 menyebutkan
bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan
bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan
diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan
kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.
Sumber daya manusia kesehatan yang disajikan pada bab ini lebih diutamakan pada
kelompok tenaga kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan memutuskan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian
fisik dan tenaga keteknisian medis.
Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga kesehatan di
seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan cara pengumpulan data pada sarana pelayanan
kesehatan baik di wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi.
Pengumpulan data tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat, PNS
daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta. Metode pengumpulan data yang
digunakan melalui mekanisme pemutakhiran data secara berjenjang mulai dari dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan secara nasional dikelola oleh Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDMK)
Kementerian Kesehatan RI melalui Sistem Informasi SDMK.
Tenaga Kesehatan
51
gigi/dokter gigi spesialis yang mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR). Berdasarkan hal
tersebut, jumlah dokter umum di Indonesia berjumlah 94.727. Berdasarkan jumlah dokter dan
jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 38,1 dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum
terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2013 terlihat pada Gambar 3.1 berikut
ini.
GAMBAR 3.1
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2013
Provinsi dengan rasio dokter umum terhadap 100.000 penduduk tertinggi terdapat di
Provinsi DKI Jakarta sebesar 155,5 dan Sulawesi Utara sebesar 83,3. Sedangkan rasio dokter
umum per 100.000 penduduk terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 8,8 dan
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 10,5 dokter umum per 100.000 penduduk. Jumlah
dokter gigi pada tahun 2013 tercatat sebanyak 24.598 dan jumlah dokter gigi spesialis sebesar
2.182 orang. Rasio dokter gigi per 100.000 penduduk sebesar 9,9 dokter gigi per 100.000
penduduk. Rincian lengkap mengenai jumlah tenaga dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan
dokter gigi spesialis yang mempunyai STR dapat dilihat pada Lampiran 3.5.
Jenis tenaga kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan, yang terdiri dari tenaga
perawat
dan
bidan.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah perawat pada
tahun 2013 tercatat sebanyak 288.405 orang. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk
menurut provinsi pada tahun 2013 terlihat pada Gambar 3.2 berikut ini.
52
GAMBAR 3.2
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2013
Rasio perawat terhadap penduduk sebesar 116,1 perawat per 100.000 penduduk.
Provinsi dengan rasio tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar 320,1 perawat per 100.000
penduduk, Maluku sebesar 305,2 perawat per 100.000 penduduk dan Maluku Utara sebesar
280,1 perawat per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio perawat terendah terdapat di
Sumatera Utara sebesar 65,7 perawat per 100.000 penduduk, Jawa Barat sebesar 68,2 perawat
per 100.000 penduduk dan Banten sebesar 68,4 perawat per 100.000 penduduk.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga
profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama hamil, masa kehamilan dan masa
nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi
baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.
Jumlah bidan di Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebanyak 137.110 orang, dengan
rasio bidan terhadap penduduk sebesar 55,2 bidan per 100.000 penduduk. Rasio bidan
terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2013 terlihat pada Gambar 3.3.
Provinsi dengan rasio bidan terhadap penduduk tertinggi tertinggi terdapat di Aceh
sebesar 204,3 bidan per 100.000 penduduk, Bengkulu sebesar 141,7 bidan per 100.000
penduduk dan Papua Barat sebesar 105,7 bidan per 100.000 penduduk. Rasio bidan terhadap
penduduk terendah terdapat di DKI Jakarta sebesar 28,8 bidan per 100.000 penduduk, Jawa
Barat sebesar 29,2 bidan per 100.000 penduduk dan Banten sebesar 30,5 bidan per 100.000
Tenaga Kesehatan
53
penduduk. Jumlah sumber daya manusia kesehatan tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 3.1.
GAMBAR 3.3
RASIO BIDAN TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2013
54
GAMBAR 3.4
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2013
Jumlah dokter spesialis di puskesmas di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 135 orang.
Jumlah tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 34 orang dan Jawa Timur sebesar 31
orang. Jumlah dokter gigi yang bertugas di puskesmas pada tahun 2013 sebanyak 6.883 orang.
Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh puskesmas di Indonesia (9.655) maka dapat diartikan
bahwa belum seluruh puskesmas memiliki dokter gigi. Sedangkan jumlah perawat gigi di
Indonesia sebesar 10.150 orang. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas di sajikan dalam
Gambar 3.5 berikut.
GAMBAR 3.5
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2013
Tenaga Kesehatan
55
Jumlah perawat di seluruh puskesmas sebanyak 115.747 orang, sehingga rata-rata tiap
puskesmas memiliki 12 orang perawat. Jumlah perawat gigi sebesar 10.150 orang perawat gigi.
Jumlah tenaga bidan sebanyak 102.176 orang, sehingga rata-rata tiap puskesmas memiliki 11
orang bidan. Rincian jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 3.2.
Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit
sebanyak 36.081 orang, dengan rata-rata 16 dokter spesialis per rumah sakit; dokter umum
yang bertugas di rumah sakit sebanyak 21.283 orang, dengan rata-rata 10 dokter umum per
rumah sakit dan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit sebanyak 4.295 orang, dengan ratarata 2 dokter gigi per rumah sakit. Perawat yang bertugas di rumah sakit sebanyak 164.309
orang, dengan rata-rata 74 perawat per rumah sakit dan bidan yang bertugas di rumah sakit
sebanyak 31.254 orang, dengan rata-rata 14 bidan per rumah sakit. Rincian jumlah tenaga
kesehatan di rumah sakit pemerintah dapat dilihat pada Lampiran 3.4.
56
Pada Gambar 3.7, tahun 2013 dapat dilihat jumlah tenaga PTT terutama untuk dokter
umum dan dokter gigi terbesar ada pada daerah dengan kriteria sangat terpencil dan terpencil.
Dokter PTT di di daerah sangat terpencil berjumlah 1.815 orang, daerah terpencil berjumlah
1.112 orang dan dokter PTT di daerah biasa hanya 226 orang. Jumlah dokter gigi PTT aktif di
daerah sangat terpencil dan terpencil juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah di
daerah biasa. Jumlah dokter gigi di daerah sangat terpencil berjumlah 628 orang, daerah
terpencil berjumlah 495 orang sedangkan di daerah biasa hanya berjumlah 45 orang.
Hal berbeda terjadi pada tenaga bidan PTT aktif. Jumlah bidan PTT di daerah biasa lebih
besar jika dibandingkan dengan daerah terpencil atau daerah sangat terpencil. Jumlah bidan di
daerah biasa berjumlah 21.452 orang, sedangkan jumlah bidan di daerah terpencil berjumlah
11.991 orang dan daerah sangat terpencil berjumlah 8.692 orang. Rincian lengkap mengenai
jumlah dokter/dokter gigi spesialis PTT, dokter umum PTT, dokter gigi PTT, bidan PTT aktif
menurut kriteria wilayah dan provinsi di Indonesia tahun 2013 dapat dilihat di Lampiran 3.7
s.d. 3.10.
Pada tahun 2013 telah diangkat tenaga kesehatan PTT untuk daerah dengan kriteria
biasa, terpencil, dan sangat terpencil sebanyak 15.931 orang, yang terdiri dari dokter spesialis
Tenaga Kesehatan
57
dan dokter gigi spesialis PTT sejumlah 57 orang, dokter umum PTT sejumlah 3.075 orang,
dokter gigi PTT sebanyak 1.169 orang dan bidan PTT sejumlah 11.630 orang.
GAMBAR 3.8
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER UMUM,
DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DI INDONESIA TAHUN 2013
Gambar 3.8 menunjukkan jumlah pengangkatan tenaga kesehatan PTT didaerah biasa,
terpencil dan sangat terpencil pada tahun 2013 untuk tenaga dokter/dokter gigi spesialis,
dokter umum, dokter gigi dan bidan. Jumlah pengangakatan dokter/dokter gigi spesialis hanya
ada pada daerah terpencil, sebesar 57 orang. Jumlah pengangkatan dokter umum dan dokter
gigi terbesar pada daerah sangat terpenci. Pada pengangkatan bidan, lebih banyak di daerah
biasa dibandingkan dengan daerah terpencil dan sangat terpencil. Rincian lengkap mengenai
jumlah pengangkatan dokter/dokter gigi spesialis, dokter umum, dokter gigi dan bidan dapat
dilihat pada Lampiran 3.12 s.d. 3.15.
58
Selama tahun 2013 telah dilakukan pengangkatan penugasan khusus sebanyak 2.379
orang, yang terdiri dari 873 residen, 927 perawat, 203 tenaga gizi, 181 tenaga kesehatan
lingkungan, 105 analis kesehatan, 15 bidan, 52 farmasi, 20 tenaga kesehatan gigi, 1 fisioterapis,
1 radiografer dan 1 perekam dan info kesehatan. Jumlah penugasan khusus tenaga kesehatan
terbesar terdapat di Provinsi Aceh sebanyak 290 orang, Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak
249 orang dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 229 orang. Sedangkan jumlah
penugasan khusus tenaga kesehatan tidak terdapat di Provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.
Secara lengkap, jumlah pengangkatan tenaga residen dan tenaga penugasan khusus dapat
dilihat pada Lampiran 3.16.
Tenaga Kesehatan
59
60
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen pembiyaan. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan terdiri dari
pembiayaan bersumber pemerintah dan pembiayaan bersumber masyarakat.
Pembiayaan Kesehatan
63
64
Persentase anggaran kesehatan Pemda Provinsi terhadap total APBD di atas termasuk
dengan gaji pegawai. Pada gambar di atas terdapat tujuh provinsi dengan persentase melebihi
sepuluh persen. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 ketika hanya 6 provinsi
dengan persentase anggaran kesehatan di atas sepuluh persen. Tujuh provinsi dengan
persentase anggaran kesehatan di atas sepuluh persen pada tahun 2013 yaitu Kalimantan
Selatan, Bali, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Maluku. Sedangkan 26
provinsi lainnya memiliki anggaran kesehatan pada APBD provinsinya kurang dari sepuluh
persen. Data dan informasi lebih rinci mengenai APBD provinsi pada tahun 2013 terdapat pada
Lampiran 4.2.
Pembiayaan Kesehatan
65
GAMBAR 4.3
JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2013
Pada gambar di atas nampak bahwa jumlah kunjungan rawat jalan pada tingkat pertama
jauh lebih besar dibandingkan rawat inap. Pola yang sama juga nampak pada layanan kesehatan
tingkat lanjut di rumah sakit, yaitu jumlah kunjungan rawat jalan lebih besar dibandingkan
rawat inap.
Pada tahun 2013, terdapat 76,29 juta kunjungan peserta jamkesmas ke pelayanan
kesehatan rawat jalan, yang terdiri dari 69,51 juta kunjungan rawat jalan tingkat pertama dan
6,78 juta kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Sedangkan gambaran pada pelayanan kesehatan
rawat inap adalah sebanyak 5,12 juta yang terdiri dari 3,48 juta kunjungan rawat inap tingkat
pertama dan 1,64 juta kunjungan rawat inap tingkat lanjut. Jumlah kunjungan di pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan jumlah
kunjungan pada tahun 2012 seperti yang terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 4.4
JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2009-2013
66
Pembiayaan Kesehatan
67
GAMBAR 4.5
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Bengkulu memiliki penyerapan
dana BOK tertinggi sebesar 99,92% dan Provinsi Kalimantan Timur memiliki penyerapan
terendah sebesar 89,6%. Pada tahun 2013, terdapat 8 provinsi dengan realisasi lebih rendah
dari persentase penyerapan nasional. Data dan informasi mengenai alokasi serta realisasi dana
BOK menurut provinsi tahun 2013 terdapat pada Lampiran 4.3..
BOK merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI disamping
Jamkesmas/Jampersal sehingga terus diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan dengan
optimal oleh Puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan tangan Kementerian
Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan
BOK di kabupaten/kota. Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kader
kesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses
pada masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan dana utama
penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana tambahan yang
bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan. Sumber
pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.
***
68
KESEHATAN KELUARGA
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari sekelompok orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan biasanya memiliki
hubungan darah atau perkawinan, dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga memiliki
fungsi yang sangat strategis dalam mempengaruhi status kesehatan diantara anggotanya.
Diantara fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat yaitu memenuhi kebutuhan gizi dan
merawat serta melindungi kesehatan para anggotanya.
Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja
upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan Angka
Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas
pelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud termasuk
aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri.
A. KESEHATAN IBU
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan
negaranegara tetangga.
Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan Angka
Kematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan menganggap bahwa
setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama
kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood initiative ditindaklanjuti dengan
peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden yang melibatkan berbagi sektor
pemerintahan di samping sektor kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kematian ibu adalah penempatan bidan di tingkat desa secara besarbesaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
ke masyarakat. Di tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi
sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi Making
Pregnancy Safer. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan
neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah
kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi-provinsi tersebut dikarenakan
52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut.
Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan
dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan.
Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui program
EMAS dilakukan dengan cara:
Kesehatan Keluarga
71
Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150
rumah sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED).
Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit.
Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari
saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan
memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana. Di samping
itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa
muda dalam upaya percepatan penurunan AKI.
j)
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator
Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai
jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan
terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke
tenaga kesehatan.
Gambaran kecenderungan cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2004 hingga tahun 2013
dapat dilihat pada gambar 5.1.
72
GAMBAR 5.1
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI INDONESIA TAHUN 2004 2013
Pada gambar 5.1 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K1 dan K4 mengalami kenaikan. Cakupan K1 dan K4 yang secara umum mengalami
kenaikan tersebut menunjukkan semakin baiknya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Dari gambar tersebut juga dapat
dilihat bahwa kenaikan cakupan K1 dari tahun ke tahun relatif lebih stabil jika dibandingkan
dengan cakupan K4. Cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2013 dimana
angkanya mengalami penurunan dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25% pada tahun
2013. Hal itu sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dari 80,26% pada 2007 menjadi 86,04% pada 2008, namun setelah itu mengalami
penurunan menjadi 84,54% di tahun berikutnya. Kemudian setelah terus mengalami kenaikan,
cakupan K4 kembali menurun pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun sebelumnya.
Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada
tahun 2013 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan
tahun yang sama, yakni sebesar 93%. Meski demikian, terdapat 4 (empat) provinsi yang
angkanya telah dapat mencapai target tersebut. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta
(95,76%), Jambi (93,61%), Sumatera Selatan (93,21%), dan Bali (93,06%). Capaian pelayanan
kesehatan ibu hamil K4 dari masing-masing provinsi dapat dilihat pada gambar 5.2.
Kesehatan Keluarga
73
GAMBAR 5.2
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K4 MENURUT PROVINSI, TAHUN 2013
Pada gambar 5.2 dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) provinsi yang memiliki
cakupan pelayanan ibu hamil K4 relatif rendah, yakni Papua (31,90%), Papua Barat (50,09%),
dan Nusa Tenggara Timur (61,78%). Secara nasional, cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 pada tahun 2013 adalah sebesar 86,85%.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan untuk
semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat hingga
ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Dari segi sarana
dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655
Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk
sudah melampaui rasio ideal 1:30.000 penduduk. Demikian pula dengan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu. Sampai dengan tahun
2013, tercatat terdapat 54.731 Poskesdes yang beroperasi dan 280.225 Posyandu di Indonesia.
Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal juga makin diperkuat dengan adanya
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya Jaminan
Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011, dimana keduanya saling bersinergi. BOK dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu,
kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, pelaksanaan kelas ibu hamil serta penguatan
kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal,
termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping, baik pada kehamilan
normal maupun kehamilan dengan risiko tinggi.
Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan dapat
mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.
74
GAMBAR 5.3
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4 IDEAL DI INDONESIA, TAHUN 2013
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, dan Badan Litbangkes, Kemenkes RI, 2014
Gambar 5.3 di atas memperlihatkan perbedaan antara hasil pencatatan rutin dan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengambangan Kesehatan. Untuk cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 ideal, data
menurut pencatatan rutin adalah 95,25%, sedangkan menurut Riskesdas 81,6%. Untuk cakupan
K4 idealnya, menurut pencatatan rutin adalah sebesar 86,85%, sedangkan menurut Riskesdas
adalah 70,4%. Perbedaan ini dikarenakan pada Riskesdas 2013, sampel penelitian adalah ibu
yang pernah hamil anak terakhir sejak 1 Januari 2010 hingga pada saat wawancara dilakukan.
Selain itu, masih terdapat perbedaan persepsi di daerah mengenai definisi operasional dari
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4. Data dan informasi terkait pelayanan
kesehatan ibu hamil disajikan pada lampiran 5.1 5.6.
Kesehatan Keluarga
75
sebelumnya, dua provinsi yang lain mengalami kenaikan. Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan di provinsi Papua pada 2013 adalah 33,31%, sedangkan capaian pada tahun
sebelumnya adalah sebesar 43,54%. Selengkapnya tentang cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan di Indonesia menurut provinsi tahun 2013 disajikan pada gambar 5.5.
GAMBAR 5.4
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA
TAHUN 2004 2013
76
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada tahun 2010
membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/
fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap
turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan
bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan
menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga
kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi
rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga kesehatan
termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan persalinan
setiap saat.
Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah dengan
mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para
dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke
bidan.
Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di
dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu
Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang
dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain itu, Kementerian Kesehatan sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 juga telah
meluncurkan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan jaminan paket pembiayaan sejak
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan
bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Penyediaan Jampersal diyakini turut meningkatkan
cakupan Pn di seluruh wilayah Indonesia. Keberhasilan pencapaian target indikator Pn
merupakan hasil dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta.
GAMBAR 5.6
PROPORSI KELAHIRAN BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN DI INDONESIA, RISKESDAS 2013
Kesehatan Keluarga
77
Seperti terlihat pada gambar 5.6 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
kelahiran dilakukan di Rumah Bersalin/Klinik/Praktek Tenaga Kesehatan yakni sebesar 38,0%.
Terbanyak ke dua adalah di rumah (29,6%), kemudian di Rumah Sakit (21,4%). Dari data
tersebut terlihat bahwa persalinan yang dilakukan di rumah masih cukup tinggi, dimana rumah
merupakan tempat ke dua terbanyak sebagai tempat melahirkan. Sedangkan
Polindes/Poskesdes merupakan tempat bersalin yang paling sedikit, dimana hanya 3,7% saja
yang memanfaatkannya sebagai tempat bersalin. Selain itu, sebesar 7,3% kelahiran dilakukan di
Puskesmas/Pustu.
GAMBAR 5.7
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DAN CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2013
Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa meski cakupan pelayanan ibu hamil K4 secara
nasional mengalami penurunan, namun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
mengalami kenaikan. Persentasenya bahkan melebihi cakupan K4. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi Pemerintah. Pelayanan antenatal memiliki peranan yang sangat penting, di
antaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tata laksana dini komplikasi yang dapat timbul
pada saat persalinan. Apabila seorang ibu datang langsung untuk bersalin di tenaga kesehatan
tanpa adanya riwayat pelayanan antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan kemungkinan
komplikasi saat persalinan akan lebih sulit diantisipasi.
GAMBAR 5.8
PROPORSI PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI TERTINGGI
DI INDONESIA, RISKESDAS TAHUN 2013
78
Kesehatan Keluarga
79
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
baru lahir, termasuk keluarga berencana;
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam
menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
GAMBAR 5.10
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI INDONESIA TAHUN 2008 2013
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa capaian cakupan kunjungan nifas (KF3) di
Indonesia dalam kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami kenaikan. Capaian indikator KF
lengkap yang meningkat dalam 6 tahun terakhir merupakan hasil dari berbagai upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta. Program penempatan
Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan terus dilaksanakan. Selain itu, dengan
diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas,
Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan
termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas, di antaranya kegiatan sweeping atau
kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan
Pemerintah makin meningkat sejak diluncurkannya Jampersal pada tahun 2011, dimana
pelayanan nifas termasuk paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal. Data dan informasi
terkait pelayanan kesehatan ibu nifas disajikan pada lampiran 5.11.
80
Pada gambar 5.11 di atas dapat diketahui bahwa secara umum, cakupan penanganan
komplikasi kebidanan di Indonesia selama kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami kenaikan,
meski pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan. Cakupan penanganan komplikasi
kebidanan secara nasional pada tahun 2013 ialah 73,31%.
GAMBAR 5.12
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2013
Kesehatan Keluarga
81
Sumber:
Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, Hasil Analisis Lanjut
Sensus Penduduk Tahun 2010
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa diperkirakan 20% kehamilan akan mengalami
komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi
dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2)
tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan
partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala
III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan
identifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan
pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan;
5) proses rujukan efektif; 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian
dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu
mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang
bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran;
serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif
(PONEK) yang dapat dijangkau.
82
Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah satunya melalui
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan
fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko
kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan
salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan pada tahun 2007. Sampai dengan
tahun 2013, tercatat 66.629 (86%) desa/kelurahan telah melaksanakannya. . Pelaksanaan P4K
di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam membuat
perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiap-siagaan keluarga dalam
menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang
tepat.
Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, ditargetkan pada
akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal 4 (empat) Puskesmas rawat inap
mampu PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan
PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, Puskesmas dan Rumah Sakit
diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diatasi
dengan cepat dan tepat.
Standardisasi PONEK untuk rumah sakit dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan bekerjasama dengan organisasi profesi yang terkait (POGI, IDAI dan IBI)
serta Badan PPSDMKes Kemenkes RI. Lokakarya PONEK dilakukan selama 5 hari, meliputi
materi manajemen dan klinik PONEK yang kemudian diikuti dengan latihan on the job training
PONEK untuk mengenalkan cara melakukan bimbingan teknis untuk perbaikan kinerja Tim
PONEK rumah sakit. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, jumlah
rumah sakit siap PONEK di Indonesia sampai dengan Desember 2013 sebanyak 424 rumah sakit
dari 750 rumah sakit umum milik Pemerintah, sedangkan jumlah Puskesmas PONED sampai
dengan Desember tahun 2013 adalah 2.782 puskesmas. Data dan informasi selengkapnya
mengenai rumah sakit siap PONEK dan Puskesmas PONED disajikan pada lampiran 2.3 dan 2.5.
Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan
upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level
masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam upaya
penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan dapat
menghasilkan suatu rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang. Data dan informasi terkait pelayanan/penanganan
komplikasi maternal disajikan pada lampiran 5.10.
5. Pelayanan Kontrasepsi
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi
kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di
atas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif
untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan
perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak,
berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa jumlah
anak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayanan
Kesehatan Keluarga
83
KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi
dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan
dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan.
Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran
atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia
15-49 tahun.
GAMBAR 5.14
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN)
YANG BERSTATUS KAWIN DI INDONESIA, RISKESDAS 2013
Dari gambar 5.14 dapat kita lihat bahwa sebagian besar WUS saat ini menggunakan
kontrasepsi, yakni sebanyak 59,7%. Dimana sebanyak 59,3% wanita usia subur menggunakan
kontrasepsi modern, dan hanya 0,4% nya yang menggunakan kontrasepsi cara tradisional.
Selain itu, dapat diketahui pula bahwa sebanyak 24,8% dari wanita usia subur mengaku pernah
menggunakan kontrasepsi, meski saat ini tidak sedang menggunakannya. Sedangkan 15,5%
wanita usia subur mengaku tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
GAMBAR 5.15
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DI INDONESIA TAHUN 2013
84
Dari gambar 5.15 dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan terbanyak ke dua adalah pil
(24,54%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif
adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,22%.
Persentase peserta KB aktif di tiap provinsi selengkapnya dapat dilihat pada gambar 5.16.
GAMBAR 5.16
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Gambar 5.16 di atas menunjukkan bahwa provinsi dengan persentase peserta KB aktif
tertinggi ialah Provinsi Aceh (89,9%), kemudian DIY (89,08%), dan Bali (86,16%). Sedangkan
provinsi dengan persentase peserta KB aktif terendah ialah Provinsi Papua Barat (4,80%) dan
Provinsi Papua (16,09%). Secara nasional, persentase peserta KB aktif pada tahun 2013 ialah
sebesar 76,73%.
Sedangkan pada peserta KB baru, persentase metode kontrasepsi yang terbanyak
digunakan adalah suntikan, yakni sebesar 48,56%. Metode terbanyak ke dua adalah pil, sebesar
26,60%. Metode yang paling sedikit dipilih oleh para peserta KB baru adalah metode operasi
pria (MOP) sebanyak 0,25%, kemudian metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1,52%, dan
kondom (6,09%). Gambaran mengenai persentase peserta KB baru menurut metode
kontrasepsi tahun 2013 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 5.17. Selain itu, persentase
peserta KB baru menurut provinsi tahun 2013 disajikan pada gambar 5.18.
Kesehatan Keluarga
85
GAMBAR 5.17
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI TAHUN 2013
GAMBAR 5.18
CAKUPAN PESERTA KB BARU MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Dari gambar 5.18 di atas dapat dilihat bahwa provinsi dengan persentase peserta KB
baru tertinggi ialah Provinsi DKI Jakarta (36,35%), kemudian Bengkulu (28,79%), dan Sumatera
Selatan (24,9%). Sedangkan provinsi dengan persentase peserta KB baru terendah ialah
Provinsi Papua (8,85%), Bali (11,21%), dan Papua Barat (11,59%). Secara nasional, persentase
peserta KB baru pada tahun 2013 adalah sebesar 18,49%. Data dan informasi terkait
kontrasepsi selengkapnya disajikan pada lampiran 5.12 5.18.
86
B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka
kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari
20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil
SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi
penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi.
Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal)
menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian
anak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 19902015.
Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai indikator
kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR), penanganan
komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi, inisiasi menyusu dini,
pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan balita di Posyandu, imunisasi
dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat, pelayanan
kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan pada kasus kekerasan anak, dan pelayanan
kesehatan anak terlantar dan anak jalanan di panti.
Kesehatan Keluarga
87
GAMBAR 5.19
PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan
BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,8%)
dan terendah di Sumatera Utara (7,2%).
Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi
karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah mempunyai
kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi.
Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf
pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal, termoregulasi.
88
sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan
kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit
dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat
pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di
rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi
Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di
tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.
Pada gambar 5.16 berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan
komplikasi menurut provinsi tahun 2013.
GAMBAR 5.20
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Kesehatan Keluarga
89
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa
ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan
merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia
yang rentan ini, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada
kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai
standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus
(bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5%
dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab
kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi.
Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi
pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai
standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk
menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga
pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat
menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk
menurunkan kematian bayi baru lahir.
Terkait hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam
pelaksanaan kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu pertama dan satu kali
pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8 28
hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini adalah pada umur
6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen
program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal yang
komprehensif.
Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru
lahir (umur 6 jam - 48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani
sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan
yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif
dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir
mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat
lahir. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut provinsi, digambarkan pada
gambar 5.17.
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah
KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan
Neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari
sesuai standar di satu wilayah kerja pada satu tahun
90
GAMBAR 5.21
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Capaian KN lengkap di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 87,23%. Capaian ini telah
memenuhi target program tahun 2013 sebesar 84%. Terdapat 27 provinsi telah memenuhi
target tersebut. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut provinsi di Indonesia
terdapat pada gambar 5.18 berikut ini.
GAMBAR 5.22
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Kesehatan Keluarga
91
Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap cukup baik di
Indonesia yang dapat dilihat dari capaian yang cukup tinggi di sebagian besar provinsi.
Terdapat 26 provinsi telah mencapai Renstra 2013, yaitu 84%, dimana capaian tertinggi
terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 95,41%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung
sebesar 94,47%, dan DI Yogyakarta sebesar 94,33%. Sedangkan provinsi dengan capaian
terendah adalah Papua sebesar 25,41%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 51,79%, dan Sumatera
Utara sebesar 68,22%.
Capaian KN lengkap secara nasional mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012,
yaitu dari 87,79% menjadi 87,23% pada tahun 2013. Gambar berikut ini menampilkan cakupan
KN lengkap dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2008, mulai ditetapkan
kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3 kali kunjungan.
GAMBAR 5.23
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2009-2013
Cakupan KN lengkap nampak mengalami sedikit penurunan dari 78,04% pada tahun
2009 menjadi 71,5% pada tahun 2010. Cakupan ini kembali meningkat menjadi 84,14% pada
tahun 2011. Kemudian cakupan KN lengkap menunjukkan kecenderungan peningkatan seiring
dengan pemberlakuannya kebijakan KN lengkap tahun 2008 yang mensyaratkan 3 kali
kunjungan diimplementasikan.
Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada lampiran 5.22.
92
Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG,
DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi
serta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam
meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
serta peningkatan kualitas hidup bayi.
Gambaran capaian indikator ini di 33 provinsi menunjukkan bahwa sebagian besar
provinsi telah memenuhi target Renstra tahun 2013 seperti yang disajikan pada gambar berikut
ini.
GAMBAR 5.24
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Pada gambar 5.20 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 18 provinsi (54,5%) dengan
capaian melebihi 87%. Provinsi DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi sebesar 97,29% diikuti
oleh Bali sebesar 96,39% dan Jawa Timur sebesar 95,76%. Provinsi Kepulauan Riau memiliki
capaian terendah sebesar 31,72% diikuti oleh Papua sebesar 35,12%, dan Papua Barat sebesar
56,39%. Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait pelayanan kesehatan pada bayi tahun
2013 terdapat pada lampiran 5.27.
Kesehatan Keluarga
93
Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting
untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan
dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI.
Waktu pertama kali mendapatkan ASI segera setelah lahir secara bermakna
meningkatkan kesempatan hidup bayi. Jika bayi mulai menyusui dalam waktu 1 jam setelah
lahir, 22 % bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama (setara dengan sekitar satu juta bayi
baru lahir setiap tahun di dunia) sebenarnya dapat dicegah. Jika proses menyusui ini dimulai
dalam satu hari pertama, maka hanya 16 % bayi yang dapat diselamatkan.
Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana
bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu).
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya.,
bagi bayi kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia
(kedinginan). Selain itu juga, bayi memperoleh bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya
lebih kebal dari bakteri lain di lingkungan. Dengan kontak pertama, bayi memperoleh
kolostrum, yang penting untuk kelangsungan hidupnya, dan bayi memperoleh ASI (makanan
awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi sehingga bayi akan lebih
berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusui. Sedangkan manfaat bagi ibu
adalah menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan
merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum).
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan
inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini
dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Maka diharapkan
semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan dapat mensosialisasikan
program tersebut.
Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase proses mulai mendapat ASI kurang
dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 34,5%. Persentase proses mulai mendapat ASI antara 1 6 jam sebesar 35,2%,
persentase proses mulai mendapat ASI antara 7 23 jam sebesar 3,7%, sedangkan persentase
proses mulai mendapat ASI antara 24 47 jam sebesar 13,0% dan persentase proses mulai
mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7%.
Persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini)
tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 52,9% diikuti oleh Sulawesi Selatan sebesar
44,9%, dan Sumatera Barat sebesar 44,2%. Sedangkan persentase inisiasi menyusu dini
terendah terdapat di provinsi Papua Barat sebesar 21,7%, diikuti oleh provinsi Riau sebesar
22,1%, dan Kepulauan Riau sebesar 22,7%. Gambaran proses mulai mendapat ASI kurang dari
satu jam (inisiasi menyusu dini) menurut provinsi disajikan pada gambar 5.25.
94
GAMBAR 5.25
PERSENTASE BAYI MULAI MENDAPAT ASI KURANG DARI 1 JAM PERTAMA
(INISIASI MENYUSU DINI) PADA ANAK UMUR 0-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013
Data dan Informasi mengenai persentase proses mulai mendapat ASI pada anak umur 023 bulan pada tahun 2013 terdapat pada lampiran 5.21.
Kesehatan Keluarga
95
25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%. Gambaran
pemberian ASI eksklusif menurut provinsi disajikan pada gambar berikut ini.
GAMBAR 5.26
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada
masalah medis
b) Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi
kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan pemberian
ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang laktasi dan
perangkat pendukungnya
c) Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum
berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih
mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.
d) Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI
e) Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait
pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu:
a) Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian
ASI Eksklusif
b) Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Sampai tahun 2012 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui kepada
3.929 orang dan MP-ASI sebanyak 416 orang.
96
Kesehatan Keluarga
97
prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat.
Di beberapa negara dimana kekurangan vitamin A telah terjadi secara luas, dan anak
sering meninggal karena diare, dan campak, vitamin A dalam bentuk kapsul dosis tinggi
dibagikan dua kali dalam setahun kepada anak usia enam bulan hingga lima tahun. Diare dan
campak dapat menguras vitamin A dari tubuh anak. Anak yang menderita diare atau campak,
atau menderita kurang gizi harus diobati dengan suplemen vitamin A dosis tinggi yang bisa
diperoleh dari petugas kesehatan terlatih.
Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat
(prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 provinsi
tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan hasil survey
vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%.
Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata,
masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan
memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan
pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah 75%. Dengan
demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan
hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi, vitamin A
meningkatkan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis
100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul
vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.
Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada
balita usia 6-59 bulan.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia tahun
2013 mencapai 83,9%. Capaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang sebesar
82,8%. Dengan peningkatan yang tidak terlalu tinggi, maka masih diperlukan upaya untuk
meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut antara lain melalui
peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya
masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A.
Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi pada tahun 2013 adalah DI
Yogyakarta sebesar 98,88%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,61% dan Bali sebesar 96,79%.
Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 45,92%, diikuti oleh Papua
Barat sebesar 50,70% dan Maluku sebesar 62,91%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A
menurut provinsi ditampilkan pada gambar 5.27.
98
GAMBAR 5.27
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Data dan informasi tentang pemberian vitamin A pada balita yang dirinci menurut
provinsi pada tahun 2013 dapat dilihat pada lampiran 5.31.
Menurut data Riskesdas 2013, persentase anak umur 6-59 bulan yang menerima kapsul
vitamin A selama enam bulan terakhir tahun 2013 di Indonesia tahun 2013 mencapai 75,5%.
Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi berdasarkan Riskesdas 2013
adalah Nusa Tenggara Barat sebesar 89,20%, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 84,40% dan
Jawa Tengah sebesar 84,00%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Sumatera
Utara sebesar 52,30%, diikuti oleh Papua sebesar 53,10% dan Sulawesi Barat sebesar 59,60%.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut provinsi dari hasil Riskesdas tahun 2013
ditampilkan pada gambar berikut ini.
Kesehatan Keluarga
99
GAMBAR 5.28
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA ANAK UMUR (6-59 BULAN)
SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013
Data dan informasi tentang pemberian vitamin A pada balita selama enam bulan
terakhir yang dirinci menurut provinsi pada tahun 2013 dari hasil Riskesdas dapat dilihat pada
lampiran 5.32.
100
Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
80,30%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 75,1%. Capaian pada
tahun 2013 telah memenuhi target Renstra 2013 sebesar 80%. Pada tingkat provinsi terdapat
18 provinsi dengan capaian melebihi target 80% seperti yang ditampilkan pada gambar berikut.
GAMBAR 5.29
CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S)
DI INDONESIATAHUN 2013
Pada gambar diatas diketahui bahwa provinsi yang memiliki capaian tertinggi adalah
Jawa tengah sebesar 89,43%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 88,42%, dan Jawa Timur sebesar
88,36%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 38,85%, diikuti oleh
DKI Jakarta sebesar 54,37% dan Papua Barat sebesar 56,50%.
Setiap anak harus memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yang terdapat dalam buku KIA
agar dapat dipantau pertumbuhannya. Dengan KMS terlihat apakah anak tumbuh dengan baik
sesuai usianya. KMS diberikan pada orang tua pada saat kunjungan balita ke Posyandu. Maka
kunjungan balita ke Posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S.
Namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan
balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana prasarana
untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas
dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat
terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Data dan informasi tentang
penimbangan balita di posyandu pada tahun 2013 terdapat pada lampiran 5.34.
Kesehatan Keluarga
101
9. Imunisasi
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang
sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke
dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi
imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat
menimbulkan kecacatan atau kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke
dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda
asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh
akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat
pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat.
Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang
ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki memori untuk mengenali
antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam
waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi
alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi
terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit
dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi
adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya sakit ringan.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap
penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan
terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.
a. Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan atau diteteskan
melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih menjadi masalah. Sepuluh dari 100 orang
akan menderita hepatitis sepanjang hidupnya jika tidak diberi vaksin hepatitis B. Sampai
dengan seperempat dari jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang menjadi
kondisi penyakit hati yang serius, seperti kanker hati. Disamping itu wajib diberikan imunisasi
hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk mencegah penularan virus hepatitis dari ibu kepada
anaknya.
Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis. Imunisasi DPT dapat
mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Diptheri menyebabkan infeksi saluran
pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kesulitan bernafas bahkan
kematian. Tetanus menyebabkan kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan
dapat mengakibatkan kematian. Pertusis atau batuk rejan mempengaruhi saluran pernafasan
dana dapat menyebabkan batuk hingga delapan minggu.
Semua anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah tungkai tibatiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yang terinfeksi polio, maka satu orang
akan menjadi cacat sepanjang hidupnya.
102
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib
mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4
dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang
diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang
dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk
mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan
campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.
Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2013 sebesar 97,85%.
Capaian tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup
regional. Cakupan pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang
sebesar 99,3%. Pada tingkat provinsi, terdapat 21 provinsi yang telah berhasil mencapai target
90% seperti yang disajikan pada gambar 5.25 berikut.
GAMBAR 5.30
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki capaian
tertinggi sebesar 109,37% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 107,9% dan Jambi sebesar
104,86%. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua sebesar 66,93%, diikuti
oleh Papua Barat sebesar 76,59% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 80,69%.
Sedangkan berdasarkan laporan Riskesdas 2013, persentase imunisasi campak secara
pada anak 12 23 bulan secara nasional sebesar 82,1%. Capaian tersebut belum memenuhi
target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Menurut Riskesdas 2013,
Kesehatan Keluarga
103
pada tingkat provinsi, hanya 8 provinsi yang telah berhasil mencapai target 90% seperti yang
disajikan pada gambar 5.26 berikut.
GAMBAR 5.31
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
PADA ANAK UMUR 12-23 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa yang memiliki capaian tertinggi adalah
Provinsi DI Yogyakarta sebesar 98,1% diikuti oleh Gorontalo sebesar 94,9% dan Sulawesi Utara
sebesar 94,4%%. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua sebesar 56,8%,
diikuti oleh Aceh sebesar 62,4% dan Banten sebesar 66,7%.
Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis
imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar
tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 90,00%. Angka ini telah memenuhi target Renstra pada tahun 2013
yang sebesar 88%. Dengan demikian terdapat 15 provinsi (45,45%) yang telah memenuhi
target Renstra tahun 2013.
104
GAMBAR 5.32
CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Tiga provinsi dengan capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang tertinggi pada
tahun 2013 adalah di Provinsi Jawa Tengah sebesar 100,73% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
sebesar 99,47%, dan Jawa Timur sebesar 99,31%. Sedangkan tiga provinsi dengan capaian
terendah adalah Papua sebesar 66,57%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 67,66%, dan Sulawesi
Tenggara sebesar 69,90%. Data dan informasi terkait imunisasi dasar pada bayi yang dirinci
menurut provinsi tahun 2013 terdapat pada lampiran 5.24.
b. Universal Child Immunization
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah
Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu
desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan
tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2013 adalah
sebesar 95%. Pada tahun 2013 terdapat 9 provinsi yang memiliki persentase desa UCI melebihi
target 95% seperti yang nampak pada gambar berikut ini.
Kesehatan Keluarga
105
GAMBAR 5.33
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Pada Gambar 5.14 dapat diketahui bahwa terdapat tiga provinsi memiliki capaian
tertinggi sebesar 100%, yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jambi. Kemudian diikuti oleh
Lampung sebesar 99,27%. Sedangkan Provinsi Papua memiliki capaian terendah sebesar
13,05%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 41,21%, dan Sulawesi Tenggara sebesar 56,50%.
Informasi terkait capaian desa UCI pada tahun 2011 - 2013 menurut provinsi terdapat pada
lampiran 5.29.
Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya.
Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun
demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi yang
mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan
imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1- Campak. Indikator ini diperoleh dengan
menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi
DPT/HB1.
Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2013 sebesar 3,3%. Angka ini
lebih rendah dibandingkan tahun 2011 sebesar 3,6%. DO Rate DPT/HB1-Campak menunjukkan
kecenderungan penurunan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 yang artinya semakin
sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kecenderungan
penurunan tersebut dijelaskan pada gambar berikut.
106
GAMBAR 5.34
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI
DI INDONESIA TAHUN 2007-2013
DO rate DPT/HB1-campak diharapkan agar tidak melebihi 5%. Batas maksimal tersebut
telah berhasil dipenuhi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2013 terdapat
19 provinsi dengan DO rate 5%. Data dan informasi lebih rinci mengenai drop out rate
cakupan imunisasi pada tahun 2013 DPT/HB1-campak tahun 2013 terdapat pada lampiran
5.26.
Kesehatan Keluarga
107
indikator ini juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 73,52%.
Capaian indikator menurut provinsi juga menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi di
Indonesia memiliki capaian di bawah 83% seperti yang terlihat pada gambar berikut.
GAMBAR 5.35
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Penurunan terjadi dari kondisi pada tahun 2012 dimana terdapat 7 provinsi yang
memiliki capaian kurang dari target 81%, pada tahun 2013 tampak hanya 4 provinsi yang
memiliki capaian melebihi target 83%, yaitu DKI Jakarta, Bali, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah,
seperti yang tampak pada gambar 5.2.9 diatas. DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi yaitu
sebesar 93,80%, diikuti oleh Bali sebesar 87,98%, dan DI Yogyakarta sebesar 85,46%.
Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 8,43%, diikuti oleh
Kepulauan Riau sebesar 25,23%, dan Sulawesi Tengah sebesar 38,60%. Data dan informasi
menurut provinsi terkait upaya pelayanan kesehatan anak balita disajikan pada lampiran 5.27
108
disini adalah tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah
dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang
ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter
kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan
setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa
dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh
serta lingkungan pada umumnya.
Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan
terhadap murid SD/MI kelas 1 juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi
keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan
selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat
dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk
memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :
1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)
2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan
6. Pengukuran kebugaran jasmani
7. Deteksi dini masalah mental emosional.
Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yang melakukan
penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD
atau sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2013
di Indonesia yang sebesar 73,91% mengalami penurunan dibandingkan cakupan tahun 2012
yang sebesar 83,95%. Selain terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, capaian
tersebut juga belum memenuhi target Renstra 2013 yang sebesar 94%.
Kesehatan Keluarga
109
GAMBAR 5.36
CAKUPAN SEKOLAH DASAR/SETINGKAT YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Dari gambar 5.30 diketahui bahwa sebagian besar provinsi belum memenuhi target
94%, hanya 6 provinsi yang telah mencapai target Renstra 2013 yaitu Bali, DI Yogyakarta,
Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan Riau. Ada dua provinsi dengan
capaian 100%, yakni provinsi Bali dan DI Yogyakarta. Kemudian diikuti oleh Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 99,63%, DKI Jakarta sebesar 99,07%, Sumatera Barat sebesar 96,83%, dan
Riau sebesar 94,98%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar
13,69%, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 17,81%, dan Papua sebesar 17,85%.
Sedikitnya jumlah provinsi yang telah memenuhi target Renstra Kemenkes berarti sulit
terpenuhinya target penjaringan SD/MI. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa masalah.
Masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah kurangnya tenaga di Puskesmas
sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak, sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan
membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi
dengan baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di Puskesmas
namun di beberapa Provinsi, pengelola program UKS di Kabupaten/Kota berada pada struktur
organisasi yang berbeda sehingga menjadi penyebab koordinasi pencatatan dan pelaporan
tidak berjalan dengan baik . Data dan informasi tentang cakupan penjaringan siswa
SD/sederajat kelas 1 menurut provinsi terdapat pada lampiran 5.39.
110
pada tahun 2003 yang bertujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada remaja.
Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun di luar
gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah ataupun masyarakat. Hal ini
dilakukan agar layanan yang diberikan dapat menjangkau semua kelompok remaja (10-19
tahun). Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu :
1) Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis
agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di
sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun;
2) Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah murid
di sekolah binaan; dan
3) Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling yang
kontak dengan petugas PKPR.
Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada langkah
promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan psikososial
dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Layanan konseling menjadi ciri dari
PKPR mengingat permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga
psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja juga dilakukan melalui kegiatan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan ke
sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya.
Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada program PKPR.
Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja sebagai konselor sebaya yang
diharapkan mampu menjadi agen pengubah di kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat
potensial karena adanya kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya sebagai
tempat berdiskusi dan rujukan informasi.
Selain pemberian informasi dan edukasi, dan kegiatan seperti disebutkan diatas,
pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan perkembangan
kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi,
pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak
dapat ditanggulangi di sekolah.
Persentase kabupaten/kota dengan minimal 4 puskesmas mampu tata laksana PKPR
pada tahun 2013 terdapat pada gambar 5.31.
Kesehatan Keluarga
111
GAMBAR 5.37
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA PKPR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Berdasarkan target tahun 2013 yang ditentukan oleh program yaitu 70%, terdapat 27
provinsi telah melampaui target tersebut. Hanya 6 provinsi yang belum mencapai target tahun
2013. Persentase kabupaten/kota dengan minimal 4 puskesmas mampu tata laksana PKPR di
Indonesia tahun 2013 sebesar 81,6%, mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar
77,67%.
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 81,69%
kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki 4 puskesmas mampu laksana PKPR. Pada
tahun 2013 terdapat 11 provinsi dengan persentase 100%, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan
tahun 2012 yang sebanyak 10 provinsi. Provinsi dengan persentase 100% artinya seluruh
kabupaten telah memiliki sedikitnya 4 Puskesmas mampu PKPR. Jumlah kab/kota yang
memiliki minimal 4 puskesmas PKPR pada tahun 2013 sebanyak 406 kab/kota. Jumlah
puskesmas PKPR tahun 2013 sebesar 3.077 puskesmas tersebar di 33 provinsi. Data dan
informasi lebih rinci menurut provinsi terkait persentase kabupaten/kota dengan puskesmas
mampu laksana PKPR disajikan pada lampiran 5.37.
Untuk keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR digunakan strategi
sebagai berikut:
1. Peningkatan Akses dan Kualitas Penyelenggaraan PKPR
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan terlatih tentang penyelenggraan PKPR
khususnya dalam memberikan konseling. Pelatihan di tingkat provinsi didukung oleh
dana dekon terutama untuk provinsi yang belum mencapai target indikator
Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 4 puskesmas mampu laksana PKPR.
112
Kesehatan Keluarga
113
114
Kekerasan terhadap anak merupakan tindak pidana berat, dalam Pasal 108 KUHAP ayat
(3) menyatakan bahwa setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang
mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera
melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik. Untuk itu, telah dibuat Permenkes nomor
68 tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi layanan Kesehatan untuk memberikan informasi
atas adanya dugaan kekerasan terhadap anak. Diharapkan dengan Permenkes ini, tenaga
kesehatan di lapangan dapat bekerja secara profesional dan aman.
GAMBAR 5.38
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA KTA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Pada gambar 5.32 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 76,26%
kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki 2 puskesmas mampu laksana KtA. Pada tahun
2013 terdapat 14 provinsi dengan persentase 100%, jumlah ini sama dengan kondisi pada
tahun 2012 yaitu sebanyak 13 provinsi. Provinsi dengan persentase 100% artinya seluruh
kabupaten/kota di provinsi tersebut telah memiliki sedikitnya 2 Puskesmas mampu
Tatalaksana KtA. Provinsi tersebut yaitu Papua Barat, Maluku, Sulawesi Tenggara, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, NTB, Bali, Banten, DIY, Jakarta, Sumatera Selatan, Jambi dan
Sulawesi Utara. Sedangkan provinsi yang capaiannya dibawah target (75 %) adalah Papua,
Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sulawesi barat dan
Kalimantan Barat. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait persentase
kabupaten/kota dengan puskesmas mampu laksana KtA disajikan pada lampiran 5.36.
Kesehatan Keluarga
115
116
Upaya perlindungan bagi anak dengan disabilitas adalah sama dengan anak lainnya
yaitu upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak, agar mereka dapat hidup, tumbuh dan
berkembang secara optimal serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh yang dapat diperoleh melalui
upaya di bidang kesehatan maupun pendidikan dan sosial.
Sebagai salah satu negara yang melakukan ratifikasi terhadap konvensi hak-hak
penyandang disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities/ CRPD) melalui UU
nomor 19 tahun 2011, Indonesia memiliki kewajiban untuk agar isi Konvensi agar sepenuhnya
dapat dilakukan di Indonesia. Prinsip umum konvensi adalah meningkatkan pemenuhan hakhak penyandang disabilitas termasuk dalam hal aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan.
Terkait anak dengan disabilitas pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan
upaya diantaranya deteksi dini, stimulasi dan intervensi tumbuh kembang anak, skrining
hipotiroid kongenital dan melibatkan anak dengan disabilitas untuk menjadi kader kesehatan di
SLB melalui UKS.
Program ADD merupakan salah satu program yang harus dilaporkan bersama dengan
program kesehatan bagi penyandang disabilitas oleh Kementerian Kesehatan melalui
Kementerian Luar Negeri di tingkat internasional setiap 4 tahun, mengingat Indonesia telah ikut
meratifikasi Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas (Conventinon of The Right of People with
Disability).
Pengembangan program yang dilakukan bagi ADD melalui dua pendekatan yaitu
melalui program UKS di SLB dan melalui pembinaan kesehatan ADD di tingkat keluarga.
Program pembinaan ADD di SLB melalui UKS.
Pembinaan kesehatan ADD di tingkat keluarga dikembangkan, mengingat sebagian
besar ADD berada di masyarakat sehingga perlu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
(community awareness) tentang hak-hak anak dengan disabilitas dan upaya pemberdayaan
masyarakat/keluarga/orangtua, agar dapat melakukan pengasuhan yang benar apabila
memiliki Anak dengan Disabilitas.
Diharapkan program ini dapat menumbuhkan kemandirian orangtua/keluarga untuk
mampu membimbing dan melatih anak tentang aktivitas hidup sehari-hari seperti toilet
training, kebersihan diri termasuk menyikat gigi sendiri, memperhatikan tumbuh kembang
anak dengan memberikan asupan gizi yang memadai, mengenal tanda-tanda penyakit dan
upaya pencegahannya serta memberikan latihan sederhana bagi anak agar dapat mencapai
kemampuan optimal sesuai potensi yang dimiliki.
Target pembinaan SLB oleh puskesmas adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu) atau
lebih pelayanan kesehatan melalui UKS di SLB, antara lain penyuluhan tentang kesehatan anak,
penyuluhan tentang kesehatan lingkungan, penjaringan kesehatan, pemberantasan sarang
nyamuk, imunisasi, pengobatan, dan lain - lain.
Tahun 2013 capaian Rencana Aksi Nasional Hak Azasi Manusia (RAN HAM) untuk
pembinaan kesehatan anak di SLB sudah dilakukan di 22 Provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Barat,
Lampung, Riau, Kalsel, Banten, Sumatera Selatan, NTB, Sulawesi Utara, Sumatera Utara,
Gorontalo, Kalimantan Barat, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau) capaian
100%. Sejalan dengan sasaran provinsi yang melaksanakan program UKS dengan mengacu pada
buku Pedoman Pembinaan Kesehatan Anak di SLB bagi petugas kesehatan. Kegiatan yang sudah
dilakukan di tahun 2013 yaitu, Revisi Modul RBM untuk yankes anak penyandang cacat dan
pertemuan koordinasi yankes anak penyandang cacat di SLB (Tipe A dan Tipe B).
Kesehatan Keluarga
117
Sedangkan tahun 2014 target pembinaan pelayanan kesehatan oleh puskesmas melalui
UKS di SLB dilaksanakan di 27 propinsi yaitu 22 prov di tahun 2013 ditambah 5 provinsi
pengembangan baru yaitu, NTT, Aceh, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Sementara itu, gambaran masalah kesehatan pada ABH, pada umumnya meliputi:
Infeksi kulit, seperti scabies,
Infeksi Saluran Pernafasan: ISPA, TB,
Masalah kesehatan reproduksi remaja: Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
HIV & AIDS,
Masalah narkoba: NAPZA termasuk rokok
Kondisi sanitasi lingkungan Lapas masih kurang
Kebijakan dan strategi dalam program kesehatan bagi ABH dikembangkan sesuai
dengan indikator pada Inpres No 3 Tahun 2010-2011 dilanjutkan pada tahun 2012 2014
sebagai RAN HAM, yaitu: pembinaan kesehatan bagi ABH di Lapas/Rutan dan rujukan di Rumah
Sakit. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan PHBS, penyuluhan tentang kesehatan anak,
penyuluhan tentang kesehatan lingkungan, penjaringan kesehatan, pemberantasan sarang
nyamuk, imunisasi, pengobatan, dan lain lain.
Target program puskesmas membina lapas adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu)
atau lebih pelayanan kesehatan di lapas. Tahun 2013 capaian RAN HAM untuk pembinaan
kesehatan di Lapas/Rutan sudah dilaksanakan di 25 provinsi yaitu 96%. Sedangkan tahun 2014
target pembinaan pelayanan kesehatan oleh puskesmas terhadap ABH dilaksanakan di 29
propinsi yaitu 25 prov di tahun 2013 ditambah 4 provinsi pengembangan baru yaitu
Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, Gorontalo dan Maluku Utara.
C. STATUS GIZI
1. Status Gizi Balita
Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah
kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami
kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun
pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat.
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam MDGs adalah status
gizi balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan
118
(TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu :
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan
indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah
gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan
tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena pendek
(masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).
Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang
terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita
dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan
tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat.
Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%
berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015
yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 %
dalam periode 2013 sampai 2015.
Gambaran kekurangan gizi balita pada tahun 2013 terdapat pada gambar berikut ini.
GAMBAR 5.39
PERSENTASE BALITA KEKURANGAN GIZI
BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR BB/U
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013
Kesehatan Keluarga
119
Kepulauan Bangka Belitung (15,1%). Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila
prevalensi kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat
tinggi bila 30 persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kekurangan
gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan gizi pada balita di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi.
Diantara 33 provinsi, terdapat dua provinsi termasuk kategori prevalensi sangat tinggi, yaitu
Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (33,0%).
Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya:
kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari
sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator status gizi
berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat
dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah
penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah
kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif
pada saat dewasa.
Pada tahun 2013 terdapat 37,2% balita dengan tinggi badan di bawah normal yang
terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan 19,2% balita pendek. Dibandingkan tahun 2010,
terjadi peningkatan persentase balita pendek dan sangat pendek pada tahun 2013 dari 35,6%
menjadi 37,2%. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8
% tahun 2007 dan 18,5% tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0% pada tahun
2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013. Gambaran balita dengan tinggi badan di bawah normal
pada tahun 2013 terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 5.40
PERSENTASE BALITA DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH NORMAL
BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR TB/U
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS, TAHUN 2013
120
Menurut provinsi, prevalensi balita pendek terendah terjadi di Kepulauan Riau (26,3%),
DI Yogyakarta (27,3%), dan DKI Jakarta (27,5%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita
pendek tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%). Dan Nusa
Tenggara Barat (45,2%).
Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 39
% dan serius bila prevalensi pendek 40% (WHO 2010). Sebanyak 13 provinsi termasuk
kategori berat, dan sebanyak 15 provinsi termasuk kategori serius. Ke 15 provinsi tersebut
adalah: Papua (40,1%), Maluku (40,6%), Sulawesi Selatan (40,9%), Sulawesi Tengah (41,0%),
Maluku Utara (41,1%), Kalimantan Tengah (41,3%), Aceh (41,5%), Sumatera Utara (42,5%),
Sulawesi Tenggara (42,6%), Lampung (42,6%), Kalimantan Selatan (44,2%), Papua Barat
(44,7%), Nusa Tenggara Barat (45,2%), Sulawesi Barat (48,0%). dan Nusa Tenggara Timur
(51,7%).
Indikator antropometri lain untuk menilai status gizi balita yaitu berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Pada tahun 2013 terdapat 12,1% balita wasting (kurus) yang terdiri dari
6,8% balita kurus dan 5,3% sangat kurus. Gambaran balita kurus dengan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) pada tahun 2013 terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 5.41
PERSENTASE BALITA KURUS BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB)
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013
Angka ini menurun dibandingkan tahun 2010 dengan persentase 13,3%. Prevalensi
sangat kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3 %, terdapat penurunan
dibandingkan tahun 2010 (6,0 %) dan tahun 2007 (6,2%). Demikian pula halnya dengan
prevalensi kurus sebesar 6,8 persen juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3 persen
(tahun 2010) dan 7,4 % (tahun 2007).
Terdapat 17 provinsi dimana prevalensi balita kurus diatas angka nasional, dengan
urutan dari prevalensi tertinggi, adalah: Kalimantan Barat, Maluku, Aceh, Riau, Nusa Tenggara
Kesehatan Keluarga
121
Timur, Papua Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Papua, Banten, Jambi, Kalimantan Selatan,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau dan Maluku Utara.
Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,0
14,0%, dan dianggap kritis bila 15,0 persen (WHO 2010). Pada tahun 2013, secara nasional
prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1 persen, yang artinya masalah kurus di Indonesia
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Diantara 33 provinsi, terdapat 23
provinsi yang masuk kategori serius, dan 6 provinsi termasuk kategori kritis, yaitu Kalimantan
Barat, Maluku, Aceh dan Riau
122
Menurut laporan Riskesdas tahun 2013 provinsi dengan prevalensi kelebihan berat
badan pada penduduk >18 tahun terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (12,95%), Lampung
(18,52%), Nusa Tenggara Barat (19,47%). Provinsi dengan prevalensi kelebihan berat badan
tertinggi yaitu Sulawesi Utara (40,54%), Kalimantan Timur (35,38%), dan DKI Jakarta
(34,67%).
Prevalensi penduduk kurus terendah di Provinsi Sulawesi Utara (5,6%) dan tertinggi di
Nusa Tenggara Timur (19,5%). Dua belas provinsi dengan prevalensi penduduk dewasa kurus
diatas prevalensi nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Jawa
Timur, Maluku, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan
Selatan, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi penduduk obesitas terendah di
provinsi Nusa Tenggara Timur (6,2%) dan tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%). Enam belas
provinsi dengan prevalensi diatas nasional, yaitu Jawa Barat, Bali, Papua, DI Yogyakarta, Aceh,
Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau,
Maluku Utara, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk
yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang
tertinggi. Rincian status gizi pada balita dan dewasa menurut provinsi dapat dilihat pada
lampiran 5.42 sampai lampiran 5.46.
***
Kesehatan Keluarga
123
124
PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Bab 6 berisi pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan. Data mengenai
pengendalian penyakit terdiri atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit
menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan melalui binatang.
Situasi penyakit, baik kesakitan maupun kematian, merupakan indikator dalam menilai derajat
kesehatan suatu masyarakat.
A. PENGENDALIAN PENYAKIT
Selain membahas pengendalian penyakit yang menjadi prioritas pembangunan
kesehatan nasional, pada subbab ini juga dibahas pengendalian penyakit di daerah tropis yang
salah satunya disebabkan oleh nyamuk, juga neglected disease seperti filariasis.
1. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi
basil tuberkulosis.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case notification rate
(CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu
tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu).
i. Kasus Baru BTA Positif
Pada tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+) sebanyak 196.310
kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2012 yang sebesar
202.301 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga
provinsi tersebut hampir sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu
hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di
seluruh Indonesia kasus BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Sumatera Utara, kasus pada
laki-laki dua kali lipat dari kasus pada perempuan.
Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada kelompok
umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,40% diikuti kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,41%
dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,39%. Proporsi kasus baru BTA+ menurut
kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut ini.
127
GAMBAR 6.1
PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2013
Kasus baru BTA+ pada kelompok umur 0-14 tahun merupakan proporsi yang paling
rendah. Dari Gambar 6.1 terlihat bahwa kasus tuberkulosis rata-rata terjadi pada orang dewasa.
ii. Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus Tb
Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus Tb menggambarkan prioritas
penemuan pasien Tb yang menular di antara seluruh pasien Tb paru yang diobati. Angka ini
diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65%
maka hal itu menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas
untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA+).
GAMBAR 6.2
PROPORSI BTA+ DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013
128
Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2013 proporsi pasien baru
BTA+ di antara seluruh kasus belum mencapai target yang diharapkan meskipun tidak terlalu
jauh berada di bawah target minimal yang sebesar 65%. Hal itu mengindikasikan kurangnya
prioritas menemukan kasus BTA+. Namun, sebanyak 18 provinsi (54,55%) provinsi telah
mencapai target tersebut. Papua Barat, DKI Jakarta, dan Papua merupakan provinsi dengan
proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus yang terendah yaitu masih di bawah 40%.
GAMBAR 6.3
PROPORSI BTA+ DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
MENURUT PROVINSITAHUN 2013
INDONESIA
60
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Jambi
Gorontalo
Sulawesi Barat
Kalimantan Barat
Aceh
Sumatera Utara
Lampung
Sulawesi Tengah
Bengkulu
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Barat
Maluku Utara
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Riau
Nusa Tenggara Barat
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Timur
Banten
Kalimantan Tengah
Maluku
Jawa Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
Bali
DI Yogyakarta
Kepulauan Riau
Papua
DKI Jakarta
Papua Barat
95
92
90
89
88
83
82
77
77
75
75
73
72
70
68
67
67
67
65
63
58
58
57
57
56
54
51
49
48
44
38
36
35
0
10
20
30
40
50
target
minimal 65%
60
70
80
90
100
(%)
129
GAMBAR 6.4
ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2013
Gambar 6.5 berikut memperlihatkan besarnya angka notifikasi atau CNR BTA+ menurut
provinsi tahun 2013.
GAMBAR 6.5
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+
PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
130
Provinsi dengan CNR BTA+ terendah yaitu DI Yogyakarta (35,2), Bali (40,1), dan Jawa
Tengah (60,6). Sedangkan provinsi yang tertinggi yaitu Sulawesi Utara (224,2), Sulawesi
Tenggara (183,9), dan Gorontalo (177,3).
iv. Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator yang
digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka
keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Berikut ini digambarkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2008-2013.
GAMBAR 6.6
ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BTA+
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013
100
91,0
91,0
91,2
90,3
90,2
90,5
81,5
82,9
83,9
83,7
83,7
82,8
90
80
70
60
% 50
40
30
20
10
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pada Gambar 6.6 terlihat perkembangan angka keberhasilan pengobatan tahun 2008-2013.
Pada tahun 2013 angka keberhasilan pengobatan sebesar 90,5%. WHO menetapkan standar angka
keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun 2013, Indonesia telah
mencapai standar tersebut.
Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target Renstra minimal 87% untuk angka
keberhasilan pengobatan pada tahun 2013. Berdasarkan hal tersebut, capaian angka keberhasilan
pengobatan tahun 2013 yang sebesar 90,5% juga telah memenuhi target Renstra.
Informasi mengenai Tuberkulosis menurut provinsi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran
6.1-6.5.
v. Prevalensi tuberkulosis
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi Tb berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari
jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400
orang yang didiagnosis kasus Tb oleh tenaga kesehatan. Penyakit Tb paru ditanyakan pada
responden untuk kurun waktu 1 tahun berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh tenaga
kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya. Hasil Riskesdas 2013
tersebut tidak berbeda dengan Riskesdas 2007 yang menghasilkan angka prevalensi TB paru
0,4%.
131
Prevalensi Tb paru berdasarkan gejala batuk 2 minggu secara nasional sebesar 3,9%
dan prevalensi TB paru berdasarkan gejala batuk darah sebesar 2,8%.
Provinsi dengan prevalensi Tb paru berdasarkan diagnosis tertinggi yaitu Jawa Barat
sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%. Sedangkan Provinsi Riau,
Lampung, dan Bali merupakan provinsi dengan prevalensi Tb paru berdasarkan diagnosis
terendah yaitu masing-masing sebesar 0,1%.
Berdasarkan karakteristik, semakin tinggi kelompok umur semakin tinggi pula
prevalensi Tb paru (diagnosis), kecuali untuk kelompok umur 1-4 tahun dengan prevalensi
yang cukup tinggi (0,4%). Sebaliknya berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin rendah prevalensi TB paru (diagnosis).
Tabel berikut ini memperlihatkan angka prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis dan
gejala menurut karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal.
TABEL 6.1
PREVALENSI TB PARU BERDASARKAN DIAGNOSIS DAN GEJALA TB PARU MENURUT KARAKTERISTIK,
RISKESDAS 2013
Karakteristik
Kelompok umur (tahun)
<1
14
5 14
15 24
25 34
35 44
45 54
55 64
65 74
75
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD/MI
Tamat SD/MI
Tamat SMP/MTs
Tamat SMA/MA
Tamat D1-D3/PT
Tempat tinggal
Perkotaan
Perdesaan
Jumlah
Diagnosis
TB paru (%)
0,2
0,4
0,3
0,3
0,3
0,3
0,5
0,6
0,8
0,7
3,6
3,3
3,4
3,7
4,5
5,6
6,6
7,0
1,3
1,5
2,2
3,0
2,9
3,4
3,4
3,7
0,4
0,3
4,2
3,7
3,1
2,6
0,5
0,4
0,4
0,3
0,3
0,2
5,6
4,5
4,1
3,5
3,2
2,9
3,6
3,0
3,7
2,7
2,3
2,6
0,4
0,3
3,6
4,3
2,3
3,3
0,4
3,9
2,8
Prevalensi TB paru pada laki-laki sebesar 0,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan yang sebesar 0,3%. Prevalensi TB paru pada penduduk di perkotaan sebesar 0,4%,
lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di perdesaan yang sebesar 0,3%.
132
Pemetaan epidemi HIV di Indonesia dibagi menjadi lima kategori, yaitu <90 kasus, 90206 kasus, 207-323 kasus, 324-440 kasus, dan >440 kasus. Gambar 6.8 berikut ini
memperlihatkan distribusi HIV di Indonesia.
133
GAMBAR 6.8
PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA
TAHUN 2012
Pada gambar 6.8, terlihat bahwa lebih dari dua per lima provinsi (14 provinsi) di
Indonesia memiliki jumlah kasus HIV > 440, meliputi seluruh provinsi di Pulau Papua dan Pulau
Jawa Bali serta beberapa provinsi di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah kasus HIV
pada kelompok tersebut menyumbang hampir 90% dari seluruh jumlah kasus HIV di Indonesia.
Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Papua, dan Jawa Timur.
Sebanyak 6 provinsi memiliki jumlah kasus HIV kurang dari 90 kasus. Bahkan Sulawesi
Barat tidak dilaporkan adanya kasus baru HIV positif pada tahun 2013.
Gambar berikut ini menampilkan kasus baru dan kumulatif penderita AIDS yang terjadi
sampai dengan tahun 2013.
GAMBAR 6.9
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS
YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN
DI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2013
134
Pada gambar di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru
sampai tahun 2012. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus baru AIDS menjadi
sebesar 5.608 kasus. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2013 sebesar 52.348
kasus.
Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2013 pada kelompok laki-laki
1,9 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan seperti digambarkan berikut ini.
GAMBAR 6.10
PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2013
Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 55,1% dan pada perempuan sebesar 29,7%.
Sebesar 15,2% penderita AIDS tidak diketahui jenis kelaminnya. DKI Jakarta merupakan
provinsi yang tidak melaporkan jenis kelamin penderita AIDS.
Pada Gambar 6.11 berikut ini disajikan penderita AIDS menurut kelompok umur.
GAMBAR 6.11
PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2013
tidak
melaporkan
umur
25,7%
5-14 tahun
0,8%
15-19 tahun
3,8%
20-29 tahun
25,3%
60 tahun
0,7%
50-59 tahun
4,0%
40-49 tahun
11,6%
30-39 tahun
26,0%
Gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian
besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40-49 tahun.
135
Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif secara seksual
dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual
lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL),
penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan dari ibu ke anak. Berikut ini
disajikan persentase kasus AIDS menurut cara penularan tersebut.
GAMBAR 6.12
PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKO
DI INDONESIA TAHUN 2013
Pada gambar di atas nampak bahwa hubungan heteroseksual masih merupakan cara
penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu sebesar 78%, diikuti oleh
penasun atau Injecting Drug User (IDU) sebesar 9,3% dan homoseksual sebesar 4,3%.
ii. Angka kematian akibat AIDS
Angka kematian (Case Fatality Rate) akibat AIDS sejak 2004 cenderung menurun seperti
Gambar 6.13 berikut ini. Pada tahun 2013 CFR AIDS di Indonesia sebesar 1,67%.
GAMBAR 6.13
ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN
DI INDONESIA TAHUN 2004-2013
136
83,8
79,6
84,1
85,4
88,9
79,6
68,2
88,2
82,6
88,3
74,3
62,6
t.a.d
t.a.d
t.a.d
82,3
t.a.d
87,0
65,6
91,5
72,8
88,2
82,6
88,3
74,3
62,6
t.a.d
t.a.d
t.a.d
82,3
t.a.d
76,7
82,3
1 Termasuk
Data pada Tabel 6.2 memperlihatkan bahwa persentase penduduk yang oernah
mendengan tentang HIV AIDS di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan baik pada
wanita maupun pria kawin. Persentase wanita yang pernah mendengar tentang HIV-AIDS
meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan.
Hasil SDKI 2012 juga menunjukkan bahwa persentase wanita umur 15-49 tahun yang
memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV AIDS dengan menggunakan kondom
dan membatasi berhubungan seks dengan satu pasangan sebesar 37,3%. Sedangkan pria kawin
umur 15-54 tahun yang memiliki pengetahuan yang sama sebesar 49,1%. Tabel berikut ini
137
Menggunakan
kondom2
Membatasi
berhubungan
seks hanya
dengan satu
pasangan3
Menggunaka
n kondom
dan
membatasi
berhubungan
seks hanya
dengan satu
pasangan3
44,5
40,5
49,0
47,6
45,9
34,6
t.a.d
62,5
61,0
64,0
62,5
60,4
45,8
t.a.d
46,4
Menggunakan
kondom2
Membatasi
berhubungan
seks hanya
dengan satu
pasangan3
Menggunakan
kondom dan
membatasi
berhubungan
seks hanya
dengan satu
pasangan3
38,2
34,3
42,5
41,4
40,5
30,0
t.a.d
53,2
61,1
52,6
60,9
65,8
56,3
t.a.d
63,2
62,3
63,3
63,8
69,6
60,1
49,8
44,2
58,4
43,0
50,4
55,8
47,3
35,8
65,9
40,0
t.a.d
t.a.d
t.a.d
50,9
62,5
46,2
t.a.d
t.a.d
t.a.d
46,3
66,0
39,9
t.a.d
t.a.d
t.a.d
42,5
32,5
56,0
44,7
37,1
27,9
58,0
t.a.d
62,1
t.a.d
48,3
t.a.d
51,5
33,5
68,2
46,0
45,4
28,4
68,2
48,4
72,0
53,2
57,2
40,6
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat
SMTA
Tamat SMTA+
5,9
14,0
28,6
43,0
8,1
22,6
41,2
60,7
4,1
10,6
23,8
36,1
15,7
25,6
49,3
62,8
14,5
31,8
51,6
68,1
10,9
20,6
38,2
52,7
63,9
80,6
57,8
77,3
81,9
67,3
Jumlah
42,9
57,6
37,3
58,5
62,8
49,1
Karakteristik
latar belakang
Umur
15-24
15-19
20-24
25-29
30-39
40-49
50-54
Status perkawinan
Belum kawin
Pernah
berhubungan
seks
Tidak pernah
berhubungan
seks
Kawin atau hidup
bersama
Cerai/janda/duda
Tempat tinggal
Perkotaan
Perdesaan
Pengetahuan pria mengenai HIV-AIDS relatif lebih tinggi dibanding wanita Sebanyak
37,3% wanita dan 49,1% pria kawin mengetahui cara mengurangi risiko penularan HIV AIDS
dengan menggunakan kondom dan membatasi seks hanya dengan satu partner (pasangan).
Pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan kondom
dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) lebih tinggi di perkotaan
138
dibandingkandi perdesaan baik pada wanita maupun pria kawin. Pengetahuan mengenai HIVAIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita.
c. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala,
batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia
adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang
memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia berdasarkan diagnosis
selama 1 bulan sebelum wawancara sebesar 0,2%. Sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala
sebesar 1,8%.
Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 yang sebesar 2,13%, period prevalence
pneumonia berdasarkan diagnosis/gejala pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi
1,8%.Pada balita, period prevalence berdasarkan diagnosis sebesar 2,4 per 1.000 balita dan
berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 18,5 per 1.000 balita.
GAMBAR 6.14
PERIOD PREVALENCE PNEUMONIA BERDASARKAN DIAGNOSIS/GEJALA
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2007 DAN 2013
Pada Gambar 6.14 terlihat bahwa sebagian besar provinsi mengalami penurunan period
prevalence pneumonia pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Terdapat 11 provinsi
(33,3%) yang mengalami kenaikan period prevalence pneumonia pada tahun 2013.
Menurut umur, period prevalence pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur
balita terutama usia <1 tahun. Menurut daerah tempat tinggal, di perdesaan period prevalence
pneumonia (2,0%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (1,6%). Sedangkan menurut status
ekonomi dengan menggunakan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah kuintil indeks
kepemilikan semakin tinggi period prevalence pneumonia.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia pada balita di
139
suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita di wilayah tersebut. Berikut ini gambaran
penemuan peneumonia pada balita tahun 2008-2013.
GAMBAR 6.15
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013
Sampai dengan tahun 2013, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27%. Selama beberapa tahun
terakhir cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk
target tahun 2013 yang sebesar 80%.
Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 1,19%. Pada kelompok bayi
angka kematian lebih tinggi yaitu sebesar 2,89% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun
yang sebesar 0,20%. Cakupan penemuan pneumonia dan kematiannya menurut provinsi dan
kelompok umur dapat dilihat pada Lampiran 6.10 dan 6.11.
d. Kusta
Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama
antara 23 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia.
Kuman kusta memiliki masa inkubasi 25 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5
tahun. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Selama periode 2008-2013, angka penemuan kasus baru kusta pada tahun 2013
merupakan yang terendah yaitu sebesar 6,79 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka
prevalensi kusta berkisar antara 0,79 hingga 0,96 per 10.000 (7,9 hingga 9,6 per 100.000
penduduk) dan telah mencapai target < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk).
Pada tahun 2013 dilaporkan 16.856 kasus baru kusta, lebih rendah dibandingkan tahun
2012 yang sebesar 18.994 kasus. Sebesar 83,4% kasus di antaranya merupakan tipe Multi
Basiler. Sedangkan menurut jenis kelamin, 35,7% penderita berjenis kelamin perempuan.
140
GAMBAR 6.16
ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
TAHUN 2008-2013
10
9,4
9,6
9,1
9,1
8,4
7,9
8,30
7,60
7,49
7,22
7,76
6,79
2
Angka prevalensi kusta per 100.000 penduduk
Angka penemuan kasus baru kusta per 100.000 penduduk
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high
burden) dan beban kusta rendah (low burden). Provinsi disebut high burden jika NCDR (new
case detection rate: angka penemuan kasus baru)> 10 per 100.000 penduduk dan atau jumlah
kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan low burden jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk dan
atau jumlah kasus baru kurang dari 1.000 kasus.
Pada Gambar 6.17 terlihat bahwa sebanyak 14 provinsi (42,4%) termasuk dalam beban
kusta tinggi. Sedangkan 19 provinsi lainnya (57,6%) termasuk dalam beban kusta rendah.
Hampir seluruh provinsi di bagian timur Indonesia merupakan daerah dengan beban kusta
tinggi.
GAMBAR 6.17
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013
Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini.
Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru
kusta yaitu angka cacat tingkat II. Angka cacat tingkat II pada tahun 2013 sebesar 6,82 per 1 juta
penduduk, menurun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 8,71 per 1 juta penduduk.
Berikut grafik angka cacat tingkat 2 selama enam tahun terakhir.
141
GAMBAR 6.18
ANGKA CACAT TINGKAT II PER 1.000.000 PENDUDUK
TAHUN 2008-2013
Provinsi dengan angka cacat tingkat II per 1 juta penduduk tertinggi pada tahun 2013
yaitu Papua (26,88), Aceh (18,62), dan Papua Barat (17,72). Hal itu menunjukkan kemampuan
mendeteksi kasus baru kusta di ketiga provinsi tersebut masih rendah.
GAMBAR 6.19
ANGKA CACAT TINGKAT II KUSTA PER 1.000.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
INDONESIA
6,82
Kalimantan Barat
DI Yogyakarta
Riau
Kalimantan Tengah
Bali
Lampung
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Timur
Nusa Tenggara Timur
DKI Jakarta
Jambi
Kepulauan Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
Bengkulu
Sulawesi Tenggara
Maluku
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
Maluku Utara
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Gorontalo
Sulawesi Utara
Papua Barat
Aceh
Papua
0,00
0,00
0,16
0,43
0,48
1,02
1,03
1,72
1,76
1,81
2,70
2,70
2,99
3,19
3,38
4,94
5,47
5,55
5,78
6,03
6,11
6,33
7,82
8,25
8,27
10,76
13,24
13,61
14,41
14,86
17,72
18,62
26,88
10
20
30
40
50
60
Indikator lain yang digunakan pada penyakit kusta yaitu proporsi kusta MB dan
proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun) di antara penderita baru yang
142
memperlihatkan sumber dan tingkat penularan di masyarakat. Proporsi kusta MB dan proporsi
pada anak periode 2008-2013 ditunjukkan pada grafik berikut ini.
GAMBAR 6.20
PROPORSI KUSTA MBDAN PROPORSI KUSTA PADA ANAK
TAHUN 2008-2013
100
90
80
70
82,15
82,43
80,73
80,4
82,69
83,42
11,39
12,01
11,19
12,25
10,78
11,88
2008
2009
2010
2011
2012
2013
60
(%) 50
40
30
20
10
0
Proporsi kusta MB
Menurut provinsi, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, dan Riau merupakan tiga provinsi
dengan proporsi kusta MB tertinggi pada tahun 2013 yaitu masing-masing sebesar 93,79%,
92,93%, dan 92,59%.
Provinsi dengan proporsi kusta pada anak tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur
(43,40%), Papua Barat (30,15%), dan Sumatera Utara (28,57%). Data/informasi terkait
penyakit kusta menurut provinsi terdapat pada Lampiran 6.16 dan Lampiran 6.17.
e. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare
merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%),
sedangkan pada golongan semua umur merupakanpenyebab kematianyang ke empat (13,2%).
Menurut Riskesdas 2013, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi
1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).
Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu-1 bulan terakhir
sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. Gambar
6.21 berikut ini menggambarkan period prevalencediare menurut provinsi.
Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan
tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013
terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294
kasus. Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara
yaitu sebesar 11,76%.
143
GAMBAR 6.21
PERIOD PREVALENCE DIARE (> 2 MINGGU 1 BULAN SEBELUM WAWANCARA)
MENURUT GEJALA, RISKESDAS 2013
Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB diare pada tahun 2013 sebesar 1,08%.
Sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan <1%. Dengan demikian secara nasional, CFR
KLB diare hampir memenuhi target program.
f. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
i. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh
pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum banyak
ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang rendah.
Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 78 kasus Tetanus Neonatorum dengan jumlah
meninggal 42 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum pada
tahun 2013 sebesar 53,8%, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 49,6%. Kasus
yang meninggal tersebut dilaporkan dari 11 provinsi.
Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebagian
besar kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 51 kasus (65,4%). Sebanyak 55
kasus (70,5%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan bidan/perawat. Namun, menurut
faktor penolong persalinan, 56 kasus (71,8%) ditolong oleh penolong persalinan tradisional,
misalnya dukun. Untuk pemotongan tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan pemotongan tali
144
pusat dengan gunting yaitu 55 kasus (70,5%). Rincian kasus Tetanus Neonatorum beserta
persentase kasus menurut faktor risiko dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.18.
ii. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan
dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah
terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD.
Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit tersebut seumur hidupnya.
Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 11.521 kasus campak, lebih rendah dibandingkan
tahun 2012 yang sebesar 15.987 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 2 kasus, yang
dilaporkan dari Provinsi Aceh dan Maluku Utara. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2013
sebesar 4,64 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 6,53 per
100.000 penduduk.
GAMBAR 6.22
INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013
Gambar 6.22 menyajikan IR campak menurut provinsi. Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat, dan Sumatera Utara merupakan provinsi dengan IR campak terendah. Bahkan
di NTT hanya dilaporkan satu kasus campak. Sedangkan Kepulauan Riau, Aceh, dan DI
Yogyakarta merupakan provinsi dengan IR campak tertinggi.
145
Menurut kelompok umur, kasus campak pada kelompok umur 1-4 tahun dan kelompok
umur 5-9 tahun merupakan yang terbesar yaitu masing-masing sebesar 27,5% dan 26,9%.
Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak pada bayi <1 tahun, merupakan
yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.120 kasus (9,7%). Gambar 6.23 berikut memperlihatkan
proporsi kasus campak per kelompok umur.
GAMBAR 6.23
PROPORSI KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2013
< 1 tahun
9,7%
> 14 tahun
21,6%
1-4 tahun
27,5%
10-14 tahun
14,3%
5-9 tahun
26,9%
Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu
4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan
epidemiologis. Pada tahun 2013, jumlah KLB campak yang terjadi sebanyak 128 KLB dengan
jumlah kasus sebanyak 1.677 kasus. Berdasarkan konfirmasi laboratorium, 24 kejadian (18,8%)
diantaranya merupakan rubella.
Frekuensi KLB campak tertinggi terjadi di Banten sebanyak 36 kejadian dengan 247
kasus. Namun provinsi dengan jumlah kasus terbanyak terjadi di Lampung yaitu sebesar 309
kasus pada 8 KLB. Diikuti Jawa Barat sebanyak 18 KLB dengan 205 kasus dan Sumatera Barat
serta Jawa Tengah masing-masing 9 KLB. Jumlah kasus yang meninggal pada KLB campak
tersebut hanya satu kasus yang dilaporkan dari Maluku Utara.
iii. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang
sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10
tahun.
Jumlah kasus difteri pada tahun 2013 sebanyak 778 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 39 kasus sehingga CFR difteri sebesar 5,01%. Dari 19 provinsi yang
melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur yaitu sebanyak 610
kasus (78,4%). Dari seluruh kasus tersebut, hampir setengah di antaranya (47,8%) terjadi pada
penderita yang tidak mendapatkan vaksin DPT.
146
GAMBAR 6.24
PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2013
< 1 tahun
1,7%
1-4 tahun
24,0%
> 14 tahun
32,4%
10-14 tahun
14,4%
5-9 tahun
27,5%
Gambaran kasus menurut kelompok umur pada tahun 2013 menunjukkan jumlah
distribusi kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur > 14 tahun, 5-9 tahun, dan1-4 tahun.
Namun kelompok umur 14 tahun memiliki rentang usia yang panjang dibanding kelompok
umur lainnya.
iv. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini
ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di
tungkai dan lengan.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau
layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak).
Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan
menetapkan non polio AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun
2013, secara nasional non polio AFP Rate sebesar 2.74/100.000 populasi anak < 15 tahun yang
berarti telah mencapai standar minimal penemuan.
GAMBAR 6.25
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK < 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2013
147
Dari 33 provinsi, 29 di antaranya (87,8%) telah mencapai target non polio AFP rate> 2
per 100.000 penduduk pada tahun 2013. Sebanyak empat provinsi yang belum mencapai target
non polio AFP rate yaitu Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Untuk
itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan yaitu diambil 14 hari
setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0C - 8C sampai di laboratorium.
GAMBAR 6.26
PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT AFP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Standar spesimen adekuat yaitu 80%. Pada tahun 2013 spesimen adekuat di Indonesia
sebesar 87,7%. Dengan demikian spesimen adekuat secara nasional telah sesuai standar.
Sebanyak 25 provinsi (75,8%) telah mencapai standar spesimen adekuat tahun 2013.
Sedangkan 8 provinsi lainnya (24,2%) tidak mencapai standar tersebut. Informasi lebih rinci
mengenai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi menurut provinsi dan kelompok umur
dapat dilihat pada Lampiran 6.12-6.24.
g. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. PenyakitDBD dapat muncul sepanjang tahun dan
148
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat.
Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus
dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 45,85 per 100.000
penduduk dan CFR/angka kematian= 0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun
2013 dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 90.245 kasus dengan IR 37,27. Target Renstra
Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2013 sebesar 52 per 100.000
penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2013. Berikut tren IR DBD
selama kurun waktu 2008-2013.
GAMBAR 6.27
ANGKA KESAKITAN (IR) DEMAM BERDARAH DENGUE
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2013
Gambaran angka kesakitan DBD menurut provinsi tahun 2013 dapat dilihat pada
Gambar 6.28 Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 26 provinsi (78,8%) yang telah mencapai
target 2013. Provinsi dengan IR DBD tertinggi tahun 2013 yaitu Bali sebesar 168,48, DKI Jakarta
sebesar 104,04, dan DI Yogyakarta sebesar 95,99 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2%. Dengan demikian pada tahun
2013 terdapat tiga provinsi yang memiliki CFR tinggi yaitu Provinsi Jambi, Kep. Bangka
Belitung, dan Nusa Tenggara Timur. Pada provinsi tersebut masih perlu upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah
sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana
penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan
kesehatan.
149
GAMBAR 6.28
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
150
Salah satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit DBD yaitu
angka bebas jentik. Sampai tahun 2013 angka bebas jentik secara nasional belum mencapai
target yang sebesar 95%.
GAMBAR 6.30
ANGKA BEBAS JENTIK
DI INDONESIA TAHUN 2010-2013
Pada tahun 2013 angka bebas jentik di Indonesia sebesar 80,09%. Sampai tahun 2013
angka bebas jentik belum mencapai target nasional yang sebesar 95%. Belum semua provinsi
melaporkan angka bebas jentik.
Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan penyakit DBD dapat dilihat pada
Lampiran 6.29 dan Lampiran 6.30.
h. Chikungunya
Demam chikungunya (demam chik) adalah suatu penyakit menular dengan gejala utama
demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan
tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam chik ditularkan oleh nyamuk Aedes
albopictus dan Aedes aegypty yang juga merupakan nyamuk penular penyakit demam berdarah
Dengue (DBD).
Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan
epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya status
kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya
tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Selama tahun 2013 terdapat dua kabupaten/kota dari satu provinsi yang melaporkan
terjadinya KLB Chikungunya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Tasikmalaya di Provinsi
Jawa Barat.
Kejadian Demam Chikungunya mengalami penurunan kasus yang cukup signifikan pada
tahun 2009-2012, namun kembali meningkat secara signifikan pada tahun 2013. Hingga saat ini
belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat Chikungunya.
151
GAMBAR 6.31
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA
TAHUN 2009-2013
Faktor penyebab turunnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relatif kering dengan
curah hujan yang rendah dan adanya imunitas pada daerah yang pernah terjangkit.
i. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang
terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit
inimenginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang
mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh
menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di
kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.
GAMBAR 6.32
JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2010 2013
15.000
(jumlah kasus)
12.500
11.969
12.066
11.902
2010
2011
2012
12.714
10.000
7.500
5.000
2.500
0
2013
Provinsi dengan kasus klinis filariasis tertinggi pada tahun 2013 yaitu Aceh (2.359
kasus), Nusa Tenggara Timur (2.203 kasus), dan Papua (1.346 kasus).
Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 302 kabupaten/kota endemis filariasis. Dari jumlah
tersebut hanya 92 kabupaten/kota (30,5%) yang melaksanakan Pemberian Obat Massal
152
Pencegahan (POMP) filariasis dan sebanyak 32 Kabupaten/Kota yang telah selesai POMP
filariasis selama lima tahun berturut-turut. Belum semua kabupaten endemis filariasis
melaksanakan POMP, hal itu disebabkan kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam
menyediakan biaya operasional POMP selama minimal lima tahun berturut- turut yang menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah. Sedangkan tanggung jawab pemerintah pusat yaitu
menyediakan obat.
j. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut gambaran peta
endemisitas malaria per kabupaten/kota di Indonesia.
GAMBAR 6.33
PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA
TAHUN 2012 DAN 2013
Tahun 2012
Tahun 2013
153
Tiga provinsi dengan API tertinggi yaitu Papua (42,65), Papua Barat (38,44) dan Nusa
Tenggara Timur (16,37). Sedangkan provinsi dengan API terendah yaitu DKI Jakarta, Bali, dan
Jawa Timur. Pada tahun 2013 di DKI Jakarta dan Bali tidak ditemukan kasus positif malara,
sedangkan di Jawa Timur hanya ditemukan 7 kasus. Secara nasional, sebesar 85% sediaan
darah dites dengan pemeriksaan mikroskopis dan 15% lainnya dites dengan Rapid Diagnostic
Test (Lampiran 6.25).
Menurut Riskesdas 2013, insiden malaria berdasarkan diagnosis sebesar 0,35% atau 3,5
per 1.000 penduduk. Pada survei ini 3 provinsi dengan insiden tertinggi sama dengan hasil
laporan rutin yaitu Papua (6,1%), Papua Barat (4,5%), dan Nusa Tenggara Timur (2,6%).
Sementara insiden malaria berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 1,9% atau 19 per 1.000
penduduk.
ii. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat harus benar
dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan program pengendalian
malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT (Artemicin-based Combination Therapy) pada
24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum habis dalam 3 hari. Hasil Riskesdas 2013
menyatakan bahwa proporsi pengobatan efektif Indonesia sebesar 45,5%. Lima provinsi
tertinggi dalam mengobati malaria secara efektif yaitu Kep. Bangka Belitung (59,2%), Sumatera
Utara (55,7%), Bengkulu (53,6%), Kalimantan Tengah (50,5%), dan Papua (50,0%).
Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria, jenis tes sediaan darah, dan angka
kesakitan serta pengobatannya dapat dilihat pada Lampiran 6.25 sampai dengan Lampiran 6.28.
154
k. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rabdovirus)
yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan
serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian
rabies, yaitu: GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), PET/Post Exposure Treatment
(penatalaksanaan kasus gigitan), dan kasus yang positif rabies dan mati berdasarkan uji Lyssa.
Pada tahun 2013 terdapat 25 provinsi (termasuk Kalimantan Utara) tertular rabies dari
34 provinsi di Indonesia (sesuai SK Menteri Pertanian). Sedangkan sebanyak sembilan provinsi
bebas rabies, lima diantaranya provinsi bebas historis (Papua, Papua Barat, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, dan NTB), dan empat provinsi dibebaskan (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, dan DKI Jakarta). Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2006 hingga saat ini tidak
dilaporkan adanya kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) begitu juga tidak ada kasus
Lyssa. Namun, status daerah kasus tertular rabies masih belum dicabut oleh Kementerian
Pertanian.
Kasus kematian karena rabies (Lyssa) di tahun 2013 secara signifikan mengalami
penurunan dari 195 pada tahun 2009 menjadi 119 kasus Lyssa pada tahun 2013. Demikian juga
dengan jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies pada tahun 2013 mengalami penurunan
dibandingkan dengan kasus GHPR dalam tiga tahun terakhir. Kasus GHPR di tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 18,4% jika dibandingkan dengan kasus GHPR tahun 2012.
Gambar 6.36 memperlihatkan bahwa penatalaksanaan kasus gigitan/Post Exposure
Treatment (PET) menurun, baik secara jumlah dari 74.331menjadi 54.059, maupun persentase
PET/VAR terhadap GHPR dari 87,7% pada tahun 2012 menjadi 78,5% pada tahun 2013.
GAMBAR 6.36
SITUASI RABIES DI INDONESIA
TAHUN 2009 2013
Gambar 6.37 berikut ini merupakan sebaran kasus rabies di Indonesia selama tahun
2013.
155
GAMBAR 6.37
SEBARAN KASUS GHPR DAN KEMATIAN AKIBAT RABIES (LYSSA) DI INDONESIA
TAHUN 2013
Pada tahun 2013 terdapat 69.136 kasus gigitan hewan penular rabies. Kasus GHPR
paling banyak terjadi di Bali yaitu sebanyak 37.066 kasus dengan kasus meninggal berdasarkan
tes lyssa yang positif rabies dan mati berjumlah satu orang. Diikuti oleh Riau dengan 5.106
GHPR dan dua belas positif rabies serta Nusa Tenggara Timur sebanyak 5.067 GHPR dan enam
positif rabies.
l. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan zoonosis yang diakibatkan bakteri Leptospira sp. Sumber
infeksi pada manusia biasanya akibat kontak secara langsung atau tidak langsung dengan urine
hewan yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah yang beriklim sedang masa
puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena temperatur adalah faktor
yang mempengaruhi kelangsungan hidup Leptospira, sedangkan didaerah tropis insidens
tertinggi selama musim hujan.
Provinsi yang melaporkan adanya kasus leptopirosis tahun 2013 yaitu Provinsi
Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur, dan
Banten. Selama lima tahun terakhir, Sumatera Selatan baru melaporkan kasus leptospirosis
pada tahun 2013.
156
TABEL 6.4
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 9 PROVINSI
DI INDONESIATAHUN 2009 2013
Provinsi
Sumatera Selatan
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Total
2009
2010
0
8
0
232
95
0
0
0
0
335
0
15
1
133
230
19
0
0
11
409
Tahun
2011
2012
0
0
11
10
29
0
184
129
626
72
5
28
0
0
2
0
0
0
857
239
2013
1
66
1
156
163
244
10
0
0
641
Dibandingkan tahun 2012, terdapat kenaikan jumlah kasus yang signifikan yaitu dari
239 kasus menjadi 641 kasus pada tahun 2013. Lonjakan kasus Leptospirosis terjadi di Jawa
Timur, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta. Peningkatan kasus tersebut salah satunya karena KLB di
Kabupaten Sampang Madura yang menyebabkan 96 kasus dengan sembilan kasus meninggal
(CFR=9,37%). KLB terjadi akibat air banjir yang terkontaminasi kencing tikus, lingkungan yang
kurang sehat, dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat masih kurang.
Angka kematian akibat leptospirosis selama enam tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar 6.38 berikut ini.
GAMBAR 6.38
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
TAHUN 2008 - 2013
Walaupun jumlah kasus pada tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012, namun
angka kematian (case fatality rate/CFR)akibat leptospirosis menurun dari 12,13% pada tahun
2012 menjadi 9,38% pada tahun 2013. Upaya yang dilakukan untuk menekan angka kematian
cukup efektif.
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis ditujukan pada upaya
penemuan dini serta pengobatan segera penderita untuk mencegah kematian, intervensi
157
lingkungan untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat persembunyaian tikus, dan
vaksinasi hewan peliharaan terhadap Leptospira.
m. Antraks
Penyakit antraks disebabkan oleh kuman antraks (Bacillus anthracis). Kuman ini dapat
membentuk spora yang tahan terhadap perubahan lingkungan dan dapat bertahan hidup
selama 60 tahun didalam tanah, sehingga sulit untuk dimusnahkan. Sumber penularan antraks
adalah hewan peliharaan seperti sapi, kerbau, kambing dan domba yang terinfeksi Bacillus
anthracis.
Pada tahun 2013 telah dilaporkan sebanyak sebelas kasus antraks dari satu provinsi
yaitu Sulawesi Selatan dengan kematian sebanyak satu orang (CFR=9,1%). Tahun 2012
ditemukan 18 kasus antraks di Nusa Tenggara Timur dan empat kasus di Sulawesi Selatan.
Sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 27 kasus antraks ditemukan di Jawa Tengah dan empat
belas kasus di Nusa Tenggara Timur. Berikut ini digambarkan distribusi kasus antraks selama
enam tahun terakhir.
GAMBAR 6.39
JUMLAH KASUS DAN CFR ANTRAKS
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013
158
GAMBAR 6.40
JUMLAH KASUS, KEMATIAN, DANCASE FATALITY RATE (CFR)FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2013
Sejak dilaporkan kasus pertama pada tahun 2005, penyebaran kasus flu burung H5N1
pada manusia telah terjadi di lima belas provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, dan Sulawesi Selatan.
Secara kumulatif, jumlah kasus tertinggi ditemukan di Provinsi DKI Jakarta sebesar 52
kasus, Jawa Barat sebesar 51 kasus, dan Banten sebesar 32 kasus.
Berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi yang dilakukan oleh Tim terpadu (Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Balitbangkes) beberapa hal yang
mempengaruhi tingginya CFR pada tahun 2013 yaitu:
1. Keterlambatan diagnosis dan keterlambatan pemberian Oseltamivir, disamping itu
juga faktor virulensi virus dan hostnya.
2. Dua dari tiga kasus tersebut tidak diberikan Oseltamivir.
3. Beberapa kasus memiliki histori kontak secara tidak langsung dengan faktor risiko,
sehingga petugas kesehatan menjadi kurang waspada terhadap gejala yang
mengarah ke Flu Burung.
2. PENYAKIT TIDAK MENULAR
Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes
melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan
63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO,
2010). Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting
dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut
menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif pada
ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan
memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik
yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, regional, dan
nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular
menjadi penyakit tidak menular.
159
Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah: merokok dan keterpaparan terhadap asap
rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan, dan
riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan.
Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah
diidentifikasi. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak
tahun 2005. Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi
Perilaku Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa Pemerintah Daerah
telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi
Walikota/Bupati dalam Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk
pengaturan makanan berisiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang gula, garam
dan lemak dalam makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika
hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor,
baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan
masyarakat. Data dan informasi mengenai penyakit tidak menular di Indonesia menurut
provinsi berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 disajikan pada lampiran 6.34 6.37.
Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam
upayanya untuk mengendalikan penyakit tidak menular pada tahun 2013 adalah sebagai
berikut.
160
1.
Posbindu PTM
Kegiatan yang mulai dikembangkan pada tahun 2011 ini merupakan salah satu wujud
peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini
terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin di
masyarakat, seperti di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa/kelurahan siaga aktif.
Selain itu, kegiatan tersebut pada saat ini telah dikembangkan pada kelompok khusus
seperti di Perusahaan Outobus (PO), kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), sekolah, dan
tempat kerja.
2.
3.
Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya pengendalian faktor
risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. beberapa upaya yang
telah dikembangkan adalah:
a. Pengembangan kawasan tanpa rokok
b. Upaya berhenti rokok di Fasyankes Primer
c. Kebijakan pengendalian rokok
d. Jajak pendapat masyarakat mengenai penerapan larangan total iklan, promosi dan
sponsorship rokok.
4.
Upaya Pengendalian Kecelakaan Lalu Lintas pada Situasi Mudik Lebaran 2013
Pada musim mudik Hari Raya Idul Fitri tahun 2013, Kemenkes RI menerbitkan Buku
Monitoring Evaluasi Kesehatan Pengemudi yang digunakan untuk mengamati
perkembangan kesehatan para pengemudi angkutan umum.
161
GAMBAR 6.41
PREVALENSI STROKE PADA UMUR 15 TAHUN () BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013
Dari gambar 6.41 di atas dapat dilihat bahwa provinsi dengan prevalensi stroke pada
umur 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala yang tertinggi pada tahun 2013 ialah
Provinsi Sulawesi Selatan (17,9), kemudian disusul DI Yogyakarta (16,9), dan Sulawesi
Tengah (16,6). Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau (5,2), kemudian
disusul oleh Jambi (5,3), dan Lampung (5,4). Kenaikan prevalensi tertinggi terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan, yakni dari 7,4 pada tahun 2007 menjadi 17,9 pada 2013.
Sedangkan penurunan prevalensi terbanyak terdapat di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu dari
14,9 pada 2007 menjadi 8,5 pada 2013. Data dan informasi mengenai stroke menurut
provinsi pada tahun 2013 disajikan pada lampiran 6.36.
Selain stroke, penyakit jantung koroner juga merupakan salah satu penyakit jantung dan
pembuluh darah. Gambaran prevalensi penyakit jantung koroner hasil Riskesdas tahun 2013 di
Indonesia menurut provinsi disajikan pada gambar 6.42.
162
GAMBAR 6.42
PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA UMUR 15 TAHUN BERDASARKAN DIAGNOSIS
DOKTER/GEJALA MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Dari gambar 6.42 di atas terlihat bahwa menurut Riskesdas tahun 2013, provinsi
dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada umur 15 tahun menurut diagnosis
dokter/gejala tertinggi ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%). Kemudian disusul oleh
Sulawesi Tengah (3,8%) dan Sulawesi Selatan (2,9%). Sedangkan prevalensi terendah terdapat
di Provinsi Riau (0,3%), Lampung (0,4%), dan Jambi (0,5%).
GAMBAR 6.43
PREVALENSI HIPERTENSI PADA UMUR 18 TAHUN BERDASARKAN WAWANCARA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013
163
Dari gambar 6.43 dapat dilihat bahwa secara nasional terjadi peningkatan prevalensi
hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat
hipertensi) dari 7,6 persen pada tahun 2007 menjadi 9,5 persen pada tahun 2013. Dari gambar
tersebut juga dapat dilihat bahwa provinsi dengan prevalensi hipertensi pada umur 18 tahun
berdasarkan wawancara yang tertinggi pada tahun 2013 ialah Provinsi Sulawesi Utara (15,2%),
kemudian disusul Provinsi Kalimantan Selatan (13,3%), dan DI Yogyakarta (12,9).
Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Papua (3,3%), kemudian disusul oleh
Papua Barat (5,2%), dan Riau (6,1%). Kenaikan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi
Sulawesi Barat, yakni dari 4,7% pada tahun 2007 menjadi 9,6% pada 2013. Sedangkan
penurunan prevalensi terbanyak terdapat di Provinsi Riau, yaitu dari 8,2% pada 2007 menjadi
6,1% pada 2013. Data dan informasi mengenai hipertensi menurut provinsi pada tahun 2013
disajikan pada lampiran 6.35.
b. Penyakit Kanker
Program pengedalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker, tetapi saat
ini masih diprioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan
kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini dan tatalaksana
yang dilakukan di Puskesmas dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim
menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA (lesi
pra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode
Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan
rehabilitatif di unit-unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker dan pembentukan
kelompok survivor kanker di masyarakat.
Selain itu, dilakukan juga pengembangan registrasi kanker sebagai suatu sistem
surveilans dengan menggunakan software SriKanDI (Sistem Registrasi Kanker di Indonesia) di
DKI Jakarta sebagai model, yang akan dikembangkan ke daerah lain di Indonesia. Kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit kanker antara lain :
1. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko.
Sampai dengan tahun 2010 telah disusun Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker yang
menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan berbagai pihak yang terlibat dalam pengendalian
kanker. Pengendalian faktor risiko kanker juga dilakukan dengan memberikan konseling dan
penyuluhan bagi perempuan yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara
di Puskesmas. Sampai tahun 2010 terdapat layanan konseling di 68 kabupaten/kota pada 14
provinsi.
2. Penemuan dan tatalaksana kasus.
Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih diprioritaskan pada 2 kanker
tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim. Program ini dimulai
sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program nasional yang dicanangkan oleh
Ibu Negara pada 21 April 2008. Program tersebut dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP).
Sampai dengan tahun 2013 program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara sampai
tahun 2013, program deteksi dini kedua kanker tersebut telah berkembang di 207
kabupaten pada 32 provinsi, yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas. Saat ini, telah
ada 405 pelatih atau trainers yang terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter
spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dokter umum serta bidan dan diperkuat
oleh 1.682 providers atau pelaksana program terdiri dari dokter umum dan bidan. Jumlah
164
diskrining sebanyak 644.951 perempuan atau 1,75% dari target perempuan usia 30-50
tahun, 28.850 (4,47%) IVA positif, curiga kanker leher rahim 840 (1,3 per 1000), benjolan
pada payudara 1.682 (2,6 per 1000).
3. Peningkatan surveilans epidemiologi.
Dalam upaya meningkatkan kualitas surveilans epidemiologi penyakit kanker, agar
diperoleh data kanker yang valid dan tidak ada duplikasi pencatatan di masyarakat, maka
dikembangkan modeling registrasi kanker berbasis populasi di DKI Jakarta. Program
tersebut akan dikembangkan ke daerah lain di Indonesia. Sampai tahun 2010, registrasi di
DKI Jakarta telah dilaksanakan di 79 rumah sakit, 2 klinik, 90 laboratorium patologi, dan 34
Puskesmas kecamatan yang membawahi 301 Puskesmas kelurahan.
4. Peningkatan jejaring kerja dan kemitraan.
Dalam mengembangkan program pengendalian kanker di Indonesia, Kementerian Kesehatan
bekerja sama dengan lintas sektor terkait, pemerintah daerah, organisasi profesi, LSM dalam
dan luar negeri, dan pihak-pihak lainnya. Kerjasama ini diantaranya diwujudkan dalam
penyusunan rencana kerja 5 tahun (2010-2014), yaitu Indonesian Cancer Control Program
(ICCP) yang disusun dari rencana kerja semua pihak yang diintegrasikan. Rencana kerja
tersebut meliputi aspek pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan, pelayanan
paliatif, surveilans epidemiologi, riset/penelitian, support dan rehabilitasi. Rencana kerja ini
diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana kegiatan
pengendalian kanker di masing-masing daerah.
Gambaran mengenai prevalensi penyakit kanker berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2013 menurut provinsi dapat dilihat pada gambar 6.44.
GAMBAR 6.44
PREVALENSI PENYAKIT KANKER () BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
165
Berdasarkan gambar 6.44 tersebut, dapat dilihat bahwa prevalensi penyakit kanker
menurut diagnosis dokter/gejala hasil Riskesdas tahun 2013 yang tertinggi adalah di Provinsi
DI Yogyakarta (4,1), kemudian Jawa Tengah (2,1), dan Bali (2,0). Sedangkan prevalensi
terendah terdapat di Provinsi Gorontalo (0,2), disusul oleh Nusa Tenggara Barat, dan Papua
Barat (0,6).
c. Penyakit Diabetes Melitus dan penyakit metabolik
Ruang lingkup pengendalian penyakit diabetes melitus dan penyakit metabolik yang
ditangani oleh Subdirektorat Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik adalah
diabetes melitus, obesitas, gangguan kelenjar tiroid, dislipidemia, gangguan metabolisme
kalsium, gangguan sekresi korteks adrenal, dan gangguan kelenjar hipotalamus.
Diabetes melitus disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, dan stress. Tujuan program pengendalian diabetes melitus dan penyakit
metabolik adalah terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko penyakit tidak menular dengan melibatkan pengelola
program pusat, daerah, UPT, lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, LSM dan
masyarakat.
Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah
dilaksanakan terdiri dari pokok-pokok kegiatan yakni sebagai berikut.
1. Penyusunan pedoman
Sampai dengan tahun 2010 telah disusun 7 pedoman dengan revisi sebanyak 3 kali.
Sosialisasi dan advokasi sampai dengan tahun 2010 juga telah dilakukan di 33 provinsi.
2. Peningkatan kapasitas SDM
Upaya ini telah dilakukan melalui training of trainer (TOT) deteksi dini dan tatalaksana
diabetes melitus dan penyakit metabolik di 16 provinsi. Selain itu juga dilaksanakan
pelatihan terhadap 180 dokter spesialis penyakit dalam dan 180 dokter umum di 6 kota,
yaitu Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar.
3. Menjalin kemitraan
Upaya lain terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah menjalin kemitraan
dengan lintas program/lintas sektor melalui pembentukan jejaring kelompok kerja diabetes
melitus, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengendalian diabetes dan penyakit
metabolik di 10 provinsi, serta pengembangan Forum Diabetes Melitus di Indonesia. Pada
tahun 2010 di bentuk Project Partnership Agreement (PPA) antara Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melalui Ditjen PPPL dengan World Diabetes Foundation (WDF) yaitu
lembaga swasta dunia yang berdedikasi dalam pencegahan dan pengobatan diabetes melitus
di negara berkembang. Tujuan dari kerja sama ini adalah melakukan intervensi pada
masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian diabetes melitus beserta faktor
risikonya.
166
GAMBAR 6.45
PREVALENSI DIABETES PADA UMUR 15 TAHUN BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013
167
3. Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya pengendalian faktor
risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. beberapa upaya yang
telah dikembangkan adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan kawasan tanpa rokok
Kemenkes RI menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai salah satu upaya
untuk melindungi masyarakat terhadap dampak paparan asap rokok terhadap
kesehatan. KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan
kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok. Ruang lingkup
KTR meliputi tempat-tempat umum, tempat kerja tertutup, sarana kesehatan,tempat
proses belajar-mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan umum.
Sampai dengan tahun 2014 (Juni 2014), sebanyak 144 kab/kota di 32 provinsi telah
memiliki kebijakan mengenai KTR.
b.
c.
d.
168
169
GAMBAR 6.46
PREVALENSI PPOK PADA UMUR > 30 TAHUN BERDASARKAN GEJALA (%)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
170
Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis pada umur 15 tahun menurut provinsi tahun 2013
ialah antara 0,1% hingga 0,5%. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah
dan terendah di Provinsi Kalimantan Timur, NTB, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Kepulauan
Bangka Belitung, Sumatera Selatan, dan Riau.
c. Asma
Prevalensi tertinggi penyakit asma berdasarkan gejala tahun 2013 ialah di Provinsi
Sulawesi Tengah (7,8%). Tertinggi ke dua di Provinsi Nusa Tenggara Timur (7,3%),
kemudian di DI Yogyakarta (6,9%). Sementara itu, prevalensi terendah terdapat di Provinsi
Lampung (1,6%), kemudian diikuti Riau, dan Bengkulu (2%). Gambaran mengenai
prevalensi penyakit asma di Indonesia menurut provinsi tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar berikut.
GAMBAR 6.48
PREVALENSI PENYAKIT ASMA BERDASARKAN GEJALA (%)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Data dan informasi mengenai prevalensi penyakit asma menurut provinsi berdasarkan
hasil Riskesdas 2013 disajikan di lampiran 6.34.
d. Merokok
Usia pertama kali merokok tiap hari di Indonesia pada tahun 2013 terbanyak berada pada
kelompok umur 15 19 tahun (50%). Terbesar ke dua berada pada kelompok umur 20
24 tahun (27%). Gambaran mengenai usia pertama kali merokok tiap hari di Indonesia
pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 6.49.
171
GAMBAR 6.49
PROPORSI PENDUDUK BERDASARKAN USIA PERTAMA KALI MEROKOK TIAP HARI
DI INDONESIA TAHUN 2013
Proporsi penduduk berumur 10 tahun yang merokok tiap hari terbanyak berada di
Provinsi Kepulauan Riau (27,2%), kemudian Provinsi Jawa Barat dan Bengkulu (27,1%).
Sedangkan proporsi yang terendah berada di Provinsi Papua (16,3%), kemudian Bali (18%),
dan Nusa Tenggara Timur (19,7%). Gambaran mengenai Proporsi penduduk berumur 10
tahun yang merokok tiap hari menurut provinsi pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar
berikut.
GAMBAR 6.50
PROPORSI PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN YANG MEROKOK TIAP HARI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
172
B. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO
(World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut WHO, ruang lingkup kesehatan lingkungan diantaranya meliputi penyediaan air
minum serta pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran.
Berdasarkan hal tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan mengadakan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskesdas 2013). Tujuan dari
Riskesdas 2013 topik kesehatan lingkungan adalah mengevaluasi program yang sudah ada,
menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan, dan mengidentifikasi faktor risiko
lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.
1. Air Minum
Komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan
kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga 2015.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik
daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau
individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Tidak semua air dapat
diminum, syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
dimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;
Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang di
perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks
500 mg/l), pH 6,5-8,5;
Salah satu parameter air minum adalah parameter fisik. Parameter fisik yang harus
dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari
hal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar. Secara nasional, berdasarkan hasil Riskesdas
2013, kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk dalam kategori baik (tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berasa tidak berbusa dan tidak berbau) sebesar 94,1%. Rincian lengkap hasil
Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum dapat
dilihat pada Lampiran 6.39.
Pembahasan air minum meliputi, proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber air
minum, proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum, proporsi rumah tangga
berdasarkan pengolahan air minum sebelum diminum, proporsi rumah tangga berdasarkan
cara pengolahan air minum sebelum diminum, dan proporsi rumah tangga yang memiliki akses
terhadap sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-INICEF 2006.
173
GAMBAR 6.51
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS SUMBER AIR MINUM
DI INDONESIA, RISKESDAS 2013
Gambar 6.51 hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga
berdasarkan jenis sumber air minum di Indonesia terbesar pada sumur gali terlindung sebesar
22,5%, kemudian air isi ulang sebesar 21 % dan sumur bor/pompa sebesar 12,8%. Proporsi
rumah tangga yang menggunakan air isi ulang dan air kemasan mempunyai persentase yang
cukup besar. Hal ini terjadi seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi tingkat
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih
untuk minum, sementara itu persediaan air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air
minum telah semakin berkurang, rumah tangga kini mulai beralih kepada produk air minum
dalam kemasan/isi ulang. Produk ini merupakan salah satu solusi untuk konsumsi air minum
karena produk dapat langsung diminum karena telah melalui proses produksi. Rincian lengkap
hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber air minum per
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.38.
Air yang layak diminum, mempunyai standar tertentu yaitu telah memenuhi
persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi
apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk
diminum. Agar air layak untuk diminum maka diperlukan pengolahan air sebelum diminum.
174
GAMBAR 6.52
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MENGOLAH AIR MINUM SEBELUM DIMINUM
DI INDONESIA, RISKESDAS 2013
Gambar 6.52 menunjukkan proporsi rumah tangga yang mengolah air minum sebelum
diminum. Secara nasional proporsi rumah tangga yang mengolah air minum sebelum diminum
sebesar 70,1%. Proporsi terbesar terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 92,7%, Nusa
Tenggara Timur sebesar 90,6%. Proporsi terendah rumah tangga yang mengolah air minum
sebelum diminum terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 33,5%, Kepulauan Riau
sebesar 36,6%. Provinsi DKI Jakarta mempunyai proporsi rumah tangga yang mengolah air
minum sebelum diminum relatif kecil (41,6%). Hal ini dimungkinkan banyaknya rumah tangga
yang menggunakan air mineral (air kemasan dan air isi ulang). Pengolahan air sebelum
diminum meliputi dimasak, penyinaran matahari, ditambah larutan tawas, disaring dan tambah
larutan tawas, disaring saja. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah
tangga yang mengolah air minum sebelum diminum dapat dilihat pada Lampiran 6.40.
175
GAMBAR 6.53
PROPORSI RUMAH BERDASARKAN CARA PENGOLAHAN AIR MINUM SEBELUM DIMINUM
DI INDONESIA, RISKESDAS 2013
Gambar 6.53 menunjukkan proporsi rumah tangga berdasarkan cara pengolahan air
minum sebelum diminum. Hasil Riskesdas 2013, rumah tangga yang mengolah air minumnya
dengan cara dimasak sebesar 96,5%. Cara ini merupakan yang paling banyak dilakukan oleh
rumah tangga. Persentase tertinggi terdapat di Provinsi Banten sebesar 97,8%, Lampung
sebesar 97,6%. Sedangkan persentase terkecil terdapat di Provinsi Maluku sebesar 90,6% dan
Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 92,6%. Pengolahan air sebelum diminum dengan cara
penyinaran matahari sebesar 2,3%. Cara ini paling banyak dilakukan di Provinsi Bengkulu
sebesar 3,8%. Pengolahan air sebelum diminum dengan cara disaring saja sebesar 0,8%. Cara
ini paling banyak dilakukan di Provinsi Maluku sebesar 6,2%. Pengolahan air sebelum diminum
dengan cara menambah larutan tawas serta disaring dan menambah larutan tawas sebesar
0,2%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdsarkan cara
mengolah air minum sebelum diminum dapat dilihat pada Lampiran 6.41.
Berdasarkan kriteria dari JMP WHO-UNICEF 2006, akses ke sumber air minum
dibedakan menjadi dua, yaitu improved dan unimproved. Improved yaitu rumah tangga yang
mempunyai akses ke sumber air minum air ledeng/PDAM, sumur bor/pompa, sumur gali
terlindung, mata air terlindung, penampungan air hujan, air kemasan (hanya jika sumber air
untuk keperluan rumah tangga lainnya improved). Unimproved yaitu rumah tangga yang
mempunyai akses ke sumber air minum air kemasan, air isi ulang, air ledeng eceran/membeli,
sumur gali tidak terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai/danau/irigasi.
176
GAMBAR 6.54
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP SUMBER AIR MINUM IMPROVED
BERDASARKAN KRITERIA JMP WHO-UNICEF 2006, RISKESDAS 2013
Gambar 6.54 menunjukkan hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga yang
memiliki akses terhadap sumber air minum improved. Secara nasional proporsi rumah tangga
yang telah memiliki akses terhadap sumber air minum improved sebesar 66,8%, sedangkan
rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum unimproved sebesar 33,2%.
Persentase terbesar rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum
improved terdapat di provinsi Bali sebesar 82% dan DI Yogyakarta sebesar 81,7%. Persentase
terendah rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum improved terdapat
di Provinsi Kepulan Riau sebesar 24% dan Kalimantan Timur sebesar 35,2%. Rincian lengkap
hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air
minum dilihat pada Lampiran 6.42.
Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum yang layak
secara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala dalam
pencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :
1. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang sebagai
sumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak termasuk sebagai sumber
air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh pendataan yang dilakukan saat ini hanya
memotret akses terhadap sumber air yang digunakan untuk minum, belum
memperhitungkan kondisi rumah tangga yang memiliki lebih dari satu sumber air yang
layak untuk diminum;
2. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju pertumbuhan
penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan konsumsi;
177
3.
4.
Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat operator air
minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan, rendahnya tarif, terbatasnya
SDM yang kompeten dan pengelolaan yang kurang efisien;
Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat, termasuk
sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak terlindungi yang mencapai
10,54%.
2. Sanitasi Layak
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang
sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia.
Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan,
mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum
bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit.
GAMBAR 6.55
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGGUNAAN
FASILITAS BUANG AIR BESAR DI INDONESIA, RISKESDAS 2013
Gambar 6.55 menunjukkan hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga
berdasarkan penggunaan fasilitas buang air besar. Secara nasional, proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri sebesar 76,2%, milik bersama 6,7%, umum
4,2% dan buang air besar secara sembarangan sebesar 12,9%. Provinsi yang mempunyai
persentase terbesar rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar sendiri terdapat
di Provinsi Riau sebesar 88,4%, menyusul Lampung dan Kepulauan Riau (keduanya sebesar
88,1%) dan terendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 50,2%, menyusul Sulawesi Barat
sebesar 52,8% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 57,8%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013
tentang proporsi rumah tangga berdasarkan penggunaan fasilitas buang air besar menurut
provinsi dilihat pada Lampiran 6.43.
178
GAMBAR 6.56
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS TEMPAT BUANG AIR BESAR
DI INDONESIA, RISKESDAS 2013
Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar rumah tangga di
Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 84,4%, plengsengan sebesar 4,8%,
cemplung/cubluk/lubang tanpa lantai sebesar 7,2%, dan cemplung/cubluk/lubang dengan
lantai sebesar 3,7%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga
berdasarkan jenis tempat buang air besar menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.44.
Berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil Riskesdas 2013,
sebesar 66% rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai tempat
pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat pembuangan akhir tinja
SPAL sebesar 4%, kolam/sawah sebesar 4,4%, sungai/danau/laut sebesar 13,9%, lubang tanah
sebesar 8,6%, pantai/tanah lapang/kebun sebesar 2,7%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013
tentang proporsi rumah tangga berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 6.45.
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, akses sanitasi layak apabila penggunaan
fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis
leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban
dengan syarat sebagai berikut :
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur
3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan,
harus dibatasi seminimal mungkin
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Untuk akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) digunakan kriteria JMP
WHO - Unicef tahun 2006. Menurut kriteria tersebut, rumah tangga yang memiliki akses
179
terhadap fasilitas sanitasi improved adalah rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air
besar milik sendiri, jenis tempat buang air besar jenis leher angsa atau plengsengan, dan tempat
pembuangan akhir tinja jenis tangki septik.
GAMBAR 6.57
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI IMPROVED
BERDASARKAN KRITERIA JMP WHO-UNICEF 2006, RISKESDAS 2013
Pada Gambar 6.57 proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi improved berdasarkan kriterian JMP WHO-UNICEF 2006 di Indonesia sebesar 59,8%.
Proporsi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 78,2%, Kepulauan Riau sebesar
74,8% dan Kalimantan Timur sebesar 74,1%. Proporsi terendah rumah tangga yang memiliki
akses terhadap fasilitas sanitasi improved terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua
sebesar 30,5%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga
berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
6.46.
Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak secara nasional terus menerus
dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala dalam pencapaiannya. Kendala tersebut antara
lain :
1. Pembangunan sanitasi belum menjadi kegiatan prioritas di provinsi dan kabupaten / kota.
2. Masih minimnya investasi sektor sanitasi, karena belum mempunyai nilai ekonomis secara
langsung,
3. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara instan, cenderung
membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada
masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari
secara berkesinambungan.
180
4.
Belum meratanya ketersediaan sarana sanitasi yang mudah, murah, dan terjangkau oleh
masyarakat
181
di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat perilaku hidup bersih dan
sehat yang dipantau, yaitu
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang ahli
dalam membantu persalinan. Jika ada kelainan dapat diketahui dan ditolong. Peralatan
tenaga kesehatan aman, bersih, dan steril.
2. Memberi bayi ASI eksklusif. Keunggulan ASI diantaranya kandungan gizinya sesuai
kebutuhan bayi, mengandung zat kekebalan, melindungi alergi, terjamin kebersihannya,
tidak basi, memperbaiki refleks menghisap, menelan, dan pernapasan bayi.
3. Menimbang balita setiap bulan. Manfaat yang didapatkan diantaranya mengetahui apakah
balita tumbuh sehat, mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui balita sakit,
berat badan dibawah garis merah, gizi buruk, kelengkapan imunisasi, penyuluhan gizi.
4. Menggunakan air bersih. Manfaat air bersih yaitu menghindarkan dari gangguan penyakit
seperti diare, kolera thypus dan lain-lain. Sumber air bersih dari mata air, sumur atau
pompa, ledeng, air hujan atau air kemasan.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Mencuci tangan membunuh kuman yang ada
di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, ISPA, penyakit kulit.
6. Menggunakan jamban sehat. Syarat jamban sehat yaitu tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau, kotoran tidak dapaat dijamah serangga dan tikus, tidak mencemari
tanah sekitar, aman dan mudah dibersihkan, dilengkapi dinding dan atap, penerangan dan
ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, tersedia air, sabun dan alat
pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
Menguras dan menyikat tempat penampungan air. Menutup rapat tempat penampungan
air. Mengubur atau menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air.
8. Makan sayur dan buah setiap hari. Manfaat makanan berserat diantaranya mencegah
diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat badan, membantu pembersihan
racun, mencegah kanker, mengatasi anemia, membantu perkembangan bakteri baik dalam
usus.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Dilakukan sedikitnya 30 menit setiap hari berupa
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap
sehat dan bugar sepanjang hari.
Pada tahun 2013, persentase rumah tangga yang ber-PHBS tertinggi di provinsi
Kalimantan Timur sebesar 75,26% diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar 75,14%.
Sedangkan persentase terendah di Provinsi Papua Barat sebesar 25,50% kemudian Provinsi
Nusa Tenggara Barat sebesar 28,94%.
5. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat
Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu indikator pelaksanaan kegiatan
penyehatan lingkungan dalam RPJMN dan Renstra 2010-2014. KKS adalah suatu kondisi
kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai
melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang
disepakati masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota.
Peraturan bersama antara Menteri Dalam Negeri dengan Menteri Kesehatan Nomor 34
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat (KKS) merupakan dasar
kegiatan penyehatan lingkungan untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Sehat yang dimulai sejak
182
tahun 1998. Kegiatan tersebut diawali di Cianjur, Balikpapan, Bandar Lampung, Pekalongan,
Malang, dan Jakarta Timur.
Penghargaan bagi daerah yang melaksanakan KKS berupa penghargaan SWASTISABA
dengan tiga kategori yaitu padapa, wiwerda, dan wistara. Pemberian penghargaan ini telah
diselenggarakan sejak tahun 2005 dan dilakukan setiap dua tahun sekali.
Pendekatan KKS tidak hanya mengutamakan pada terselenggaranya upaya peningkatan
lingkungan fisik tapi juga sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan agar
dilaksanakan secara adil, merata, dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi
sumber daya di kabupaten/kota tersebut secara mandiri sehingga diharapkan dapat
mewujudkan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan
ekonomi wilayah dan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Pada tahun 2013, kabupaten/kota yang menyelenggarakan program KKS sebanyak 325
kabupaten/kota. Provinsi yang seluruh kabupaten/kotanya telah mencapai KKS sebanyak 12
provinsi. Terdapat 4 provinsi belum ada kabupaten/kotanya yang mencapai KKS yaitu Maluku,
Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
***
183
Sebagian peserta Pelatihan Teknis Penyusunan Profil Kesehatan tingkat nasional di Bali.
184
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Kementerian Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2012. BPS, Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2012. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2013. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia 2014. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia,
Februari 2014. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 45, Februari 2014. BPS,
Jakarta.
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar. 2011. Data 101 Puskesmas Prioritas Nasional DTPK
Tahun 2007-2010 Edisi 5. Kemenkes, Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri RI. 2013. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013
Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Kementerian Dalam
Negeri, Jakarta.
Kementerian
Kesehatan
RI.
2007.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
Kementerian
Kesehatan
RI.
2010.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian
Kesehatan
RI.
2011.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2007. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2013. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas Dalam Angka 2013.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
185
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2010. Peraturan Presiden Nomor 5
Tahun 2010, Tentang RPJMN 2010 2014. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2011-2014. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
***
186
Lampiran 1.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Pembagian Wilayah
Kabupaten
Kota
Kabupaten + Kota
Kecamatan
Kelurahan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
18
25
12
10
9
11
9
12
6
5
1
17
29
4
29
4
8
8
20
12
13
11
10
11
10
21
10
5
5
9
7
10
28
399
5
8
7
2
2
4
1
2
1
2
5
9
6
1
9
4
1
2
1
2
1
2
4
4
1
3
2
1
0
2
2
1
1
98
23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497
289
436
179
163
138
228
126
225
47
65
44
626
573
78
664
155
57
116
306
174
136
152
151
167
171
306
205
77
69
118
112
174
467
6.994
Desa
(8)
0
664
259
241
162
376
168
205
67
141
267
639
769
46
783
278
80
139
319
89
138
143
224
332
169
784
370
72
71
34
112
77
91
8.309
6.464
5.281
886
1.594
1.391
2.768
1.356
2.375
313
274
0
5.295
7.809
392
7.722
1.273
634
941
2.881
1.897
1.420
1.866
1.268
1.458
1.767
2.240
1.772
657
533
1.135
1.039
1.477
4.766
72.944
Lampiran 1.2
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kelompok Umur
(2)
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Jumlah
Laki-Laki
(3)
12.192.415
12.518.639
12.192.890
11.095.683
10.334.210
11.112.770
10.400.346
9.760.871
8.700.187
7.351.899
6.132.107
4.600.113
3.059.983
2.326.065
1.601.000
1.679.306
125.058.484
Perempuan
Total
(4)
(5)
11.516.429
11.791.615
11.521.632
10.729.820
10.453.214
11.161.338
10.328.297
9.582.502
8.573.652
7.325.898
5.953.237
4.231.429
3.273.268
2.580.641
2.012.171
2.329.329
123.364.472
23.708.844
24.310.254
23.714.522
21.825.503
20.787.424
22.274.108
20.728.643
19.343.373
17.273.839
14.677.797
12.085.344
8.831.542
6.333.251
4.906.706
3.613.171
4.008.635
248.422.956
Lampiran 1.3
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS KELAMIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Laki-Laki
Perempuan
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
2.336.235
6.686.105
2.496.318
3.163.482
1.701.091
3.998.335
918.667
4.055.310
694.047
993.305
5.069.248
23.136.432
16.239.620
1.758.098
18.893.068
5.893.367
2.085.318
2.255.609
2.468.008
2.303.134
1.213.109
1.943.008
2.088.597
1.201.332
1.427.328
4.054.974
1.189.631
555.584
626.895
839.425
569.204
446.542
1.758.058
125.058.484
2.335.639
6.705.126
2.538.993
2.980.192
1.628.796
3.859.102
881.001
3.825.459
645.727
944.272
4.932.695
22.336.398
16.444.959
1.801.982
19.375.757
5.629.651
2.054.372
2.396.039
2.503.794
2.205.834
1.115.714
1.897.539
1.879.196
1.153.336
1.359.836
4.250.180
1.180.918
554.710
625.176
823.540
545.713
400.169
1.552.657
123.364.472
4.671.874
13.391.231
5.035.311
6.143.674
3.329.887
7.857.437
1.799.668
7.880.769
1.339.774
1.937.577
10.001.943
45.472.830
32.684.579
3.560.080
38.268.825
11.523.018
4.139.690
4.651.648
4.971.802
4.508.968
2.328.823
3.840.547
3.967.793
2.354.668
2.787.164
8.305.154
2.370.549
1.110.294
1.252.071
1.662.965
1.114.917
846.711
3.310.715
248.422.956
100,0
99,7
98,3
106,2
104,4
103,6
104,3
106,0
107,5
105,2
102,8
103,6
98,8
97,6
97,5
104,7
101,5
94,1
98,6
104,4
108,7
102,4
111,1
104,2
105,0
95,4
100,7
100,2
100,3
101,9
104,3
111,6
113,2
101,4
Lampiran 1.4
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Laki-Laki
(3)
2.336.235
6.686.105
2.496.318
3.163.482
1.701.091
3.998.335
918.667
4.055.310
694.047
993.305
5.069.248
23.136.432
16.239.620
1.758.098
18.893.068
5.893.367
2.085.318
2.255.609
2.468.008
2.303.134
1.213.109
1.943.008
2.088.597
1.201.332
1.427.328
4.054.974
1.189.631
555.584
626.895
839.425
569.204
446.542
1.758.058
125.058.484
Perempuan
Total
Kepadatan Penduduk
2
(Jiwa per Km )
(4)
(5)
(6)
(7)
2.335.639
6.705.126
2.538.993
2.980.192
1.628.796
3.859.102
881.001
3.825.459
645.727
944.272
4.932.695
22.336.398
16.444.959
1.801.982
19.375.757
5.629.651
2.054.372
2.396.039
2.503.794
2.205.834
1.115.714
1.897.539
1.879.196
1.153.336
1.359.836
4.250.180
1.180.918
554.710
625.176
823.540
545.713
400.169
1.552.657
123.364.472
4.671.874
13.391.231
5.035.311
6.143.674
3.329.887
7.857.437
1.799.668
7.880.769
1.339.774
1.937.577
10.001.943
45.472.830
32.684.579
3.560.080
38.268.825
11.523.018
4.139.690
4.651.648
4.971.802
4.508.968
2.328.823
3.840.547
3.967.793
2.354.668
2.787.164
8.305.154
2.370.549
1.110.294
1.252.071
1.662.965
1.114.917
846.711
3.310.715
248.422.956
57.956,00
72.981,23
42.012,89
87.023,66
50.058,16
91.592,43
19.919,33
34.623,80
16.424,06
8.201,72
664,01
35.377,76
32.800,69
3.133,15
47.799,75
9.662,92
5.780,06
18.572,32
48.718,10
147.307,00
153.564,50
38.744,23
204.534,34
13.851,64
61.841,29
46.717,48
38.067,70
11.257,07
16.787,18
46.914,03
31.982,50
99.671,63
319.036,05
1.913.578,68
80,61
183,49
119,85
70,60
66,52
85,79
90,35
227,61
81,57
236,24
15.062,94
1.285,35
996,46
1.136,26
800,61
1.192,50
716,20
250,46
102,05
30,61
15,17
99,13
19,40
169,99
45,07
177,77
62,27
98,63
74,58
35,45
34,86
8,50
10,38
129,82
Lampiran 1.5
ESTIMASI JUMLAH LAHIR HIDUP, JUMLAH BAYI (0 TAHUN), JUMLAH BATITA (0-2 TAHUN), JUMLAH ANAK BALITA (1 - 4 TAHUN), JUMLAH BALITA (0 - 4 TAHUN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Aceh
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
50.714
47.889
98.603
158.126
149.352
307.478
212.333
200.707
413.040
263.056
248.587
103.752
158.181
149.952
308.133
215.523
202.084
417.607
268.501
252.854
51.734
48.851
100.585
52.907
108.043
155.503
149.084
72.822
68.343
55.136
35.707
84.211
19.347
83.833
14.801
25.215
87.605
33.838
149.327
143.165
292.492
141.165
70.658
66.313
136.971
69.545
79.861
164.072
78.274
162.107
23.315
48.530
18.321
13.898
37.668
28.699
87.173
174.778
271.165
563.707
443.621
420.341
27.805
26.479
292.542
304.587
52.946
34.646
80.866
18.578
80.504
14.361
24.466
85.878
50.806
32.833
219.238
105.948
206.552
100.435
157.556
75.166
155.670
238.441
224.361
22.622
47.088
73.550
17.594
13.486
36.172
27.847
85.455
171.333
265.824
552.602
430.441
407.854
54.284
27.257
25.958
247.649
431.537
76.690
863.962
286.778
67.479
452.951
55.936
43.143
265.418
234.661
52.836
884.488
425.790
206.383
482.310
108.772
616.563
296.992
142.828
333.648
76.013
583.635
1.200.198
280.672
577.664
135.403
315.402
71.622
462.802
312.248
295.168
68.490
142.040
95.047
89.243
40.699
254.579
83.842
519.997
57.382
357.600
54.422
332.653
278.231
649.050
147.635
765.894
367.663
177.481
414.522
94.599
1.492.686
346.974
714.637
168.229
392.084
89.208
607.416
392.741
370.339
184.290
119.518
111.858
111.804
690.253
71.749
443.372
67.902
418.209
838.295
1.312.134
1.242.049
2.554.183
1.801.610
1.702.863
3.504.473
2.232.065
2.110.707
53.215
82.729
78.068
160.797
108.660
101.984
210.644
135.917
127.940
847.099
794.447
1.641.546
1.118.066
1.059.136
2.177.202
1.404.726
511.643
726.792
1.325.055
521.355
345.710
806.606
183.807
763.080
139.651
231.376
861.581
4.342.772
2.729.781
263.857
297.538
284.695
582.233
291.676
279.086
570.762
893.840
852.229
1.746.069
1.233.387
1.172.190
2.405.577
1.525.074
1.451.270
2.976.344
36.056
32.949
69.005
35.346
32.300
67.646
110.135
101.716
211.851
148.797
138.780
287.577
184.146
171.078
355.224
114.734
53.201
63.167
46.917
23.396
40.863
44.884
21.165
30.138
84.853
29.627
11.669
14.741
20.077
13.084
10.617
27.255
2.433.864
108.312
223.046
49.944
103.145
44.400
91.317
60.207
22.102
38.444
42.325
20.133
28.637
123.374
45.498
79.307
87.209
41.298
58.775
80.862
165.715
11.064
22.733
28.170
14.026
19.316
12.600
10.044
24.748
2.304.828
57.797
28.767
39.393
25.684
20.661
52.003
4.738.692
110.178
51.088
60.658
45.054
22.935
39.240
43.999
20.536
28.941
81.483
28.450
11.206
14.156
19.279
12.565
10.196
26.445
2.360.851
104.011
47.961
214.189
99.049
57.817
118.475
21.667
44.602
42.637
36.918
41.492
19.536
27.500
87.691
342.869
148.535
186.844
139.912
73.189
323.490
140.165
178.017
132.367
69.196
76.158
116.636
109.604
40.072
62.987
59.481
85.491
56.441
135.177
90.581
127.265
85.724
77.652
159.135
246.717
233.650
10.625
21.831
34.355
32.427
27.052
13.469
18.550
12.100
9.645
24.013
2.235.686
55.502
27.625
37.829
24.665
19.841
50.458
4.596.537
85.685
44.019
60.533
40.171
31.874
101.508
7.206.110
81.066
41.652
666.359
288.700
364.861
272.279
142.385
226.240
262.442
122.468
192.566
102.735
249.472
182.470
97.137
154.879
145.449
87.295
81.713
180.617
169.609
120.890
166.751
117.784
110.962
480.367
66.782
85.671
29.997
61.871
6.813.909
262.419
190.410
128.067
118.277
91.568
200.751
447.026
176.305
57.744
38.533
474.222
78.704
193.076
14.020.019
337.856
47.193
62.284
84.881
57.215
43.453
166.031
9.826.945
318.442
44.575
921.248
391.161
511.891
375.036
199.872
300.328
350.226
169.008
248.957
656.298
228.746
91.768
58.823
121.107
54.649
111.864
80.156
40.778
148.669
9.277.194
584.408
251.842
323.088
237.627
125.679
194.126
224.624
107.846
157.021
419.372
146.243
58.407
76.450
165.037
104.169
84.231
53.654
314.700
19.104.139
69.786
192.444
12.187.810
551.035
238.364
307.283
225.103
118.798
182.355
211.093
101.236
148.380
396.060
138.005
55.192
72.283
98.699
66.745
50.417
172.732
11.512.866
1.135.443
490.206
630.371
462.730
244.477
376.481
435.717
209.082
305.401
815.432
284.248
113.599
148.733
202.868
136.531
104.071
365.176
23.700.676
Lampiran 1.6
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDUDUK USIA MUDA, USIA PRODUKTIF DAN USIA NON PRODUKTIF MENURUT JENIS KELAMIN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) Jumlah Penduduk Usia Non Produktif (65+ Tahun)
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
766.308
2.284.638
826.453
1.046.134
521.223
1.219.592
282.235
1.191.210
201.983
292.467
1.225.817
6.820.939
4.409.137
401.420
4.815.562
1.775.069
553.101
741.742
951.957
734.991
370.076
575.512
625.211
338.640
475.683
1.317.333
427.149
181.727
231.696
310.167
203.893
149.359
621.580
36.890.004
725.766
2.158.616
777.243
986.531
493.938
1.153.263
266.697
1.123.834
192.159
274.939
1.161.694
6.457.014
4.170.286
379.000
4.573.175
1.667.445
516.602
704.560
899.777
698.571
349.198
540.633
586.119
315.985
448.563
1.244.015
401.894
173.249
218.792
290.044
192.174
139.172
537.955
34.818.903
1.492.074
4.443.254
1.603.696
2.032.665
1.015.161
2.372.855
548.932
2.315.044
394.142
567.406
2.387.511
13.277.953
8.579.423
780.420
9.388.737
3.442.514
1.069.703
1.446.302
1.851.734
1.433.562
719.274
1.116.145
1.211.330
654.625
924.246
2.561.348
829.043
354.976
450.488
600.211
396.067
288.531
1.159.535
71.708.907
1.492.680
4.181.621
1.553.784
2.040.638
1.122.620
2.629.835
603.398
2.671.322
469.716
681.090
3.697.455
15.330.091
10.783.631
1.207.109
12.920.694
3.968.874
1.405.521
1.414.643
1.396.875
1.487.582
809.226
1.308.563
1.414.790
804.787
902.052
2.543.614
721.197
356.269
371.634
497.238
349.814
289.430
1.117.576
82.545.369
1.507.208
4.239.722
1.589.202
1.911.748
1.072.948
2.531.328
576.953
2.507.246
426.441
648.832
3.607.528
14.747.793
10.965.193
1.231.881
13.234.143
3.783.006
1.389.761
1.576.511
1.473.831
1.424.297
731.754
1.275.917
1.245.908
762.789
859.063
2.740.124
729.035
358.728
378.285
497.588
336.403
254.250
1.000.043
81.615.459
2.999.888
8.421.343
3.142.986
3.952.386
2.195.568
5.161.163
1.180.351
5.178.568
896.157
1.329.922
7.304.983
30.077.884
21.748.824
2.438.990
26.154.837
7.751.880
2.795.282
2.991.154
2.870.706
2.911.879
1.540.980
2.584.480
2.660.698
1.567.576
1.761.115
5.283.738
1.450.232
714.997
749.919
994.826
686.217
543.680
2.117.619
164.160.828
77.247
219.846
116.081
76.710
57.248
148.908
33.034
192.778
22.348
19.748
145.976
985.402
1.046.852
149.569
1.156.812
149.424
126.696
99.224
119.176
80.561
33.807
58.933
48.596
57.905
49.593
194.027
41.285
17.588
23.565
32.020
15.497
7.753
18.902
5.623.111
102.665
306.788
172.548
81.913
61.910
174.511
37.351
194.379
27.127
20.501
163.473
1.131.591
1.309.480
191.101
1.568.439
179.200
148.009
114.968
130.186
82.966
34.762
80.989
47.169
74.562
52.210
266.041
49.989
22.733
28.099
35.908
17.136
6.747
14.659
6.930.110
179.912
526.634
288.629
158.623
119.158
323.419
70.385
387.157
49.475
40.249
309.449
2.116.993
2.356.332
340.670
2.725.251
328.624
274.705
214.192
249.362
163.527
68.569
139.922
95.765
132.467
101.803
460.068
91.274
40.321
51.664
67.928
32.633
14.500
33.561
12.553.221
Lampiran 1.7
ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI (15 - 39 TAHUN), IBU HAMIL, IBU BERSALIN
DAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
(4)
1.297.379
3.566.110
1.294.275
1.691.253
925.340
2.157.139
497.437
2.124.701
360.991
588.266
3.111.642
12.405.443
8.776.034
970.733
10.575.339
3.329.343
1.131.968
1.330.767
1.226.077
1.211.846
642.504
1.091.768
1.097.357
614.713
733.460
2.269.148
627.218
301.266
322.570
420.517
290.361
225.885
924.784
68.133.634
1.038.732
2.767.175
991.998
1.365.431
733.000
1.696.201
392.051
1.642.575
287.100
500.139
2.468.100
9.590.149
6.388.763
705.171
7.682.285
2.664.420
841.880
1.051.216
948.815
957.465
515.774
850.060
868.505
457.013
576.102
1.750.359
504.357
234.083
257.613
333.171
235.255
183.871
760.174
52.239.003
(15
110.644
335.046
118.847
155.281
76.500
180.479
41.435
178.318
31.569
53.383
192.255
950.358
620.078
59.713
640.456
245.351
75.906
113.460
135.712
100.449
50.048
87.238
95.930
45.428
64.653
182.287
63.577
25.007
31.644
43.333
28.253
22.727
57.203
5.212.568
105.615
319.817
113.445
148.223
73.023
172.275
39.552
170.213
30.134
50.957
183.516
907.160
591.893
56.999
611.344
234.199
72.456
108.303
129.543
95.883
47.773
83.273
91.570
43.363
61.714
174.001
60.687
23.870
30.206
41.363
26.969
21.694
54.603
4.975.636
Lampiran 1.8
ESTIMASI JUMLAH ANAK PRA SEKOLAH, JUMLAH ANAK USIA KELAS 1 SD/SETINGKAT, DAN JUMLAH ANAK USIA SD/SETINGKAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
97.337
308.786
111.327
145.974
69.954
164.514
37.711
151.495
27.721
42.858
167.652
908.807
558.139
51.754
621.869
231.984
73.979
95.104
137.733
100.199
51.127
77.660
86.635
48.380
69.218
175.121
59.625
26.340
32.671
43.770
29.431
21.285
84.025
4.910.185
92.144
290.541
103.697
137.918
66.218
154.608
35.440
142.539
26.426
40.572
155.720
857.146
530.439
48.889
589.659
218.157
69.423
90.450
129.980
95.428
48.209
72.931
80.933
44.754
65.311
164.838
56.003
25.153
30.975
40.719
27.881
19.974
74.114
4.627.189
189.481
599.327
215.024
283.892
136.172
319.122
73.151
294.034
54.147
83.430
323.372
1.765.953
1.088.578
100.643
1.211.528
450.141
143.402
185.554
267.713
195.627
99.336
150.591
167.568
93.134
134.529
339.959
115.628
51.493
63.646
84.489
57.312
41.259
158.139
9.537.374
50.340
154.632
55.922
71.568
35.219
82.312
18.822
77.428
13.840
19.987
83.909
465.830
291.368
26.418
324.935
119.062
38.038
49.385
66.607
51.580
26.042
40.248
42.910
24.134
34.513
91.458
29.378
12.785
16.460
21.701
14.230
10.139
43.371
2.504.571
47.658
145.385
52.158
67.505
33.311
77.302
17.699
72.676
13.206
18.903
78.787
439.441
276.274
25.050
307.942
111.773
35.673
46.902
62.669
49.179
24.524
37.792
40.047
22.297
32.561
86.130
27.574
12.258
15.613
20.107
13.413
9.501
37.799
2.359.109
97.998
300.017
108.080
139.073
68.530
159.614
36.521
150.104
27.046
38.890
162.696
905.271
567.642
51.468
632.877
230.835
73.711
96.287
129.276
100.759
50.566
78.040
82.957
46.431
67.074
177.588
56.952
25.043
32.073
41.808
27.643
19.640
81.170
4.863.680
306.155
913.162
336.947
407.166
207.684
483.815
113.162
481.987
78.363
102.717
473.628
2.775.025
1.819.239
159.142
1.992.576
724.156
225.837
299.432
378.085
303.252
149.442
232.245
242.066
138.230
194.779
553.074
170.457
73.759
94.782
125.329
80.478
57.853
269.781
14.963.805
289.832
859.108
315.697
383.710
196.625
457.366
106.962
455.671
74.895
96.545
445.234
2.627.265
1.724.217
150.072
1.886.721
678.132
211.675
284.221
355.935
288.339
140.869
217.914
226.671
128.580
183.255
520.804
159.728
70.477
89.213
116.238
75.168
53.599
228.803
14.099.541
595.987
1.772.270
652.644
790.876
404.309
941.181
220.124
937.658
153.258
199.262
918.862
5.402.290
3.543.456
309.214
3.879.297
1.402.288
437.512
583.653
734.020
591.591
290.311
450.159
468.737
266.810
378.034
1.073.878
330.185
144.236
183.995
241.567
155.646
111.452
498.584
29.063.346
Lampiran 1.9
INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
No
Provinsi
2010
(2)
(3)
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
2011
2012
(4)
0,30
0,35
0,33
0,33
0,30
0,34
0,37
0,36
0,30
0,29
0,36
0,36
0,34
0,41
0,34
0,42
0,37
0,40
0,38
0,37
0,30
0,37
0,37
0,37
0,37
0,40
0,42
0,43
0,36
0,33
0,34
0,38
0,41
0,38
(5)
0,33
0,35
0,35
0,36
0,34
0,34
0,36
0,37
0,30
0,32
0,44
0,41
0,38
0,40
0,37
0,40
0,41
0,36
0,36
0,40
0,34
0,37
0,38
0,39
0,38
0,41
0,41
0,46
0,34
0,41
0,33
0,40
0,42
0,41
Keterangan : Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan, nilai koefisien adalah 0 - 1
Nilai 0 menunjukkan distribusi yang sangat merata dan nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpang
2013
(6)
0,32
0,33
0,36
0,40
0,34
0,40
0,35
0,36
0,29
0,35
0,42
0,41
0,38
0,43
0,36
0,39
0,43
0,35
0,36
0,38
0,33
0,38
0,36
0,43
0,40
0,41
0,40
0,44
0,31
0,38
0,34
0,43
0,44
0,41
0,34
0,35
0,36
0,37
0,35
0,38
0,39
0,36
0,31
0,36
0,43
0,41
0,39
0,44
0,36
0,40
0,40
0,36
0,35
0,40
0,35
0,36
0,37
0,42
0,41
0,43
0,43
0,44
0,35
0,37
0,32
0,43
0,44
0,41
Lampiran 1.10
JUMLAH PENDUDUK MISKIN, PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DAN GARIS KEMISKINAN
TAHUN 2000 - 2013
Jumlah Penduduk Miskin (dalam Juta Orang)
No
Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
Kota
Desa
Kota + Desa
Kota
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Maret 2011
September 2011
Maret 2012
September 2012
Maret 2013
September 2013
12,31
8,60
13,32
12,26
11,37
12,40
14,49
13,56
12,77
11,91
11,10
11,05
10,95
10,65
10,51
10,33
10,63
26,43
29,27
25,08
25,08
24,78
22,7
24,81
23,61
22,19
20,62
19,93
18,97
18,94
18,49
18,09
17,74
17,92
38,74
37,87
38,39
37,34
36,15
35,1
39,3
37,17
34,96
32,53
31,02
30,02
29,89
29,13
28,59
28,07
28,55
14,6
9,79
14,46
13,57
12,13
11,68
13,47
12,52
11,65
10,72
9,87
9,23
9,09
8,78
8,6
8,39
8,52
22,38
24,84
21,1
20,23
20,11
19,98
21,81
20,37
18,93
17,35
16,56
15,72
15,59
15,12
14,7
14,32
14,42
19,14
18,41
18,2
17,42
16,66
15,97
17,75
16,58
15,42
14,15
13,33
12,49
12,36
11,96
11,66
11,37
11,47
91.632,00
100.011,00
130.499,00
138.803,00
143.455,00
165.565,00
174.290,00
187.942,00
204.895,99
222.123,10
232.989,00
253.015,51
263.593,84
267.407,53
277.381,99
289.042,00
308.626,00
73.648,00
80 382,00
96 512,00
105.888,00
108.725,00
117.365,00
130.584,00
146.837,00
161.830,79
179.834,57
192.353,83
213.394,51
223.180,69
229.225,78
240.441,35
253.273,00
275.779,00
Desa
Lampiran 1.11
GARIS KEMISKINAN, JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2013
Maret
Kota
No
Provinsi
(1)
(2)
September
Desa
(4)
Persentase
Penduduk
Miskin (%)
(5)
Kota+Desa
(7)
Persentase
Penduduk
Miskin (%)
(8)
(10)
Aceh
359.217
156,37
11,59
319.416
684,34
19,96
330.654
Sumatera Barat
332.837
119,53
6,17
288.215
287,94
9,39
305.502
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
307.352
346.796
337.930
311.606
654,04
146,30
100,00
9,98
6,15
13,77
310.464
233,01
11,59
383.332
99,67
390.488
407.437
258.538
254.800
91,91
22,73
354,19
2.501,00
6,23
3,55
8,44
265.203
1.550,46
8,57
287.551
96,35
273.828
363,80
13,43
4,76
3,90
286.020
391,40
20,28
263.058
71,75
5,30
308.059
287.333
298.518
401.132
242.840
298.646
113,57
33,23
52,05
90,42
63,81
59,79
221.892
147,97
224.622
17,84
215.910
218.429
315.012
284.374
31,72
27,14
48,75
9,19
382.905
14,21
289.042
10.325,53
362.401
51,90
252.497
281.468
265.105
3,47
12,87
315,47
258.408
16,64
1.911,21
297.391
312.591
9,89
384,77
328.972
263.061
11,54
4,30
3,25
3,71
6,04
8,90
4,89
4,92
4,77
9,19
7,93
2,99
5,65
6,11
8,39
409.901
-
326.819
240.945
235.202
256.558
685,12
322,98
166,15
8,73
7,27
725,60
14,50
930,05
16,00
235,44
46,49
26,99
19,10
6,91
7,48
1.796,04
11,59
234,73
19,29
2.821,74
250.530
3.220,80
249.446
66,17
242.331
10,13
292,45
15,99
16,15
7,72
4,04
243.620
439,45
16,32
242.321
297,26
9,51
217.918
298.172
272.614
349.935
233.415
265.582
192.161
200.058
219.827
211.850
285.967
248.026
879,99
103,72
129,69
147,54
120,59
22,13
6,75
5,88
9,90
9,40
345,63
16,53
269,99
15,82
639,69
174,75
126,86
273,09
74,25
12,24
24,07
13,27
26,35
9,22
355.839
210,06
35,64
253.273
17.741,03
14,32
298.395
965,46
39,92
Persentase
Penduduk
Miskin (%)
(11)
407,47
8,14
360.768
124,89
6,38
321.252
255,74
8,30
336.606
266,15
10,06
7,72
8,07
14,86
372.941
126,67
252.496
4.297,04
327,35
69,22
354,19
18,34
5,21
6,46
3,55
9,52
4.732,95
14,56
257.510
4.771,26
12,55
272.349
162,51
248.592
294.543
283.515
381.706
237.672
273.624
203.070
204.406
221.457
213.403
296.778
258.060
363.929
315.025
271.626
(19)
348.172
1.163,06
235.805
(18)
20,14
276.759
261.318
(17)
698,92
14,24
263.398
(16)
337.962
1.110,37
283.454
(15)
11,55
273.682
244.161
(14)
Persentase
Penduduk
Miskin (%)
156,80
469,28
407.437
(13)
Kota+Desa
374.261
325.978
400.324
(12)
Persentase
Penduduk
Miskin (%)
17,60
1.339,16
296.171
Desa
840,70
284.853
282.803
Kota
550,19
656,24
15,43
5,74
3,95
830,84
17,97
369,01
8,24
993,56
136,95
181,74
237,96
184,40
20,03
5,93
4,77
6,06
7,88
405,42
14,67
301,71
12,83
154,01
12,30
787,67
192,58
321,84
83,44
9,54
17,51
19,49
7,50
224,27
26,67
28.066,55
11,37
1.017,36
31,13
330.517
366.057
369.835
328.335
358.294
689,21
162,71
10,41
97,66
17,29
375,96
222,75
405.578
95,34
434.322
281.189
268.397
23,07
375,70
2.626,16
5,79
3,72
8,69
1.622,03
8,90
298.449
105,14
299.886
321.163
280.423
299.970
313.691
435.313
255.566
324.072
414,46
5,68
45,76
60,97
98,88
65,06
64,32
237.600
22,84
358.068
317.176
414.900
387.789
308.826
4,17
77,77
160,53
230.973
5,27
18,69
235.488
240.089
13,73
364,08
98,05
36,71
24,59
51,11
11,06
12,85
45,41
10.634,47
270.166
313.265
284.504
3,47
278.653
300.109
280.660
10,89
12,53
325,53
339.829
13,28
1.870,73
317.925
292.186
6,68
106,36
326.468
416.935
10,45
10,10
5,80
3,75
3,99
6,12
9,45
5,23
5,52
6,00
8,57
7,96
3,56
4,89
5,22
8,52
436.899
-
364.773
268.251
256.368
275.786
701,59
359,82
175,20
9,55
7,54
732,25
14,50
911,53
15,62
222,75
47,83
29,68
17,97
6,97
9,21
1.756,49
11,42
209,66
17,62
2.834,14
269.294
3.243,79
261.613
81,38
264.632
10,33
268,25
16,05
16,23
7,22
5,00
263.107
438,37
16,22
265.898
316,40
10,07
234.141
311.647
911,10
99,60
290.576
122,31
245.872
135,10
389.784
293.567
207.023
221.905
232.048
228.346
339.466
281.482
389.163
322.079
275.779
22,69
6,45
5,50
157,03
10,24
335,78
15,89
696,91
290,00
178,13
129,61
271,40
74,77
10,46
13,31
16,92
24,22
13,31
26,30
9,20
221,38
36,89
17.919,46
14,42
1.012,57
40,72
(20)
855,71
17,72
380,63
7,56
311.063
1.390,80
350.129
522,53
307.885
Persentase
Penduduk
Miskin (%)
281,57
10,39
8,42
8,42
291.058
1.108,21
14,06
295.395
1.134,28
14,39
398.903
125,02
276.825
4.382,65
327.358
427.081
434.322
261.881
320,41
70,90
375,70
17,75
5,25
6,35
3,72
9,61
4.704,87
14,44
273.758
4.865,82
12,73
284.009
186,53
303.843
288.733
278.514
535,18
682,71
394,17
8,74
307.698
145,36
417.902
250.249
301.000
217.547
226.990
233.942
228.944
346.599
291.352
397.003
339.096
292.951
4,49
17,25
1.009,15
300.329
5,89
802,45
251.080
270.306
15,03
183,27
255,91
200,16
20,24
6,23
4,76
6,38
8,50
400,09
14,32
326,71
13,73
857,45
200,97
154,20
322,51
85,82
10,32
18,01
12,23
19,27
7,64
234,23
27,14
28.553,93
11,47
1.057,98
31,53
Lampiran 1.12
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Maret
No
Provinsi
(1)
(2)
September
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Kota+Desa
Aceh
2,34
3,44
3,13
0,72
0,90
0,85
1,96
3,68
3,20
0,51
0,95
0,83
Riau
1,15
1,20
1,18
0,33
0,29
0,30
0,99
1,30
1,18
0,21
0,26
0,24
2
3
5
6
7
8
9
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia
1,49
1,00
1,42
1,95
2,29
1,99
0,37
0,75
0,63
1,18
2,01
2,08
1,31
0,66
0,60
2,96
1,41
0,60
0,63
0,36
0,42
0,94
1,71
0,61
0,51
0,32
0,82
1,49
0,31
0,60
1,11
1,25
1,58
1,02
0,80
2,15
3,32
2,37
0,71
0,44
0,00
1,60
2,38
3,02
2,32
0,76
0,28
2,59
3,88
1,45
0,98
0,65
1,50
1,38
3,54
2,28
2,74
4,65
2,21
5,30
0,95
8,81
8,92
2,24
1,54
1,01
0,99
2,08
3,00
2,27
0,54
0,69
0,63
1,32
2,21
2,40
1,84
0,70
0,47
2,74
3,39
1,19
0,86
0,53
0,83
1,18
3,09
1,67
2,12
3,18
1,89
3,88
0,78
6,35
6,89
1,75
0,36
0,24
0,33
0,43
0,51
0,50
0,07
0,17
0,17
0,27
0,53
0,50
0,33
0,17
0,14
0,64
0,45
0,12
0,13
0,07
0,10
0,21
0,48
0,14
0,08
0,03
0,20
0,41
0,05
0,11
0,29
0,31
0,38
0,19
0,14
0,48
0,84
0,53
0,15
0,07
0,00
0,37
0,56
0,63
0,52
0,13
0,03
0,59
0,98
0,34
0,22
0,14
0,32
0,31
1,22
0,68
0,74
1,34
0,61
1,61
0,18
3,03
2,88
0,56
0,37
0,21
0,19
0,46
0,74
0,52
0,11
0,15
0,17
0,30
0,54
0,55
0,43
0,16
0,10
0,61
0,88
0,28
0,19
0,11
0,19
0,26
1,04
0,48
0,56
0,90
0,52
1,16
0,14
2,16
2,21
0,43
1,63
1,12
1,22
2,13
3,11
1,67
0,35
1,04
0,39
1,53
2,06
2,18
1,42
1,14
0,80
3,60
1,91
0,80
0,38
0,47
0,80
0,96
1,32
0,88
0,60
0,65
0,48
1,13
0,27
0,63
0,48
1,41
1,80
1,36
1,07
2,69
3,29
2,43
0,89
0,93
-
1,89
2,64
2,03
2,66
0,77
0,55
2,09
3,31
1,52
1,34
0,70
1,98
1,32
2,59
2,10
2,31
4,55
1,54
5,00
1,13
8,20
8,69
2,37
1,72
1,27
1,12
2,49
3,24
2,23
0,62
1,02
0,39
1,65
2,37
2,13
2,07
1,02
0,70
2,72
3,04
1,30
1,02
0,61
1,25
1,16
2,28
1,65
1,83
3,22
1,30
3,52
0,89
5,89
6,56
1,89
Catatan :
0,44
0,29
0,25
0,52
0,82
0,39
0,04
0,27
0,07
0,44
0,51
0,52
0,34
0,37
0,20
0,97
0,50
0,17
0,04
0,10
0,27
0,22
0,28
0,26
0,09
0,10
0,05
0,24
0,04
0,12
0,10
0,37
*) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing - masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
**) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
0,47
0,31
0,26
0,85
0,92
0,65
0,19
0,21
-
0,45
0,66
0,34
0,66
0,12
0,10
0,43
0,73
0,38
0,44
0,13
0,59
0,33
0,61
0,49
0,56
1,24
0,33
1,36
0,21
2,60
2,67
0,60
0,46
0,30
0,26
0,73
0,89
0,59
0,12
0,26
0,07
0,44
0,59
0,46
0,50
0,29
0,16
0,66
0,69
0,32
0,30
0,11
0,39
0,28
0,53
0,40
0,43
0,85
0,27
0,93
0,16
1,84
2,01
0,48
LAMPIRAN 1.13
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
No
Provinsi
(2)
2010
2011
2012
2013
7 - 12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 7 - 12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 7 - 12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 7 - 12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
Aceh
99,19
94,99
73,53
24,11
99,03
94,07
72,41
27,48
99,35
94,41
74,44
28,67
99,66
95,20
74,60
29,45
Sumatera Barat
98,24
89,51
65,65
21,26
98,10
89,64
68,12
22,00
98,38
90,79
71,38
27,64
98,81
92,22
74,07
31,26
(1)
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
(3)
98,90
98,75
98,27
98,00
98,67
98,71
97,10
99,35
99,16
98,29
98,95
99,69
98,74
98,01
98,69
98,26
96,49
97,04
98,70
97,90
98,68
98,30
97,52
97,00
97,81
96,86
95,93
98,27
97,23
94,43
76,22
98,02
(4)
92,26
92,09
85,56
85,41
88,25
86,62
80,59
92,16
91,45
82,73
85,33
94,02
88,82
81,70
89,26
86,52
81,24
84,48
86,83
80,59
92,49
89,06
84,17
82,63
88,17
81,78
77,92
92,85
90,76
90,25
74,35
86,24
(5)
66,94
64,54
56,11
54,79
59,63
51,34
47,51
66,56
(6)
15,65
14,02
12,81
12,07
16,95
9,82
8,90
8,64
61,99
17,91
53,72
11,34
47,82
73,06
59,39
50,90
65,22
57,71
49,22
50,35
54,50
50,23
64,76
56,75
50,06
53,00
59,93
49,61
44,54
72,40
64,12
60,12
48,28
56,01
10,38
44,03
12,43
11,70
15,31
15,39
14,44
11,43
11,06
12,18
14,88
13,30
14,69
18,64
18,28
12,87
10,47
21,88
17,04
14,66
13,18
13,77
(7)
98,33
97,71
98,34
97,91
98,29
97,90
97,02
97,84
98,09
97,85
98,62
99,46
98,26
98,23
98,45
97,76
95,96
96,19
98,10
97,62
98,68
97,93
96,58
97,16
97,36
96,87
95,33
98,18
97,04
94,38
73,36
97,58
(8)
89,10
87,94
88,07
85,32
90,82
85,85
83,54
96,42
92,01
85,69
88,39
97,59
90,04
88,36
92,22
91,52
85,88
83,67
85,64
82,89
92,78
87,79
84,14
84,04
86,88
82,95
81,10
91,89
89,89
88,59
71,29
87,78
(9)
67,54
65,06
59,49
55,93
62,34
55,41
49,17
65,74
16,42
15,21
15,36
12,25
16,81
10,01
8,86
8,71
58,56
17,13
55,00
11,17
50,37
75,85
58,79
56,16
68,91
60,45
60,21
49,89
54,33
54,08
67,60
61,09
57,59
56,66
62,66
57,90
55,72
67,21
64,70
65,40
50,55
57,85
10,71
41,73
12,73
12,53
17,83
16,84
15,37
12,11
12,59
13,81
16,56
14,25
14,40
20,40
19,87
19,33
13,23
23,65
16,80
18,31
13,32
14,26
98,59
98,14
98,65
98,04
98,96
98,59
97,74
98,27
98,97
98,34
98,87
99,77
98,66
98,29
99,20
98,19
96,12
96,63
98,50
97,90
99,17
98,22
96,54
97,59
97,41
97,52
95,66
98,30
98,24
95,56
75,34
97,95
90,85
87,64
90,83
88,52
92,63
90,03
83,52
94,96
93,79
88,51
89,59
98,32
91,70
90,97
95,15
91,55
88,68
85,22
85,55
85,35
96,53
88,50
84,42
87,69
87,85
82,57
81,13
94,66
90,87
91,65
68,99
89,66
69,73
65,79
59,11
58,31
66,71
59,80
50,89
69,72
17,36
16,00
15,23
13,55
19,32
11,60
8,67
9,60
60,81
17,79
58,56
11,78
55,69
80,22
61,68
58,58
70,80
60,75
62,15
54,65
54,06
57,55
71,16
65,43
59,60
61,60
65,26
57,82
56,37
68,40
68,26
67,18
50,66
61,06
12,09
44,32
14,35
15,55
18,62
17,59
18,36
14,18
13,65
16,68
19,22
16,25
16,23
22,76
23,70
20,07
14,21
29,00
21,70
19,90
13,80
15,84
Keterangan :
Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan, sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya
99,04
98,59
98,78
98,52
99,47
99,03
98,12
98,61
99,35
98,86
99,28
99,96
99,06
98,60
99,27
98,16
97,34
96,86
99,01
98,80
99,46
98,91
97,67
98,21
98,02
97,92
95,03
98,77
97,97
95,58
75,51
98,36
92,01
90,10
91,53
89,17
92,81
90,99
83,86
96,25
95,28
89,20
90,73
96,71
92,87
90,90
95,83
92,29
89,39
85,65
85,88
86,31
96,62
90,45
86,84
89,55
89,05
85,91
83,72
94,32
93,28
92,81
73,27
90,68
71,18
69,36
63,51
60,08
70,51
64,36
55,23
21,91
21,70
19,89
13,88
24,04
16,32
8,93
69,36
13,29
59,37
17,20
65,54
59,81
81,50
62,11
62,31
73,95
66,13
64,90
58,49
58,39
59,78
73,10
66,81
64,80
62,23
65,81
58,69
58,27
69,90
68,67
72,04
53,28
63,48
19,45
17,43
46,73
19,29
17,73
19,48
22,64
22,86
19,52
19,49
16,68
23,99
16,29
21,22
27,65
24,11
24,00
17,43
33,92
25,99
24,00
17,69
19,97
LAMPIRAN 1.14
ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
2010
No
Provinsi
SD/MI/Paket A
SMP/Mts/
Paket B
2011
SM/SMK/MA/
SD/MI/Paket A
Paket C
SMP/Mts/
Paket B
2012
SM/SMK/MA/
SD/MI/Paket A
Paket C
SMP/Mts/
Paket B
2013
SM/SMK/MA/
SD/MI/Paket A
Paket C
SMP/Mts/
Paket B
SM/SMK/MA/
Paket C
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
115,06
114,20
110,63
114,73
113,02
113,75
112,83
111,18
116,19
111,61
110,45
110,31
113,19
108,16
110,20
111,28
111,56
109,47
115,59
115,61
117,70
112,77
113,85
115,61
112,08
108,57
114,77
109,16
110,88
118,13
116,74
115,31
93,27
111,68
87,99
89,83
80,34
85,43
79,29
82,12
81,34
82,05
68,75
89,68
91,42
79,27
80,60
93,47
83,10
74,19
76,69
85,07
68,52
69,65
74,60
75,59
90,86
82,92
74,46
75,05
77,28
73,50
65,09
86,76
80,52
67,32
60,05
80,59
80,96
72,69
72,82
67,94
63,21
60,87
68,83
57,81
60,59
79,63
63,14
51,37
61,61
79,29
67,06
58,35
82,36
62,89
58,95
57,55
57,61
55,75
72,39
71,31
60,32
67,71
73,02
61,93
52,17
86,92
74,96
72,91
48,20
62,85
105,59
104,56
104,08
103,93
105,55
103,84
106,04
103,78
106,43
102,33
98,03
101,26
102,70
104,52
100,88
103,63
99,95
102,57
111,09
107,20
105,08
102,72
104,83
102,47
103,13
102,09
103,63
104,57
102,30
104,56
108,25
104,57
84,59
102,58
96,46
89,02
87,49
89,49
85,98
89,62
90,55
88,61
80,82
98,86
90,78
87,56
92,65
89,40
92,89
92,14
91,71
92,49
80,47
78,60
89,59
88,18
97,62
93,57
84,94
87,15
92,38
84,56
81,30
97,80
90,04
87,63
68,69
89,57
78,92
79,69
69,18
71,64
66,23
63,12
66,51
60,71
60,53
78,48
71,76
55,92
64,04
86,50
63,61
59,61
84,34
69,24
58,72
52.00
56,92
56,04
73.00
75,95
65,96
66,17
72,33
60,60
61,95
85,69
80,61
66,74
47,69
64,66
108,39
106,26
106,99
103,99
106,78
106,09
107,70
106,84
109,80
105,24
97,85
103,43
104,79
107,13
102,38
104,46
98,87
104,60
112,40
108,27
109,40
104,11
107,76
104,92
103,80
102,81
108,04
105,78
103,24
108,24
108,24
105,21
84,16
104,30
96,47
88,55
87,90
93,07
88,26
86,62
95,84
93,25
77,10
94,61
94,04
87,14
91,57
88,99
93,68
87,75
95,73
94,24
81,98
81,92
79.00
84,38
93,24
93,84
79,22
88,40
89,29
79,58
80,10
91,69
86,96
90,95
70,99
89,38
77,35
80,58
72,17
67,24
64,83
69.00
65,80
61,16
58,39
71,42
74,37
64,11
66,90
83,09
67,09
68,55
86,47
67,92
59,94
51,67
59,02
66,42
80,08
75,70
69,73
73,90
71,32
60,86
62,76
82,88
85,75
70,48
44,48
68,22
110,44
109,90
109,86
107,52
109,54
110,81
111,32
110,70
110,77
109,18
103,28
106,87
108,86
108,31
105,88
107,38
105,84
107,87
113,49
110,73
110,88
108,87
107,57
107,60
103,96
108,56
110,26
109,91
106,12
110,48
110,70
105,30
86,39
107,69
94,42
86,67
85,51
88,14
84,79
85,85
84,62
85,23
72,93
89,79
86,60
85,04
87,49
83,26
90,31
89,42
93,87
88,79
80,21
75,33
80,77
79,14
91,06
131,84
141,54
114,17
122,54
100,52
100,71
116,42
117,18
138,06
93,45
89,98
74,90
76,99
70,81
69,07
65,05
62,85
71,71
63,48
67,54
75,36
71,97
59,52
63,92
89,74
62,72
62,63
80,08
64,46
64,76
58,37
69,84
85,56
116,46
103,19
89,39
85,48
83,13
72,26
79,52
94,28
89,37
90,80
63,41
68,34
Keterangan : Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..), sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli, sedangkan pada tahun 2011 dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan
karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
LAMPIRAN 1.15
ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
2010
No
Provinsi
(1)
2011
SM/SMK/MA/
Paket C
SMP/Mts/ Paket
SD/MI/Paket A
B
2012
SM/SMK/MA/
Paket C
SMP/Mts/ Paket
SD/MI/Paket A
B
2013
SM/SMK/MA/
Paket C
SMP/Mts/ Paket
SD/MI/Paket A
B
SM/SMK/MA/
Paket C
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Aceh
97,32
78,58
62,42
92,57
74,76
61,43
94,60
78,84
61,71
96,98
82,58
63,31
Sumatera Barat
95,51
68,22
55,06
93,47
67,10
54,05
95,74
70,03
55,54
97,05
72,57
60,96
2
4
5
6
7
8
9
(2)
SMP/Mts/ Paket
SD/MI/Paket A
B
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 B a l i
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia
95,33
96,24
95,61
94,17
95,53
95,20
92,86
94,56
94,59
95,02
95,93
94,76
95,63
94,73
95,53
95,16
93,03
94,76
96,63
95,00
94,14
92,25
93,54
92,86
95,06
90,81
93,94
95,00
93,97
92,29
76,22
94,76
74,76
71,36
66,91
66,27
70,39
69,61
53,58
72,92
71,96
68,43
69,92
75,55
70,17
60,32
67,83
71,73
51,03
56,06
61,30
60,90
72,56
67,07
60,83
62,32
67,14
53,83
54,24
71,88
66,01
50,10
49,62
67,73
55,72
52,24
45,31
43,49
49,97
41,97
38,69
54,74
50,57
38,84
45,00
59,35
48,60
39,61
57,14
49,35
34,93
36,83
39,62
36,24
53,66
50,70
40,23
42,75
48,54
39,15
34,03
59,80
52,68
44,75
36,06
45,59
91,46
91,67
92,69
89,79
92,75
91,47
91,12
92,01
89,79
92,26
90,19
91,98
91,88
92,18
90,39
92,69
92,13
92,18
92,25
92,01
92,23
85,91
89,99
89,48
88,80
90,04
89,35
88,00
89,95
88,28
70,13
91,03
67,96
65,98
66,54
64,12
68,55
66,56
60,19
73,34
68,85
69,57
69,77
69,15
71,77
71,12
69,16
76,70
56,74
58,75
66,35
65,79
72,40
61,22
61,74
65,29
64,31
59,17
60,34
64,33
65,92
57,66
46,03
68,12
57,83
53,07
48,55
45,34
49,91
45,06
40,91
54,25
49,27
42,50
47,34
59,68
49,32
46,17
60,54
53,93
40,84
36,28
43,93
43,01
54,58
50,55
46,99
47,89
52,16
44,33
46,83
52,64
51,88
47,88
32,45
47,97
93,26
92,99
94,15
92,67
94,04
93,48
94,22
94,10
90,14
93,45
92,00
96,03
92,92
93,61
91,06
93,56
92,28
92,96
96,01
93,04
94,37
88,01
91,08
90,61
92,37
92,21
91,31
90,21
92,65
88,97
70,79
92,49
Keterangan : Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
70,51
70,22
69,48
67,75
71,47
71,64
62,00
79,52
70,40
73,28
72,51
72,64
74,52
73,80
75,07
77,81
55,89
59,30
64,65
66,61
74,37
62,27
60,98
69,52
68,43
59,82
60,89
65,81
64,33
59,76
43,38
70,84
60,02
52,39
45,42
48,98
49,59
45,56
42,12
61,71
53,61
50,61
50,98
64,02
52,12
51,86
63,28
53,31
38,37
36,82
42,39
48,90
59,75
51,40
50,75
53,60
50,57
44,67
43,76
49,79
56,82
46,46
30,05
51,46
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..), sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli, sedangkan pada tahun 2011 dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan
karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
95,60
95,33
96,41
95,06
97,34
97,37
95,86
97,60
95,79
97,12
95,65
98,72
96,10
96,10
94,28
96,63
93,60
94,38
97,41
96,75
95,91
91,69
90,68
95,67
95,14
95,87
93,47
92,52
95,46
89,94
72,90
95,53
73,89
73,72
72,75
71,78
72,66
74,62
63,48
82,59
75,56
76,50
75,02
75,82
77,29
77,52
80,69
80,18
59,24
59,17
67,88
69,21
76,01
64,61
62,91
69,80
69,30
63,95
61,15
66,89
70,60
60,99
45,88
73,72
62,19
58,16
51,77
50,92
59,52
53,38
49,75
63,45
54,99
51,67
51,72
64,92
53,05
52,76
67,10
57,62
47,31
44,36
44,68
49,75
62,22
57,08
56,97
53,79
55,35
47,83
51,08
55,36
59,07
54,20
36,53
53,89
LAMPIRAN 1.16
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2010 - 2012
No
Provinsi
(1)
(2)
Laki-Laki
Perempuan
Total
2010
2011
2012
2010
2011
2012
2010
2011
2012
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Aceh
97,82
97,68
97,92
95,97
94,05
94,35
96,88
95,84
96,11
Sumatera Barat
97,82
97,60
97,86
96,40
94,84
95,54
97,09
96,20
96,67
2
4
5
6
7
8
9
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 B a l i
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
98,41
98,82
97,41
98,18
97,58
96,45
97,34
98,20
99,43
97,76
93,59
95,83
92,77
97,56
93,01
85,94
90,76
92,86
98,21
97,60
97,69
99,41
96,85
90,21
94,71
96,44
91,0
30 Maluku
98,11
32 Papua Barat
97,04
31 Maluku Utara
33 Papua
Indonesia
97,49
72,86
95,35
98,17
98,52
97,57
98,07
97,52
97,31
97,56
98,28
99,47
97,65
94,38
96,28
93,25
97,90
94,60
88,57
89,84
94,41
98,18
97,72
98,11
99,01
96,02
90,30
94,50
94,42
91,36
97,48
97,44
95,12
70,72
95,59
98,60
98,73
98,07
98,37
97,83
97,36
97,87
98,49
99,66
97,84
94,50
95,75
93,60
98,42
95,30
88,74
90,52
94,81
98,48
98,19
98,41
99,03
96,04
90,84
94,24
95,03
90,98
98,03
97,82
96,77
71,74
95,87
96,26
97,87
94,31
96,52
92,99
92,73
93,45
96,21
98,83
94,60
86,48
86,11
84,16
94,81
83,79
76,74
86,56
87,58
96,69
94,26
96,33
99,18
95,28
85,54
89,07
95,58
86,03
96,83
94,66
92,99
63,29
90,52
95,50
96,67
93,41
95,18
92,65
92,57
93,51
97,06
98,21
94,24
86,46
87,09
84,05
94,56
83,84
78,64
85,58
85,55
95,44
93,65
95,75
98,69
92,95
86,06
88,16
94,96
83,95
95,77
94,51
89,57
56,74
90,07
96,13
96,80
93,76
95,40
93,46
92,77
93,70
97,08
98,48
94,46
86,54
88,46
85,18
94,53
85,03
79,17
87,04
87,31
96,38
94,65
96,57
98,66
93,80
86,80
88,81
95,41
97,32
98,35
95,88
97,36
95,30
94,64
95,46
97,19
99,13
96,18
89,95
90,84
88,34
96,20
88,40
81,05
88,59
90,26
97,48
95,94
97,05
99,30
96,08
87,75
91,85
96,0
86,66
88,48
94,98
96,08
96,13
92,44
58,87
90,64
97,46
95,12
68,27
92,91
96,83
97,61
95,52
96,65
95,13
95,02
95,60
97,67
98,83
95,96
90,34
91,49
88,52
96,25
89,17
83,24
87,63
90,03
96,86
95,66
96,99
98,85
94,51
88,07
91,29
94,69
87,61
96,63
96,01
92,41
64,08
92,810
97,35
97,79
95,97
96,90
95,69
95,13
95,88
97,80
99,07
96,18
90,45
92,02
89,28
96,51
90,17
83,68
88,73
91,13
97,48
96,43
97,55
98,85
94,95
88,73
91,49
95,22
88,79
97,08
96,43
94,74
65,69
93,25
LAMPIRAN 1.17
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012
2011
No.
Provinsi
Angka Harapan
Hidup (Tahun)
Rata-rata Lama
Sekolah (Tahun)
Angka Melek
Huruf (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2012
Pengeluaran
Riil / Kapita
(Rp.000)
(6)
IPM
Peringkat
Angka Harapan
Hidup (Tahun)
Rata-rata Lama
Sekolah (Tahun)
Angka Melek
Huruf (%)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Pengeluaran
Riil / Kapita
(Rp.000)
(12)
IPM
Peringkat
(13)
(14)
19
Aceh
68,80
8,90
96,95
615,60
72,16
18
68,94
8,93
96,99
618,79
72,51
Riau
71,55
8,63
98,42
650,83
76,53
71,69
8,64
98,45
654,48
76,90
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
69,65
69,76
69,25
69,80
70,16
69,75
69,05
69,85
8,91
8,57
8,05
7,84
8,33
7,82
7,58
9,73
73,35
10,95
73,27
9,20
68,40
71,55
69,86
65,05
70,78
62,41
67,76
66,75
71,30
64,17
71,40
72,33
66,86
70,20
68,00
67,11
68,00
67,60
66,31
68,81
68,85
69,65
8,06
7,29
7,34
8,41
8,35
6,97
7,05
6,89
8,06
7,68
9,19
8,92
8,03
7,92
8,21
7,45
7,15
8,82
8,86
8,26
6,69
7,94
97,46
97,16
96,16
97,44
95,40
95,02
95,83
97,67
99,15
96,29
90,34
91,49
88,52
96,25
89,17
83,24
88,74
90,51
97,84
96,14
97,21
99,46
96,12
88,07
91,95
96,10
88,54
98,15
96,19
93,39
75,81
92,99
640,23
638,73
637,60
633,57
631,86
621,77
645,37
644,96
632,17
635,80
640,41
650,16
647,46
633,64
637,86
642,80
607,31
635,85
640,73
640,73
646,01
639,57
633,31
640,30
621,44
626,77
635,84
617,75
603,20
599,28
609,18
638,05
74,65
74,28
8
9
73,30
13
71,94
20
73,42
73,40
73,37
75,78
77,97
10
11
12
6
1
72,73
16
72,18
17
72,94
76,32
70,95
72,84
66,23
67,75
69,66
75,06
70,44
76,22
76,54
14
4
23
15
32
31
28
7
26
5
2
71,62
22
70,82
24
72,14
70,55
70,11
71,87
69,47
69,65
65,36
72,77
19
25
27
21
30
29
33
69,81
70,02
69,44
70,05
70,39
70,05
69,21
69,91
9,07
8,60
8,20
7,99
8,48
7,87
7,68
9,81
73,49
10,98
73,33
9,21
68,60
71,71
70,09
65,23
70,84
62,73
68,04
66,92
71,41
64,52
71,58
72,44
67,11
70,45
68,21
67,47
68,27
67,84
66,65
69,14
69,12
69,87
8,08
7,39
7,45
8,61
8,57
7,19
7,09
7,14
8,15
7,89
9,22
9,00
8,13
7,95
8,25
7,49
7,32
9,15
8,71
8,45
6,87
8,08
97,51
97,23
96,20
97,50
95,69
95,13
95,88
97,80
99,21
96,39
90,45
92,02
89,28
96,51
90,17
83,68
89,23
91,13
97,88
96,43
97,55
99,53
96,16
88,73
92,04
96,16
88,79
98,17
96,43
93,74
75,83
93,25
643,63
641,85
640,82
637,47
634,74
625,52
648,49
648,92
635,29
638,90
643,53
653,78
651,04
636,73
640,86
645,72
610,29
638,82
644,21
643,66
649,85
643,20
637,34
643,59
625,81
630,01
639,56
620,08
606,22
601,56
611,99
641,04
75,13
74,70
8
9
3
73,78
13
72,45
20
73,99
73,93
73,78
76,20
78,33
10
11
12
6
1
73,11
16
72,83
17
73,36
76,75
71,49
73,49
66,89
68,28
70,31
75,46
71,08
76,71
76,95
15
4
23
14
32
31
28
7
25
5
2
72,14
22
71,31
24
72,70
71,05
70,73
72,42
69,98
70,22
65,86
73,29
18
26
27
21
30
29
33
LAMPIRAN 1.18
JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
2010
2011
No
Provinsi
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(1)
(2)
(3)
(4)
2012
(%)
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(5)
(6)
(7)
2013
(%)
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(8)
(9)
(10)
(%)
Jumlah
Kab/Kota
Kabupaten
Tertinggal
(%)
(11)
(12)
(13)
(14)
Aceh
23
12
52,17
23
12
52,17
23
12
52,17
23
12
52,17
Riau
12
0,00
12
0,00
12
0,00
12
0,00
2
3
5
6
7
8
9
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
33
19
11
15
10
14
7
7
6
12 Jawa Barat
26
15 Jawa Timur
38
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
16 Banten
17 Bali
35
5
8
9
10
21 Kalimantan Tengah
14
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia
6
8
0
14,29
6
4
2
0
2
11
29
497
14
7
7
6
80,00
10
7,14
14
2
0
10
1
3
3
10
38
11
0,00
15
13,16
10
28,57
11
11
12
28,57
19
26
24
60,00
33
7,69
13
15
0,00
46,67
20
14
42,11
21
14
18,18
4
9
0,00
0,00
25,00
0,00
95,24
71,43
15,38
21,43
20,00
90,91
16,67
75,00
50,00
100,00
72,73
8
7
27
183
35
5
8
9
8
0
14,29
4
2
0
2
93,10
36,82
29
497
11
10
14
7
7
6
38
80,00
10
7,14
14
2
0
10
1
3
3
11
0,00
15
13,16
6
5
28,57
11
10
12
28,57
19
26
11
24
60,00
33
7,69
15
0,00
13
14
42,11
46,67
20
14
18,18
21
72,73
77,78
4
9
0,00
0,00
25,00
0,00
95,24
71,43
15,38
21,43
20,00
90,91
16,67
75,00
50,00
100,00
72,73
8
7
27
183
35
5
8
9
8
0
14,29
4
2
0
2
93,10
36,82
29
497
11
10
14
7
7
6
38
80,00
10
7,14
14
2
0
10
1
3
3
11
0,00
15
13,16
6
5
28,57
11
10
12
28,57
19
26
11
24
60,00
33
7,69
15
0,00
13
14
42,11
46,67
20
14
18,18
21
72,73
77,78
4
9
0,00
0,00
25,00
0,00
95,24
71,43
15,38
21,43
20,00
90,91
16,67
75,00
50,00
100,00
72,73
8
7
27
183
35
5
8
9
8
0
14,29
4
2
0
2
0
0
10
1
3
3
11
93,10
36,82
29
497
11
0,00
7,69
0,00
0,00
80,00
6
5
28,57
10
12
28,57
13,16
11
24
60,00
15
0,00
13
14
42,11
46,67
20
14
18,18
21
72,73
77,78
4
9
25,00
0,00
95,24
71,43
7,14
15,38
21,43
20,00
90,91
16,67
75,00
50,00
100,00
72,73
8
7
27
183
72,73
77,78
93,10
36,82
Lampiran 2.1
JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009 - 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Rasio Puskesmas
Jumlah Puskesmas
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
309
500
242
176
163
284
167
264
55
61
339
1.008
849
119
944
196
114
145
288
229
169
213
207
159
165
395
223
75
77
135
96
105
266
8.737
315
506
246
193
169
293
170
265
58
66
341
1.028
867
121
946
217
114
150
309
231
174
214
217
170
160
416
233
76
81
156
100
106
297
9.005
325
542
254
203
174
304
178
269
58
67
340
1.046
867
121
956
226
114
152
342
235
179
224
215
170
173
421
249
86
86
170
115
126
334
9.321
330
555
260
207
176
317
178
276
60
69
340
1.046
873
121
960
228
118
157
349
237
190
226
217
177
176
425
258
87
91
178
119
128
381
9.510
334
570
262
207
176
319
180
280
60
70
340
1.050
873
121
960
230
120
158
362
237
194
228
222
183
183
440
264
91
92
190
125
143
391
9.655
2,12
1,13
1,50
1,00
1,73
1,18
3,01
1,06
1,45
1,21
1,10
0,73
0,77
1,02
0,76
0,60
0,96
0,98
1,87
1,59
2,43
1,83
1,96
2,14
2,00
1,50
3,16
2,29
2,20
3,02
2,95
4,23
3,80
1,13
2,10
1,17
1,52
1,05
1,64
1,18
2,97
1,04
1,42
1,18
1,06
0,72
0,80
1,05
0,76
0,61
0,88
1,00
1,98
1,58
2,36
1,77
1,83
2,25
1,82
1,55
3,13
2,19
2,10
3,05
2,89
4,18
3,14
1,14
2,14
1,24
1,55
1,06
1,65
1,20
3,06
1,05
1,38
1,14
1,05
0,72
0,80
1,04
0,76
0,62
0,86
1,00
2,15
1,59
2,39
1,82
1,75
2,22
1,93
1,55
3,28
2,43
2,17
3,24
3,24
4,80
3,36
1,16
2,15
1,26
1,57
1,05
1,63
1,23
3,01
1,06
1,38
1,12
1,03
0,70
0,80
1,03
0,76
0,61
0,87
1,02
2,15
1,59
2,49
1,80
1,70
2,28
1,93
1,55
3,33
2,40
2,24
3,30
3,28
4,70
3,64
1,17
2,14
1,28
1,56
1,01
1,59
1,22
3,00
1,07
1,34
1,08
1,02
0,69
0,80
1,02
0,75
0,60
0,87
1,02
2,18
1,58
2,50
1,78
1,68
2,33
1,97
1,59
3,34
2,46
2,20
3,43
3,36
5,07
3,54
1,17
Lampiran 2.2
JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009 - 2013
Jumlah Puskesmas Rawat Inap
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(9)
(10)
(11)
(12)
115
129
81
51
56
80
37
51
20
24
51
171
234
41
365
46
27
80
93
94
55
46
100
72
63
205
69
22
31
48
27
36
84
2.704
116
140
85
53
59
82
39
58
18
26
52
237
252
42
396
50
28
81
110
93
69
48
93
84
68
208
70
23
35
56
27
36
86
2.920
137
153
86
55
62
86
43
60
19
26
52
220
265
40
400
53
28
84
123
94
69
48
94
85
72
218
74
23
35
56
28
39
92
3.019
144
157
89
63
62
106
43
69
20
26
52
220
268
42
441
56
29
84
128
96
70
49
94
88
72
225
74
23
35
61
28
39
99
3.152
149
164
88
75
68
95
45
91
20
26
30
176
309
42
504
56
34
109
128
94
73
45
127
88
78
225
79
25
43
63
27
39
102
3.317
(8)
199
366
161
140
110
211
131
207
40
40
289
791
615
79
550
167
86
69
199
138
105
166
124
86
92
208
163
53
46
100
73
70
211
6.085
188
389
168
148
112
218
135
209
39
41
288
826
602
81
556
173
86
68
219
141
110
176
121
85
101
203
175
63
51
114
87
87
242
6.302
186
398
171
144
114
211
135
207
40
43
288
826
605
79
519
172
89
73
221
141
120
177
123
89
104
200
184
64
56
117
91
89
282
6.358
185
406
174
132
108
224
135
189
40
44
310
874
564
79
456
174
86
49
234
143
121
183
95
95
105
215
185
66
49
127
98
104
289
6.338
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
194
371
161
125
107
204
130
213
35
37
288
837
615
78
579
150
87
65
195
135
114
167
107
87
102
190
154
53
46
87
69
69
182
6.033
Lampiran 2.3
JUMLAH PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN PENGEMBANGAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Puskesmas
No
Provinsi
Pelayanan
Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR)
Upaya
Kesehatan
Kerja
Upaya
Kesehatan
Olahraga
Upaya Kesehatan
Tradisional,
Alternatif dan
Komplementer
Pembinaan Panti
Anak Terlantar
Tatalaksana
Kasus Kekerasan
terhadap Anak
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
38
30
(1)
Aceh
Riau
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
88
114
69
80
149
94
58
241
20
54
29
19
105
122
24
32
54
82
25
17
47
53
26
22
30
16
13
28
21
8
29
18
37
6
0
12
4
Jawa Timur
283
273
218
156
55
40
18
DI Yogyakarta
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Indonesia
68
72
46
76
189
50
94
150
60
52
66
57
96
87
88
140
73
23
39
57
34
21
33
2.782
47
27
153
43
0
124
12
55
18
18
77
41
16
48
25
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014
47
27
122
4
11
0
0
1.034
0
0
1
1
671
7
8
24
9
28
19
26
5
5
17
846
28
19
27
17
53
25
44
37
20
11
67
48
16
15
16
10
0
0
1.270
13
12
16
7
11
6
7
16
28
59
36
25
25
12
70
17
31
22
145
19
20
324
35
39
110
30
29
108
69
20
17
13
33
100
34
21
47
29
11
15
2.745
30
10
22
22
41
30
17
93
23
29
59
42
209
34
459
293
14
33
45
(11)
22
48
31
(11)
41
68
(10)
17
130
26
Pelayanan Obstetrik
Pelayanan
Pelayanan
dan Neonatal
Pencegahan
Perawatan,
Emergensi
Penularan HIV dari
Dukungan, dan
Komprehensif (PONEK)
Ibu ke Anak
Pengobatan (PDP)
HIV/AIDS
38
13
15
232
Jawa Tengah
25
25
Jawa Barat
Papua
Rumah Sakit
Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal
Emergensi Dasar
(PONED)
141
104
18
20
96
91
7
9
14
13
9
20
74
14
40
19
1.526
1
3
8
10
18
10
10
28
16
41
22
51
12
37
11
17
26
16
32
40
7
3
3
4
4
8
424
6
1
5
4
5
2
0
1
3
3
11
8
2
3
3
8
52
40
35
5
39
10
12
4
9
8
5
2
9
5
10
3
2
0
3
1
2
12
108
14
2
1
3
3
15
66
418
Lampiran 2.4
JUMLAH KABUPATEN/KOTA DENGAN PUSKESMAS YANG NAKESNYA DILATIH KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Aceh
13
56,52
38
Riau
11
91,67
30
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
10
3
13
3
14
4
3
5
4
2
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
42,86
9
8
100,00
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
57,14
59
12
Kalimantan Selatan
93,33
42
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
30,00
41
100,00
Bali
76,47
26
Jawa Timur
Banten
27,27
25
15
11
DI Yogyakarta
52,63
83,33
Jawa Barat
Jawa Tengah
9,09
40,74
25,71
21,05
100,00
40,00
9,09
29
34
39
70
36
9
6
85,71
30
30,00
11
24
100,00
110
66,67
17
2
3
6
2
12
4
9
2
2
1
224
Sumber: Direktorat Bina Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014
14,29
23,08
40,00
15,38
85,71
66,67
81,82
20,00
15,38
3,45
44,27
7
8
24
9
28
19
26
5
5
17
846
Lampiran 2.5
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA
MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2013
Rumah Sakit Publik
No
Provinsi
(1)
(2)
Kemenkes/Pemda
TNI/POLRI
RS
Umum
RS
Khusus
Jumlah
RS
Umum
RS
Khusus
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kementerian Lain
Jumlah RS Umum
(8)
(9)
Swasta
RS
Khusus
Jumlah
RS
Umum
RS
Khusus
Jumlah
RS
Umum
RS
Khusus
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Aceh
25
27
13
13
Sumatera Barat
20
22
11
20
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
35
16
13
22
12
12
Kepulauan Riau
11
Jawa Barat
DKI Jakarta
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
11
16
15
14
16
17
13
29
13
9
7
Papua Barat
10
Indonesia
15
Papua
Maluku
Maluku Utara
13
13
19
Kalimantan Timur
13
51
27
10
51
10
Kalimantan Tengah
14
41
10
Bali
Kalimantan Barat
19
11
54
38
Jawa Timur
Banten
12
20
592
9
9
19
60
2
9
12
63
28
12
1
1
0
3
1
2
3
1
1
7
1
0
0
10
12
19
19
16
16
19
18
14
36
14
9
7
16
10
0
2
84
12
22
676
2
2
5
5
1
4
4
4
2
8
2
0
0
4
2
2
6
155
0
0
0
0
0
0
0
0
8
4
2
4
3
2
0
2
11
12
0
0
13
4
30
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
5
5
1
4
4
4
2
8
2
0
0
4
2
2
6
159
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Semua RS
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
59
5
1
7
2
14
11
10
26
16
11
17
11
1
1
0
0
2
2
3
1
2
17
55
34
24
101
43
144
34
22
82
34
116
22
0
0
0
0
26
11
17
13
0
0
0
7
3
5
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
5
0
74
39
16
4
16
1
4
1
8
7
4
1
5
527
0
0
0
197
5
1
3
0
2
18
0
0
4
0
0
4
1
7
4
1
5
724
2
7
0
1
1
0
0
2
2
388
5
1
7
0
2
4
0
0
0
0
211
0
0
2
4
4
3
0
0
13
20
48
6
4
11
15
96
43
16
23
56
22
11
131
10
12
38
53
30
58
12
14
11
93
23
20
4
1
0
0
2
2
599
RS
Khusus
Jumlah
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
22
RS
Umum
11
Jumlah
13
14
RS
Khusus
28
32
54
(18)
2
0
Jumlah RS Umum
(17)
68
BUMN
1
0
0
1
0
2
3
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
60
51
53
14
141
15
156
44
10
54
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
5
0
0
0
2
5
39
26
11
39
10
22
18
13
45
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
3
0
0
2
1
0
0
53
22
38
32
16
25
25
12
57
24
1
3
8
1
6
3
57
25
11
16
18
33
1.725
69
319
20
274
90
20
37
1
67
21
14
26
69
40
0
0
14
275
48
49
74
229
19
201
51
150
13
29
59
205
61
91
2
0
40
5
3
22
5
0
77
23
41
40
17
31
54
40
26
82
25
12
27
16
0
2
503
18
35
2.228
Lampiran 2.6
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR
MENURUT PENGELOLA TAHUN 2009 - 2013
Tahun 2009
No
Pengelola
(1)
(2)
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Kementerian Kesehatan
13
9.131
13
8.873
14
9.724
14
10.832
14
11.028
Pemerintah Provinsi
44
14.029
45
13.854
47
14.065
49
16.292
53
18.526
Pemerintah Kab/Kota
416
47.811
445
43.341
472
52.536
508
74.741
525
84.694
TNI/POLRI
123
11.821
129
11.771
132
12.272
151
19.830
155
20.832
71
6.747
72
6.925
73
8.535
71
8.040
63
7.444
535
52.064
591
52.306
634
52.694
815
74.033
915
102.816
1.202
141.603
137.070
1.372
149.826
1.608
203.768
1.725
245.340
Jumlah
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
Keterangan : Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
1.295
Lampiran 2.7
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR
MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2009 - 2013
Tahun 2009
No
(1)
(2)
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
RS Jiwa
51
9.206
52
8.760
52
7.541
53
8.542
51
10.349
RS Kusta
22
2.224
23
2.326
23
1.854
22
1.989
18
2.048
RS Tuberkulosa Paru
10
731
10
757
10
778
12
915
11
919
RS Mata
11
423
12
448
13
519
14
520
15
647
RS Bersalin
61
2.475
62
2.453
65
2.334
94
3.150
99
3.457
95
4.591
106
4.809
114
5.267
169
7.697
159
8.147
RS Khusus Lainnya
71
2.427
72
2.521
72
2.537
111
4.851
150
7.543
Jumlah
321
22.077
337
22.074
349
20.830
475
27.664
503
33.110
Lampiran 2.8
JUMLAH RUMAH SAKIT, TEMPAT TIDUR, DAN RASIO TEMPAT TIDUR PER 1.000 PENDUDUK
MENURUT KELAS RUMAH SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Aceh
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jumlah
Penduduk
Kelas A
Persentase RS
RS
TT
Persentase RS
RS
TT
Persentase RS
RS
TT
Persentase RS
RS
TT
Persentase RS
RS
TT
Rasio TT
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(19)
3,77
5.035.311
276
1,64
7.857.437
1.799.668
7.880.769
1.339.774
1.937.577
1
1
0
755
182
0
1.806
0
0
0
0
0
0
10.001.943
12
5.219
Jawa Tengah
32.684.579
4.072
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
45.472.830
3.560.080
38.268.825
11.523.018
4.139.690
4.651.648
4.971.802
4.508.968
2.328.823
3.840.547
3.967.793
2.354.668
2.787.164
8.305.154
2.370.549
1.110.294
1.252.071
1.662.965
1.114.917
846.711
3.310.715
248.422.956
Total
(4)
844
3.329.887
TT
6.143.674
Kelas D
(3)
4.671.874
13.391.231
Kelas C
RS
DKI Jakarta
Jawa Barat
Kelas B
8
3
2.474
986
3.689
1.096
1
0
294
0
163
1.087
250
0
1
0
261
0
1.588
0
0
0
0
0
0
57
0
0
0
0
0
0
25.042
1.277
1.580
0,64
21
1,85
0,00
0,00
0,00
1,85
2,50
909
47
12.035
17,15
100
10.958
11
2.470
15,94
11
4.393
0,00
1.372
637
379
15,58
10,53
13,04
13.095
99
11.918
16
1.817
22
8
2,44
11
11,76
1.330
1.510
6,45
14
2.174
5,00
16
2.354
522
2.487
14,81
1.044
11,54
587
8,00
1.168
16
9
21,95
32
646
16,67
478
7,41
1
2
293
4.122
10
1.662
519
2,56
3.383
12,23
106
3.216
0,00
9.818
11,64
40
10,00
0,00
0,00
17.662
25,33
695
1.446
0,00
8.811
18
0,00
7,14
461
3,66
0,00
125
2.775
16,00
0,00
10,53
18
1.352
916
6,45
580
10
2.292
2.656
0,00
6,90
22
6.523
24
2,50
541
53
8,16
0,00
15
1.353
12
0,00
36,07
39
5,26
2.936
9,80
32
1,30
22
1.084
2,91
1,88
6,56
38
4,35
10
14,81
8,00
2,92
45,28
2.224
0,00
3.315
13,46
0,00
24
5.736
5,88
9,43
295
484
85.781
0,00
5,56
0,00
5,71
13,15
7
2
5
3
4
9
741
1.227
809
2.391
1.261
4.734
664
325
372
575
303
728
1.806
93.536
33,97
40,74
34,48
10
7
5
26,67
13
38,55
86
15,94
31,03
28,57
65
6
22,22
6
2
10
9
7
4
2
25,00
33,26
4.270
11
517
22,64
927
31,15
57
4.622
11
450
11
14
3
745
879
211
31,27
43
2.146
18
997
841
22,81
19
821
1.925
56,10
163
7,79
47,83
223
867
678
424
882
35.400
15,79
11
661
10,98
20
22,22
55,56
50,00
37,50
31,43
23,20
11
9
3
5
5
5
6
13
620
707
945
490
147
245
445
133
377
553
38.691
19
49
14
25
7.335
1.781
5.678
1.406
2.447
15,64
275
42.778
26,09
274
69
34,48
319
33,33
57
46,75
4,35
11,76
406
51
3.109
21.943
68
29
150
776
61
31,33
14,63
25,00
33,33
7,14
305
423
28,00
28,57
11
11,54
231
53
6,45
35,29
219
566
2.367
12
42,59
495
36
32,50
825
647
27,45
26,28
72
6.863
386
37,93
4.652
3.773
110
553
5.973
28,00
47
1,24
54
439
8,67
6.266
20,37
88
1,50
19.641
20,00
7.031
156
1.138
50,00
53
36,54
14
20,38
1.356
15
25,71
5.803
13
18,52
16,67
924
1.010
25,00
183
11
34,62
28,00
498
839
14,29
37,68
23
39,02
531
52,63
1.545
29,63
40,00
529
21,57
26
23
45,16
791
20,69
17,15
26,83
41,18
471
22,22
3.431
13
25,00
19
15,38
47
28,07
34,78
24,59
825
36,50
547
12
48,98
36,00
12
2.005
11
35,71
18,87
24
35,29
21,05
756
30,00
35,48
11,11
27,50
42,31
24,39
36,00
25,00
55,56
77
23
41
40
17
31
54
40
26
33.550
10.391
36.558
8.259
5.947
3.030
4.119
4.968
1.785
4.366
6.370
5.080
3.231
82
11.884
12
1.349
25
9
2.307
840
18,52
27
2.365
37,50
16
1.529
27,78
37,14
27,83
18
35
2.228
1.409
3.725
278.450
1,47
0,97
0,93
0,93
0,99
0,72
1,05
1,26
2,19
0,74
1,31
2,92
0,96
0,72
1,44
0,65
0,83
1,10
0,77
1,14
1,61
2,16
1,16
1,43
0,97
1,21
0,67
1,42
1,26
1,81
1,13
1,12
Lampiran 2.9
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT
MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Riau
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Total
Tempat
Tidur*
(3)
Kelas Perawatan
VVIP
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
419
175
51
127
5.678
145
2.447
21
35
41
DKI Jakarta
21.943
772
Jawa Tengah
42.778
631
Jawa Barat
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
33.550
10.391
36.558
8.259
5.947
3.030
4.119
4.968
1.785
111
159
27
28
24
32
81
3.231
130
11.884
305
1.349
31
2.307
840
Papua Barat
1.529
Indonesia
572
5.080
2.365
Papua
183
129
Maluku
Maluku Utara
434
4.366
6.370
1.409
3.725
278.450
16
21
15
39
23
5.043
1,61
2,13
2,28
2,93
1,64
1,73
1,18
2,55
2,49
1,68
3,52
1,29
1,48
1,76
1,56
1,34
2,67
0,89
0,68
0,48
1,79
2,95
2,04
1,59
0,12
2,57
0,69
2,30
2,50
0,63
2,77
0,39
0,62
1,81
437
1.374
417
550
297
470
131
365
68
155
2.244
2.365
3.183
484
2.885
610
718
249
230
216
190
380
595
227
221
1.116
146
126
50
124
128
47
124
20.922
6,22
7,00
6,65
9,21
9,55
6,41
7,36
6,43
4,84
6,33
10,23
7,05
7,44
4,66
7,89
7,39
12,07
8,22
5,58
4,35
10,64
8,70
9,34
4,47
6,84
9,39
6,33
9,34
5,95
5,24
9,08
3,07
3,33
7,51
*
**
***
Jumlah
7.335
1.406
143
1.781
Kelas III
Jumlah
6.266
3.109
Kelas II
113
5.973
Kelas I
Jumlah
7.031
19.641
VIP
Total tempat tidur mencakup VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Tempat tidur perawatan lainnya
Tempat tidur perawatan lainnya mencakup ICU, PICU, NICU, HCU, ICCU, Tempat tidur bayi baru lahir, dan tempat tidur ruang isolasi
Tempat tidur non perawatan mencakup tempat tidur di IGD, Kamar Bersalin dan Ruang Operasi
561
2.900
786
585
395
894
179
610
144
268
3.016
4.081
4.562
909
4.708
1.227
675
384
322
442
169
455
781
479
299
1.330
224
93
70
194
137
91
275
32.245
7,98
14,77
12,54
9,79
12,71
12,19
10,05
10,74
10,24
10,95
13,74
12,16
10,66
8,75
12,88
14,86
11,35
12,67
7,82
8,90
9,47
10,42
12,26
9,43
9,25
11,19
9,71
6,89
8,33
8,20
9,72
5,95
7,38
11,58
819
4.399
1.179
1.022
519
1.487
346
1.133
284
460
4.423
6.537
6.044
1.623
7.403
1.768
990
370
612
831
310
855
1.261
1.040
438
1.813
359
213
142
365
207
218
731
50.201
11,65
22,40
18,82
17,11
16,69
20,27
19,43
19,95
20,20
18,80
20,16
19,48
14,13
15,62
20,25
21,41
16,65
12,21
14,86
16,73
17,37
19,58
19,80
20,47
13,56
15,26
15,56
15,79
16,90
15,43
14,69
14,26
19,62
18,03
3.670
7.416
2.656
2.419
1.215
3.297
679
2.408
609
1.057
7.569
13.157
21.893
5.986
14.065
2.899
2.285
1.271
2.056
2.492
719
1.734
2.360
2.419
1.543
4.701
1.036
627
354
1.206
606
887
1.851
119.142
52,20
37,76
42,39
40,50
39,08
44,95
38,12
42,41
43,31
43,20
34,49
39,22
51,18
57,61
38,47
35,10
38,42
41,95
49,92
50,16
40,28
39,72
37,05
47,62
47,76
39,56
44,91
46,48
42,14
50,99
43,01
58,01
49,69
42,79
747
1.980
592
737
347
629
228
591
124
269
2.536
4.221
4.127
798
4.338
916
691
408
463
556
231
496
724
450
484
1.524
214
139
80
232
155
110
322
30.459
10,62
10,08
9,45
12,34
11,16
8,58
12,80
10,41
8,82
10,99
11,56
12,58
9,65
7,68
11,87
11,09
11,62
13,47
11,24
11,19
12,94
11,36
11,37
8,86
14,98
12,82
9,28
10,30
9,52
9,81
11,00
7,19
8,64
10,94
684
1.153
493
485
285
431
197
426
142
197
1.383
2.755
2.338
408
2.587
728
429
321
408
407
134
317
519
384
242
1.095
312
120
123
229
137
9,73
5,87
7,87
8,12
9,17
5,88
11,06
7,50
10,10
8,05
6,30
8,21
5,47
3,93
7,08
8,81
7,21
10,59
9,91
8,19
7,51
7,26
8,15
7,56
7,49
9,21
13,52
8,90
14,64
9,68
9,72
170
11,12
20.438
7,34
399
10,71
Lampiran 2.10
JUMLAH SARANA PRODUKSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Industri Farmasi
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
10
10
21
21
21
Aceh
Sumatera Barat
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
9
0
0
1
0
0
0
0
9
0
0
1
0
0
0
0
5
0
0
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
94
102
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
4
0
0
94
94
3
0
0
4
0
0
3
0
0
5
0
0
DKI Jakarta
45
50
50
10
11
102
176
179
179
Jawa Tengah
22
23
23
15
12
283
289
285
283
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Industri Kosmetika
2011
1
2
87
1
94
2
94
2
42
0
46
0
45
46
47
15
15
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
212
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
239
30
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
253
19
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
107
19
1
0
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
110
215
73
207
64
206
64
14
14
33
31
31
52
47
45
0
1
0
0
0
4
1
0
1
0
0
0
5
1
0
1
0
0
0
5
35
56
41
11
17
17
215
114
73
79
7
0
0
0
0
0
0
0
62
0
0
0
1
0
0
1
68
10
16
14
14
13
14
26
3
0
0
0
0
0
0
12
12
864
15
26
15
26
15
1
0
0
0
1.205
0
0
1.229
8
9
0
1
0
1
0
0
0
1.237
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
234
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
237
67
53
95
77
44
29
151
28
25
135
27
23
277
24
221
58
12
277
22
229
25
266
136
64
79
15
58
22
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
220
71
0
0
0
0
0
0
1
0
4
0
1
0
0
0
0
0
509
24
0
0
0
0
0
579
45
10
24
0
0
0
109
0
0
0
0
54
0
0
1
0
107
0
0
1
0
21
21
21
0
0
0
151
21
0
0
67
12
11
0
0
116
125
0
0
113
114
45
99
73
0
38
12
0
0
0
0
0
0
648
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
553
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
564
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
606
Lampiran 2.11
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Aceh
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Apotek
Toko Obat
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
70
67
26
168
250
298
637
495
433
11
11
53
464
422
486
305
319
319
28
115
116
133
91
89
89
51
34
98
22
56
15
37
49
35
98
18
55
34
34
65
18
55
15
34
971
117
218
355
155
350
105
182
977
1.056
442
480
231
410
190
412
124
190
266
439
209
429
140
48
1.819
1.657
2.302
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
381
9
5
16
37
26
13
0
0
2
4
2
8
1
605
880
950
950
381
38
93
87
141
163
15
163
15
367
2.422
2.380
3.259
297
307
372
59
131
250
74
77
75
525
571
603
206
226
239
10
17
40
82
40
33
54
15
53
51
47
27
90
16
8
0
96
30
37
48
14
97
29
24
46
425
450
27
94
102
14
260
123
217
411
175
78
60
17
106
Papua Barat
14
10
10
2.695
2.860
2.846
47
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
43
74
44
39
28
178
160
47
12
154
208
162
41
28
253
719
46
45
349
15
Indonesia
381
605
44
341
16
Papua
544
29
224
Maluku
Maluku Utara
523
54
46
333
471
96
47
333
50
53
65
528
337
48
77
134
1.326
Jawa Tengah
51
98
58
170
1.038
1.843
DI Yogyakarta
46
1.281
2.143
2.959
78
140
193
3.821
1.987
3.207
147
176
16
247
432
513
161
187
551
218
404
513
325
114
207
372
446
805
243
DKI Jakarta
Jawa Barat
46
272
185
215
404
209
89
46
900
281
189
218
217
317
460
184
111
158
122
127
127
174
237
236
111
790
57
231
113
46
61
121
181
109
67
130
125
289
674
175
377
37
45
41
790
102
134
377
127
36
45
316
517
238
100
197
377
91
35
45
80
127
112
112
112
122
122
122
52
52
52
16.735
17.613
86
210
97
224
103
234
21.103
23
26
8.247
18
40
7.040
21
40
7.861
62
2
0
75
13
75
13
25
18
12
12
0
2
0
0
5
1
22
17
27
57
0
0
1
0
0
0
1.249
1
0
1
3
0
0
1.624
2
0
3
3
0
0
1.921
Lampiran 2.12
JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Desa
Kelurahan
Desa dan
Kelurahan
Persentase RW,
Desa dan
Kelurahan Siaga
Aktif
Poskesdes yang
Beroperasi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta*
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
6.464
5.281
886
1.594
1.391
2.768
1.356
2.375
313
274
5.295
7.809
392
7.722
1.273
634
941
2.881
1.897
1.420
1.866
1.268
1.458
1.767
2.240
1.772
657
533
1.135
1.039
1.477
4.766
0
664
259
241
162
376
168
205
67
141
639
769
46
783
278
80
139
319
89
138
143
224
332
169
784
370
72
71
34
112
77
91
6.464
5.945
1.145
1.835
1.553
3.144
1.524
2.580
380
415
2.705
5.934
8.578
438
8.505
1.551
714
1.080
3.200
1.986
1.558
2.009
1.492
1.790
1.936
3.024
2.142
729
604
1.169
1.151
1.554
4.857
578
2.956
1.014
983
1.309
2.789
1.438
2.289
296
369
2.006
4.945
8.577
413
7.968
1.331
698
930
502
832
629
1.581
948
689
1.313
2.899
1.001
357
216
808
859
31
1.016
8,94
49,72
88,56
53,57
83,52
88,71
94,36
85,74
77,89
84,58
74,16
83,33
99,99
94,29
93,69
85,82
97,76
86,11
15,69
41,89
40,37
78,70
63,54
38,49
67,82
96,49
46,73
48,97
35,76
69,12
74,63
1,99
20,92
2.234
3.835
2.453
1.152
924
2.461
1.547
1.447
303
198
1.176
5.490
7.670
421
8.598
521
490
804
648
1.349
513
1.707
655
1.048
1.154
2.820
1.055
303
107
598
252
79
719
Indonesia
72.944
8.309
83.691
54.570
65,20
54.731
Posyandu
(9)
7.385
15.303
7.101
5.037
3.250
6.352
1.863
7.797
992
1.191
4.297
49.193
48.315
2.708
45.882
10.640
4.760
6.743
8.573
4.281
2.236
3.724
4.566
2.066
3.267
9.377
2.877
1.302
1.731
1.902
1.401
1.122
2.991
280.225
Kader / Toma /
Toga Terlatih
Rasio Posyandu
terhadap
Desa/Kelurahan
Rasio
Kader/Toma
terhadap
Desa/Kelurahan
(10)
(11)
(12)
4.500
3.548
20.813
17.918
2.122
7.487
3.695
7.488
714
2.350
12.393
37.622
80.896
432
4.086
33.308
780
2.664
600
1.142
1.170
10.006
4.575
4.515
17.616
35.029
1.968
612
1.227
1.880
100
360
12.970
1,14
2,57
6,20
2,74
2,09
2,02
1,22
3,02
2,61
2,87
1,59
8,29
5,63
6,18
5,39
6,86
6,67
6,24
2,68
2,16
1,44
1,85
3,06
1,15
1,69
3,10
1,34
1,79
2,87
1,63
1,22
0,72
0,62
0,70
0,60
18,18
9,76
1,37
2,38
2,42
2,90
1,88
5,66
4,58
6,34
9,43
0,99
0,48
21,48
1,09
2,47
0,19
0,58
0,75
4,98
3,07
2,52
9,10
11,58
0,92
0,84
2,03
1,61
0,09
0,23
2,67
336.586
3,35
4,02
Lampiran 2.13
JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU
MENURUT PROVINSI DAN TINGKATAN (STRATA) DI INDONESIA TAHUN 2013
RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Posyandu
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
578
200
470
735
2.789
961
1.206
235
534
3.386
176
4.674
974
698
667
832
629
1.255
630
368
1.180
1.636
833
246
133
780
583
1.016
28.404
354
326
353
0
331
670
92
549
3.247
158
2.519
350
0
193
0
186
159
126
112
757
118
84
83
12
197
0
10.976
578
2.956
1.014
983
1.309
2.789
1.438
2.289
296
369
2.006
4.945
8.577
413
7.968
1.331
698
930
502
832
629
1.581
948
689
1.313
2.899
1.001
357
216
808
859
31
1.016
54.570
350
119
103
0
140
316
32
598
1.507
66
689
7
0
65
0
28
139
192
15
421
35
26
0
0
62
0
4.910
110
68
118
0
6
97
10
325
437
13
86
0
0
5
0
112
20
3
6
85
15
1
0
16
17
0
1.550
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1.826
2.761
344
1.037
439
761
567
429
71
146
23
49.193
5.018
86
2.460
2.768
123
1.339
8.573
1.322
1.021
1.159
906
248
953
1.659
561
32
777
909
526
1.122
2.560
91.719
4.170
6.661
2.775
1.904
1.475
2.149
867
2.821
376
571
287
0
15.320
641
15.412
5.298
1.643
2.831
0
2.013
854
1.769
1.702
882
1.455
3.360
1.284
975
696
712
525
0
116
81.544
1.226
4.293
3.005
1.553
1.036
3.018
363
3.540
418
389
1.586
0
18.693
1.129
25.771
2.094
2.658
2.281
0
863
300
699
1.552
916
782
3.446
830
286
239
274
309
0
128
83.677
163
1.588
977
543
300
424
66
1.007
127
85
2.401
0
9.284
852
2.239
480
336
292
0
83
61
97
406
20
77
912
202
9
19
7
41
0
187
23.285
7.385
15.303
7.101
5.037
3.250
6.352
1.863
7.797
992
1.191
4.297
49.193
48.315
2.708
45.882
10.640
4.760
6.743
8.573
4.281
2.236
3.724
4.566
2.066
3.267
9.377
2.877
1.302
1.731
1.902
1.401
1.122
2.991
280.225
Lampiran 2.14
JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2013
Jurusan/Program Studi
Fisioterapi
Okupasi
Terapi
Terapi Wicara
Akupunktur
Analis
Kesehatan
Teknik
Elektromedik
Teknik
Radiodiagnosti
k
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
Ortotik
Prostetik
Gizi
Keteknisian Medis
Kesehatan
Lingkungan
(2)
Keterapian Fisik
Farmasi
(1)
Gizi
Keperawatan
Gigi
Poltekkes
Kesehatan Masyarakat
Kebidanan
No
Kefarmasian
Keperawatan
Keperawatan
(16)
Total
(17)
Aceh
Riau
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Medan
Padang
Jambi
Palembang
Bengkulu
Tanjung Karang
Tanjung Pinang
Pangkal Pinang
Jakarta I
Jakarta II
Jakarta III
Bandung
Tasikmalaya
Semarang
Surakarta
DI Yogyakarta
Surabaya
Malang
Banten
1
1
0
0
0
0
0
1
2
2
1
1
1
2
1
Mataram
Kupang
Pontianak
Palangkaraya
Banjarmasin
Kalimantan Timur
Manado
Palu
Makassar
1
2
1
1
1
1
1
1
Kendari
Gorontalo
Mamuju
Maluku
Ternate
Sorong
Denpasar
Jayapura
1
Total
1
1
34
1
1
1
1
1
2
0
0
0
0
1
1
2
2
1
1
1
3
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
36
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
13
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
19
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
5
0
0
1
4
3
6
5
8
7
6
6
6
1
4
5
2
6
3
6
2
4
2
8
2
2
0
0
2
3
2
133
Lampiran 2.15
JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2013
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
Perekam
Informasi
Kesehatan
(13)
Ortotik
Prostetik
(12)
Teknik Gigi
Okupasi Terapi
Fisioterapi
(11)
Teknik
Radiodiagnostik
(10)
Teknik
Elektromedik
(9)
Analis
Kesehatan
(8)
Keteknisian Medis
Akupunktur
(7)
Keterapian Fisik
Gizi
Terapi Wicara
Gizi
(6)
Kesehatan
Lingkungan
(5)
Kesmas
Jamu
(4)
Farmasi
(3)
Keperawatan
Gigi
(2)
(1)
Kebidanan
Poltekkes
Keperawatan
No
Kefarmasian
Analis Farmasi
& Makanan
Total
(19)
(20)
(21)
Aceh
10
Riau
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Medan
Padang
Jambi
Palembang
Bengkulu
Tanjung Karang
Tanjung Pinang
Pangkal Pinang
Jakarta I
Jakarta II
Jakarta III
Bandung
Tasikmalaya
Semarang
Surakarta
DI Yogyakarta
Surabaya
Malang
Banten
Denpasar
Mataram
Kupang
Pontianak
Palangkaraya
Banjarmasin
Kalimantan Timur
Manado
Palu
Makassar
Kendari
Gorontalo
Mamuju
Maluku
Ternate
Jayapura
Sorong
Jumlah
1
7
3
71
3
2
1
1
2
2
1
1
1
0
2
3
2
4
1
1
3
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
4
2
62
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
18
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
2
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
24
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
22
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
7
4
8
7
10
0
0
0
0
3
4
7
5
10
2
1
0
10
16
6
13
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
3
5
9
6
3
6
4
7
6
9
4
3
4
8
5
16
6
262
Lampiran 2.16
JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2011/2012 SAMPAI DENGAN 2013/2014
No
Institusi Poltekkes
(2)
(1)
KEPERAWATAN
1 Keperawatan
2 Kebidanan
3 Keperawatan Gigi
Sub Total
KEFARMASIAN
Jumlah
2011/2012
2012/2013
2013/2014
(3)
(4)
(5)
(6)
21.596
22.931
22.250
66.777
42.809
44.810
47.398
135.017
16.323
4.890
285
2.085
16.959
4.920
285
2.305
19.278
5.870
222
2.490
52.560
15.680
792
6.880
3 Jamu
Sub Total
2.370
2.590
101
2.813
101
7.773
1 Kesehatan Lingkungan
Sub Total
6.790
6.790
7.000
7.000
5.945
5.945
19.735
19.735
Sub Total
7.065
7.065
7.570
7.570
6.097
6.097
20.732
20.732
1 Fisioterapi
590
760
944
2.294
4 Akupunktur
160
220
191
571
KESEHATAN MASYARAKAT
GIZI
KETERAPIAN FISIK
2 Okupasi Terapi
3 Terapi Wicara
250
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 Analis Kesehatan
2 Teknik Gigi
Sub Total
Total
160
300
220
334
259
884
639
1.160
1.500
1.728
4.388
4.095
4.730
4.766
13.591
875
915
910
2.700
380
120
715
320
6.505
66.699
440
180
715
440
7.420
70.890
294
119
503
201
6.793
70.774
1.114
419
1.933
961
20.718
208.363
Lampiran2.17
JUMLAH PESERTA DIDIK PRORAM DIPLOMA III POLTEKKES BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2013
Aceh
Pekanbaru
2
3
5
6
7
8
9
Medan
Padang
Jambi
Bengkulu
Palembang
T.Karang
Gorontalo
10 Jakarta I
11 Jakarta II
12 Jakarta III
13 Bandung
14 Tasikmalaya
15 Semarang
16 Surakarta
17 Yogyakarta
18 Malang
19 Surabaya
20 Denpasar
21 Mataram
22 Kupang
23 Pontianak
24 Palangkaraya
25 Banjarmasin
26 Samarinda
27 Manado
28 Palu
29 Makassar
30 Kendari
31 Ambon
32 Ternate
33 Jayapura
34 Pangkal Pinang
35 Banten
36 Mamuju
37 Sorong
38 Tanjung Pinang
Total
(15)
253
309
181
348
0
133
167
340
481
274
465
838
620
554
219
0
494
506
438
963
551
408
550
426
392
220
543
356
650
888
527
1.094
429
1.658
136
254
145
688
240
22.250
0
0
362
211
513
731
436
705
697
222
779
935
290
158
1.093
264
597
954
833
0
148
1.246
305
284
590
1.435
545
270
490
310
675
154
0
136
0
211
317
0
365
439
242
96
388
0
1.116
318
233
377
618
812
343
432
388
554
462
480
735
139
230
148
460
252
19.278
232
150
0
221
0
396
350
0
0
0
0
0
0
0
0
5.870
288
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
119
0
0
87
0
0
0
0
0
0
249
0
0
0
0
353
0
0
0
135
0
0
0
222
0
0
0
0
0
0
0
2.490
303
288
103
159
0
296
0
0
345
0
0
0
0
0
101
398
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
211
325
0
368
0
416
298
409
195
257
0
341
174
232
318
246
292
0
307
55
215
0
0
101
5.945
126
0
0
0
0
0
0
0
313
236
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
166
257
0
218
0
265
60
0
0
0
0
0
0
0
0
288
296
181
281
0
127
0
123
127
6.097
0
0
0
0
0
0
0
0
944
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
334
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
259
696
282
127
147
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
191
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
294
320
0
0
0
0
0
4.162
(23)
315
68
(22)
527
191
(20)
204
259
(19)
334
(18)
90
554
313
(17)
Jumlah
160
274
94
411
230
124
112
285
116
0
0
299
(16)
PIKES
(14)
Transfusi
(13)
209
Ortotik
Prostetik
(12)
Teknik
Elektromedik
(11)
320
Refraksi
Optisi
(10)
1.198
Teknik
Radiologi dan
Radio Terapi
Teknik Gigi
(9)
1.873
Analis
Kesehatan
Akupunktur
(8)
Terapi
(7)
Okupasi
Terapi
(6)
Fisioterapi
(5)
Keteknisian Medis
Gizi
(4)
Keterapian Fisik
Gizi
Kesehatan
Lingkungan
Jamu
(3)
Farmasi
(2)
Farmasi dan
Makanan
(1)
Kesmas
Keperawatan
Gigi
Poltekkes
Kefarmasian
Kebidanan
No
Keperawatan
Keperawatan
242
294
0
0
0
0
0
230
595
422
259
144
210
201
203
0
180
0
207
0
486
0
70
45
0
0
170
0
0
0
4.766
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
910
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
45
211
0
0
0
0
0
0
0
0
156
292
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
503
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
201
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.408
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
918
0
0
1.889
1.599
119
2.747
0
0
(24)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
119
2.108
2.378
558
2.527
1.343
2.270
1.440
4.461
2.630
2.083
2.486
2.785
898
1.860
3.569
2.080
1.160
1.343
1.587
1.959
1.388
3.387
1.431
2.214
1.190
2.608
537
654
528
1.275
618
70.774
Lampiran 2.18
JUMLAH LULUSAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011-2013
Institusi Diknakes
No
(1)
B
C
D
E
KEPERAWATAN
1 Keperawatan
2 Kebidanan
3 Keperawatan Gigi
(2)
Sub Total
KEFARMASIAN
1 Analisa Farmasi dan Makanan
2 Farmasi
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Kesehatan Lingkungan
Promkes
Sub Total
GIZI
1 Gizi
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1 Fisioterapi
2 Okupasi Terapi
3 Terapi Wicara
4 Akupunktur
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 Analis Kesehatan
2 Teknik Gigi
3 Teknik Radiologi & Radioterapi
4 Rekam Medis dan Info Kes
5 Teknik Elektro Medik
6 Ortetik Prostetik
Sub Total
Total
2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
7.276
5.025
1.655
13.956
7.183
5.652
1.641
14.476
6.608
7.604
1.569
15.781
125
625
750
125
885
1.010
72
672
744
2.065
2.065
2.089
2.089
1.676
10
1.686
2.265
2.265
2.068
2.068
2.034
2.034
190
50
40
123
52
36
33
244
243
99
46
42
430
1.105
100
100
1.125
92
285
0
225
16
1.743
21.630
1.384
80
346
38
230
44
2.122
22.797
280
225
20
1.550
20.866
Lampiran 2.19
JUMLAH LULUSAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III POLTEKKES
MENURUT JENIS PROGRAM STUDI TAHUN 2013
Keperawatan
Gigi
Kesehatan
Lingkungan
Gizi
Farmasi
Analis Kesehatan
Teknik Elektro
Medik
Teknik Radio
Diagnostik
Teknik Gigi
Analis Farmasi
Dan Makanan
Fisioterapi
Okupasi Etrapi
Ortetik Prostetik
Terapi Wicara
Akupunktur
Jamu
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Aceh
Medan
Padang
Pekanbaru
Jambi
Bengkulu
Palembang
T.Karang
Gorontalo
Jakarta I
Jakarta II
Jakarta III
Bandung
Tasikmalaya
Semarang
Surakarta
Yogyakarta
Malang
Surabaya
Denpasar
Mataram
Kupang
Pontianak
Palangkaraya
Banjarmasin
Samarinda
Manado
Palu
Makassar
Kendari
Ambon
Ternate
Jayapura
T. Pinang
Pangkal Pinang
Banten
Mamuju
Sorong
Total
327
108
146
44
89
109
232
122
113
68
0
253
124
81
475
185
114
297
286
160
332
485
202
131
74
153
103
184
274
6
252
155
519
84
26
80
38
177
6.608
392
362
176
139
122
151
169
292
236
40
0
153
289
217
469
239
137
465
376
83
246
456
123
336
141
241
137
146
182
162
116
155
273
72
32
71
43
165
7.604
156
72
101
0
68
0
80
34
0
64
0
0
93
100
198
0
135
0
131
25
0
47
52
0
59
0
66
0
88
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.569
92
95
71
0
51
40
0
113
0
0
96
0
87
0
111
0
109
0
149
62
0
56
80
0
40
0
87
46
91
0
74
0
54
40
0
0
32
0
1.676
96
116
66
42
0
57
56
48
67
0
91
0
85
76
112
0
110
157
0
33
88
58
36
58
71
0
62
0
107
64
67
67
30
0
33
0
36
45
2.034
Nama
Poltekkes
56
89
0
0
0
0
75
29
0
0
112
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
44
0
0
0
0
64
0
162
0
0
0
0
0
41
0
0
0
672
0
80
0
0
0
37
49
114
0
0
0
90
104
0
48
0
146
0
133
37
111
40
61
0
80
37
34
0
145
0
0
0
0
0
0
38
0
0
1.384
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
130
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
230
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
151
0
0
0
195
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
346
0
0
0
0
0
0
0
19
0
0
61
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
72
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
72
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
149
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
243
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
99
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
99
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
0
0
0
0
0
30
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
44
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
46
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
46
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
42
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
42
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Promkes
Kebidanan
(1)
No
Perekam dan
Informasi
Kesehatan
Keperawatan
PROGRAM STUDI
(20)
(21)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Total
(22)
1.119
922
560
225
330
394
661
781
416
186
683
496
782
512
1.608
790
751
919
1.205
400
777
1.186
554
525
465
431
553
376
1.143
232
509
377
876
196
132
189
149
387
22.797
Lampiran 2.20
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN BULAN NOVEMBER 2013
No
Nama Obat
(1)
(2)
Kemasan
(3)
Kebutuhan
(4)
Ketersediaan
Ketersediaan
(%)
No
(5)
(6)
(1)
Nama Obat
(2)
tablet
36.741.378
42.334.202
115,22
37
tablet
1.010.547
918.987
90,94
39
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
tablet
tablet
572.572.531
106,47
tablet
182.539.479
202.597.283
110,99
tablet
330.010.245
325.645.937
tube
3.203.739
2.853.474
89,07
47
pot
1.628.366
1.770.725
108,74
49
150.345
107.220
71,32
51
105.686.877
botol
15.290.917
kaplet
ampul
tablet
tablet
vial
3.099.226
1.478.236
6.538.399
2.358.049
88.240.406
18.436.875
3.128.248
1.287.945
4.894.153
2.298.768
tablet
340.682.306
303.200.999
tablet
2.601.517
1.926.273
tablet
tablet
botol
ampul
ampul
botol
krim
9.155.228
1.991.758
35.022
539.197
5.755.275
14.415.848
6.310.510
1.678.949
33.144
480.025
5.661.965
12.692.243
87,13
74,85
97,49
89,00
68,93
74,04
84,29
94,64
89,03
98,38
88,04
6.835.227
6.894.880
100,87
2.509.416
122,97
6.812.972
118,10
8.298.543
106,69
16.871.982
81,02
2.983.469
2.967.441
tablet
37.895.932
35.906.365
ampul
6.624.732
5.314.084
tablet
36.176.115
27.878.710
ampul
1.621.856
1.158.745
ampul
Diazepam tablet 5 mg
tablet
98,68
botol
100,94
299.112.407
107.941.489
120,57
300.226.668
124.225.667
83,49
tablet
tablet
Diazepam tablet 2 mg
38
537.766.318
kapsul
95,83
103,29
supp
6.105.441
31.018.777
6.306.266
32.367.841
tablet
tablet
2.040.659
5.768.851
7.778.533
20.825.531
99,63
99,46
86,89
94,75
80,22
77,06
71,45
40
41
42
43
44
45
46
48
50
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
Kemasan
Kebutuhan
Ketersediaan
Ketersediaan
(%)
(3)
(4)
(5)
(6)
botol
769.775
763.763
99,22
ampul
926.935
737.193
79,53
ampul
Fenobarbital tablet 30 mg
tablet
25.873.858
24.125.745
tablet
3.976.891
3.836.773
tablet
botol
ampul
Furosemid tablet 40 mg
tablet
89.475
2.255.883
1.182.712
5.034.528
85.887
2.092.079
1.171.617
4.726.099
95,99
93,24
92,74
96,48
99,06
93,87
tablet
17.655.327
15.966.112
17.867.571
111,94
Gameksan lotion 1 %
botol
sach
1.059.419
46.047.937
1.059.427
43.038.223
100,00
botol
2.257.820
2.411.131
106,79
110,17
Glibenklamida tablet 5 mg
tablet
Gliserin
botol
56.488.673
59.082.656
tablet
368.900.378
406.434.985
botol
6.339.081
4.919.017
botol
ampul
tablet
15.961.933
3.706.973
275.831
616.452
3.088.958
267.391
138,05
12.265.559
tablet
80.079.223
74.450.572
tablet
63.225.521
58.370.076
tablet
11.721.833
13.425.991
Hidroklorotiazida tablet 25 mg
Hidrkortison krim 2,5%
tube
tablet
7.370.766
71.559.108
96,94
7.031.126
10.635.642
5.093.137
77,60
107,82
tablet
tablet
83,33
4.141.750
25.653.672
Haloperidol tablet 5 mg
104,59
129,39
26.115.814
93,46
797.604
tablet
3.841.418
90,43
7.656.761
68.636.382
98,23
115,33
92,97
103,88
92,32
95,92
114,54
tablet
215.793.410
202.333.681
tablet
103.261.367
108.669.139
105,24
597.739
468.165
78,32
tablet
tablet
vial
kapsul
kapsul
botol
55.391.360
5.528.909
2.268.599
62.485.884
17.647.929
52.556.553
6.314.310
2.019.134
58.872.542
17.258.489
93,76
94,88
114,21
89,00
94,22
97,79
Lampiran 2.21
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN BULAN NOVEMBER 2013
No
Nama Obat
(1)
(2)
73
75
74
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
Kemasan
(3)
661.683.428
ampul
216.884
201.435
tablet
tablet
tablet
botol
330.795
404.876
30.349
2.048.135
12.014
25.907
1.440.136
32.560.494
30.872.390
botol
301.519
352.437
2.867.774
35.942.591
2.704.927
38.137.390
botol
1.873.012
2.852.711
tablet
2.892.119
2.783.582
botol
7.594.207
6.925.863
tube
vial
ampul
tablet
botol
13.517
162.553
tablet
tablet
199.738
828.505
12.586.280
454.800
13.496.864
ampul
22.869.557
tablet
113.074
3.521.164
5.522.378
654.266
4.644.722
74.832
4.022.642
4.014.960
673.121
3.555.612
botol
16.616.812
17.210.176
tablet
720.242.482
733.288.918
tablet
14.620.822
13.423.908
botol
tablet
vial
tablet
23.022.671
9.811.841
(2)
104,56
2.550.092
7.895.129
botol
(1)
13.045.693
3.585.606
vial
sach
(6)
12.476.443
4.773.743
vial
Nama Obat
4.626.081
ampul
No
15.297.339
tablet
tablet
ampul
9.814.482
Ketersediaan
(%)
12.552.718
115.548.192
10.123.877
6.339.503
108.313.585
tablet
5.821.838
tablet
(5)
646.187.787
ampul
(4)
tablet
Kebutuhan Ketersediaan
23.421.018
1.543.926
244.575.456
4.078.766
24.770.440
1.902.304
251.829.854
2.889.733
106,68
VAKSIN
Kemasan
(3)
botol
Kebutuhan
Ketersediaan
Ketersediaan
(%)
(4)
(5)
(6)
3.337.799
2.571.479
77,04
29.806.909
136,88
6.773.676
141,79
tablet
219.167.208
191.072.186
tablet
7.467.236
7.083.664
tablet
tablet
tablet
21.775.804
4.777.147
771.009
554.624
87,18
94,86
71,93
tablet
19.275.427
19.966.404
103,58
tube
3.182.571
3.150.565
98,99
botol
kotak
vial
vial
vial
10.516.896
11.639.028
3.846.436
3.851.217
100,12
2.727
2.242
82,20
64.437
7.480
55.473
5.027
ampul
179.216
143.582
ampul
19.588.634
18.335.587
vial
botol
botol
110,67
234.135
2.674.677
747.233
175.746
86,09
67,20
80,12
75,06
93,60
2.827.680
105,72
569.976
76,28
kapsul
63.927.978
64.900.467
101,52
ampul
8.324.631
7.458.053
89,59
kapsul
28.922.494
28.161.006
tablet
302.431.227
295.392.889
tablet
18.839.500
22.393.709
tablet
405.270.082
384.525.173
ampul
vial
128.458
3.833.869
97,37
97,67
214.503
166,98
3.058.360
79,77
118,87
94,88
vial
2.882.530
1.895.697
65,77
76,55 138 D T
vial
1.892.211
1.223.396
64,65
102,88 137 T T
vial
vial
vial
vial
vial
vial
vial
2.126.071
5.891.506
5.123.173
4.995.588
5.711.913
326.250
167.352
1.854.353
4.716.072
3.374.080
3.805.607
3.658.140
478.898
112.761
87,22
80,05
65,86
76,18
64,04
146,79
67,38
Lampiran 2.22
PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Penggunaan di Puskesmas
Rata-Rata Penggunaan
(3)
(4)
(5)
98,96
99,29
99,86
88,09
96,68
87,55
93,25
85,70
100,00
90,21
95,50
98,37
96,40
98,80
96,88
97,09
99,68
99,50
100,00
95,73
95,52
97,76
92,47
99,68
91,45
100,00
96,96
97,17
97,55
97,28
99,36
100,00
88,77
96,11
91,04
63,88
90,35
57,99
67,38
80,18
63,07
66,51
89,59
83,04
66,31
69,44
66,39
83,23
51,54
60,66
68,21
74,50
81,72
78,22
75,60
76,89
61,76
82,74
68,94
71,69
86,60
77,83
76,71
81,23
93,26
88,04
76,15
74,87
95,00
81,59
95,11
73,04
82,03
83,87
78,16
76,11
94,80
86,63
80,91
83,91
81,40
91,02
74,21
78,88
83,95
87,00
90,86
86,98
85,56
87,33
77,12
91,21
80,20
85,85
91,78
87,50
87,13
89,26
96,31
94,02
82,46
85,49
Lampiran 3.1
REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN
MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2013
Jumlah Tenaga Kesehatan
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
(3)
(4)
(5)
854
2.191
816
781
429
923
121
453
103
255
5.931
5.562
4.397
1.237
4.786
1.603
1.146
382
275
343
129
491
613
447
274
1.402
120
137
33
118
84
108
202
1.446
3.161
1.230
1.182
719
1.100
433
1.019
333
540
2.728
4.757
4.821
1.408
4.574
1.382
1.069
651
698
639
465
779
1.080
1.010
534
1.464
445
249
233
390
272
297
733
265
857
405
359
179
212
109
270
61
135
1.086
1.565
1.258
394
1.512
509
292
154
160
130
97
191
321
63
106
597
116
35
100
119
48
54
98
36.746
41.841
11.857
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
Perawat
Bidan
Farmasi
Lainnya
(6)
(7)
(8)
(9)
10.890
8.796
7.513
6.986
5.314
8.861
3.258
6.805
2.566
3.932
19.418
31.030
31.802
6.746
32.833
7.882
6.515
5.041
6.422
9.467
4.607
6.239
7.181
5.645
6.804
12.436
3.801
1.598
1.627
5.075
3.123
2.710
5.482
288.405
9.545
13.585
4.633
4.476
3.259
4.804
2.550
3.761
899
1.170
2.877
13.263
16.833
1.699
15.555
3.516
2.252
2.211
3.139
2.308
1.851
2.771
2.356
1.469
2.495
5.264
1.769
680
895
1.323
1.086
895
1.921
137.110
1.707
2.436
1.376
1.202
977
1.211
869
711
283
314
2.458
3.420
5.525
2.155
4.229
1.035
588
550
1.142
634
525
824
809
791
674
1.468
540
322
241
171
246
238
510
40.181
7.613
7.378
4.422
3.159
3.125
6.068
2.664
3.103
1.124
1.002
4.881
9.407
13.412
3.033
11.218
2.666
2.721
2.873
3.648
2.522
2.030
3.080
2.500
1.545
2.557
7.600
2.704
1.276
1.259
1.127
1.146
726
1.905
125.494
Jumlah
Tenaga Non
Kesehatan
(10)
(11)
32.320
38.404
20.395
18.145
14.002
23.179
10.004
16.122
5.369
7.348
39.379
69.004
78.048
16.672
74.707
18.593
14.583
11.862
15.484
16.043
9.704
14.375
14.860
10.970
13.444
30.231
9.495
4.297
4.388
8.323
6.005
5.028
10.851
681.634
4.923
7.986
3.913
3.974
3.255
5.779
1.700
3.579
1.563
1.763
16.469
24.809
31.134
6.951
30.543
4.986
5.823
3.718
4.464
2.653
2.100
2.776
4.891
2.196
1.750
4.934
1.085
1.359
413
1.010
554
743
1.658
195.454
Total SDM
Kesehatan
(12)
37.243
46.390
24.308
22.119
17.257
28.958
11.704
19.701
6.932
9.111
55.848
93.813
109.182
23.623
105.250
23.579
20.406
15.580
19.948
18.696
11.804
17.151
19.751
13.166
15.194
35.165
10.580
5.656
4.801
9.333
6.559
5.771
12.509
877.088
Lampiran 3.2
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS
MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2013
Jumlah Tenaga Kesehatan
No
Provinsi
(1)
(2)
Dokter
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter
Gigi
(3)
(4)
(5)
Aceh
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
0
7
DKI Jakarta
34
Jawa Tengah
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
394
585
287
2.955
365
578
338
458
254
1.931
738
320
1
1
0
3
0
0
0
1
0
2
3
135
38
484
1.832
66
645
31
93
96
365
106
322
140
217
193
1.889
529
514
(7)
5.378
6
0
(6)
156
1.442
Perawat
Gigi
773
6
0
Perawat
475
254
370
314
273
806
177
105
109
79
58
209
63
690
386
121
21
219
145
61
393
17.767
1.752
70
2.171
211
9.651
1.250
1.108
245
1.029
2.693
8.143
2.009
2.769
3.369
6.353
2.763
3.145
2.851
2.075
3.844
5.290
2.345
701
65
1.221
33
2.049
91
14
46
6.883
96
3.626
1.241
2.933
115.747
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
90
151
223
201
538
111
46
56
93
49
25
36
10.150
(14)
(17)
19.344
1.253
20.597
3.838
800
906
305
284
39
141
10.508
707
11.215
120
25
64
137
2.593
3.565
2.091
2.989
617
813
1.233
526
487
1.077
492
472
628
1.588
439
724
586
119
163
389
636
238
184
423
192
246
468
160
330
74
71
746
154
269
162
144
1.840
1.751
838
906
11.374
1.928
971
1.296
228
409
776
314
2.436
1.645
2.361
1.845
1.496
2.266
1.559
1.025
1.880
3.874
1.387
453
787
981
293
274
627
448
252
525
426
313
340
461
348
485
543
368
795
622
176
855
1.907
229
382
294
137
74
112
1.353
198
102.176
93
741
801
530
926
67
17.383
558
270
257
424
170
420
21.849
890
163
835
137
213
387
491
282
177
338
198
276
11
9.296
11
165
17
129
366
51
2.457
4.121
93
3.517
21
4.275
8
0
3
3
6
36
6.546
2.232
70
77
168
10.559
148
79
210
9.598
7
1
3
652
6.710
196
4.782
8.367
39.577
512
4.787
747
7.293
8.947
32
155
35.724
524
132
22
7.469
30.941
8.423
5.847
143
154
1.265
4.485
65
20
14.799
174
3.910
2.806
11.539
129
16
364
690
38
383
9.880
349
6.058
10.849
8.508
560
341
584
270
37
14
643
7.555
12.000
1.187
23
95
8.842
6.378
242
355
24.961
794
5.618
27.031
49
386
30.106
46
31.210
543
1.181
72
707
6.288
47
229
176
15
5.788
228
18
311
83
294
291
7.169
10
212
8.299
11.206
795
886
29
24.254
102
69
39
20
27
192
1.092
70
386
9.667
47
(15)
(16)
59
213
392
(13)
Total SDM
Kesehatan
159
977
209
(12)
Tenaga Non
Kesehatan
484
12.714
651
(11)
Jumlah
747
927
370
Keteknisian
Medis
1.955
1.029
186
Keterapian
Fisik
(10)
235
198
Gizi
(9)
3.078
378
Sanitarian
1.261
176
308
Kesmas
(8)
11.080
278
Farmasi
7.977
472
3.552
1.271
26
153
3.700
170
273
479
265
2.440
11.312
134
244
2.848
945
446
479
7.160
Bidan
53
9
4
8
2
6
1.464
4.859
7.885
5.823
3.048
5.704
3.845
2.269
5.769
314.363
692
384
991
209
364
7.565
9.200
6.231
7.701
5.068
8.249
909
15.708
291
2.523
227
177
257
123
48
205
34.835
6.050
3.225
5.961
3.968
2.317
5.974
349.198
Lampiran 3.3
RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Jumlah
Puskesmas
Dokter Umum
Dokter Gigi
(2)
(1)
Perawat
Bidan
Rasio Dokter
Umum terhadap
Puskesmas
Rasio Perawat
terhadap
Puskesmas
Rasio Bidan
terhadap
Puskesmas
(8)
(9)
(10)
(11)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
334
773
156
5.378
7.977
2,31
0,47
16,10
23,88
Riau
207
578
217
2.848
3.078
2,79
1,05
13,76
14,87
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
570
1.442
176
338
262
319
180
280
60
70
340
120
158
362
237
194
228
222
183
183
440
264
91
92
190
Papua
391
Papua Barat
Indonesia
125
143
9.655
93
66
514
193
645
484
365
177
140
38
322
1.832
230
106
254
960
121
287
458
1.889
Maluku
Maluku Utara
585
1.050
873
529
96
806
1.931
738
475
370
58
446
134
244
63
479
209
479
26
690
386
153
65
265
70
121
21
219
91
145
61
393
17.767
33
14
46
6.883
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
3.700
1.752
3.552
1.029
2.171
2.693
9.651
3.838
3.565
2.091
2.989
617
813
1.029
9.667
8.143
12.714
2.009
2.436
1.108
2.769
79
273
2.593
105
109
314
2.440
2.955
11.312
170
254
11.080
945
273
320
7.160
1.271
3.369
6.353
2.763
3.145
2.851
2.075
3.844
5.290
2.345
701
1.221
3.626
2.049
1.241
2.933
115.747
776
11.374
1.296
1.645
2.361
1.845
1.496
2.266
1.559
1.025
1.880
3.874
1.387
453
787
981
801
530
1.353
102.176
2,53
2,23
1,92
1,44
1,41
1,84
2,33
4,60
1,90
1,80
2,21
3,02
1,91
2,07
2,67
1,61
1,02
1,32
1,41
1,96
2,16
2,62
1,33
1,57
1,00
1,33
1,66
1,15
1,16
0,43
1,01
1,84
0,93
1,10
0,60
0,29
0,37
0,69
0,63
1,37
1,42
0,77
0,85
1,46
12,56
11,28
13,86
11,60
9,73
12,69
17,15
31,01
7,92
9,19
0,30
0,59
0,94
0,14
0,34
0,88
0,27
0,23
10,59
9,31
26,81
14,24
13,79
12,84
11,34
3,03
9,21
6,41
11,85
10,80
10,41
6,52
7,78
7,71
9,94
7,02
5,60
4,98
8,88
8,68
0,71
11,61
7,70
12,02
0,10
0,12
10,28
10,27
13,27
0,26
10,68
21,01
0,71
0,48
11,62
10,59
17,53
0,33
11,18
8,73
9,16
0,66
0,30
14,73
14,56
11,78
1,42
14,65
9,33
0,98
1,19
19,44
19,08
16,39
7,50
11,99
8,80
5,25
8,55
5,16
6,41
3,71
3,46
10,58
Lampiran 3.4
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Jumlah Rumah
Sakit
(2)
(3)
(1)
Aceh
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
53
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Farmasi
Lainnya
(4)
(5)
(6)
(9)
(10)
851
610
174
2.087
10.455
2.874
13.329
99
4.198
668
391
1.399
8.134
2.797
10.931
65
2.638
54
775
552
113
606
115
453
59
29
51
19
49
14
25
412
343
915
120
175
442
101
159
237
194
(13)
1.406
250
583
(12)
(8)
5.231
1.437
796
Total SDM
Kesehatan
(7)
2.164
41
19
36
939
2.237
4.028
1.349
4.950
1.162
3.077
675
1.368
1.255
1.532
546
383
225
289
738
513
273
1.907
1.259
949
450
1.759
158
862
179
83
98
805
475
366
(11)
Tenaga Non
Kesehatan
96
156
61
Jumlah
9.672
8.589
5.226
9.957
5.663
2.989
2.162
15.335
11.578
7.388
4.378
14.335
5.726
2.609
8.335
2.752
1.224
3.071
2.317
819
863
3.890
3.180
3.976
DKI Jakarta
150
5.873
2.033
578
16.680
1.838
2.015
3.865
32.882
15.074
47.956
Jawa Tengah
275
4.250
2.368
414
22.098
3.164
1.488
5.501
39.283
20.908
60.191
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
274
69
319
77
57
23
41
40
17
31
54
40
26
5.514
1.080
2.580
1.134
672
1.595
769
376
338
274
308
339
303
125
160
481
326
612
530
438
417
272
1.397
12
135
596
4.740
82
25
2.701
275
120
117
162
Papua Barat
16
82
132
Papua
Indonesia
18
35
2.228
84
197
36.081
119
309
21.283
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
649
2.122
476
3.927
1.711
109
5.152
896
273
196
41
44
44
29
55
90
34
41
14
27
4.966
3.440
21.245
120
59
21.060
513
198
Maluku
Maluku Utara
115
741
153
33
723
38
16
5.708
2.065
2.894
2.947
1.723
3.064
4.204
3.297
2.836
1.001
436
703
455
316
493
737
379
590
7.096
1.361
864
217
1.317
332
321
98
26
1.409
334
22
1.041
213
4.295
164.309
15
47
938
2.157
552
141
1.533
1.164
9.400
4.759
1.070
702
516
279
197
265
708
913
647
523
708
10.891
4.099
6.107
4.933
3.048
5.528
7.099
5.285
4.987
635
2.871
14.299
49
321
1.720
154
48
75
109
470
196
57
14.769
3.990
20.158
179
196
9.415
19.332
40.781
1.526
137
40.506
6.065
358
276
31.254
4.946
650
127
2.753
713
403
2.526
222
1.769
293
574
47.716
1.834
3.950
319.707
3.982
1.778
3.380
1.792
1.269
2.068
3.223
1.665
1.184
59.838
13.405
60.939
14.873
14.159
5.877
9.487
6.725
4.317
7.596
10.322
6.950
6.171
3.682
17.981
934
2.654
540
133
3.293
846
621
3.147
552
2.321
386
845
138.633
2.220
4.795
458.340
Lampiran 3.5
JUMLAH DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2013
2.192
Sumatera Barat
2.416
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
190
127
217
2.268
43
61
38
76
852
84
18
2.217
Lampung
1.500
33
629
11
18
188
Sumatera Selatan
Bengkulu
66
6.820
479
315
98
9
10
52
15
54
18
30
30
42
12
29
13
32
13
13
195
19
30
9
11
35
11
12
2
3
20
221
42
188
69
238
43
183
Spesialis Radiologi
Kedokteran Gigi
(19)
(20)
(21)
7
1
(18)
577
11
(17)
123
588
13
(16)
11
191
(15)
1.598
21
(14)
512
Spesialis Prostodonsia
(13)
138
68
17
(12)
34
110
(11)
67
54
83
Spesialis Ortodonsia
(10)
Spesialis Periodonsia
(9)
21
(8)
51
(7)
31
Dokter Gigi
(6)
55
Spesialis Lain
(5)
45
Spesialis Patologi
Anatomi
Spesialis Radiologi
(4)
Spesialis Anestesiologi
(3)
Aceh
(2)
Spesialis Bedah
(1)
Spesialis Anak
Provinsi
No
Dokter Umum
12
17
324
91
71
0
2
0
3
1
2
4
1
0
2
0
0
1
0
2.790
3.523
30
2
0
1
1
0
1
4
1
3
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
4
1
0
0
0
0
0
1
2
2
1
1
0
1
0
2
DKI Jakarta
15.549
527
637
314
676
323
188
142
68
2.399
5.112
87
78
167
182
27
54
92
Jawa Tengah
9.227
344
274
230
297
165
111
66
34
939
1.591
19
11
32
26
13
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
15.048
2.813
12.115
4.507
15
769
501
1.961
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
93
522
721
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
376
108
1.001
Sulawesi Tengah
136
2.933
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
377
1.516
411
19
524
127
264
116
90
147
18
12
28
19
57
57
31
49
17
40
12
192
634
94.727
30
21
253
148
22
101
226
63
22
24
136
110
83
379
3.530
352
267
11
4
6
7
4
10
2.918
9
4
4
5
8
17
3.090
36
12
470
111
228
59
159
44
139
42
416
200
186
144
149
70
29
135
23
12
26
15
70
7
2
7
3
33
12
51
15
62
18
31
5
6
9
6
14
16
292
817
24
4
8
7
3
946
3.699
330
3.827
1.551
11
14
20
1.350
62
22
47
14
8
2
2
1
4
362
42
16
49
23
163
147
166
91
77
189
128
81
128
36
1.446
408
77
95
135
66
59
44
19
400
1.315
14
37
11
3
6
4
7
16
1.983
21
6
8
4
7
13
3.345
4
0
0
0
6
1
1
1.450
980
7
1
1
2
1
6
824
2
0
20
5
15
0
1
399
25
9.552
140
55
55
34
33
90
24.598
80
24
32
15
3
1
0
2
1
0
5
2
1
8
0
1
0
0
0
0
1
307
59
30
66
40
97
38
10
143
101
18
2
0
2
2
1
4
1
0
5
1
1
0
1
0
0
0
306
23
0
0
0
0
2
5
3
0
6
0
0
0
2
1
0
0
514
17
2
0
0
0
1
7
2
0
6
0
0
0
0
0
0
0
537
20
68
22
(22)
4
0
Total
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
64
36
2
0
0
0
1
1
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
1
152
51
15
75
16
5
0
0
1
0
0
2
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
288
2
0
0
0
0
0
0
0
9.914
3.246
1.185
3.144
629
1.993
450
972
26.623
13.386
4
1
22.820
4.870
19.869
4.664
0
0
0
6.988
1.019
748
1.110
1.417
2.406
0
0
0
689
2.318
599
5.935
346
0
0
0
0
0
0
14
584
189
327
211
260
824
146.048
Lampiran 3.6
JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2013
No
Provinsi
Perawat
Bidan
Fisioterapi
Perawat
Gigi
Refraksionis
Optisien
Terapis
Wicara
Radiografer
Okupasi
Terapis
Gizi
Rekam
Medis
Teknisi Gigi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Aceh
5.425
16.320
508
914
Sumatera Barat
5.695
8.118
186
296
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
9.709
19.514
2.688
1.739
14.908
196
1.798
1.304
2.271
1.300
5.478
8.518
3.090
3.166
7.181
8.740
3.547
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
5.021
13.757
3.406
2.552
3.708
2.072
4.552
6.051
979
3.200
644
198.414
721
369
1.209
1.397
632
120
596
734
223
17
77
44
39
18
15
16
Papua
Indonesia
935
22
237
16
588
547
609
117
108
271
56
53
34
21
15
27
7
3
7
7
2
1
15
79
69
5.861
30
831
28
200.609
406
476
38
11
57
830
391
287
32
12.693
4
4
0
0
3.068
109
13
24
7
1
1
1
865
139
547
234
13
55
73
126
48
3
2
0
2
0
124
22
27
48
29
23
762
110
420
88
418
256
38
244
27
1.205
153
20
18
177
354
278
64
61
4
0
567
120
471
202
191
8
0
100
14
58
14
1
0
0
6
8
2
5
0
1
0
1
7
5
715
1.072
586
120
2.194
1.451
509
513
180
59
1.484
685
519
741
621
518
693
287
381
400
398
191
109
755
364
18
81
25
34
11
3
0
9
0
0
4
277
711
26
6.843
0
1
656
871
567
149
344
19.750
1
5
5
6
5.697
662
4.772
270
1.525
375
3.749
13
49
175
58
3.234
941
50
10
17.623
11
0
0
0
0
0
1
0
0
2
1
0
1
429
36
290
496
245
657
118
1.019
518
17
1.227
26
41
16
48
15
129
51
26
25
58
20
9
9
24
233
787
58
62
10
143
17.943
955
19
31
98
643
23
229
63
242
2.672
29.494
159
41.867
37
509
19.140
57
51
15
1
6
19
2.343
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
4
3
0
1
0
0
0
38
0
0
0
0
248
0
0
0
0
187
3.722
23
74
88
4.151
35
10
6.311
25.917
18.067
66
32.390
253
244
395
181
320
13
11
41
182
547
35
473
265
4.147
45
678
669
1.146
25
27.375
327
642
1
0
166
14
20
(22)
Total
642
115
609
75
1.166
11
95
1.359
256
49
167
28
22
211
534
26
405
78
38
14
178
1.034
1.164
10
69
24
37
34
11
19
28
57
0
0
107
35
330
108
649
944
348
543
1.352
31
(21)
603
1.031
12
(20)
878
455
50
(19)
5
0
(18)
36
184
228
(17)
1.097
4
8
Teknisi
Transfusi
Darah
158
962
60
Ortotis
Prostetis
1.383
318
78
(16)
Fisika
Medis
17
9
0
(15)
Tenaga
Akupunktur
241
10
34
202
11
(14)
Perawat
Anestesi
844
68
170
78
1.745
91
396
2.884
29
171
14.902
1.915
1.203
44
65
593
53
Maluku Utara
Papua Barat
233
1.000
1.501
672
70
122
1.679
4.158
372
1.124
19.685
45
407
315
109
4.462
2.358
2.656
38
32
145
1.353
4.111
137
3.498
1.320
4.075
61
10
461
7.153
177
409
55
242
3.065
232
1.637
26.096
240
743
33.764
344
16.081
DI Yogyakarta
15.236
351
140
239
10.442
318
6.254
18.540
Jawa Timur
78
8.077
Jawa Barat
Jawa Tengah
298
56
Teknologi
Kesehatan Elektromed
Laboratoriu
Lingkungan
is
m
116
254
1
0
0
0
0
0
97
11
42.282
73.310
11.944
30.089
8.198
7.943
10.372
15
12.547
7.227
29
11
12.497
19
2
0
7.168
7
0
9.829
4.358
4.394
2.368
2.362
3.514
15
40.260
1.153
0
0
0
0
143
6
3
4
7
1.129
7.882
6.055
2.160
4.655
509.130
Lampiran 3.7
JUMLAH DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Biasa
Terpencil
Sangat Terpencil
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Indonesia
56
56
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
1
0
0
0
2
0
6
0
0
0
0
0
0
1
1
2
3
13
1
2
3
3
5
0
0
0
1
2
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
1
0
0
0
2
0
6
0
0
0
0
0
0
1
1
2
3
13
1
2
3
3
5
0
0
0
1
2
3
4
Lampiran 3.8
JUMLAH DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Biasa
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah
(3)
(4)
Aceh
10
Riau
20
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Terpencil
58
61,7
16
17,0
94
8,0
0,0
DKI Jakarta
15
100,0
DI Yogyakarta
18
100,0
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
17
26
36
5
11
4
0
0
0
0
0
3
0
11,1
6,7
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
0
0
226
44
49
51
7
9
0
0
0
0
0
0
0
53,1
53,8
88,0
53,3
68,0
77,8
60,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
57
46,3
0,0
0,0
0,0
2,2
0,0
0,0
50
59,4
63,0
0
0
34
29
0,0
11,0
111
8,7
11
0
(9)
21,3
4,7
13,3
(8)
325
10
Kepulauan Riau
(7)
43,4
6,5
(6)
141
Lampung
(5)
Total
Jumlah
53,5
6
0
174
13,4
Jumlah
3,1
25
3
Sangat Terpencil
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
7,2
51
26
54
34
37
57
67
26
27
8
11
15
8
18
1.112
51
27
37
2
43
14
1
5
0
0
0
0
0
0
0
102
21
97
36,1
101
46,6
31
14,1
16,7
22
158
40
6,6
155
8,2
201
15,8
6,2
35,3
46,7
18,7
11,1
33,3
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
53,7
38
67,0
4,0
66
58,7
27,0
39,8
28,3
231
61,8
42,2
13
18,1
20,3
27,3
80
122
1.815
187
64
93
50
92
75
9
15
15
17
26
18
36
5
11
46
81,9
282
41,3
92
79,7
38,2
128
123
55
70,8
137
85,9
184
63,9
22,0
53,4
83,3
158
100
58
48
93,4
166
91,8
219
84,2
93,8
57,6
95
130
3.153
Lampiran 3.9
JUMLAH DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Biasa
Terpencil
Jumlah
Jumlah
(3)
(4)
(5)
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
2
4
4
28
0
4
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
45
0,00
0,00
2,27
0,00
0,00
0,00
0,00
3,23
0,00
0,00
0,00
100,00
100,00
100,00
100,00
0,00
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5,88
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,85
40
45
30
34
31
24
6
20
1
7
0
0
0
0
0
0
0
17
14
7
21
32
22
8
19
58
23
11
6
1
5
3
10
495
Sangat Terpencil
%
Jumlah
(6)
(7)
54,05
70,31
68,18
80,95
56,36
88,89
31,58
64,52
25,00
43,75
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
68,00
16,47
21,88
47,73
64,00
50,00
47,06
36,54
74,36
19,01
50,00
26,09
1,61
13,51
17,65
24,39
42,38
34
19
13
8
24
3
13
10
3
9
0
0
0
0
0
0
0
8
71
25
23
18
22
8
33
20
98
11
17
61
32
14
31
628
Total
(8)
(9)
45,95
29,69
29,55
19,05
43,64
11,11
68,42
32,26
75,00
56,25
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
32,00
83,53
78,13
52,27
36,00
50,00
47,06
63,46
25,64
80,99
50,00
73,91
98,39
86,49
82,35
75,61
74
64
44
42
55
27
19
31
4
16
0
2
4
4
28
0
4
25
85
32
44
50
44
17
52
78
121
22
23
62
37
17
41
53,77
1.168
Lampiran 3.10
JUMLAH BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Aceh
Riau
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Biasa
%
(3)
(4)
340
168
1.481
57
78
2.038
Jawa Timur
3.314
DI Yogyakarta
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
5.004
656
44,20
261
17,59
1.484
141
16,59
73,00
19,76
69,37
61,96
40,00
0,00
11
29
29
1
0
0
6
21.452
541
495
25
95
55
42,98
25,95
47,31
26,14
63,65
23,19
27,17
48,72
0,00
18,55
1,09
0,00
455
135
233
159
10
22
0
0
0
0
2,49
55
36,39
50
7,09
17,41
0,86
7,45
10,87
11,28
0,00
5.858
1.904
1.338
811
850
2.135
92
195
0,00
2.502
1,59
3.455
0,00
0,00
274
25,61
0,24
205
16,68
1.021
83,08
1.229
66,33
105
26,38
398
55,26
3,82
3,19
7,29
32,64
2,44
2,21
21,02
5,56
0,35
0,00
0,00
1,52
50,91
218
238
165
264
138
37
365
500
272
138
242
83
22
58
11.991
5,56
33,66
47,83
37,00
25,69
37,13
29,29
21,50
39,20
46,36
1,05
13,86
5,84
14,68
28,46
442
169
144
60
594
219
965
140
251
282
516
355
331
8.692
0,00
5.059
273
25
7,77
74,39
57,88
74
212
86
988
28
633
95,92
98,91
24,40
24
494
464
91
47
2.518
81,45
94,44
27
(9)
38,21
66,96
425
(8)
4.381
100,00
331
(7)
Total
35,84
274
793
(6)
1.570
35,28
592
(5)
Jumlah
56,40
472
567
2.471
49,25
1.275
Sangat Terpencil
Jumlah
7,76
2.885
Jawa Barat
Jawa Tengah
Terpencil
Jumlah
0,00
8,35
62,52
48,99
38,61
41,67
60,43
1.066
450
599
707
345
373
144
983
12,83
1.707
48,08
522
76,28
39,77
98,60
86,14
94,16
83,80
20,63
1.265
352
286
599
377
395
42.135
Lampiran 3.11
JUMLAH KEBERADAAN AKTIF TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN
DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(6)
Analis
Kesehatan
(7)
Bidan
(8)
Farmasi
(9)
Kesehatan Gigi
Fisioterapis
Radiografer
Perekam dan
Infokes
Total
(10)
(11)
(12)
(13)
95
51
35
22
11
254
Sumatera Barat
32
37
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
18
25
20
29
17
Jawa Timur
20
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
25
12
Banten
21
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
19
9
1
9
0
1
6
25
0
39
Sulawesi Tenggara
18
8
Maluku
13
Papua Barat
13
Maluku Utara
Papua
Indonesia
21
15
441
25
24
23
3
0
14
16
10
45
927
8
4
5
10
3
203
11
181
0
0
105
15
0
0
0
1
52
0
0
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
0
36
103
105
220
21
16
85
31
78
43
245
65
42
0
0
15
0
0
34
71
48
30
17
20
32
53
17
0
0
37
16
136
0
0
10
11
55
52
0
0
(14)
57
19
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Gorontalo
27
77
56
Sulawesi Selatan
17
8
4
11
16
Sulawesi Utara
13
118
16
48
17
12
(5)
Kesehatan
Lingkungan
29
25
(4)
Tenaga Gizi
Aceh
Sumatera Utara
(3)
Perawat
1
2
(2)
Residen
0
0
46
0
43
37
70
1.947
Lampiran 3.12
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Biasa
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
1
0
0
0
2
0
7
0
0
0
0
0
0
1
1
2
3
13
1
2
3
3
5
0
0
0
1
2
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
1
0
0
0
2
0
7
0
0
0
0
0
0
1
1
2
3
13
1
2
3
3
5
0
0
0
1
2
3
4
57
57
Lampiran 3.13
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
Biasa
Terpencil
Jumlah
Jumlah
(5)
Jumlah
(6)
(7)
(3)
(4)
Aceh
176
55,5
141
44,5
317
Riau
59
77,6
17
22,4
76
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10,0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
51
51
10
0
0
0
0
0
0
0
95,7
54,3
78,5
80,0
66,7
0
0
0
0
0
0
0
57
46,0
0
0
0
0
44
57,5
69,8
0
0
50
55,0
30
2,9
33
68,5
4
0
113
0
0
0
0
0
0
0
0
0,2
51
29
57
35
37
60
68
26
27
12
16
20
1.137
(8)
Total
1
2
(2)
Sangat Terpencil
%
52
27
37
43
14
1
5
0
0
0
0
0
0
0
103
23
97
36,4
105
46,6
31
14,1
16,7
23
158
40
6,6
169
7,4
1.933
16,2
6,1
7,4
45,7
21,5
10,0
33,3
0
0
0
0
0
0
0
54,0
40
74,7
4,3
67
58,8
26,8
42,5
30,2
254
60,3
45,0
13
16,7
22,0
31,5
83
138
250
(9)
165
60
87
46
94
65
10
15
0
0
0
0
0
0
0
43
83,3
305
41,2
97
78,0
39,7
132
124
58
70,3
138
85,9
184
63,6
25,3
53,4
83,3
165
91
58
48
93,4
181
92,6
3.075
83,8
93,9
62,9
99
147
270
Lampiran 3.14
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Biasa
Provinsi
(1)
(2)
Terpencil
Jumlah
(3)
(4)
Sangat Terpencil
Total
Jumlah
Jumlah
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Aceh
39
52,70
35
47,30
74
Riau
38
82,61
17,39
46
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
2
7
0
0
0
0
0
0
0
21
0
0
0
28
0
0
31
17
5,56
30
1
0
46
0
0
0
0
0
0
0
0
0,09
70,77
69,77
56,36
87,50
35,0
67,57
50,0
43,75
0
0
0
0
0
0
0
68,0
19
13
24
4
13
12
2
9
0
0
0
0
0
0
0
8
29,23
30,23
43,64
12,50
65,0
32,43
50,0
56,25
0
0
0
0
0
0
0
35
66,04
18
33,96
22
8
20
58
23
11
6
1
5
3
10
516
48,89
44,44
37,04
73,42
18,85
50,0
26,09
1,56
13,51
17,65
20,0
44,14
23
23
9
34
21
99
11
17
63
32
14
40
652
20
37
4
16
0
0
0
0
0
0
0
44
83,52
47,73
32
52,27
76
25
55
25
16,48
24,24
43
32,0
15
8
65
75,76
51,11
50,0
62,96
26,58
91
33
53
45
18
54
79
81,15
122
98,44
64
50,0
73,91
86,49
82,35
80,0
55,77
22
23
37
17
50
1.169
Lampiran 3.15
JUMLAH PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Biasa
Terpencil
Sangat Terpencil
Total
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
57
643
554
152
120
298
30
397
25
34
0
542
1.429
36
764
222
78
105
3
7
2
12
32
15
0
340
2
11
15
0
0
0
4
5
48
69
36
30
76
18
65
83
41
0
84
99
100
96
76
92
56
1
3
4
17
49
31
0
59
1
19
7
0
0
0
2
36
5
5
16
16
0
21
8
0
7
0
0
0
0
2
0
0
3
80
50
46
37
8
48
71
8
81
36
43
99
84
100
90
1.176
1.331
804
425
394
391
169
614
30
83
0
645
1.447
36
800
294
85
188
333
226
46
71
65
48
228
578
225
58
215
108
106
162
249
5.929
51
691
627
209
206
212
92
104
166
5
43
0
103
18
0
19
72
7
78
63
105
23
33
28
10
65
190
41
26
108
1
17
0
20
3.382
59
47
26
48
54
24
62
27
17
52
0
16
1
0
2
24
8
41
19
46
50
46
43
21
29
33
18
45
50
1
16
0
8
29
428
61
41
67
62
1
35
51
0
6
0
0
0
0
17
0
0
5
267
114
21
26
5
23
163
48
182
21
92
107
89
162
225
2.319
20
11.630
Lampiran 3.16
JUMLAH PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN
DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Residen
Perawat
Tenaga Gizi
Kesehatan
Lingkungan
Analis
Kesehatan
Bidan
Farmasi
Kesehatan Gigi
Fisioterapis
Radiografer
Perekam dan
Infokes
(2)
(1)
Total
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Aceh
65
95
51
35
22
11
290
Sumatera Barat
61
66
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
63
45
15
14
44
5
7
Kepulauan Riau
47
Jawa Barat
16
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Jawa Tengah
29
Jawa Timur
37
Bali
Banten
17
16
Kalimantan Barat
23
26
17
25
27
5
Sulawesi Tengah
39
Sulawesi Tenggara
22
Sulawesi Selatan
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
42
16
15
36
41
19
25
0
3
20
2
0
29
0
17
1
0
6
25
0
3
4
0
2
5
0
0
8
0
1
1
0
3
0
0
3
1
0
3
1
1
0
6
0
2
1
0
4
2
0
0
4
0
3
6
0
0
3
0
1
0
0
5
0
0
48
13
11
17
77
118
9
0
56
25
39
24
3
0
2
2
23
0
0
6
0
17
0
0
5
0
10
136
37
32
17
48
11
30
14
16
3
7
8
4
1
6
10
1
2
0
0
1
1
4
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
2
0
0
3
3
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
20
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
1
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
4
0
0
1
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
59
44
1
229
30
25
96
32
98
58
249
72
0
0
0
873
927
203
181
105
15
52
20
32
116
110
11
76
41
11
3
25
15
93
10
45
82
24
33
95
59
69
63
48
88
2.379
Lampiran 4.1
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
MENURUT ESELON I TAHUN 2013
Anggaran Kementerian Kesehatan
No
Kantor Pusat
Unit Eselon I
Kantor Daerah
Dekonsentrasi
Tugas Pembantuan
Jumlah Alokasi (Rp)
Alokasi (Rp)
(1)
Alokasi (Rp)
Realisasi (Rp)
(4)
(5)
Alokasi (Rp)
(16)
(17)
Alokasi (Rp)
Realisasi (Rp)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
3.354.088.501.000
3.133.410.585.542
93,42
96.084.865.000
76.541.806.535
79,66
(6)
(7)
(8)
3.207.446.261.000
3.002.376.952.382
93,61
Inspektorat Jenderal
96.084.865.000
76.541.806.535
79,66
631.568.943.000
558.665.343.729
88,46
27.628.369.000
25.476.883.903
92,21
308.792.333.000
258.159.056.790
83,60
1.167.839.163.000
1.148.666.304.539
98,36
2.135.828.808.000
1.990.967.588.961
93,22
9.403.056.564.000
8.953.084.159.344
95,21
10.696.999.413.000
9.818.569.242.827
91,79
131.736.160.000
114.131.453.078
86,64
5.042.371.404.000
4.406.388.638.847
87,39
25.274.163.541.000
23.292.173.494.096
92,16
1.343.318.308.000
1.360.516.214.595
101,28
697.908.538.000
592.953.610.571
84,96
163.007.850.000
135.391.780.087
83,06
136.886.680.000
107.889.713.678
78,82
2.341.121.376.000
2.196.751.318.931
93,83
1.633.970.185.000
1.511.040.872.449
92,48
61.763.014.000
55.112.944.209
89,23
264.129.044.000
248.839.285.748
94,21
300.257.865.000
287.357.286.814
95,70
1.009.893.041.000
787.602.253.567
77,99
2.116.675.750.000
1.792.984.436.271
84,71
48.762.602.000
42.784.771.860
90,45
860.704.199.000
736.613.639.184
Kementerian Kesehatan
Sumber: Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2014
17.589.467.211.000 16.498.666.888.349
(9)
Realisasi (Rp)
Sekretariat Jenderal
(3)
(2)
Realisasi (Rp)
146.642.240.000
0
131.033.633.160
0
89,36
0
(15)
1.695.733.199.000
1.566.153.816.658
92,36
564.386.909.000
536.196.572.562
95,01
87,74
3.175.331.393.000
2.623.371.461.698
82,62
85,58
6.347.097.247.000
5.662.944.657.064
38.636.738.592.000
35.415.566.644.983
91,66
89,22
Lampiran 4.2
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH PROVINSI
MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2013
Fungsi
No
Provinsi
(1)
(2)
Aceh
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarata
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Ekonomi (Rp)
(3)
Lingkungan
Hidup (Rp)
(4)
(5)
(6)
1.828.113
886.579
61.671
411.470
354.437
19.983
508.603
803.987
342.045
522.880
252.272
297.208
275.722
327.405
297.944
540.024
252.248
176.955
219.206
391.229
86.154
125.661
5.206.236
4.634.051
969.393
1.248.836
2.170.665
2.070.310
468.642
677.394
1.188.627
316.479
251.251
279.261
265.880
457.870
269.135
459.172
443.864
169.184
382.842
227.398
177.060
298.337
189.191
689.024
(7)
3.632.367
11.779.837
7,53
25.303
44.350
1.580.849
151.520
58.173
667.074
3.313.160
10,70
2.652.827
9,51
13.480
14.947
7.424
11.742
17.026
12.229
27.068
214.267
22.679.566
17.586.537
497.038
82.906
29.161
267.404
69.947
375.531
39.599
247.931
387.785
3,07
1.768.330
12,40
1.909.259
4,51
4.410.555
2.762.575
8,87
4,55
70.686
8.837.713
318.511
206.733
960.284
12.730.237
9,81
30.581
63.780
17.961
25.649
26.064
209.612
18.427
19.533
70.037
14.237
8.693
16.340
11.073
33.594
29.918
18.263
29.688
56.497
106.843
10.952
30.579
96.121
48.051
24.932
9.021
18.067
7.452
36.539
22.120
23.121
22.960
33.940
18.802
33.611
68.453
50.634
24.720
57.977
14.133
1.318.084
9.219.662
3.539.504
2.502.193
1.480.119
1.539.661
831.950
251.362
3.524.985
1.183.768
237.859
63.958
251.183
4.316.449
15,69
2.400.818
7,37
301.333
45.332
87.185
215.133
804.208
115.954
135.804
119.067
87.481
17.697
8.800
17.506
23.937
24.249
44.179
5.654.580
218.341
1.302.803
4.527.914
2.188.831
108.572.782
21.475.981
98.047
5.990
51.597
7.611
19.772
30.446
488.901
117.485
859.346
92.018
565.345
639.563
2.774.192
6,89
13,48
389.799
1.017.681
2.454.919
2,53
15.356.564
2.092.025
1.021.342
242.923
17.516.652
1.005.735
128.645
6.592.988
51.384
980.454
156.672
1.703.151
1.226.922
123.874
514.846
29.663
8.802
5.609
13.623.038
7.487
19.552
672.966
1.001.419
338.545
46.837
43.661
94.442
617.213
207.894
89.531
159.049
5.763.278
74.420
19.114
15.577
159.331
1.559.613
1.073.895
6,40
10,17
50.404
210.811
48.545
980.603
61.763
8.432.096
45.576.329
7.035
54.612
2.214.965
20.849
337.021
580.113
6.832.570
19.927
199.968
24.526
2.368.693
20.542
714.593
14.275
135.946
788.297
117.343
233.974
3,36
12.815.351
13.089
232.619
3.495.015
743.331
8.866.921
10.947.178
179.235
340.656
17.196
1.167.084
921.890
901.115
438.041
562.300
29.491
3.642.221
85.413
3.436.731
196.985
122.589
19.722
272.544
(13)
88.505
1.155.524
286.967
51.549
6.477.069
(12)
% Kesehatan
182.720
29.539
(11)
Total (Rp)
(10)
41.390
21.532
Perumahan dan
Fasilitas Umum
(Rp)
(9)
90.318
30.118
Perlindungan
Sosial (Rp)
738.234
74.630
(8)
Pendidikan (Rp)
4.315.123
220.488
51.310
Pelayanan
Umum (Rp)
106.170
53.432
23.618
Pariwisata dan
Budaya (Rp)
28.861
1.340.132
Kesehatan (Rp)
Ketertiban dan
Ketentraman
(Rp)
48.825
44.537
135.262
75.974
38.041
38.002
30.749
33.371
47.338
1.446.781
360.680
234.188
644.841
567.235
606.035
6.052.003
2.488.709
3.337.135
2.547.202
6,25
30.906
354.085
2.207.836
1.077.433
20.704
154.373
18.666
13.756
21.134
19.975
65.193
76.617
2.742.244
339.792
219.227
183.439
351.716
714.077
507.198
32.104.917
7,43
1.961.890
12.900.000
38.815
8,94
15,79
2.618.939
303.157
9,14
4.364.989
89.177
35.530
6,33
5.787.460
2.039.366
1.078.802
1.143.813
8,96
8,12
5,89
6,67
5,06
4,41
1.570.083
10,15
8.034.736
8,38
1.403.442
4.253.303
213.181.575
6,73
1,95
8,25
Lampiran 4.3
ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Alokasi (Rp)
(3)
Realisasi (Rp)
(4)
%
(5)
Aceh
29.248.100.000
28.950.191.695
98,98
Sumatera Barat
23.332.192.000
23.133.983.750
99,15
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
49.783.180.000
18.039.550.000
15.353.300.000
26.942.600.000
15.733.700.000
24.060.870.000
5.468.850.000
6.715.200.000
49.227.184.889
17.867.663.900
15.276.021.150
26.751.478.850
15.720.791.240
23.938.699.150
5.391.990.799
6.566.324.200
DKI Jakarta
28.517.025.000
28.229.401.700
Jawa Tengah
75.269.250.000
75.149.032.927
Jawa Barat
89.715.300.000
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
83.260.250.000
18.743.145.000
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
10.681.460.000
Indonesia
10.149.100.000
41.862.900.000
95.719.000.000
28.248.800.000
22.664.428.000
25.842.800.000
26.579.800.000
21.343.000.000
20.459.835.000
48.456.800.000
28.377.440.000
10.310.600.000
10.223.000.000
39.422.000.000
26.663.000.000
35.302.200.000
100.766.400.000
1.113.255.075.000
86.759.038.240
10.648.421.375
82.464.925.160
18.296.659.000
10.119.280.875
41.287.509.644
94.418.415.134
28.005.926.778
21.853.607.500
25.278.316.350
23.814.984.555
21.284.830.512
20.393.797.650
48.211.823.988
28.315.066.275
10.288.090.600
10.133.900.960
38.462.881.457
26.539.856.056
33.705.682.150
99.534.270.600
1.096.020.049.109
98,88
99,05
99,50
99,29
99,92
99,49
98,59
97,78
98,99
96,70
99,84
99,69
99,04
97,62
99,71
98,63
98,64
99,14
96,42
97,82
89,60
99,73
99,68
99,49
99,78
99,78
99,13
97,57
99,54
95,48
98,78
98,45
Lampiran 4.4
CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2013
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)
No
Provinsi
(1)
(2)
Aceh
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Jumlah Penduduk*
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarata
Jawa Timur
Banten
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Pusat
Indonesia
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
(5)
4.842.238
100,00
4.846.909
3.215.162
66,33
12.982.204
5.538.367
3.092.265
7.450.394
6.346.377
3.043.366
1.411.809
48,89
54,95
45,66
7.450.394
100,00
7.608.405
7.608.405
100,00
1.679.163
599.764
35,72
1.715.518
1.223.296
9.607.787
935.823
1.096.720
6.406.352
43.053.732
22.166.255
3.457.491
3.326.650
32.382.657
19.218.385
54,55
89,65
66,68
51,49
59,35
96,22
37.476.757
19.866.221
3.890.757
3.890.757
100,00
3.776.229
80,62
4.500.212
4.683.827
4.395.983
2.212.089
3.626.616
3.553.143
2.270.596
2.635.009
8.034.776
4.145.872
3.133.961
2.324.143
1.557.872
2.167.044
3.101.462
1.996.958
1.890.827
53,01
38,99
69,64
52,87
70,43
59,75
87,29
87,95
71,76
8.034.776
100,00
1.040.164
100,00
1.533.506
1.533.506
100,00
760.422
760.422
100,00
28.806.898
76,18
2.232.586
1.040.164
1.158.651
1.038.087
Papua Barat
(4)
Persentase Kepesertaan
4.842.238
10.632.166
Bali
Papua
(3)
Total Jaminan
2.833.381
237.989.154
1.352.752
645.248
766.719
2.833.381
181.292.912
60,59
55,69
73,86
100,00
Lampiran 4.5
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Rawat Jalan
Tingkat Pertama/RJTP (Kunjungan)
Rawat Inap
Tingkat Pertama/RITP
(Orang)
(3)
(4)
(5)
2.170.960
4.192.297
1.533.170
1.304.716
821.557
2.433.669
628.605
3.087.541
212.826
333.633
1.271.291
14.758.325
14.151.037
1.572.153
14.001.871
3.221.969
904.859
2.259.558
2.671.319
1.343.859
449.376
753.526
784.013
790.860
1.131.065
2.944.923
984.912
504.292
504.423
754.627
328.965
2.833.381
760.422
3.826.299
3.921.522
899.815
781.863
131.687
289.403
1.722.812
85.429
443.419
2.965.653
1.701
10.056.075
3.437.381
9.636.116
1.651.555
6.599.027
425.100
1.447.641
3.374.806
1.681.534
245.726
544.760
477.157
5.363.156
299.621
776.864
2.633.039
681.470
1.150.849
749.454
256.758
199.191
2.749.689
Sasaran (Kuota)
Masyarakat Miskin
86.400.000
69.506.572
69.163
13.433
19.665
2.649
1.065
253.449
5.908
57.747
340.609
1.730.101
11
359.792
37.209
165.581
9.925
180.754
1.017
73.232
22.461
9.018
1.736
2.645
3.145
27.600
3.405
12.610
23.137
6.969
11.614
3.425
1.777
335
31.988
3.483.175
Lampiran 4.6
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL)
PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Perempuan
(3)
(4)
179.894
143.636
85.765
22.665
17.748
58.734
21.100
51.152
4.078
14.050
32.533
498.745
668.416
141.411
458.261
65.355
58.047
60.412
34.238
37.805
7.385
19.139
36.028
32.575
18.833
112.998
18.478
9.536
8.067
4.810
3.811
47.252
57.317
3.030.274
249.585
171.418
108.338
29.426
19.869
72.293
21.631
58.228
5.497
17.561
40.081
622.936
847.957
179.048
568.888
80.287
48.946
66.099
50.333
38.430
8.752
20.980
40.104
38.173
22.632
140.778
23.883
15.591
10.127
5.163
3.906
53.274
69.920
3.750.134
Laki-laki + Perempuan
(5)
429.479
315.054
194.103
52.091
37.617
131.027
42.731
109.380
9.575
31.611
72.614
1.121.681
1.516.373
320.459
1.027.149
145.642
106.993
126.511
84.571
76.235
16.137
40.119
76.132
70.748
41.465
253.776
42.361
25.127
18.194
9.973
7.717
100.526
127.237
6.780.408
Lampiran 4.7
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL)
PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Perempuan
(3)
(4)
43.347
38.459
14.202
5.981
4.801
9.397
8.017
16.940
1.105
2.730
2.837
99.121
175.180
25.813
97.019
14.606
10.692
17.657
23.294
9.896
3.068
5.177
9.377
10.419
8.844
30.458
6.768
5.158
2.878
1.714
1.864
8.049
10.139
725.007
58.918
42.346
18.921
7.166
5.745
12.784
8.105
17.821
1.372
3.680
3.509
124.129
218.829
32.749
119.989
19.263
9.715
20.947
36.557
11.220
3.390
6.211
10.715
12.100
11.552
39.438
9.588
8.696
3.632
2.668
2.306
14.742
15.073
913.876
Laki-laki + Perempuan
(5)
102.265
80.805
33.123
13.147
10.546
22.181
16.122
34.761
2.477
6.410
6.346
223.250
394.009
58.562
217.008
33.869
20.407
38.604
59.851
21.116
6.458
11.388
20.092
22.519
20.396
69.896
16.356
13.854
6.510
4.382
4.170
22.791
25.212
1.638.883
Lampiran 4.8
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Jampersal
No
Provinsi
(1)
(2)
Persalinan Normal
Pra-Rujukan
IUD+Implant
Suntik
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Aceh
158.002
170.867
Sumatera Barat
135.958
130.707
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Pelayanan KB
619.463
100.765
14.600
76.225
1.611
19.257
23.751
43.357
2.274
1.654
14.835
714.836
214.367
136.573
33.814
10.256
4.216
69.794
23.794
50.932
12.177
130.495
170.600
55.998
55.564
43.250
63.146
60.356
22.415
3.872
1.597
120
639
1.092
606
874
114.452
2.570
Jawa Barat
685.565
1.197.584
393.896
DI Yogyakarta
468.895
761.551
Jawa Tengah
Jawa Timur
342.207
35.017
329.194
40.154
172
989
317.071
78.040
669
1.400
480
249.358
78.370
1.586
674
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
1.722
21
18.213
5.870
289
4.021
3.976
651
3.368
1.747
173.176
14.082
749.024
36.349
229.161
10.416
27.608
53.219
30.202
85.665
15.298
5.294
1.086
2.723
1.731
86
22.896
1.463
Banten
692.559
852.072
281.554
12.992
21.457
55.089
218.642
175.886
68.832
11.179
6.617
21.264
Kalimantan Barat
236.005
232.670
57.244
1.382
444
2.427
75.214
75.148
Bali
48.757
105.801
41.339
61.948
47.428
92.668
34.366
76.388
29.453
32.882
12.399
25.171
21.788
1.158
1.013
1.139
1.304
358
Sulawesi Utara
398.040
313.920
150.600
Sulawesi Selatan
109.919
104.522
28.085
1.653
30.729
40.946
12.763
255
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
37.692
232.823
36.792
237.670
86.550
104.179
37.572
42.041
80.516
67.512
4.669
5.760.455
70.666
52.736
4.316
6.828.137
8.182
1.017
383
211
125
183
180
1.053
8.649
2.324
1.748
1.673
2.220
645
3.522
3.731
1.189
22.989
745
221
3.104
11.544
599
462
1.455
1.277
72.715
21.844
19.304
24.892
2.226.845
10
431
84.905
568
4
481
572
848.924
427
5.189
269
6.705
4.698
817
504.263
Lampiran 5.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, DAN PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Ibu Hamil
No
Jumlah
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Ibu Bersalin
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
K1
% K1
(3)
(4)
(5)
118.012
314.492
111.947
143.423
78.298
188.609
38.160
187.441
31.192
64.389
165.369
1.081.827
624.732
50.218
679.440
242.559
73.886
120.837
124.934
104.826
49.310
78.756
87.638
48.669
63.660
168.169
57.307
22.198
28.779
106.745
287.910
106.115
137.989
76.579
183.189
37.561
177.358
30.166
62.138
165.125
1.051.541
616.321
50.218
645.954
235.727
71.749
118.331
103.932
100.364
47.613
71.592
85.813
45.747
57.561
166.234
47.535
22.219
27.342
90,45
91,55
94,79
96,21
97,80
97,13
98,43
94,62
96,71
96,50
99,85
97,20
98,65
100,00
95,07
97,18
97,11
97,93
83,19
95,74
96,56
90,90
97,92
94,00
90,42
98,85
82,95
100,09
95,01
91,44
86,94
81,97
50,85
95,25
42.164
27.121
22.720
57.203
5.298.285
38.555
23.579
18.624
29.085
5.046.512
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update sampai dengan 12 Maret 2014)
K4
(6)
96.479
265.630
92.830
129.585
73.296
175.804
35.452
166.875
28.173
58.743
158.360
951.926
575.546
46.209
593.531
209.108
68.755
108.988
77.183
93.224
44.242
61.442
74.483
42.096
50.684
154.106
43.551
19.477
22.360
33.107
20.689
11.380
18.250
4.601.564
% K4
(7)
81,75
84,46
82,92
90,35
93,61
93,21
92,90
89,03
90,32
91,23
95,76
87,99
92,13
92,02
87,36
86,21
93,06
90,19
61,78
88,93
89,72
78,02
84,99
86,49
79,62
91,64
76,00
87,74
77,70
78,52
76,28
50,09
31,90
86,85
Jumlah
(8)
98.934
266.644
95.180
127.525
69.208
156.943
32.259
160.579
26.038
43.268
141.304
911.708
525.527
44.177
577.232
207.639
63.210
100.715
108.181
88.893
41.824
66.989
73.324
38.156
47.344
153.270
52.980
20.803
26.214
35.857
23.455
18.641
48.595
4.492.618
Ditolong Nakes
(9)
85.678
217.887
82.079
120.385
65.107
139.823
31.493
142.277
25.847
42.352
136.469
798.021
524.949
40.651
562.964
195.916
62.669
93.627
80.140
76.853
39.457
56.243
57.743
37.998
42.728
152.934
49.419
18.881
23.982
27.237
21.245
13.646
16.186
4.082.886
% Ditolong Nakes
(10)
86,60
81,71
86,24
94,40
94,07
89,09
97,63
88,60
99,27
97,88
96,58
87,53
99,89
92,02
97,53
94,35
99,14
92,96
74,08
86,46
94,34
83,96
78,75
99,59
90,25
99,78
93,28
90,76
91,49
75,96
90,58
73,20
33,31
90,88
Lampiran 5.2
*)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
ANC Pertama1
ANC K1 Ideal2
ANC K44
Tidak ANC
(7)
(3)
(4)
(5)
(6)
94,9
91,9
96,2
92,2
94,0
92,7
96,8
95,0
97,9
97,7
97,9
95,9
99,0
99,1
97,7
95,6
99,6
98,9
88,1
89,8
90,5
93,8
97,3
96,3
93,6
95,7
94,3
97,6
88,6
83,2
88,1
83,9
71,7
95,4
86,0
79,9
84,3
83,0
83,6
81,2
78,2
87,9
82,7
85,1
86,9
82,7
86,6
88,8
84,8
83,0
90,3
86,0
68,4
76,9
69,7
76,4
81,5
73,6
65,9
72,7
67,0
66,0
66,3
59,2
65,9
61,0
56,2
81,6
76,3
70,7
80,4
75,5
75,0
72,2
83,2
85,9
86,1
90,7
91,1
87,2
92,0
96,5
90,1
81,6
95,8
90,2
72,4
71,4
71,6
82,1
84,2
81,5
70,3
75,9
74,0
78,2
69,7
55,8
62,2
60,6
50,9
83,5
65,4
61,9
66,7
67,2
62,8
59,2
65,7
78,1
72,8
78,7
78,3
74,4
79,7
85,5
77,2
70,2
84,7
73,6
55,5
59,0
54,0
64,2
68,5
63,8
51,0
56,9
55,0
54,9
51,3
41,4
44,5
44,6
43,8
70,4
4,6
5,1
8,1
3,8
7,8
6,0
7,3
3,2
5,0
2,1
2,3
2,1
4,1
1,0
0,9
2,3
4,4
0,4
1,1
11,9
10,2
9,5
6,2
2,7
3,7
6,4
4,3
5,7
2,4
11,4
16,8
11,9
16,1
28,3
Lampiran 5.3
CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
(3)
(4)
(5)
117.907
306.116
109.792
138.214
77.602
124.579
37.966
182.298
31.114
62.745
165.369
1.040.748
616.169
52.579
645.726
206.584
69.759
119.496
123.663
104.445
49.131
75.026
86.978
45.362
56.457
169.212
54.304
22.078
28.296
41.205
26.035
21.653
47.937
5.056.545
104.873
205.264
94.667
125.313
72.271
104.291
34.951
136.156
28.209
38.228
131.673
908.197
515.366
42.609
553.966
164.826
61.676
108.211
89.810
75.469
38.756
64.838
55.311
41.235
36.200
150.809
43.979
18.898
22.738
28.648
17.958
9.220
19.845
4.144.461
88,9
67,1
86,2
90,7
93,1
83,7
92,1
74,7
90,7
60,9
79,6
87,3
83,6
81,0
85,8
79,8
88,4
90,6
72,6
72,3
78,9
86,4
63,6
90,9
64,1
89,1
81,0
85,6
80,4
69,5
69,0
42,6
41,4
82,0
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update s.d. 6 Februari 2014)
Lampiran 5.4
PERSENTASE KELAHIRAN BERDASARKAN JUMLAH HARI MENGONSUMSI ZAT BESI (Fe)
*)
Provinsi
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
Konsumsi 90+
*)
Tidak mengonsumsi
(3)
(4)
(5)
(6)
19,1
19,7
30,4
20,8
32,5
23,2
21,5
15,4
33,1
45,0
43,7
39,8
39,3
58,1
36,5
40,1
45,3
45,2
37,3
20,9
17,5
23,6
24,9
27,9
20,4
21,9
23,0
31,2
18,4
18,6
27,6
22,4
21,1
33,3
45,8
34,2
34,8
41,9
33,7
37,8
32,0
40,2
38,1
22,5
22,0
31,4
31,2
12,9
34,5
31,8
19,3
38,4
31,3
41,3
49,9
38,7
33,0
39,2
54,5
50,1
47,3
56,8
44,9
45,2
40,5
37,5
25,1
34,4
19,0
29,6
22,8
22,2
22,2
20,2
33,7
31,4
20,4
26,2
24,8
18,7
24,1
24,7
20,4
18,2
33,4
10,9
17,6
18,2
12,5
23,3
33,7
25,3
9,5
17,5
16,1
6,3
19,7
15,6
14,1
21,1
22,6
21,4
16,2
16,4
12,1
15,1
11,6
18,8
12,7
13,0
8,4
6,3
9,5
10,1
5,4
4,3
8,6
9,9
1,9
5,6
13,8
19,6
20,1
14,4
8,4
7,6
15,6
10,5
13,5
5,7
17,0
20,7
17,8
19,0
31,2
10,9
Konsumsi < 90
Lampiran 5.5
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jumlah WUS
15-39 Tahun
(3)
1.038.732
2.767.175
991.998
1.365.431
733.000
1.696.201
392.051
1.642.575
287.100
500.139
2.468.100
9.590.149
6.388.763
705.171
7.682.285
2.664.420
841.880
1.051.216
948.815
957.465
515.774
850.060
868.505
457.013
576.102
1.750.359
504.357
234.083
257.613
333.171
235.255
183.871
760.174
52.239.003
TT1
TT2
Jumlah
Jumlah
(4)
(5)
(6)
(7)
83.368
64.616
43.100
28.333
45.086
117.137
22.067
67.465
2.541
22.703
33.347
719.103
317.926
1.864
59.480
126.764
113
94.461
31.526
15.899
27.426
26.875
20.758
96.005
20.557
16.929
15.760
51.143
15.233
5.205
2.192.790
8,0
2,3
4,3
2,1
6,2
6,9
5,6
4,1
0,9
4,5
1,4
7,5
5,0
0,3
0,8
4,8
0,0
9,0
6,1
1,9
3,2
5,9
3,6
5,5
4,1
7,2
6,1
15,4
6,5
2,8
4,2
75.861
55.549
37.816
28.541
39.385
112.201
20.853
64.661
6.222
18.587
30.559
652.544
537.647
1.454
47.026
121.414
142
91.252
26.893
12.587
25.972
23.441
18.498
81.407
18.115
14.704
13.337
41.477
12.985
4.176
2.235.306
7,3
2,0
3,8
2,1
5,4
6,6
5,3
3,9
2,2
3,7
1,2
6,8
8,4
0,2
0,6
4,6
0,0
8,7
5,2
1,5
3,0
5,1
3,2
4,7
3,6
6,3
5,2
12,4
5,5
2,3
4,3
Update sampai dengan 27 Februari 2014 (data sasaran menggunakan data Sekjen)
57.910
27.445
25.063
28.629
15.398
1.284
2.911
33.742
8.074
9.927
18.404
142.509
264.393
27.199
91.145
59.554
4.901
0
3.044
4.945
20.263
1.399
6.151
20.077
6.371
2.458
3.038
12.590
3.685
3.137
905.646
(9)
5,6
1,0
2,5
2,1
2,1
0,1
0,7
2,1
2,8
2,0
0,7
1,5
4,1
3,9
1,2
2,2
0,6
0,0
0,6
0,6
2,3
0,3
1,1
1,1
1,3
1,1
1,2
3,8
1,6
1,7
1,7
TT4
TT5
Jumlah
Jumlah
(10)
(11)
(12)
(13)
43.287
18.041
19.969
27.253
9.252
445
2.768
30.960
6.661
6.852
19.818
87.126
212.708
15.818
132.124
45.569
18.326
0
1.538
3.089
17.807
439
3.741
14.701
4.599
1.723
985
8.253
2.180
2.738
758.770
4,2
0,7
2,0
2,0
1,3
0,0
0,7
1,9
2,3
1,4
0,8
0,9
3,3
2,2
1,7
1,7
2,2
0,0
0,3
0,4
2,1
0,1
0,6
0,8
0,9
0,7
0,4
2,5
0,9
1,5
1,5
41.028
15.115
21.077
22.616
7.109
300
2.596
28.758
7.004
7.302
21.383
72.145
180.988
12.374
162.101
43.958
40.642
0
1.203
1.926
22.047
513
2.612
11.455
4.303
1.021
981
8.308
2.160
2.809
745.834
3,9
0,5
2,1
1,7
1,0
0,0
0,7
1,8
2,4
1,5
0,9
0,8
2,8
1,8
2,1
1,6
4,8
0,0
0,2
0,2
2,5
0,1
0,5
0,7
0,9
0,4
0,4
2,5
0,9
1,5
1,4
Lampiran 5.6
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
TT1
TT2
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
37.707
40.990
33.259
24.092
36.355
116.802
20.534
52.193
2.185
16.284
30.476
719.103
135.747
809
12.856
116.952
113
94.461
21.420
26.970
10.754
17.483
24.906
19.946
86.875
20.557
16.068
15.505
22.181
13.545
2.159
1.789.287
34,1
12,2
28,0
15,5
47,5
64,7
49,6
29,3
6,9
30,5
15,9
75,7
21,9
1,4
2,0
47,7
0,1
83,3
21,3
53,9
12,3
18,2
54,8
30,9
47,7
32,3
64,3
49,0
51,2
47,9
9,5
34,3
Update sampai dengan 27 Februari 2014 (data sasaran menggunakan data Sekjen)
Ket:
35.753
37.678
33.006
25.210
34.211
112.047
19.476
51.433
5.613
14.550
28.013
652.544
372.254
880
15.033
109.027
142
91.252
20.707
24.605
10.229
16.277
22.681
18.079
78.975
18.115
14.081
13.185
20.259
12.058
2.087
1.909.460
32,3
11,2
27,8
16,2
44,7
62,1
47,0
28,8
17,8
27,3
14,6
68,7
60,0
1,5
2,3
44,4
0,2
80,4
20,6
49,2
11,7
17,0
49,9
28,0
43,3
28,5
56,3
41,7
46,8
42,7
9,2
36,6
20.226
16.863
19.501
24.327
12.646
1.284
1.949
23.974
7.317
7.400
15.914
142.509
113.002
14.519
24.465
41.947
3.993
0
8.627
2.702
3.097
10.393
1.274
5.794
18.566
6.371
1.730
2.947
4.951
2.442
1.556
562.286
18,3
5,0
16,4
15,7
16,5
0,7
4,7
13,4
23,2
13,9
8,3
15,0
18,2
24,3
3,8
17,1
5,3
0,0
8,6
5,4
3,6
10,8
2,8
9,0
10,2
10,0
6,9
9,3
11,4
8,6
6,8
10,8
(9)
13.962
11.786
16.081
24.694
7.293
445
1.573
23.127
6.017
4.777
17.175
87.126
97.167
13.775
39.391
29.425
17.993
0
6.157
1.284
2.427
8.613
401
3.523
13.801
4.599
1.113
949
2.035
1.280
1.050
459.039
TT4
TT5
TT2+
Jumlah
Jumlah
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
12,6
3,5
13,5
15,9
9,5
0,2
3,8
13,0
19,1
8,9
8,9
9,2
15,7
23,1
6,2
12,0
23,7
0,0
13.227
9.593
13.601
20.828
5.426
300
1.518
21.381
6.478
5.113
18.637
72.145
80.015
10.694
58.956
26.186
40.313
0
5.846
967
1.573
9.229
475
2.421
10.751
4.303
715
954
2.243
1.297
1.232
446.417
12,0
2,9
11,4
13,4
7,1
0,2
3,7
12,0
20,5
9,6
9,7
7,6
12,9
17,9
9,2
10,7
53,1
0,0
6,1
2,6
2,8
9,0
0,9
5,4
7,6
7,2
4,5
3,0
4,7
4,5
4,6
8,8
5,8
1,9
1,8
9,6
1,0
3,7
5,9
6,8
2,9
3,0
5,2
4,6
5,4
8,6
83.168
75.920
82.189
95.059
59.576
114.076
24.516
119.915
25.425
31.840
79.739
954.324
662.438
39.868
137.845
206.585
62.441
91.252
41.337
29.558
17.326
44.512
24.831
29.817
122.093
33.388
17.639
18.035
29.488
17.077
5.925
3.377.202
75,2
22,7
69,2
61,2
77,9
63,2
59,2
67,2
80,5
59,6
41,5
100,4
106,8
66,8
21,5
84,2
82,3
80,4
41,2
59,1
19,9
46,4
54,7
46,1
67,0
52,5
70,5
57,0
68,0
60,4
26,1
64,8
Lampiran 5.7
PROPORSI PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI TERTINGGI
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Provinsi
Dokter
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
Bidan
Perawat
74,6
74,0
69,9
71,2
75,5
72,8
84,1
80,7
69,8
61,2
61,8
67,0
73,3
56,2
73,7
65,4
58,8
81,9
58,2
65,4
61,0
69,3
70,8
51,1
59,3
62,3
69,0
67,5
53,5
51,1
46,5
55,7
41,9
68,6
0,2
0,2
0,4
0,3
1,1
1,0
0,3
0,2
0,3
0,6
0,4
0,2
0,1
0,0
0,2
0,1
0,0
0,1
0,8
0,5
2,0
0,5
0,1
0,9
1,2
0,3
0,8
0,0
0,6
1,7
0,5
1,8
1,2
0,3
(3)
15,9
18,3
21,8
15,6
11,4
15,4
10,7
7,9
19,8
33,8
35,8
14,7
22,7
43,7
20,3
18,7
40,1
9,5
7,8
8,6
11,0
14,8
18,7
30,7
15,3
18,9
8,3
23,6
7,2
7,3
13,6
13,3
15,8
18,5
(4)
Non Nakes
(5)
8,5
6,4
6,3
12,2
11,6
9,9
4,5
10,8
10,0
3,5
1,8
17,6
3,5
0,0
5,1
15,1
1,0
7,4
32,2
24,7
25,4
15,0
9,8
16,5
22,9
17,3
21,0
8,4
37,2
38,7
38,4
28,6
33,2
11,8
0,7
1,0
1,7
0,7
0,4
0,9
0,5
0,4
0,1
0,9
0,2
0,6
0,4
0,1
0,7
0,6
0,2
1,1
1,0
0,7
0,6
0,4
0,7
0,8
1,3
1,2
0,8
0,6
1,6
1,2
1,0
0,6
7,9
0,8
Lampiran 5.8
PROPORSI PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI TERENDAH
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
Dokter
Bidan
Perawat
Non Nakes
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
13,4
15,4
18,7
12,9
9,4
12,0
8,0
6,1
15,5
28,4
29,1
11,2
17,3
34,3
16,6
14,2
27,0
5,7
5,2
7,0
7,8
11,6
16,3
19,6
12,1
10,4
5,4
9,2
5,0
5,0
5,1
7,8
9,3
14,2
75,0
73,6
70,5
67,6
67,0
70,4
82,7
76,7
71,6
62,3
64,7
62,5
71,9
58,9
73,5
62,0
68,1
74,2
56,9
62,1
54,6
64,6
71,0
55,4
53,4
59,3
55,2
65,5
45,7
49,2
44,9
59,9
42,8
66,6
0,5
2,0
2,7
3,3
0,8
2,9
1,7
1,1
0,8
4,0
3,1
1,2
2,3
5,0
2,0
3,2
2,5
1,1
2,5
1,1
2,9
1,4
0,4
4,2
1,4
4,2
1,2
3,3
1,0
2,4
4,5
2,1
2,9
2,1
10,2
8,0
6,4
15,5
22,4
13,8
7,2
15,8
12,0
4,3
2,8
24,5
8,1
1,7
7,1
19,9
2,1
18,0
34,5
29,0
34,1
22,0
11,5
20,0
31,8
25,0
37,3
21,5
46,7
42,2
44,6
29,6
36,9
16,3
0,7
1,0
1,7
0,7
0,4
0,9
0,5
0,4
0,1
0,9
0,2
0,6
0,4
0,1
0,7
0,6
0,2
1,1
1,0
0,7
0,6
0,4
0,7
0,8
1,3
1,2
0,8
0,6
1,6
1,2
1,0
0,6
7,9
0,8
Lampiran 5.9
PROPORSI KELAHIRAN BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Tempat Bersalin
No
Provinsi
RB/Klinik/ Praktek
Nakes
Puskesmas/ Pustu
Polindes/ Poskesdes
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
20,0
19,8
19,2
19,8
13,0
17,4
13,2
9,1
22,3
35,4
33,6
16,5
25,8
41,0
23,5
21,4
41,6
16,3
19,3
14,2
12,6
19,8
29,0
33,3
19,7
21,4
9,6
27,8
9,1
25,3
32,0
42,3
36,6
24,6
38,2
23,5
57,0
34,0
49,1
47,2
43,9
51,9
50,0
51,0
39,3
49,3
10,0
2,7
21,1
14,9
18,8
36,0
13,8
7,8
17,7
7,7
6,9
3,2
7,1
1,5
13,0
2,8
6,1
2,6
4,6
2,3
4,7
3,4
15,1
5,0
3,4
7,8
6,7
5,3
6,3
28,0
29,4
7,3
3,6
1,9
7,6
13,8
9,8
16,1
14,0
19,1
18,2
5,2
1,8
8,4
0,5
0,7
4,9
1,2
0,8
9,5
1,8
0,0
1,1
2,8
0,2
9,2
0,7
1,3
28,9
6,4
3,5
1,0
2,0
0,4
2,4
3,6
2,4
1,5
14,9
0,9
0,1
2,3
0,2
0,6
3,7
42,4
44,9
17,0
40,3
55,6
36,9
57,4
30,9
29,4
10,3
4,1
33,6
16,1
1,1
9,6
33,3
1,4
16,7
42,1
53,9
67,9
57,5
27,0
36,7
59,2
42,3
67,2
31,3
68,7
RS
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
20,4
20,3
31,0
26,1
21,4
1,6
4,6
3,3
7,3
38,0
3,1
5,6
10,1
10,1
7,3
Rumah/ Lainnya
74,9
67,3
55,4
55,9
29,6
Lampiran 5.10
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Perkiraan Komplikasi
Kebidanan
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
118.012
314.492
111.947
143.423
78.298
188.609
38.160
187.441
31.192
64.389
165.369
1.081.827
624.732
50.218
679.440
242.559
73.886
120.837
124.934
104.826
49.310
78.756
87.638
48.669
63.660
168.169
57.307
22.198
28.779
42.164
27.121
22.720
57.203
5.298.285
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update sampai dengan 12 Maret 2014)
23.602
62.898
22.389
28.685
15.660
37.722
7.632
37.488
6.238
12.878
33.074
216.365
124.946
10.044
135.888
48.512
14.777
24.167
24.987
20.965
9.862
15.751
17.528
9.734
12.732
33.634
11.461
4.440
5.756
8.433
5.424
4.544
11.441
1.059.657
(5)
(6)
11.635
19.069
14.054
13.303
12.017
25.196
5.678
24.993
4.809
8.704
28.868
166.215
127.650
8.771
116.501
40.732
11.164
23.687
11.627
12.791
4.386
12.959
13.075
7.903
7.294
21.860
6.215
3.646
3.337
2.973
2.612
873
2.196
776.793
49,30
30,32
62,77
46,38
76,74
66,79
74,40
66,67
77,09
67,59
87,28
76,82
102,16
87,33
85,73
83,96
75,55
98,01
46,53
61,01
44,47
82,27
74,60
81,19
57,29
64,99
54,23
82,12
57,98
35,26
48,15
19,21
19,19
73,31
Lampiran 5.11
1)
KF Lengkap2)
Provinsi
6 Jam - 3 Hari
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
7 - 28 Hari
29 - 42 Hari
(3)
(4)
(5)
(6)
85,5
86,0
83,3
85,0
85,5
77,8
92,1
78,8
82,6
76,9
90,3
76,6
89,2
93,5
87,1
78,5
91,4
87,4
61,5
73,3
75,4
85,0
84,8
81,0
77,1
81,2
78,5
88,4
72,2
44,6
34,7
32,1
23,7
44,4
38,6
40,1
44,9
27,4
46,6
76,7
59,0
60,4
74,2
66,0
56,4
67,1
55,7
37,1
26,5
32,6
35,6
47,7
59,7
33,7
26,9
34,9
56,2
28,6
25,1
21,2
29,6
16,2
35,2
33,2
29,4
39,9
29,5
30,7
68,3
53,6
42,3
50,0
52,7
52,1
64,4
54,0
43,5
27,3
26,1
27,8
45,0
56,0
26,7
29,4
29,9
48,1
21,4
31,5
25,8
16,0
32,3
43,4
21,4
13,7
20,7
11,7
28,5
20,7
22,5
24,8
16,8
17,8
55,5
37,8
34,9
43,7
42,9
38,5
50,2
38,9
25,1
17,0
19,1
18,3
34,1
40,4
19,6
15,5
21,5
41,2
15,7
55,4
64,0
59,1
54,9
81,9
33,4
31,7
18,3
34,2
51,8
19,5
18,5
8,8
19,1
32,1
Lampiran 5.12
CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Jumlah PUS
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Dki Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Di Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Peserta KB Baru
Jumlah
Peserta KB Aktif
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
747.344
2.210.958
796.810
881.168
654.256
1.638.864
362.362
1.650.668
267.435
277.581
1.241.204
9.047.576
6.602.519
499.584
7.740.907
2.023.773
676.945
1.045.880
698.186
861.174
444.641
781.482
576.138
445.125
502.096
1.363.999
430.937
202.845
203.045
264.266
209.615
146.097
476.705
45.972.185
177.694
450.688
168.568
205.080
132.078
408.028
104.318
376.012
40.976
61.373
451.172
1.545.118
1.015.041
60.158
1.169.731
382.625
75.863
191.408
106.865
155.532
94.119
159.748
91.114
105.031
98.314
335.868
84.298
45.904
40.280
64.143
43.969
16.931
42.200
8.500.247
23,78
20,38
21,16
23,27
20,19
24,90
28,79
22,78
15,32
22,11
36,35
17,08
15,37
12,04
15,11
18,91
11,21
18,30
15,31
18,06
21,17
20,44
15,81
23,60
19,58
24,62
19,56
22,63
19,84
24,27
20,98
11,59
8,85
18,49
671.861
1.454.090
620.932
669.196
543.086
1.400.871
302.364
1.189.577
221.259
225.189
1.050.086
7.071.978
5.388.214
445.006
6.113.945
1.441.796
583.279
787.933
503.405
516.631
355.496
641.112
324.293
342.808
421.643
997.109
298.236
161.631
146.657
175.095
127.633
7.011
76.683
35.276.105
89,90
65,77
77,93
75,94
83,01
85,48
83,44
72,07
82,73
81,13
84,60
78,16
81,61
89,08
78,98
71,24
86,16
75,34
72,10
59,99
79,95
82,04
56,29
77,01
83,98
73,10
69,21
79,68
72,23
66,26
60,89
4,80
16,09
76,73
Lampiran 5.13
PERSENTASE PESERTA KB BARU
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
IUD
Jumlah
(1)
(2)
(3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Dki Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Di Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
5.007
30.383
13.436
7.206
3.684
11.540
5.465
30.820
1.831
2.313
56.893
133.892
98.115
17.969
112.511
25.093
23.437
19.762
8.238
10.924
1.231
1.752
5.646
6.008
6.529
8.557
1.788
3.062
1.059
1.683
1.230
281
1.287
658.632
%
(4)
2,82
6,74
7,97
3,51
2,79
2,83
5,24
8,20
4,47
3,77
12,61
8,67
9,67
29,87
9,62
6,56
30,89
10,32
7,71
7,02
1,31
1,10
6,20
5,72
6,64
2,55
2,12
6,67
2,63
2,62
2,80
1,66
3,05
7,75
MOW
Jumlah
%
(5)
1.507
11.384
2.523
2.647
929
2.331
901
2.491
464
788
5.162
22.195
22.811
1.783
23.236
2.775
3.050
1.713
5.324
2.329
791
776
1.938
1.212
1.328
2.752
648
579
377
572
380
137
960
128.793
(6)
0,85
2,53
1,50
1,29
0,70
0,57
0,86
0,66
1,13
1,28
1,14
1,44
2,25
2,96
1,99
0,73
4,02
0,89
4,98
1,50
0,84
0,49
2,13
1,15
1,35
0,82
0,77
1,26
0,94
0,89
0,86
0,81
2,27
1,52
MOP
Jumlah
(7)
33
4.722
925
237
110
595
64
215
97
78
1.443
3.235
1.206
386
2.584
416
312
1.076
102
1.191
80
383
51
115
340
414
174
108
121
190
162
72
137
21.374
%
(8)
0,02
1,05
0,55
0,12
0,08
0,15
0,06
0,06
0,24
0,13
0,32
0,21
0,12
0,64
0,22
0,11
0,41
0,56
0,10
0,77
0,08
0,24
0,06
0,11
0,35
0,12
0,21
0,24
0,30
0,30
0,37
0,43
0,32
0,25
Kondom
Jumlah
%
(9)
18.143
60.898
16.797
12.653
4.796
39.441
7.372
28.011
2.607
9.007
31.396
41.067
46.707
4.791
42.996
28.150
5.445
6.875
5.696
10.062
5.045
5.929
4.768
5.739
5.911
30.301
6.529
2.245
3.397
8.517
1.805
1.124
13.418
517.638
(10)
10,21
13,51
9,96
6,17
3,63
9,67
7,07
7,45
6,36
14,68
6,96
2,66
4,60
7,96
3,68
7,36
7,18
3,59
5,33
6,47
5,36
3,71
5,23
5,46
6,01
9,02
7,75
4,89
8,43
13,28
4,11
6,64
31,80
6,09
Implan
Jumlah
%
(11)
4.578
51.082
22.263
15.651
10.961
45.476
14.756
36.293
2.985
2.456
18.774
100.667
132.188
5.282
119.088
29.356
3.857
29.177
23.332
9.504
6.565
8.777
3.206
13.249
9.490
23.916
10.490
8.542
2.692
5.899
9.810
1.375
2.478
784.215
(12)
Suntikan
Jumlah
%
(13)
2,58
77.786
11,33
149.241
13,21
76.987
7,63
106.670
8,30
67.813
11,15
182.388
14,15
45.757
9,65
152.989
7,28
19.504
4,00
26.963
4,16
216.882
6,52
803.448
13,02
542.615
8,78
25.627
10,18
609.927
7,67
190.294
5,08
32.495
15,24
103.160
21,83
51.034
6,11
73.029
6,98
48.497
5,49
69.964
3,52
54.331
12,61
52.555
9,65
42.457
7,12
158.495
12,44
33.899
18,61
18.469
6,68
17.418
9,20
29.108
22,31
21.863
8,12
9.192
5,87
17.258
9,23 ########
(14)
Pil
Jumlah
(15)
43,78
70.640
33,11
142.978
45,67
35.637
52,01
60.016
51,34
43.785
44,70
126.257
43,86
30.003
40,69
125.193
47,60
13.488
43,93
19.768
48,07
120.622
52,00
440.614
53,46
171.399
42,60
4.320
52,14
259.389
49,73
106.541
42,83
7.267
53,90
29.645
47,76
13.139
46,95
48.493
51,53
31.910
43,80
72.167
59,63
21.174
50,04
26.153
43,19
32.259
47,19
111.433
40,21
30.770
40,23
12.899
43,24
15.216
45,38
18.174
49,72
8.719
54,29
4.750
40,90
6.662
48,56 ########
%
(16)
39,75
31,72
21,14
29,26
33,15
30,94
28,76
33,29
32,92
32,21
26,74
28,52
16,89
7,18
22,18
27,84
9,58
15,49
12,29
31,18
33,90
45,18
23,24
24,90
32,81
33,18
36,50
28,10
37,78
28,33
19,83
28,06
15,79
26,60
Total
(17)
177.694
450.688
168.568
205.080
132.078
408.028
104.318
376.012
40.976
61.373
451.172
1.545.118
1.015.041
60.158
1.169.731
382.625
75.863
191.408
106.865
155.532
94.119
159.748
91.114
105.031
98.314
335.868
84.298
45.904
40.280
64.143
43.969
16.931
42.200
8.500.247
Lampiran 5.14
PERSENTASE PESERTA KB BARU
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2013
Klinik KB
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Dki Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Di Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Pemerintah
Swasta
Bidan Swasta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
64,86
80,99
68,24
61,34
63,12
69,06
73,78
78,09
73,79
47,06
40,11
62,99
54,27
42,91
66,67
60,61
38,15
92,32
96,28
70,00
69,43
60,32
61,31
72,95
88,13
85,15
94,45
81,31
87,33
88,33
85,99
92,85
93,30
66,40
21.626
51.331
1.129
15.259
2.869
52.362
3.535
6.835
1.650
11.317
27.963
222.111
74.646
13.950
59.084
29.418
6.161
6.768
2.667
24.867
7.216
4.532
9.317
18.683
4.458
15.250
453
3.644
1.606
3.741
1.914
736
2.425
709.523
12,17
11,39
0,67
7,44
2,17
12,83
3,39
1,82
4,03
18,44
6,20
14,38
7,35
23,19
5,05
7,69
8,12
3,54
2,50
15,99
7,67
2,84
10,23
17,79
4,53
4,54
0,54
7,94
3,99
5,83
4,35
4,35
5,75
8,35
823
2.007
1.919
6.109
3.514
3.518
1.768
3.951
194
2.572
42.854
16.418
22.117
721
7.808
7.648
2.754
649
73
398
1.222
2.478
1.321
1.777
942
1.400
443
300
107
727
495
46
66
139.139
115.247
365.010
115.024
125.793
83.371
281.782
76.961
293.635
30.238
28.885
180.985
973.219
550.839
25.815
779.844
231.913
28.939
176.706
102.887
108.876
65.349
96.355
55.865
76.621
86.641
285.990
79.616
37.324
35.176
56.656
37.808
15.721
39.372
5.644.463
0,46
0,45
1,14
2,98
2,66
0,86
1,69
1,05
0,47
4,19
9,50
1,06
2,18
1,20
0,67
2,00
3,63
0,34
0,07
0,26
1,30
1,55
1,45
1,69
0,96
0,42
0,53
0,65
0,27
1,13
1,13
0,27
0,16
1,64
39.998
32.340
50.496
57.919
42.324
70.366
22.054
71.591
8.894
18.599
199.370
333.370
367.439
19.672
322.995
113.646
38.009
7.285
1.238
21.391
20.332
56.383
24.611
7.950
6.273
33.228
3.786
4.636
3.391
3.019
3.752
428
337
2.007.122
22,51
7,18
29,96
28,24
32,04
17,25
21,14
19,04
21,71
30,30
44,19
21,58
36,20
32,70
27,61
29,70
50,10
3,81
1,16
13,75
21,60
35,29
27,01
7,57
6,38
9,89
4,49
10,10
8,42
4,71
8,53
2,53
0,80
23,61
Jumlah
Peserta
(11)
177.694
450.688
168.568
205.080
132.078
408.028
104.318
376.012
40.976
61.373
451.172
1.545.118
1.015.041
60.158
1.169.731
382.625
75.863
191.408
106.865
155.532
94.119
159.748
91.114
105.031
98.314
335.868
84.298
45.904
40.280
64.143
43.969
16.931
42.200
8.500.247
Lampiran 5.15
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Dki Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Di Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jumlah PUS
(3)
747.344
2.210.958
796.810
881.168
654.256
1.638.864
362.362
1.650.668
267.435
277.581
1.241.204
9.047.576
6.602.519
499.584
7.740.907
2.023.773
676.945
1.045.880
698.186
861.174
444.641
781.482
576.138
445.125
502.096
1.363.999
430.937
202.845
203.045
264.266
209.615
146.097
476.705
########
Peserta KB Aktif
IUD
MOW
Metode Kontrasepsi
Implan
MOP
Kondom
Suntikan
Pil
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
671.861
1.454.090
620.932
669.196
543.086
1.400.871
302.364
1.189.577
221.259
225.189
1.050.086
7.071.978
5.388.214
445.006
6.113.945
1.441.796
583.279
787.933
503.405
516.631
355.496
641.112
324.293
342.808
421.643
997.109
298.236
161.631
146.657
175.095
127.633
7.011
76.683
35.276.105
89,90
65,77
77,93
75,94
83,01
85,48
83,44
72,07
82,73
81,13
84,60
78,16
81,61
89,08
78,98
71,24
86,16
75,34
72,10
59,99
79,95
82,04
56,29
77,01
83,98
73,10
69,21
79,68
72,23
66,26
60,89
4,80
16,09
76,73
22.275
149.276
66.119
37.879
36.160
79.977
21.368
163.157
12.725
16.633
225.979
841.835
474.292
106.445
903.865
159.222
273.346
101.411
59.480
39.059
7.838
11.646
33.965
44.532
31.714
48.599
11.990
23.035
6.877
8.544
4.135
33
2.231
4.025.642
3,32
10,27
10,65
5,66
6,66
5,71
7,07
13,72
5,75
7,39
21,52
11,90
8,80
23,92
14,78
11,04
46,86
12,87
11,82
7,56
2,20
1,82
10,47
12,99
7,52
4,87
4,02
14,25
4,69
4,88
3,24
0,47
2,91
11,41
6.438
101.753
19.723
10.951
4.401
49.432
6.295
16.312
5.399
5.351
39.162
179.829
291.928
21.540
308.432
26.176
22.227
17.425
26.674
9.486
4.184
7.633
6.802
7.833
8.379
17.643
6.053
2.954
2.431
3.968
1.860
3.084
1.241.758
0,96
7,00
3,18
1,64
0,81
3,53
2,08
1,37
2,44
2,38
3,73
2,54
5,42
4,84
5,04
1,82
3,81
2,21
5,30
1,84
1,18
1,19
2,10
2,28
1,99
1,77
2,03
1,83
1,66
2,27
1,46
4,02
3,52
218
10.475
2.096
1.418
1.278
5.958
1.212
14.233
378
881
12.252
60.709
54.882
3.400
29.191
16.719
3.470
4.324
4.472
3.386
641
2.457
871
1.307
1.126
1.742
1.617
820
510
1.171
733
179
244.126
0,03
0,72
0,34
0,21
0,24
0,43
0,40
1,20
0,17
0,39
1,17
0,86
1,02
0,76
0,48
1,16
0,59
0,55
0,89
0,66
0,18
0,38
0,27
0,38
0,27
0,17
0,54
0,51
0,35
0,67
0,57
0,23
0,69
21.198
159.497
83.514
58.418
77.053
272.087
56.986
185.471
20.668
15.349
83.717
353.609
592.714
28.926
584.395
136.734
12.469
133.330
79.348
37.684
37.598
47.804
17.092
57.877
40.018
107.219
42.717
31.155
15.212
21.418
21.750
502
5.924
3.439.453
3,16
10,97
13,45
8,73
14,19
19,42
18,85
15,59
9,34
6,82
7,97
5,00
11,00
6,50
9,56
9,48
2,14
16,92
15,76
7,29
10,58
7,46
5,27
16,88
9,49
10,75
14,32
19,28
10,37
12,23
17,04
7,16
7,73
9,75
61.150
108.722
31.644
25.727
12.225
89.143
12.799
33.035
8.574
15.085
44.166
103.096
124.003
28.861
105.576
42.527
19.863
20.833
16.012
17.322
10.405
13.659
10.261
12.313
25.426
68.633
15.859
6.383
13.983
11.451
8.583
2.635
16.856
1.136.810
9,10
7,48
5,10
3,84
2,25
6,36
4,23
2,78
3,88
6,70
4,21
1,46
2,30
6,49
1,73
2,95
3,41
2,64
3,18
3,35
2,93
2,13
3,16
3,59
6,03
6,88
5,32
3,95
9,53
6,54
6,72
37,58
21,98
3,22
297.239
477.396
307.394
301.203
221.490
547.668
122.331
411.561
99.184
95.428
376.837
3.673.263
3.038.341
204.745
2.929.197
703.408
203.307
370.335
256.935
216.437
167.208
230.786
145.296
131.555
164.877
439.462
115.753
53.635
51.650
82.903
57.427
2.738
36.117
16.533.106
44,24
32,83
49,51
45,01
40,78
39,09
40,46
34,60
44,83
42,38
35,89
51,94
56,39
46,01
47,91
48,79
34,86
47,00
51,04
41,89
47,04
36,00
44,80
38,38
39,10
44,07
38,81
33,18
35,22
47,35
44,99
39,05
47,10
46,87
263.343
446.971
110.442
233.600
190.479
356.606
81.373
365.808
74.331
76.462
267.973
1.859.637
812.054
51.089
1.253.289
357.010
48.597
140.275
60.484
193.257
127.622
327.127
110.006
87.391
150.103
313.811
104.247
43.649
55.994
45.640
33.145
1.103
12.292
8.655.210
39,20
30,74
17,79
34,91
35,07
25,46
26,91
30,75
33,59
33,95
25,52
26,30
15,07
11,48
20,50
24,76
8,33
17,80
12,01
37,41
35,90
51,02
33,92
25,49
35,60
31,47
34,95
27,01
38,18
26,07
25,97
15,73
16,03
24,54
Lampiran 5.16
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR
(15-49 TAHUN) YANG BERSTATUS KAWIN MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Persentase Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
Modern Dan Tradisional
No
Provinsi
Cara modern
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka belitung
kepulauan riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
Cara tradisional
Pernah KB
Tidak pernah
(6)
(3)
(4)
(5)
48,9
45,5
53,2
55,0
69,2
67,0
67,3
70,3
63,4
44,6
53,4
64,2
62,0
54,2
61,8
61,2
62,6
58,5
39,2
70,0
68,9
66,3
56,7
65,6
58,8
49,6
51,9
65,5
49,7
38,0
48,7
41,5
19,6
59,3
0,6
1,2
0,4
0,7
0,3
0,7
0,9
0,3
1,2
0,4
0,6
0,2
0,4
1,3
0,4
0,2
0,4
0,1
0,5
0,3
0,5
0,3
0,4
0,4
0,6
0,6
0,3
0,2
0,5
0,3
0,1
0,6
0,3
0,4
28,8
25,4
27,1
25,5
20,5
19,3
19,9
19,8
23,1
25,0
28,0
26,3
24,1
26,5
23,7
27,3
22,2
31,7
25,3
19,2
22,0
24,4
27,4
26,1
25,0
28,3
25,0
21,4
24,9
26,4
28,1
24,6
11,3
24,7
21,7
27,9
19,3
18,8
9,9
13,0
11,9
9,7
12,3
30,0
18,0
9,3
13,6
18,0
14,1
11,2
14,7
9,7
35,1
10,5
8,6
9,0
15,6
7,9
15,6
21,5
22,8
12,9
24,9
35,4
23,1
33,3
68,8
15,5
Lampiran 5.17
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN)
YANG BERSTATUS KAWIN MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Persentase KB Modern
No
Provinsi
Susuk/
implant
(1)
(2)
(3)
1
Aceh
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
INDONESIA
1,4
3,9
6,4
2,6
4,5
5,4
8,4
5,7
3,0
1,0
1,1
2,0
5,1
3,8
3,4
2,2
1,9
6,6
6,5
1,3
2,7
3,0
2,0
9,7
3,6
3,1
4,6
14,3
4,6
4,7
7,6
2,1
1,7
3,5
Steril Pria
Steril
Wanita
IUD/AKDR
/spiral
(4)
(5)
(6)
2,4
2,6
5,1
2,2
2,4
1,7
3,3
3,0
1,9
4,7
7,1
5,1
5,4
12,9
4,3
3,6
18,2
3,2
3,8
2,3
0,9
1,5
3,7
3,8
2,5
1,5
1,3
4,9
0,8
0,7
0,9
0,8
0,5
4,3
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,3
0,0
0,1
0,0
0,0
0,2
0,2
0,1
0,1
0,0
0,2
0,1
0,2
0,1
0,1
0,2
0,2
0,1
0,0
0,1
0,2
0,1
0,1
0,0
0,0
0,6
0,0
0,1
0,8
4,3
1,9
1,4
0,9
1,7
1,8
1,0
1,7
2,2
1,4
2,1
3,6
2,8
3,1
1,5
4,3
1,3
1,9
1,3
0,9
0,9
1,2
1,1
1,1
0,9
0,7
1,1
0,8
0,7
0,5
1,7
1,1
2,3
Persentase KB Tradisional
Pil KB
Diafragma/
Kondom
Wanita
Kondom
pria
Menyusui/
Metode
Amenorea
Laktasi
(MAL)
Pantang
berkala/
kalender
Senggama
terputus
Lainnya
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
29,9
20,9
31,2
32,6
41,3
46,7
41,7
45,0
33,6
21,5
29,2
37,0
37,9
22,9
35,7
39,7
27,8
39,8
22,4
42,6
40,9
31,1
27,6
31,1
26,9
30,4
26,0
25,4
21,2
24,9
31,8
26,6
13,0
34,3
13,8
12,6
7,5
14,8
19,2
10,8
10,2
14,9
21,9
13,6
13,3
17,2
8,8
7,4
14,5
13,2
8,9
7,4
4,3
22,0
23,0
28,9
21,3
19,3
24,4
13,3
18,9
19,5
21,8
7,0
7,6
9,6
3,2
13,9
Suntikan
0,1
0,1
0,0
0,1
0,1
0,1
0,3
0,1
0,0
0,1
0,1
0,1
0,1
0,3
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,5
1,1
0,9
1,3
0,8
0,5
1,2
0,5
1,2
1,5
1,1
0,5
0,9
3,9
0,7
0,7
1,3
0,1
0,1
0,3
0,4
0,7
0,8
0,4
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
0,0
0,3
0,1
0,1
0,7
0,1
0,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,1
0,1
0,0
0,1
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,2
0,0
0,1
0,0
0,0
0,1
0,0
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,1
0,1
0,1
0,6
0,2
0,1
0,1
0,3
0,6
0,1
0,6
0,1
0,2
0,1
0,2
0,9
0,2
0,1
0,2
0,1
0,3
0,2
0,2
0,1
0,3
0,3
0,2
0,2
0,1
0,1
0,2
0,1
0,1
0,4
0,1
0,2
0,2
0,3
0,2
0,5
0,1
0,4
0,2
0,1
0,5
0,3
0,2
0,0
0,1
0,3
0,1
0,1
0,3
0,0
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,1
0,3
0,4
0,2
0,1
0,2
0,2
0,0
0,0
0,1
0,1
0,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,2
0,0
0,0
Lampiran 5.18
PROPORSI WUS KAWIN YANG MENGGUNAKAN ALAT/CARA KB MODERN
BERDASARKAN JENIS DAN JANGKA WAKTU MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
Cara Modern
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jenis
Non Hormonal2
MKJP3
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
48,9
45,4
53,1
54,9
69,2
66,8
67,1
70,2
63,3
44,6
53,4
64,1
61,9
54,2
61,8
61,1
62,6
58,5
39,1
70,0
68,8
66,2
56,6
65,5
58,7
49,5
51,8
65,5
49,6
37,9
48,6
41,4
19,6
59,3
45,1
37,3
45,1
49,9
65,0
62,8
60,1
65,7
58,4
36,1
43,6
56,2
51,7
34,1
53,6
55,2
38,5
53,7
33,2
65,9
66,5
63,0
50,7
60,1
54,8
46,7
49,5
59,1
47,5
3,8
8,2
8,0
5,1
4,2
4,1
6,9
4,6
4,9
8,5
9,8
7,9
10,2
20,1
8,2
5,9
24,0
4,7
6,0
4,1
2,3
3,3
5,9
5,4
3,9
2,8
2,4
6,3
2,1
1,4
1,7
3,2
1,8
7,5
4,7
10,9
13,5
6,2
7,8
8,9
13,7
9,8
6,6
7,9
9,6
9,4
14,2
19,6
10,9
7,3
24,6
11,2
12,4
5,1
4,6
5,5
7,1
14,7
7,2
5,6
6,7
20,3
6,3
6,1
9,0
5,2
3,3
10,2
44,2
34,5
39,6
48,7
61,4
57,9
53,3
60,4
56,7
36,6
43,8
54,7
47,7
34,6
50,8
53,8
38,0
47,3
26,8
64,9
64,2
60,8
49,5
50,8
51,5
44,0
45,1
45,1
43,3
31,8
39,6
36,2
16,2
49,1
Jangka Waktu
Hormonal1
36,5
46,9
38,2
17,8
51,8
Non MKJP4
Lampiran 5.19
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Jampersal
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Pelayanan KB
Persalinan Normal
Pra-Rujukan
(6)
(3)
(4)
(5)
158.002
619.463
135.958
100.765
76.225
130.495
55.998
249.358
43.250
14.600
78.370
685.565
468.895
35.017
692.559
342.207
48.757
218.642
105.801
236.005
41.339
75.214
61.948
398.040
109.919
232.823
86.550
37.692
30.729
80.516
37.572
4.669
67.512
5.760.455
170.867
714.836
130.707
136.573
69.794
170.600
55.564
317.071
50.932
10.256
78.040
1.197.584
761.551
40.154
852.072
329.194
47.428
175.886
92.668
232.670
34.366
75.148
76.388
313.920
104.522
237.670
104.179
36.792
40.946
70.666
42.041
4.316
52.736
6.828.137
63.146
214.367
43.357
33.814
23.794
60.356
22.415
114.452
12.177
4.216
30.202
393.896
229.161
15.298
281.554
85.665
29.453
68.832
32.882
57.244
12.399
25.171
21.788
150.600
28.085
72.715
21.844
8.182
12.763
19.304
11.544
1.277
24.892
2.226.845
1.611
3.872
2.274
1.597
639
674
989
2.570
480
120
606
14.082
10.416
1.086
12.992
5.294
1.158
11.179
1.013
1.382
1.139
1.304
358
1.653
3.731
745
645
255
10
599
1
431
84.905
IUD+Implant
(7)
19.257
1.722
1.654
1.586
172
1.400
1.092
1.747
21
669
874
749.024
27.608
1.731
21.457
2.723
1.017
6.617
383
444
211
125
183
180
568
1.189
221
3.522
4
481
462
8
572
848.924
Suntik
(8)
23.751
18.213
14.835
5.870
4.021
3.976
3.368
173.176
651
289
86
36.349
53.219
1.463
55.089
22.896
1.053
21.264
8.649
2.427
2.324
1.748
1.673
2.220
5.189
22.989
3.104
427
269
6.705
1.455
817
4.698
504.263
Lampiran 5.20
PERSENTASE BALITA (0-59 BULAN) MENURUT BERAT BADAN LAHIR
DAN PROVINSI, RISKESDAS 2013
Persentase Berat Badan Lahir Balita (0-59 bulan)
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
<2500 gram
(3)
8,6
7,2
7,3
8,6
8,2
9,3
9,7
8,0
9,4
9,2
9,3
10,8
9,7
9,4
11,2
9,7
8,8
12,2
15,5
14,4
13,7
10,1
10,8
8,0
16,8
12,4
9,4
13,2
11,9
11,1
11,6
11,0
15,6
10,2
2500-3999 gram
(4)
83,1
82,2
86,8
85,0
86,3
86,0
81,9
89,0
85,8
87,4
87,0
85,5
86,9
89,3
85,2
83,6
86,7
80,8
80,6
82,5
80,6
85,5
84,0
85,7
75,6
82,4
81,3
80,3
80,6
74,1
78,4
83,2
77,1
85,0
8,3
10,6
5,9
6,4
5,5
4,7
8,4
3,0
4,8
3,4
3,7
3,8
3,4
1,3
3,6
6,7
4,6
7,0
3,9
3,1
5,8
4,5
5,2
6,2
7,7
5,2
9,3
6,5
7,5
14,8
10,0
5,8
7,3
4,8
Lampiran 5.21
PERSENTASE PROSES MULAI MENDAPAT ASI PADA ANAK UMUR 0-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
1-6 jam
7-23 jam
24-47 jam
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
39,7
22,9
44,2
22,1
41,1
29,6
35,7
24,1
37,4
22,7
41,9
35,7
37,5
39,3
33,3
33,8
42,2
52,9
40,5
29,6
23,9
28,6
35,1
29,0
29,0
44,9
33,2
42,7
34,0
24,8
27,0
21,7
31,5
27,7
32,9
36,6
43,9
34,5
36,4
34,0
46,3
26,4
39,5
27,3
37,4
34,6
39,4
33,5
37,7
33,2
30,8
40,3
36,9
34,8
32,8
41,0
34,7
24,7
26,0
35,3
35,0
35,5
42,4
39,6
43,5
40,5
2,9
4,2
3,9
5,1
2,8
5,3
1,0
4,1
2,0
7,0
3,5
3,7
5,0
2,0
3,3
3,7
1,6
1,4
3,2
1,9
2,7
2,6
2,0
4,1
4,2
3,7
3,0
1,8
3,2
3,8
3,8
3,2
3,0
35,2
3,7
15,7
17,1
9,3
10,9
11,0
11,7
18,9
13,6
14,6
14,5
16,1
11,3
9,9
10,8
15,3
13,5
13,5
10,2
9,1
16,3
21,0
15,9
10,5
15,7
15,7
10,2
12,0
11,6
9,9
9,7
12,6
18,0
19,2
14,0
22,9
6,1
18,0
10,6
17,0
10,3
12,0
19,6
16,4
11,3
11,9
13,0
8,4
14,7
11,4
9,5
4,6
6,8
15,3
17,5
20,0
11,4
16,4
26,4
15,1
16,5
8,9
17,4
19,2
17,0
13,7
5,8
34,5
13,0
>48 jam
13,7
Lampiran 5.22
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Kunjungan Neonatus
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Jumlah Bayi
(2)
(3)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D I Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
103.971
283.624
102.664
131.002
72.383
174.935
34.620
168.996
27.698
58.281
150.408
949.392
572.255
45.436
598.967
217.382
67.137
109.384
114.888
96.934
45.342
72.758
80.224
44.066
56.441
152.999
52.284
21.409
25.831
38.387
24.172
19.843
50.460
4.764.573
KN1
% KN1
KN Lengkap
%KN Lengkap
(4)
(5)
(6)
(7)
95.582
240.673
93.748
118.932
64.142
164.664
31.466
156.155
27.245
55.024
148.895
884.680
556.538
45.295
583.932
213.346
61.483
102.531
86.754
86.934
41.844
65.153
70.867
40.395
48.947
140.363
46.611
19.953
23.675
31.729
20.469
11.293
19.706
4.399.024
91,93
84,86
91,32
90,79
88,61
94,13
90,89
92,40
98,36
94,41
98,99
93,18
97,25
99,69
97,49
98,14
91,58
93,73
75,51
89,68
92,29
89,55
88,34
91,67
86,72
91,74
89,15
93,20
91,65
82,66
84,68
56,91
39,05
92,33
91.685
193.479
89.602
114.696
62.722
161.338
30.290
150.521
26.167
50.193
141.841
850.592
545.983
42.860
533.568
190.480
59.526
99.969
82.246
83.674
41.312
62.422
65.422
39.181
47.608
131.075
45.355
18.437
23.240
30.845
19.912
10.276
12.822
4.156.008
88,18
68,22
87,28
87,55
86,65
92,23
87,49
89,07
94,47
86,12
94,30
89,59
95,41
94,33
89,08
87,62
88,66
91,39
71,59
86,32
91,11
85,79
81,55
88,91
84,35
85,67
86,75
86,12
89,97
80,35
82,38
51,79
25,41
87,23
Lampiran 5.23
CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Jumlah Bayi
Neonatal
Komplikasi
(2)
(3)
(4)
(5)
15.596
42.544
15.400
19.650
10.857
26.240
5.193
25.349
4.155
8.742
22.561
142.409
85.838
6.815
89.845
32.607
10.071
16.408
17.233
14.540
6.801
10.914
12.034
6.610
8.466
22.950
7.843
3.211
3.875
5.758
3.626
2.976
7.569
6.654
7.953
3.609
5.414
6.433
13.983
3.185
10.576
2.933
3.515
14.762
65.371
64.689
6.175
62.973
21.583
7.177
9.977
2.644
6.485
2.262
6.029
5.334
3.769
2.853
11.597
2.237
1.220
1.723
1.623
1.333
629
1.164
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
103.971
283.624
102.664
131.002
72.383
174.935
34.620
168.996
27.698
58.281
150.408
949.392
572.255
45.436
598.967
217.382
67.137
109.384
114.888
96.934
45.342
72.758
80.224
44.066
56.441
152.999
52.284
21.409
25.831
38.387
24.172
19.843
50.460
4.764.573
714.686
367.864
(6)
42,67
18,69
23,44
27,55
59,25
53,29
61,33
41,72
70,59
40,21
65,43
45,90
75,36
90,60
70,09
66,19
71,27
60,81
15,34
44,60
33,26
55,24
44,33
57,02
33,70
50,53
28,52
37,99
44,47
28,19
36,76
21,13
15,38
51,47
Lampiran 5.24
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1 Aceh
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu
8 Lampung
9 Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia
BCG
HB0
DPT/HB1
DPT/HB3
Polio 4
Campak
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
89.678
278.768
95.865
128.439
70.907
160.835
36.518
158.337
26.991
45.205
171.592
945.454
571.370
47.934
592.107
217.375
67.867
104.079
106.238
83.172
44.071
67.469
73.575
38.833
51.786
156.407
48.809
21.577
24.791
35.071
21.209
15.365
34.867
4.632.560
89,2
91,5
88,7
91,0
102,0
98,0
96,9
97,7
94,0
93,1
98,2
109,4
101,4
105,5
101,7
97,5
98,4
100,9
86,1
91,1
96,9
85,1
84,4
94,0
88,1
94,4
84,4
94,9
86,2
89,0
82,6
74,4
67,0
97,8
81.863
241.652
84.759
102.690
63.115
142.164
30.635
136.765
26.530
39.797
137.588
886.254
547.634
47.315
555.154
203.142
64.675
98.088
74.747
60.184
31.562
58.157
57.546
28.517
35.415
141.408
27.172
19.715
22.527
22.058
16.697
7.956
21.498
4.114.979
81,4
79,3
78,4
72,7
90,8
86,6
81,3
84,4
92,4
82,0
78,7
102,6
97,1
104
95,3
91,1
93,7
95,1
60,6
65,9
69,4
73,3
66,0
69,1
60,3
85,3
47,0
86,7
78,3
56,0
65,0
38,5
41,3
86,8
89.918
283.854
95.318
129.714
72.628
162.931
36.177
158.809
26.806
46.827
167.537
778.405
571.009
35.396
594.741
215.237
66.696
66.826
103.392
84.242
43.695
67.256
74.054
39.271
52.189
157.489
48.611
21.619
24.849
36.829
21.379
15.279
36.684
4.425.667
91,2
97,0
91,9
94,7
107,6
103,4
100,0
102,0
96,3
99,4
97,8
92,9
103,3
78,7
104,2
100,5
98,6
67,5
87,3
96,1
98,0
88,3
86,6
98,0
92,5
99,0
87,6
99,0
90,0
97,4
86,7
77,0
72,7
96,3
84.706
276.303
91.809
126.541
71.816
160.047
34.489
160.222
25.842
46.698
164.119
826.594
572.127
38.689
589.938
207.432
54.322
76.767
97.469
80.763
41.957
63.726
71.845
38.791
50.311
154.681
44.897
21.998
27.692
34.970
20.584
15.532
31.597
4.405.273
85,9
94,5
88,5
92,4
106,4
101,6
95,3
102,9
92,8
99,2
95,8
98,6
103,5
86,0
103,4
96,8
80,3
77,5
82,3
92,1
94,1
83,7
84,0
96,8
89,1
97,2
80,9
100,8
100,2
92,4
83,5
78,3
62,6
95,8
87.890
274.907
92.553
125.392
72.089
160.163
34.216
160.536
25.993
46.518
165.107
913.411
573.273
3.126
585.235
208.156
65.931
107.340
94.282
81.172
41.840
63.558
71.064
38.456
50.444
155.024
44.819
22.019
24.592
33.976
20.258
15.924
31.121
4.490.385
89,1
94,0
89,2
91,5
106,8
101,7
94,6
103,1
93,3
98,8
96,4
109,0
103,7
6,9
102,5
97,2
97,5
108,4
79,6
92,6
93,8
83,5
83,1
96,0
89,4
97,4
80,8
100,9
89,0
89,8
82,1
80,3
61,7
97,7
84.762
274.375
89.180
124.321
70.756
157.868
34.512
158.089
26.033
45.449
161.645
916.870
568.959
44.306
583.596
204.062
65.537
106.880
95.595
78.669
41.140
62.184
69.803
37.101
48.637
152.625
44.942
21.504
24.642
34.705
20.176
15.197
33.772
4.497.892
86,0
93,8
86,0
90,8
104,9
100,2
95,4
101,6
93,5
96,5
94,3
109,4
103,0
98,5
102,2
95,3
96,9
107,9
80,7
89,7
92,2
81,7
81,6
92,6
86,2
95,9
81,0
98,5
89,2
91,7
81,8
76,6
66,9
97,9
81.797
238.497
87.684
114.936
62.329
139.369
32.623
150.665
26.201
41.649
155.860
758.360
556.612
43722
566.825
186.681
65.628
98.528
82.819
72.105
40.782
61.211
67.350
35.251
44.682
140.506
38.796
21.453
23.414
34.402
18.921
13.424
33.589
4.136.670
83,0
81,5
84,5
83,9
92,4
88,5
90,2
96,8
94,1
88,4
91,0
90,5
100,7
97,2
99,3
87,2
97,0
99,5
69,9
82,2
91,4
80,4
78,8
88,0
79,2
88,3
69,9
98,3
84,8
90,9
76,7
67,7
66,6
90,0
Lampiran 5.25
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK UMUR 12-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
HB-0
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
BCG
DPT-HB-3
Polio-4
Campak
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
64,8
63,0
70,5
68,8
79,1
70,8
81,0
79,9
87,5
87,4
87,8
78,8
90,5
98,4
91,2
76,9
93,4
92,7
70,7
62,3
57,7
69,1
83,4
82,4
64,7
72,9
59,8
87,5
67,6
47,8
57,3
50,6
45,7
79,1
72,9
78,1
81,0
81,4
85,5
84,9
93,0
90,0
92,8
92,0
90,9
87,8
94,8
98,9
93,3
83,6
97,6
92,2
84,2
81,2
77,0
83,2
87,3
97,3
84,3
84,8
84,8
97,2
79,3
73,6
83,6
80,4
59,5
87,6
52,9
63,1
60,2
70,0
76,7
73,6
86,7
82,5
83,7
87,4
79,1
71,5
89,2
95,1
85,7
63,3
90,4
85,2
66,0
71,9
67,9
72,0
81,4
83,3
72,6
69,5
75,3
93,0
67,1
53,8
68,9
60,0
40,8
75,6
58,3
67,5
64,4
70,9
77,4
76,3
87,6
84,6
88,3
88,0
76,7
73,9
87,6
88,3
86,2
64,0
92,4
87,7
68,5
74,1
69,9
73,2
81,6
81,4
74,0
70,9
76,9
95,8
70,2
61,8
71,9
62,8
48,8
77,0
62,4
70,1
71,4
77,3
79,7
82,6
90,2
87,9
86,4
91,9
85,3
80,8
92,6
98,1
89,0
66,7
93,5
90,6
84,1
77,3
77,4
74,1
84,1
94,4
76,7
76,9
83,8
94,9
72,5
70,5
80,3
76,9
56,8
82,1
Lampiran 5.26
DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK DAN CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - DPT/HB(3)
PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2013
Tahun
No
2011
Provinsi
DPT/HB(1)-Campak
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
2012
DPT/HB(1) DPT/HB(3)
DPT/HB(1)-Campak
2013
DPT/HB(1) DPT/HB(3)
DPT/HB(1)-Campak
DPT/HB(1) DPT/HB(3)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
7,7
3,9
5,7
5,4
2,1
2,1
2,6
4,5
7,4
9,1
4,6
3,3
3,5
-0,8
5,3
5,8
2,9
6,3
6,8
5,1
4,7
7,2
7,9
3,9
4,4
4,4
6,2
2,6
3,2
5,6
9,5
2,6
0,5
6,1
3,7
3,7
4,2
2,2
1,4
3,2
1,0
5,4
4,8
2,6
2,3
1,3
0,6
2,6
4,3
3,1
1,3
7,8
5,1
6,9
6,6
4,1
4,9
4,8
2,2
9,2
-0,9
2,3
7,2
6,4
11,2
12,0
5,0
5,1
7,7
3,9
0,0
2,5
1,5
1,5
5,9
6,9
7,1
2,4
1,7
1,4
2,6
5,6
3,2
1,7
7,3
6,7
7,7
7,0
4,9
4,2
6,0
3,5
5,2
5,1
4,1
6,7
7,8
10,6
7,6
5,3
3,1
5,0
3,4
0,4
2,1
2,9
0,0
5,8
2,7
1,0
1,5
0,2
2,0
0,3
3,5
2,9
0,6
5,9
4,0
3,3
5,5
3,4
2,6
5,1
1,9
3,6
2,7
3,0
7,2
4,0
11,1
11,1
5,7
3,3
6,4
4,2
2,6
3,1
4,6
0,5
2,9
2,9
3,5
3,9
0,4
2,2
1,9
5,2
1,7
-0,9
7,5
6,6
5,8
7,5
5,7
5,5
6,8
3,1
7,5
0,5
0,8
5,8
5,6
0,5
7,9
5,8
2,7
3,7
2,4
1,1
1,8
4,7
-0,9
3,6
0,3
2,0
1,0
-0,2
5,1
0,8
3,6
2,5
0,2
5,7
4,1
4,0
5,2
3,0
1,2
3,6
1,8
7,6
-1,8
-11,4
5,0
3,7
-1,7
13,9
4,4
3,1
3,6
2,1
3,3
1,8
Lampiran 5.27
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Jumlah Bayi
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
103.971
283.624
102.664
131.002
72.383
174.935
34.620
168.996
27.698
58.281
150.408
949.392
572.255
45.436
598.967
217.382
67.137
109.384
114.888
96.934
45.342
72.758
80.224
44.066
56.441
152.999
52.284
21.409
25.831
38.387
24.172
19.843
50.460
4.764.573
417.778
1.386.922
398.524
622.514
294.019
714.893
132.982
797.288
110.996
184.300
669.518
3.453.029
2.195.357
200.936
2.473.615
1.071.144
297.400
456.337
503.428
406.856
210.200
349.022
456.693
203.123
248.957
775.192
212.671
89.770
90.428
178.910
99.882
100.917
365.176
20.168.777
Jumlah
Jumlah
(5)
(6)
(7)
(8)
89.818
241.827
90.510
109.071
62.913
158.094
31.462
152.611
26.356
18.487
146.325
831.559
546.991
41.279
573.576
204.988
64.714
102.892
79.714
78.155
39.511
47.776
61.270
39.657
39.206
139.204
46.816
16.131
24.459
28.060
19.304
11.190
17.721
4.181.647
86,39
85,26
88,16
83,26
86,92
90,37
90,88
90,30
95,15
31,72
97,29
87,59
95,59
90,85
95,76
94,30
96,39
94,06
69,38
80,63
87,14
65,66
76,37
89,99
69,46
90,98
89,54
75,35
94,69
73,10
79,86
56,39
35,12
87,77
292.099
1.105.485
273.925
426.701
205.625
562.384
99.795
522.821
77.212
46.502
627.984
2.458.339
1.823.780
171.713
1.941.686
589.570
261.651
313.884
365.830
230.147
137.272
135.099
207.152
142.048
96.104
521.978
118.854
38.618
60.011
130.156
62.034
65.366
30.769
14.142.594
69,92
79,71
68,73
68,54
69,94
78,67
75,04
65,57
69,56
25,23
93,80
71,19
83,07
85,46
78,50
55,04
87,98
68,78
72,67
56,57
65,31
38,71
45,36
69,93
38,60
67,34
55,89
43,02
66,36
72,75
62,11
64,77
8,43
70,12
Lampiran 5.28
PERSENTASE IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK UMUR 12-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Kelengkapan Imunisasi Dasar
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Lengkap
Tidak Lengkap
Tidak Imunisasi
(3)
(4)
(5)
38,3
39,1
39,7
52,2
60,3
48,3
62,1
62,4
67,7
71,6
64,5
56,6
76,9
83,1
74,5
45,8
80,8
75,4
50,3
47,4
42,0
52,0
65,9
60,9
47,1
49,5
47,3
80,6
52,4
29,7
42,6
35,6
29,2
59,2
41,9
44,5
46,9
31,9
27,5
40,2
33,0
31,1
27,3
23,2
30,7
35,1
19,5
15,7
21,7
43,9
18,0
21,1
40,2
38,3
43,2
33,9
26,3
36,7
42,7
41,7
41,8
16,7
31,0
48,6
46,8
45,8
34,3
32,1
19,8
16,4
13,4
15,8
12,3
11,6
4,9
6,5
5,1
5,3
4,8
8,3
3,5
1,1
3,7
10,4
1,2
3,6
9,6
14,2
14,8
14,0
7,8
2,3
10,1
8,7
10,9
2,8
16,7
21,7
10,6
18,6
36,6
8,7
Lampiran 5.29
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Jumlah Desa
Desa UCI
Jumlah Desa
Desa UCI
Jumlah Desa
Desa UCI
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
4.020
3.012
3.256
1.123
1.310
2.730
1.077
2.182
322
277
266
4.653
8.254
438
4.645
1.189
679
893
2.051
1.342
1.136
1.416
947
1.243
1.365
2.507
1.492
317
409
718
670
414
750
57.103
62,32
52,53
86,60
68,18
94,93
87,92
79,96
88,63
89,69
78,92
99,63
78,96
96,28
100,00
54,60
77,46
94,83
93,90
72,42
70,78
75,23
71,48
65,86
74,30
75,12
84,70
71,32
50,96
67,83
75,18
62,85
55,35
55,11
74,13
6.497
5.823
3.827
1.681
1.381
3.188
1.504
2.503
367
356
267
5.918
8.555
438
8.515
1.542
716
1.107
2.952
1.973
1.527
1.979
1.348
1.708
1.844
2.984
2.136
728
645
1.090
1.073
1.419
2.435
80.026
4.508
3.991
3.483
1.146
1.276
2.892
1.217
2.252
349
284
267
5.427
8.454
438
7.298
1.343
675
986
2.150
1.387
1.112
1.330
879
1.247
1.535
2.598
1.627
488
486
774
752
420
403
##########
69,39
68,54
91,01
68,17
92,40
90,72
80,92
89,97
95,10
79,78
100,00
91,70
98,82
100,00
85,71
87,09
94,27
89,07
72,83
70,30
72,82
67,21
65,21
73,01
83,24
87,06
76,17
67,03
75,35
71,01
70,08
29,60
16,55
79,32
6.451
5.734
3.760
1.647
1.380
3.105
1.347
2.462
359
351
267
5.893
8.573
438
8.507
1.535
716
951
2.832
1.896
1.510
1.981
1.438
1.673
1.817
2.960
2.092
622
603
955
1.066
748
1.361
77.030
6.489
5.797
3.959
1.655
1.416
3.167
1.508
2.463
366
353
267
5.905
8.577
438
8.503
1.535
716
1.079
2.893
1.967
1.527
2.000
1.465
1.691
1.815
2.982
2.154
723
641
998
1.071
1.427
3.579
81.126
4.622
4.393
2.817
1.327
1.416
2.900
1.334
2.445
354
250
267
5.687
8.503
438
7.215
1.259
689
1.028
2.248
1.370
1.136
1.628
1.097
1.414
1.599
2.720
1.217
584
525
733
817
588
467
65.087
71,23
75,78
71,15
80,18
100,00
91,57
88,46
99,27
96,72
70,82
100,00
96,31
99,14
100,00
84,85
82,02
96,23
95,27
77,70
69,65
74,39
81,40
74,88
83,62
88,10
91,21
56,50
80,77
81,90
73,45
76,28
41,21
13,05
80,23
Lampiran 5.30
CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sasaran (Siswa SD/Sederajat)
No
Provinsi
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Kelas 1
Kelas 1 DT
Kelas 2
Campak
(3)
(4)
(5)
106.543
106.543
100.896
339.604
339.604
318.084
117.127
120.353
115.738
150.009
150.009
139.295
75.661
75.661
71.536
186.361
186.361
178.910
42.121
41.777
40.322
172.593
172.593
165.293
29.445
27.887
25.972
40.921
40.921
38.290
159.554
159.046
150.618
864.918
864.918
853.970
597.815
582.800
581.424
50.352
50.234
50.140
643.549
643.549
631.745
235.082
219.564
222.854
72.088
72.088
69.053
123.662
122.983
116.275
153.610
153.610
134.028
119.626
119.626
108.700
47.653
53.967
50.461
82.979
82.655
78.632
93.299
93.299
85.397
48.890
48.890
47.422
62.334
62.334
59.635
180.187
180.187
173.707
61.018
61.018
60.484
27.490
27.490
26.028
30.217
30.217
29.487
31.660
31.660
20.754
30.242
30.242
28.247
16.329
16.329
15.022
20.147
20.147
17.952
5.013.086 4.988.562 4.806.370,5
Kelas 3
(6)
93.695
307.265
116.468
136.533
71.143
174.743
39.703
165.296
25.407
37.360
146.449
837.473
569.425
48.625
659.504
218.227
69.692
115.696
134.028
105.583
49.254
78.632
82.706
48.234
59.050
173.837
59.310
25.488
30.205
21.512
27.624
14.219
17.267
4.759.653
Campak (Kelas 1)
Kelas 2+3
(7)
194.591
625.349
232.206
275.828
142.679
353.653
80.025
330.589
51.379
75.650
297.067
1.691.443
1.150.849
98.765
1.291.249
441.081
138.745
231.971
272.430
214.283
99.715
157.264
168.103
95.656
118.685
347.544
119.794
51.516
59.692
42.266
55.871
29.241
35.219
9.570.398
Jumlah
(8)
95.919
266.531
108.901
134.208
73.821
182.954
40.547
165.899
28.812
35.554
147.461
820.299
591.339
49.701
630.596
223.183
71.391
119.008
131.321
108.448
44.809
80.054
81.585
39.360
59.935
163.629
55.979
21.839
28.052
24.193
28.123
13.399
14.973
4.681.823
%
(9)
90,0
78,5
93,0
89,5
97,6
98,2
96,3
96,1
97,9
86,9
92,4
94,8
98,9
98,7
98,0
94,9
99,0
96,2
85,5
90,7
94,0
96,5
87,4
80,5
96,2
90,8
91,7
79,4
92,8
76,4
93,0
82,1
74,3
93,4
DT (Kelas 1)
Jumlah
(10)
96.159
268.861
111.093
135.499
73.844
181.038
38.228
166.309
26.947
36.121
145.716
807.027
577.149
49.324
629.959
207.945
71.334
119.557
126.380
113.204
50.863
79.058
83.503
39.434
57.628
173.797
55.626
25.981
27.596
26.931
28.191
14.349
20.788
4.665.439
%
(11)
90,3
79,2
92,3
90,3
97,6
97,1
91,5
96,4
91,5
88,3
91,6
93,3
99,0
98,2
97,9
94,7
99,0
96,7
82,3
94,6
94,2
95,6
89,5
80,7
92,5
96,5
91,2
94,5
91,3
85,1
93,2
87,9
103,2
93,1
Td (Kelas 2)
Jumlah
(12)
91.846
309.029
108.558
124.729
70.089
174.288
37.391
159.835
24.555
32.973
140.087
798.622
571.334
49.405
619.117
183.554
68.301
113.275
105.442
104.145
47.518
73.263
76.128
38.000
56.224
167.707
55.445
25.074
27.730
16.755
26.399
11.612
17.180
4.525.610
%
(13)
91,0
97,2
93,8
89,5
98,0
97,4
92,7
96,7
94,5
86,1
93,0
93,5
98,3
98,5
98,0
82,4
98,9
97,4
78,7
95,8
94,2
93,2
89,1
80,1
94,3
96,5
91,7
96,3
94,0
80,7
93,5
77,3
95,7
94,2
Td (Kelas 3)
Jumlah
(14)
86.093
299.189
108.164
123.876
70.008
170.340
37.277
158.989
23.067
32.491
135.232
792.997
571.334
47.943
644.547
207.265
68.986
112.421
105.442
103.781
46.564
73.263
74.193
38.179
55.854
168.334
52.253
24.282
28.000
17.204
25.851
6.961
15.923
4.526.303
%
(15)
91,9
97,4
92,9
90,7
98,4
97,5
93,9
96,2
90,8
87,0
92,3
94,7
100,3
98,6
97,7
95,0
99,0
97,2
78,7
98,3
94,5
93,2
89,7
79,2
94,6
96,8
88,1
95,3
92,7
80,0
93,6
49,0
92,2
95,1
Td (Kelas 2+3)
Jumlah
(16)
177.939
608.218
216.722
248.605
140.097
344.628
74.668
318.824
47.622
65.464
275.319
1.591.619
1.142.668
97.348
1.263.664
390.819
137.287
225.696
212.996
207.926
94.082
146.525
150.321
76.179
112.078
336.041
107.698
49.356
55.730
33.959
52.250
18.573
33.103
9.054.024
%
(17)
91,4
97,3
93,3
90,1
98,2
97,4
93,3
96,4
92,7
86,5
92,7
94,1
99,3
98,6
97,9
88,6
98,9
97,3
78,2
97,0
94,4
93,2
89,4
79,6
94,4
96,7
89,9
95,8
93,4
80,3
93,5
63,5
94,0
94,6
Lampiran 5.31
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA 6 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Vitamin A Bayi 6-11 Bulan
No
Provinsi
Dapat Vitamin A
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Aceh
108.836
Riau
142.322
2
3
5
6
7
8
9
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia
28.080
51.445
420.315
90,6
134.783
94,7
559.651
469.041
83,8
701.973
603.824
86,0
101.052
152.312
34.712
139.017
26.286
41.310
46.022
45.485
898.435
227.588
55.601
133.198
109.130
94.721
43.852
62.110
82.245
52.848
45.945
834.899
307.776
844.054
211.990
57.143
63.773
47.449
37.797
145.986
26.799
21.137
24.285
-
19.619
9.639
4.756.483
45.822
19.073
-
16.764
10.071
4.202.126
672.719
87,1
114.731
89,1
612.511
87,4
105.486
93,6
194.043
80,3
669.518
77,9
560.328
340.200
215.146
573.574
102.045
423.929
92.666
150.464
451.544
82,6
3.329.829
2.717.658
93,9
2.473.597
1.989.013
1.993.754
99,5
179.340
98,8
856.002
93,1
76,9
39.613
254.822
87,4
72.849
94.676
405.915
98,4
100,9
110.305
697.034
81,5
56.116
157.743
53.303
%
(11)
463.920
135.800
309.289
(10)
91,6
174.263
1.011.320
(9)
325.237
65.123
159.072
%
(8)
355.084
74.498
38.939
(7)
87,4
193.875
174.920
(6)
95.078
237.762
102.654
Jumlah Anak
Dapat Vitamin A
Balita 12-59 Bulan
194.304
366.163
82,8
327.847
86,8
390.736
138.575
90,3
289.109
92,0
435.639
77,5
140.103
89,8
143.756
82,3
602.663
92,5
200.444
86,0
78.628
78,5
96.258
78,9
85,4
104,5
88,3
76.791
57.705
17.012.757
1.963.180
177.360
726.669
185.768
352.282
277.502
312.964
114.944
250.019
267.552
124.756
118.373
524.405
163.570
64.043
77.012
-
61.007
24.071
14.196.322
80,4
83,8
84,4
85,3
88,9
69,2
87,8
77,5
67,4
934.796
508.569
329.320
847.639
153.670
771.583
133.566
245.488
843.781
754.203
441.252
280.269
725.886
136.757
562.946
118.952
191.774
587.344
81,6
4.341.149
3.552.557
80,4
3.372.032
2.833.067
98,5
98,9
84,9
95,6
96,2
84,6
80,1
82,9
95,9
61,4
89,0
82,3
87,0
81,6
81,5
80,0
-
79,4
41,7
0,0
83,4
2.303.043
225.362
1.083.590
249.905
499.361
436.977
485.457
182.427
351.219
517.884
192.951
189.701
760.406
253.747
102.913
123.057
2.270.956
222.845
938.659
241.884
462.587
372.178
385.813
154.557
307.162
331.325
172.205
156.170
670.391
209.392
83.116
98.149
274.230
172.531
200.598
92.116
96.410
67.344
22.244.068
77.771
34.142
18.663.095
80,7
86,8
85,1
85,6
89,0
73,0
89,1
78,1
69,6
81,8
98,6
98,9
84,0
86,6
96,8
92,6
85,2
79,5
84,7
87,5
64,0
89,2
82,3
88,2
82,5
80,8
79,8
62,9
80,7
50,7
45,9
83,9
Lampiran 5.32
PERSENTASE ANAK UMUR 6-59 BULAN YANG MENERIMA KAPSUL VITAMIN A
SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
73,8
52,3
70,9
60,8
74,5
66,0
73,8
73,6
69,2
68,8
74,5
81,6
84,0
84,4
83,4
74,1
76,0
89,2
72,0
67,5
65,4
72,9
80,3
80,9
69,3
67,9
73,3
83,4
59,6
64,8
64,6
64,4
53,1
75,5
Lampiran 5.33
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
16
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Eksklusif
(2)
(3)
(4)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
67.381
68.909
33.623
98.455
31.747
91.256
26.363
103.360
17.294
12.420
27.264
579.593
294.312
13.669
352.603
111.292
30.210
93.782
68.130
51.584
17.755
19.005
19.105
18.597
14.531
78.815
21.628
7.310
33.416
13.224
5.103
11.611
50.138
2.483.485
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (06 Februari 2014)
32.856
28.434
23.168
55.039
16.292
58.330
19.639
61.402
8.778
6.530
17.103
195.045
171.780
9.288
249.745
53.289
20.934
74.786
50.669
24.411
7.702
11.161
11.249
6.448
9.051
52.425
12.115
3.953
22.051
3.334
3.202
6.212
23.128
1.349.549
48,8
41,3
68,9
55,9
51,3
63,9
74,5
59,4
50,8
52,6
62,7
33,7
58,4
67,9
70,8
47,9
69,3
79,7
74,4
47,3
43,4
58,7
58,9
34,7
62,3
66,5
56,0
54,1
66,0
25,2
62,7
53,5
46,1
54,3
Lampiran 5.34
CAKUPAN BALITA DITIMBANG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Jumlah Balita
(1)
(2)
(3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
462.762
1.390.962
482.641
688.164
295.262
806.088
154.235
790.492
133.444
235.205
832.437
4.279.221
2.543.956
208.857
3.000.292
862.394
227.931
468.869
463.474
453.838
163.512
345.502
329.207
168.996
429.540
748.425
219.000
98.451
115.972
204.300
113.531
68.107
339.964
22.125.031
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (03 Februari 2014)
407.942
1.149.210
419.070
443.987
246.114
634.886
128.276
646.733
94.273
187.334
452.559
3.444.689
2.275.054
171.128
2.651.031
748.920
192.227
399.965
364.108
286.722
112.665
259.571
215.188
142.382
325.749
604.074
180.941
87.055
97.428
150.139
77.096
38.478
132.067
17.767.061
Cakupan (%)
(5)
88,15
82,62
86,83
64,52
83,35
78,76
83,17
81,81
70,65
79,65
54,37
80,50
89,43
81,94
88,36
86,84
84,34
85,30
78,56
63,18
68,90
75,13
65,37
84,25
75,84
80,71
82,62
88,42
84,01
73,49
67,91
56,50
38,85
80,30
Lampiran 5.35
KASUS GIZI BURUK PADA BALITA DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Kasus Gizi Buruk Mendapat Perawatan
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(3)
(4)
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update: 03 Februari 2014)
807
3.088
747
119
184
201
135
175
114
223
1.254
4.898
5.540
397
7.965
3.102
96
591
4.038
310
63
132
392
75
310
317
340
587
246
223
328
1.379
2.379
40.755
807
3.088
747
119
184
201
135
175
114
223
1.254
4.898
5.540
397
7.965
3.102
96
591
4.038
310
63
132
392
75
310
317
340
587
246
223
328
1.379
2.379
40.755
%
(5)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Lampiran 5.36
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Provinsi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
No
Indonesia
38
130
47
22
33
33
29
35
20
22
12
108
141
28
145
104
18
20
96
91
17
26
37
41
22
18
28
10
8
74
14
40
19
1.526
18
13
15
11
11
15
6
13
7
4
6
23
30
5
22
8
9
10
19
10
3
13
14
15
9
18
12
5
3
11
5
11
5
379
78,26
81,82
78,95
91,67
100,00
100,00
60,00
92,86
100,00
57,14
100,00
88,46
85,71
100,00
52,63
100,00
100,00
100,00
90,48
71,43
21,43
100,00
100,00
100,00
81,82
75,00
100,00
83,33
60,00
100,00
55,56
100,00
17,24
76,26
Lampiran 5.37
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Jumlah
Kabupaten/Kota
Jumlah Puskesmas
Mampu PKPR
Jumlah
Kabupaten/Kota
dengan PKPR
Persentase
Kabupaten/Kota
dengan PKPR
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497
114
241
89
80
54
122
47
53
32
26
22
459
231
76
273
189
50
40
150
124
18
52
55
77
41
81
48
23
29
93
22
41
25
3.077
23
33
19
9
10
15
8
9
6
5
5
23
31
5
37
8
9
10
19
13
1
13
10
13
9
15
12
6
5
7
4
9
5
406
100,00
100,00
100,00
75,00
90,91
100,00
80,00
64,29
85,71
71,43
83,33
88,46
88,57
100,00
92,11
100,00
100,00
100,00
90,48
92,86
7,14
100,00
71,43
80,00
81,82
62,50
100,00
83,33
100,00
63,64
44,44
81,82
17,24
81,69
Lampiran 5.38
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK
DI PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Puskesmas Memiliki
Panti Anak Terlantar
(1)
(2)
(3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
83
28
68
51
48
63
22
57
11
19
33
100
25
28
415
19
27
85
90
54
25
44
37
23
11
140
48
16
15
20
17
2
27
1.751
Persentase (%)
(4)
(5)
2
13
68
31
48
45
13
30
9
19
31
100
25
28
324
19
27
59
17
53
25
44
37
20
11
67
48
16
15
16
10
-
1.270
2,41
46,43
100,00
60,78
100,00
71,43
59,09
52,63
81,82
100,00
93,94
100,00
100,00
100,00
78,07
100,00
100,00
69,41
18,89
98,15
100,00
100,00
100,00
86,96
100,00
47,86
100,00
100,00
100,00
80,00
58,82
,00
,00
72,53
111
21
102
68
48
125
28
60
16
52
80
117
33
66
993
23
60
237
180
115
44
84
50
33
18
291
73
22
14
36
21
3
124
3.348
Lampiran 5.39
CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/MI KELAS 1
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Jumlah SD/MI
(1)
(2)
(3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
3.932
6.305
4.193
3.483
2.646
4.729
1.308
5.294
813
720
3.434
13.924
22.744
2.016
24.283
4.082
2.483
3.690
2.976
4.328
2.528
3.472
2.145
2.155
2.819
6.603
2.369
1.052
1.265
1.644
1.192
751
2.151
147.529
(4)
(5)
2.738
4.109
4.060
3.308
2.354
1.210
1.128
4.304
810
665
3.402
4.410
20.750
2.016
22.771
3.715
2.483
3.385
530
2.048
1.208
2.067
1.580
1.816
1.539
5.562
2.066
952
554
225
577
312
384
109.038
70
65
97
95
89
26
86
81
100
92
99
32
91
100
94
91
100
92
18
47
48
60
74
84
55
84
87
90
44
14
48
42
18
74
Lampiran 5.40
PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Kabupaten/Kota
Puskesmas
(3)
Lapas/Rutan Anak
(4)
(5)
1 Aceh
Puskesmas Lhoknga
Lapas Lhoknga
3 Sumatera Barat
2 Sumatera Utara
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu
8 Lampung
9 Kepulauan Riau
10 DKI Jakarta
11 Jawa Barat
12 Jawa Tengah
13 Jawa Timur
14 Banten
15 Bali
19 Kalimantan Selatan
20 Sulawesi Utara
21 Sulawesi Selatan
Kota Medan
Puskesmas Helvetia
Kota Pekanbaru
Puskesmas Curup
Kota Palembang
Puskesmas Kotabumi
Kota Batam
Jakarta Timur
Lapas Barelang
Kota Bandung
Puskesmas Ibrahim
Kabupaten Purworejo
Puskesmas Kutoarjo
Kota Blitar
Puskesmas Sananwetan
Kota Tangerang
Kota Kupang
Puskesmas Oesapa
Kab. Banjar
Puskesmas Pelambuan
Kota Tomohon
Puskesmas Pakjo
Kota Pare-Pare
Puskesmas Matani
-
Puskesmas Lompoe
Lampiran 5.41
PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYANDANG CACAT
MELALUI PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
(3)
(4)
1 Sumatera Utara
2 Sumatera Barat
3 Riau
4 Jambi
5 Sumatera Selatan
6 Lampung
10 Jawa Barat
11 Jawa Tengah
12 D I Yogyakarta
13 Jawa Timur
14 Banten
15 Bali
18
95
10
11
16
3
2
5
4
2
5
22
144
44
18
38
5
18
38
6
12
10
19 Kalimantan Timur
13
26
21 Sulawesi Selatan
23
28
18 Kalimantan Selatan
20 Sulawesi Utara
22 Gorontalo
Indonesia
5
4
1
6
219
8
7
1
8
498
Lampiran 5.42
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U)
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Status Gizi Menurut BB/U
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(3)
7,9
8,3
6,9
9,0
5,7
6,3
6,0
6,9
2,8
4,0
2,8
4,4
4,1
4,0
4,9
4,3
3,0
6,3
11,5
10,3
6,6
8,2
3,9
3,7
6,6
6,6
8,0
6,9
7,0
10,5
9,2
11,9
9,2
5,7
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
(4)
(5)
(6)
18,4
14,1
14,3
13,5
14,0
12,0
12,7
11,9
12,3
11,6
11,2
11,3
13,5
12,2
14,2
12,9
10,2
19,4
21,5
16,2
16,7
19,2
12,7
12,8
17,5
19,0
15,9
19,2
22,1
17,8
15,7
19,0
12,6
13,9
70,7
72,8
76,0
70,8
75,6
74,5
73,3
73,7
80,4
81,7
78,5
79,9
78,9
80,3
76,7
78,1
81,4
71,5
64,4
68,5
72,3
69,2
77,6
79,0
73,5
71,5
72,2
70,9
66,9
67,2
71,7
66,2
71,9
75,9
2,9
4,8
2,8
6,7
4,8
7,2
8,0
7,6
4,6
2,6
7,5
4,3
3,5
3,5
4,1
4,7
5,5
2,8
2,5
5,0
4,4
3,4
5,8
4,5
2,5
2,9
3,9
3,0
4,0
4,5
3,4
2,9
6,3
4,5
Lampiran 5.43
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U)
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Status Gizi Menurut TB/U
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Pendek (%)
Normal (%)
(3)
(4)
(5)
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
20,1
22,7
18,4
20,0
19,0
19,9
22,5
27,6
12,6
10,0
12,1
16,9
16,8
8,2
16,8
16,4
13,1
20,5
26,2
22,5
18,4
20,4
11,8
17,0
17,7
16,4
21,2
14,7
22,3
20,4
18,3
21,9
25,0
18,0
21,4
19,8
20,8
16,8
18,9
16,8
17,2
15,0
16,1
16,3
15,4
18,4
19,9
19,1
19,0
16,6
19,5
24,7
25,5
16,1
22,9
23,8
15,8
17,8
23,3
24,5
21,4
24,2
25,7
20,2
22,8
22,8
15,1
19,2
58,5
57,5
60,8
63,2
62,1
63,3
60,3
57,4
71,3
73,7
72,5
64,7
63,2
72,8
64,2
67,0
67,5
54,7
48,3
61,4
58,7
55,8
72,5
65,2
58,9
59,1
57,4
61,1
52,0
59,4
59,0
55,4
59,9
62,8
Lampiran 5.44
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB)
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Status Gizi Menurut BB/TB
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Kurus (%)
Normal (%)
Gemuk (%)
(3)
(4)
(5)
(6)
6,1
7,5
5,2
6,9
5,8
5,9
6,9
5,6
4,0
6,0
4,4
5,0
4,5
4,7
4,4
6,5
3,4
5,2
7,4
10,4
5,4
4,5
3,9
3,4
3,6
3,8
5,9
5,6
4,6
6,1
3,9
6,2
8,0
5,3
9,6
7,4
7,4
8,7
7,7
6,4
7,9
6,2
6,2
6,3
5,8
5,9
6,6
4,7
7,0
7,3
5,4
6,7
8,1
8,3
7,0
8,3
7,7
6,5
5,8
7,2
5,5
6,1
6,2
10,1
8,3
9,2
6,8
6,8
74,5
72,2
77,3
70,2
73,3
70,9
68,7
66,8
76,1
78,7
78,1
77,3
76,9
80,2
76,9
74,4
78,6
79,7
76,6
68,9
76,7
77,4
75,9
79,6
82,1
82,2
79,0
81,4
81,3
77,4
80,5
77,1
70,2
76,1
9,8
12,8
10,1
14,3
13,1
16,7
16,4
21,4
13,6
8,9
11,7
11,8
12,0
10,3
11,8
11,8
12,6
8,5
8,0
12,5
10,9
9,9
12,6
10,5
8,5
6,8
9,6
6,9
7,9
6,4
7,3
7,5
15,0
11,8
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Lampiran 5.45
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DAN
BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Pendek-Kurus
(%)
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
(3)
4,13
3,51
2,23
3,58
3,16
2,24
2,00
2,46
2,40
0,98
1,06
1,98
1,80
1,81
2,45
1,93
1,58
2,96
5,25
3,51
3,31
5,08
2,12
2,25
2,55
3,11
3,44
3,18
2,54
5,60
4,33
5,73
2,71
2,53
Pendek-Normal
(%)
(4)
31,00
30,00
30,18
25,19
25,22
23,73
26,08
26,31
20,79
20,29
20,56
26,35
27,02
22,23
26,55
23,46
24,10
36,88
41,35
27,27
30,73
33,29
19,08
25,94
32,91
34,11
32,58
32,18
40,91
30,34
31,90
33,65
27,03
27,46
6,16
8,34
7,00
7,88
8,27
9,89
9,87
12,60
5,79
4,45
4,49
6,65
7,28
2,89
6,18
6,84
6,18
5,32
5,93
7,50
7,42
5,42
5,31
5,98
5,35
3,54
6,66
3,65
4,47
4,13
4,95
5,25
9,80
6,70
(6)
11,54
11,41
10,36
11,97
10,42
10,13
12,84
9,38
7,84
11,33
9,13
8,91
9,30
7,67
8,95
11,85
7,25
8,91
10,19
15,15
9,06
7,68
9,41
7,67
6,82
7,89
7,98
8,52
8,26
10,58
7,83
9,70
12,10
9,59
Normal-Normal
(%)
(7)
43,48
42,22
47,09
44,97
48,05
47,18
42,66
40,45
55,36
58,46
57,57
50,93
49,85
57,99
50,30
50,91
54,46
42,77
35,24
41,61
45,98
44,09
56,84
53,67
49,23
48,06
46,42
49,26
40,41
47,08
48,62
43,44
43,18
48,66
Normal-Gemuk
(%)
(8)
3,69
4,51
3,13
6,41
4,88
6,83
6,55
8,79
7,83
4,49
7,18
5,18
4,75
7,41
5,57
5,00
6,42
3,15
2,04
4,96
3,51
4,43
7,25
4,48
3,14
3,29
2,92
3,21
3,41
2,27
2,37
2,23
5,19
5,06
Lampiran 5.46
PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN)
BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI, RISKESDAS 2013
Kategori IMT
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Kurus (%)
Normal (%)
BB Lebih (%)
Obese (%)
(3)
(4)
(5)
(6)
11,07
6,46
11,84
8,89
10,42
11,08
8,77
8,41
9,20
8,58
9,28
10,97
12,22
15,15
11,97
12,46
8,70
15,05
19,50
9,93
11,45
15,10
7,87
5,56
10,46
12,74
10,31
8,59
11,59
12,11
7,73
8,14
6,98
11,09
61,08
62,47
64,62
65,39
66,84
68,14
67,53
73,08
60,34
60,94
55,85
62,09
64,20
58,26
59,97
62,72
62,56
65,48
67,54
69,91
65,53
60,22
56,75
53,90
61,42
63,05
66,30
56,74
67,61
62,94
61,66
61,39
63,40
62,68
11,57
12,97
10,08
12,05
10,42
9,86
10,84
9,80
12,50
12,30
14,03
11,75
10,77
10,82
11,69
11,18
13,27
9,24
6,72
9,72
10,79
10,67
14,78
16,47
11,75
10,65
10,99
13,69
10,63
10,89
12,30
12,42
13,77
11,48
16,28
18,09
13,46
13,68
12,32
10,92
12,86
8,72
17,96
18,18
20,84
15,19
12,81
15,76
16,36
13,64
15,46
10,23
6,23
10,45
12,23
14,01
20,61
24,07
16,37
13,56
12,40
20,98
10,16
14,06
18,30
18,04
15,86
14,76
Lampiran 6.1
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2013
Jenis Kelamin
No
Laki-laki
Provinsi
Jumlah
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
(3)
2.226
11.302
3.156
2.250
1.922
3.609
1.080
3.953
638
850
5.264
19.286
11.472
728
13.329
4.807
891
2.505
2.395
2.987
915
2.093
1.649
3.148
1.645
5.270
2.446
1.104
756
1.277
650
401
1.440
117.444
Perempuan
%
Jumlah
(4)
(5)
65,0
66,8
65,6
64,0
61,6
61,8
63,4
61,7
65,1
59,5
61,0
57,6
56,1
57,0
56,2
60,2
60,4
60,5
55,7
65,6
63,3
61,1
63,5
60,8
60,8
59,0
58,1
60,5
59,5
57,0
62,0
54,5
56,1
59,8
1.198
5.628
1.654
1.263
1.198
2.229
623
2.458
342
579
3.363
14.174
8.974
550
10.374
3.178
584
1.637
1.908
1.568
531
1.331
946
2.027
1.060
3.662
1.764
721
514
965
399
335
1.129
78.866
%
(6)
35,0
33,2
34,4
36,0
38,4
38,2
36,6
38,3
34,9
40,5
39,0
42,4
43,9
43,0
43,8
39,8
39,6
39,5
44,3
34,4
36,7
38,9
36,5
39,2
39,2
41,0
41,9
39,5
40,5
43,0
38,0
45,5
43,9
40,2
Laki-laki+ Perempuan
(7)
3.424
16.930
4.810
3.513
3.120
5.838
1.703
6.411
980
1.429
8.627
33.460
20.446
1.278
23.703
7.985
1.475
4.142
4.303
4.555
1.446
3.424
2.595
5.175
2.705
8.932
4.210
1.825
1.270
2.242
1.049
736
2.569
196.310
Lampiran 6.2
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2013
No
0 - 14
Provinsi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Aceh
16
Riau
14
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Keterangan: L = Laki-laki
P = Perempuan
232
485
236
Total
P
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
420
199
180
367
134
108
1.301
2.333
1.203
2.607
1.130
1.972
21
236
209
386
265
379
246
384
243
344
19
20
8
20
2
5
24
22
11
10
11
20
2
10
19
430
320
295
253
446
335
113
83
397
377
82
69
133
144
984
81
109
1.499
1.824
18
18
15
2
19
31
6
10
10
21
11
11
6
12
2
23
5
26
38
5
15
6
27
13
17
15
7
6
14
18
45
43
12
7
765
1.590
1.798
136
866
723
124
101
302
257
328
399
329
225
95
101
248
201
214
187
427
309
189
187
660
677
296
310
153
136
95
109
207
180
113
92
428
16.747
86
390
15.658
16,51%
91
481
194
146
759
560
151
80
250
133
3.418
326
777
131
3.502
348
535
1.376
118
72
682
808
83
0,72%
419
2.260
642
Indonesia
250
(12)
1.009
Papua
450
(11)
1.482
11
Papua Barat
211
(10)
55 - 64
43
Jawa Timur
256
(9)
198
1.975
1.254
829
184
153
469
342
502
386
571
316
184
116
373
255
356
209
539
388
329
225
994
456
225
165
256
149
124
433
24.600
120
361
17.410
21,40%
667
291
422
220
714
469
227
121
736
480
113
57
121
70
970
639
616
270
168
644
335
229
85
766
391
88
45
101
42
633
297
1.922
60
23
95
431
58
52
2.826
1.738
1.213
972
603
177
119
440
306
358
328
618
334
199
101
448
310
341
223
581
435
337
229
458
228
124
66
253
22.645
52
171
15.468
19,41%
303
614
320
205
111
460
297
344
175
668
372
334
153
82
326
432
105
181
81
515
1.067
139
560
159
732
313
218
829
194
728
517
322
223
135
86
270
175
103
58
176
23.346
61
31
103
14.726
19,39%
72
658
342
137
68
548
293
437
277
576
254
161
76
393
193
260
109
579
326
284
143
994
599
508
307
197
123
132
78
184
104
45
85
20.441
213
108
213
49
20
28
46
14
9.023
6,65%
579
3.363
6.411
980
1.429
8.627
23.703
2.505
1.637
98
57
95
81
21
37
97
59
5.264
342
1.703
10.374
205
76
850
2.458
5.838
13.329
170
507
638
623
3.513
561
481
333
161
3.953
3.120
2.229
4.810
33.460
60
124
1.080
1.198
1.654
14.174
161
65
3.609
16.930
19.286
189
248
3.156
3.424
5.628
549
319
118
10.798
15,91%
1.025
132
52
17
85
2.225
1.275
116
163
104
3.057
2.178
45
183
1.942
82
52
143
2.348
1.684
113
294
1.235
133
1.263
58
1.568
2.298
2.250
172
291
2.859
91
1.198
11.302
2.399
1.719
2.226
212
3.348
2.087
65
603
2.829
150
90
98
604
730
3.740
103
200
66
182
1.037
144
467
142
657
400
132
844
121
2.305
456
214
119
1.945
267
714
1.094
3.293
290
509
829
4.519
2.260
514
65
45
34
DI Yogyakarta
25 - 34
L
1
2
15 - 24
69
252
37
27
79
16
6
12
4.041
11.472
728
4.807
891
2.395
2.987
915
2.093
1.649
3.148
1.645
5.270
2.446
1.104
756
1.277
650
401
1.440
117.444
8.974
550
3.178
584
1.908
1.568
531
1.331
946
2.027
1.060
3.662
1.764
721
514
965
399
335
1.129
78.866
20.446
1.278
7.985
1.475
4.142
4.303
4.555
1.446
3.424
2.595
5.175
2.705
8.932
4.210
1.825
1.270
2.242
1.049
736
2.569
196.310
Lampiran 6.3
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Cakupan Penemuan
No
(1)
1 Aceh
(2)
Sumatera Utara
Jambi
3
4
6
7
8
9
Semua Kasus
Provinsi
Sumatera Barat
Riau
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia
Laki-laki
Perempuan
(3)
(4)
2.676
1.485
3.305
1.942
14.545
4.455
2.129
5.280
1.445
5.055
968
1.931
BTA Positif
Laki-laki +
Perempuan
(5)
4.161
3.314
3.583
1.606
3.069
2.750
3.402
2.190
7.206
2.557
1.244
858
3.422
837
3.286
597
1.299
27.293
17.869
19.263
5.851
1.229
2.653
2.676
1.917
950
2.015
1.744
2.204
1.402
8.702
2.282
8.341
1.565
3.230
3.669
189.974
3.166
137.120
1.170
620
962
3.953
638
850
5.264
3.120
115,5
103,5
105,7
81,3
2.229
623
2.458
342
579
3.363
4.810
3.513
5.838
1.703
6.411
980
1.429
8.627
10.374
23.703
2.505
1.637
13.833
3.027
6.378
5.990
5.500
2.556
5.084
4.494
5.606
3.592
4.424
2.057
3.968
1.548
2.132
6.835
327.094
728
4.807
891
2.395
2.987
915
2.093
1.649
3.148
1.645
5.270
2.446
1.104
756
1.277
650
401
1.440
117.444
73,9
1.198
1.654
13.329
11.472
(10)
89,8
120,5
42.381
39.704
(9)
156,3
33.460
1.446
1.734
1.080
BTA Positif
16.930
14.174
588
813
3.609
Semua Kasus
5.628
19.286
12.211
1.867
3.156
3.424
61.721
5.005
2.234
928
1.263
1.922
5.247
2.679
3.725
2.250
3.482
6.873
1.208
1.798
1.198
1.353
2.418
1.471
7.982
(7)
2.226
11.302
24.091
23.118
(6)
21.954
10.043
21.835
Perempuan
7.409
14.048
34.428
Laki-laki
8.974
550
3.178
584
1.908
1.568
531
1.331
946
2.027
1.060
3.662
1.764
721
514
965
399
335
1.129
78.866
20.446
1.278
7.985
1.475
4.142
4.303
4.555
1.446
3.424
2.595
5.175
2.705
8.932
4.210
1.825
1.270
2.242
1.049
736
2.569
196.310
80,99%
135,2
91,0
114,3
129,4
130,6
180,9
254,1
141,0
117,7
73,8
111,6
131,5
82,3
135,6
120,8
119,8
116,5
137,8
130,4
94,6
60,9
76,7
96,5
81,8
80,0
91,0
76,4
60,6
35,2
62,4
75,9
40,1
88,1
86,8
99,2
65,9
92,8
75,3
242,9
224,2
193,3
183,9
135,8
147,0
199,9
130,4
280,5
149,2
267,0
302,3
135,0
102,3
107,5
177,3
114,5
158,5
101,1
92,2
113,6
81,0
Lampiran 6.4
PREVALENSI TB PARU BERDASARKAN DIAGNOSIS DAN GEJALA TB PARU
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Gejala TB paru (%)
No
Provinsi
Diagnosis TB
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0,3
0,2
0,2
0,1
0,2
0,2
0,2
0,1
0,3
0,2
0,6
0,7
0,4
0,3
0,2
0,4
0,1
0,3
0,3
0,2
0,3
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,5
0,3
0,3
0,2
0,4
0,6
0,4
4,2
3,8
3,2
1,8
2,7
3,2
3,2
2,5
3,8
2,3
4,2
3,3
3,8
4,9
5,0
2,7
4,0
4,4
8,8
2,8
3,2
4,4
2,5
4,1
4,9
6,6
4,3
4,6
4,6
3,4
4,7
3,5
5,1
3,9
3,5
2,7
3,0
2,5
2,7
2,8
1,8
2,2
2,2
2,5
1,9
2,8
3,0
0,9
2,4
3,2
2,5
3,8
4,0
3,0
2,8
3,1
1,6
3,7
3,7
3,3
4,4
4,8
3,1
3,8
4,3
2,7
4,5
2,8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Batuk 2 minggu
Batuk darah
Lampiran 6.5
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP
DAN ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sembuh
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah
(3)
(4)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014
Keterangan: *kohort tahun 2012
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
2.712
18.095
4.618
3.066
2.938
5.272
1.498
6.166
1.062
1.219
8.878
34.194
20.266
1.220
25.461
8.707
1.430
3.834
4.134
2.847
1.382
3.378
2.618
4.942
2.856
9.394
3.672
1.645
1.381
2.260
1.028
589
2.091
194.853
2.381
16.474
3.819
2.180
2.491
4.518
1.290
5.381
907
627
5.919
28.825
16.440
957
21.771
7.347
1.073
3.096
3.553
2.630
911
3.017
1.978
4.389
2.427
7.880
3.157
1.344
1.128
1.542
429
292
1.192
161.365
Pengobatan Lengkap
Keberhasilan Pengobatan
Jumlah
Jumlah
(5)
(6)
(7)
(8)
87,8
91,0
82,7
71,1
84,8
85,7
86,1
87,3
85,4
51,4
66,7
84,3
81,1
78,4
85,5
84,4
75,0
80,8
85,9
92,4
65,9
89,3
75,6
88,8
85,0
83,9
86,0
81,7
81,7
68,2
41,7
49,6
57,0
82,8
119
635
296
320
159
469
136
361
19
271
1.281
2.628
1.373
67
1.493
922
169
406
268
54
311
141
219
245
243
388
317
222
100
427
381
120
404
14.964
4,4
3,5
6,4
10,4
5,4
8,9
9,1
5,9
1,8
22,2
14,4
7,7
6,8
5,5
5,9
10,6
11,8
10,6
6,5
1,9
22,5
4,2
8,4
5,0
8,5
4,1
8,6
13,5
7,2
18,9
37,1
20,4
19,3
7,7
2.500
17.109
4.115
2.500
2.650
4.987
1.426
5.742
926
898
7.200
31.453
17.813
1.024
23.264
8.269
1.242
3.502
3.821
2.684
1.222
3.158
2.197
4.634
2.670
8.268
3.474
1.566
1.228
1.969
810
412
1.596
176.329
92,2
94,6
89,1
81,5
90,2
94,6
95,2
93,1
87,2
73,7
81,1
92,0
87,9
83,9
91,4
95,0
86,9
91,3
92,4
94,3
88,4
93,5
83,9
93,8
93,5
88,0
94,6
95,2
88,9
87,1
78,8
69,9
76,3
90,5
Lampiran 6.6
JUMLAH KASUS BARU AIDS DAN KASUS KUMULATIF AIDS
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jumlah Kasus
Kumulatif
2012
2013
1987-2013
(3)
(4)
(5)
(6)
32
30
130
118
47
41
18
11
34
31
1.332
480
546
34
1.261
188
567
81
41
160
20
65
91
133
21
212
66
8
3
42
76
1.367
7.286
27
260
120
130
62
62
6
137
28
99
1.187
184
798
243
1.276
208
650
123
44
89
7
80
34
144
43
213
56
14
3
117
38
17
2.111
8.610
47
150
163
79
5
94
59
7
640
33
524
134
1.038
188
641
77
76
11
72
146
81
250
51
14
3
125
42
9
849
5.608
165
1.301
952
992
437
322
160
423
303
382
7.477
4.131
3.339
916
8.725
1.042
3.985
456
496
1.699
97
334
332
798
190
1.703
212
68
6
437
165
187
10.116
52.348
Lampiran 6.7
JUMLAH KASUS BARU INFEKSI HIV
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
2012
2013
(3)
(4)
(5)
31
1.251
132
439
105
265
33
295
103
674
4.012
1.429
1.057
310
2.715
433
1.557
132
352
499
68
83
429
222
37
611
49
11
5
440
46
356
2.850
21.031
26
1.337
133
314
203
230
40
335
132
792
3.926
1.416
1.110
272
2.912
395
1.737
110
242
465
46
88
392
212
86
524
71
8
7
295
92
535
3.028
21.511
46
1.603
222
412
208
262
79
189
97
926
5.865
3.041
2.322
489
3.391
502
1.690
170
259
525
57
174
467
264
147
792
100
26
0
236
54
448
3.974
29.037
Lampiran 6.8
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
(3)
(4)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
47
150
163
79
5
94
59
7
640
33
524
134
1.038
188
641
77
76
11
72
146
81
250
51
14
3
125
42
9
849
5.608
3
0
15
14
19
0
0
13
3
0
171
2
8
2
74
55
4
0
0
0
0
1
0
5
4
77
0
0
0
0
5
0
0
475
Jumlah
Persentase
Persentase Kasus
Jumlah
Kasus Kumulatif AIDS Kasus Kumulatif AIDS
Baru AIDS pada IDU Kasus Kumulatif AIDS
pada IDU
pada IDU
(5)
(6)
6,4
10,0
8,6
24,1
0,0
13,8
5,1
0,0
26,7
6,1
1,5
1,5
7,1
29,3
0,6
0,0
0,0
0,0
1,4
3,4
4,9
30,8
0,0
0,0
0,0
0,0
11,9
0,0
0,0
8,5
165
1.301
952
992
437
322
160
423
303
382
7.477
4.131
3.339
916
8.725
1.042
3.985
456
496
1.699
97
334
332
798
190
1.703
212
68
6
437
165
187
10.116
52.348
(7)
32
382
342
163
213
107
70
179
56
28
171
2.493
283
193
1.547
441
421
32
7
283
11
37
39
68
13
652
6
8
1
80
38
5
6
8.407
(8)
19,4
29,4
35,9
16,4
48,7
33,2
43,8
42,3
18,5
7,3
2,3
60,3
8,5
21,1
17,7
42,3
10,6
7,0
1,4
16,7
11,3
11,1
11,7
8,5
6,8
38,3
2,8
11,8
16,7
18,3
23,0
2,7
0,1
16,1
Lampiran 6.9
JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
Provinsi
Jumlah
Layanan
Jumlah Klien
Berkunjung
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
7
2.447
1.941
Sumatera Utara
47
35.329
35.104
Sumatera Barat
17
6.418
6.434
Riau
22
23.763
23.587
Jambi
9
2.751
2.751
Sumatera Selatan
20
23.358
23.441
Bengkulu
7
3.987
4.070
Lampung
10
4.317
4.273
Kepulauan Bangka Belitung
4
1.288
1.288
Kepulauan Riau
11
32.674
28.417
DKI Jakarta
68
97.471
73.095
Jawa Barat
275
115.701
127.915
Jawa Tengah
109
41.925
45.698
DI Yogyakarta
19
4.471
6.588
Jawa Timur
77
44.920
55.626
Banten
35
8.332
9.032
Bali
36
23.221
20.818
Nusa Tenggara Barat
13
11.983
12.781
Nusa Tenggara Timur
14
5.857
5.858
Kalimantan Barat
21
16.404
18.005
Kalimantan Tengah
5
1.202
1.193
Kalimantan Selatan
8
2.719
2.613
Kalimantan Timur
26
18.282
17.951
Sulawesi Utara
12
14.187
13.623
Sulawesi Tengah
7
2.359
2.359
Sulawesi Selatan
19
24.335
24.067
Sulawesi Tenggara
3
6.127
6.324
Gorontalo
1
1.518
1.525
Sulawesi Barat
2
0
0
Maluku
7
2.063
2.055
Maluku Utara
3
746
746
Papua Barat
15
9.534
12.806
Papua
61
91.246
76.217
Indonesia
990
680.935
668.201
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2014
Jumlah Klien
Menjalani Tes HIV
Jumlah Klien
Positif HIV
% Klien Positif
HIV
(6)
(7)
(8)
(9)
1.926
35.154
6.166
23.747
2.750
23.399
4.070
4.266
1.287
27.711
72.204
127.631
45.788
6.606
55.671
9.050
20.918
12.654
5.819
17.905
1.192
2.614
18.209
13.591
2.334
24.075
6.325
1.532
0
2.059
746
12.469
75.041
664.909
1.894
35.118
6.339
23.745
2.750
23.384
4.062
4.257
1.287
27.693
73.272
125.954
45.424
6.469
55.445
8.962
20.613
12.632
5.908
17.905
1.141
2.665
18.206
13.999
2.334
23.874
6.325
1.529
0
2.043
745
12.449
73.973
662.396
46
1.603
222
412
208
262
79
189
97
926
5.865
3.041
2.322
489
3.391
502
1.690
170
259
525
57
174
467
264
147
792
100
26
0
236
54
448
3.974
29.037
2,4
4,6
3,6
1,7
7,6
1,1
1,9
4,4
7,5
3,3
8,1
2,4
5,1
7,4
6,1
5,5
8,1
1,3
4,5
2,9
4,8
6,7
2,6
1,9
6,3
3,3
1,6
1,7
11,5
7,2
3,6
5,3
4,4
Lampiran 6.10
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA
MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Target
Penemuan
Pneumonia
Balita
(3)
47.258
135.914
49.377
58.136
31.916
76.084
18.159
123.223
13.374
18.580
97.620
438.440
322.978
383.188
111.438
39.694
46.066
46.849
42.771
7.830
36.988
22.640
27.415
83.290
23.252
11.167
11.638
11.071
-
2.336.354
624
6.566
2.546
12.377
1.225
13.995
341
3.140
1.963
581
6.827
58.433
18.457
23.535
10.658
1.088
9.216
638
970
28
3.867
179
3.522
2.223
1.300
1.702
463
107
186.571
Pneumonia Berat
Jumlah
1-4 Tahun
< 1 Tahun
1-4 Tahun
< 1 Tahun
(5)
(6)
(7)
(8)
1.602
8.752
8.382
7.256
4.117
27.488
830
5.972
4.586
1.288
14.283
99.444
34.868
53.623
20.559
2.448
15.152
812
2.121
107
9.208
386
6.954
5.130
3.229
2.499
835
249
342.180
67
89
167
9.946
48
826
30
192
186
176
2.331
3.690
1.303
1.014
417
25
793
143
35
3
156
6
171
122
12
65
18
2
22.033
88
183
231
10.121
70
529
45
216
281
160
1.000
3.272
1.304
1.191
454
35
741
27
51
70
231
3
158
211
41
28
18
4
20.763
691
6.655
2.713
22.323
1.273
14.821
371
3.332
2.149
757
9.158
62.123
19.760
24.549
11.075
1.113
10.009
781
1.005
31
4.023
185
3.693
2.345
1.312
1.767
481
109
208.604
1-4 Tahun
(9)
1.690
8.935
8.613
17.377
4.187
28.017
875
6.188
4.867
1.448
15.283
102.716
36.172
54.814
21.013
2.483
15.893
839
2.172
177
9.439
389
7.112
5.341
3.270
2.527
853
253
362.943
Jumlah
(10)
(11)
2.381
15.590
11.326
39.700
5.460
42.838
1.246
9.520
7.016
2.205
24.441
164.839
55.932
79.363
32.088
3.596
25.902
1.620
3.177
208
13.462
574
10.805
7.686
4.582
4.294
1.334
362
571.547
5,04
11,47
22,94
68,29
17,11
56,30
6,86
7,73
52,46
12
25,04
37,60
17,32
20,71
28,79
9,06
56,23
3,46
7,43
2,66
36,40
3
39,41
9,23
20
38,45
11,46
3,27
24,46
Lampiran 6.11
CASE FATALITY RATE PNEUMONIA PADA BALITA
MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Penderita Pneumonia
CFR (%)
< 1 Tahun
1-4 Tahun
Jumlah
< 1 Tahun
1-4 Tahun
Jumlah
< 1 Tahun
1-4 Tahun
0-4 Tahun
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
691
6.655
2.713
22.323
1.273
14.821
371
3.332
2.149
757
9.158
62.123
19.760
24.549
11.075
1.113
10.009
781
1.005
31
4.023
185
3.693
2.345
1.312
1.767
481
109
208.604
1.690
8.935
8.613
17.377
4.187
28.017
875
6.188
4.867
1.448
15.283
102.716
36.172
54.814
21.013
2.483
15.893
839
2.172
177
9.439
389
7.112
5.341
3.270
2.527
853
253
362.943
2.381
15.590
11.326
39.700
5.460
42.838
1.246
9.520
7.016
2.205
24.441
164.839
55.932
79.363
32.088
3.596
25.902
1.620
3.177
208
13.462
574
10.805
7.686
4.582
4.294
1.334
362
571.547
0
2
29
0
0
1
114
0
5
0
0
5.799
36
6
0
0
20
6
1
0
0
0
2
5
10
2
0
0
6.038
0
0
13
0
0
1
306
0
0
2
0
360
31
2
0
0
8
2
0
0
0
0
2
4
3
1
1
0
736
0
2
42
0
0
2
420
0
5
2
0
6.159
67
8
0
0
28
8
1
0
0
0
4
9
13
3
1
0
6.774
0,00
0,03
1,07
0,00
0,00
0,01
30,73
0,00
0,23
0,00
0,00
9,33
0,18
0,02
0,00
0,00
0,20
0,77
0,10
0,00
0,00
0,00
0,05
0,21
0,76
0,11
0,00
0,00
2,89
0,00
0,00
0,15
0,00
0,00
0,00
34,97
0,00
0,00
0,14
0,00
0,35
0,09
0,00
0,00
0,00
0,05
0,24
0,00
0,00
0,00
0,00
0,03
0,07
0,09
0,04
0,12
0,00
0,20
0,00
0,01
0,37
0,00
0,00
0,00
33,71
0,00
0,07
0,09
0,00
3,74
0,12
0,01
0,00
0,00
0,11
0,49
0,03
0,00
0,00
0,00
0,04
0,12
0,28
0,07
0,07
0,00
1,19
Lampiran 6.12
PERIOD PREVALENCE ISPA, PNEUMONIA, PNEUMONIA BALITA, DAN PREVALENSI PNEUMONIA
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
20,1
10,9
16,1
10,9
9,8
11,3
13,0
12,0
9,2
8,9
12,5
13,2
15,7
11,3
15,6
16,4
12,2
13,2
19,2
11,1
14,3
10,6
14,8
13,3
8,9
11,9
13,4
9,5
9,3
13,3
6,9
18,9
17,2
13,8
(4)
(5)
30,0
19,9
25,7
17,1
17,0
20,2
20,8
17,8
23,4
19,6
25,2
24,8
26,6
23,3
28,3
25,8
22,6
28,9
41,7
18,2
25,0
26,7
22,7
24,7
23,6
24,9
22,2
23,2
20,9
24,9
17,7
25,9
33,1
25,0
0,4
0,1
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,3
0,1
0,2
0,1
0,2
0,3
0,2
0,2
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,5
0,2
Diagnosis/
Gejala
(6)
2,6
1,3
1,2
0,9
0,9
0,9
0,8
0,6
2,4
1,4
2,4
1,9
1,9
1,7
1,7
1,5
1,5
2,2
4,6
1,1
2,0
2,4
1,0
2,3
3,5
2,8
2,2
1,7
3,1
2,3
2,0
1,3
2,6
1,8
Keterangan: Periode prevalence ISPA/Pneumonia/Pneumonia Balita : dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir sebelum wawancara
Prevalensi Pneumonia : dihitung dalam kurun waktu > 1 bulan - 12 bulan terakhir sebelum wawancara
Prevalensi pneumonia
(%)
Diagnosis/
Diagnosis
Gejala
(7)
1,8
1,1
1,4
1,0
1,7
0,9
1,3
1,2
0,9
1,3
1,8
2,0
2,0
1,2
1,3
1,6
0,8
1,5
1,4
1,1
1,4
1,1
1,2
1,9
1,5
1,7
1,5
1,2
1,0
1,4
0,8
2,0
2,9
1,6
(8)
5,4
3,2
3,1
2,1
3,1
2,4
2,7
2,3
4,3
3,2
5,9
4,9
5,0
4,6
4,2
3,8
3,1
5,1
10,3
2,7
4,4
4,8
3,0
5,7
7,2
6,8
5,2
4,1
6,1
4,9
4,5
4,2
8,2
4,5
6,1
1,0
3,4
1,7
0,0
0,8
0,0
0,0
4,1
0,0
2,9
3,5
2,8
3,2
2,0
2,2
1,6
4,1
2,0
2,1
5,8
0,7
2,0
4,3
0,9
1,0
3,2
2,7
0,0
1,5
0,0
2,8
4,2
2,4
(10)
35,6
12,4
10,2
8,3
9,8
10,8
8,8
7,7
34,8
22,0
19,6
18,5
19,0
27,8
15,8
19,3
8,6
20,3
38,5
15,5
32,7
25,0
6,6
23,2
29,9
30,3
29,0
10,7
34,8
27,9
18,7
14,1
21,2
18,5
Lampiran 6.13
INSIDEN DIARE, INSIDEN DIARE PADA BALITA SERTA PERIOD PREVALENCE DIARE
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Insiden Diare
(%)
Diagnosis
Gejala
Diagnosis
Gejala
Diagnosis
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
4,1
2,1
2,3
1,6
1,4
1,3
1,6
1,3
1,2
1,1
2,5
2,5
2,3
1,7
2,3
2,4
1,9
2,6
2,6
1,3
1,8
1,7
1,5
1,8
2,2
2,8
2,0
2,1
2,5
1,8
0,9
1,7
4,1
5,0
3,3
3,1
2,3
1,9
2,0
2,0
1,6
1,9
1,7
4,3
3,9
3,3
3,1
3,8
3,5
2,8
4,1
4,3
1,9
2,6
3,3
2,4
3,0
4,4
5,2
3,4
3,6
4,7
2,9
1,8
2,2
6,3
9,0
4,9
5,6
4,1
3,5
3,9
5,3
3,5
3,5
3,0
6,7
6,1
5,4
3,9
5,1
6,3
4,0
5,3
4,6
3,5
4,4
3,9
2,6
2,9
3,8
5,3
3,9
4,5
4,5
4,6
2,5
5,1
6,8
10,2
6,7
7,1
5,2
4,1
4,8
6,3
3,9
3,9
3,7
8,9
7,9
6,5
5,0
6,6
8,0
5,0
6,6
6,7
4,4
5,5
5,6
3,3
4,2
6,8
8,1
5,9
5,9
7,2
6,6
4,6
5,6
9,6
7,4
4,3
4,8
3,5
3,5
2,9
3,8
2,9
2,1
2,3
5,0
4,9
4,7
3,8
4,7
4,3
3,6
5,3
6,3
2,8
3,7
3,2
3,4
4,1
4,5
5,6
4,1
4,3
5,3
3,7
2,6
3,9
8,7
9,3
6,7
6,6
5,4
4,8
4,5
5,2
3,7
3,4
3,5
8,6
7,5
6,7
6,6
7,4
6,4
5,5
8,5
10,9
3,9
5,4
6,3
5,3
6,6
8,8
10,2
7,3
7,1
10,1
6,0
4,7
5,2
14,7
2,2
3,5
Period Prevalence Diare : dihitung dalam kurun waktu > 2 minggu - 1 bulan terakhir sebelum wawancara
5,2
6,7
4,5
Gejala
7,0
Lampiran 6.14
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Bengkulu
5
6
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Jambi
Sumatera Selatan
Lampung
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
2011
2012
2013
Penderita
Meninggal
CFR (%)
Penderita
Meninggal
CFR (%)
Penderita
Meninggal
CFR (%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
40
0
0
163
2
2
5,00
0
0
33
1.426
0
229
153
0
32
268
0
0
50
0
179
0
0
0
170
0
0
0
0
1.426
0
0
0
4.169
1
1
-
2
12
46,15
1,22
2,55
1,23
13
245
274
0
6
3
7
-
292
17
5,88
28
3,57
74
0,00
-
0,14
0,44
0
0
0
2,74
-
0
17
0
0
2
-
11,76
-
0
0
0
1
2
1
1
-
2,33
1,16
1,33
0
43
173
75
81
84
22
0
12
0
0
0
294
0
59
0
0
0
0
0
0,37
1,18
0,14
0,29
0
0
0
97
0
52
0
0
0
40
0
60
1.654
3
34
1,19
1,03
5,00
2,06
0
0
0
167
81
0
0
0
0
0
0
0
646
2,40
1,08
Lampiran 6.15
PENEMUAN KASUS DIARE DITANGANI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Perkiraan Diare
di Fasilitas Kesehatan
Diare Ditangani
% Diare Ditangani
(2)
(3)
(4)
(5)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
102.593
325.228
107.756
111.955
60.121
156.679
39.710
163.136
28.671
41.464
189.880
922.558
689.820
74.807
770.184
201.156
83.277
97.627
98.958
96.492
49.837
82.188
84.911
50.390
59.645
164.129
46.810
22.316
24.007
20.989
22.567
18.120
70.849
5.078.830
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2014
97.901
134.448
112.986
118.286
14.613
188.028
9.531
27.816
223.709
1.170.420
293.883
672.700
247.714
35.303
189.778
23.561
52.126
7.789
17.931
177.836
10.331
27.427
43.435
5.441
3.902.993
95,43
41,34
104,85
105,65
24,31
120,01
24,00
97,02
117,82
126,87
42,60
87,34
123,15
42,39
194,39
23,81
54,02
15,63
35,58
108,35
22,07
122,90
180,93
24,11
87,46
Lampiran 6.16
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013
Penduduk
No
Provinsi
Laki-laki
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
(3)
2.336.235
6.686.105
2.496.318
3.163.482
1.701.091
3.998.335
918.667
4.055.310
694.047
993.305
5.069.248
23.136.432
16.239.620
1.758.098
18.893.068
5.893.367
2.085.318
2.255.609
2.468.008
2.303.134
1.213.109
1.943.008
2.088.597
1.201.332
1.427.328
4.054.974
1.189.631
555.584
626.895
839.425
569.204
446.542
1.758.058
125.058.484
Perempuan
(4)
2.335.639
6.705.126
2.538.993
2.980.192
1.628.796
3.859.102
881.001
3.825.459
645.727
944.272
4.932.695
22.336.398
16.444.959
1.801.982
19.375.757
5.629.651
2.054.372
2.396.039
2.503.794
2.205.834
1.115.714
1.897.539
1.879.196
1.153.336
1.359.836
4.250.180
1.180.918
554.710
625.176
823.540
545.713
400.169
1.552.657
123.364.472
Klasifikasi
Jenis Kelamin
Laki-laki +
Perempuan
PB
MB
PB + MB
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki +
Perempuan
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
404
144
66
75
73
174
28
118
26
33
263
1.957
1.521
50
3.602
607
81
255
86
20
27
151
143
327
255
1.035
223
195
128
328
425
434
808
575
175
90
81
90
196
35
133
30
41
283
2.180
1.765
57
4.132
702
88
347
159
26
37
161
157
361
324
1.172
243
214
174
397
518
733
1.180
337
109
65
60
61
119
26
92
23
32
203
1.463
1.172
43
2.519
424
71
196
133
23
34
130
122
228
225
769
167
139
110
215
327
489
709
4.671.874
13.391.231
5.035.311
6.143.674
3.329.887
7.857.437
1.799.668
7.880.769
1.339.774
1.937.577
10.001.943
45.472.830
32.684.579
3.560.080
38.268.825
11.523.018
4.139.690
4.651.648
4.971.802
4.508.968
2.328.823
3.840.547
3.967.793
2.354.668
2.787.164
8.305.154
2.370.549
1.110.294
1.252.071
1.662.965
1.114.917
846.711
3.310.715
248.422.956
171
31
24
6
17
22
7
15
4
8
20
223
244
7
530
95
7
92
73
6
10
10
14
34
69
137
20
19
46
69
93
299
372
2.794
14.062
16.856
10.835
238
66
25
21
29
77
9
41
7
9
80
717
593
14
1.613
278
17
151
26
3
3
31
35
133
99
403
76
75
64
182
191
244
471
6.021
575
175
90
81
90
196
35
133
30
41
283
2.180
1.765
57
4.132
702
88
347
159
26
37
161
157
361
324
1.172
243
214
174
397
518
733
1.180
16.856
14,42
1,63
2,60
1,90
3,59
2,98
2,83
2,27
3,31
3,22
4,00
6,32
7,22
2,45
13,33
7,19
3,40
8,69
5,39
1,00
2,80
6,69
5,84
18,98
15,76
18,96
14,04
25,02
17,55
25,61
57,45
109,51
40,33
8,66
(13)
10,19
0,98
0,98
0,70
1,78
2,00
1,02
1,07
1,08
0,95
1,62
3,21
3,61
0,78
8,32
4,94
0,83
6,30
1,04
0,14
0,27
1,63
1,86
11,53
7,28
9,48
6,44
13,52
10,24
22,10
35,00
60,97
30,34
4,88
(14)
12,31
1,31
1,79
1,32
2,70
2,49
1,94
1,69
2,24
2,12
2,83
4,79
5,40
1,60
10,80
6,09
2,13
7,46
3,20
0,58
1,59
4,19
3,96
15,33
11,62
14,11
10,25
19,27
13,90
23,87
46,46
86,57
35,64
6,79
Lampiran 6.17
PROPORSI KECACATAN KUSTA TINGKAT 2 DAN KASUS KUSTA PADA ANAK 0-14 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Cacat Tingkat 2
0 - 14 Tahun
No
Provinsi
Jumlah
Penderita Baru
Jumlah
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
575
175
90
81
90
196
35
133
30
41
283
2.180
1.765
57
4.132
702
88
347
159
26
37
161
157
361
324
1.172
243
214
174
397
518
733
1.180
16.856
87
23
17
1
9
65
11
8
4
2
27
263
197
0
521
64
2
23
9
0
1
21
7
35
23
110
15
16
4
13
12
15
89
1.694
15,13
13,14
18,89
1,23
10,00
33,16
31,43
6,02
13,33
4,88
9,54
12,06
11,16
0,00
12,61
9,12
2,27
6,63
5,66
0,00
2,70
13,04
4,46
9,70
7,10
9,39
6,17
7,48
2,30
3,27
2,32
2,05
7,54
10,05
82
50
12
5
4
7
0
5
5
2
26
191
111
2
362
110
4
62
69
2
3
9
12
35
42
70
22
22
28
54
79
221
294
2.002
14,26
28,57
13,33
6,17
4,44
3,57
0,00
3,76
16,67
4,88
9,19
8,76
6,29
3,51
8,76
15,67
4,55
17,87
43,40
7,69
8,11
5,59
7,64
9,70
12,96
5,97
9,05
10,28
16,09
13,60
15,25
30,15
24,92
11,88
Lampiran 6.18
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Tidak Diimunisasi
Tidak Diketahui
Dokter
Bidan/Perawat
Tradisional
Tidak Diketahui
Alkohol/Iodium
Tradisional
Lain-lain
Tidak Diketahui
Gunting
Bambu
Lain-lain
Tidak Diketahui
Ya
Tidak
Tidak Diketahui
TT1
0,0
0,0
50,0
50,0
80,0
66,7
50,0
47,4
70,8
100,0
30,0
100,0
50,0
0,0
53,8
TT2+
(5)
0
0
1
1
4
2
1
9
17
2
3
1
1
0
42
Dirawat di RS
Tidak Diketahui
(4)
4
1
0
0
2
2
0
5
0
0
0
3
2
0
19
24
0
0
2
10
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
1
78
Tanpa pemeriksaan
(3)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Tradisional
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Penolong Persalinan
Bidan/Perawat
Meninggal
(1)
No
Status Imunisasi
Dokter
Provinsi
Total
Faktor Risiko
Pemeriksaan Kehamilan
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
4
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
2
2
0
17
15
0
0
2
7
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
55
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
1
2
0
2
0
0
0
0
0
0
2
9
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
2
0
3
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
3
3
0
0
0
2
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
11
2
0
0
0
2
2
0
2
0
0
0
1
0
0
13
20
0
0
1
7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
51
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
2
0
2
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
18
0
0
0
0
0
2
0
3
0
0
0
2
0
0
15
20
0
0
2
10
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
56
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
16
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
1
6
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
23
1
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
1
1
0
17
1
0
0
0
4
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
30
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
4
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
3
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
3
2
0
14
19
0
0
1
6
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
55
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
3
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
0
1
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
1
0
0
2
2
0
2
0
0
0
3
2
0
17
24
0
0
2
9
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
1
70
2
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lampiran 6.19
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
Jumlah Penduduk
Kasus
Incidens Rate
(per 100.000 Penduduk)
Meninggal
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
4.671.874
13.391.231
5.035.311
6.143.674
3.329.887
7.857.437
1.799.668
7.880.769
1.339.774
1.937.577
10.001.943
45.472.830
32.684.579
3.560.080
38.268.825
11.523.018
4.139.690
4.651.648
4.778.348
4.433.728
2.250.539
3.840.547
3.967.793
2.354.668
2.787.164
8.305.154
2.370.549
1.110.294
1.252.071
1.662.965
1.114.917
846.711
3.310.715
248.075.978
908
74
543
185
348
299
134
464
34
461
1.362
671
603
641
1.134
1.910
67
5
1
249
59
63
340
38
189
450
40
13
14
28
144
6
44
11.521
19,44
0,55
10,78
3,01
10,45
3,81
7,45
5,89
2,54
23,79
13,62
1,48
1,84
18,01
2,96
16,58
1,62
0,11
0,02
5,62
2,62
1,64
8,57
1,61
6,78
5,42
1,69
1,17
1,12
1,68
12,92
0,71
1,33
4,64
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
Lampiran 6.20
JUMLAH KASUS CAMPAK DAN KASUS CAMPAK YANG DIVAKSINASI
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2013
Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (Tahun)
No
Provinsi
(1)
(2)
<1 Tahun
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Total
Divaksinasi
Total
Divaksinasi
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
313
80
251
63
160
33
97
10
908
194
21,37
45
18
62
26
33
16
28
11
185
73
39,46
Jambi
Bengkulu
14
27
Lampung
124
58
Banten
Bali
Kalimantan Timur
20
3
1
Sulawesi Utara
32
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
14
11
5
1.120
16
1
23
Kalimantan Selatan
38
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
20
45
96
20
20
305
16
Jawa Timur
76
78
DI Yogyakarta
141
186
231
Jawa Tengah
152
21
32
DKI Jakarta
30
35
8
Kepulauan Riau
38
39
Sumatera Selatan
Indonesia
(15)
Divaksinasi
(7)
Sumatera Barat
Papua
(14)
Total
(6)
Sumatera Utara
Papua Barat
(13)
Divaksinasi
(5)
17
Proporsi
Divaksinasi
terhadap Kasus
Total
Riau
Total
Divaksinasi
(4)
4
6
Total Kasus
Divaksinasi
87
15 Tahun
10-14 Tahun
(3)
Aceh
5-9 Tahun
Total
1
2
1-4 Tahun
4
0
7
0
0
0
76
14
82
18
86
91
62
20
68
9
10
10
104
206
23
6
8
51
40
41
11
12
1
62
41
88
8
168
98
41
93
163
78
288
271
112
115
4
1
313
273
43
7
18
80
226
146
68
91
44
133
58
54
4
232
171
134
12
19
6
51
7
21
1
391
194
170
293
2
0
7
3.167
1.454
3.103
14
0
83
4
1
1
60
5
1
2
12
1.438
1.648
8
0
3
0
52
0
0
7
0
0
788
543
461
348
134
299
34
464
1.362
84
603
34
28
8
1.910
671
641
1.134
21
13
63
94
29
9
6
4
10
0
1
2
3
4
0
2.483
249
59
49
298
256
219
106
245
21
310
0
562
225
408
23
748
73
17
35
26
340
178
189
51
40
46
15
19
36
14
44
100
18
2
21
38
13
1
31
74
131
323
42
106
158
167
128
10
22
8
59
79
16
73
12
107
20
87
60
22
35
29
54
40
28
86
16
11
35
45
57
54
13
66
37
56
113
14
61
55
42
12
88
73
17
63
114
75
101
225
105
1
36
144
144
2
104
536
9
0
17
209
72
803
186
24
0
0
0
0
0
0
0
626
38
13
10
7
450
271
67
46
14
5
1
24
2
0
28
11
144
44
11.521
40
20
4.532
66,22
54,88
55,53
62,93
79,10
81,94
61,76
66,81
0,00
29,42
33,53
67,66
3,59
65,96
29,32
28,81
55,56
52,35
26,32
53,85
26,98
60,22
42,86
60,00
68,66
40,00
0,00
39,29
27,78
45,45
66,67
39,34
Lampiran 6.21
FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Laporan KLB
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Total KLB
Total Kasus
Meninggal
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
2
0
9
0
5
7
2
8
1
0
0
18
9
1
0
36
0
0
0
5
0
8
0
0
5
1
6
1
0
2
1
0
1
128
1
0
8
0
4
7
2
8
0
0
0
11
9
0
0
27
0
0
0
3
0
8
0
0
5
1
3
1
0
2
1
0
1
102
1
0
7
0
4
6
2
8
0
0
0
11
9
0
0
25
0
0
0
3
0
8
0
0
5
0
3
1
0
1
1
0
1
96
35
0
98
0
46
93
33
309
6
0
0
205
164
20
0
247
0
0
0
57
0
100
0
0
48
20
52
5
0
62
26
0
51
1.677
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
3
0
2
2
1
4
0
0
0
0
6
0
0
10
0
0
0
0
0
8
0
0
0
0
3
1
0
0
0
0
0
40
Lampiran 6.22
KLB CAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Konfirmasi Laboratorium
No
Provinsi
Total Darah
(Serum) Sampel
(1)
(2)
(3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
9
0
45
0
28
10
35
53
6
0
0
83
45
4
0
172
0
0
0
20
0
40
0
0
26
5
23
5
0
13
5
0
7
634
Campak
Gabungan
Rubella
Negatif
Pending Lab.
Tanpa Spesimen
Frekuensi
Kasus
Frekuensi
Kasus
Frekuensi
Kasus
Frekuensi
Kasus
Frekuensi
Kasus
Frekuensi
Kasus
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
0
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
6
5
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
19
0
0
0
0
66
55
20
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
10
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
27
0
66
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
6
0
4
1
4
2
0
0
0
10
0
0
0
32
0
0
0
1
0
0
0
0
2
0
3
0
0
2
1
0
1
71
35
0
72
0
40
19
63
14
0
0
0
130
0
0
0
226
0
0
0
3
0
0
0
0
27
0
35
0
0
62
26
0
51
803
0
0
1
0
1
1
1
5
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
2
0
3
0
0
2
1
1
0
0
0
0
0
0
24
0
0
12
0
6
14
11
45
0
0
0
9
109
0
0
0
0
0
0
27
0
34
0
0
16
20
7
0
0
0
0
0
0
310
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
0
250
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
269
20
191
104
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lampiran 6.23
JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI
TAHUN 2013
5-9
Provinsi
(1)
(2)
<1 Tahun
1-4 Tahun
5-9 Tahun
10-14 Tahun
15 Tahun
Kasus
Divaksinasi
Kasus
Divaksinasi
Kasus
Divaksinasi
Kasus
Divaksinasi
Kasus
Divaksinasi
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Total Kasus
Total
Divaksinasi
Proporsi
Divaksinasi
Terhadap Total
Kasus
Total
Meninggal
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
Aceh
33,33
Sumatera Barat
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
0
0
9
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
1
0
2
1
1
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
3
0
0
0
2
0
1
0
0
1
0
0
3
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
6
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
2
2
0
0
0
0
0
1
4
2
1
0
0
0
3
13
0
0
0
0
0
0
0
1
0
3
1
0
4
9
9
2
0
0
53,85
100,00
0,00
66,67
100,00
10
50,00
137
75
54
205
27
610
353
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
6
3
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
187
0
0
4
0
0
2
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
145
1
0
9
0
6
3
1
0
3
0
0
0
0
0
0
0
214
2
0
0
1
0
3
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
150
8
0
0
9
0
1
1
0
4
4
0
0
0
0
0
0
0
112
6
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
3
0
2
8
0
15
0
0
0
0
0
0
0
68
4
0
0
0
0
0
0
252
0
0
0
20
1
0
29
15
0
3
15
19
0
0
0
0
0
0
0
34
12
0
0
0
0
0
0
778
0,00
174
7
0,00
127
2
147
5
0,00
8
0
0
0
0
0
100,00
8,33
6
0
0
0
0
0
0
0
0
406
40,00
0,00
-
52,19
0,00
20,00
0,00
0
3
0,00
0,00
7,69
100,00
20,69
4
6
33,33
24
0,00
33,33
57,87
Case
Fatality
Rate
(%)
0,00
0,00
3,93
25,00
0,00
0,00
-
10,34
20,00
0,00
0
0
0
0
0
0,00
0,00
0,00
-
0
0
39
5,01
Lampiran 6.24
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN DAN PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
(3)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
54
93
41
36
30
76
12
69
18
11
71
345
233
34
221
106
39
40
115
38
12
25
25
25
34
53
23
20
5
16
15
5
23
1.963
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2014
Spesimen adekuat
(%)
(4)
(5)
3,60
2,09
2,56
1,76
3,00
3,17
2,18
3,00
4,50
2,00
2,96
2,59
2,71
4,25
2,35
3,07
3,71
2,76
6,39
2,71
1,71
2,27
2,08
3,85
3,78
2,08
2,71
5,71
1,11
2,67
3,75
1,67
2,00
2,74
88,8
83,3
95,1
83,3
76,6
89,4
75,0
91,3
44,4
90,9
76,0
92,1
97,8
97,0
86,8
97,1
87,1
97,5
73,9
86,8
83,3
88,0
80,0
92,0
88,2
75,4
82,6
90,0
60,0
87,5
86,6
100,0
69,5
87,7
Lampiran 6.25
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Populasi
Berisiko
(3)
4.671.874
13.391.231
5.035.311
6.143.674
3.329.887
7.857.437
1.799.668
7.880.769
1.339.774
1.937.577
10.001.943
45.472.830
32.684.579
3.560.080
38.268.825
11.523.018
4.139.690
4.651.648
4.971.802
4.508.968
2.328.823
3.840.547
3.967.793
2.354.668
2.787.164
8.305.154
2.370.549
1.110.294
1.252.071
1.662.965
1.114.917
846.711
3.310.715
248.422.956
46.136
102.586
5.764
17.650
43.866
43.056
45.818
24.194
62.067
7.094
0
31.235
55.357
80
29.726
2.859
10.616
91.994
377.734
37.598
25.371
13.511
26.465
22.506
41.682
55.893
21.019
13.850
22.138
48.818
21.630
123.283
361.660
1.833.256
Pemeriksaan
Mikroskopik
Rapid Diagnostic
Test
(5)
(6)
39.912
57.109
5.150
10.192
27.540
22.361
28.046
18.685
54.914
4.439
0
31.231
55.049
80
29.554
1.342
10.616
78.263
339.479
21.744
12.121
10.477
7.690
15.215
23.815
44.473
13.470
6.982
17.234
38.127
16.054
101.447
305.169
1.447.980
5.747
25.072
400
5.632
6.171
6.168
10.703
5.323
6.052
2.161
0
4
308
0
172
89
0
13.731
13.823
14.722
12.542
4.121
10.108
8.048
12.075
10.177
7.507
6.868
13.352
4.260
3.704
10.096
41.045
260.181
Total
(7)
45.659
82.181
5.550
15.824
33.711
28.529
38.749
24.008
60.966
6.600
0
31.235
55.357
80
29.726
1.431
10.616
91.994
353.302
36.466
24.663
14.598
17.798
23.263
35.890
54.650
20.977
13.850
30.586
42.387
19.758
111.543
346.214
1.708.161
Positif
Persentase
persediaan darah
positif
(8)
(9)
2.058
17.404
1.292
1.404
3.705
3.080
7.004
2.678
1.721
958
0
212
1.157
73
7
97
0
2.666
81.386
1.047
4.660
5.508
1.862
2.605
3.140
2.109
1.472
1.204
504
13.721
5.030
32.547
141.216
343.527
4,51
21,18
23,28
8,87
10,99
10,80
18,08
11,15
2,82
14,52
0,68
2,09
91,25
0,02
6,78
0,00
2,90
23,04
2,87
18,89
37,73
10,46
11,20
8,75
3,86
7,02
8,69
1,65
32,37
25,46
29,18
40,79
20,11
Annual Parasite
Incidence (API)
per 1.000
penduduk
(10)
0,44
1,30
0,26
0,23
1,11
0,39
3,89
0,34
1,28
0,49
0,00
0,00
0,04
0,02
0,00
0,01
0,00
0,57
16,37
0,23
2,00
1,43
0,47
1,11
1,13
0,25
0,62
1,08
0,40
8,25
4,51
38,44
42,65
1,38
Lampiran 6.26
INSIDEN DAN PREVALENSI MALARIA
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Insiden Malaria
(%)
Prevalensi Malaria
(%)
Diagnosis
Diagnosis/Gejala
Diagnosis
Diagnosis/Gejala
(3)
(4)
(5)
(6)
0,3
0,3
0,3
0,1
0,5
0,2
1,5
0,2
0,9
0,1
0,0
0,1
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,5
2,6
0,4
0,4
0,1
0,2
0,7
1,3
0,2
0,2
0,2
0,4
1,2
1,1
4,5
6,1
2,4
1,4
1,4
0,6
1,3
1,0
2,3
0,7
2,6
0,8
2,0
1,6
1,5
1,4
1,8
1,4
0,8
3,0
6,8
1,4
1,5
2,8
0,9
2,7
5,1
3,1
1,9
1,9
2,8
3,8
3,2
6,7
9,8
0,3
1,9
1,6
1,2
1,1
0,8
1,9
1,3
5,7
1,3
4,4
1,5
0,3
0,5
0,6
0,5
0,5
0,4
0,4
2,5
10,3
1,6
2,2
1,1
1,4
3,7
4,0
1,0
1,2
1,1
1,3
3,9
4,7
12,2
17,5
1,4
6,1
5,2
4,3
2,5
4,7
4,0
9,3
3,4
8,7
4,2
5,8
4,7
5,1
5,3
5,2
4,3
2,7
9,0
23,3
4,6
6,4
7,3
4,3
10,0
12,5
8,1
5,6
5,6
7,5
10,7
11,3
19,4
28,6
6,0
Lampiran 6.27
ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2013
API
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
2010
2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
(6)
0,88
0,95
0,38
1,02
2,18
1,80
6,86
0,54
7,77
6,59
0,00
0,43
0,10
0,01
0,10
0,01
0,03
2,08
31,72
6,18
4,34
1,56
1,92
6,11
5,69
0,54
1,00
2,29
1,07
8,98
12,32
61,18
54,94
0,76
0,85
0,09
0,15
1,08
0,22
3,89
0,49
3,66
1,91
0,00
0,01
0,01
0,00
0,00
0,01
0,00
0,93
22,09
2,21
3,74
2,31
1,46
3,21
3,35
0,38
1,48
2,14
2,22
8,34
4,57
73,21
52,80
0,44
0,84
0,25
0,20
1,29
0,20
5,32
0,18
2,66
2,47
0,00
0,01
0,03
0,06
0,02
0,02
0,00
0,82
19,41
0,85
3,48
2,06
1,15
2,35
2,49
0,19
0,79
1,64
1,23
7,42
5,08
52,27
60,56
0,44
1,30
0,26
0,23
1,11
0,39
3,89
0,34
1,28
0,49
0,00
0,00
0,04
0,02
0,00
0,01
0,00
0,57
16,37
0,23
2,00
1,43
0,47
1,11
1,13
0,25
0,62
1,08
0,40
8,25
4,51
38,44
42,65
1,98
1,75
1,69
1,38
Lampiran 6.28
PROPORSI PENDERITA MALARIA YANG DIOBATI DENGAN PENGOBATAN SESUAI PROGRAM
DAN PENDERITA MALARIA YANG MENGOBATI SENDIRI MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Pengobatan malaria sesuai program
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Mendapatkan
obat ACT program
(3)
33,1
20,9
18,9
13,4
21,7
22,4
28,6
13,9
47,9
43,7
14,3
7,9
18,7
11,6
21,1
10,8
23,2
36,4
55,0
17,8
25,5
29,9
39,4
34,9
29,9
29,8
27,8
44,8
26,8
39,6
52,3
42,8
49,6
33,7
Mendapatkan obat
dalam 24 jam pertama
Pengobatan efektif
dengan ACT
(4)
(5)
(6)
(7)
44,1
62,9
42,2
60,0
59,4
48,0
62,7
45,1
67,1
37,9
20,1
25,3
50,1
51,6
50,4
44,3
53,7
52,3
52,9
59,7
56,2
48,4
54,2
55,5
48,9
35,8
34,8
46,2
44,0
54,6
49,6
63,4
55,2
70,4
84,8
69,4
76,4
72,2
76,6
81,9
71,4
86,4
83,6
81,6
78,6
84,8
71,0
65,1
69,0
89,2
70,6
86,8
70,6
81,6
69,7
88,1
85,2
72,4
74,1
67,1
75,3
72,2
78,1
80,5
78,0
83,6
33,3
55,7
30,2
48,8
46,1
41,5
53,6
36,5
59,2
33,6
20,1
24,0
45,2
40,3
34,1
32,4
49,1
36,1
48,3
44,9
50,5
31,2
48,4
47,2
40,4
27,9
20,4
32,2
34,5
44,6
42,0
49,6
50,0
0,7
0,8
0,7
0,2
0,4
0,6
1,1
0,4
0,9
0,7
0,5
0,4
0,3
0,4
0,4
0,2
0,3
0,8
2,7
0,7
0,6
0,9
0,4
1,7
2,8
0,8
0,6
1,0
0,8
1,9
2,3
5,1
4,1
52,9
81,1
45,5
0,6
Lampiran 6.29
JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumber
Provinsi
Jumlah Penduduk
(2)
(3)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
4.726.001
12.893.642
4.730.613
6.143.674
3.249.012
7.593.425
1.821.649
7.049.523
1.266.391
1.941.159
9.761.992
45.736.365
36.745.961
3.457.491
38.054.487
10.690.278
4.043.773
4.058.506
4.804.719
4.249.142
2.393.471
3.449.117
3.874.580
2.265.937
2.660.974
8.386.763
2.221.448
1.012.191
1.145.922
1.501.359
1.106.631
564.085
1.793.969
245.394.250
Jumlah Kasus
(4)
1.369
3.223
2.206
1.398
638
1.436
414
4.573
741
913
10.156
23.118
15.144
3.319
14.895
3.977
6.813
1.703
449
775
1.035
1.085
3.593
1.151
1.778
4.261
1.135
238
500
33
242
48
152
112.511
28,97
25,00
46,63
22,76
19,64
18,91
22,73
64,87
58,51
47,03
104,04
50,55
41,21
95,99
39,14
37,20
168,48
41,96
9,34
18,24
43,24
31,46
92,73
50,80
66,82
50,81
51,09
23,51
43,63
2,20
21,87
8,51
8,47
45,85
(6.)
13
12
16
11
18
3
0
45
20
7
20
162
182
16
156
30
5
5
10
13
7
11
29
9
11
43
10
3
0
0
4
0
0
871
0,95
0,37
0,73
0,79
2,82
0,21
0,00
0,98
2,70
0,77
0,20
0,70
1,20
0,48
1,05
0,75
0,07
0,29
2,23
1,68
0,68
1,01
0,81
0,78
0,62
1,01
0,88
1,26
0,00
0,00
1,65
0,00
0,00
0,77
Lampiran 6.30
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013
Kabupaten/kota terjangkit
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jumlah Kab/Kota
(3)
23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497
2011
2012
2013
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
22
23
17
12
9
14
10
11
7
4
6
26
35
5
38
8
9
8
6
12
11
11
14
8
10
20
5
4
3
2
4
0
0
374
95,65
69,70
89,47
100,00
81,82
93,33
100,00
78,57
100,00
57,14
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
80,00
28,57
85,71
78,57
84,62
100,00
53,33
90,91
83,33
41,67
66,67
60,00
18,18
44,44
0,00
0,00
75,25
22
25
18
12
9
14
10
11
7
5
6
26
35
5
38
8
9
9
11
14
13
13
14
12
11
23
7
6
4
6
5
3
6
417
95,65
75,76
94,74
100,00
81,82
93,33
100,00
78,57
100,00
71,43
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
90,00
52,38
100,00
92,86
100,00
100,00
80,00
100,00
95,83
58,33
100,00
80,00
54,55
55,56
27,27
20,69
83,90
20
26
17
12
11
13
10
14
7
4
6
26
35
5
38
8
9
9
7
12
12
13
14
14
11
22
8
6
5
4
7
6
1
412
86,96
78,79
89,47
100,00
100,00
86,67
100,00
100,00
100,00
57,14
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
90,00
33,33
85,71
85,71
100,00
100,00
93,33
100,00
91,67
66,67
100,00
100,00
36,36
77,78
54,55
3,45
82,90
Lampiran 6.31
SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2011-2013
No
Provinsi
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumber
Ket
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung*
Kepulauan Riau*
DKI Jakarta*
Jawa Barat
Jawa Tengah*
DI Yogyakarta*
Jawa Timur*
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat*
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat*
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat*
Papua*
Indonesia
Persentase VAR/GHPR
: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014
2011
2012
GHPR
VAR
LYSSA
GHPR
VAR
LYSSA
GHPR
VAR
LYSSA
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
546
3.909
2.586
930
764
1.585
788
1.047
0
0
0
383
0
0
0
30
52.798
0
5.500
537
2.745
1.923
698
555
1.374
563
942
0
0
0
174
0
0
0
0
49.900
0
4.871
2
31
7
6
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
0
12
138
4.563
2.606
1.500
674
982
775
450
0
0
0
530
0
0
0
14
55.836
0
5.564
103
3.816
1.975
1.252
516
681
607
413
0
0
0
192
0
0
0
9
52.250
0
5.176
0
18
14
0
0
1
3
1
0
0
0
1
0
0
0
0
8
0
7
524
3.468
3.037
5.106
778
772
926
1.102
0
0
0
396
0
0
0
48
37.066
0
5.067
323
2.721
2.274
4.359
638
234
736
945
0
0
0
317
0
0
0
18
30.359
0
4.172
1
5
8
12
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
6
179
171
119
241
201
935
315
2.961
976
2.454
1.134
440
307
237
3.206
0
0
84.010
636
260
1.086
660
1.053
959
226
204
232
2.074
0
0
71.843
85,5%
0
2
1
26
21
0
5
3
0
6
31
0
0
184
1.265
92
3.527
1.197
1.201
413
458
603
198
2.045
0
0
84.750
825
74
1.706
960
841
389
292
601
152
1.501
0
0
74.331
87,7%
: GHPR = Gigitan Hewan Penular Rabies (belum confirmed lab), VAR = Kasus digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies, LYSSA = Positif rabies dan mati
* daerah bebas rabies
2013
0
5
0
35
4
9
3
6
0
3
19
0
0
137
778
141
2.795
1.239
2.022
614
507
678
1.528
303
0
0
69.136
581
111
1.331
1.066
997
541
350
215
1.275
295
0
0
54.059
78,2%
0
0
2
30
8
6
12
8
1
11
5
0
0
119
Lampiran 6.32
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2009-2013
No
Provinsi
(1)
(2)
2010
2011
2012
(3)
(4)
(5)
(6)
2013
(7)
1
2
3
4
5
6
7
8
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
2.359
141
274
532
257
210
94
74
2.359
141
274
532
221
210
94
74
2.359
148
274
532
222
210
94
74
2.359
186
193
310
300
185
85
74
20
Kalimantan Barat
253
253
269
269
2.359
186
193
310
300
185
85
74
105
39
53
877
412
37
238
81
18
71
2.203
269
409
409
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014
207
31
53
474
412
37
219
76
18
71
1.730
225
385
409
30
451
128
201
224
96
70
27
988
1.158
11.914
207
31
53
474
412
37
219
76
18
71
1.730
225
385
409
30
451
128
107
224
96
70
27
988
1.343
11.969
207
31
53
480
412
37
238
81
18
71
1.730
238
385
409
30
468
129
119
224
96
70
27
988
1.343
12.066
207
39
53
480
412
37
238
81
18
71
1.730
238
422
30
474
133
119
224
96
70
27
988
1.346
11.903
238
422
30
517
133
119
224
96
70
27
988
1.346
12.714
Lampiran 6.33
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) LEPTOSPIROSIS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013
2011
No
Provinsi
(1)
(2)
Sumatera Selatan
Jawa Barat
2
4
5
6
7
8
CFR
CFR
CFR
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
13,79
43
6,87
Jawa Tengah
184
33
Banten
Kalimantan Timur
Indonesia
11
Jawa Timur
2013
DKI Jakarta
DI Yogyakarta
2012
29
626
0
2
857
10
17,93
129
40,00
28
0,00
82
9,57
72
0
0
239
66
20
15,50
7,14
0
7
-
29
9,72
-
12,13
0,00
10,61
156
17
10,90
244
25
10,25
163
10
641
8
3
60
0,00
4,91
30,00
-
9,36
Provinsi
(2)
Jawa Tengah
Sulawesi Selatan
Indonesia
2011
2012
2013
Kasus
Diobati
Meninggal
Kasus
Diobati
Meninggal
Kasus
Diobati
Meninggal
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
27
27
14
0
41
14
41
0
1
18
4
22
18
4
22
0
0
0
11
11
11
11
1
1
Lampiran 6.34
PREVALENSI PENYAKIT ASMA, PPOK, DAN KANKER
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
NO
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
PROVINSI
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Prevalensi Asma
Berdasarkan Gejala
(3)
(4)
(5)
4,0
2,4
2,7
2,0
2,4
2,5
2,0
1,6
4,3
3,7
5,2
5,0
4,3
6,9
5,1
3,8
6,2
5,1
7,3
3,2
5,7
6,4
4,1
4,7
7,8
6,7
5,3
5,4
5,8
5,3
5,0
3,6
5,8
4,5
4,3
3,6
3,0
2,1
2,1
2,8
2,3
1,4
3,6
2,1
2,7
4,0
3,4
3,1
3,6
2,7
3,5
5,4
10,0
3,5
4,3
5,0
2,8
4,0
8,0
6,7
4,9
5,2
6,7
4,3
5,2
2,5
5,4
3,7
1,4
1,0
1,7
0,7
1,5
0,7
1,9
0,7
1,3
1,6
1,9
1,0
2,1
4,1
1,6
1,0
2,0
0,6
1,0
0,8
0,7
1,6
1,7
1,7
0,9
1,7
1,1
0,2
1,1
1,0
1,2
0,6
1,1
1,4
(%)
Lampiran 6.35
PREVALENSI DIABETES, HIPERTIROID PADA UMUR 15 TAHUN DAN HIPERTENSI PADA UMUR 18 TAHUN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
NO
DIABETES
(%)
PROVINSI
D*
(2)
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
D*
D**
D/G
HIPERTENSI
(%)
Wawancara
D/G
D*
D**
D/O
Pengukuran
U
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1,8
1,8
1,3
1,0
1,1
0,9
0,9
0,7
2,1
1,3
2,5
1,3
1,6
2,6
2,1
1,3
1,3
0,9
1,2
0,8
1,2
1,4
2,3
2,4
1,6
1,6
1,1
1,5
0,8
1,0
1,2
1,0
0,8
1,5
2,6
2,3
1,8
1,2
1,2
1,3
1,0
0,8
2,5
1,5
3,0
2,0
1,9
3,0
2,5
1,6
1,5
1,3
3,3
1,0
1,6
2,0
2,7
3,6
3,7
3,4
1,9
2,8
2,2
2,1
2,2
1,2
2,3
2,1
0,3
0,3
0,3
0,1
0,2
0,1
0,2
0,2
0,4
0,2
0,7
0,5
0,5
0,7
0,6
0,4
0,4
0,2
0,4
0,1
0,2
0,2
0,3
0,5
0,4
0,5
0,3
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
0,2
0,4
9,7
6,6
7,8
6,0
7,4
7,0
7,8
7,4
9,9
8,8
10,0
10,5
9,5
12,8
10,7
8,6
8,7
6,7
7,2
8,0
10,6
13,1
10,3
15,0
11,6
10,3
7,6
11,1
9,5
6,6
6,9
5,0
3,2
9,4
9,8
6,7
7,9
6,1
7,4
7,0
7,9
7,4
10,0
8,8
10,1
10,6
9,5
12,9
10,8
8,6
8,8
6,8
7,4
8,1
10,7
13,3
10,4
15,2
11,9
10,5
7,8
11,3
9,6
6,8
7,0
5,2
3,3
9,5
21,5
24,7
22,6
20,9
24,6
26,1
21,6
24,7
30,9
22,4
20,0
29,4
26,4
25,7
26,2
23,0
19,9
24,3
23,3
28,3
26,7
30,8
29,6
27,1
28,7
28,1
22,5
29,0
22,5
24,1
21,2
20,5
16,8
25,8
HIPERTIROID (%)
D/O
U
Lampiran 6.36
PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER, GAGAL JANTUNG, DAN STROKE
PADA UMUR 15 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
NO
PROVINSI
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
GAGAL JANTUNG
(%)
STROKE
D*
D/G
D*
D/G
D**
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0,3
0,2
0,1
0,2
0,1
0,1
0,1
0,3
0,3
0,3
0,3
0,4
0,3
0,2
0,3
0,2
0,8
0,2
0,2
0,3
0,1
0,4
0,7
0,5
0,2
0,2
0,3
0,4
0,2
0,2
0,5
0,3
7,4
4,2
3,6
5,2
7,0
3,7
9,7
7,6
9,7
6,6
7,7
10,3
9,1
5,1
5,3
4,5
4,2
5,8
6,2
9,2
7,7
10,8
7,4
7,1
4,8
8,3
5,9
4,2
4,6
4,2
2,3
7,0
0,7
0,5
0,6
0,2
0,2
0,4
0,3
0,2
0,6
0,4
0,7
0,5
0,5
0,6
0,5
0,5
0,4
0,2
0,3
0,3
0,3
0,5
0,5
0,7
0,8
0,6
0,4
0,4
0,3
0,5
0,2
0,3
0,2
0,5
2,3
1,1
1,2
0,3
0,5
0,7
0,6
0,4
1,2
1,1
1,6
1,6
1,4
1,3
1,3
1,0
1,3
2,1
4,4
0,9
1,7
2,2
1,0
1,7
3,8
2,9
1,7
1,8
2,6
1,7
1,7
1,2
1,3
1,5
0,10
0,13
0,13
0,12
0,04
0,07
0,10
0,08
0,05
0,17
0,15
0,14
0,18
0,25
0,19
0,09
0,13
0,04
0,10
0,08
0,07
0,06
0,08
0,14
0,12
0,07
0,04
0,06
0,07
0,09
0,02
0,08
0,07
0,13
0,3
0,3
6,6
6,0
()
D/G
(8)
10,5
10,3
12,2
5,2
5,3
7,8
9,4
5,4
14,6
8,5
14,6
12,0
12,3
16,9
16,0
9,6
8,9
9,6
12,1
8,2
12,1
14,5
10,0
14,9
16,6
17,9
8,8
12,3
15,5
8,7
10,7
5,8
9,4
12,1
Lampiran 6.37
PREVALENSI PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS, BATU GINJAL, DAN SENDI
PADA UMUR 15 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
NO
PROVINSI
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
D*
D*
D**
(3)
(4)
(5)
0,4
0,2
0,2
0,1
0,2
0,1
0,2
0,3
0,1
0,1
0,1
0,3
0,3
0,3
0,3
0,2
0,2
0,1
0,3
0,2
0,2
0,2
0,1
0,4
0,5
0,3
0,2
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,9
0,3
0,4
0,2
0,4
0,3
0,4
0,5
0,1
0,3
0,5
0,8
0,8
1,2
0,7
0,4
0,7
0,3
0,7
0,4
0,4
0,4
0,4
0,5
0,8
0,5
0,5
0,6
0,2
0,5
0,4
0,3
0,4
0,6
PENYAKIT SENDI
18,3
8,4
12,7
6,8
8,6
8,4
10,2
11,5
5,8
5,9
8,9
17,5
11,2
5,6
11,1
9,5
19,3
9,8
12,6
13,3
12,6
9,5
8,2
10,3
11,4
10,6
12,0
10,4
8,0
8,9
5,9
8,3
15,4
11,9
(%)
D/G
(6)
25,3
19,2
21,8
10,8
14,2
15,6
16,5
18,9
17,8
11,6
21,8
32,1
25,5
22,7
26,9
20,6
30,0
23,7
33,1
22,3
21,8
25,8
16,0
19,1
26,7
27,7
20,8
17,7
22,5
18,8
17,4
15,4
26,5
24,7
Lampiran 6.38
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS SUMBER AIR MINUM MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Jenis Sumber Air Minum
No
Provinsi
(1)
Air Ledeng
Sumur
Bor/Pompa
Sumur Gali
Terlindung
Mata Air
Terlindung
(9)
Air
Mata Air Tak Penampungan
Sungai/Danau/
Terlindung
Air Hujan
Irigasi
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(10)
(11)
(12)
Aceh
2,4
37,4
7,2
3,3
3,6
29,3
7,3
4,2
1,7
0,6
3,0
Riau
1,9
47,2
1,0
0,9
7,9
15,0
5,2
0,5
0,2
19,3
0,9
2,2
0,1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Air Kemasan
Air Ledeng
Eceran/
Membeli
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
5,3
4,1
3,5
2,3
1,2
5,7
11,6
Jawa Barat
12,1
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
4,9
33,2
6,2
10,6
12,8
20,3
30,6
4,8
0,6
3,2
3,7
3,2
4,1
11,9
1,8
1,9
1,9
3,5
0,8
1,4
1,4
3,0
1,6
9,7
32,2
15,4
23,3
11,6
32,7
19,0
18,2
11,3
41,6
65,9
13,8
15,4
14,3
3,4
1,9
5,5
35,6
13,8
11,5
10,6
22,6
11,0
12,1
28,7
10,2
12,6
4,1
14,3
27,0
6,6
15,6
11,5
5,2
23,0
20,0
26,7
7,5
8,2
20,7
24,8
18,8
21,3
56,7
29,0
25,2
14,1
23,7
13,4
11,9
8,6
30,5
17,6
21,0
16,3
16,7
14,0
27,7
19,3
11,8
22,1
23,1
14,3
7,7
11,9
1,0
15,0
0,4
4,1
0,5
0,3
0,3
0,9
0,2
1,8
4,1
4,5
4,2
5,3
8,3
2,5
1,7
14,7
0,3
5,4
1,3
2,7
1,8
1,0
2,5
3,4
2,2
0,8
16,2
13,0
20,3
22,1
3,5
9,4
2,2
2,3
1,0
11,0
0,8
5,9
3,5
1,0
9,6
2,6
1,0
14,7
1,2
8,1
1,5
2,4
0,1
3,4
0,3
1,8
0,7
1,6
16,3
6,7
7,9
6,8
5,0
2,2
1,1
12,8
14,2
19,7
3,1
5,1
28,3
12,4
56,4
10,1
35,9
45,4
23,4
10,2
0,7
22,6
30,3
49,6
24,4
13,2
7,1
31,6
17,8
5,8
11,5
13,1
5,1
15,4
14,3
17,7
27,1
36,9
8,9
10,7
10,5
5,4
0,2
3,7
6,0
8,9
1,7
1,4
1,7
3,2
0,5
1,0
0,0
8,2
5,3
12,3
2,8
4,1
4,6
4,7
2,4
9,2
1,4
15,7
3,7
4,3
7,1
9,5
4,3
5,7
2,0
8,7
18,6
4,4
2,6
1,8
5,4
11,2
5,3
9,3
4,5
7,2
2,9
13,7
8,4
2,8
18,8
11,6
26,1
16,7
3,4
3,5
18,2
32,8
5,3
22,5
8,9
8,3
3,0
4,9
17,4
5,6
10,1
7,6
2,4
6,3
0,6
1,1
1,3
0,1
1,9
0,0
5,5
2,3
0,9
2,1
1,7
1,9
1,7
9,9
2,2
1,5
10,0
6,1
0,8
1,1
0,5
0,1
0,3
0,7
3,9
0,5
0,5
3,4
0,2
3,7
4,4
45,3
1,1
5,8
2,1
0,5
2,3
5,7
5,1
1,7
0,9
4,3
3,7
1,4
1,9
22,8
3,2
(13)
3,1
3,3
4,0
5,2
1,8
1,6
0,7
0,4
0,0
1,0
0,4
0,2
0,6
0,4
0,7
0,4
4,5
8,4
10,1
16,7
1,1
0,3
1,9
1,0
2,2
2,2
0,0
0,7
2,8
7,7
15,7
20,0
2,9
14,1
3,5
3,2
0,5
1,6
0,7
4,3
3,5
5,8
7,0
9,9
1,9
Lampiran 6.39
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN KUALITAS FISIK AIR MINUM MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Tidak Berwarna
Tidak Berasa
Tidak Berbusa
Tidak Berbau
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Baik*
(8)
Aceh
91,6
93,6
96,0
98,8
96,2
88,1
Riau
97,6
97,7
98,2
99,4
98,7
95,4
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
94,5
96,9
96,1
95,5
93,3
97,3
99,3
98,9
98,4
97,3
97,1
97,4
98,2
97,8
97,4
98,2
90,9
97,0
94,0
95,3
97,2
97,6
95,3
95,5
96,4
95,8
96,8
94,0
97,2
96,2
84,3
96,7
Keterangan : * Tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa dan tidak berbau
97,1
98,2
98,3
97,7
97,2
98,8
99,6
99,2
99,1
98,7
98,9
98,9
99,1
98,3
99,2
98,8
97,3
97,8
95,1
96,6
98,7
98,7
98,1
98,7
98,2
98,2
98,5
97,7
98,5
98,0
93,4
98,4
96,9
97,4
98,5
97,7
97,5
98,8
98,1
99,6
98,6
97,1
98,4
98,9
98,1
96,3
99,3
95,5
92,1
97,1
94,6
90,9
97,7
97,9
94,6
97,6
97,2
98,9
97,6
97,6
95,7
97,5
92,7
97,4
99,1
99,3
99,3
99,4
99,1
99,7
99,8
99,9
99,5
99,4
99,5
99,7
99,6
99,6
99,9
99,6
99,3
99,6
99,4
99,5
99,5
99,7
99,2
99,5
99,1
99,5
99,3
99,5
99,3
99,1
99,1
99,5
97,9
98,2
98,6
98,9
98,1
99,2
99,2
99,4
98,3
98,6
98,4
99,0
99,1
98,5
99,6
98,9
98,6
98,5
96,4
97,6
98,7
99,4
98,8
98,5
98,4
99,1
98,8
99,3
98,8
97,6
97,8
98,6
91,9
94,6
94,6
93,2
91,2
96,2
97,0
98,3
96,3
94,3
95,2
96,4
96,2
93,8
96,4
93,4
85,2
93,7
88,2
87,1
95,2
95,0
90,8
93,0
93,1
95,0
95,3
92,6
92,9
94,2
78,6
94,1
Lampiran 6.40
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGOLAHAN AIR MINUM SEBELUM DIMINUM MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Tidak
(3)
(4)
Aceh
59,90
40,10
Riau
58,40
41,60
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
69,50
Sumatera Barat
71,70
Jambi
78,60
Sumatera Selatan
81,90
Bengkulu
Lampung
49,40
36,60
41,60
85,90
DI Yogyakarta
80,30
Jawa Timur
70,00
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
56,40
48,50
33,50
90,60
80,70
64,80
77,50
54,20
66,70
78,80
72,00
84,40
82,50
82,70
87,80
Maluku Utara
Papua
83,60
69,10
Jawa Tengah
Papua Barat
85,80
92,70
Indonesia
69,10
57,00
70,10
30,50
28,30
21,40
18,10
14,20
16,40
50,60
63,40
58,40
30,90
14,10
19,70
30,00
43,60
51,50
66,50
9,40
19,30
35,20
22,50
45,80
33,30
21,20
28,00
15,60
17,50
17,30
12,20
7,30
30,90
43,00
29,90
Lampiran 6.41
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN CARA PENGOLAHAN AIR MINUM SEBELUM DIMINUM MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Cara Pengolahan Air *
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tengara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Pemanasan/ Dimasak
Penyinaran Matahari
Disaring Saja
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1,7
2,4
2,3
2,2
1,9
3,7
3,8
2,1
2,0
1,8
1,6
2,8
2,3
2,4
2,1
1,6
2,3
2,0
2,1
3,5
1,8
2,1
1,7
1,8
1,5
1,2
1,8
2,3
2,4
3,0
3,7
2,1
2,8
0,1
0,0
0,0
0,0
0,2
0,4
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,1
0,1
0,4
0,1
0,0
0,0
2,8
2,1
1,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,3
0,1
0,1
0,1
0,0
0,6
0,1
0,2
0,1
0,3
0,0
0,0
0,1
0,0
0,4
0,0
0,2
0,4
0,2
0,1
0,6
1,2
0,2
0,2
0,9
0,5
0,3
0,0
0,4
0,1
0,4
0,3
0,3
2,1
1,0
0,7
0,4
0,7
0,8
0,3
0,1
0,8
2,4
1,5
0,7
0,3
0,6
0,7
0,5
1,5
1,2
0,5
0,4
2,1
1,0
2,1
1,9
1,9
1,2
0,5
0,2
0,9
6,2
0,4
0,4
2,2
95,9
96,5
97,0
97,3
97,2
94,6
95,8
97,6
97,1
95,4
96,9
96,5
97,2
97,0
96,7
97,8
95,6
96,4
97,1
96,0
92,6
93,6
94,8
96,1
95,7
97,1
97,4
97,4
96,3
90,6
95,6
97,2
94,7
96,5
2,3
0,2
0,2
0,8
Lampiran 6.42
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP SUMBER AIR MINUM BERDASARKAN KRITERIA
JMP WHO - UNICEF 2006 MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Unimproved**
(3)
(4)
Aceh
47,1
52,9
Riau
45,5
54,5
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
58,6
65,3
66,7
74,3
44,3
24,0
61,6
65,1
81,7
Jawa Timur
77,9
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
65,0
82,0
74,4
69,7
67,8
48,1
54,7
35,2
61,0
66,7
60,3
74,7
70,4
66,1
68,5
Maluku Utara
Papua
51,3
77,8
DI Yogyakarta
Papua Barat
57,9
75,3
Indonesia
55,2
45,7
66,8
42,1
48,7
41,4
34,7
33,3
25,7
55,7
76,0
38,4
34,9
22,2
18,3
22,1
35,0
18,0
25,6
30,3
32,2
51,9
45,3
64,8
39,0
33,3
39,7
25,3
29,6
33,9
31,5
24,7
44,8
54,3
33,2
Lampiran 6.43
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGGUNAAN FASILITAS BUANG AIR BESAR MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Milik Bersama
Umum
(3)
(4)
(5)
Aceh
64,6
5,7
7,0
Riau
88,4
4,1
1,7
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
80,2
68,3
81,7
76,1
76,4
88,1
77,0
88,1
86,2
78,2
78,6
6,1
5,8
3,1
5,4
4,8
4,2
5,9
6,6
8,8
7,6
5,3
84,5
11,0
77,8
12,5
69,4
6,5
73,4
76,7
57,8
70,2
6,2
6,7
9,5
6,5
68,5
13,2
75,5
8,2
69,4
87,8
59,3
71,2
70,0
9,2
3,8
6,9
8,4
5,3
3,4
4,9
3,5
3,9
2,0
1,4
2,6
2,4
4,5
7,0
0,6
3,4
2,0
2,3
9,8
6,6
3,6
4,0
5,5
3,6
4,5
5,1
15,8
6,7
4,2
66,5
59,9
76,2
8,2
6,5
5,8
11,7
14,6
16,9
6,4
14,5
2,8
0,4
7,2
13,2
3,1
60,2
5,3
21,0
3,4
1,5
14,9
62,3
10,2
13,4
10,8
5,4
(6)
22,7
2,7
50,2
52,8
Sembarangan
7,4
9,1
14,8
5,7
3,0
17,3
9,1
29,3
21,3
21,8
8,5
14,8
4,8
12,4
28,2
16,9
20,2
24,1
34,4
23,4
19,0
10,4
27,9
12,9
Lampiran 6.44
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN TEMPAT BUANG AIR BESAR MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Jenis Tempat BAB *
No
Provinsi
(1)
Plengsengan
Cemplung/Cubluk/ Lubang
Tanpa Lantai
Cemplung/Cubluk/ Lubang
Dengan Lantai
(3)
(4)
(5)
(6)
Aceh
84,9
3,7
7,4
4,0
Riau
78,4
6,5
5,5
9,5
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
(2)
Leher Angsa
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
84,2
83,1
76,9
79,4
91,1
78,3
96,8
88,2
95,4
83,7
88,2
91,8
80,7
92,3
98,8
91,8
5,4
5,6
7,6
6,4
8,0
8,9
2,6
13,3
1,0
1,6
1,8
3,3
2,8
2,4
6,3
2,7
0,9
5,8
3,0
0,8
5,8
4,5
12,5
5,0
1,4
7,9
6,5
4,1
9,4
4,1
0,3
1,5
58,0
17,4
17,2
78,3
1,4
8,0
84,5
65,8
88,4
92,8
87,0
87,4
87,6
95,8
87,9
88,8
93,0
79,8
46,1
84,4
Keterangan : * Rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri, bersama, umum
4,9
3,0
2,1
3,7
6,6
5,8
2,3
1,4
6,7
5,4
1,9
8,7
13,2
4,8
3,8
4,0
3,3
6,6
4,7
2,6
5,9
0,6
4,1
0,8
2,1
2,5
3,2
4,1
0,6
0,1
0,9
7,4
6,8
8,2
23,0
1,8
1,7
3,8
3,6
5,4
6,2
1,8
2,6
3,0
2,4
9,2
24,3
7,2
12,3
5,7
2,8
1,4
3,9
1,0
2,8
2,8
2,7
2,4
16,5
3,7
Lampiran 6.45
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Tempat Pembuangan Akhir Tinja
No
Provinsi
(1)
(2)
Tangki Septik
SPAL
Kolam/Sawah
Sungai/Danau/laut
Lubang Tanah
Pantai/Tanah
Lapang/Kebun
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2,0
16,7
10,3
4,5
0,7
1,2
10,4
15,5
1,4
0,5
16,1
10,3
Aceh
63,3
2,6
Riau
66,4
4,5
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
72,5
53,9
61,9
63,2
66,6
64,1
81,6
81,4
88,8
62,9
67,9
82,7
63,2
74,7
84,6
2,8
6,3
12,5
3,6
2,4
3,4
3,5
5,2
1,0
1,5
3,0
74,8
64,3
64,2
67,0
69,4
55,9
66,5
74,2
72,6
34,6
66,0
0,2
3,0
4,0
4,4
1,9
2,4
2,0
3,3
2,2
7,5
2,9
4,2
2,0
3,5
2,7
4,2
2,8
4,0
11,4
20,4
19,2
18,2
6,5
4,3
0,3
11,7
5,3
14,7
0,3
1,1
4,7
0,8
78,7
3,8
2,8
3,4
55,1
61,0
1,4
12,9
13,1
60,6
1,0
5,5
50,3
34,7
1,6
1,1
5,9
15,7
4,1
9,0
5,1
12,3
10,6
19,7
2,6
2,3
1,9
2,4
7,4
7,0
2,0
1,3
1,8
1,6
1,9
0,6
9,8
1,4
0,1
0,4
0,8
0,2
17,4
13,4
1,5
18,0
6,3
10,3
0,5
34,0
8,8
0,6
7,5
0,1
0,2
0,5
0,3
0,5
0,5
1,0
0,8
0,3
7,6
3,9
39,4
27,6
7,5
18,6
11,7
10,3
19,1
4,4
9,1
3,8
21,5
10,4
7,7
11,2
1,8
5,7
10,9
0,4
0,4
10,5
8,5
12,7
0,3
2,8
1,3
0,7
1,1
1,6
11,7
14,9
11,7
13,9
12,2
1,7
5,4
4,4
19,2
7,3
0,9
1,1
1,4
8,5
7,6
9,2
2,3
10,2
2,7
8,1
4,2
3,3
32,2
8,6
8,5
13,3
4,5
14,6
2,7
0,6
0,5
0,3
0,4
0,2
0,1
0,4
1,4
0,0
0,1
0,4
0,1
0,3
0,2
0,2
0,5
0,8
0,6
0,2
0,2
0,3
0,6
1,2
0,5
0,7
0,3
0,7
0,5
0,7
0,1
2,2
0,4
Lampiran 6.46
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI BERDASARKAN
KRITERIA JMP WHO - UNICEF 2006 MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Unimproved**
(3)
(4)
Aceh
53,4
46,6
Riau
64,2
35,8
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
59,5
58,8
61,9
60,8
73,9
74,8
78,2
58,1
72,1
DI Yogyakarta
57,5
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
68,3
72,5
41,1
30,5
56,0
51,1
54,5
74,1
63,4
52,6
54,9
58,0
45,9
42,9
54,2
Maluku
54,9
Maluku Utara
Papua
49,9
62,7
Jawa Tengah
Papua Barat
66,8
Indonesia
54,9
30,5
59,8
Keterangan : * Fasilitas sendiri, sarana jamban leher angsa dan atau plengsengan, pembuangan akhir tinja di tangki septik
** Fasilitas milik bersama, umum, dan atau BAB sembarangan, sarana jamban cemplung, pembuangan akhir tinja tidak di tangki septik
33,2
50,1
40,5
41,2
38,1
39,2
26,1
25,2
21,8
41,9
37,3
27,9
42,5
31,7
27,5
58,9
69,5
44,0
48,9
45,5
25,9
36,6
47,4
45,1
42,0
54,1
57,1
45,8
45,1
45,1
69,5
40,2
Lampiran 6.47
JUMLAH LOKASI DESA SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
11
6
360
187
149
459
99
25
56
28
0
371
971
8
1.248
63
8
334
557
182
177
220
25
0
186
175
5
76
81
43
48
54
23
6.235
87
109
639
363
159
617
112
71
91
35
2
504
1.423
34
2.838
116
10
834
1.084
206
330
342
56
26
298
268
36
111
132
59
72
65
36
11.165
122
121
647
387
169
633
125
256
95
96
2
779
2.817
63
3.618
149
672
1.071
1.531
252
451
391
56
50
318
331
118
319
192
77
107
100
113
16.228
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2014
Lampiran 6.48
PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TAHUN 2013
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
1.066.346
3.037.306
1.152.378
1.328.461
770.610
1.813.436
432.867
1.934.431
311.144
441.750
2.508.869
11.493.124
8.703.499
1.037.852
10.379.484
2.596.432
1.028.171
1.252.516
1.013.882
1.022.980
572.790
975.168
870.912
581.872
620.404
1.847.825
502.047
243.981
258.559
316.597
214.316
168.076
658.584
61.156.669
208.157
950.436
752.580
286.214
318.301
1.121.582
318.074
1.043.237
41.170
199.668
852.556
5.405.403
3.154.402
387.889
1.995.195
661.027
192.217
72.551
242.617
131.556
30.933
202.554
264.645
170.117
82.943
1.131.725
253.922
57.610
90.165
183.048
26.066
22.275
498.894
21.349.729
68.844
596.005
523.419
118.760
197.582
702.184
208.097
571.361
22.946
95.613
559.779
2.613.893
2.370.336
137.743
898.271
233.590
133.388
20.999
118.942
65.799
15.861
121.713
199.184
120.280
31.707
620.999
111.225
39.965
48.354
70.268
10.883
5.681
186.790
11.840.461
Pencapaian (%)
(6)
33,07
62,71
69,55
41,49
62,07
62,61
65,42
54,77
55,73
47,89
65,66
48,36
75,14
35,51
45,02
35,34
69,39
28,94
49,02
50,02
51,28
60,09
75,26
70,70
38,23
54,87
43,80
69,37
53,63
38,39
41,75
25,50
37,44
55,46
Lampiran 6.49
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN LOKASI RUMAH MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
Provinsi
(1)
(2)
Tidak
(4)
Aceh
12,9
87,1
Riau
10,7
89,3
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumatera Utara
12,7
Sumatera Barat
20,4
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
14,2
18,4
9,5
9,2
10,9
Jawa Barat
26,7
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Tengah
25,8
29,4
15,3
DI Yogyakarta
12,2
Jawa Timur
17,0
Banten
Bali
Kalimantan Tangah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
24,0
10,0
22,2
14,6
16,6
13,6
26,5
19,4
12,5
11,2
15,5
14,6
8,9
6,9
Maluku
13,4
Papua
21,4
Maluku Utara
Papua Barat
13,9
Indonesia
22,9
18,7
87,3
79,6
85,8
81,6
90,5
90,8
89,1
74,2
70,6
73,3
84,7
87,8
83,0
76,0
90,0
77,8
85,4
83,4
86,4
73,5
80,6
87,5
88,8
84,5
85,4
91,1
93,1
86,6
86,1
77,1
78,6
81,3
Lampiran 6.50
JUMLAH KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS) DI INDONESIA
TAHUN 2013
No.
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Provinsi
(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jumlah Kabupaten/Kota
Jumlah Kabupaten/
Kota Penyelenggara KKS
KKS (%)
(3)
(4)
(5)
23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2014
2
17
19
9
8
13
8
9
7
2
6
26
35
5
38
6
9
10
7
8
1
10
13
10
5
24
7
6
5
0
0
0
0
325
8,70
51,52
100,00
75,00
72,73
86,67
80,00
64,29
100,00
28,57
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
75,00
100,00
100,00
33,33
57,14
7,14
76,92
92,86
66,67
45,45
100,00
58,33
100,00
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
65,39
Lampiran 6.51
PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013
No
Provinsi
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
(3)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Riau
Bengkulu
Sumatera Selatan
Simeulue
Aceh Barat
Aceh Tengah
Aceh Barat Daya
Kota Banda Aceh
Mandailing Natal
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
Lima Puluh Kota
Padang Pariaman
Pasaman
Pesisir Selatan
Sijunjung
Tanah Datar
Pasaman Barat
Padangpanjang
Kota Payakumbuh
Kota Sawahlunto
Solok
Kota Bukittinggi
Kota Padang
Kota Pariaman
Bungo
Keterangan
(4)
Surat Edaran No. 338/18186 Tahun 2012 tentang larangan merokok dalam ruangan kerja dan gedung kantor
Ranperbup
Ranperda
Perda No. 10 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Edaran No. 061.2/950/2013
Perwali No. 47 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Pergub No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Perkantoran di Lingkungan Pemerintah Prov. Sumatera Utara
Perda No. 5 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok
Perwali No. 3 Tahun 2013
Perda Tahun 2013
Perda No. 8 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup untuk Tingkat Sekolah
Himbauan Bupati
Perbup untuk Tingkat Sekolah
Perbup No. 45 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Edaran No. 443.52/362/Dinkes 2009 tentang Kawasan Bebas Rokok
Perbup untuk Tingkat Sekolah
Perbup No. 23 Tahun 2009 tentang Larangan Merokok
Perda No. 8 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok
SK No. 451/Kesra/PKK/IV/2004 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Edaran No. 297/ST-WK/Pyk-2005 tentang Dilarang Merokok
Perwali No. 440,05/430/WK-Pyk/2005 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Instruksi No. 17/P.WK/Pyk-2009 tentang Dilarang Merokok
Perda No. 15 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Instruksi No. 440/2226/Dinkes/V/2009
Perwali Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah
Perda No. 1/2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
PerwaliNo. 14 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Ranperda
Kota Jambi
Rejang Lebong
Kota Bengkulu
Kep. Meranti
Kota Dumai
Kota Palembang
Bangka Barat
No
Provinsi
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
(3)
Lampung
Kepulauan Riau
10 DKI Jakarta
11 Jawa Barat
Belitung Timur
Kota Pangkal Pinang
Lampung Selatan
Lampung Barat
Kota Metro
Bintan
Kota Batam
Kota Tanjung Pinang
Bandung
Bogor
Cianjur
Indramayu
Karawang
Sukabumi
Kota Bandung
Kota Bogor
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Depok
12 Jawa Tengah
Kota Tasikmalaya
Boyolali
Karanganyar
Kebumen
Pekalongan
Purbalingga
Purworejo
Rembang
Sragen
Wonosobo
Keterangan
(4)
Perbup
Perwali
Edaran Bupati
Ranperda
Ranperda
Perda No. 2 Tahun 2005 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Pergub No. 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum Kawasan Dilarang Merokok
Perbup No. 15 Tahun 2008 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok
Perbup No. 54 Tahun 2012
Perbup No. 53 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup Kawasan Tanpa Rokok
Perda No. 6 Tahun 2011
Perbup No. 6 Tahun 2011
Perda No. 11 Tahun 2005
Perda No. 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perwali No. 7/2010 Tentang Petunjuk pelaksanaan Perda Kota Bogor No. 12 Tahun 2009 ttg Kawasan Tanpa Rokok
SK No. 27A Tahun 2006 tentang Perlindungan Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon
SK Walikota No. 55 Tahun 2006 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok di Tempat Kerja Di Lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi
Perwali No. 3 Tahun 2007 tentang Kendaraan Umum yang Bersih, Higienis, dan Bebas Asap Rokok
Perwali No. 89 Tahun 2008 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok
Edaran No. 40/874-Huk/2008 tentang Larangan Merokok
Perda No. 16 Tahun 2012 tentang Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban Umum
Perwali No. 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup No. 26 Tahun 2011 Ttentang Kawasan Tanpa Rokok pada fasilitas dan tempat proses belajar mengajar di Kabupaten Boyolali
Instruksi No. 3 Tahun 2009
Edaran No. 440/7350.3
Perbup No. 91 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Instruksi No. 1 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perda No. 19 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup No. 73 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup No. 57 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
SK Kadinkes No. 443.5/03/2011 tentang Kawasan Terbatas Merokok di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang
Perbup No. 72 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Kab Sragen No. 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Instruksi No. 442/079/2006 tentang Kawasan Bebas Rokok pada tempat kerja dan Rapat, Pelayanan Kesehatan, Pelayanan umum, Kantor
pemerintah dan swasta serta Sekolah.
No
Provinsi
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
(3)
Kota Surakarta
Kota Semarang
Kota Pekalongan
13 D.I. Yogyakarta
Kota Tegal
Gunung Kidul
14 Jawa Timur
Sleman
Kulonprogo
Kota Yogyakarta
Banyuwangi
Jombang
Malang
Probolinggo
Sidoarjo
Tulungagung
Kota Surabaya
15 Banten
16 Bali
Kota Pasuruan
Kota Probolinggo
Lebak
Tangerang
Kota Tangerang
Badung
Bangli
Gianyar
Jembrana
Karangasem
Keterangan
(4)
Perwali No. 13 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Perwali No. 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok Kota Semarang
Perda No. 3 Tahun 2013
Perwali No. 5A Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perda No. 19 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
SK No. 440/209/2010 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok pada Institusi Pendidikan dan Kesehatan Kota Tegal
Perwali No. 440/209/2009 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok
Perda No. 5 Tahun 2007 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Pergub No. 42 Tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok
SK Kadinkes No. 188/05113/IV.2 Tahun 2012 tentang Pembentukan Satuan Tugas Kawasan Dilarang Merokok
Edaran No. 440/0880 Tahun 2009 tentang Penerapan Kawasan Dilarang Merokok
Perbup No. 22 Tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok
Perbup No. 42 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup No. 61/2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok
Edaran No. 440/004/SE/2010 tentang Larangan Merokok di Komp.Balaikota Yogyakarta
SK No. 134 Tahun 2003 tentang Penetapan Kaawasan Bebas Rokok Bagi Seluruh Sekolah di Kabupaten Banyuwangi
SK No.188.4/039/415.44/2011 SK Direktur RSUD Kab. Jombang tentang RSUD Kab.Jombang sebagai Kawasan Bebas Rokok
Perbup No. 18 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup No. 13 Tahun 2009 tentang Pengendalian Merokok di Tempat Kerja di Lingkungan Pemerintah Kab. Malang
Perbup No. 188 .................
Perbup No. 58 Tahun 2011
Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Perda No. 9 Tahun 2010 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Terbatas Merokok
Edaran No. 4 Tahun 2004
Perda No. 5 Tahun 2008
SK No. 188.45/330/436.1.2/2009 tentang Tim Pemantau Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Dilarang Merokok di Kota Surabaya
Perwali No. 25 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Perda Kota Surabaya
Instruksi No. 4 Tahun 2004 tentang Kawasan Bebas Rokok di Sekolah Negeri dan Swasta
Perda No. 12 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
SK No. 180/AUK-35/2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok
Perbup No. 16 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perwali No. 54 Tahun 2008 tentang Larangan Merokok Bagi Guru dan Siswa Sekolah
Perda No. 5 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Merokok
Perda No. 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Pergub No. 8 Tahun 2012
Perbup No. 15 Tahun 2008 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok
Perda No. 8 Tahun 2013
SK No 443/80/2011 tentang Pembentukan Tim Pembina dan Pengawasan Larangan Merokok Pada Tempat-Tempat Tertentu
Perbup No. 24 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Edaran No. 658.2/2036.a/Diskes/2010 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok Kepada SKPD Gianyar
Perbup No. 16 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perbup No. 1 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok
No
Provinsi
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
(3)
20 Kalimantan Tengah
21 Kalimantan Selatan
22 Kalimantan Timur
23 Sulawesi Utara
24 Sulawesi Tengah
25 Sulawesi Selatan
Kota Denpasar
Lombok Barat
Lombok Timur
Sumbawa
Kota Mataram
Flores Timur
Kota Pontianak
Kapuas
Kotawaringin Barat
Seruyan
Kota Palangkaraya
Keterangan
(4)
Kutai Timur
Kota Balikpapan
Kota Samarinda
Kota Bontang
Kota Tarakan
Banggai Kepulauan
Tojo Una-una
Kota Palu
Barito Kuala
Hulu Sungai Tengah
Tanah Laut
Tapin
Kota Banjarmasin
Kutai Kartanegara
Minahasa
Talaud
Kota Manado
Kota Bitung
Enrekang
Rancangan
No
Provinsi
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
(3)
Kep. Selayar
Luwu Utara
Kota Makassar
26 Sulawesi Tenggara
27 Gorontalo
28 Sulawesi Barat
29 Maluku
30 Maluku Utara
31 Papua Barat
Kota Pare-pare
Kota Palopo
Kota Kendari
Kota Bau-bau
Gorontalo
Bone Bolango
Halmahera Selatan
Kota Tidore
Kota Sorong
Keterangan
(4)
Edaran No. 1 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok (Kawasan Tanpa Rokok) di Instansi dan Tempat-Tempat Umum
Perbup No. 48 Tahun 2011 tentang Kawasan Bebas Rokok
Ranperda
Perda No. 1 Tahun 2014
Perbup No. 1 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Edaran No. 441/1545/10/2013
Instruksi No. 440/02 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Sorong
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2014