STABILITAS TALUD

STABILITAS TALUD MENERUS TANPA REMBESAN

STABILITAS TALUD MENERUS DENGAN REMBESAN

TALUD DENGAN TINGGI TERBATAS

KASUS LAPANGAN TENTANG KERUNTUHAN TALUD

STABILITAS TALUD MENERUS

TANPA REMBESAN
Kekuatan geser tanah dapat diketahui dg persamaan
f = c+ tan
Dengan menganggap bahwa tekanan air pori adalah nol,
maka dipat dievaluasi angka keamanan terhadap talud
sepa njang AB dengan kedalaman H di bawah permukaan
tanah. Keruntuhan dapat terjadi karena pergerakan
tanah di atas AB dari kanan ke kiri.
Perhatikan element talud, abcd, yg mempunyai satu
satuan tebal tegak lurus bidang gbr. Gaya F yg bekerja
pada bidang ab dan cd sama besar dan berlawanan arah,
aleh karena itu dpt diabaikan. Berat elemen tanah yg
ditinjau adalah :
W = (volume elemen tanah)x(berat volume tanah)
= LH
...............(12-8)

Berat W dpt diuraikan dlm dua komponen

sebagai berikut :
1. Gaya tegak lurus bid AB = Na = Wcos =
LHcos
2. Gaya paralel terhadap bidang AB = Ta = W sin
= LH sin .
Gaya Ta cenderung menyebabkan kelongsoran
sepanjang bidang.

d
a

Na W

Ta

b
Tr
A

Nr

Analisa talud menerus (tanpa rembesan)

Jadi tegangan normal dan tegangan geser pd

dasar elemnen talud sbb:
=
Na
= LH cos = H cos2 ....
(12-9)
Luas dasar elemen talud

L
cos

dan
t==
Ta
sin ....(12-9)
Luas dasar elemen talud

= LH sin = H cos2
L
cos

Reaksi dari berat W adalah gaya R yg sama

besarnya dg W, tetapi berlawanan arah.
Komponen-komponen tegak dan paralel dari
gaya R terhadap bid. AB adalah Nr dan Tr
Nr = R cos = W cos .............(12-11)
Tr = R sin = W sin
.............(12-12)

Untuk keseimbangan, tegangan geser

perlawanan yg terbentuk pd dasar elemen talud
adalah sama dg (Tr) / (luasan dasar elemen
talud) = gH cos b sin b. Dapat juga ditulais :
d = Cd + tan

Dengan memasukkan pers. (12-9) ke dlm pers.

(12-3) didapat
d = Cd + H cos2 tan .............(13-13)

Jadi
= H sin cos = Cd + H cos2 tan
Atau;
Cd = sin cos - cos2 tan d
.........(12 14)
H
= cos2 (tan tan d )
Angka keamanan terhadap kekuatan tanah telah
kita definisikan dalam pers. (12-7) dengan
demikian :

tan c
tan d = Fs dan Cd = Fs
Dengan memasukkan hubungan tsbt ke dlm pers.
(12-14) kita dapatkan :
c
tan
Fs
= H cos2 . Tan + tan
........(12-15)
Untuk tanah berbutir c = 0, angka keamanan Fs
menjadi (tan f)/(tan b). Ini menunjukkan bahwa
suatu talud menerus yg terdiri dari tanah pasir,
harga Fs-nya tdk tergantung pad tinggi H, dan talud
akan tetap stabil selama < .
Bila tanah mempunyai kohesi (c) dan sudut
geser (f), ketebalan lapisan tanah pada talud kritis
dpt ditentukan dg memasukkan harga Fs = 1 dan H
= Hcr ke dlm persamaan (12-15) dg demikian
didapat :
c 1 ....(12-16)
Hcr = cos2 (tan tan)

STABILITAS TALUD MENERUS

DENGAN REMBESAN
Gambar (12-3a) menunjukkan suatu talud yg menerus
dan dianggap ada rembesan di dlm tanha yg permukaan
air tanahnya sama dg permukaan tanah. Di sini kekuatan
geser tanah dpt ditulis sebagai berikut;
f = c+ tan
Perhatikan persamaan di atas tdk sama dg persamaan
(12-2) pd persamaan (12-17), s dipakai utk membedakan
tegangan total dg tegangan efektif.
Untuk menentukan angka keamanan terhadap
kelongsoran sepanjang bidang AB, perhatikan talud abcd.
Gaya-gaya yg bekerja pada bidang vertikal ab dan cd
adalah sama besar dan berlawanan arah. Berat total dari
elemen talud utk satu satuan tebal adalah:

W = sat LH ..............(12-18)
Komponen W dlm arah tegak lurus dan sejajar
terhadap bidang AB adalah :
Na = Wcos = sat LH cos .............(12-9)
dan
Ta = W sin = sat LH sin ..............(12-20)
Reaksi dari beRrat W adalah sama dg R Jadi,
Nr = R cos = W cos = sat LH cos .......(12-21)
Tr = R sin = W sin = sat LH sin
Tegangan normal total dan tegangan geser pd dasar
elemen talud adalah sbb:
Tegangan normal total :
Nr
= L = sat H cos2
......(12-23)
cos

Tegangan geser :
Tr

L
= sat H cos sin
.........(12-24)
cos
Tegangan geser perlawanan yg terbentuk pd dasar
elemen talud dpt juga dituliskan sbb:

d = cd + tan d = cd + (-u) tan d

.........(12-

25)
dengan:
u = tekanan air pori = w H cos2
Dengan memasukkan harga: (pers. (12-23) dan u
ke dlm pers. (12-25), didapat:
d = cd +( sat H cos sin w H cos2 tan d =
cd+ H cos2 tan d
............(12-26)

L
d
a

Na W

Ta

b
Tr
A

Arah
Rembesan

Nr

Analisa talud menerus (dengan rembesan)

d
a
H
H cos
Rembesa
n

c
b

Analisa talud menerus (tanpa rembesan)

TAP MPR NO 1V/MPR/1999

TENTANG
GBHN 1999-2004
BAB V, BUTIR 1

PADA HAKEKATNYA

PRESIDEN SELAKU KEPALA

PEMERINTAHAN NEGARA,
MENJALANKAN
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA.
Sistem P.Neg.Menurut UUD
1945, merupakan :
Sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara,
penyelenggaraan kekuasaan
eksekutif, yang kekuasaan
dan tanggung jawabnya pada
Presiden

PEMISAHAN KEKUASAAN DALAM NEGARA

LEGISLATIF

EKSEKUTIF

TITIK PEMBAHASAN

YUDIKATIF

LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM

KETATANEGARAAN MENURUT UUD 1945
KPU

BPK

BANK
SENTRAL

PRESIDEN/
WKL
PRESIDEN

DPR

KEMENTRIAN.
NEG
DEWAN
PERTIMBANGAN
TNI/POLRI

MPR

DPD

MA

MK
KY

BADANBADAN LAIN
YANG
FUNGSINYA
BERKAITAN
DENGAN
KEKUASAAN
KEHAKIMAN

PUSAT
DAERAH

PERWAKILAN
BPK PROV

PEMDA
PROVINSI
KPD DPRD

LINGKUNGAN PERADILAN

PEMDA
KAB/KOTA
KPD DPRD

MILITER

UMUM
AGAMA
TUN

LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEMEGANG

KEKUASAAN MENURUT UUD 1945

DPR

PSL 20 (1)
PEMEGANG
KEKUASAAN
MEMBENTU
K UU

PRESIDEN

PSL 4 (1)
MEMEGANG
KEKUASAAN
PEMERINTAHAN

MK

MA

PSL 24 (1) MEMEGANG

KEKUASAAN
KEHAKIMAN YANG
MERDEKA UNTUK
MENYELENGGARAKAN
PERADILAN GUNA
MENEGAKKAN HUKUM
& KEADILAN

B. ASAS-ASAS SISTEM
PEMERINTAHAN
NEGARA
1. Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum psl 1 ayat
(3) : NEGARA INDONESIA BERDASARKAN ATAS HUKUM,
TIDAK BERDASARKAN ATAS KEKUASAAN

2. Sistem
konstitusional psl 4 ayat (11) :
PEMERINTAH BERDASARKAN ATAS SISTEM KONSTITUSI (HUKUM
DASAR), TIDAK BERSIFAT ABSOLUTISME (KEKUASAAN YANG
TIDAK TAK TERBATAS)

3. Kekuasaan negara yang tertinggi di

tangan
rakyat psl 1 ayat (2):
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DIPILIH LANGSUNG
OLEH RAKYAT PSL 6 AYAT (1)

4. Presiden ialah pemegang kekuasaan

pemerintahan negara psl 4 ayat (1) :
PRESIDEN IALAH PENYELENGGARA PEMERINTAHAN. NEGARA
YANG TERTINGGI, KARENA PRESIDEN ADALAH PEMEGANG
KEKUASAAN PEMERINTAHAN MENURUT UUD. DALAM
MENJALANKAN PEMERINTAHAN NEGARA, KEKUASAAN DAN
TANGGUNG JAWAB ADALAH DI TANGAN PRESIDEN

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada

DPR. DPR hanya dapat mengusulkan
pemberhentian presiden psl 7A :
PRESIDEN TDK BERTANGGUNG JAWAB KEPADA DEWAN
ARTINYA KEDUDUKAN PRESIDEN TIDAK TERGANTUNG
DARIPADA DEWAN

6.Menteri negara ialah pembantu

Presiden. Presiden mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri
negara. Menteri itu tidak bertanggung
jawab kepada DPR psl 17 ayat (1)
dan (2) :
KEDUDUKANNYA TIDAK TERGANTUNG DARIADA DEWAN, AKAN
TETAPI TERGANTUNG KEPADA PRESIDEN, MEREKA MEMBANTU
PRESIDEN

7. Kekuasaan kepala negara tidak tak

terbatas
( psl 7, dan 7a).

BAB III
PENYELENGGARAAN NEGARA YANG
BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI,
KOLUSI DAN NEPOTISME
A. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK (G.G)
1. MASALAH PEMERINTAHAN

NEG. ABAD XIX

1.
2.

3.

Negara kepolisian
Fokus pada tugas
pembinaan ketentraman
& ketertiban
Penjaga malam

NEG. ABAD XX
1.

2.

3.

Lebih berperan sebagai

penghasil & penyedia
barang bukan pengatur
Birokrasi membesar,
gemuk, fungsi-fungsi
membengkak
Dominasi pemerintah
GLOBALISASI

ERA SEMAKIN
LUASNYA &
TAJAMYA
KOMPETISI
ANTAR BANGSA

ERA GLOBALISASI

TANTANGAN
PELUANG

KOTA

DAVID
OSBORNE

UPHILL
BEATLE

GOVERNANCE

KOTA
BANGKRUT
WALI KOTA
BARU TERPILIH
TEMAN
BISNIS

PEMBARUAN
KOTA MAJU

MEMBERI
PERANAN
PADA
SWASTA
BERPERAN
DALAM
PEMERINT

a
g
e
en an a
M kk at
m
e ka
M g
n
n
i
er
m n
e
k
a
p
e
h
e
l
a
e
K t
j
g
n
ya

UNDP

KE
S
(E ET
QU AR
IT AA
Y) N

5 ORIENTASI
KONSENSUS

1. PARTISIPAS
I

S
ITA
TIV SI
N
FEK
7 E FISIE
&E

CIRI-CIRI GOOD
GOVERNANCE

U
T
A

GOOD
GOVERNANCE

AN

HU

KU

I 3
S
N
RA
A
P
NS
A
R
T
KETAN
RESPO GGAPAN
NSIVE
NESS
4

B. ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN

UU NO 28/ 1999

ILI
AB
NT
KU
7. A

RO

FES
I

ON
ALI
TAS

S
TA

DITETAPKA
N ASASASAS
UMUM
PENYELENG
GARA-AN
NEGARA
6.P

1. KE
PASTI
HUKU AN
M

PENYELENGGARAA
N NEGARA YANG
BERSIH DAN
BEBAS KKN

EN
L
.
YE EG
N N
E
P
B AAN
I
T R
R
E GA
T
.

UMUM
.
P
E
K
ASAS UMUM
3.
PENYELENGGARAS
A
T
4. K
AN
NEG.
ALI
ETE
N
O
I
S
RBU
R
PO
O
KAA
R
5. P
N

KEPRES NO 27/ 1999

TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI
PEMERIKSA KEKAYAAN
PENYELENGGARA NEGARA (KPKPN)

SUB KOMISI EKSEKUTIF

SUB KOMISI
BUMN/BUMD

KPKPN
SUB KOMISI YUDIKATIF

SUB KOMISI
LEGISLATIF

INPRES 7/1999

1. PENGERTIAN
Akuntabilitas
memberikan

kewajiban untuk
pertanggungjawaban dan
menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang/
badan
hukum/pimpinan suatu
organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau
kewenangan untuk
meminta
keterangan atau
pertanggungjawaban.

2. PRINSIP-PRINSIP AKUNTABILITAS
a. Ada komitmen untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar
akuntabel
b. Merupakan suatu sistem yang menjamin
penggunaan sumer-sumber daya secara
konsisten dengan peraturan perundangundangan dengan yang berlaku
c. Harus dapat menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan sasaran
d. Harus berorientasi pada pencapaian visi
dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh
e. Harus jujur, objektif, transparan, dan
inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen instansi pemerintah.

3. PERENCANAAN STRATEGIK
2

1
ANALISA
KEADAAN
SEKARANG

MISI

VISI

STRATEGI

KEBIJAKAN

KEKUA PELUAN
TAN
G
KELEM TANTAN
AHAN
GAN
3

ISU
STRATEGIK
PROGRAM

KEGIATAN

4. PENYALURAN KINERJA

INDIKATOR

PROGRAM

HASIL
5. EVALUASI
6. PELAPORAN

?
?

LAPORKAN

D. PERADILAN TATA USAHA

NEGARA
UNTUK MEMBINA,
MENYEMPURNAKAN DAN
MENERTIBKAN APARATUR
PEMERINTAH AGAR MENJADI
APARATUR YANG EFESIEN, EFEKTIF,
BERSIH DAN BERWIBAWA, YANG
DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA
SELALU BERDASAR HUKUM, MAKA
PEMERINTAH DENGAN UU NO 5 THN
1986, MEMBENTUK PERADILAN TATA
USAHA NEGARA (PTUN)

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
NEGARA DIATUR DENGAN DAN
BERDASARKAN PADA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN. ITU
DIMAKSUDKAN :
1. MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM
2. MELINDUNGI MASYARAKAT DARI
TINDAKAN APARATUR DAN PIHAK
LAIN YANG SEWENANG-WENANG
3. MELINDUNGI APARATUR DARI
TINDAKAN MASYARAKAT YANG
MELAWAN HUKUM.

A. TATA URUTAN PERUNDANG UNDANGAN

UUD 45
TAP MPR
UU
PERPU
PP
KEPRES
PERDA

HUKUM DASAR

PUTUSAN MPR SEBAGAI

PENGEMBANGAN KEDAULATAN RAKYAT
DIBUAT DPR

PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UU
DIBUAT OLEH PEMERINTAH UNTUK
MELAKSANAKAN PERINTAH UU
BERSIFAT MENGATUR DIBUAT OLEH
PRESIDEN UNTUK MELAKSANAKAN
FUNGSI DAN TUGASNYA
DIBUAT PEMDA BERSAMA DPRD

B. TATA CARA PENGAJUAN UNDANG-UNDANG

Memegang kekuasaan
Membentuk uu
Pasal 20 (1)
Anggota berhak
Mengajukan usul RUU
Pasal 21

DPR
Ikut membahas

DPD

Memberi
pertimbangan

RUU
Tertetu

TIDAK

Persetujuan
bersama

Tidak boleh diajukan

Lagi dalam persidengan masa itu
Pasal 20 (3)
YA

Presiden

RUU
Dibahas
bersama
Pasal 20 (2)

Berhak mengajukan
RUU
Pasal 5 (1)

Mengesahkan
pasal 20 (4)
Dalam hal RUU
tidak disahkan,
dalam waktu 30
hari, RUU
tersebut sah
menjadi UU dan
wajib di
diundangkan
pasal 20 (5)

UU

JUDUL

PEMBUKAAN

BATANG TUBUH

PENUTUP

A. FUNGSI-FUNGSI
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH
Masa orde baru

GBHN

Aparatur pemerintah harus mampu :

1. melayani masyarakat
2. mengayomi masyarakat
3. menumbuh kembangkan prakarsa serta
masyarakat dalam pembangunan

REINVENTING GOVERNMENT
PRINSIP PENDEKATAN FUNGSI-FUNGSI PEMERINTAHAN ORIENTASINYA
PADA :
1.

SEBAGAI PENGENDALI (STEERING), BUKAN PENDAYUNG

(ROWING)

2.

LEBIH BERPERAN DALAM MEMBERDAYAKAN DARIPADA

MELAYANI

3.

MENCIPTAKAN REKAN YANG PERSAINGAN SEHAT

TERUTAMA DALAM PELAKSANAAN KEPADA MASYARAKAT

4.

LEBIH BERORIENTASI PADA MISI BUKAN PADA ATURAN

PELAKSANAAN TUGAS YANG KAKU

5.

LEBIH BERORIENTASI PADA HASIL

6.

LEBIH BERORIENTASI PADA PEMENUHAN KEBUTUHAN

MASYARAKAT, BUKAN KEPENTINGAN BIROKRASI.

7.

MENERAPKAN PRINSIP PERUSAHAAN MEMPEROLEH

KETIMBANG MENGELUARKAN UANG

8.

MEMILIKI DAYA TANGGAP DAN MAMPU MENGANTISIPASI

SEMUA TANTANGAN YANG TERJADI

9.

PEMERINTAH YANG DIDESENTRALISASIKAN :

MENINGKATKAN PARTISIPASI & KERJASAMA

10. BERORIENTASI PASAR PELAYANAN DALAM MEMENUHI

TUNTUTAN PERMINTAAN/ KEBUTUHAN MASYARAKAT

B. KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT

UU NO 22/1999, TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH,

PENGGANTI UU NO 5/74, TENTANG POKOK-POKOK
PEMERINTAHAN DI DAERAH.
PP NO 25 TAHUN 2000
KEWENANGAN
PEM. PUSAT

1. POLITIK LN
2. HANKAM
3. PERADILAN
4. MONETER DAN FISKAL
5. AGAMA
KEWENANGAN LAIN

PERENCANAAN NASIONAL & PENGENDALIAN PEMBANGUNAN NASIONAL SECARA MAKRO

DANA PERIMBANGAN KEUANGAN
SISTEM ADM NEGARA
LEMBAGA PEREKONOMIAN NEGARA
PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN SDA
TEKNOLOGI TINGGI YANG STRATEGIS, KONSERVASI DAN STANDARISASI NASIONAL

1. Menetapkan kebijakan guna mendukung

pembangunan secara makro
2. Menetapkan pedoman tentang standar
pelayanan minimal dalam bidang yang
wajib dilaksanakan oleh kabupaten/ kota
3. Menetapkan kriteria penentuan dan
perubahan fungsi ruang kawasan/lahan
dalam rangka penyusunan tata ruang
4. Menyusun rencana nasional secara makro
5. Menetapkan persyaratan akreditasi
lembaga pendidikan dan sertifikasi
tenaga profesional/ ahli serta persyaratan
jabatan

6. Membina dan mengawasi

penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman,
bimbingan, pelatihan, arahan, dan
supervisi.
7. Menetapkan pedoman pengelolaan dan
perlindungan sumber daya alam
8. Mengelola dan menyelenggarakan
perlindungan sumber daya alam di
wilayah laut diluar 12 mil
9. Mengatur penerapan perjanjian atau
persetujuan internasional yang
disahkan atas nama negara
10.Menetapkan standar pemberian izin
oleh daerah

11.mengatur ekspor impor dan

melaksanakan perkarantinaan
12.Menanggulangi wabah dan bencana
yang berskala nasional
13.Menetapkan arah dan prioritas
kegiatan riset dan teknologi termasuk
penelitian dan pengembangan
teknologi strategis dan berisiko tinggi
14.Menetapkan kebijakan sistem
informasi nasional
15.Menetapkan persyaratan kualifikasi
usaha jasa
16.Mengatur sistem lembaga
perekonomian negara

1. Mempertahankan dan memelihara

identitas dan integritas bangsa dan
negara
2. Menjamin kualitas pelayanan umum
yang setara bagi semua warga negara
3. Menjamin efisiensi pelayanan umum,
karena jenis pelayanan umum tersebut
berskala nasional
4. Menjamin keselamatan fisik dan non
fisik secara setara bagi semua warga
negara

5. Menjamin pengadaan teknologi keras

dan lunak yang langka, canggih,
mahal, dan berisiko tinggi serta
sumber daya manusia yang
berkualifikasi tinggi tetapi sangat
diperlukan oleh bangsa dan negara,
seperti tenaga nuklir, teknologi
peluncuran satelit, teknologi
penerbangan dan sejenisnya
6. Mejamin supremasi hukum nasional
7. Menciptakan stabilitas ekonomi dalam
rangka peningkatan kemakmuran
rakyat

C. KEWENANGAN PEMERINTAH
1. KEWENANGAN PROVINSI
DAERAH
Lintas
kab/kota Ps
9 (1)

Seperti kewenagan di bidang:

1.PU
2. Perhubungan
3. Kehutanan
4. perkebunan
1.

Perencanaan dan pengendalian

pembangunan regional makro

2.

Pelatihan bidang tertentu, alokasi SDM dan

penelitian

3.

Pengelolaan pelabuhan regional

4.

Pengendalian lingkungan hidup

5.

Promosi dagang dan budaya pariwisata

6.

Penanganan penyakit menular dan hama

7.

Penataan tata ruang

Kriteria :
1.

Skala
pelayanan
lintas
kab/kota

2.

Pertentang
an
kepentinga
n antar
kab/kota

Penafsiran :
1. Historis
2. Substantif
3. normatif

Rincian
kewenangan
diatur dalam
PP no 25 thn
2000

12 mil laut dari pantai kearah laut lepas/perairan

kepulauan meliputi :
Bidang
pemerintahan
tertentu Ps 9
(1)

dokumentasi

1.
2.
3.
4.
5.

eksploitasi, eksplorasi, konversi, dan pengelolaan

kekayaan laut
Pengaturan kepentingan administrsi
Pengaturan tata ruang
Penegakan hukum
Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan
negara

Kewenangan propinsi sebagai wilayah administrasi

mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan
yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil
pemerintah provinsi

Diatur dalam PP
39 tahun 2001

2. KEWENANGAN KABUPATEN/ KOTA

Seluruh
kewenangan
ps 11(1)

Kewenangan
pemerintahan

Kewenangan
wajib pasal
11(2)

Kewenangan
wilayah laut
ps 11(3)

Kecuali kewenangan
pemerintah pusal (ps 7)
Kecuali kewenangan
pemerintah provinsi
ps 9, ps 10 (2)
1. Pekerjaan umum
2. Kesehatan
3. Pendidikan dan kebudayaan
4. Pertanian
5. Perhubungan
6. Industri dan perdagangan
7. Penanaman modal
8. Lingkungan hidup
9. Pertanahan
10.Koperasi
11.Tenaga kerja ps 11(2)

1/3 batas laut daerah

provinsi

D. LEMBAGA PENYELENGGARA
PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT
HANYA MEMBERI PERTIMBANGAN KE PRESIDEN
-DPOD
-DEWAN EKONOMI NAS (DEN), DLL

10. BADAN EKSTRA

STRUKTURAL
BADAN INDEPENDEN
9. POLRI
8. TNI
7. PERWAKILAN
RI DI LN
6. KEJAKSAAN
AGUNG

1. DEPARTEMEN
2. MENTERI
KOORDINATOR
3. MENTERI
NEGARA
4. LEMBAGA
PEMERINTAH
NON DEP (PND)
5. KESEKRETARIATAN
YANG MEMBANTU
PRESIDEN
LAN
ANRI
BKN, DLL
SEBANYAK 24

E. LEMBAGA PENYELENGGARA
PEMERINTAHAN TINGKAT DAERAH
POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN
UU NO. 22/1999
1. UU NO 22/1999
UNDANG-UNDANG
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, KARENA
PADA PRINSIPNYA MENYATAKAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DAERAH.
2. PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH,
DI DASARKAN PADA 3 ASAS :
a. DESENTRALISASI
b. DEKONSENTRASI
C. TUGAS PEMBANTUAN

3. - DAERAH OTONOM
- OTONOMI DAERAH
4. DAERAH OTONOM
KAB/KOTA
5. PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI

KEPALA DAERAH + PERANGKATPERANGKATNYA

- DPRD
BADAN LEGISLATIF DAERAH
- PEMERINTAHAN DAERAH
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH
OTONOM OLEH PEMERINTAH DAERAH DAN
DPRD, MENURUT AZAS DESENTRALISASI
6. WILAYAH ADMINISTRATIF ADALAH WILAYAH
KERJA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH
PUSAT
7. PERANGKAT DAERAH

BUPATI
LEMBAGA
TEKNIS
DAERAH

SEKDA

UNSUR PELAKSANA
TUGAS TERTENTU
3

UNSUR STAF
MEMBANTU
BUPATI

DINAS DAERAH
UNSUR
PELAKSANA
PEMERINTAH
DAERAH

KECAMATAN
DESA
KELURAHAN

INSTANSI VERTIKAL
- PERANGKAT DEPARTEMEN
DAN ATAU LPND DI DAERAH

F. APARATUR PEREKONOMIAN
NEGARA
PN (BUMN)
PERUSAHAAN
NEGARA

PD (BUMD)
PERUSAHAAN
DAERAH

TUJUAN PEMBENTUKAN
1. MEMBERI SUMBANGAN BAGI PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN NASIONAL PADA UMUMNYA
DAN PENERIMAAN NEGARA PADA KHUSUSNYA
2. MENGEJAR KEUNTUNGAN
3. MENYELENGGARAKAN KEMANFAATAN UMUM
4. PERINTIS KEGIATAN USAHA
5. BIMBINGAN PADA GOLONGAN EKONOMI LEMAH

BAB VI
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA
NEGARA LAINNYA DALAM RANGKA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA
A. PRESIDEN

MPR

1. presiden dan wakil presiden dilantik oleh MPR.

2. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden
selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari MPR
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan Presiden.
3. Presiden dan Wakil Presiden dapat diberhentikan
pleh MPR sebelum habis masa jabatannya, atas usul
DPR setelah disetujui oleh Mahkamah Konstitusi
4. Sebelum memangku jabatannya, bersumpah atau
berjanji dengn sungguh-sungguh di hadapan MPR
atau DPR. Jika MPR atau DPR tidak dapat
mengadakan sidang, presiden dan wakil presiden
bersumpah atau berjanji di hadapan pimpinan MPR
disaksikanoleh pimpinan MA.

B. PRESIDEN

DPR

1. Presiden tidak bertanggung jawab kepada

DPR dan tidak dapat membubarkan DPR,
sebaiknya DPR tidak dapat
memberhentikan presiden.
2. DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan fungsi pengawasan.
3. Sebelum masa jabatan presiden dan wakil
presiden berakhir, DPR dapat mengajukan
usul pemberhentian presiden dan wakil
presiden kepada MPR setelah disetujui
oleh Mahkamah Konstitusi.
4. Sebelum memangku jabatannya presiden
dan wakil presiden bersumpah menurut
agama tau berjanji dengan sungguhsungguh di hadapan MPR dan DPR.

5. DPR bersama presiden menjalankan

fungsi legislatif :
a. Presiden berhak mengajukan
rancangan undang-undang kepada DPR
b. Setiap rancangan undang-undang
dibahas oleh DPR dan presiden untuk
mendapat persetujuan bersama
c. Presiden mengesahkan rancangan
undang-undang yang telah disetujui
bersama, untuk menjadi undangundang, dalam hal tidak disahkan maka
dalam waktu 30 menit sejak disetujui,
rancangan tersebut sah menjadi
undang-undang dan wajib diundangkan

6. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan

perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain.
7. Presiden mengangkat duta dan menerima
penempatan duta dari negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan DPR.
8. Presiden memberi amnesti, abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan DPR.
9. Dalam program Pembangunan Nasional lima
tahun (PROPENAS) yang memuat kebijakan
secara rinci dan teratur yang ditetapkan oleh
presiden bersama DPR
10. PROPENAS dirinci dalam rencana pembangunan
tahunan (REPETA) yang memuat APBN dan
ditetapkan bersama DPR.

11.DPR mempunyai hak interpelasi, hak

angket dan hak mengatakan pendapat.
12.Dalam hal kegentingan yang memaksa
presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang.
Peraturan pemerintah pengganti undangundang harus mendapat persetujuan DPR
dalam persidangan yang berikut; apabila
tidak mendapat persetujuan, harus
dicabut.
13.Presiden meresmikan anggota BPK yang
dipilih oleh DPR.
14.Presiden menetapkan hakim agung atas
usul komisi Yudisial yang disetujui oleh
DPR.

15.Presiden menetapkan 9 orang hakim

konstitusi yang 3 diantaranya diajukan
oleh DPR.
16.Anggota komisi Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh presiden dengan
persetujuan DPR.
17.Presiden mengangkat Gubernur dan
Deputi Gubernur senior BI setelah
pengusulannya kepada DPR disetujui.
18.Presiden menutupi kekurangan modal
BI (apabila sampai kurang dari 2
trilyun) dengan persetujuan DPR.

C. PRESIDEN

DPD

DPD dapat melakukan pengawasan dan

pelaksanaan undang-undang sepanjang
menyangkut daerah, pengelolaan sumber
daya atau dan ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan
agama.

D. PRESIDEN

BPK

1. BPK memeriksa semua pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja negara.
2. Presiden meresmikan anggota BPK
yang dipilh oleh DPR.

E. PRESIDEN

MA

1. MA DAPAT MEMBERIKAN PERTIMBANGANPERTIMBANGAN HUKUM KEPADA PRESIDEN,

BAIK DIMINTA MAUPUN TIDAK
2. MA MEMBERIKAN NASEHAT HUKUM KEPADA
PRESIDEN/KEPALA NEGARA UNTUK
PEMBERIAN/PENOLAKAN GRASI DAN
REHABILITASI
3. MA MEMPUNYAI WEWENANG MENGUJI
SECARA MATERIAL HANYA TERDAPAT
PERATURAN PERUNDANGAN DI BAWAH
UNDANG-UNDANG
4. HAKIM AGUNG DITETAPKAN OLEH PRESIDEN
DARI CALON YANG DIUSULKAN OLEH KOMISI
YUDISIAL DAN DISETUJUAI OLEH DPR
5. ANGGOTA KOMISI YUDISIAL DIANGKAT DAN
DIBERHENTIKAN OLEH PRESIDEN DENGAN
PERSETUJUAN DPR

F. PRESIDEN

MK

1. MK MEMBERIKAN PUTUSAN ATAS

PENDAPAT DPR TENTANG DUGAAN
PELANGGARAN OLEH PRESIDEN DAN
WAKIL PRESIDEN MENURUT UUD
2. PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
HAKIM KONSTITUSI DITETAPKAN OLEH
PRESIDEN

G. PRESIDEN

BANK INDONESIA

1. BI BERTINDAK SEBAGAI PEMEGANG KAS

PEMERINTAH
2. UNTUK DAN ATAS NAMA PEMERINTAH, BI
DAPAT MENERIMA PINJAMAN LUAR NEGERI,
MENATAUSAHAKAN SERTA MENYELESAIKAN
TAGIHAN DAN KEWAJIBAN KEUANGAN
PEMERINTAH TERHADAP PIHAK LUAR NEGERI
3. PEMERINTAH WAJIB MEMINTA PENDAPAT BI
DAN ATAU MENGUNDANGNYA DALAM SIDANG
KABINET YANG MEMBAHAS MASALAH
EKONOMI, PERBANKAN DAN KEUANGAN YANG
BERKAITAN DENGAN TUGAS BI, ATAU MASALAH
LAIN YANG TERMASUK KEWENANGAN BI
4. DISAMPING WAJIB BERKONSULTASI DENGAN
DPR, DALAM HAL PEMERINTAH AKAN
MENERBITKAN SURAT-SURAT UTANG NEGARA,
PEMERINTAH WAJIB TERLEBIH DAHULU
BERKONSULTASI DENGAN BI

5. BI DAPAT MEMBANTU PENERBITAN SURAT-SURAT

UTANG NEGARA YANG DITERBITKAN PEMERINTAH.
6. BI DILARANG MEMBELI UNTUK DIRI SENDIRI
SURAT-SURAT UTANG NEGARA, KECUALI DI PASAR
SEKUNDER, APABILA HAL INI DILANGGAR MAKA
PERUBAHAN ITU DINYATAKAN BATAL MENURUT
HUKUM
7. BI DILARANG MEMBERIKAN KREDIT KEPADA
PEMERINTAH. DALAM HAL BI MELANGGAR
KETENTUAN TERSEBUT, PERJANJIAN PEMBERIAN
KREDIT KEPADA PEMERINTAH ITU BATAL DEMI
HUKUM
8. INFORMASI KEPADA MASYARAKAT YANG
DISAMPAIKAN SETIAP AWAL TAHUN SECARA
TERBUKA OLEH BI TENTANG EVALUASI
PELAKSANAAN KEBIJAKAN MONETER DAN
RENCANA-RENCANA KEBIJAKAN DAN PENETAPAN
SASARAN MONETER, DISAMPAIKAN PULA SECARA
TERTULIS KEPADA PRESIDEN

9. RAPAT DEWAN GUBERNUR UNTUK

MENETAPKAN KEBIJAKAN UMUM DI BIDANG
MONETER DAPAT DIHADIRI OLEH SEORANG
MENTERI ATAU LEBIH YANG MEWAKILI
PEMERINTAH DENGAN HAK BICARA TANPA HAK
SUARA
10. GUBERNUR DAN DEPUTI GUBERNUR SENIOR,
DIUSULKAN DAN DIANGKAT OLEH PRESIDEN
DENGAN PERSETUJUAN DPR. SEDANGKAN
DEPUTI GUBERNUR DIUSULKAN OLEH
GUBERNUR DAN DIANGKAT OLEH PRESIDEN
DENGAN PERSETUJUAN DPR
11. SELAMBAT-LAMBATNYA 15 HARI SEBELUM
TAHUN ANGGARAN. DEWAN GUBERNUR
MENYAMPAIKAN ANGGARAN BI YANG TELAH
DITETAPKAN KEPADA PMERINTAH DAN DPR
12. SISA SURPLUS HASIL KEGIATAN BI
S\DISERAHKAN KEPADA PEMERINTAH; DILAIN
PIHAK APABILA MODAL BI MENJADI KUARANG
DARI DUA TRILYUN, PEMRINTAH WAJIB
MENUTUPI KEKURANGANNYA SETELAH
MENDAPAT PERSETUJUAN DPR.

A.PERENCANAAN
UUD 1945 PSL 3, SEBELUM AMANDEMEN
BERBUNYI:
MPR MENETAPKAN UUD & GBHN
GBHN
HALUAN NEGARA TENTANG
PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM
GARIS-GARIS BESAR SEBAGAI
PERNYATAAN KEHENDAK RAKYAT
SECARA MENYELURUH DAN TERPADU
YANG
DITETAPKAN OLEH MPR UNTUK
LIMA
TAHUN KE DEPAN GUNA MEWUJUDKAN
KESEJAHTERAAN
RAKYAT YANG
BERKEADILAN.

B. PENGORGANISASIAN

PRINSIP-PRINSIP PENGORGANISASIAN MENURUT

KEP MENPAN, NO.21/1990, TENTANG PEDOMAN
DAN PROSES PEMBENTUKAN ATAU
PENYEMPURNAAN KEBERBAGAI DI LINGKUNGAN
INSTANSI PEMERINTAH PUSAT, PERWAKILAN RI
DI LN DAN PEMDA
1. PRINSIP PEMBAGIAN HABIS TUGAS
2. PERUMUSAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
YANG JELAS
3. FUNGSIONALISASI
4. KIS
5. KONTINUITAS
6. LINI STAF

7. KESEDERHANAAN
8. FLEKSIBILITAS
9. PENDELEGASIAN WEWENANG YANG
JELAS
10.PENGELOMPOKAN YANG HOMOGEN
11.RENTANG/JENJANG PENGENDALIAN
12.AKORDION (DIPERLUAS DAN
DIPERSEMPIT).

C. PELAKSANAAN
1. JENIS KOORDINASI
JENIS
KOORDINASI

HIERARKIS
(VERTIKAL)

FUNGSIONAL
HORIZONTAL

FUNGSIONAL

FUNGSIONAL
DIAGONAL

TERITONIAL

LEBIH RENDAH
TAPI BUKAN
BAWAHAN

KOORDINASI
DALAM SUATU
WILAYAH
TERTENTU

2. PEDOMAN KOORDINASI
DIMULAI PADA :
A. SUDAH DIMULAI PADA PERUMUSAN
KEBIJAKAN
B. PENENTUAN SECARA JELAS SIAPA ATAU
SATUAN KERJA MANAN YANG BERTANGGUNG
JAWAB JIKA ADA MASALAH
C. PEJABAT ATAU INSTANSI YANG SECARA
FUNGSIONAL BERWENANG ATAU
BERTANGGUNG JAWAB MENGENAI SESUATU
MASALAH, BERKEWAJIBAN MEMPRAKARSAI
PENYELENGGARAAN KOORDINASI
D. PERLU KEJELASAN WEWENANG DAN
TANGGUNG JAWAB DAN TUGAS
UNIT/INSTANSI YANG TERKAIT
E. PERUMUSAN PROGRAM KERJA ORGANISASI
SECARA JELAS YANG MEMPERLIHATKAN
KESERASIAN KEGIATAN

F. PROSEDUR DAN TATA CARA

KOORDINASI
G. DIKEMBANGKAN KOORDINASI DAN
KONSULTASI TIMBAL BALIK
H. PEJABAT YANG BERWENANG
MENGKOORDINASI MEMPUNYAI
KEMAMPUAN KEPEMIMPINAN DAN
KREDIBILITAS YANG TINGGI
I. SARANA KOORDINASI YANG PALING
TEPAT

3. SARANA KOORDINASI
A.
B.
C.
D.
E.

KEBIJAKSANAAN
RENCANA
PROSEDUR DAN TATA KERJA
RAPAT DAN TAKLIMAT (BRIEFING)
SURAT KEPUTUSAN / EDARAN
BERSAMA
F. TIM, PANITIA, KELOMPOK KERJA,
GUGUS TUGAS, SATUAN TUGAS
G. DEWAN ATAU BADAN
H. SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL
SATU ATAP (SAMSAT)

4. PELAKSANAAN KOORDINASI DALAM

SISTEM PENYELENGGARAAN NEGARA
A. SIDANG KABINET PARIPURNA TERBATAS
B. RAPAT DILINGKUNGAN MENTERI KOORDINATOR
C. KOORDINASI ANTAR DEP/ INSTANSI PEMERINTAH
TINGKAT PUSAT

5. KOORDINASI
DI LN
6. KOORDINASI
PEMDA
7. KOORDINASI
8. KOORDINASI

APARATUR PEMERINTAH PUSAT

PEMERINTAH PUSAT TERHADAP
TINGKAT DAERAH
DAN HUBUNGAN KERJA

D. PENGAWASAN
A. PENGERTIAN DAN TUJUAN
SALAH SATU FUNGSI ORGANIK
MANAJEMEN, YANG MERUPAKAN
PROSES KEGIATAN PIMPINAN
UNTUK MEMASTIKAN DAN
MENJAMIN BAHWA TUJUAN DAN
SARANA SERTA TUGAS-TUGAS
ORGANISASI AKAN DAN TELAH
TERLAKSANA DENGAN BAIK, SESUAI
RENCANA, KEBIJAKSANAAN
INSTRUKSI DAN KETENTUANKETENTUAN YANG TELAH
DITETAPKAN DAN YANG BERLAKU

HASIL PENGAWASAN MENJADI

MASUK PIMPINAN :
- MENGHENTIKAN
- MENCEGAH PENGULANGAN
- MANCARI CARA DAN MEMBINA CARA
TERBAIK MENCAPAI TUJUAN.

INPRES NO. 15 TAHUN 1983, MENETAPKAN

SASARAN PENGAWASAN :
1. TERTIB PELAKSANAAN TUGAS UMUM
PEMERINTAHAN
2. PELAKSANAAN PEMBAGIAN TUGAS
SESUAI RENCANA
3. AGAR HASIL-HASIL MEMBERI UMPAN
BALIK
4. MENCEGAH PEMBOROSAN,
KEBOCORAN DAN PENYIMPANGAN

1. KEGIATAN UMUM PEMERINTAH

2. KEBIJAKSANAAN-KEBIJAKSANAAN
YANG DIBUAT APARATUR BAWAHAN
3. PELAKSANAAN RENCANA
PEMBANGUNAN
4. PENYELENGGARAAN KEKUASAAN
DAN PENGELOLAAN KEUANGAN,
KEKAYAAN NEGARA
5. KEGIATAN BUMN/BUMD
6. KELEMBAGAAN, KEPEGAWAIAN
DAN TATA LAKSANA

1. OBYEKTIF DAN MENGHASILKAN

FAKTA
2. BERPEDOMAN PADA
KEBIJAKSANAAN YANG BERLAKU
3. PREVENTIF
4. PENGAWASAN BUKAN TUJUAN
5. EFISIEN
6. MENEMUKAN YANG SALAH
7. TINDAK LANJUT

1.
2.
3.
4.

PENETAPAN TOLAK UKUR

METODE
PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN
TINDAK LANJUT

1.

KEGIATAN PENGAWASAN HARUS SESUAI DENGAN

SIFAT YANG DIAWASI
2. MENGHSILKAN UMPAN BALIK
3. MELAPORKAN PENYIMPANGAN
4. EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
5. EKONOMIS
6. FLEKSIBILITAS
7. KESESUAIAN SUSUNAN ORGANISASI
8. DIPAHAMI DENGAN MUDAH
9. MENJAMIN TINDAK KOREKTIF
10. MENGEMBANGKAN PENGAWASAN DIRI SENDIRI
11. MENGEMBANGKAN PENGAWASAN PRIBADI
PIMPINAN
12. MEMPERHATIKAN FAKTOR MANUSIA

INPRES NO.1/1989
SERANGKAIAN KEGIATAN YANG
BERSIFAT PENGENDALIAN YANG
TERUS MENERUS DILAKUKAN
OLEH ATASAN LANGSUNG
TERHADAP BAWAHAN.

A. WASNAL INTERN
- ITJEN
- INSPEKTORAT DI LPND
- BAWASDA PROPINSI
- BAWASKAB/ KOTA
- SATUAN PENGAWAS INTERN (SPI)
DI
BERBAGAI
BUMN/BUMD
B. WASNAL EKSTERN

- DITUJUKAN PADA APARATUR :

MEMPAN, BKN, LAN, DITJEN
ANGGARAN, BAPPENAS.
- KE MASYARAKAT
- DUNIA TATA KOTA
- BPN
- DIKBUD
- KEPOLISIAN
TRANTIB

5. TUGAS LEGISLATIF
- HAK MEMINTA KETERANGAN
- HAK MENGADAKAN PENYELIDIKAN
- HAK MENGADAKAN PERUBAHAN RUU
- HAK MENGAJUKAN PERNYATAAN
PENDAPAT
- HAK MENGAJUKAN RUU

6. WASMAS
7. PENGAWASAN YUDIKATIF

A. TES
B. TINDAK LANJUT
DIANJURKAN
MELANJUTKAN
REFERENSI

PESERTA