http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0CE8QFjAI&url
=http%3A%2F%2Fwww.vetmed.fkh.unair.ac.id%2Fmateri%2Ffarmakologi%2520vet
%2FGENERAFARMAKOLOGI
%255B1%255D.ppt&ei=NhRQVbioEYaRuASpzYDYDw&usg=AFQjCNFQRJD3NygAT51vPAc0e9upGhslg&bvm=bv.92885102,d.c2E
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6386/1/Siti%20Harilza%20Zubaidah1.pdf
Antibakteri
Antijamur
INFEKSI MATA. Kebanyakan infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal.
Blefaritis dan konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis dan
endoftalmitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Blefaritis bakterial diobati
dengan pemberian salep mata antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata. Tetapi
kadang- kadang diperlukan pengobatan sistemik yang biasanya dilakukan setelah kultur
organisme dan ditentukan sensitivitas antimikrobanya. Antibiotika yang sesuai seperti tetrasiklin
diberikan selama 3 bulan atau lebih.
Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan sendirinya. Antibakteri tetes
mata atau salep mata digunakan bila diperlukan pengobatan.
Respons yang kurang baik terhadap pemberian obat menunjukkan konjungtivitis kemungkinan
disebabkan oleh virus atau alergi. Konjugtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba sistemik
dan topikal. Ulkus kornea dan keratitis memerlukan penanganan oleh dokter spesialis dan
mungkin membutuhkan penggunaan antimikroba sub- konjungtival atau sistemik.
Endoftalmitis adalah kedaruratan medik yang juga membutuhkan penatalaksanaan oleh dokter
spesialis dan sering membutuhkan penggunaan antibiotika parenteral, sub- konjungtival, atau
intraokuler. Untuk acuan pengobatan kutu pubis (crab lice) bulu mata, lihat 13.10.4.
11.1.1 Antibakteri
Infeksi karena bakteri biasanya diobati secara topikal dengan obat tetes dan salep mata.
Pemberian sistemik kadang-kadang diperlukan untuk blefaritis. Pada infeksi intraokular,
beberapa cara pemberian (intrakornea, intravitral, dan sistemik) dapat digunakan.
Kloramfenikol memiliki spektrum aktivitas yang luas dan merupakan obat pilihan untuk infeksi
mata superfisial. Tetes mata kloramfenikol ditoleransi dengan baik dan rekomendasi bahwa
kloramfenikol tetes mata harus dihindari sebab meningkatkan risiko anemia aplastik tidak
ditemukan. Antibiotika lain dengan spektrum aktivitas luas termasuk kuinolon, siprofloksasin
dan ofloksasin; framisetin, gentamisin dan neomisin juga aktif melawan bakteri dengan variasi
yang luas. Gentamisin, siprofloksasin dan ofloksasin efektif untuk infeksi yang disebabkan oleh
Pseudomonas aeruginosa. Tetes mata siprofloksasin digunakan untuk ulkus kornea; penggunaan
intensif (terutama untuk dua hari pertama) dibutuhkan sepanjang siang dan malam. Asam fusidat
bermanfaat untuk infeksi stafilokokus.
Propamidin isetionat kecil manfaatnya dalam infeksi bakteri tetapi spesifik untuk kondisi
keratitis akantamoeba yang jarang terjadi (neomisin dapat digunakan sebagai obat tambahan;
lihat juga 13.1.9).
Neonatus. Tetes mata antibakteri digunakan untuk pengobatan konjungtivitis bakteri akut pada
neonatus (optalmia neonatorum), jika mungkin, mikroorganisme penyebabnya sebaiknya
diidentifikasi. Tetes mata kloramfenikol atau neomisin digunakan untuk pengobatan
konjungtivitis ringan, untuk infeksi yang lebih serius disarankan juga antibakteri sistemik. Jika
tidak ada respon pada pengobatan awal diperlukan investigasi; sebaiknya dipertimbangkan
Infeksi klamidial.
Infeksi mata gonokokal diobati dengan injeksi dosis tunggal seftriakson. Infeksi mata klamidial
sebaiknya ditangani dengan pemberian eritromisin oral. Tetes mata gentamisin bersama dengan
antibakteri sistemik yang sesuai digunakan pada pengobatan infeksi mata pseudomonas.
DENGAN KORTIKOSTEROID. Banyak
sediaan antibakteri juga dikombinasi dengan kortikosteroid tetapi campuran demikian tidak
boleh digunakan kecuali pasien berada dalam supervisi seorang spesialis. Secara khusus obat
jenis ini tidak boleh diresepkan untuk mata merah yang belum terdiagnosa yang kadang-kadang
disebabkan oleh virus herpes simpleks dan mungkin sulit untuk didiagnosa (lihat 13.1.4.1)
CARA
PENGGUNAAN.
Obat tetes mata. Gunakan sedikitnya tiap 2 jam, kemudian kurangi frekuensi saat infeksi sudah
terkendali
dan
lanjutkan
untuk
48
jam
setelah
sembuh.
Salep mata. Gunakan pada malam hari (bila digunakan tetes mata siang harinya) atau 3-4 kali
sehari (bila hanya salep yang digunakan).
Monografi:
ASAM FUSIDAT
Indikasi:
DIBEKASIN
FRAMISETIN SULFAT
Indikasi:
GATIFLOKSASIN
Indikasi:
infeksi okular eksternal seperti konjungtivitis dan keratitis bakterialis yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang peka terhadap gatifloksasin.
Peringatan:
pemakaian lama dihindari karena dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang tidak
sensitif, termasuk jamur yang dapat menimbulkan super infeksi.
Interaksi:
penggunaan bersamaan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dalam plasma, meningkatkan
efek antikoagulan warfarin dan derivatnya, meningkatkan kadar serum kreatinin pada pasien
pengguna siklosporin secara sistemik, gangguan metabolism kafein.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas.
Efek Samping:
hari ke 1 2 : teteskan 1 tetes pada mata yang sakit setiap 2 jam sampai 8 kali sehari (mulai
bangun tidur), hari ke 3 7 : teteskan 1 tetes pada mata yang sakit sampai 4 kali sehari (mulai
bangun tidur).
GENTAMISIN
Indikasi:
sebagai terapi tambahan pada peningkatan tekanan intra okular pada pasien dengan hipertensi
okular atau glaukoma sudut lebar
Peringatan:
gentamisin dan metabolitnya dieksresikan melalui terutama ginjal, maka tidak direkomendasikan
untuk digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat (CrCl < 30ml/menit); gangguan hati
Interaksi:
pandangan kabur, rasa yang tidak biasa seperti pahit, kecut; lebih jarang terjadi: blefaritis,
dermatitis, mata kering, sensasi tubuh yasing, sakit kepala, hiperemia, okular discharge,
ketidaknyamanan okular, keratitis okular, nyeri okular, pruritus akular, dan rinitis; pada kasus
yang lebih jarang terjadi: reaksi alergi, alopesia, nyeri dada, konjungtivis, diare, diplopia,
mengantuk, mulut kering, dispnea, dispepsia, kelelahan mata, keratokonjungtivis, keratopati,
nyeri ginjal, mual, faringitis, mata berair, dan gatal-gatal
Penggunaan:
satu tetes pada mata yang sakit, tiga kali sehari. Gunakan berselang minimal 10 menit dari
penggunaan obat penurun tekanan okular yang lain
KLORAMFENIKOL
Indikasi:
rasa pedas sementara; laporan yang jarang mengenai anemia aplastik; lihat juga keterangan di
atas
Penggunaan:
LEVOFLOKSASIN
Indikasi:
pengobatan topikal untuk infeksi okular eksternal seperti konjungtivitis yang disebabkan oleh
strain bakteri yang rentan terhadap levofloksasin
Peringatan:
efikasi produk ini terhadap methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) belum terbukti;
untuk menghindari resistensi bakteri, uji sensitifitas bakteri perlu dilakukan dan periode
pengobatan dengan levofloksasin dilakukan dalam waktu paling singkat yang sudah dapat
mengeradikasi infeksi; tidak direkomendasikan untuk anak berusia di bawah 1 tahun; kehamilan
(lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)
Kontraindikasi:
pasien dengan riwayat sensitifitas terhadap ofloksasin dan semua antibiotika golongan kuinolon
Efek Samping:
eritema, ruam, dispnea, penurunan tekanan darah, udem kelopak mata (hentikan pengobatan);
blefaritis (kemerahan pada kelopak mata/udem,dll), dermatitis pada kelopak mata, gatal; iritasi,
lesi pada kornea seperti keratitis superficial diffuse
Penggunaan:
Satu tetes digunakan tiga kali sehari. Dosis dapat disesuaikan sesuai dengan gejala yang dialami
pasien
NEOMISIN SULFAT
Indikasi:
OFLOKSASIN
Indikasi:
digunakan untuk mengobati infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif
Peringatan:
hindarkan pemakaian yang lama karena dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang tidak
sensitif termasuk jamur, yang dapat menimbulkan super infeksi; kehamilan (lihat Lampiran 4);
menyusui (lihat Lampiran 5)
Interaksi:
pedih, rasa gatal, dan merah-merah pada konjungtiva; rasa menyengat, kemerahan, gatal,
konjungtivitis kimia/keratitis, udem okular/perikular/wajah, sensasi asing pada tubuh,
photophobia, pandangan tidak jelas, mata berair, mata kering, dan nyeri pada mata; jarang pusing
Penggunaan:
1-2 tetes setiap 4-6 jam. Dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes tiap 2 jam selama 24-48 jam pertama.
Kemudian frekuensi harus diturunkan bertahap sesuai tanda-tanda perbaikan klinis.
OKSITETRASIKLIN
POLIMIKSIN B SULFAT
Indikasi:
SIPROFLOKSASIN
Indikasi:
tidak disarankan untuk digunakan pada anak berusia di bawah 1 tahun; kehamilan (lihat
Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)
Efek Samping:
rasa terbakar lokal dan gatal; pelupuk mata terbentuk krusta; hyperaemia; gangguan indra
pengecap; kornea menjadi berwarna, keratitis, udem pada kelopak mata, lacrimation,
photophobia, infiltrasi kornea; dilaporkan adanya mual dan gangguan penglihatan
Penggunaan:
infeksi bakteri superfisial, lihat keterangan di atas. Ulkus kornea, gunakan siang dan malam, hari
pertama 2 tetes tiap 15 menit untuk 6 jam, kemudian setiap 30 menit untuk sisa hari; hari kedua
gunakan 2 tetes tiap jam; hari ketiga hingga keempat belas gunakan 2 tetes tiap 4 jam; untuk
pengobatan lebih lama dibutuhkan petunjuk dokter untuk menentukan frekuensi (lama
pengobatan maksimum 21 hari)
SULFASETAMID
TETRASIKLIN
TOBRAMISIN
Indikasi:
11.1.2 Antijamur
Infeksi jamur pada kornea dapat terjadi setelah cedera agrikultural, terutama dalam suhu panas
dan lembab. Mikosis orbital lebih jarang dan bila timbul biasanya karena penyebaran langsung
dari infeksi di sinus paranasal. Lansia, kelemahan, atau imunosupresan dapat menyebabkan
berkembang biaknya jamur (fungi). Penyebaran infeksi melalui peredaran darah kadang-kadang
menimbulkan endo-ftalmitis metastatik.
Berbagai fungus yang berbeda dapat menimbulkan infeksi okuler; tetapi infeksi ini dapat
diidentifikasi dengan prosedur laboratorium yang sesuai.
11.1.3 Antivirus
Infeksi herpes simpleks, seperti ulcer kornea dendritik dapat diobati dengan asiklovir. Implan
okular lepas lambat yang mengandung gansiklovir dapat disisipkan melalui pembedahan untuk
mengobati retinitis CMV yang mengancam penglihatan. Pengobatan lokal tidak dapat
melindungi terhadap infeksi sistemik atau infeksi pada mata yang sebelah. Untuk pengobatan
sistemik retinitis CMV, lihat 5.3.2.2.
Monografi:
ASIKLOVIR
Indikasi:
gunakan 5 kali sehari (lanjutkan untuk sedikitnya 3 hari setelah penyembuhan total)
Anda di sini
Depan IONI BAB 11 MATA 11.2 Kortikosteroid dan Antiinflamasi Lain 11.2.1
Kortikosteroid
11.2.1 Kortikosteroid
Kortikosteroid yang digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep mata, atau injeksi
subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik memiliki peranan penting dalam pengobatan
inflamasi segmen anterior, termasuk yang disebabkan oleh pembedahan. Kortikosteroid topikal
lazimnya hanya digunakan di bawah pengawasan dokter spesialis; Tiga risiko yang berhubungan
dengan penggunaan kortikosteroid:
BETAMETASON
Indikasi:
berikan tetes mata tiap 1-2 jam sampai keadaan terkendali kemudian kurangi frekuensi, salep 2-4
kali tiap hari, atau pada malam hari bila digunakan bersama tetes mata
DEKSAMETASON
Indikasi:
untuk pengobatan jangka pendek pada mata dengan kondisi responsif steroid ketika pengobatan
antibiotik profilaktik juga diperlukan, setelah diyakini tidak terjadi infeksi jamur dan virus;
blepharitis pada kelopak mata.
Peringatan:
meskipun pada umumnya dianggap aman, penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan pada
masa pertumbuhanPenggunaan jangka panjang pada bayi dapat menekan kelenjar adrenal.
Pengobatan dengan kombinasi steroid-antibiotik jangan dilakukan lebih dari 7 hari berturut-turut.
Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum ditetapkan. Jangan mengulang
atau memperpanjang pengobatan tanpa pemeriksaan yang teratur terhadap peningkatan tekanan
okular. Kortikosteroid topikal tidak boleh digunakan pada mata merah tanpa diagnosa yang jelas
karena dapat terjadi risiko kebutaan. Pemberian bersamaan dengan aminoglikosida dapat
menyebabkan berkurangnya pendengaran yang tidak dapat balik bila diberikan secara sistemik
atau topikal pada kulit yang luka atau rusak.
Kontraindikasi:
penderita hipersensitif terhadap salah satu komponen sediaan; infeksi herpes simpleks akut dan
penyakit virus lainnya pada kornea dan konjungtiva, tuberkulosis pada mata, penyakit jamur
pada mata, trakoma, infeksi purulent akut pada mata; otitis eksterna disertai perforasi membran
pada telinga.
Efek Samping:
paling sering terjadi sensitasi alergi, reaksi-reaksi yang disebabkan komponen steroid berupa
peningkatan tekanan intraokular dengan kemungkinan perkembangannya terjadi glaukoma,
pembentukan katarak subkapsular posterior dan perlambatan penyembuhan luka dan perforasi.
Penggunaan:
untuk mata satu-dua tetes pada mata yang sakit hingga 6 kali sehari atau lebih sering jika
diperlukan.
FLUOROMETOLON
Indikasi:
gunakan tetes mata 2-4 kali/hari (mula-mula tiap jam untuk 24-48 jam, kemudian kurangi
frekuensi)
HIDROKORTISON ASETAT
Indikasi:
PREDNISOLON
Indikasi:
gunakan tetes mata tiap 1-2 jam hingga kondisi terkendali kemudian kurangi frekuensi
ANTAZOLIN
Indikasi:
konjungtivitis alergi
KALIUM PEMIROLAS
Indikasi:
data keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui serta pada bayi belum tersedia.
Pengguaan pada wanita hamil hanya jika manfaatnya melebihi risikonya
Efek Samping:
KETOTIFEN
Indikasi:
rasa terbakar yang tidak menetap atau rasa tersengat, punctate corneal epithelial erosion, jarang
terjadi mata kering, perdarahan subkonjungtiva, fotofobia; sakit kepala, mengantuk, reaksi pada
kulit, dan dilaporkan mulut kering
Penggunaan:
KROMOGLIKAT NATRIUM
Indikasi:
konjungtivitis alergi
Efek Samping:
gunakan tetes mata 4 kali sehari, salep mata 2-3 kali sehari
LEVOKABASTIN
Indikasi:
konjungtivtis alergi
Efek Samping:
iritasi lokal, pandangan kabur, urtikaria, dispnea, sakit kepala, rasa mengantuk
Penggunaan:
DEWASA dan ANAK di atas usia 9 tahun, gunakan 2 kali/hari, tingkatkan bila perlu hingga 3-4
kali/hari, hentikan bila tidak ada perbaikan dalam 3 hari; maksimum 4 minggu pengobatan per
tahun
LODOKSAMID
Indikasi:
konjungtivitis alergis
Efek Samping:
rasa terbakar sementara, rasa tersengat, gatal, dan lakrimasi; dilaporkan terjadinya flushing dan
pusing
Penggunaan:
DEWASA dan ANAK di atas usia 4 tahun, gunakan tetes mata 4 kali sehari
NAPAZOLIN
NEPAFENAK
Indikasi:
berpotensi meningkatkan perdarahan jaringan okular (termasuk hifemas) terkait dengan operasi
okular, pemakaian bersama AINS topikal dan steroid topikal berpotensi memperlambat
penyembuhan, pemakaian jangka lama dapat menyebabkan kerusakan epitelial, penebalan erosi,
luka atau periorasi pada kornea, sehingga harus segera dihentikan dan dilakukan pemantauan
ketat, penderita dengan tendensi perdarahan atau penderita yang sedang mengkonsumsi obat lain
yang dapat memperpanjang waktu perdarahan, kehamilan, menyusui, anak usia dibawah 10
tahun.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas, kehamilan
Efek Samping:
hanya untuk pemakaian topikal mata. Satu tetes nepafenak 0,1% pada mata yang terkena, tiga
kali sehari dimulai sejak satu hari sebelum operasi katarak, dilanjutkan pada hari operasi dan
pada dua minggu pertama setelah operasi.
OLOPATADIN
Indikasi:
bukan merupakan pengobatan iritasi yang berkaitan dengan pemakaian lensa kontak (jangan
menggunakan lensa kontak apabila mata merah), pengawet dalam sediaan tetes mata yang
mengandung olopatadin kemungkinan dapat diabsorpsi oleh lensa kontak, pasien yang
menggunakan lensa kontak dan matanya tidak merah disarankan untuk menunggu minimal 10
menit setelah penggunaan obat ini sebelum menggunakan lensa kontak kembali
Efek Samping:
pusing, astenia, penglihatan terganggu, rasa menyengat atau rasa terbakar, sindrom flu, mata
kering, sensasi asing pada tubuh, hiperemia, hipersensitivitas, keratitis, udem pada kelopak mata,
mual, faringitis, pruritus, rinitis, sinusitis dan gangguan indra pengecap.
Penggunaan:
satu tetes dua kali sehari pada setiap mata yang terinfeksi dengan interval pemberian 6 sampai
dengan 8 jam.
TETRAHIDROZOLIN (TETRIZOLIN)
Anda di sini
Depan IONI BAB 11 MATA 11.3 Midriatik dan Sikloplegik
Midriatik yang relatif lebih lemah, kerja singkat, seperti tropikamid 0,5%, digunakan untuk
funduskopi. Siklopentolat 1% atau atropin lebih disukai untuk memberikan sikloplegia untuk
refraksi pada anak. Atropin 1% (dalam bentuk salep) kadang- kadang lebih disukai untuk anak di
bawah usia 5 tahun karena absorbsi sistemiknya berkurang. Atropin yang kerjanya lebih lama
(sampai dengan 7 hari) juga digunakan untuk pengobatan uveitis anterior terutama untuk
mencegah posterior synechiae. Sering digunakan dengan tetes mata fenilefrin 10% (2,5% pada
anak, pasien lansia, dan mereka yang berpenyakit jantung).
Homatropin 1% juga digunakan untuk pengobatan inflamasi segmen interior dan dianjurkan
karena mula kerjanya lebih pendek.
PERINGATAN. Iris berpigmen gelap lebih resisten terhadap dilatasi pupil oleh karena itu perlu
kehati-hatian untuk mencegah overdosis. Midriasis dapat menimbulkan glaukoma sudut sempit
akut pada beberapa pasien, biasanya mereka berusia lebih dari 60 tahun dan hipermetropik
(long-sighted) yang merupakan faktor predisposisi untuk glaukoma karena kamar anterior yang
dangkal. Fenilefrin dapat berinteraksi dengan inhibitor monoamine-oksidase yang digunakan
secara sistemik; lihat juga Lampiran 1 (simpatomimetik).
MENGEMUDI. Pasien sebaiknya diingatkan untuk tidak mengemudikan kendaraan selama 1-2
jam setelah mendapat midriatikum. EFEK SAMPING. Efek samping okular dari midriasis dan
sikloplegik termasuk rasa pedih sementara dan peningkatan tekanan intraokular; pada pemberian
jangka panjang dapat terjadi iritasi lokal, hiperaemia, udem, dan konjungtivitis. Dermatitis
kontak cukup sering terjadi dengan obat midriatik antimuskarinik, khususnya atropin.
Selain itu, reaksi toksik sistemik pada atropin dan siklopentolat dapat terjadi pada pasien yang
sangat muda dan sangat tua.
Anda di sini
Depan IONI BAB 11 MATA 11.3 Midriatik dan Sikloplegik Antimuskarinik
Antimuskarinik
Monografi:
ATROPIN SULFAT
Indikasi:
efeknya lama sekali, dapat memicu glaukoma; lihat juga keterangan di atas
Efek Samping:
SIKLOPENTOLAT HIDROKLORIDA
Indikasi:
HOMATROPIN HIDROBROMIDA
Indikasi:
TROPIKAMID
Indikasi:
Simpatomimetik
Monografi:
FENILEFRIN HIDROKLORIDA
Indikasi:
anak-anak dan lansia (hindari dosis 10%); penyakit kardiovaskuler (hindari atau hanya gunakan
dosis 2,5%); takikardia; hipertiroidisme; diabetes; lihat juga keterangan di atas
Efek Samping:
rasa menyengat dan nyeri pada mata; penglihatan terganggu, photophobia; efek sistemik
diantaranya aritmia, hipertensi, spasme arteri koroner
Anda di sini
Depan IONI BAB 11 MATA 11.4 Pengobatan glaukoma Beta Bloker
Beta Bloker
Penggunaan topikal beta bloker pada mata efektif mengurangi tekanan intraokuler terutama pada
glaukoma sudut terbuka, mungkin dengan mengurangi laju produksi cairan bola mata.
Penggunaan secara oral juga mengurangi tekanan intraokuler tetapi cara pemberian ini tidak
digunakan karena efek sampingnya yang mengganggu.
Beta-bloker yang digunakan sebagai tetes mata di antaranya betaksolol, levobunolol,
metipranolol dan timolol.
PERINGATAN, KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING: Penyerapan sistemik terjadi
setelah penggunaan topikal, oleh karena itu tetes mata yang mengandung beta-bloker
dikontraindikasikan pada pasien dengan bradikardia, heart block, atau gagal jantung. Penting:
sebagai peringatan untuk menghindari asma lihat catatan di bawah. Pertimbangkan juga
peringatan, kontraindikasi, dan efek samping lain dari beta-bloker (lihat 2.4.3). Efek samping
lokal dari tetes mata antara lain mata kering sementara, dan blefarokonjungtivitis alergis.
Catatan: Telah diinformasikan bahwa beta- bloker, bahkan yang jelas kardioselektif, sebaiknya
tidak digunakan pada pasien dengan asma atau riwayat penyakit paru obstruktif, kecuali bila
tidak ada pengobatan alternatif. Pada kasus demikian risiko bronkospasme sebaiknya diantisipasi
dan tindakan pencegahan dilakukan.
INTERAKSI: Karena penyerapan sistemik mungkin terjadi setelah penggunaan topikal,
kemungkinan interaksi sebaiknya diingat, khususnya dengan obat semacam verapamil. Lihat
juga Lampiran 1 (beta-bloker).
Monografi:
BETAKSOLOL HIDROKLORIDA
Indikasi:
Penggunaan:
LEVOBUNOLOL HIDROKLORIDA
Indikasi:
METIPRANOLOL
Indikasi:
lihat keterangan di atas, tetapi dalam glaukoma sudut lebar kronis dibatasi pada pasien yang
alergi terhadap zat pengawet atau mereka yang memakai lensa kontak (di mana benzalkonium
klorida harus dihindari)
Peringatan:
lihat keterangan di atas; dilaporkan terjadi uveitis anterior granulomatosa (hentikan pengobatan)
Penggunaan:
TIMOLOL MALEAT
Indikasi:
untuk pengobatan peningkatan tekanan intra okular pada pasien dengan hipertensi okular atau
glaukoma sudut lebar.
Peringatan:
gagal jantung, aritmia jantung derajat dua atau tiga dengan blokade AV, bradikardi, syok
kardiogenik, asma bronkial, obstruksi saluran napas kronis dengan kecenderungan spasmus
bronkus atau riwayat spasmus bronkus; hipersensitif terhadap timolol maleat dan benzalkonium
klorida.
Efek Samping:
dewasa: 1 tetes pada mata yang sakit, satu kali sehari; jika sediaan tetes mata lain juga
digunakan, harus pada jarak lima menit; periksa tekanan intra okular 34 minggu setelah awal
pengobatan, dan selama pengobatan periksa tekanan intra okular secara teratur karena respon
pasien dapat berubah-ubah.
Analog Prostaglandin
Latanoprost dan analog prostaglandin, meningkatkan arus keluar uveosklera. Obat ini
diindikasikan untuk mengurangi tekanan intra-okular pada hipertensi okuler atau pada glaukoma
sudut terbuka. Pasien sebaiknya dimonitor untuk perubahan warna mata karena latanoprost dapat
meningkatkan pigmen coklat dalam iris; diperlukan penanganan yang hati-hati pada mereka
dengan warna iris yang bercampur dan mereka yang menerima pengobatan hanya pada satu mata
saja.
Monografi:
BIMATOPROST
Indikasi:
peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular, yang tidak
diatasi atau tidak respon secara baik terhadap obat penurun tekanan intraokular lainnya
Peringatan:
peningkatan pigmentasi dan pertumbuhan bulu mata; peningkatan pigmentasi iris dan kelopak
mata. Perubahan ini dapat berlangsung secara permanen.
Kontraindikasi:
hipersensitif
Efek Samping:
kejadian antara 15-45% (dengan urutan kejadian menurun sesuai urutan berikut): konjungtiva
hiperemia, pertumbuhan bulu mata dan pruritus okular; kejadian 3-10% (dengan urutan kejadian
yang menurun): okular kering, gangguan penglihatan, okular terbakar, sensasi benda asing, nyeri
mata, pigmentasi kulit periokular, blefaritis, katarak, keratitis punctate superfisial, eritema
kelopak mata, iritasi okular, bulu mata yang menghitam; kejadian 1-3% (dengan urutan kejadian
yang menurun): kotoran mata, mata berair, fotofobia, konjungtivitis alergi, astenopia,
peningkatan pigmentasi iris, edema konjungtival; < 1%: inflamasi intraokular (iritis)
Dosis:
1 tetes pada mata yang sakit, sekali sehari pada malam hari. Tidak boleh lebih dari sekali.
Apabila digunakan bersamaan dengan obat optalmik topikal lainnya, berikan jeda waktu
pemberian selama 5 menit.
LATANOPROS
Indikasi:
peningkatan tekanan intra-okular pada glaukoma sudut lebar dan hipertensi okular yang tidak
mentoleransi obat lain atau respon yang kurang baik.
Peringatan:
sebelum memulai pengobatan, pasien harus diberitahu kemungkinan perubahan warna mata;
amati perubahan warna mata; afakia atau pseudofakia dengan koyakan pada kapsul posterior
lensa atau ruang lensa anterior; faktor risiko udem makular sistoid; asma berat atau mudah kumat
; tidak boleh dipakai dalam jangka waktu 5 menit setelah penggunaan sediaan yang mengandung
tiomersal; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)
Kontraindikasi:
Efek Samping:
pigmentasi coklat terutama pada pasien yang warna irisnya campuran; radang kelopak mata,
iritasi okular dan nyeri; bulu mata memanjang, bertambah gelap dan tebal; hiperaemia
konjungtiva; erosi epitelial punctata transient; ruam kulit; lebih jarang edema kelopak mata dan
ruam; jarang dyspnoea, asma yang lebih parah, iritis, uvitis, edema lokal, kulit palpebral menjadi
gelap
Penggunaan:
gunakan satu tetes pada mata yang sakit, sehari satu kali, pada malam hari.
TAFLUPROS
Indikasi:
untuk mengurangi tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular
Peringatan:
aphakia atau pseudophakia, asma bronkial atau riwayat asma bronkial, endophtalmitis (iritis,
uveitis); kehamilan atau berencana untuk hamil; hentikan menyusui selama menggunakan obat
ini.
Kontraindikasi:
riwayat hipersensitif
Efek Samping:
pewarnaan pada iris, infeksi konjungtiva, kelainan bulu mata (bertambah panjang, ketebalan dan
jumlah), gatal, iritasi, sensasi adanya benda asing pada mata, blepharal pigmentation, gangguan
pada epitel kornea termasuk superficial punctuate keratitis; nyeri pada mata, hipertrikosis pada
kelopak mata, kelopak mata memerah, eye discharge, fotofobia, udema pada kelopak mata, rasa
berat pada mata, lakrimasi, pandangan kabur, sakit kepala, udema pada konjungtiva, pusing,
eritema, peningkatan AST (GOT), adanya protein pada urin; peningkatan kadar kalium darah;
perdarahan subkonjungtiva, pusing, peningkatan ALT (GPT), peningkatan -GTP, adanya gula
dalam urin, peningkatan eosinofil, penurunan jumlah leukosit, peningkatan asam urat
Dosis:
satu tetes pada mata yang sakit sekali sehari, jangan digunakan lebih dari sekali sehari karena
penggunaan yang lebih sering dapat menurunkan efek.
TRAVOPROS
Indikasi:
penurunan tekanan intraokular pada pasien dengan glaukoma sudut lebar atau hipertensi okular
Peringatan:
lihat pada Latanoprost; juga dilaporkan sakit kepala, pruritus okular, photophobia, dan keratitis;
jarang hipotensi, bradikardi, konjungtivis, browache.
Penggunaan:
sehari sekali, pada malam hari; tidak direkomendasikan penggunaan untuk anak-anak dan remaja
di bawah 18 tahun.
TRAVOPROS+TIMOLOL
Simpatomimetik
Penghambat karbonik anhidrase dan obat sistemik
Inhibitor karbonik anhidrase, asetazolamid dan dorzolamid mengurangi intraokular melalui
penurunan produksi aqueous humour. Penggunaan sistemik juga menimbulkan efek diuresis
lemah.
Asetazolamid diberikan secara oral atau injeksi intravena ( injeksi intramuskular menyebabkan
nyeri karena larutan bersifat basa). Obat digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan
untuk mengurangi tekanan intraokular. Asetazolamid adalah golongan sulfonamid, sehingga
kelainan darah, ruam, dan efek samping dari penggunaan obat golongan sulfonamid dapat
muncul. Tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam jangka panjang; gangguan elektrolit
dan asidosis metabolik yang terjadi dapat diatasi dengan pemberian kalium bikarbonat ( seperti
tablet effervescent kalium)
Dorzolamid, merupakan inhibitor karbonik anhidrase topikal, digunakan untuk pasien yang tidak
memberikan respon terhadap beta-bloker atau pada mereka yang dikontraindikasikan memakai
beta-bloker. Digunakan secara tunggal atau sebagai obat tambahan dari beta-bloker topikal. Efek
samping serupa sulfonamid sistemik dapat timbul dan mungkin memerlukan penghentian obat
bila efek yang timbul parah.
Diuretik osmotik, manitol hipertonik intravena, atau gliserol per oral, berguna sebagai penurun
tekanan okuler sementara.
Monografi:
ASETAZOLAMID
Indikasi:
penurunan tekanan intraokuler dalam glaukoma sudut lebar, glaukoma sekunder, dan perioperatif
pada glaukoma sudut sempit; diuresis (lihat bagian 2.5.6)
Peringatan:
obstruksi pulmoner (risiko asidosis); lansia; kehamilan (lihat Lampiran 4); tidak dianjurkan
untuk penggunaan jangka panjang tetapi bila diberikan juga diperlukan pemantauan hitung jenis
darah dan kadar elektrolit plasma; hindari ekstravasasi pada tempat injeksi (risiko nekrosis)
Interaksi:
hipokalemia, hiponatremia, hyperchloraemic acidosis; gangguan fungsi hati hati berat; gangguan
fungsi ginjal (lihat Lampiran 3); hipersensitifitas terhadap sulfonamid
Efek Samping:
mual, muntah, diare, gangguan indra pengecap; kehilangan nafsu makan, paraestesia, flushing,
sakit kepala, pusing, kelelahan, perasaan menjadi sensitif, depresi; haus, poliuria; penurunan
libido; asidosis metabolik dan gangguan keseimbangan elektrolit pada pengobatan jangka
panjang; kadang-kadang mengantuk, kebingungan, gangguan pendengaran, urtikaria, melena,
glikosuria, hematuria, gangguan fungsi hati, gangguan pada darah diantaranya agranulositosis
dan trombositopenia, ruam diantaranya sindrom Steven Johnson dan nekrolisis epidermal toksik;
jarang fotosensitifitas, kerusakan hati, flaccid paralysis, kejang; dilaporkan juga miopati yang
tidak menetap
Dosis:
oral
atau
injeksi
intravena
0,25-1
g/
hari
dalam
dosis
terbagi
Cara injeksi intramuskular seperti pada injeksi intravena tetapi lebih baik dihindari karena pH
alkalis
BRINZOLAMID
Indikasi:
terapi tambahan pada peningkatan tekanan intra okular pada pasien hipertensi okular atau
glaukoma sudut lebar.
Peringatan:
gangguan fungsi ginjal (creatinine clerance kurang dari 30mL/menit), asidosis hiperkloremik;
menyusui; hipersensitif terhadap komponen obat.
Efek Samping:
iritasi lokal, gangguan rasa, mual, dispepsia, mulut kering, nyeri dada, mimisan, haemoptysis,
dyspnoea, rinitis, faringitis, bronkitis, paraestesia, depresi, pusing, sakit kepala, dermatitis,
alopesia, erosi kornea.
Dosis:
gunakan tiga kali sehari masing-masing satu tetes. Brinzolamid dapat digunakan bersamaan
dengan sediaan mata lain untuk menurunkan tekanan intra okular, jika digunakan bersamaan
dengan sediaan mata lain harus diberikan dengan rentang waktu minimal 10 menit.
Miotik
Pupil yang kecil adalah efek samping yang tidak menguntungkan dari obat ini (kecuali bila
pilokarpin digunakan sementara sebelum pembedahan glaukoma sudut tertutup). Obat ini bekerja
dengan membuka saluran drainase yang inefisien pada trabecular meshwork, dengan cara
kontraksi atau spasme otot silier. Obat ini juga menghasilkan spasme akomodasi yang dapat
menyebabkan pandangan kabur dan browache (efek samping khusus pada pasien di bawah usia
40 tahun).
Miotik digunakan dalam penanganan tekanan intraokular yang tinggi, termasuk pilokarpin.
PERINGATAN. Iris berwarna gelap mem- butuhkan miotik dengan kadar yang lebih tinggi atau
pemberian dengan frekuensi yang lebih sering dan penanganan yang lebih hati-hati sebaiknya
dilakukan untuk menghindari dosis berlebih. Pelepasan reti- na (retinal detachment) dapat terjadi
pada individu yang rentan atau pada orang dengan kelainan pada retina; karena itu pemeriksaan
fundus disarankan sebelum memulai pengobatan dengan miotik. Penanganan juga dibutuhkan
pada konjungtiva atau kerusakan kornea. Tekanan intraokular dan penglihatan sebaiknya
dimonitor pada pasien glaukoma simplek kronik dan pasien yang diberikan miotik dalam waktu
yang lama. Miotik sebaiknya digunakan secara hati-hati pada penderita penyakit
jantung,hipertensi, asma, tukak peptik, obstruksi saluran kemih, dan penyakit Parkinson.
KONTRAINDIKASI. Miotik dikontraindi- kasikan pada keadaan di mana konstriksi pupil tidak
diperbolehkan seperti pada iritis akut, uveitis anterior, dan beberapa kondisi glaukoma sekunder.
Sebaiknya dihindari pada penyakit inflamasi akut dari segmen anterior.
EFEK SAMPING. Spasmus siliari menyeba- bkan sakit kepala dan browache yang dapat
bertambah parah pada 2-4 minggu pengobatan awal (efek samping khusus pada pasien di bawah
40 tahun). Efek samping okular seperti terbakar, gatal, penglihatan kabur, kongesti vaskular
konjungtivitis, miopia, perubahan lensa mata, perdarahan vitreous, dan pupillary block.
Efek samping parasimpatomimetik seperti berkeringat, bradikardia, dan kolik usus dapat terjadi
setelah penyerapan sistemik dari obat tetes mata ini; efek lain di antaranya hiper- salivasi dan
bronkospasme.
Monografi:
KARBAKOL
Indikasi:
PILOKARPIN
Indikasi:
INDOMETASIN
DEKSTRAN 70
Indikasi:
hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter jika kondisi tetap atau memburuk, atau
jika terjadi nyeri pada mata, perubahan penglihatan, mata tetap merah atau iritasi
HIPROMELOSE
Indikasi:
defisiensi airmata
NATRIUM KLORIDA
Indikasi:
digunakan untuk irigasi, termasuk pertolongan pertama bila terkena zat berbahaya; intra-okuler
atau irigasi topikal selama prosedur pembedahan
POLIETILENGLIKOL + PROPILENGLIKOL
Indikasi:
untuk meredakan gejala iritasi dan rasa terbakar yang sementara akibat kekeringan pada mata.
Peringatan:
hentikan pemakaian jika terjadi reaksi hipersensitivitas ocular, nyeri pada mata, keluar air mata
berlebihan, dan perubahan penglihatan, atau timbul kemerahan, atau iritasi lebih parah, atau
kemerahan atau iritasi terjadi lebih dari 72 jam.
Kontraindikasi:
hipersensitif
Dosis:
POLIVINIL ALKOHOL
Indikasi:
defisiensi airmata
SENG SULFAT
Indikasi:
VITAMIN A PALMITAT
Indikasi:
menggantikan cairan air mata untuk mengatur kondisi mata kering termasuk keratoconjungtivitis
sicca dan untuk ketidakstabilan lapisan air mata atau kurangnya kelembaban kornea
Peringatan:
lensa kontak harus dilepas sebelum pemberian atau pemakaian kembali paling cepat 30 menit
sesudah pemberian; pasien yang mengalami penglihatan buram/kabur setelah pemakaian sediaan
agar tidak mengendarai atau mengendalikan mesin sebelum penglihatannya bersih/jernih;
kehamilan dan menyusui
Interaksi:
lihat Lampiran 1
Kontraindikasi:
kadang-kadang terjadi rasa seperti terbakar yang hanya berlangsung sementara atau kelopak
mata lengket dan/atau pandangan kabur sesaat setelah pemberian.
Penggunaan:
Dewasa dan anak : 3-4 kali sehari 1 tetes atau sesuai kebutuhan, tergantung pada beratnya kasus.
Pegang tube secara vertikal dan gunakan satu tetes pada conjunctival sac.
Anda di sini
Depan IONI BAB 11 MATA 11.6 Sediaan Optalmik Lain 11.6.2 Sediaan
Diagnostik dan Peri - Operatif Okuler Sediaan Diagnostik Okuler
FLUORESEIN NATRIUM
Indikasi:
ASETILKOLIN KLORIDA
Indikasi:
pembedahan katarak, keratoplasti, iridektomi, dan pembedahan segmen anterior lainnya yang
memerlukan miosis total yang cepat
NATRIUM DIKLOFENAK
Indikasi:
inhibisi miosis intraoperatif selama pembedahan katarak (tetapi tidak bersifat midriatik intrinsik);
inflamasi pascabedah pada pembedahan katarak; rasa sakit pada epitel kornea yang rusak setelah
keratektomi fotorefrakti
NATRIUM HIALURONAT
Indikasi:
cairan injeksi digunakan selama prosedur pembedahan mata; tetes mata digunakan untuk
menghilangkan rasa terbakar, iritasi, dan ketidaknyamanan akibat kekeringan pada mata dan
untuk percepatan perbaikan gangguan permukaan akular mata seperti Sindrom Sjogren dan
Sindrom Sisca (mata kering)
Efek Samping:
gatal, iritasi, hiperemia. Jika efek samping tersebut terjadi, tindakan yang tepat harus dilakukan
misalnya penghentian penggunaan. Hipersensistivitas berupa blefaris, dermatitis kelopak mata;
terjadi juga konjungtivitis, lesi kornea seperti keratitis superfisial difus; lebih jarang terjadi:
discharge mata
Penggunaan:
Tetes mata: satu tetes setiap kali pemakaian, 5-6 kali sehari. Dosis dapat disesuaikan dengan
gejala yang dirasakan pasien
Keterangan:
PEGABTANIB NATRIUM
Indikasi:
pantau tekanan intra-okular selama pemberian injeksi; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui
(lihat Lampiran 5)
Kontraindikasi:
gangguan penglihatan (diantaranya pandangan tidak jelas, flashing lights, gangguan jangkauan
penglihatan), mual, nyeri tulang belakang, astenia, pruritus, hiperkolesterolemia, demam; jarang
gangguan lakrimasi, perdarahan subretinal atau vitreus, reaksi hipersensitivitas (diantaranya
nyeri dada, syncope, berkeringat, perubahan pada tekanan darah dan denyut jantung); reaksi pada
tempat penyuntikan diantaranya nyeri, udem, inflamasi, perdarahan, perubahan warna
Dosis:
injeksi intraviteal, 0,3 mg sekali setiap 6 minggu (9 injeksi per tahun) pada mata yang dimaksud
VERTEPORFIN
Indikasi:
degenerasi makular yang berhubungan dengan faktor usia pada pasien dengan predominantly
classic subfoveal choroidalneovascularisation
Peringatan:
fotosensitivitas-hindarkan pemaparan pada kulit dan mata yang tidak dilindungi terhadap cahaya
terang selama proses infus dan selama 48 jam sesudahnya; hindarkan penggunaan pada
gangguan fungsi hati berat, obstruksi empedu; hindarkan ekstravasasi; kehamilan (lihat
Lampiran 4)
Kontraindikasi:
gangguan penglihatan (termasuk pandangan kabur, kilatan cahaya, defek visual), mual, nyeri
punggung, asthenia, pruritus, hiperkolesterolemia, demam; gangguan air mata, perdarahan
subretinal atau vitreous, reaksi hipersensitivitas (termasuk nyeri dada, sinkop, berkeringat,
perubahan tekanan darah dan denyut nadi); reaksi pada tempat penyuntikan termasuk nyeri,
udem, inflamasi, perdarahan, perubahan warna
Dosis:
melalui infus intravena selama 10 menit, 6 mg/m2 dilarutkan dalam 30 mL larutan infus
mengoleskan losion dan salep dengan baik pada kulit yang relatif sukar dijangkau. Cara yang
paling efektif ialah memasukkan pita kain kasa yang dibasahi dengan tetes telinga kortikosteroid
atau dengan astringen seperti larutan aluminium asetat. Bila hal ini tidak praktis, telinga
sebaiknya dibersihkan dengan hati-hati menggunakan kapas telinga, lalu pasien diminta untuk
terlentang dengan telinga yang sakit di posisi atas selama sepuluh menit setelah liang telinga diisi
dengan larutan yang sesuai dalam jumlah yang cukup.
Bila ada infeksi, antiinfeksi topikal yang tidak digunakan secara sistemik (seperti neomisin atau
kliokuinol) dapat dipakai, tetapi hanya untuk satu minggu karena penggunaan yang berlebihan
akan memicu infeksi jamur; infeksi jamur ini mungkin sulit diobati dan memerlukan konsultasi
dokter spesialis. Sensitivitas terhadap anti-infeksi atau pelarut, dapat terjadi dan resistensi
terhadap antibakteri mungkin terjadi pada pemakaian jangka panjang. Kloramfenikol dapat pula
digunakan, tetapi tetes telinganya mengandung propilen glikol dan menimbulkan reaksi
sensitisasi pada sekitar 10% pasien. Larutan yang mengandung anti- infeksi dan kortikosteroid
(seperti Kemicort) digunakan untuk mengobati infeksi yang meradang dan eksim. Apabila otitis
eksterna diobati secara topikal dengan sediaan yang mengandung aminoglikosida (misalnya
neomisin, framisetin) atau polimiksin pada pasien dengan perforasi gendang telinga, maka dapat
terjadi peningkatan risiko tuli akibat obat. Oleh karena itu penting untuk menjamin tidak adanya
perforasi sebelum sediaan ini diresepkan. Walaupun demikian, banyak spesialis menggunakan
tetes telinga ini secara hati-hati pada pasien otitis media dengan perforasi (lihat otitis media,
12.1.2) dan saat pengobatan lain untuk otitis media eksterna telah gagal.
Infeksi akut dapat menimbulkan nyeri hebat dan antibakteri sistemik dibutuhkan dengan
analgesik seperti parasetamol atau ibuprofen. Bila ada infeksi stafilokokus yang resisten (bisul)
di liang telinga luar, flukloksasilin merupakan obat pilihan (lihat 5.1, tabel 5.1). Siprofloksasin
oral atau aminoglikosida sistemik mungkin diperlukan untuk infeksi Pseudomonas, terutama
untuk anak dengan diabetes atau imunitas menurun.
Kulit pinna yang dekat dengan liang telinga sering diserang eksim. Krim kortikosteroid topikal
dan salep (lihat 13.4) dapat dipakai, tetapi pemakaian jangka panjang sebaiknya dihindari.
Penggunaan pada anak. Untuk memakai tetes telinga, baringkan anak dengan kepala menghadap
ke satu sisi; pada bayi, tarik daun telinga kearah belakang bawah. Untuk anak yang lebih tua,
tarik daun telinga ke arah belakang atas.
SEDIAAN ANTIINFLAMASI
Monografi:
DEKSAMETASON
Indikasi:
HIDROKORTISON
Indikasi:
SEDIAAN ANTIINFEKSI
Monografi:
FRAMISETIN SULFAT
Indikasi:
Peringatan:
sensitifitas lokal
GENTAMISIN
Indikasi:
perforasi gendang telinga (lihat juga keterangan di atas dan bagian 12.1.2)
Penggunaan:
telinga, beri 3-4 tetes 3-4 kali tiap hari; kurangi frekuensi bila ada perbaikan
KLORAMFENIKOL
Indikasi:
NEOMISIN SULFAT
Indikasi:
sensitivitas lokal
OFLOKSASIN
Keterangan:
dikonsultasikan ke dokter; karena adanya risiko kerusakan permanen terhadap fungsi telinga
yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan kemampuan bicara. Otitis media dengan
efusi (glue ear) yang tidak ditangani atau pada kasus resisten dapat menyebabkan beberapa
jenis otitis media kronis.
OTITIS MEDIA KRONIS. Mikroorganisme yang didapat dari pasien otitis media kronis sering
disebabkan oleh kuman oportunis yang hidup dalam debris, keratin, dan tulang nekrotik yang ada
dalam telinga tengah dan mastoid. Pengobatan utama adalah pembersihan dengan aural suction
tube yang dapat mengendalikan infeksi yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Pembersihan secara lokal dari meatus dan telinga tengah dapat dilanjutkan dengan pengobatan
dengan kain kasa yang dibasahi tetes telinga kortikosteroid atau dengan astringent seperti larutan
aluminium asetat, yang bermanfaat untuk pengobatan telinga pada infeksi caviti mastoid. Salep
antibakteri telinga juga dapat digunakan.
Eksaserbasi akut infeksi kronis mungkin memerlukan pengobatan sistemik dengan amoksisilin
(atau eritromisin jika alergi terhadap penicillin) dan metronidazol (lihat 5.1). Pengobatan
disesuaikan dengan hasil uji sensitivitas. Anti bakteri injeksi diperlukan jika disebabkan oleh
Pseudomonas aeruginosa dan Proteus spp.
Penggunaan secara topikal dari antibakteri yang menyebabkan ototoksik dikontraindikasikan
pada kasus yang disertai perforasi.
Namun, bila ada perforasi, banyak spesialis menggunakan tetes telinga yang mengandung
aminoglikosida (seperti neomisin dan polimiksin) ketika otitis media gagal diobati dengan
antibiotik sistemik; hal ini karena pus dalam telinga tengah pada otitis media menyebabkan
risiko ototoksisitas yang lebih tinggi daripada obat tetesnya sendiri.
hari yang sama saat penyemprotan. Pasien sebaiknya terlentang dengan telinga yang sakit di
posisi atas selama 5-10 menit setelah dimasukkan larutan tersebut ke dalam telinga. Beberapa
obat jadi yang mengandung pelarut organik dapat menyebabkan iritasi pada kulit meatus, dan
pada kebanyakan kasus, cara sederhana yang dianjurkan di atas sama efektifnya dan lebih sedikit
menyebabkan iritasi. Natrium dokusat atau hidrogen peroksidaurea merupakan kandungan
sediaan pelembut serumen.
http://pionas.pom.go.id/book/ioni/bab-11-mata