Bahaya Kerja Biologi
Bahaya Kerja Biologi
Latar Belakang
Nama
: Rahma Metalia
NIM
: 04101003046
(Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu
organisme model yang penting dalam biologi. Perkembangbiakan tikus sangat cepat,
seekor induk tikus dapat melahirkan anak 6 ekor setiap kali kehamilan.
Tikus biasanya membuat sarang pada tempat-tempat yang berdekatan dengan sumber
makanan, air, dan tempat yang terlindung seperti di premis makanan, gudang, tempat
pembuangan sampah, longkang dan dapur yang kotor. R.novergicus (Tikus got)
membangun sarangnya dari rumput, kertas bekas, tali-tali bekas, dan bahan lain yang
cocok.
Tikus termasuk hewan pemakan segala. Tikus menghasilkan kotoran 10 kali lebih
banyak dari pakan yang dimakan dengan kotoran, urin, dan bulunya. Tikus berperan
sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai
rodent borne disease, penyakit yang termasuk sebagai rodent borne disease antara
lain seperti penyakit pes (plague), leptospirosis, scrub thypus, murine thypus, rat bite
fever, salmonellosis, lymphocytic choriomeningitis, rabies dan beberapa penyakit
lainnya. Penyebaran penyakit dari tikus ke manusia terutama disebabkan oleh
bermacam-macam bakteri yang terkandung dalam feces dan urine tikus.
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang muncul akibat bahaya kerja biologi karena
hewan pengerat (tikus) perawat berperan dalam hal kesehatan kerja di lingkungan
kerja pengumpulan barang bekas dengan memberikan pendidikan kesehatan atau
penyuluhan yang berkaitan dengan penyakit-penyakit yang sering timbul akibat
tikus, tanda dan gejala penyakit serta pencegahannya. Selain itu perawat juga
berperan dalam memberikan penyuluhan akan pentingnya penggunaan alat pelindung
diri selama bekerja seperti masker dan sarung tangan serta hygiene diri yang baik.
Perawat bekerja sama dengan Puskesmas juga berperan dalam menyaring atau
melakukan diagnosa sedini mungkin pada pekerja di lingkungan kerja pengumpulan
barang bekas agar para pekerja yang memiliki tanda dan gejala penyakit yang
muncul akibat tikus dapat diberikan perawatan sedini mungkin. Penting juga untuk
perawat memberikan pendidikan kesehatan kerja untuk mengendalikan hewan
pengerat seperti dengan merapihkan barang-barang bekas dan memberikan alas dan
tutup yang baik serta pemberantasan sarang tikus, sehingga lingkungan kerja menjadi
lebih terkendali dan meminimalisir bahaya biologi yang muncul.
Nama
NIM
: 04101003019
Nama
NIM
: 04101003019
berupa kondisi, alat & bahan kerja, cara kerja, tempat kerja, dll yang terkadang dapat
menimbulkan bahaya. Sehingga dalam keadaan tertentu yang berisiko bahaya harus
dilakukan tindakan pengendalian baik oleh pekerja maupun pengusaha.
Bahaya (Hazard), merupakan suatu kondisi dimana dapat menimbulkan kerusakan
harta benda, penyakit, ataupun penurunan kemampuan dalam melaksanakan fungsi
yang telah ditetapkan, atau suatu kondisi yang berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan / kerugian.
Dalam dunia kerja ada beberapa bahaya dari lingkungan tempat kerja itu. Baik
bahaya biologi , bahaya fisika, dan bahaya kimia. Bahaya biologi adalah potensi
bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di
udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakitpenyakit tertentu. Salah satu diantaranya adalah virus dengue. Virus dengue yang
diturlarkan oleh nyamuk dapat menyebabkan Demam Berdarah.
Nyamuk yang
menularkan virus ini bersarang di genangan air. Tempat pengumpulan sampah dapat
menyebabkan terjadinya genagan air yang dapat menjadi sarang bagi nyamuk
penyebar virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah.
Epidemiologi Demam Berdarah
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik Barat, dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayahnya. Insiden DBD di di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk
(1989-1995); dan pernah meningkat tajam hingga 35 per 100.000 penduduk pada
tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2%
pada tahun 1999.
interferon
gamma,
IL-2
dan
limfokin,
sedangkan
TH2
Melihat resiko tempat kerja dan kurangnya pengetahuan pekerja tentang resiko
tempat kerja dari bidang biologi, maka peran perawat untuk mencegah resiko
tersebut sangat dibutuhkan. Adapun peran perawat adalah sebagai berikut :
1. Berikan penkes :
- Beritahukan kepada pekerja untuk mencegah munculnya genangan air pada
tempat pengumpulan sampah
- Buang kaleng dan botol bekas ditempat sampah yang tertutup.
- Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.
- Jaga saluran air supaya tidak tersumbat.
- Ratakan permukaaan tanah untuk mencegah timbulnya genangan air.
2. sebagai panutan
Perawat disini berperan memberikan contoh dalam bidang kesehatan. Perawat
harus
3. sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan
pekerja. Misal tindakan kolaborasi dengan pekerja dalam mncegah perkembangan
nyamuk aedes aegypti, supaya tidak terjadi penyakit DBD. Genangan air yang
dapat menjadi sarang nyamuk aedes aegypti
Nama
NIM
: 04101003015
bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya
biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi.
Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable,
racun biogenik dan alergi biogenik.
a. Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya : pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak,
penjaga binatang, dokter hewan dll.Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax,
brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci.
b. Bahaya Non-Infeksi
1) Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.Perkembangan produk
bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana
mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan,
pekerja pada sewage & sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, grain
fever, Legionnaires disease.
2) Alergi Biogenik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.Bahan
alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu
dan protein dari urine dan feaces binatang.Bahan-bahan alergen pada industri
berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses
pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur
jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan
gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh : Occupational
asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
Salah satu bahaya infeksi yaitu pekerja yang bekerja di pertakan sapi adalah
antrax.Penyakit antrax adalah jenis penyakit yang umumnya meyerang hewan
herbivore seperti sapi, kerbau, kambing dan kuda. Namun tak jarang penyalkit ini
juga menyerang mamalia lain termasuk manusia. Penyakit ini Bersifat zoonosis atau
dapat menulari manusia, tapi belum pernah ditemukan penularan nya dari manusia ke
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling
tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan APD hanya berfungsi untuk
mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu
dihindari
ketergantungan
hanya
mengandalkan
alat
pelindung
diri dalam
NAMA
: AFEN SIDIK
NIM
: 04101003041
sapi , lingkungan, pemberian obat pada sapi yang sakit dan pengontrolan makan dan
minum sapi. Salah satu masalah yang sering muncul adalah pencemaran lingkugan.
Pencemaran lingkungan ini didapat dari pengelolaan kotoron sapi yang tidak tepat,
lokasi pembuangan yang minim, dan area yang terlalu dekat dengan pemukiman
warga. Hal ini dapat menciptakan dampak buruk bagi lingkungan seperti pencemaran
air, tanah dan udara. Pencemaran ini dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi
masyarakt sekitar.
Salah satu faktor resiko bagi pekerja kelompok ternak sapi dalam masalah kesehatan
adalah terinfeksi parasit yang ada di tubuh sapi, salah satunya adalah penyakit
Taeniasis. Taeniasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pita dari
genus Taenia dan infeksi oleh larvanya disebut Sistiserkosis (Estuningsih,2009).
Penyakit ini ditularkan melalui tinja sapi yang mengandung telur larva dari cacing
pita atau untuk sapi T. Saginata yang terbawa oleh lalat dan mengkontaminasi
makanan , sayuran yang terkontaminasi telur cacing pita, mengkonsumsi daging sapi
yang tidak dimasak dengan baik dan kurangnya personal hygin seperti cuci tangan
sebelum mengkonsumsi sesuatu.
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian
kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai
akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara
lain rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan
menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar),
pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan
darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofilia).
Penyakit taneasis dapat dicegah dengan dua cara yaitu:
1. Pada hewan dapat ditekan dengan cara mengobati induk semang definitif yang
menderita Taeniasis dan hewan ternak dilarang kontak langsung dengan feses
manusia( Estuningsih,2009).
2. Pada manusia dapat dilakuan dengan menghindari makanan daging yang kurang
matang, baik pada daging babi (untuk T. Solium) dan daging sapi (untuk T.
Bahaya Kerja Biologi | 14
Saginata), daging yang terkontaminasi harus dimasak dahulu dengan suhu diatas
56 derajat celcius (Estuningsih,2009), melakukan snitasi yang baik terutama
tempat penampungan limbah defikasi binatang ternak, menggunakan sarung
tangan dan sepatu saat membersihkan kandang maupun membersihkan kandang
dan cuci tangan sebelum mengkonsumsi sesuatu.
Peran perawat yang dapat dilakukan pada kelompok kerja peternak sapi potong
adalah usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Dalam melaksanakannya, perawat akan terlibat dalam kerja sama dengan berbagai bidang keahlian lain,
seperti dokter hewan, serta berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan,
peternakan, perindustrian, ekonomi, dll). Salah satu tindakan promotif dan preventif
yang dapat dilakukan oleh perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang
pencegahan penularan penyakit yang disebabkan olen T.solium dengan cara cuci
tangan sebelum mengkonsumsi makanan dan minuman, memasak daging sapi
sampai matang, menggunakan alat perlindungan diri saat bekerja, sanitasi
linggkungan yang baik, dan menganjurkan pemeriksaan kesehatan ternak.
Nama
: Wenniarti
NIM
: 04101003039
Bahaya Biologi yang Terkandung dalam Kotoran Sapi pada Pekerja
Peternakan Sapi Potong X di Wilayah Tanjung Pering Indralaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan
pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2
juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000
orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja
yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat
kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
dengan benar serta menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi dapat meminimalisir
resiko terjadinya infeksi akibat Pseudomonas aeroginosa.
NAMA: FALENTINA DWI CITRA
NIM: 04101003049
BAHAYA BIOLOGI (Escherichia coli ) PADA BUDIDAYA IKAN LELE
Dizaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, menuntut
manusia untuk bekerja lebih keras lagi. Dalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat
banyak sekali bahaya untuk kesehatan. Bahaya kesehatan kerja merupakan jenis
bahaya yang berdampak pada kesehatan yang menyebabkan ganggguan kesehatan
dan penyakit akibat kerja. Jenis bahaya kesehatan antara lain: Bahaya fisik, bahaya
kimia, bahaya ergonomi, bahaya biologi dan bahaya psikologi.
Bahaya biologi merupakan bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup yang
berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang
bersifat patogen. Sebagai contoh orang yang bekerja pada sektor perikanan yang
berkontak langsung dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja tidak
selalu bersih dalam arti bebas dari sumber-sumberyang berupa virus, bakteri,
protozoa dan fungi.
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi
oleh manusia. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk yang mudah didapat,
harga terjangkau dan memiliki nilai gizi yang cukup bagi manusia (Tim Karya Tani
Mandiri : 2009). Ikan termasuk hewan yang habitatnya di air, air sungai, danau, laut
dan air tawar.
Diantara ikan air tawar yang dibudidayakan, Siluruformes merupakan bagian dari
kelompok ikan-ikan penting di Asia Tenggara, antara lain famili Clariidae (Ikan lele)
merupakan penyumbang yang cukup berarti bagi produksi tahunan di wilayah ini, tak
kurang dari 70.000 ton dihasilkan pertahunnya (Tim Karya Tani Mandiri : 2009) hal
ini didukung dengan makin maraknya budidaya ikan lele.
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit
licin. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di
sungai dengan arus air yang perlahan (kolam pekarangan) , rawa, telaga, waduk,
sawah yang tergenang air. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan
kedalamannya cukup sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat
oksigen.
Air yang jelek, keruh dan kotor merupakan tempat berkembang biaknya bakteribakteri yang sangat berbahaya bagi manusia yang terpaparnya. Penyakit yang
ditularkan pada air biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Contoh dari bakteri
coliform antara lain adalah Salmonella spp, Escherichia coli, Enterobacter,
klebsiellla dan lain-lain (Ghufran, 2004)
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang pendek dan
bersifat anaerob. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung dan
halus dengan tepi yang nyata (Smith Keary, 1988 dalam Sri Agung 2010).
Lingkungan hidup ikan lele yang kotor merupakan tempat berkembang biaknya
Escherichia coli, dari tempat ini pekerja budidaya ikan lele dapat terinfeksi bakteri
E. coli terutama jika pekerja tidak memakai alat pelidung diri pada saat bekerja
seperti sarung tangan dan sepatu pelindung. Bakteri ini juga bisa menyebar melalui
kontak manusia. Biasanya ini terjadi bila tidak mencuci tangan bila menyentuh orang
yang telah terinfeksi. Setelah masuk ke dalam saluran pencernaan bakteri menempel
di usus besar manusia. Escherichia coli memproduksi racun yang bisa merusak sel
darah merah. Rusaknya sel darah merah bisa menyebabkan kegagalan ginjal yang
kemudian bisa berakibat kematian selain itu bakteri ini juga dapat mengakibatkan
serangan jantung atau stroke dan tekanan darah tinggi (Graha, 2011).
Sehubungan dengan permasalahan ini, peran perawat sebagai edukator yaitu
memberikan
informasi
dan meningkatkan
perubahan
perilaku klien
serta
diri seperti sarung tangan dan sepatu penutup serta setelah bekerja gunakan metode
mencuci tangan yang benar untuk membersikan tangan dengan saksama.
Nama
: Lili Safitri
Nim
: 04101003028
Bahaya Biologi Ikan Lele pada Peternak Lele (Pseudomonas sp)
Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses
kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit
infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan
penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan,
keturunan dan penanganan (Afrianto & Liviawaty, 2003).
Bahaya biologi terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, dan bakteri patogen
lainnya. Budidaya ikan lele dengan metode kolam terpal yang berada ditimbangan
kurang terawat, terlihat dari air kolam indukan lele yang berumur 2 tahun berwarna
keruh dan sangat kotor. Kondisi air kolam yang seperti itu cenderung beresiko tinggi
tercemar oleh agen biologi seperti pseudomonas sp. Sejenis bakteri patogen. Ikan lele
yang terinfeksi bakteri pseudomonas sp akan mengalami perdarahan di kulit, hati,
ginjal maupun limpa. Perdarahan pada kulit tersebut akhirnya mengakibatkan luka
borok pada tubuh ikan lele dan lendir yang cukup banyak.
Pada peternak lele resiko terinfeksi sangatlah besar jika terpapar langsung dengan
bakteri pseudomonas sp, baik melalui lendir ataupun dengan mengonsumsi ikan lele
tersebut. Hal ini akan mengakibatkan infeksi dan gangguan pencernaan pada
manusia, bahkan bisa menyebabkan keracunan akibat toksik tersebut.
Dalam hal ini perawat sangat berperan dalam membantu para peternak lele guna
menjaga kesehatannya melalui penyuluhan-penyuluhan tentang perlindungan
kesehatan kerja. Terutama dalam hal menggunakan alat perlindungan diri seperti
sarung tangan atau menggunakan mantel panjang. Sarung tangan dan mantel panjang
berfungsi untuk melindungi tubuh dari paparan ikan lele yang terinfeksi. Selain itu
lingkungan area kolam juga harus dijaga kebersihannya dengan; (1)mengganti air
kolam secara rutin jika sudah keruh; (2)melakukan penggantian air kolam pada
kolam yang sudah terinfeksi; (3)memisahkan ikan yang terinfeksi dengan yang sehat;
dan (4)melakukan pengontrolan rutin pada air kolam.
koloni yang
atau tidak.
Metabolismenya aerob atau anaerob. Aeromonas, sp. dan Pseudomonas, sp. Adalah
contoh bakteri yang sering ditemukan menginfeksi ikan lele.
Salah satu factor resiko yang bisa terdapat pada kelompok kerja budidaya ikan lele
kolam terpal pada kelurahan timbangan adalah terinfeksi nya salah satu baketri yang
berada di dalam tubuh ikan lele. Bakteri Aeromonas, adalah Jenis bakteri yang
bersifat patogen dan dapat menyebabkan sistemik serta mengakibatkan kematian
ikan secara masal. Cara penularan dari bakteri tersebut terhadap ikan atau pun
manusia melalui perantara air, kontak bagian tubuh ikan atau peralatan tercemar.
Gejala ringan yang timbul akibat infeksi dari bakteri Aeromonas berupa demam dan
kedinginan, tapi pada manusia yang sudah terinfeksi berat (infeksi bakteri yang
berlebihan) sering menampakkan gejala sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.
Pencegahan dalam budidaya kolam terepal dapat diberikan perawat melalui
penyuluhan, dengan beberapa langkah yaitu:
1. Hindari perpindahan ikan dari satu kolam ke kolam lain. Ikan secara bertahap
membangun resistansi terhadap bakteri local tapi dapat membawa organisme
virulen bila dipindahkan.
2. Sediakan
kondisi
lingkungan
optimal,
berikan
perhatian
khusus
pada
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organic yang berasal dari sumbersumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein, dari binatang atau
bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.
Salah satu dari sumber biologi adalah virus. Virus mempunyai ukuran yang sangat
kecil 16-300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus
menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus :
influenza, varicella, hepatitis, HIV, flu burung, dll. Penyakit flu burung atau avian
influenza adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus H5N1 yang
secara alami dapat mengifeksi bangsa burung (Soedjono, 2005).
Penyakit ini telah terindentifikasi bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak
ke manusia. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan
manusia, maka peluang untuk menularnya virus semakin besar. Orang yang beresiko
besar terkena flu burung adalah pekerja perternakan unggas, penjual, penjamah
sampai dokter hewan yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Cara
penularan virus pada peternak yaitu melalui kontak langsung dengan unggas yang
sakit atau produk unggas yang sakit, udara atau peralatan yang tercemar virus H5N1
yang berasal dari faeces atau sekreta unggas yang terserang virus flu burung. Virus
ini dapat menular melalui kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun
demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur,
dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. (AI)
(Akoso, 2006).
Dari observasi yang dilakukan didapatkan, minimnya kesadaran pekerja peternakan
dalam pencegahan penularan penyakit. Saat bekerja, tidak memakai alat pelindung
diri, misalnya masker dan sarung tangan. Para peternak, khususnya peternak ayam
sangat rentan terjangkit virus jika minimnya upaya pencegahan dan kesadaran dari
peternak. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan dan
pemberian vaksin terhadap hewan ternak, kebersihan lingkungan peternakan,
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat kerja dan ketika kontak langsung dengan
hewan ternak, dan mencuci tangan dengan antiseptic setelah kontak dengan hewan
ternak.
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha
pencegahan dan penanganan kasus Avian Influenza ini. Peran perawat dimulai dari
usaha promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitative. Dalam melaksanakannya,
perawat akan terlibat dalam kerja tim dengan berbagai bidang keahlian lain, seperti
dokter hewan, serta berbagai departemen/dinas pemerintahan (kesehatan, peternakan,
perindustrian, ekonomi, dll). Tindakan yang dapat dilakukan yaitu memberikan
penyuluhan.
1. Mengenalkan pada peternak karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dan
tindakan yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.
2. Sering mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen dan
alcohol 70%).
3. Bagi para peternak, petugas kesehatan dan peneliti harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, sepatu.
4. Bagi masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas
guna mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan
disinfeksi maupun vaksinasi.
5. Bagi para pengusaha dan pekerja peternakan penting untuk menerapkan
biosecurity yang ketat, sehingga segala produk unggas dan hewan ternak aman
dikonsumsi.
6. Peternak diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal penyakit dan
perujukan segera ke pelayanan kesehatan.
Nama
: Annis Pertiwi
NIM
: 04101003037
Potensi bahaya yang disebut hazard terdapat hampir di setiap tempat dimana
dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja.
Hazard adalah setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja, salah satunya adalah tempat
kerja peternakan ayam. Salah satu hazard pada peternakan ayam yakni terdiri dari
bahaya biologis. Bahaya biologis meliputi bakteri, virus, dan jamur yang terdapat di
lingkungan kerja peternakan ayam. Bagian ini saya akan membahas tentang bakteri.
Bakteri merupakan bagian dari bahaya biologis yang dapat di temukan dilingkungan
peternakan ayam, contohnya seperti bakteri Salmonella.
Bakteri Salmonella muncul di peternakan berawal dimana anak ayam yang dipelihara
dalam kondisi komersial sangat rentan terhadap infeksi Salmonella karena mikroflora
usus lambat berkembang sehingga kalah bersaing jika ada serangan bakteri patogen
enterik (Nurmi dan Rantala, 1973 dalam Ferreira et al, 2003). Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella disebut dengan salmonellosis. Salmonellosis
merupakan penyakit yang menular pada manusia (zoonosis). Sumber penularan
berupa keluaran (eksresi) hewan dan manusia baik dari hewan ke manusia maupun
sebaliknya. Menurut www.oie.int salmonellosis adalah penyakit infeksi pada
manusia dan hewan yang disebabkan oleh organisme dari 2 jenis salmonella (S.
enteritica dan S. bongori), meskipun sebagai bakteri yang terdapat di saluran
pencernaan, salmonella menyebar luas di lingkungan, umumnya ditemukan pada
sampah dan bahan-bahan yang berhubungan dengan kontaminasi fekal. Sebagai
pekerja peternak ayam mereka adalah orang yang pertama sering terpapar langsung
menyentuh ayam, kotoran ayam dan lingkungan ayam yang terinfeksi, oleh karena
itu perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara langsung kepada
peternak ayam agar terhindar dari bakteri Salmonella tersebut.
Peran Perawat untuk Kesehatan Kerja Peternak Ayam
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha
pencegahan dan penanganan kasus infeksi Bakteri Salmonella ini. Peran perawat
dimulai dari usaha promotif, preventif , kuratif, hingga rehabilitatif. Usaha promorif
dan preventif biasanya dilakukan oleh perawat komunitas.
Bahaya biologis. Bahaya biologis meliputi bakteri, virus,dan jamur yang terdapat di
lingkungan kerja
Sebagaimana pemilik usaha pernah mengalami kasus KLB ini dimana virus yang
mematikan sebagian besar unggas dan tentunya sangat merugikan bagi pemilik.
Belum lagi bahaya yang dapat ditimbulkan bagi manusia sendiri yang dapat
menyebabkan kematian.
Perhatian utamanya adalah untuk lingkungan hazard biologi karena sebagian besar
kontribusi dari limbah dari ternak. Bukan hanya berupa bakteri maupun virus, sering
juga ditemukan kutu ayam yang apabila menyerang manusia dapat menyebabkan
gatal-gatal.
Memang yang paling sering ditemukan pada ayam kampung di Indonesia adalah
kelompok kutu dengan nama ilmiah ornythonyssus bursa, atau dikenal dengan nama
tungau tropis, sieur atau gurem. Gurem ini dapat menyerang semua unggas, burung
merpati, burung gereja, dan bahkan dapat menyerang manusia.
Gurem merupakan parasit yang sering menyerang ayam pada waktu mengeram,
sehingga menimbulkan gejala gatal-gatal yang luar biasa disekujur tubuh.
Gurem yang telah dewasa, akan bereproduksi dengan meletakkan telurnya pada
bulu-bulu unggas dan sebagian besar diletakkan di sarang /kandang ayam. Pada saat
mengerami telur, suhu badan ayam meningkat, maka gurem memilih untuk bertelur
pada tempat ayam mengeram. Telur tungau dapat menetas dalam waktu 2-3hari.
Pada saat telur ayam menetas, sebagian besar telur kutu yang berada di sarang ayam
juga telah menetas berusaha mencari makanan(menghisap darah). Maka pada saat itu
gurem berusaha mencari induk semang, berupa unggas lain ataupun manusia.
Sehingga pada bekas tempat ayam mengeram telur banyak ditemukan gurem ini.
Selama hidupnya, tungau ini sangat membutuhkan induk semangnya. Apabila gurem
ini berada di lingkungan (tidak menempel pada badan unggas), dia hanya mampu
bertahan hidup selama 10hari.
Tungau ini hidup sebagai parasit dengan cara menghisap darah induk semangnya.
Pada kasus yang serius dapat menyebabkan unggas menjadi anemia atau kekurusan.
Jika menyerang manusia menyebabkan gatal, ruam, iritasi sampai dengan alergi,
pada kulit yang digigit gurem ini.
Para peternak gurem umumya beternak sekedar saja sesuai kebiasaan yang telah
diperolehnya. Hewan ternaknya hanya ditempatkan di kandang apa adanya yang
biasanya diletakkan di dekat rumah tinggal peternak. Sanitasi kurang diperhatikan.
Kotoran dibiarkan menggunung di kandang itu sehingga menimbulkan bau tak sedap
dan menggangu kesehatan peternak maupun hewan ternaknya sendiri.
Penularanya:
1. Kontak langsung dengan antara ayam yang sedang mengidap gurem dengan yang
tidak.
2. Adanya angin yang membawa terbang gurem-gurem pada ayam yang sedang
mengeram ke kandang ayam lainya sehingga bisa menular terhadap manusia
Peran perawat pada bahaya biologi pada lingkungan peternakan ayam :
1. Memberikan Pendidikan Kesehatan atau Penyuluhan kesehatan/latihan kepada
peternak ayam
Pendidikan kesehatan kepada pekerja sangat penting untuk keselamatan dalam
bekerja, sehingga pekerja tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya.
Perawat dapat memberikan Penyuluhan tentang :
a. Bahaya penyakit akibat kerja
b. Latihan tata kerja yang benar
c. Cara menghindar bahaya akibat kerja (bahaya bahan kimia dan zat-zat
lainnya).
2. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja,
apakah ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan.
Dapat dilakukan setiap 1x 6 bulan, 1x setahun atau sesuai dengan kebutuhan.
Nama
: Wenti Liana
Nim: 04101003048
Bahaya Biologi yang Disebabkan Oleh Parasit (Cacing Tambang) Dalam
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Kelompok Tani di Tanjung Pering
Indralaya
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang
sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani adalah
kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun
tiap tahunnya, angkatan kerja pada sektor ini masih berjumlah sekitar 43%
berdasarkan data BPS tahun 2002. Banyak wilayah di Indonesia yang mengandalkan
pertanian sebagai penghasilan utama, salah satunya kelompok tani di Tanjung Pring,
Indralaya.
Berbagai bahaya biologi yang menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan
kerja pada kelompok tani, salah satunya disebabkan oleh parasit yang menginsfeksi
tubuh manusia yaitu cacing tambang. Penyakit cacing tambang paling sering
disebabkan oleh Necator americanus, Ancylostoma duodenale. Cacing tambang
ditularkan melalui tanah yang terkontaminasi tinja yang mengandung larva infektif.
Telur dihasilkan cacing betina dan keluar melalui tinja. Bila telur tersebut jatuh di
tempat yang hangat, lembab dan basah, maka telur berpotensi menetas. Telur cacing
yang ditemukan dalam tinja akan menetas menjadi larva rhabditiform dalam 1-2 hari
atau setelah 3 minggu. Larva rhabditiform kemudian berubah menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit manusia.
Wilayah kerja petani yang berhubungan langsung dengan tanah sebagai tempat
penularan dari cacing tambang akan menjadi pintu masuk (port entry) untuk
kelompok tani menderita penyakit ini. Beberapa dampak seperti anemia dan berbagai
keluhan mudah lelah serta diare paling sering dirasakan oleh petani yang terkena
penyakit cacing. Tingginya kelompok tani terpapar parasit cacing juga tak lepas dari
kurangnya kesadaran diri mereka tentang pentingnya mencuci tangan sebelum
makan. Penyakit ini akan menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh dalam
beraktivitas karena cacing akan menyerap makanan yang dibutuhkan, yang akan
berdampak pada menurunnya produktivitas petani jika tidak ditanggulagi secara
tepat.
Peran perawat
Upaya kesehatan kerja (UKK) yang dapat dilakukan oleh perawatan adalah dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang :
1. Memakai sepatu karet (boot) sebagai alat perlindungan diri (APD) bila hendak ke
sawah dan selalu gunakan sandal jika keluar rumah.
2. Buang air besar harus selalu di kakus.
3. Selalu mencuci tangan dengan benar sebelum makan.
4. Jika badan lesu, pucat, dan kurus tetapi makan banyak segera periksakan diri ke
puskesmas. Karena mungkin penyebabnya adalah cacingan.
Nama
: Veranita
Nim
: 04101003020
produktivitasnya dalam bekerja. Petani tidak akan fokus bekerja karena rasa gatal
yang hebat serta tidak nyaman. Jika petani tidak memperhatikan penggunaan dan
pemakaian sepatu boats yang tepat bahkan sama sekali tidak memakai alas kaki dalm
bekerja akan cendrung terjadi nya penyakit kutu air. Tindakan pencegahan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut petani membiasakan diri menggunakan sepatu
boats dalam bekerja. Sebelum memakai sepatu boats petani hendaknya memeriksa
sepatunya apakah dalam keadaan basah atau lembab, jika lembab harus segera dicuci
dan di jemur di terik matahari hingga benar-benar kering. Setelah sepatu digunakan
bekerja sepatu harus segera di bersihkan kembali agar jamur tidak segera tumbuh dan
berkembang biak. Biasakan mencuci kaki setelah bekerja atau setelah pemakaian
sepatu boats. Pengobatan kutu air ini dapat diberi obat olesan atau salep yang ada di
apotek.
Dalam hal ini peran perawat sebagai edukator dapat melakukan penyuluhan tentang
keselamatan kesehatan kerja petani mengenai kebiasaan buruk tidak memakai alas
kaki saat bekerja, memakai sepatu dalam keadaan lembab, dan kebershan diri.
Langkah awal pencegahan dapat mengurangi resiko terjadinya peyakit kulit seperti
kutu air, sehingga produktivitas petani dalam bekerja meningkat.
Nama
: Atika
NIM
: 04101003047
Bahaya Biologi di Tempat Kerja (Pekerja Sawah)
Leptospirosis
Setiap pekerjaan memiliki resiko atau dampak bagi kesehatan pekerjanya. Untuk itu
perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai hal tersebut. Saat ini, Organisasi
Buruh Internasional (ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam
Jeyaratnam,
2009, kesehatan
kerja didefiniskan
sebagai peningkatan
dan
pemeliharaan keadaan kaum pekerja dalam semua pekerjaan, baik secara fisik,
mental, dan sosial pada derajat tertinggi. Hal ini dikaitkan dengan kualitas kerja para
Pada pekerja sawah yang dengan pemahaman kurang terhadap bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja akan sangat memungkinkan untuk dapat terinfeksi leptospira, baik
itu melalui transimisi / kontak langsung karna gigitan hewan pengerat yakni tikus,
ataupun melalui kontak tidak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi
urine / sekret genital hewan yang teinfeksi leptospira.
Selain itu, pajanan pada klit yang utuh juga dapat terjadi, biasanya melalui telapak
kaki petani yang berjalan dengan kaki telanjang. Untuk itu, peran perawat dalam
masalah ini adalah melakukan pengendalian bahaya kesehatan, mulai dari tindakan
preventif seperti pengenalan terhadap bahaya kerja khususnya bahaya kerja biologi,
penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja seperti menggunakan sepatu boot,
juga memberikan arahan apabila terpajan oleh bahaya kerja itu sendiri. Selain itu,
perawat bersama tenaga kesehatan lainnya juga berperan dalam pemantauan dan
pengendalian penyebab serta pemantauan terhadap status kesehatan pekerja. Hal ini
diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan
serta penurunan produktivitas pekerja.