Lapkas Konjungtivitis
Lapkas Konjungtivitis
STATUS PASIEN
IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita
Jenis Kelamin
Umur
Tanggal periksa
ANAMNESIS (alloanamnesis)
Keluhan Utama
Kedua mata gatal sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengaku kedua mata gatal sejak 3 bulan yang lalu, terutama pada
malam hari sehingga susah tidur, dan kedua mata pasien agak kemerahan,
orang tua pasien mengaku anaknya sering mengucek-ngucek matanya karena
gatal, mata berair terus menerus, mata tidak berbayang, pandangan tidak
kabur, pada kedua mata tidak mengeluarkan kotoran banyak, hanya pada pagi
hari saja, berwarna putih tidak lengket dan sedikit, orang tua pasien mengaku
anaknya kadang-kadang ada demam tetapi tidak sering, tidak batuk, tidak
pilek, tidak habis mengalami benturan, nafsu makan masih mau, BAB dan
BAK tidak ada gangguan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang tua pasien mengaku anaknya tidak pernah mengalami hal seperti ini, ini
baru pertama kali dialami.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang menderita hal seperti ini, orang tua pasien ayah, ibu, kakek
dan nenek menyangkal memiliki riwayat alergi.
Riwayat Pengobatan
Belum pernah berobat sebelumnya
Riwayat kehamilan dan persalinan
DPT
POLIO
Riwayat Alergi :
Obat (-), makanan (-), bulu dan debu (-)
Riwayat kebiasaan :
Anak suka bermain di luar rumah, dirumah banyak boneka dan memakai
bantal kapuk.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS OFTALMIKUS
OD
OS
6/6
Visus
Orthoporia
Kedudukan
Mata
6/6
Bola Orthoporia
Pergerakan
Mata
Kornea
Jernih
Sedang
COA
Sedang
Jernih
Lensa
Jernih
Tidak di evaluasi
Vitreous Humor
Tidak di evaluasi
RESUME
Seorang pasien perempuan berusia 5 tahun datang ke RSUD dengan keluhan mata
gatal dan kemerahan pada kedua mata sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan matanya berair dan gatal terutama pada malam hari, pada kedua mata
tidak mengeluarkan kotoran banyak, hanya pada pagi hari saja, berwarna putih tidak
lengket dan sedikit, orang tua pasien mengaku anaknya kadang-kadang ada demam
Visus OD
: 6/6
Visus OS
: 6/6
VIII. PENATALAKSANAAN
Edukasi
-
BAB II
PEMBAHASAN
KONJUNGTIVITIS
Anatomi Konjungtiva.
Morfologi konjungtiva.
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di
limbus.
Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan wolfring) yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, letaknya di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
krause berada di forniks atas, sisanya ada di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak
di tepi atas tarsus atas.
A. DEFINISI
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun
kronik. (Ilyas,Sidarta)
Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva, biasanya
terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran sekret.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan Penyebab :
1. Konjuntivitis Bakteri : gonokokus, pneumokokus, stafilokokus, difteri.
2. Konjuntivitis Virus : Adenovirus tipe 3,7,8,19, Herpes Simpleks,
Enterovirus tipe 70.
3. Konjuntivitis Klamidia : K. trachomaktis, K. oculogenitalis.
4. Konjuntivitis Alergi
4. Konjungtivitis folikular
5. Konjungtivitis vernal
6. Konjuntivitis flikten
Viral
Bakteri
Klamidia
Alergika
Gatal
Minimal
Minimal
Minimal
Hebat
Hiperemi
Generalisata
Generalisata
Generalisata
Generalisata
Mata Berair
Banyak
Sedang
Sedang
Minimal
Eksudasi
Minimal
Banyak
Banyak
Minimal
Adenopati
Sering
Jarang
Hanya
Klinsi Umum
periaurikular
konjungtivitis
inklusi
Bakteri,PMN
eksudat
tenggorokan
dan demam
sel Eosinofil
plasma, adan
yang dipulas
Disertai sakit Seringkali
PMN,
inklusi
Sering Kali
Tak Pernah
Takpernah
1. Konjungtivitis Kataral
Etiologi :
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus,
Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga
disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia
basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan
tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai
konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobblestone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung
penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila
penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti :
tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia
sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.
2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Etiologi
Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama
yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu
dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria
(gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital).
Gambaran Klinis
Pengobatan
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.
Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret
sebelum pengobatan.
Antibiotik lokal dan sistemik
AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta
IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi
AB sistemik pd neonatus :
Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000
IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
3. Konjungtivitis membran
Etiologi
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik
dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang
hiperakut, serta infeksi pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada
konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada
dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik
yang sensitif.
Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin
sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB,
pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit.
Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin
difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.
4. Konjungtivitis Folikular
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral,
konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis
follikular yang tidak diketahui penyebabnya.
menetap
berminggu-minggu,
berbulan-berbulan
bahkan
2. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi : Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan
diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa
jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang
lain.
Gambaran Klinis
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder.
5. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi : Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau
eritromisin.
6. Trachoma
Etiologi : Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :
1. Stadium Insipiens atau permulaan
Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di
daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel.
Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan
tes flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
4. Stadium penyembuhan
trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila
perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral
5. Konjungtivitis Flikten
Etiologi :
Gejala klinis
Pengobatan
6. Konjungtivitis Vernalis
Konjungtivitis vernalis
adalah
konjungtivitis
akibat
reaksi
Etiologi
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada
musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya
dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
Patofisiologi
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya
radang insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I
dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus,
yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan
yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi
ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva
sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan
ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak
buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal,
oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada
konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam
kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea.
Limbus
konjungtiva
juga
memperlihatkan
perubahan
akibat
vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang
berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan
menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells limbus.
Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan konjungtivalisasi pada
penderita keratokonjungtivitis dan di kemudian hari berisiko timbulnya
pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga terdapat kista-kista kecil yang
dengan cepat akan mengalami degenerasi.
Gambaran Histopatologik
Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi.
Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi
mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky white.
Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel
PMN, eosinofil, basofil, dan sel mast.
Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis
mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan
sel plasma pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa
nodul limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel
eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan
konjungtivitis. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi
hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di
fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan
badan siliar .
Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi
kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta
reduksi sel radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar
maupun seluler mengakibatkan terbentuknya deposit stone yang terlihat
secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas
membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas.
Kolagen maupun pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya
berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel yang edematous dan tidak
beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan
mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian
akan mengalami keratinisasi.
Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel
Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga
berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;
2. Terapi topikal
-
Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan
mukolitik seperti asetil sistein 10%20% tetes mata. Dosisnya tergantung
pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih
dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium
karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin,
sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
-
Dekongestan
Antihistamin
Antihistamin
antibakteri
Siklosporin
3. Terapi Sistemik
- Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti
prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 23 tablet
4 kali sehari selama 12 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan
dengan pemakaian preparat steroid adalah gunakan dosis serendah mungkin
dan sesingkat mungkin.
- Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai
pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami
pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan
kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi
dosis.
4. Tindakan Bedah
- Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa
konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek
samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh
lagi.
Kesimpulan
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi
hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim
panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai
sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang
kental dan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik
adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis
vernalis yaitu bentuk palbebra dan bentuk limbal.
Konjungtivitis vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan,
namun dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh
sendiri tanpa diobati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi
Referensi
1. Ilyas S., 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, hlm : 133-134.
2. Vaughan, Daniel G., 2000. Oftalmologi Umum edisi ke-4. Jakarta :
Penerbit Widya Medika, hlm : 115-116.
3. Medicastore.
Konjungtivitis
Vernalis.
Available
on:
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.
html.
4. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/.
5. Optometry.
Vernal
Keratoconjunctivitis.
Available
on :
http://www.optometry.co.uk/articles/docs/0cd52f986c6c4d460c454802aa7
cc5b3_schmid20010223.pdf.