Anda di halaman 1dari 10

Dental (odontogenic) pain

Ringkasan:

Artikel ini memberikan gambaran sederhana mengenai nyeri akut trigeminal yang tidak

berhubungan dengan kedokteran gigi.


Artikel ini tidak membahas penyakit mukosa mulut yang dapat menyebabkan nyeri akut.
Sakit gigi adalah yang paling umum dalam kelompok ini dan itu dapat terjadi dalam

beberapa cara yang berbeda.


Yang paling menarik adalah rasa sakit pada sakit gigi dapat sama persis dengan rasa sakit

karena trigeminal neuralgia dan penyakit kronis lainnya.


Pada saat mengelola pasien dengan nyeri kronis trigeminal penting untuk
mengesampingkan gangguan ini.

Pengantar
Nyeri orofasial adalah nyeri dalam system trigeminal. Saraf trigeminal adalah saraf yang
memasok seluruh sensor umum pada wajah, kulit kepala, dan mulut (gambar 1). Sebagian besar
dari sensorik pada korteks berasal dari trigeminal (lebih dari 40%).
Wilayah dari sensor trigeminal sangat kompleks, yang tergabung dari cranium, telinga, mata,
sinus, hidung, faring, fossa intertemporal, sendi rahang, gigi, rahang, kelenjar ludah, mukosa
mulut, dan kulit. Menurut mahasiswa kedokteran nyeri jarang terkena pada telinga, hidung,
tenggorokan (THT), daerah ini masih sulit dipelajari mengenai keterkaitannya dengan nyeri
pada trigeminal. Dari pengalaman mereka nyeri trigeminal yang berasal dari trigeminal neuralgia
berkaitan dengan prosedur bedah saraf.
Etiologi nyeri orofasial akut
Nyeri orofasial dapat dikaitkan dengan kondisi patologis atau gangguan yang berkaitan dengan
struktur somatik dan saraf. Ada berbagai penyebab kondisi nyeri orofasial akut, umumnya beasal
dari nyeri gigi. Penyakit gigi yang berasal dari jaringan keras gigi (karies enamel, dentin, dan
sementum), jaringan lunak, dan struktur pendukung tulang (gingivitis / periodontitis) diakui
sebagai penyakit yang paling sering terjadi paada masyarakat. Kondisi ini sebagian besar
didiagnosis oleh dokter gigi dari pemeriksaan riwayat penyakit, pemeriksaan klinis gigi, dan

radiografi. Sejauh ini yang bentuk nyeri dalam mulut yang paling umum adalah bentuk nyeri
akut yang cenderung berlangsung dalam jangka waktu yang singkat. Hal ini termasuk sakit gigi
(pulpitis), nyeri gusi (dari populasi terdapat 80% perikoronitis), periodontitis periapikal (infeksi
apical atau restorasi post endodontic yang kontak oklusalnya terlalu tinggi). Sensitivitas dentin
berpengaruh 40% sari populasi orang dewasa; dry socket adalah nyeri intens pasca operasi yang
mempengaruhi 10% dari pasien yang mencabut gigi. Kondisi nyerei orofisial akut lainnya
termasuk trauma atau infeksi dari jaringan orofasial.
Nyeri odontogenik
Nyeri odontogenik mengacu pada rasa sakit yang dimulai dari gigi, struktur pendukung, mukosa,
gusi, rahang atas, rahang bawah atau membran periodontal.
'sakit gigi atau violent passion, belum tentu berkurang oleh pengetahuan tentang penyebabnya,
karakternya, pentingnya atau ketidaksignifikan. "TS Eliot
Sakit gigi disebabkan oleh peradangan pada pulpa gigi (Gambar 2), paling sering sebagai akibat
dari karies gigi (gigi berlubang), hal ini merupakan penyakit yang paling sering dijumpai di
seluruh dunia, dan berpengaruh sekitar 60-90% dari seluruh anak-anak usia sekolah di dunia.
Penyakit periodontal ( penyakit gusi) adalah urutan kedua dari infeksi yang paling umum, dan
mirip dengan infeksi mikobakteria, sebagai contoh kusta, yang tidak menimbulkan rasa sakit.
Kedua bacteria mungkin menyebabkan penyakit periodontal yang agresif. P. gingivalis dan A.
actinomycetemcomitans keduanya serta

asanya poket pada gusi berkaitan dengan standar

resistensi perawatan penyakit gusi. Factor resiko lain seperti merokok dan genetic berpengaruh
terhadap timbulnya penyakit periodonti, yang mana dapat menyebabkan kehilangan gigi,
prevalennya sekitar 4-400% pada pasien paruh baya. Diagnosis dan manajemen dari kondisi ini
harus diperhatikan.
Peran semua tenaga medis dalam meningkatkan kesehatan mulut pada anak anak harus
diitingkatkan. Karies dapat dicegah dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
dan saran diet yang sederhana sperti mengurangi frekuensi gula yang dikonsumsi. Meskipun itu
jumlah anak anak yang diberikan anestesi umum untuk terapi pencabutan gigi karena karies
semakin bertambah.

Prevalensi
Prevalensi dari sakit gigi dan karakteristiknya dicatat dengan menggunakan standar nyeri
(criteria WHO). Dalam sebuah studi dari 1052 orang prevalensi yang dilaporkan mengalami sakit
gigi pada usia anak sekolah dalam 6 bulan terakhir adalah 33,6% (31,1-36,8 , 95% CI). Analisis
multiple logistic dan analisis polytomous regresi menunjukan hubungan yang signifikan terhadap
prevalensi karies berdasarkan keparahan rasa sakit pada kelas social rendah, urutan kelahiran,
kegagalan di sekolah, dan jumlah kunjungan ke dokter gigi. Predictor utama dari prevalensi dan
derajat rasa sakit gigi adalah jumlah gigi yang ada (p<0.001).
Pulpitis gigi
Di bidang kesehatan, gigi hanya merasakan nyeri akibat kepekaan dentin terhadap dingin, manis
atau stimulus fisik. Pulpitis gigi dapat karena infeksi yang berasal dari karies gigi yang dekat
dengan pulpa (Gambar 2, Gambar 3), atau adanya peradangan yang berasal dari kimia atau
termal setelah gigi dilakukan perawatan.dapat menjadi reversibel atau non-reversibel. Rasa sakit
tajam yang hilang timbul, nyeri spontan juga merupakan gejala dari trigeminal neuralgia,
sehingga yang perawatan harus dilakukan tidak boleh keliru anatara sakit gigi atau neuralgia.
Penyebab gigi karena karies (menyebabkan produk bakteri masuk ke dalam pulpa melalui
tubulus dentin) atau penyebab iatrogenik (restorasi gigi yang dekat dengan pulpa gigi atau
trauma) akan menyebabkan peradangan pulpa. Hal ini menyebabkan sensitivitas yang ekstrim
terhadap dingin dan manis dengan rasa sakit neuralgic yang singkat dan tajam. Perlindungan
pulpa dari infeksi bakteri dan iritasi kimia yang disebabkan oleh makanan dan air liur harus
dilakukan segera untuk meminimalkan risiko pulpitis akut berkembang menjadi pulpitis
ireversibel kronis. Perawatan ini akan melibatkan penambalan atau restorasi.
Jika hai ini berlanjut dari pulpitis menjadi ireversibel, maka terjadi peningkatan vaskularisasi
pulpa yang menyebabkan peningkatan tekanan intra pulpa yang meninduksi iskemia dan
sensitivitas terhadap panas, dengan rasa sakit yang panjang. Setelah nekrosis pulpa gigi terjadi,
infeksi menyebar melalui apeks gigi ke tulang di sekitarnya dan membran periodontal,serta akan
memulai inflamasi periodontal dan akhirnya terjad abses gigi menyebabkan rasa sakit yang lama
dan spontan serta rasa nyeri pada saaat menggigit. Biasanya rasa sakit yang disebabkan oleh
abses akan digambarkan sebagai sakit yang spontan atau berdenyut terus menerus bisa berjam-

jam dalam sehari. Penmbengkakan pada rahang, trismus, atau limfadenopati dmenunjukkan
adanya infeksi akut yang menyebar. Dengan demikian tahap infeksi memiliki presentasi yang
berbeda (gambar 4)
Manajemen
Manajemen dari pulpitis gigi adalah dengan menghilangkan bagian gigi yang rusak dan
menggantinya dengan restorasi (penambalan). Jika pulpitis menjadi irreversible maka harus
dilakukan pulpektomi atau perawatan saluran akar. Penyebaran infeksi akut memerlukan
drainase tamabahan secara intraoral maupun ekstraoral melalui daerah jaringan yang terlibat.
Nyeri apikal dapat disebabkan oleh infeksi menyebar melalui apical foramen gigi ke daerah
periodontal apikal yang menyebabkan inflamasi (periodontitis apikal) dan pada akhirnya terjadi
abses gigi jika tidak ditangani (Gambar 4). Perawatan yang dilakukan dapat berupa perawatan
saluran akar atau pencabutan gigi dengan atau tanpa antibiotic. Nyeri iatrogenic pada apical
dapat terjadi setelah perawatan saluran akar sebagai akibat dari kontak premature karena
restorasi yang terlalu tinggi. Hal ini ditandai dengan rasa sakit yang semakin bertambah setelah
beberapa waktu. Rasa sakit ini disebabkan oleh kontak premature dari restorasi yang terlalu
tinggi dibandingkan oklusi normal pada saat mengigit secara bersamaan.
Nyeri setelah perawatan endodontic
Rasa nyeri yang parah dapat terjadi setelah perawatan endodontic atau apikotomi. Ini parah sakit
nyeri setelah perawatan endodontik seperti. Sebagian besar pasien akan merasakan nyeri semakin
meningkat dari waktu ke waktu dan sebagian akan berkembang menjadi neuropati kronis.
Terdapat variasi rasa nyeri yang dilaporkan oleh pasien, tetapi biasanya dimulai sebagai nyeri
menusuk tajam yang menjadi semakin parah dan berdenyut-denyut. Pada awalnya rasa sakit
mungkin disebabkan oleh stimulus, tetapi kemudian menjadi spontan dan tetap untuk waktu yang
cukup setelah stimulus dihilangkan. Rasa sakit dapat terlokalisiratau menyebar ke beberapa area
dalam mulut. Rasa sakit ini menyebakan pasien menjadi sulit tidur dan bertambah parah jika
dalam posisi berbaring. Stimulus panas menyebabkan rasa sakit bertambah, sedangkan stimulus
dingin dpat menyebabkan rasa sakit berkurang. Rasa sakit dapat hilang timbul tanpa pola yang
jelas dan dapat terjadi selama beberapa bulah atau tahun. Jika terdapat infeksi pada periapikal,

pasien biasanya tidak ada rasa sakit karena termal stimulus, tetapi rasa sakit di sebabkan karena
sensitivita spade saat mengigit. dan dirujuk darurat.
Terpaparnya sementum dan dentin
Adanya sensitivitas gigi terhadap air dingin dan / atau udara, merupakan gambaran dari pulpa
sehat. Resesi gingiva, prosedur scalling, atau diet asam/asam lambung menyebabkan dentin
menjadi sensitive. Bagaimanapun karies, tambalan rusak, fraktur gigi menyebabkan rasa sakit
yang terlokalisir pada gigi yang terkena. Permukaan akar gigi terdiri dari lapisan tipis sementum
yang merupakan perpanjangan dari dentin yang mana dapat terpapar karena cara sikat gigi yang
salah.dentin tersusun dari tubulus kecil berisi carian yang terhubung langsung ke saraf dan
berakhir pada pulpa gigi. Hipotesis nyeri gigi, yaitu teori osmolalitas menyebutkan bahwa cairan
dentin menyebabkan potensial aksi A delta dan serat C pada pulpa ketikan dirangsang oleh
stimulasi mekanik.
Manajemen
Sensitivitas pada permukaan akar dapat diatasi dengan menggunakan pasta gigi yang dilapiskan
ke akar gigi dan mengurangi diet asam. Modifikasi kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras
dapat mengurangi terjadinya abrasi. Penggunaan fluoride juga dpaat membantu. Pada gigi yang
karies, tambalan lepas, atau fraktur gigi, restorasi sementara dapat menutupi tepaparnya dentin
dan dengan demikian akan menghilangkan gejala.
Gigi retak
Jika mahkota gigi retak oleh trauma dan fragmen patahannya masih tersedia, maka harus
disimpan dalam media fisiologik (susu) hingga dokter gigi dapat menilai kondisi pasien.
Penutupan dari dentin yang terpapar pada fraktur mahkota dapat menggunakan restorasi
sementara untuk melindungi jaringan pulpa.

Penempatan restorasi sementara

Kebanyakan dokter gigi memiliki bahan tamabalan sementara untuk menutup dentin yang
terpapar, tambalan yang lepas, atau gigi fraktur seperti ionomer kaca (GIC) atay zinc oxide
eugenol (ZOE). Kebanyakan bahan GIC terdapat dalam kapsul tetapi material yang dicampur
sendiri juga tersedia, yang terdiri dari bubuk, cairan dan kondisioner. Permukaan dari kavitas
yang diaplikasikan dengan conditioner, kemidian bilas dan keringkan, sebelum penempatan
tambalan. Zinc oxide eugenol terdiri dari bubuk dan cairan (minyak cengkeh)yang dicampur
dengan konsistensi dempul sebelum ditempatkan dalam gigi.
Perikoronitis
Nyeri biasanya timbul jika ada infeksi dari gusi dan mukosa yang berada di atas gigi yang sedang
erupsi (perikoronitis). Ini adalah penyebab paling umum untuk mengeluarkan gigi molar ketiga
(wisdom tooth). Rasa sakit mungkin konstan atau intermiten, tetapi sering terjadi ketika tergigit
oleh gigi rahang atas. Hal ini menimbulkan rasa sakit di mukosa yang meradang dan gingiva
yang disekeliling gigi yang sedang erupsi. Jika infeksi akut dan menyebar maka antibiotik harus
diresepkan. Perikoronitis yang berulang adalah indikasi utama untuk mencabut gigi bungsu.
Periodontitis kronis dengan kehilangan tulang secara bertahap, jarang menyebabkan nyeri dan
pasien mungkin tidak menyadari gangguan sampai terjadi mobilitas gigi. Adanya pendarahan
dari gusi dan kadang-kadang menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Impaksi makanan di daerahdaerah tersebut dapat menyebabkan nyeri lokap pada gusi. Kurangnya kontak diantara gigi yang
berdekatan pada saat oklusi menyebabkan menumpuknya makanan di daerah teresut dan
menyebabkan peradangan pada gusi. Ini biasanya merupakan kondisi umum, bagaimanapun,
Poket yang dalam dan kehilangan tulang yang ekstrim dapat terjadi sekitar gigi yang terlibat.
Perikoronitis akut melibatkan infeksi bakteri di sekitar gigi yang sedang erupsi danbiasa terjadi
pada gigi molar tiga bawah. Kondisi ini sering diperparah oleh molar atas yang berkontak pada
mukosa yang menutupi gigi bawah yang akan eupsi. Hal ini mungkin berhubungan dengan
trismus karena gigi 8 bawah sangat dekat dengan otot tempralis.

Manajemen

disarankan penggunaan analgesik untuk meredakan gejala (ibuprofen), atau jika ibuprofen
merupakan kontraindikasi, parasetamol dapat direkomendasikan. Parasetamol dan ibuprofen
dapat diminum secara bersama-sama jika nyeri berat. Untuk orang dewasa, jika parasetamol dan
ibuprofen secara bersamaan tidak membantu menghilangkan nyeri, dapat dipertimbangkan untuk
menambahkan kodein fosfat atau beralih ke obat nonsteroidal obat anti-inflamasi (NSAID).
Untuk wanita yang sedang hamil atau menyusui, parasetamol lebih diindikasikan. Kodein dapat
ditambahkan jika parasetamol saja tidak mencukupi. Antibiotik biasanya tidak diindikasikan
bila tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi. Antibiotik hanya diresepkan untuk orang-orang
yang didapati dengan gejala sistemik atau jika ada tanda-tanda infeksi yang parah (misalnya
demam, limfadenopati,selulitis, pembengkakan meluas).
Manajemen untuk abses gigi dapat dilakukan dengan perawatan saluran akar dengan membuang
pulpa yang nekrotik atau pencabutan gigi. Inflamasi periapikal dapat menyebabkan selulitis di
wajah yang ditandai dengan penyebaran bakteri dan produknya yang cepat ke dalam jaringan,
yang menyebabkan edema yang luas dan nyeri. Jika terdapat infeksi, dapat dijumpai gejala
sistemik seperti demam, malaise, pembengkakan dan mungkin trismus (pembatasan pembukaan
mulut). pengobatan antibiotik saja tidak dianjurkan karena ini membutuhkan tindakan bedah.
Jika terdapat nanah, maka perlu di drainase, hilangkanpenyebab, dan pertahanan jaringan dengan
menggunakan antibiotic. Spectrum mikroba biasa gram positif karena bersifat anaerob.
Antibiotik yang tepat yaitu dapat berupa penisilin atau cephalosporin generasi pertama, dan
dapat dikombinasikan dengan metronidazol pada kasus yang lebih parah..
Osteitis alveolar
Setelah pencabutan, komplikasi yang paling umum adalah dry socket yang merupakan suatu
kondisi dimana kegagalan terjadinya pembentukan bekuan dalam soket pada 3-5 hari. Gagalnya
proses penyembuhan mengakibatkan soket kosong yang mana makanan dan debris dapat
terjebak di dalamnya. Rasa sakit yang dihasilkan disebabkan oleh bahan makanan yang
membusuk yang merangsang ujung saraf tulang. Menariknya kondisi biasanya tanpa diikuti
dengan gejala inflamasiakut(limfadenopati, peradangan lokal dan pembengkakan). Rasa sakit
biasanya terjadi 2-4 hari setelah pencabutan gigi. Prevalensi rahang bawah lebih sering daripada
rahang atas. Merokok adalah factor predisposisi utama, karena mengurangi suplai darah.Jaringan

di sekitar tulang yang nekrotik sangat lembut dan tulang nekroti berwarna putih terlihat dalam
soket. Pada umumnya terjadi halitosis. Insideni kondisi ini berkisar antara 1-9%. Pasien yang
menjalani bedah gigi mandibular harus melakukan control berkala karena insiden kemungkinan
terjadinya dry soket sebesar 5%.
Manajemen
Irigasi soket menggunakan garam atau chlorhexidine dan kemudiann diberikan penutup yang
sudah direndam dalam larutan bacteriostatic (Pasta alvogyl, BIPP (bismuth iodoform pasta
parafin), kapas atau kasa yang dibasahi iodoform). Sering terjadi nyeri langsung tetapi pasien
biasanya jarang kembali ke dokter gigi untuk melakukan perawatan tambahan. Pasien seharusnya
diajarkan cara untuk mengirigasi daerah tersebut secara rutin. Analgesic diindikasikan jika nyeri
menetap hingga beberapa hari. Meskipun dry soket dapat menyebabkan infeksi, tetapi antibiotoik
tidak dianjurkan. Jika pasien datang dengan rasa sakit yang terus menerus maka tulang yan
nekorsis harus dikeluarkan.
Sinusitis maksilaris yang mirip dengan sakit gigi
Sinusitis maksilaris yang berulang dapat menyebabkan nyeri luas di gigi rahang atas. Rasa sakit
cenderung meningkat pada posisi berbaring atau membungkuk. Rasa sakit biasanya unilateral,
tajam, berdenyut dan berkesinambungan. Pasien sering merasa tidak enak badan secara umum
dan demam. Gejala sinusitis maksilaris hamper mirip seperti gangguan tempotomandibular
(TMD) atau nyeri neuropatik. Kondisi gigi dengan nyeri kronis jarang terjadi kecuali salah
didiagnosis.
Manajemen
Peradangan pada sinus maksilaris baik diobati menggunakan dekongestan local dan sistemik,
jika terus-menerus antibiotik mungkin diresepkan. Nyeri yang berasal dari sinus timbul terutama
daritekanan. Dekongestan bisa membantu drainase sinus. Antibiotik mungkin hanya memiliki
peran kecil dalam kasus-kasus ringan. Rujukan ke dokter THT untuk operasi sinus endoskopik
dapat diindikasikan
Akut necrotising ulseratif gingivitis adalah infeksi progresif cepat pada jaringan gingiva yang
menyebabkan ulserasi pada interdental papilla gingiva. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan

yang luas. Biasanya terjadi pada orang-orang muda hingga setengah baya dengan mengurangi
resistensi terhadap infeksi yang berpengaruh (diabetes, infeksi HIV, kemoterapi). Prevalensi pada
pria lebih sering daripada wamita. Stress, merokok dan kebersihan mulut yang buruk menjadi
factor predisposisi. Gejala penting yang terjadi dapat berupa halitosis, pendarahan gingival
spontan, hilangnya papil interdental. Pasien sering mengeluh perubahan struktur gingiva parah
dengan nyeri pada saat makan dan menyikat gigi. Rasa sakit menetap, dalam dan konstan. Gusi
bisa berdarah secara spontan dan ada juga rasa yang tidak nyaman di mulut dan
halitosis.
Manajemen
Seperti infeksi akut dengan bakteri anaerob, pengobatan mengikuti prinsip-prinsip bedah,
menghilangkan

debridement,

penggunaan

obat

kumur

klorheksidin

dan

meresepkan

metronidazole. Mengobati faktor yang berkontribusi dapat mencegah kekambuhan.


Tes yang dapat membantu dalam diagnosis?
Ada beberapa tes sederhana yang dapat membantu dalam diagnosis nyeri gigi.

Tes sensitivitas pulpa. Es kering pada kapas atau tongkat es (dibuat dalam tabung
plastik atau kaca), ditempatkan pada bagian servikal mahkota gigi. Respon (rasa sakit
adalah satu-satunya respon sensorik dari pulpa) terhadap rangsang menunjukkan bahwa
jaringan pulpa mampu mengirimkan impuls saraf. Jika tidak ada respon dapat

menunjukkan nekrosis pulpa.


Tes Perkusi. Menggunakan gagang instrumen, gigi diketok dalam sumbu longitudinal.
Respon yang menyakitkan menunjukkan kemungkinan inflamasi periapikal karena

sensitivitas reseptor mechanosensory di membran periodontal sekitar gigi.


Probing. Menempatkan instrumen tumpul dan lembut ke dalam sulkus gingiva di
sekitar gigi untuk menilai kesehatan jaringan gingival.. Perdarahan atau kedalaman

sulkus lebih dari 3-4 mm mengindikasikan penyakit gusi karena peradangan.


Tes Mobility. Dilakukan dengan cara memegang gigi secara kuar pada bagian bukal
(pipi) dan sisi lingual antara jari-jari untuk mrnilai mobilitas.. Semua gigi memiliki
mobilitas yang kecil (<0.5 mm), tetapi gerakan yang terlihat menunjukkan hilangnya
dukungan tulang sekitar akar gigi.

Palpasi. Palpasi secara perlahan di sekitar wilayah yang menjadi perhatian dapat

menunjukkan tekstur,jenis dan tingkat pembengkakan.


Pembentukan Sinus. Abses gigi yang kronis cenderung membuat rongga pada mukosa
karena disebabkan mucosal sinus. Jarang pada gigi mandibula dengan abses kronis
menyebabkan dapat membuat rongga (di bawah perlekatan otot buccinator) atau pada
daerah bawah otot milohioid yang mengakibatkan dermal sinus yang sering kali keliru

dengan lesi kulit yang resisten pada pengobatan dermatologi rutin.


Pemeriksaan radiografi. Jika mungkin untuk mendapatkan gambaran radiografi, seperti
orthopantomograph (Gambar 2), hal ini dapat membantu dalam diagnosis dan lokalisasi
penyebab rasa sakit. Radiografi harus dapat menunjukkan secara jelas struktur apikal dan
periapikal gigi dan jaringan terkait. Hubungan molar rahang atas dan premolar ke dasr
sinus maksilaris dapat diperiksa, dan radiografi dapat menunjukkan adanya sekunder
karies atau radiolusen pada periapikal yang berhubungan dengan infeksi. (Gambar 3).

Nyeri wajah non-odontogenik


Nyeri wajah non-odontogenik dapat disebabkan oleh peradangan karena tumor, infeksi, atau
trauma. Klasifikasi topografi sering diterapkan pada wilayah yang kompleks ini. Pada daerah ini
sering menimbulkan keluhan nyeri orofasial termasuk sinus, kelenjar ludah, telinga, mata,
tenggorokan, mandibula, dan patologi tulang rahang atas. Seringkali pada pasien dengan nyeri
orofasial kronis terdapat berbagai macam penyebab yang menyebabkan ketidaknyamanan
termasuk inflamasi odontogenik yang disebkan oleh neuropatik ,neurovaskular atau idiopathic.
Jadi pengetahuan terhadap gigi sangat penting untuk menyingkirkan penyebab dan memudahkan
perawatan nyeri yang disebabkan oleh odontogenik.

Anda mungkin juga menyukai