Anda di halaman 1dari 36

A.

Latar Belakang
Nama

: Rahma Metalia

NIM

: 04101003046

BAHAYA KERJA BIOLOGI DI TEMPAT PENGUMPULAN BARANG


BEKAS DI LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN
INDERALAYA
(BAHAYA KERJA BIOLOGI HEWAN PENGERAT : TIKUS)
Pekerjaan mengumpulkan barang bekas atau barang yang masih memiliki nilai jual
untuk dapat di daur ulang telah banyak dilakukan di kalangan masyarakat. Selain
digunakan sebagai mata pencaharian yang dapat menunjang ekonomi keluarga juga
dapat membantu mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar. Barang-barang
bekas seperti koran bekas, buku yang tidak lagi digunakan, kaleng bekas, besi atau
paku yang telah berkarat, gelas plastik, galon bekas, dan lainnya merupakan barangbarang yang masih dapat di daur ulang.
Dalam setiap pekerjaan baik di bidang apapun itu, memiliki potensi untuk terjadinya
bahaya kesehatan kerja, termasuk pada pekerja pengumpul barang-barang bekas. Di
lorong pasar pagi, Timbangan, Inderalaya terdapat sebuah tempat yang digunakan
sebagai tempat pengumpulan barang bekas oleh salah satu warga bernama bpk.U.
Barang-barang bekas ini bertumpuk di sekeliling halaman rumah yang dibiarkan
terbuka, sehingga apabila hujan, tanah yang menjadi alas untuk barang-barang bekas
ini akan basah dan mengotori barang-barang bekas yang ada. Barang-barang bekas
yang berada di tempat bpk.U berupa galon bekas, kumpulan koran dan kertas bekas,
sepeda bekas, dan masih banyak yang lainnya. Tumpukan barang-barang bekas yang
tidak teratur dan kotor dapat menjadi tempat berkembang biak yang baik untuk
mikroorganisme patogen dan binatang pengerat. Binatang pengerat dalam kasus ini
adalah tikus.
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, sub ordo Myormopha,
famili Muridae. Spesies tikus paling dikenal adalah mencit (Mus Spp.) serta tikus got

Bahaya Kerja Biologi | 1

(Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu
organisme model yang penting dalam biologi. Perkembangbiakan tikus sangat cepat,
seekor induk tikus dapat melahirkan anak 6 ekor setiap kali kehamilan.
Tikus biasanya membuat sarang pada tempat-tempat yang berdekatan dengan sumber
makanan, air, dan tempat yang terlindung seperti di premis makanan, gudang, tempat
pembuangan sampah, longkang dan dapur yang kotor. R.novergicus (Tikus got)
membangun sarangnya dari rumput, kertas bekas, tali-tali bekas, dan bahan lain yang
cocok.
Tikus termasuk hewan pemakan segala. Tikus menghasilkan kotoran 10 kali lebih
banyak dari pakan yang dimakan dengan kotoran, urin, dan bulunya. Tikus berperan
sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai
rodent borne disease, penyakit yang termasuk sebagai rodent borne disease antara
lain seperti penyakit pes (plague), leptospirosis, scrub thypus, murine thypus, rat bite
fever, salmonellosis, lymphocytic choriomeningitis, rabies dan beberapa penyakit
lainnya. Penyebaran penyakit dari tikus ke manusia terutama disebabkan oleh
bermacam-macam bakteri yang terkandung dalam feces dan urine tikus.
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang muncul akibat bahaya kerja biologi karena
hewan pengerat (tikus) perawat berperan dalam hal kesehatan kerja di lingkungan
kerja pengumpulan barang bekas dengan memberikan pendidikan kesehatan atau
penyuluhan yang berkaitan dengan penyakit-penyakit yang sering timbul akibat
tikus, tanda dan gejala penyakit serta pencegahannya. Selain itu perawat juga
berperan dalam memberikan penyuluhan akan pentingnya penggunaan alat pelindung
diri selama bekerja seperti masker dan sarung tangan serta hygiene diri yang baik.
Perawat bekerja sama dengan Puskesmas juga berperan dalam menyaring atau
melakukan diagnosa sedini mungkin pada pekerja di lingkungan kerja pengumpulan
barang bekas agar para pekerja yang memiliki tanda dan gejala penyakit yang
muncul akibat tikus dapat diberikan perawatan sedini mungkin. Penting juga untuk
perawat memberikan pendidikan kesehatan kerja untuk mengendalikan hewan
pengerat seperti dengan merapihkan barang-barang bekas dan memberikan alas dan

Bahaya Kerja Biologi | 2

tutup yang baik serta pemberantasan sarang tikus, sehingga lingkungan kerja menjadi
lebih terkendali dan meminimalisir bahaya biologi yang muncul.

Nama

: Dian Gustie Aprimavista

NIM

: 04101003019

BAHAYA KERJA BIOLOGI DI TEMPAT PENGUMPULAN BARANG


BEKAS DI LORONG PASAR PAGI TIMBANGAN
INDERALAYA (Bakteri E.coli)
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan kerja.
K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen dan orang lain yang
juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Dalam hal ini kesehatan dan
keselamatan kerja pada pengumpulan barang bekas atau sampah.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini
masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan
sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Salah satu bahaya dari sampah yaitu bahaya biologi. Bahaya biologi adalah
organisme atau zat yang berasal dari organisme, yang menimbulkan ancaman bagi
kesehatan manusia atau hewan. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel dari
mikroorganisme, virus, atau racun (dari sumber biologis) yang dapat berdampak pada
kesehatan manusia. Kondisi lingkungan kerja bisa berakibat negatif jika dilakukan
dengan adanya kontaminan biologis.
Salah satu cara pemanfaatan sampah adalah dengan mendaur ulang. Hal ini yang
mendorong warga untuk mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dari

Bahaya Kerja Biologi | 3

tempat-tempat sampah, mengumpulkan di halaman rumah dan selanjutnya dijual lagi


untuk didaur ulang. Hal ini bukan tanpa resiko, seperti diketahui sampah merupakan
habitat ideal bagi bakteri penyebab penyakit atau patogen. Bakteri yang hidup
ditempat sampah diantaranya, Salmonella, Clostridia, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli dan Vibrio parahaemolyticus.
Escherichia coli atau biasa disingkat E. Coli adalah salah satu spesies utama bakteri
gram negatif. Pada umumnya bakteri ini diketahui terdapat secara normal dalam alat
pencernaan manusia dan hewan. Keberadaan E. Coli di luar tubuh manusia
menunjukkan suatu tanda sanitasi yang tidak baik karena E. Coli bisa berpindah
dengan kegiatan tangan ke mulut.
Aktivitas pengumpulan sampah plastik sering dilakukan dengan tangan tanpa sarung
tangan. Hal ini memungkinkan perpindahan E. Coli dari tangan ke mulut terlebih
akibat cuci tangan yg tidak bersih. E.coli yang terdapat pada makanan atau minuman
yang masuk ke dalam mulut manusia dapat menyebabkan gejala seperti kholera,
disentri, gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya.
Kontaminasi atau perpindahan E.coli dari tangan ke mulut dapat di cegah dengan
tetap menjaga sanitasi lingkungan, mengunakan sarung tangan saat memegang
sampah dan mencuci tangan dengan benar dan bersih menggunakan sabun dan air
bersih dan mengalir. Tidak hanya akibat perpindahan E.coli dari tangan ke mulut,
sanitasi air untuk kebutuhan sehari-hari pun perlu diperhatikan yaitu dengan
memastikan air tidak tecemar oleh kumpulan sampah serta jarak tempat
pengumpulan sampah dengan sumber air yang tidak terlalu dekat. Ada baiknya
tempat pengumpulan sampah terpisah dari tempat tinggal.
Peran perawat disini sebagai penyuluh kesehatan, memberikan penyuluhan mengenai
cara memelihara kesehatan mengenai anjuran mencuci tangan setelah bekerja dan
memberikan pengetahuan mengenai dampak dari sampah.

Bahaya Kerja Biologi | 4

Nama

: Poppy Judika Nababan

NIM

: 04101003019

Bahaya Kerja Biologi Ditempat Pengumpulan Barang Bekas


di Lorong Pasar Pagi Timbangan Indralaya
Lingkungan kerja merupakan keadaan yang

mempengaruhi pekerja yang dapat

berupa kondisi, alat & bahan kerja, cara kerja, tempat kerja, dll yang terkadang dapat
menimbulkan bahaya. Sehingga dalam keadaan tertentu yang berisiko bahaya harus
dilakukan tindakan pengendalian baik oleh pekerja maupun pengusaha.
Bahaya (Hazard), merupakan suatu kondisi dimana dapat menimbulkan kerusakan
harta benda, penyakit, ataupun penurunan kemampuan dalam melaksanakan fungsi
yang telah ditetapkan, atau suatu kondisi yang berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan / kerugian.
Dalam dunia kerja ada beberapa bahaya dari lingkungan tempat kerja itu. Baik
bahaya biologi , bahaya fisika, dan bahaya kimia. Bahaya biologi adalah potensi
bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di
udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakitpenyakit tertentu. Salah satu diantaranya adalah virus dengue. Virus dengue yang
diturlarkan oleh nyamuk dapat menyebabkan Demam Berdarah.

Nyamuk yang

menularkan virus ini bersarang di genangan air. Tempat pengumpulan sampah dapat
menyebabkan terjadinya genagan air yang dapat menjadi sarang bagi nyamuk
penyebar virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah.
Epidemiologi Demam Berdarah
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat, dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayahnya. Insiden DBD di di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk
(1989-1995); dan pernah meningkat tajam hingga 35 per 100.000 penduduk pada
tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2%
pada tahun 1999.

Bahaya Kerja Biologi | 5

Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan


tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih
(bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue
yaitu: 1) vektor: perkembangbiakan, kebiasaan menggigit, kepadatan di lingkungan,
jenis serotipe, transportasi dari satu tempat ke tempat lain. 2) pejamu: terdapat
penderita di lingkungan keluarga, paparan terhadap nyamuk, status gizi, usia (>12
tahun cenderung untuk DBD) dan jenis kelamin (perempuan > laki-laki). 3)
lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi mellaui vektor nyamuk genus Aedes (Ae.
aegypti dan Ae. albopictus). Dari kedua nyamuk ini yang paling dominan untuk
menjadi vektor adalah Ae. aegypti. Nyamuk betina paling sering mencari makanan
pada siang hari.
Manusia merupakan hospes primer. Ketika nyamuk ini membawa virus setelah
menghisap darah dari pasien. Virus dengue dengan mudah dapat ditularkan jika
nyamuk tersebut menghisap darah orang lain. Hal ini disebabkan karena virus berada
dalam kelenjar ludah nyamuk. Sebelumnya virus akan bereplikasi dalam kelenjar
ludah nyamuk selama 8-12 hari. selain itu, nyamuk Aedes memiliki waktu hidup
yang cukup panjang sekitar 15-65 hari sehingga penularan masih bisa terjadi.
Ketika virus telah masuk ke tubuh pejamu, virus akan memasuki periode inkubasi
selama 3-14 hari. Selama itu virus akan bereplikasi di target sel dendritik dan belum
menunjukkan onset. Infeksi pada sel target seperti, sel dendritik, hepatosit, dan sel
endotelial, mengakibatkan pembentukan respon imun seluler dan humoral terhadap
infeksi virus pertama dan berikutnya.
Patogenesis Demam Berdarah
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.

Bahaya Kerja Biologi | 6

Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah:


a. Respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi oleh antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam
mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Ini yang disebut dengan
antibody dependent enhancement (ADE).
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon
imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan
memproduksi

interferon

gamma,

IL-2

dan

limfokin,

sedangkan

TH2

memproduksi IL-4, IL-5, IL6 dan IL-10.


c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus
dan sekresi sitokin oleh makrofag
d. Selain itu terjadi juga aktivasi komplemen oleh kompleks imun.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection
yang menyatakan bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue
dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi
sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun meninggi.
Kurane dan Ennis (1994) merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain;
menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
dalam makrofag. Terjadinya infeksi makrofag menyebabkan aktivasi Th dan Ts
sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan
mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF
alfa, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel
dan terjadi kebocoran plasma. Ini juga diperkuat oleh peningkatan C3a dan C5a.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:
- Supresi sumsum tulang
- Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.

Bahaya Kerja Biologi | 7

Melihat resiko tempat kerja dan kurangnya pengetahuan pekerja tentang resiko
tempat kerja dari bidang biologi, maka peran perawat untuk mencegah resiko
tersebut sangat dibutuhkan. Adapun peran perawat adalah sebagai berikut :
1. Berikan penkes :
- Beritahukan kepada pekerja untuk mencegah munculnya genangan air pada
tempat pengumpulan sampah
- Buang kaleng dan botol bekas ditempat sampah yang tertutup.
- Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.
- Jaga saluran air supaya tidak tersumbat.
- Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah timbulnya genangan air.
2. sebagai panutan
Perawat disini berperan memberikan contoh dalam bidang kesehatan. Perawat
harus

mampu menunjukkan perilaku seperti penkes yang telah diberikan.

3. sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan
pekerja. Misal tindakan kolaborasi dengan pekerja dalam mncegah perkembangan
nyamuk aedes aegypti, supaya tidak terjadi penyakit DBD. Genangan air yang
dapat menjadi sarang nyamuk aedes aegypti

Bahaya Kerja Biologi | 8

Nama

: Melly Indah Purwanti

NIM

: 04101003015

BAHAYA BIOLOGI (ANTRAKS) YANG TERDAPAT PADA PETERNAK


SAPI POTONG DI DESA TANJUNG PERING, INDERALAYA
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya. Selain itu, telah dijelaskan dalam pasal 86 UU No.13 tahun
2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan
dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi yang memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan
orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.Praktek
K3 meliptui pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka
dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia,
fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi
kesehatan kerja.
Bahaya di tempat kerja, bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun
aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan ataupenyakit
akibat kerja (PAK) definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat
5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antaralain : faktor bahaya biologi, faktor
bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor
bahaya sosial-psikologis.
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumbersumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau

Bahaya Kerja Biologi | 9

bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya
biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi.
Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable,
racun biogenik dan alergi biogenik.
a. Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya : pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak,
penjaga binatang, dokter hewan dll.Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax,
brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci.
b. Bahaya Non-Infeksi
1) Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.Perkembangan produk
bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana
mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan,
pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, grain
fever, Legionnaires disease.
2) Alergi Biogenik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.Bahan
alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu
dan protein dari urine dan feaces binatang.Bahan-bahan alergen pada industri
berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses
pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur
jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan
gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh : Occupational
asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
Salah satu bahaya infeksi yaitu pekerja yang bekerja di pertakan sapi adalah
antrax.Penyakit antrax adalah jenis penyakit yang umumnya meyerang hewan
herbivore seperti sapi, kerbau, kambing dan kuda. Namun tak jarang penyalkit ini
juga menyerang mamalia lain termasuk manusia. Penyakit ini Bersifat zoonosis atau
dapat menulari manusia, tapi belum pernah ditemukan penularan nya dari manusia ke

Bahaya Kerja Biologi | 10

manuisia.Penyakit ini meyebabkan kematian yang tinggi pada ternak.Antrax di


sebabkan oleh bacillus antharxis, sejenis bakteri yang bersifat aerob (memerlukan
oksigen untuk hidup). Bila kontak dengan udara bebas,bakteri ini dapat membentuk
spora yang dapat tahan sampai puluhan tahun didalam tanah. Masuknya bibit
penyakit biasanya melalaui luka atau dari udara yang tercemar bakteri.Pada hewan
ternak banyak terjadi pada saat ternak makan rumput.Dun-daun atau ranting yang
keras dapatmelukai mulut atau kaki ternak.Bakteri kemudian masuk melalui luka
tersebut atau pun melalui makanan yang tercemar bakteri.
Gejala Klinis pada hewan :
1. Demam, gelisah, lemah, paha gemetar, nafsu makan hilang dan rubuh.
2. Keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung. Darah berwarna merah tua
seperti kecap atau ter, agak berbau amis dan busukserta sulit membeku.
3. Pembengkakan di daerah leher, dada, sisi lambung, pinggang dan kelamin luar.
4. Kematian dalam waktu singkat tanpa disertai tanda-tanda sebelumnya.
Anthrax pada manusia
Proses penularan anthrax pada manusia bisa terjadi bila manusia kontak langsung
dengan spora anthrax yang ada di dalam tanah, pada tanaman ataupun produk-produk
hewan yang terjangkit anthrax. Penularan bisa juga terjadi melalui udara yang
mengandung spora anthrax dan Gigitan vektor atau pembawa kuman Anthrax,
misalnya lalat piteuk (Tabanus sp.) Tak heran para pekerja di sektor pengolahan kulit
atau pejagalan liar pun rentan terhadap serangan penyakit ini.
Tipe Anthrax:
1. Anthrax Kulit : Kulit biasanya terlihat melepuh seperti luka bakar, disertai deman
dan sakit kepala
2. Antrhax saluran pencernaan : rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak
napsu makan, suhu badan meningkat, hematemesis.
3. Anthrax paru-paru: ditandai dengan gejala lesu, lemah, batuk dan gangguan
saluran pernafasan
4. Antraks meningitis : terjadi bila kuman anythrax telah menyrang otak, sakit
kepala hebat, kejang dan penurunan kesaaran biasanya menyertainya.

Bahaya Kerja Biologi | 11

Peran utama perawat yaitu sebagai pendidik, memberikan pendidikan kepada


komunitas, keluarga, dan individu bagaimana cara pencegahan terjadinya penyakit
antrax.
Langkah-langkah preventif sebaiknya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Membiasakan diri dengan cara hidup bersih dan sehat ,Cuci tangan dengan sabun
sebelum makan, Cuci sayuran atau buah-buahan sebelum dimakan. Hindari kontak
langsung dengan bahan makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena
antrax, Memasak daging sampai matang sempurna dan Vaksinasi antrax.Pemerintah
juga sebaiknya menutup rumah potong hewan tidak resmi yang banyak
beroperasi.Pemotongan hewan tanpa pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan
sangat rentan menularkan penyakit-penyakit zoonosis.
Kasus-kasus Anthrax biasanya terjadi pada daerah-daerah yang dalam sejarahnya
memang pernah mengalami kasus serupa.Spora anthrax dalam tanah bisa hidup
selama puluhan tahun. Ketika kasus merebak, semua pihak terlihat sibuk melakukan
penanganan, tapi setelah mereda mereka kembali ke kebiasaan semula. Sosialisasi
tentang gejala dan penanganan penyakit ini sebenarnya sudah sering dilakukan, tapi
kecenderungan masyarakat yang mudah lupa, membuat kasus seperti ini selalu
terulang. Pemotongan hewan yang mati mendadak kemudian memakannya sudah
biasa di masyarakat kita. Ada dikalangan peternak, mereka baru makan daging jika
hewan sakit atau mereka yang sakit.Jika mereka sakit, barulah mereka memaksakan
diri untuk makan enak, atau jika hewannya sakit barulah disembelih untuk dimakan.
Pemotongan hewan yang terjangkit anthrax merupakan tindakan yang sangat
berbahaya, baik bagi manusia maupun bagi lingkungan di sekitar. Darah hewan yang
kontak dengan udara akan dengan mudah berubah menjadi spora yang akan
menyebar dan mengendap dalam tanah. Bahaya laten yang tersembunyi dalam tanah
ini akan keluar meyerang bila lingkungan nya kondusif. Air yang tergenang
merupakan lingkungan yang cocok untuk bangkitnya bakteri ini.
Pengendalian Bahaya di Tampat Pertenakan Sapi (Alat pelindung diri)

Bahaya Kerja Biologi | 12

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling
tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan APD hanya berfungsi untuk
mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu
dihindari

ketergantungan

hanya

mengandalkan

alat

pelindung

diri dalam

menyelesaikan setiap pekerjaan.Alat pelindung diri adalah antara lain:, Masker,


Sarung tangan, pakaian (Uniform) dan sepatu.

NAMA

: AFEN SIDIK

NIM

: 04101003041

BAHAYA BIOLOGI YANG TERDAPAT DI PETERNAK SAPI POTONG DI


DESA TANJUNG PERING
INDRALAYA UTARA KAB. OGAN ILIR (T. Saginata)
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3
yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
atau K3 adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha
sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian sedangkan menurut Rijanto (2010)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah
dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko
(risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang
mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan
risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.
Salah satu kelompok kerja yang ada di wilayah Desa Tanjung Pering Kabupaten
Ogan Ilir adalah kelompok kerja peternak sapi potong. Berternak sapi memerlukan
pengetahuan seperti cara perawatan sapi, perawatan kandang , analisa penyakit pada

Bahaya Kerja Biologi | 13

sapi , lingkungan, pemberian obat pada sapi yang sakit dan pengontrolan makan dan
minum sapi. Salah satu masalah yang sering muncul adalah pencemaran lingkugan.
Pencemaran lingkungan ini didapat dari pengelolaan kotoron sapi yang tidak tepat,
lokasi pembuangan yang minim, dan area yang terlalu dekat dengan pemukiman
warga. Hal ini dapat menciptakan dampak buruk bagi lingkungan seperti pencemaran
air, tanah dan udara. Pencemaran ini dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi
masyarakt sekitar.
Salah satu faktor resiko bagi pekerja kelompok ternak sapi dalam masalah kesehatan
adalah terinfeksi parasit yang ada di tubuh sapi, salah satunya adalah penyakit
Taeniasis. Taeniasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pita dari
genus Taenia dan infeksi oleh larvanya disebut Sistiserkosis (Estuningsih,2009).
Penyakit ini ditularkan melalui tinja sapi yang mengandung telur larva dari cacing
pita atau untuk sapi T. Saginata yang terbawa oleh lalat dan mengkontaminasi
makanan , sayuran yang terkontaminasi telur cacing pita, mengkonsumsi daging sapi
yang tidak dimasak dengan baik dan kurangnya personal hygin seperti cuci tangan
sebelum mengkonsumsi sesuatu.
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian
kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai
akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara
lain rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan
menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar),
pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan
darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofilia).
Penyakit taneasis dapat dicegah dengan dua cara yaitu:
1. Pada hewan dapat ditekan dengan cara mengobati induk semang definitif yang
menderita Taeniasis dan hewan ternak dilarang kontak langsung dengan feses
manusia( Estuningsih,2009).
2. Pada manusia dapat dilakuan dengan menghindari makanan daging yang kurang
matang, baik pada daging babi (untuk T. Solium) dan daging sapi (untuk T.
Bahaya Kerja Biologi | 14

Saginata), daging yang terkontaminasi harus dimasak dahulu dengan suhu diatas
56 derajat celcius (Estuningsih,2009), melakukan snitasi yang baik terutama
tempat penampungan limbah defikasi binatang ternak, menggunakan sarung
tangan dan sepatu saat membersihkan kandang maupun membersihkan kandang
dan cuci tangan sebelum mengkonsumsi sesuatu.
Peran perawat yang dapat dilakukan pada kelompok kerja peternak sapi potong
adalah usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Dalam melaksanakannya, perawat akan terlibat dalam kerja sama dengan berbagai bidang keahlian lain,
seperti dokter hewan, serta berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan,
peternakan, perindustrian, ekonomi, dll). Salah satu tindakan promotif dan preventif
yang dapat dilakukan oleh perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang
pencegahan penularan penyakit yang disebabkan olen T.solium dengan cara cuci
tangan sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman, memasak daging sapi
sampai matang, menggunakan alat perlindungan diri saat bekerja, sanitasi
linggkungan yang baik, dan menganjurkan pemeriksaan kesehatan ternak.

Nama

: Wenniarti

NIM

: 04101003039
Bahaya Biologi yang Terkandung dalam Kotoran Sapi pada Pekerja
Peternakan Sapi Potong X di Wilayah Tanjung Pering Indralaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan
pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2
juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000
orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja
yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat
kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

Bahaya Kerja Biologi | 15

membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekitarnya, agar diperoleh


produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Kesehatan
dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem program yang dibuat bagi
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan
cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Kelompok kerja yang berada di Indralaya Tanjung Pering adalah kelompok kerja
peternak sapi potong. Beternak sapi tidaklah mudah dimulai dari pemberian makan,
membersihkan kandang, serta pengontrolan kesehatan sapi potong. Tenaga kerjanya
terdiri dari 3 orang dan semuanya adalah laki-laki. Kondisi di sekitar daerah
peternakan sangat kotor banyak terdapat kotoran sapi dimana kotoran tersebut hanya
dibiarkan saja oleh para pekerja dan tidak di bersihkan.
Pemeliharaan sapi potong erat hubungannya dengan pemeliharaan lingkungan dan
kesehatan. Salah satu sumber pencemaran terhadap lingkungan adalah peternakan
sapi potong melalui kotoran yang dikeluarkan setiap hari melalui defekasi. Kotoran
sapi dalam jumlah besar dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karenanya harus
ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap air, udara,
tanah yang berdampak timbulnya gangguan kesehatan manusia, oleh karena itu
kotoran sapi potong sebaiknya tidak dibiarkan bertumpuk atau dibuang ke sungai
tetapi harus melalui pengolahan agar bermanfaat bagi lingkungan.
Salah satu bakteri yang terkandung di kotoran sapi adalah Pseudomonas aeroginosa.
Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia antara lain infeksi
yang dapat terjadi di mata, telinga, kulit, serta saluran pernapasan (slamethandono,
2008), bakteri ini juga menginfeksi kornea dan saluran kemih. (Jawetz, et al., 2001).
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini
kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi
pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen opor-

Bahaya Kerja Biologi | 16

tunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk


memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan
berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Pseudomonas
aeruginosa bersifat patogen hanya bila memasuki daerah dengan sistem pertahanan
yang tidak normal, misalnya saat membran mukosa dan kulit robek karena kerusakan jaringan langsung. Bakteri ini menempel dan membentuk koloni pada membran
mukosa atau kulit, menginfasi secara local, dan menyebabkan penyakit sistemik.
Paling sedikit dihasilkan 2 tipe protease yang menyebabkan lesi hemoragik kulit dan
destruksi jaringan kornea mata. Tidak ada efek letal. Nekrosis hemoragik kulit sering
terjadi pada sepsis, dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi pus. Faktor sifat
yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal, menimbulkan
penyakit ialah: pili yang melekat dan merusak membran basal sel yaitu polisakarida
simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan
fagositosis.
Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada
pada Enterobacteriaceae. Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak
barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa
menyerang jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gramnegatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat
sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin
difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan
sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2. Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2
adalah inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal.
Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik
dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Sebagai perawat fungsi preventif sangatlah dibutuhkan dalam hal ini karena
pencegahan yang paling baik adalah dengan memberikan pengetahuan kepada para
pekerja bahwa dengan alat perlindungan diri yang aman seperti memakai sepatu bot
agar tidak terkena langsung kotoran sapi, menjaga personal hygiene, mencuci tangan

Bahaya Kerja Biologi | 17

dengan benar serta menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi dapat meminimalisir
resiko terjadinya infeksi akibat Pseudomonas aeroginosa.
NAMA: FALENTINA DWI CITRA
NIM: 04101003049
BAHAYA BIOLOGI (Escherichia coli ) PADA BUDIDAYA IKAN LELE
Dizaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, menuntut
manusia untuk bekerja lebih keras lagi. Dalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat
banyak sekali bahaya untuk kesehatan. Bahaya kesehatan kerja merupakan jenis
bahaya yang berdampak pada kesehatan yang menyebabkan ganggguan kesehatan
dan penyakit akibat kerja. Jenis bahaya kesehatan antara lain: Bahaya fisik, bahaya
kimia, bahaya ergonomi, bahaya biologi dan bahaya psikologi.
Bahaya biologi merupakan bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup yang
berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang
bersifat patogen. Sebagai contoh orang yang bekerja pada sektor perikanan yang
berkontak langsung dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja tidak
selalu bersih dalam arti bebas dari sumber-sumberyang berupa virus, bakteri,
protozoa dan fungi.
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi
oleh manusia. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk yang mudah didapat,
harga terjangkau dan memiliki nilai gizi yang cukup bagi manusia (Tim Karya Tani
Mandiri : 2009). Ikan termasuk hewan yang habitatnya di air, air sungai, danau, laut
dan air tawar.
Diantara ikan air tawar yang dibudidayakan, Siluruformes merupakan bagian dari
kelompok ikan-ikan penting di Asia Tenggara, antara lain famili Clariidae (Ikan lele)
merupakan penyumbang yang cukup berarti bagi produksi tahunan di wilayah ini, tak
kurang dari 70.000 ton dihasilkan pertahunnya (Tim Karya Tani Mandiri : 2009) hal
ini didukung dengan makin maraknya budidaya ikan lele.

Bahaya Kerja Biologi | 18

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit
licin. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di
sungai dengan arus air yang perlahan (kolam pekarangan) , rawa, telaga, waduk,
sawah yang tergenang air. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan
kedalamannya cukup sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat
oksigen.
Air yang jelek, keruh dan kotor merupakan tempat berkembang biaknya bakteribakteri yang sangat berbahaya bagi manusia yang terpaparnya. Penyakit yang
ditularkan pada air biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Contoh dari bakteri
coliform antara lain adalah Salmonella spp, Escherichia coli, Enterobacter,
klebsiellla dan lain-lain (Ghufran, 2004)
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang pendek dan
bersifat anaerob. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung dan
halus dengan tepi yang nyata (Smith Keary, 1988 dalam Sri Agung 2010).
Lingkungan hidup ikan lele yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya
Escherichia coli, dari tempat ini pekerja budidaya ikan lele dapat terinfeksi bakteri
E. coli terutama jika pekerja tidak memakai alat pelidung diri pada saat bekerja
seperti sarung tangan dan sepatu pelindung. Bakteri ini juga bisa menyebar melalui
kontak manusia. Biasanya ini terjadi bila tidak mencuci tangan bila menyentuh orang
yang telah terinfeksi. Setelah masuk ke dalam saluran pencernaan bakteri menempel
di usus besar manusia. Escherichia coli memproduksi racun yang bisa merusak sel
darah merah. Rusaknya sel darah merah bisa menyebabkan kegagalan ginjal yang
kemudian bisa berakibat kematian selain itu bakteri ini juga dapat mengakibatkan
serangan jantung atau stroke dan tekanan darah tinggi (Graha, 2011).
Sehubungan dengan permasalahan ini, peran perawat sebagai edukator yaitu
memberikan

informasi

dan meningkatkan

perubahan

perilaku klien

serta

meningkatkan tingkat pengetahuan klien dan kemampuan mengatasi kesehatannya


yaitu dengan cara menyarankan pekerja budidaya ikan lele memakai alat pelindung

Bahaya Kerja Biologi | 19

diri seperti sarung tangan dan sepatu penutup serta setelah bekerja gunakan metode
mencuci tangan yang benar untuk membersikan tangan dengan saksama.
Nama

: Lili Safitri

Nim

: 04101003028
Bahaya Biologi Ikan Lele pada Peternak Lele (Pseudomonas sp)

Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses
kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit
infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan
penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan,
keturunan dan penanganan (Afrianto & Liviawaty, 2003).
Bahaya biologi terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, dan bakteri patogen
lainnya. Budidaya ikan lele dengan metode kolam terpal yang berada ditimbangan
kurang terawat, terlihat dari air kolam indukan lele yang berumur 2 tahun berwarna
keruh dan sangat kotor. Kondisi air kolam yang seperti itu cenderung beresiko tinggi
tercemar oleh agen biologi seperti pseudomonas sp. Sejenis bakteri patogen. Ikan lele
yang terinfeksi bakteri pseudomonas sp akan mengalami perdarahan di kulit, hati,
ginjal maupun limpa. Perdarahan pada kulit tersebut akhirnya mengakibatkan luka
borok pada tubuh ikan lele dan lendir yang cukup banyak.
Pada peternak lele resiko terinfeksi sangatlah besar jika terpapar langsung dengan
bakteri pseudomonas sp, baik melalui lendir ataupun dengan mengonsumsi ikan lele
tersebut. Hal ini akan mengakibatkan infeksi dan gangguan pencernaan pada
manusia, bahkan bisa menyebabkan keracunan akibat toksik tersebut.
Dalam hal ini perawat sangat berperan dalam membantu para peternak lele guna
menjaga kesehatannya melalui penyuluhan-penyuluhan tentang perlindungan
kesehatan kerja. Terutama dalam hal menggunakan alat perlindungan diri seperti

Bahaya Kerja Biologi | 20

sarung tangan atau menggunakan mantel panjang. Sarung tangan dan mantel panjang
berfungsi untuk melindungi tubuh dari paparan ikan lele yang terinfeksi. Selain itu
lingkungan area kolam juga harus dijaga kebersihannya dengan; (1)mengganti air
kolam secara rutin jika sudah keruh; (2)melakukan penggantian air kolam pada
kolam yang sudah terinfeksi; (3)memisahkan ikan yang terinfeksi dengan yang sehat;
dan (4)melakukan pengontrolan rutin pada air kolam.

Nama : Revi Afriyensi


Nim : 04101003013
BAHAYA BIOLOGI YANG TERDAPAT PADA BUDIDAYA IKAN LELE
KOLAM TERPAL (Bakteri Aeromonas.sp)
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat sering
kita dengar. Di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan
K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yaitu suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha
sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif pada saat bekerja.
Pada kelompok kerja budidaya ikan lele kolam terpal yang berada di Kelurahan
Timbangan kami lihat, kualitas air kolam kurang terawat. keadaan perairan yang
kurang terkontrol dan terawat serta pertahanan dalam tubuh ikan sedang buruk atau
lemah, penyakit ikan dapat dengan mudah menginfeksi ikan-ikan yang berada
didalam kolam terpal. Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah bakteri dan
parasit. Bakteri menurut Satyanegara (2009) adalah mikroorganisme dengan struktur
intraseluler yang sederhana bentuknya berbeda menurut genusnya. Ciri-ciri bakteri
tersebut adalah dapat tumbuh berkembangbiak dalam kelompok, berbentuk rantai
dan benang, memiliki

koloni yang

berwarna dan berkilau,

atau tidak.

Bahaya Kerja Biologi | 21

Metabolismenya aerob atau anaerob. Aeromonas, sp. dan Pseudomonas, sp. Adalah
contoh bakteri yang sering ditemukan menginfeksi ikan lele.
Salah satu factor resiko yang bisa terdapat pada kelompok kerja budidaya ikan lele
kolam terpal pada kelurahan timbangan adalah terinfeksi nya salah satu baketri yang
berada di dalam tubuh ikan lele. Bakteri Aeromonas, adalah Jenis bakteri yang
bersifat patogen dan dapat menyebabkan sistemik serta mengakibatkan kematian
ikan secara masal. Cara penularan dari bakteri tersebut terhadap ikan atau pun
manusia melalui perantara air, kontak bagian tubuh ikan atau peralatan tercemar.
Gejala ringan yang timbul akibat infeksi dari bakteri Aeromonas berupa demam dan
kedinginan, tapi pada manusia yang sudah terinfeksi berat (infeksi bakteri yang
berlebihan) sering menampakkan gejala sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.
Pencegahan dalam budidaya kolam terepal dapat diberikan perawat melalui
penyuluhan, dengan beberapa langkah yaitu:
1. Hindari perpindahan ikan dari satu kolam ke kolam lain. Ikan secara bertahap
membangun resistansi terhadap bakteri local tapi dapat membawa organisme
virulen bila dipindahkan.
2. Sediakan

kondisi

lingkungan

optimal,

berikan

perhatian

khusus

pada

mempertahankan tingkat oksigen dan penanganan ikan yang hati-hati. Perawatan


dengan menggunakan alat sangat menolong saat mensortir, penanganan atau
pemindahan bibit ikan.
3.

Sebisa mungkin hindari penggunaan antibiotik, meskipun antibiotik dan


disinfektan seringkali terbukti ampuh digunakan dengan ditambahkan pada air
sebanyak 2-4 ppm seperti acriflavin dan prophylactic.

4. Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resistensi pada patogen.


5. Sebagai pengganti antibiotik, gunakan vaksin yang bersifat spesifik Aeromonas,
probiotik, atau bioaktif yang terbukti ampuh untuk meningkatkan kekebalan tubuh
ikan.

Bahaya Kerja Biologi | 22

Nama : Pratiwi Arum Sari


Nim: 04101003023
Faktor Biologi : Virus Avian Influenza pada Peternakan Ayam
Kesehatan adalah faktor penting yang harus diperhatikan semua manusia khususnya
para pekerja. Baik pekerja pabrik, perusahaan, rumah sakit, peternakan, dsb.
Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga
berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita
sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan
untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat
(Mily, 2009).
Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatian. Kondisi fisik harus maksimal
dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja. Menurut ILO/WHO (1995) bahwa
kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang
disebabkan oleh 11 kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi
dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya.
Kesehatan para pekerja dapat terganggu akibat dari lingkungan kerja mereka. faktor
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya kerja adalah : faktor fisik, faktor
kimia, faktor biologi dan Ergonomi. Salah satu faktornya adalah faktor biologi.

Bahaya Kerja Biologi | 23

Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organic yang berasal dari sumbersumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein, dari binatang atau
bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.
Salah satu dari sumber biologi adalah virus. Virus mempunyai ukuran yang sangat
kecil 16-300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus
menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus :
influenza, varicella, hepatitis, HIV, flu burung, dll. Penyakit flu burung atau avian
influenza adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus H5N1 yang
secara alami dapat mengifeksi bangsa burung (Soedjono, 2005).
Penyakit ini telah terindentifikasi bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak
ke manusia. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan
manusia, maka peluang untuk menularnya virus semakin besar. Orang yang beresiko
besar terkena flu burung adalah pekerja perternakan unggas, penjual, penjamah
sampai dokter hewan yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Cara
penularan virus pada peternak yaitu melalui kontak langsung dengan unggas yang
sakit atau produk unggas yang sakit, udara atau peralatan yang tercemar virus H5N1
yang berasal dari faeces atau sekreta unggas yang terserang virus flu burung. Virus
ini dapat menular melalui kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun
demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur,
dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. (AI)
(Akoso, 2006).
Dari observasi yang dilakukan didapatkan, minimnya kesadaran pekerja peternakan
dalam pencegahan penularan penyakit. Saat bekerja, tidak memakai alat pelindung
diri, misalnya masker dan sarung tangan. Para peternak, khususnya peternak ayam
sangat rentan terjangkit virus jika minimnya upaya pencegahan dan kesadaran dari
peternak. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan dan
pemberian vaksin terhadap hewan ternak, kebersihan lingkungan peternakan,
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat kerja dan ketika kontak langsung dengan

Bahaya Kerja Biologi | 24

hewan ternak, dan mencuci tangan dengan antiseptic setelah kontak dengan hewan
ternak.
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha
pencegahan dan penanganan kasus Avian Influenza ini. Peran perawat dimulai dari
usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitative. Dalam melaksanakannya,
perawat akan terlibat dalam kerja tim dengan berbagai bidang keahlian lain, seperti
dokter hewan, serta berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan, peternakan,
perindustrian, ekonomi, dll). Tindakan yang dapat dilakukan yaitu memberikan
penyuluhan.
1. Mengenalkan pada peternak karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan
tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.
2. Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen dan
alcohol 70%).
3. Bagi para peternak, petugas kesehatan dan peneliti harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, sepatu.
4. Bagi masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas
guna mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan
disinfeksi maupun vaksinasi.
5. Bagi para pengusaha dan pekerja peternakan penting untuk menerapkan
biosecurity yang ketat, sehingga segala produk unggas dan hewan ternak aman
dikonsumsi.
6. Peternak diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal penyakit dan
perujukan segera ke pelayanan kesehatan.

Nama

: Annis Pertiwi

NIM

: 04101003037

ASPEK BIOLOGI PADA PETERNAKAN AYAM ( Bakteri Salmonella )

Bahaya Kerja Biologi | 25

Potensi bahaya yang disebut hazard terdapat hampir di setiap tempat dimana
dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja.
Hazard adalah setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja, salah satunya adalah tempat
kerja peternakan ayam. Salah satu hazard pada peternakan ayam yakni terdiri dari
bahaya biologis. Bahaya biologis meliputi bakteri, virus, dan jamur yang terdapat di
lingkungan kerja peternakan ayam. Bagian ini saya akan membahas tentang bakteri.
Bakteri merupakan bagian dari bahaya biologis yang dapat di temukan dilingkungan
peternakan ayam, contohnya seperti bakteri Salmonella.
Bakteri Salmonella muncul di peternakan berawal dimana anak ayam yang dipelihara
dalam kondisi komersial sangat rentan terhadap infeksi Salmonella karena mikroflora
usus lambat berkembang sehingga kalah bersaing jika ada serangan bakteri patogen
enterik (Nurmi dan Rantala, 1973 dalam Ferreira et al, 2003). Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella disebut dengan salmonellosis. Salmonellosis
merupakan penyakit yang menular pada manusia (zoonosis). Sumber penularan
berupa keluaran (eksresi) hewan dan manusia baik dari hewan ke manusia maupun
sebaliknya. Menurut www.oie.int salmonellosis adalah penyakit infeksi pada
manusia dan hewan yang disebabkan oleh organisme dari 2 jenis salmonella (S.
enteritica dan S. bongori), meskipun sebagai bakteri yang terdapat di saluran
pencernaan, salmonella menyebar luas di lingkungan, umumnya ditemukan pada
sampah dan bahan-bahan yang berhubungan dengan kontaminasi fekal. Sebagai
pekerja peternak ayam mereka adalah orang yang pertama sering terpapar langsung
menyentuh ayam, kotoran ayam dan lingkungan ayam yang terinfeksi, oleh karena
itu perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara langsung kepada
peternak ayam agar terhindar dari bakteri Salmonella tersebut.
Peran Perawat untuk Kesehatan Kerja Peternak Ayam
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha
pencegahan dan penanganan kasus infeksi Bakteri Salmonella ini. Peran perawat
dimulai dari usaha promotif, preventif , kuratif, hingga rehabilitatif. Usaha promorif
dan preventif biasanya dilakukan oleh perawat komunitas.

Bahaya Kerja Biologi | 26

Tindakan promotif dan preventif yang dapat dilakukan yaitu memberikan


penyuluhan.
1. Mengenalkan pada masyarakat karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit
dan tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.
2. Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen dan
alkohol 70%) bila kontak dengan hewan yang sakit.
3. Bagi para peternak, petugas kesehatan, dan peneliti harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan (double hand scoon), masker, kaca
mata pelindung seperti kaca mata renang (goggles), sepatu.
4. Bagi masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas
untuk mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan
disinfeksi maupun vaksinasi
5. Lebih baik membeli ayam yang sudah dipotong dan telah dihasilkan oleh rumah
potong ayam yang telah diawasi pemerintah
6. Masyarakat diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal Salmonellesis
dan perujukan segera ke pelayanan kesehatan
Tindakan Kuratif
Saat seseorang mulai mengalami gejala-gejala adanya infeksi Bakteri Salmonella hal
terbaik yang dilakukan untuk menyelamatkannya adalah perujukan segera ke RS
maupun puskesmas. Jika gejala klinis dan pemeriksaan klinis didapat semakin
banyak mengarah ke Salmonellesis maka perawatan intensif perlu segera dilakukan.
Tindakan Rehabilitatif
Jika kondisi pasien membaik maka pasien diperbolehkan pulang. Namun sebelum
dipulangkan, pasien diberikan informasi untuk menjaga dari ancaman infeksi bakteri
Salmonella berulang dan mempertahankan kesehatannya. Pembekalan informasi bagi
pasien dan keluarga pasien meliputi:
1. Penjagaan lingkungan dari ancaman penyebaran virus
2. Personal hygiene dan environment hygiene
3. Menjauhkan kandang ternak atau unggas dari rumah jika memelihara ternak atau
unggas

Bahaya Kerja Biologi | 27

4. Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol ke poloklinik penyakit


dalam terdekat
5. Pengenalan tanda dan gejala Salmonellesis, pemeriksaan segera ke pelayanan
kesehatan

Nama : Susi Lestari


NIM : 04101003045
BAHAYA BIOLOGI PADA PETERNAK AYAM
Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari
setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim dimuka bumi, secara tidak sadar
mereka telahmengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya
disekitar lingkungan hidupnya. Pada masa itu, tantangan bahaya yang dihadapi lebih
bersifat natural seperti kondisi alam, cuaca, binatang buas, dan bahaya dari
lingkungan hidup lainnya.
Kesadaran akan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sesungguhnya telah
menjadi komitmen dasar untuk terpenuhinya kemauan untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan memuaskan. Hanya saja dari kesadaran tersebut terkadang muncul
kelalaian sehingga menjadikan seseorang lupa akan komitmennya. Seperti yang
ditemukan dilapangan. Masyarakat telah mengetahui pentingnya kesadaran untuk
menjaga kondisi agar tetap optimal dalam bekerja. Dalam hal ini kesadaran untuk
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja. Ketika itu masyarakat lupa
dikarenakan kelalaian yang dilakukan. Dikarenakan keseringan lalai menyebabkan ia
lupa dan mengabaikannya.
Potensi bahaya yang disebut hazard terdapat hampir di setiap tempat dimana
dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Hazard
adalah setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensiuntuk terjadinya
kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja. Salah satu Hazard yakni terdiri dari

Bahaya Kerja Biologi | 28

Bahaya biologis. Bahaya biologis meliputi bakteri, virus,dan jamur yang terdapat di
lingkungan kerja
Sebagaimana pemilik usaha pernah mengalami kasus KLB ini dimana virus yang
mematikan sebagian besar unggas dan tentunya sangat merugikan bagi pemilik.
Belum lagi bahaya yang dapat ditimbulkan bagi manusia sendiri yang dapat
menyebabkan kematian.
Perhatian utamanya adalah untuk lingkungan hazard biologi karena sebagian besar
kontribusi dari limbah dari ternak. Bukan hanya berupa bakteri maupun virus, sering
juga ditemukan kutu ayam yang apabila menyerang manusia dapat menyebabkan
gatal-gatal.
Memang yang paling sering ditemukan pada ayam kampung di Indonesia adalah
kelompok kutu dengan nama ilmiah ornythonyssus bursa, atau dikenal dengan nama
tungau tropis, sieur atau gurem. Gurem ini dapat menyerang semua unggas, burung
merpati, burung gereja, dan bahkan dapat menyerang manusia.
Gurem merupakan parasit yang sering menyerang ayam pada waktu mengeram,
sehingga menimbulkan gejala gatal-gatal yang luar biasa disekujur tubuh.
Gurem yang telah dewasa, akan bereproduksi dengan meletakkan telurnya pada
bulu-bulu unggas dan sebagian besar diletakkan di sarang /kandang ayam. Pada saat
mengerami telur, suhu badan ayam meningkat, maka gurem memilih untuk bertelur
pada tempat ayam mengeram. Telur tungau dapat menetas dalam waktu 2-3hari.
Pada saat telur ayam menetas, sebagian besar telur kutu yang berada di sarang ayam
juga telah menetas berusaha mencari makanan(menghisap darah). Maka pada saat itu
gurem berusaha mencari induk semang, berupa unggas lain ataupun manusia.
Sehingga pada bekas tempat ayam mengeram telur banyak ditemukan gurem ini.
Selama hidupnya, tungau ini sangat membutuhkan induk semangnya. Apabila gurem
ini berada di lingkungan (tidak menempel pada badan unggas), dia hanya mampu
bertahan hidup selama 10hari.

Bahaya Kerja Biologi | 29

Tungau ini hidup sebagai parasit dengan cara menghisap darah induk semangnya.
Pada kasus yang serius dapat menyebabkan unggas menjadi anemia atau kekurusan.
Jika menyerang manusia menyebabkan gatal, ruam, iritasi sampai dengan alergi,
pada kulit yang digigit gurem ini.
Para peternak gurem umumya beternak sekedar saja sesuai kebiasaan yang telah
diperolehnya. Hewan ternaknya hanya ditempatkan di kandang apa adanya yang
biasanya diletakkan di dekat rumah tinggal peternak. Sanitasi kurang diperhatikan.
Kotoran dibiarkan menggunung di kandang itu sehingga menimbulkan bau tak sedap
dan menggangu kesehatan peternak maupun hewan ternaknya sendiri.
Penularanya:
1. Kontak langsung dengan antara ayam yang sedang mengidap gurem dengan yang
tidak.
2. Adanya angin yang membawa terbang gurem-gurem pada ayam yang sedang
mengeram ke kandang ayam lainya sehingga bisa menular terhadap manusia
Peran perawat pada bahaya biologi pada lingkungan peternakan ayam :
1. Memberikan Pendidikan Kesehatan atau Penyuluhan kesehatan/latihan kepada
peternak ayam
Pendidikan kesehatan kepada pekerja sangat penting untuk keselamatan dalam
bekerja, sehingga pekerja tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya.
Perawat dapat memberikan Penyuluhan tentang :
a. Bahaya penyakit akibat kerja
b. Latihan tata kerja yang benar
c. Cara menghindar bahaya akibat kerja (bahaya bahan kimia dan zat-zat
lainnya).
2. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja,
apakah ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan.
Dapat dilakukan setiap 1x 6 bulan, 1x setahun atau sesuai dengan kebutuhan.

Bahaya Kerja Biologi | 30

3. Memberikan asuhan perawatan di klinik sesuai dengan perencanaan dan masalah


yang dihadapi pekerja
4. Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan medik dan pengobatan
5. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan atau penyakit akibat kerja
6. Melakukan rujukan medik ke rumah sakit bila terjadi keadaan gawat darurat.

Nama

: Wenti Liana

Nim: 04101003048
Bahaya Biologi yang Disebabkan Oleh Parasit (Cacing Tambang) Dalam
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Kelompok Tani di Tanjung Pering
Indralaya
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang
sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani adalah
kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun
tiap tahunnya, angkatan kerja pada sektor ini masih berjumlah sekitar 43%
berdasarkan data BPS tahun 2002. Banyak wilayah di Indonesia yang mengandalkan
pertanian sebagai penghasilan utama, salah satunya kelompok tani di Tanjung Pring,
Indralaya.
Berbagai bahaya biologi yang menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan
kerja pada kelompok tani, salah satunya disebabkan oleh parasit yang menginsfeksi
tubuh manusia yaitu cacing tambang. Penyakit cacing tambang paling sering
disebabkan oleh Necator americanus, Ancylostoma duodenale. Cacing tambang
ditularkan melalui tanah yang terkontaminasi tinja yang mengandung larva infektif.
Telur dihasilkan cacing betina dan keluar melalui tinja. Bila telur tersebut jatuh di
tempat yang hangat, lembab dan basah, maka telur berpotensi menetas. Telur cacing
yang ditemukan dalam tinja akan menetas menjadi larva rhabditiform dalam 1-2 hari
atau setelah 3 minggu. Larva rhabditiform kemudian berubah menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit manusia.

Bahaya Kerja Biologi | 31

Wilayah kerja petani yang berhubungan langsung dengan tanah sebagai tempat
penularan dari cacing tambang akan menjadi pintu masuk (port entry) untuk
kelompok tani menderita penyakit ini. Beberapa dampak seperti anemia dan berbagai
keluhan mudah lelah serta diare paling sering dirasakan oleh petani yang terkena
penyakit cacing. Tingginya kelompok tani terpapar parasit cacing juga tak lepas dari
kurangnya kesadaran diri mereka tentang pentingnya mencuci tangan sebelum
makan. Penyakit ini akan menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh dalam
beraktivitas karena cacing akan menyerap makanan yang dibutuhkan, yang akan
berdampak pada menurunnya produktivitas petani jika tidak ditanggulagi secara
tepat.
Peran perawat
Upaya kesehatan kerja (UKK) yang dapat dilakukan oleh perawatan adalah dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang :
1. Memakai sepatu karet (boot) sebagai alat perlindungan diri (APD) bila hendak ke
sawah dan selalu gunakan sandal jika keluar rumah.
2. Buang air besar harus selalu di kakus.
3. Selalu mencuci tangan dengan benar sebelum makan.
4. Jika badan lesu, pucat, dan kurus tetapi makan banyak segera periksakan diri ke
puskesmas. Karena mungkin penyebabnya adalah cacingan.

Nama

: Veranita

Nim

: 04101003020

Faktor Biologi Keselamatan Kesehatan Kerja Petani di Desa Tanjung Pering


Indralaya
Keselamatan dan kesehatan dalam bekerja sangatlah penting untuk diperhatikan,
sebab itu merupakan hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Kesehatan
dapat mempengaruhi hasil kemampuan sesorang dalam bekerja, begitu pun juga

Bahaya Kerja Biologi | 32

dengan pekerjaan dapat mempengaruhi kesehatan sesorang. Dengan adanya program


kesehatan kerja, diharapkan pekerja menjadi lebih produktif misalnya menjadi jarang
absen atau mangkir kerja. Oleh karena itu, gangguan-gangguan penglihatan,
pendengaran, kelelahan, lingkungan kerja (misalnya suhu dan kelembapsn), dan
lainnya perlu dihilangkan atau diperkecil semaksimal mungkin. (Husein Umar,
2005:18)
Pada lingkungan kerja petani yang berada di sawah mempunyai resiko sangat tinggi
terhadap faktor biologi karena petani kontak secara langsung dengan vektor atau
penyebab penyakit yaitu tanah yang didalamnya terdapat berbagai sumber penyakit
yaitu bakteri, virus, jamur, parasit atau vektor lain. Di lingkungan pertanian sering
terdapat jamur dermatofit (dermatophytes) atau trikofiton (trichophyton rubrum)
yaitu penyebab terjadinya kutu air pada kaki atau sela-sela di jari-jari kaki.
Kutu air (trichophyton rubrum) adalah jamur dermatofia yang merupakan penyebab
utama dalam dermatofit kedua kaki dan kulit. Memiliki bentuk yang khas yaitu
tekstur lilin, gundul atau kapas, berwarna putih krem kekuningan terang atau merahviolet. Trichophyton rubrum ini jamur yang banyak terdapat di tanah. (Thermo
Scientific, 2012)
Seorang petani dalam bekerja di sawah selain menggunakan cangkul dan arit
biasanya dilengkapi dengan pemakaian topi dan sepatu boats yang terbuat dari
plastik atau tidak memakai alas kaki sama sekali. Petani yang menggunakan sepatu
boats dalam waktu lama atau memakai sepatu yang basah akan membuat kaki
cenderung lembab sehingga akan memicu pertumbuhan jamur. Apalagi petani yang
tidak sama sekali memakai alas kaki, cendrung memiliki resiko tinggi terinfeksi
jamur karena kontak secara langsung dengan tanah. Gejala kutu air meliputi kulit
gatal, merah, kering, bersisik, rasa panas antara sela-sela jari kaki dan telapak kaki,
lepuh yang mungkin berisi nanah, serta pembengkakan kulit. (Amazine, 2014)
Keselamatan dan kesehatan petani dalam bekerja sangatlah beresiko tinggi terhadap
jamur kutu air.

Petani yang terinfeksi jamur kutu air ini akan mempengaruhi

Bahaya Kerja Biologi | 33

produktivitasnya dalam bekerja. Petani tidak akan fokus bekerja karena rasa gatal
yang hebat serta tidak nyaman. Jika petani tidak memperhatikan penggunaan dan
pemakaian sepatu boats yang tepat bahkan sama sekali tidak memakai alas kaki dalm
bekerja akan cendrung terjadi nya penyakit kutu air. Tindakan pencegahan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut petani membiasakan diri menggunakan sepatu
boats dalam bekerja. Sebelum memakai sepatu boats petani hendaknya memeriksa
sepatunya apakah dalam keadaan basah atau lembab, jika lembab harus segera dicuci
dan di jemur di terik matahari hingga benar-benar kering. Setelah sepatu digunakan
bekerja sepatu harus segera di bersihkan kembali agar jamur tidak segera tumbuh dan
berkembang biak. Biasakan mencuci kaki setelah bekerja atau setelah pemakaian
sepatu boats. Pengobatan kutu air ini dapat diberi obat olesan atau salep yang ada di
apotek.
Dalam hal ini peran perawat sebagai edukator dapat melakukan penyuluhan tentang
keselamatan kesehatan kerja petani mengenai kebiasaan buruk tidak memakai alas
kaki saat bekerja, memakai sepatu dalam keadaan lembab, dan kebershan diri.
Langkah awal pencegahan dapat mengurangi resiko terjadinya peyakit kulit seperti
kutu air, sehingga produktivitas petani dalam bekerja meningkat.

Nama

: Atika

NIM

: 04101003047
Bahaya Biologi di Tempat Kerja (Pekerja Sawah)
Leptospirosis

Setiap pekerjaan memiliki resiko atau dampak bagi kesehatan pekerjanya. Untuk itu
perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai hal tersebut. Saat ini, Organisasi
Buruh Internasional (ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam
Jeyaratnam,

2009, kesehatan

kerja didefiniskan

sebagai peningkatan

dan

pemeliharaan keadaan kaum pekerja dalam semua pekerjaan, baik secara fisik,
mental, dan sosial pada derajat tertinggi. Hal ini dikaitkan dengan kualitas kerja para

Bahaya Kerja Biologi | 34

pekerja di tempat kerja masing-masing. Dimana, jika terdapat gangguan atau


masalah kesehatan pada pekerja akan dapat mempengaruhi produktivitas kerja
pekerja tersebut. Selain itu, juga akan mempengaruhi kesehatan pekerja lainnya,
dalam kata lain, dapat membahayakan kesehatan pekerja lainnya. Serta dapat
berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja akibat status kesehatan yang kurang
baik.
Bahaya-bahaya kerja yang dapat ditemukan di tempat kerja salah satunya adalah
bahaya biologi. Bahaya biologi merupakan gangguan kesehatan yang didapat dari
tempat kerja akibat terpapar oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur,
parasit, dan lain-lain (Jeyaratnam, J. 2009).
Pada pekerja sawah atau petani bahaya biologi yang dapat ditemukan salah satunya
adalah leptospirosis. Dalam Jeyaratnam 2009, dijelaskan bahwa bahaya biologi
dibedakan berdasarkan cara transmisinya, salah satunya adalah bahaya kerja biologi
yang terjadi akibat penularan langsung dari binatang yang menginfeksi manusia
secara langsung atau melalui kontak dengan sekresi, eksresi, atau jaringan tubuh
binatang yang terinfeksi.
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen
Leptospira interrogen. Prevalensi leptospirosis tinggi di negara-negara beriklim
tropis dengan curah hujan yang tinggi. Epidemik penyakit ini banyak terjadi pada
musim hujan serta daerah-daerah dengan banyak genangan air tawar yang
merupakan kondisi nyaman untuk berkembangnya bakteri leptospira. (Harrianto, R.
2009).
Bakteri leptospira biasanya sering menyerang hewan pengerat, yakni tikus. Di tempat
kerja para pekerja sawah tidak jarang dapat dijumpai hewan pengerat ini. Dalam
Harrianto, 2009, dijelaskan bahwa hewan yang terinfeksi menjadi carrier, akan
menimbun leptospira di traktus urogenitalis yang dapat mencemari lingkungan.

Bahaya Kerja Biologi | 35

Pada pekerja sawah yang dengan pemahaman kurang terhadap bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja akan sangat memungkinkan untuk dapat terinfeksi leptospira, baik
itu melalui transimisi / kontak langsung karna gigitan hewan pengerat yakni tikus,
ataupun melalui kontak tidak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi
urine / sekret genital hewan yang teinfeksi leptospira.
Selain itu, pajanan pada klit yang utuh juga dapat terjadi, biasanya melalui telapak
kaki petani yang berjalan dengan kaki telanjang. Untuk itu, peran perawat dalam
masalah ini adalah melakukan pengendalian bahaya kesehatan, mulai dari tindakan
preventif seperti pengenalan terhadap bahaya kerja khususnya bahaya kerja biologi,
penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja seperti menggunakan sepatu boot,
juga memberikan arahan apabila terpajan oleh bahaya kerja itu sendiri. Selain itu,
perawat bersama tenaga kesehatan lainnya juga berperan dalam pemantauan dan
pengendalian penyebab serta pemantauan terhadap status kesehatan pekerja. Hal ini
diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan
serta penurunan produktivitas pekerja.

Bahaya Kerja Biologi | 36

Anda mungkin juga menyukai