Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN
KEANEKARAGAMAN SERANGGA TERBANG YANG TERDAPAT DI KAWASAN
KAMPUS UNIVERSITAS BENGKULU

Disusun Oleh
Kelompok II
Anggota:

Meriana

: F1D012039

Yuniza Fadli

: F1D012032

Dwi Kencana Ningrum

: F1D012015

Arisa Anugrah

: F1D012052

Mawardi Andri

: F1D010075

Medi Pamela

: F1D010032

Dosen Pengampu
Dra. Novia Duya, MS

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.yang
telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan akhir praktikum Ekologi
Hewan yaitu tentang Keanekaragaman serangga terbang yang terdapat di kawasan kampus
Universitas Bengkulu ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam
tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas
bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan yang telah
memberikan kami kesempatan untuk membuat laporan akhir praktikum ini sebagai pedoman,
acuan, dan sumber belajar.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari
segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam laporan akhir praktikum ini,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan laporan akhir praktikum berikutnya.

Bengkulu, 21 Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I

PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1
2
3
4

BAB II
1
2
3
4
5
6

Latar Belakang............................................................................................
Rumusan Masalah.......................................................................................
Tujuan Penulisan........................................................................................
Manfaat Penulisan......................................................................................

1
2
2
3

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 11


Keanekaragaman jenis................................................................................. 18
Habitat Anura (Amphibi)............................................................................. 3
Komposisi Komunitas ................................................................................ 4
Struktur Komunitas Anura..................................................................... ....6
Pola Penyebaran..........................................................................................7
Keanekaragaman Ordo Anura.....................................................................9

BAB III PENUTUP.....................................................................................................10


DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan
dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini telah
diketahui sebanyak lebih kurang 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar 59,5% dari
total organisme yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman serangga
yang sangat tinggi dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti
hutan-hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan perkebunan
(Siswanto dan Wiratno,2001).
Tingginya keanekaragaman serangga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
produk pertanian yang dihasilkan. Kestabilan populasi hama dan musuh alaminya umumnya
terjadi pada ekosistem alami sehingga keberadaan serangga hama pada pertanaman tidak lagi
merugikan. Kenyataan tersebut perlu dikembangkan sehingga mampu menekan penggunaan
pestisida untuk menekan serangga hama di lapangan, terutama pada tanaman-tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (Siswanto dan Wiratno, 2001).
Informasi tentang keanekaragaman hayati pada areal perkebunan dan persawahan kini
sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan komoditas tersebut secara organik untuk
terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan dan berbasis pada kelestarian ekosistem.
Organisme yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya tanaman kini adalah
serangga.Keanekaragaman serangga baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun
kekayaannya juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya
interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun dengan tumbuhan
yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu sendiri. Penurunan
keanekarangaman spesies serangga herbivora dapat menimbulkan efek domino terhadap
keanekaragaman musuh alami serangga-serangga tersebut. Kemungkinan ini cukup beralasan
karena serangga mendukung hampir setengah dari jumlah spesies predator dan parasitoid
(Bernays, 1998).
Alasan lainnya adalah sebagian besar spesies serangga berifat monofag. Dari hasil
inventori yang dilakukan terhadap 5000 spesies serangga di Inggris diketahui bahwa 80%
diantaranya bersifat monofag dan kurang dari 10% memakan tanaman lebih dari 3 famili
(Schoonhoven et all., 1998). Selain itu setiap spesies serangga membutuhkan mikrohabitat
yang unik atau spesifik. Semakin sedikit spesies tumbuhan yang dijumpai pada suatu areal,
semakin sedikit variasi mikrohabitat yang tersedia dan semakin sedikit pula spesies serangga
yang mampu didukungnya. Oleh karena itu upaya yang serius untuk menunjang ketersediaan
mikrohabitat tersebut perlu dilakukan.

Mengingat jumlahnya amat banyak serangga amat berperan bagi ekosistem dan bagi
keberadaan manusia di bumi. May Berenbaum (1995), entomologist dari University of
Illinois menyatakan peran serangga sebagai berikut: like it or not, insects are a part of where
we have come from, what we are now, and what we will be. Beberapa contoh dapat
disampaikan di sini, seperti penyuburan tanah, siklus nutrisi, propagasi tanaman, polinasi dan
penyebaran tanaman, termasuk menjaga struktur komunitas hewan melalui rantai dan jaring
makanan. Sebagai kelompok organisme yang amat penting bagi ekosistem, para ahli
menyatakan bahwa keberadaan suatu spesies beberapa serangga dinyatakan sebagai
keystone species, misalnya peran rayap sebagai dekomposer, atau pun serangga yang hidup
dalam ekosistem akuatik, yang berperan dalam siklus nutrisi untuk kehidupan organisme di
dalam air (Gullan dan Cranston, 2005)
Contoh lainnya adalah nyamuk. Bila jentik nyamuk tidak ditemukan dalam suatu
ekositem perairan, ratusan ikan harus mengubah cara makan mereka agar dapat tetap
bertahan hidup. Tetapi masalahnya tidak sesederhana itu karena perilaku makan ikan sudah
tercetak secara genetis, sehingga hilangnya jentik nyamuk dapat mengakibatkan matinya ikan
yang akhirnya dapat berakibat terganggunya jaring dan rantai makanan (Fang, 2010) .
Bagi manusia, tanpa kita sadari, sebagian besar makanan yang kita makan sekitar 50%
keberadaannya tergantung pada serangga karena serangga membantu penyerbukan sekitar
80% dari semua tumbuhan yang berbunga yang ada di bumi. Kebergantungan manusia pada
serangga tidak hanya terhadap makanan yang berasal dari tumbuhan tetapi juga makanan
yang berasal dari hewan, karena hewan memakan tumbuhan yang keberadaannya banyak
dibantu oleh aktivitas serangga.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian untuk mendapatkan data
statistik keanekaragaman serangga Insekta di kawasan sawah universitas bengkulu.

1.3 Tujuan penelitian

1. untuk mengetahui keanekaragaman serangga terbang yang terdapat di lingkungan


persawahan universitas bengkulu
2. Untuk mengetahui kelimpahan serangga terbang yang ada di lingkungan universitas
bengkulu
1.4 Manfaat penelitian
1. Sebagai informasi bagi masyarakat dan mahasiswa mengenai Keanekaragaman
2. Serangga Insekta yang terdapat di di kawasn sawah universitas bengkulu.
3. Sebagai bahan Kajian bagi mahasiswa biologi khususnya mata kuliah Ekologi hewan
yang berhubungan dengan serangga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies adalah perbandingan antara jumlah spesies dan jumlah total

individu dalam suatu komunitas yang berkaitan dengan kestabilan lingkungan dengan
komunitas yang berbeda. Keanekaragaman memiliki peranan penting untuk menentukan
batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya manusia
(Michael, 1994).
Keanekaragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies di antara jumlah total individu dari seluruh
spesies yang ada. Keanekaragaman yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki
kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi pula.
Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman
spesies akan bertambah bila komunitas stabil. Ganggauan parah dapat menyebabkan
penurunan yang nyata dalam keanekaragaman. Keanekaragaman yang besar juga mencirikan
sejumlah besar populasi (Michael, 1994)
2.2. Tinjauan umum tentang Serangga
Serangga memiliki nama ilmiah Insecta, dan merupakan salah satu dari kelas binatang
beruas atau Arthropoda. Serangga disebut juga heksapoda yang berasal dari kata heksa yang
artinya 6 (enam) dan kata podos yang berarti kaki. Kelas insekta termasuk dalam sub filum
Atelocerata. Insekta merupakan kelas terbesar dalam filum arthropoda, beranggota 675.000
spesies yang tersebar disemua penjuru dunia. Insekta merupakan invertebrata yang hidup di
darat, di tempat kering dan dapat terbang (Jasin, 1993).
Menurut Lilies (1991) kelas insekta dibedakan menjadi 2 subkelas yaitu subkelas
Apterygota (serangga tak bersayap) clan subkelas pterygota (serangga bersayap). Kelas
serangga herbivora terbagi dalam beberapa ordo diantaranya yaitu :
2.2.1

Ordo Protura
Termasuk serangga primitif dengan tubuh hanya beberapa milimeter. Tidak

mempunyai sayap, antena, dan mata, tetapi memiliki bintik hitam di kiri kanan kepala. Fungsi
antena digantikan oleh kaki depan yang selalu diangkat ke atas, sehingga berjalan hanya
dengan kaki depan dan belakang. Habitatnya di tempat sejuk dan lembap, seperti di bawah
batu-batuan, serasah, tanah berhumus, batang pohon roboh, dan di kulit pohon. Terdiri atas
lebih dari 100 jenis teridentifikasi.

2.2.2. Ordo Diplura


Langsing dan kecil, berukuran 5-10 mm. Tidak bersayap dan tidak bermata, antena
panjang. Ekornya berupa sepasang rambut atau pencapit. Hidup tersembunyi di tempattempat lembap, di bawah serasah, sampah, humus, batu-batuan, dan sebagainya. Gerakannya
cepat dan takut cahaya. Makan tanaman segar atau busuk, jamur, dan binatang kecil. Jenis
teridentifikasi sekitar 100 jenis.
2.2.3. Ordo Collembola (agas-agas)
Termasuk serangga bertubuh kecil dengan panjang beberapa milimeter dan tidak
bersayap. Antena cukup panjang, umumnya bermata. Di ujung bawah abdomen terdapat
semacam ekor untuk meloncat. Menyukai lingkungan yang basah atau lembap, biasa
ditemukan di antara lumut, humus, sampah, sarang semut dan rayap, gua, serta di sekitar
perairan tawar maupun laut. Agas-agas yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata
dan berekor pegas. Makanan utamanya spora dan semaian tanaman. Agas-agas yang hidup di
permukaan air makan ganggang renik. Jenis teridentifikasi mencapai 1500.
2.2.4. Ordo Thysanura (perak-perak/renget)
Menyukai lingkungan yang sejuk dan lembap seperti di hutan, kebun, dan juga
lingkungan kering dalam rumah seperti pada laci meja, lemari pakaian, lemari buku,
tumpukan kertas/karton, serta gudang. Beberapa hidup di sarang semut atau rayap. Tubuhnya
gepeng mengecil ke belakang atau agak silindris, panjang 10-20 mm, bersisik putih keperakperakan, kelabu, atau coklat kehitaman, dan mengkilat.
Kepalanya agak besar, berantena panjang, bermata besar atau kecil, dan tidak
bersayap. Jenis yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata. Berekor berupa 2-3
rambut kaku panjang yang dinamakan sersi. Gerakannya cepat, umumnya menghindari
tempat-tempat terang. Makanannya tumbuhan mati dan busuk, jamur, lumut, jili dan buku,
kertas, dan juga pakaian. Jenis teridentifikasi sekitar 40 jenis, contoh yang biasa ditemukan
dalam rumah adalah Lepisma saccharina.
2.2.5. Ordo Orthoptera (belalang, jangkrik)
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga
memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya
dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen
(disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya

umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap,
walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang.
2.2.5.

Ordo Blattaria (lipas)


Sudah hidup sejak zaman karbon (350-270 juta tahun yang lalu). Pada kedua sisi

kepala terdapat mata majemuk berwarna hitam. Tepat di bawah mata terdapat cekungan
tempat keluar antena filliform (bentuk benang). Di antara kedua pangkal antena terdapat mata
tunggal yang disebut osellus.
Lipas mempunyai mulut tipe penggigit dan pengunyah. Memiliki dua pasang sayap.
Sayap depan disebut tegmina, liat seperti kulit atau perkamen, tidak tembus cahaya, untuk
melindungi sayap belakang yang lebih besar, halus, tipis, transparan, serta digunakan untuk
terbang. Habitatnya adalah hutan, pemukiman manusia, serta tempat gelap, kotor, dan
lembap. Makanannya berupa daun yang mulai membusuk, ranting lapuk, bahan dan sisa
makanan manusia, bahkan kotoran manusia.
Dapat menularkan penyakit disentri (Entamoeba hystolica), lepra (Mycobacterium
leprae), mycorysis yaitu keracunan saluran pencernaan akibat jamurAspergillus sp., serta
menjadi inang cacing pita. Namun ada beberapa jenis yang hidup di hutan dan timbunan
sampah yang berperan sebagai perombak sisa-sisa tanaman atau bangkai hewan sehingga
membantu menyuburkan tanah.
2.2.6.

Ordo Mantodea (belalang)


Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera.

Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga
memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya
dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen
(disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya
umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap,
walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina
umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.
2.2.7.

Ordo Lepidoptera (kupu-kupu)

Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam


ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap). Secara
sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu

aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal),
sedangkan gengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau
hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya.
Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam
atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga
secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto,
2005). Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih
dari 600 spesies kupu-kupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar
lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk,1999).
2.2.8.

Ordo Hymenoptera (tawon, lebah)


Lebah madu adalah salah satu jenis serangga dari sekitar 20.000 spesies lebah. Saat

ini ada sekitar tujuh spesies lebah madu yang dikenal dengan sekitar 44 subspesies. Semua
spesies ini termasuk dalam genus Apis. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang
dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang
dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu.
2.2.9.

Ordo Coleoptera (kumbang)


Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan

spesies serangga. Ordo Coleoptera, yang berarti "sayap berlapis", dan berisi spesies yang
sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang.
Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000 spesies),
dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang
diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta. Kumbang dapat ditemukan hampir di
semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka
dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering makan pada
tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsan
invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti burung dan mamalia.
Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang Colorado Leptinotarsa
decemlineata.
Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yakni :
1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies
2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu
(yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb) tersebar antara banyak

species itu.
Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan
berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan
sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi
tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk dan pemakan tumbuhan.
Untung (1996) berpendapat bahwa setiap serangga mempunyai sebaran khas yang
dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakasanakan pada tanggal 27 maret samapai 10 april 2015. Metode
penelitian menggukan metode survey yaitu Pengambilan sampel artropoda secara langsung
dengan menggunakan jaring (insecnet)
3.2.1.Alat
Adapun alat yang di gunakan pada penelitian ini adalah jaring (Insectnet), Kamera,
killing bottle, disechting set, botol aqua, Plastik
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah alkohol 70 %, eter, kapas.
3.2.3. Cara kerja
Tahap persiapan
1.

Melakukan observasi ke lokasi penelitian

2.

Menentukan waktu Penelitian

3. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian


Tahap pelaksanaan
Penangkapan dengan jaring (insectpnet).
1. Melakukan Penangkapan dengan jaring secara langsung terhadap arthropoda yang
berterbangan di sekitar lokasi (sawah di depan Basic Sains atau sekitar Kedokteran
unib
2. Mimasukkan ke dalam killing botle agar mempercepat kematian serangga.
3. Jika belum langsung diidentifikasi masukkan ke dalam alkohol 70 %.
4. Jenis serangga yang tertangkap diidentifikasi.
3.2.4. Analisis data
Perhitungan keanekaragaman Arthropoda dihitung dengan menggunakan rumus jumlah famili
dibagi dengan akar jumlah total individu yang ada di lapangan (Michael, 1994)
Sedangkan perhitungan kelimpahan masing- masing famili yang paling dominan di
lapangan adalah dengan menghitung jumlah individu satu famili terkoleksi dibagi dengan

jumlah total individu seluruh famili selama pengamatan atau dapat ditulis dengan rumus
(Michael, 1995).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragam serangga yang terdapat di persawahan
di depan Basic Sains dan di belakang gedung kedokteran universitas bengkulu, penelitian
tersebut menemukan beberapa jenis serangga terbang yang tersebar di beberapa tempat yaitu
di bawah pohon, di batang pohon dan di atas pohon dengan berterbangan, serangga tersebut
ditanggap menggunakan metode penangkapan langsung dengan jaring. Hasill tangkapan
jenis artropoda di identifikasi dan dikumpulkan berdasrkan

famili dalam bentuk tabel

berikut:
Tabel keanekaragaman capung
Tabel 1 belakang gedung kedokteran
No
1
2
3

Nama daerah

Nama latin
Ischnura

Capung Jarum

Belalang Hijau
Kupu-kupu

Coklat
Kupu-kupu putih

6
7

Lebah madu
Kupu-kupu

15

0,19

886,11

0,04

0,00084

3,92

0,03

Borbo cinnara

0,0077

3,591

0,09

Leptosia nina

0,0025

11,66

0,06

Apis cerana
Doleschallia

0,0025

11,66

0,06

0,00084

3,92

0,03

0,00084

3,92

0,03

0,00084

3,92

0,03

0,00084

3,92

0,03

0,0025

11,66

0,06

0,00084

3,92

0,03

0,0025

11,66

0,06

0,00084

3,92

0,03

34

0,21442

967,701

0,61

12

hijau
Belalang

odontocercus
coklat

perut besar
13

Bapak pucung

14

Capung
coklat

Frekuensi
0,03

11

10

n relatif
3,92

coklat muda
bisaltide
Capung jingga
Orthetrum testaceum
Belalang coklat
Valanga nigricornis
belang-belang
Belalang coklat
Moritala hmta
panjang
Belalang coklat Bermius

8
9

Kelimpaha

0,00084

crenulata

individu

Kelimpahan

senegalensis
Orthetrum sabina
Atractomorpha

Capung Hijau

Jumlah

Pyrrocoris apterus

oren Onychothemis
coccinea
Total

Tabel 2 belakang gedung kedokteran


No

Nama daerah

Capung Hijau

Belalang Hijau

Kupu-kupu putih

4
5
6
7
8

Nama latin
Orthetrum sabina

Jumlah
individu

Kelimpahan

Kelimpahan
relatif

Frekuensi

0.4096

191,027

0,64

0,0050

2,332

0,07

Leptosia nina

0,0050

2,332

0,07

Lebah madu

Apis cerana

0,0050

2,332

0,07

Kupu-kupu

Doleschallia

coklat muda

bisaltide

0,0196

7,882

0,14

Belalang coklat

Valanga

belang-belang

nigricornis

0,044

209,524

0,21

Belalang coklat

Bermius

hijau

odontocercus

0,0050

2,332

0,07

Capung oren

Onychothemis

coklat

coccinea

0,0196

7,882

0,14

14

0,1032

425,643

1,41

Atractomorpha
crenulata

Total
Tabel 3 Sawah di depan BS.
No

Nama daerah

Latin

Jumlah
individu

Belalang Hijau

Atractomorpha

crenulata
Ctinogompus

Capung jingga

decoratus
Orthetrum

Kupu-kupu

testaceum
Doleschallia

coklat muda
Belalang coklat

bisaltide
Moritala hmta

panjang
Belalang coklat

Valanga

belang-belang

nigricornis
Total

Tabel 4 Sawah depan BS

Kelimpahan

Kelimpahan
relatif

Frekuensi

0,0196

7,882

0,14

0,324

159,5

0,57

0,0050

2,332

0,07

0,0050

2,332

0,07

0,0050

2,332

0,07

0,0050

2,332

0,07

14

0,3636

176,71

0,99

No

Nama daerah

Nama Latin

Belalang

Atractomorpha

Hijau
Capung hijau

crenulata
Ctinogompus

Kupu-kupu

decoratus
Doleschallia bisaltide

coklat muda
Belalang

Moritala hmta

coklat

Jumlah
individu

Kelimpahan

Kelimpahan
Relatif

frekuensi

0,0016

0,476

0,04

18

0,5625

262,336

0,75

0,0064

2,984

0,08

0,015

6,995

0,125

24

0,5855

272,791

0,995

panjang
Total
4.2 Pembahasan
Adapun klasifikasi jenis serangga klas insekta yang ditangkap adalah:
Adapun klasifikasi jenis serangga klas insekta yang ditangkap adalah:
1. KLASIFIKASI CAPUNG JARUM
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Odonata

Family

: Coenagrionidae

Genus

: Ischnura

Species

: Ischnura senegalensis

Deskripsi
Serangga dengan panjang dan tubuh yang ramping. Sayap memanjang dan berantena
dan bervena banyak serta membraneus. Sayap depan dan sayap belakangnya hampir sama
bentuk dan ukuran. Antenna pendek seperti bulu yang keras. Saat istirahat sayap dikatupkan
di atas tubuh atau kadang hanya dibentangkan. Metamorfosis hemimetabola. Serangga ini
biasanya melakukan perkawinan saat terbang. Nimfa dan imagonya merupakan predator
hama.
Bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama, pada waktu istirahat posisi sayap
tegak lurus dengan tubuh dan abdomennya ramping. Pada yang jantan terdapat 4 buah alat
tambahan, betina mempunyai ovipositor yang berkembang baik serta nimfa mempunyai
insang yang berbentuk daun dan berjumlah 3 buah

Ciri-ciri famili ini abdomen panjang dan ramping, pangkal sayap berbentuk seperti
batang. Dewasa berwarna hijau kekuningan dan hitam. Jantan mempunyai warna yang lebih
indah dan mnyolok daripada yang betina. Ujung abdomen jantan berwarna hijau biru, sedang
yang betina kehijauan (Lilies, 1991).
2. KLASIFIKASI CAPUNG HIJAU
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Odonata

Family

: Libellulidae

Genus

: Orthetrum

Species

: Orthetrum sabina

Deskripsi
Termasuk jenis capung predator yang rakus memangsa kutu, ngengat atau bahkan
capung jenis lain. Tubuh berwarna hijau kekuningan berbelang hitam. Abdomen ramping dan
membulat. Panjang abdomen 30-36 mm dan panjang sayap 30-36 mm. Pada pengamatan
yang dilakukan didapat bagian-bagain capung jarum ini memiliki posisi kepala yaitu
prognatus dengan antena berbentuk antenanya filiform. Kepala capung ini terbagi menjadi 3
ruas. Memiliki tipe mulut menggigit dan mengunyah. Mata majemuknya ada dan mata
tunggalnya juga ada. Pada bagian toraksnya, protorak dan mesotorak ada serta sayap depan
juga ada. Pada sayap depan teksturnya lembut dengan panjang yaitu kurang lebih sepanjang
abdomen, berbentuk memanjang dengan rangka sayap ada, dan warnanya transparan. Capung
ini memiliki sayap belakang dengan tekstur yang lembut licin, berbentuk memanjang dan
panjangnya hampir sama dengan sayap depan, rangka sayapnya ada dan berwarna transparan.
Pada bagian tungkai koksa, trokhanter, femur, tibia, dan tarsus. Tungkainya ini terdiri dari 5
ruas., terdpat claw, namun tidak terdapat arolium. Bentuk tungkainya fosorial dan cercusnya
tidak ada. Panjang tubuhnya 2-3 cm dengan jumlah abdomen 6-8 ruas. Biasanya capung ini
dapat ditemukan di daerah sawah, kebun dan hutan.
3. KLASIFIKASI BELALANG HIJAU
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Family

: Pyrgomorphidae

Genus

: Atractomorpha

Spesies

: Atractomorpha crenulata

Deskripsi
Belalang Atractomorpha crenulata memiliki tubuh yang terdiri atas kepala, toraks, dan
abdomen, pada bagian toraks terdiri atas satu pasang mata majemuk, satu pasang antenna,
dan satu pasang alat-alat mulut (mandible, maksila, dan labium), seluruh bagian tubuhnya
berwarna hijau. Kumpulan organ-organ tersebut berguna untuk mengunyah makanan, indera
persepsi, koordinasi aktivitas tubuh, dan menjaga pusat-pusat koordinasi tubuh.
Pada kepala berbentuk lancip dan terdapat seta dan sepasang antena yang berfungsi
sebagai alat indera untuk mencium, penunjuk jalan, pendengaran, dan indera lainnya.
Sepasang mata majemuk adalah penerima cahaya utama (photoreceptor) yang berfungsi
untuk melihat dari segala arah. Masing-masing penerima cahaya terdiri dari penerima tunggal
yang disebut ommatidia. Dada terdiri atas tiga segmen, yaitu protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks. Satu pasng spirakel yang terbuka ke system pernapasan terdapat diantara
protoraks dan mesotoraks dan satu pasang antara mesotoraks dan metatoraks.
4. KLASIFIKASI KUPU-KUPU COKLAT
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Lepidoptera

Family

: Hesperiidae

Genus

: Borbo

Species

:Borbo cinnara

Deskripsi
Serangga dengan panjang dan tubuh yang ramping. Sayap memanjang dan berantena
dan bervena banyak serta membraneus. Sayap depan dan sayap belakangnya hampir sama
bentuk dan ukuran. Antenna pendek seperti bulu yang keras. Saat istirahat sayap dikatupkan
di atas tubuh atau kadang hanya dibentangkan. Metamorfosis hemimetabola. Serangga ini
biasanya melakukan perkawinan saat terbang. Nimfa dan imagonya merupakan predator
hama.

5.KLASIFIKASI BELALANG COKELAT PAHA BELANG


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Orthoptera

Family

: Acrididae

Genus

: Valanga

Species

: Valanga nigricornis (H. Burmeister, 1838)

Deskripsi
Belalang ini berukuran saat dewasa mencapai 85 mm dengan warna coklat tua. Saat
muda (Nimfa) berwarna hijau dan terkadang terdapat pola coklat dan oranye, kemudian
berubah menjadi coklat sebelum kulitnya terkelupas (moulting). Selama musim dingin,
belalang ini berhibernasi.
Habitat belalang kayu di daun pada semak-semak dan di pohon dan memakan daundaunan.Masuk dalam klasifikasi famili Acrididae karena ciri khas belalang kayu yaitu antena
pendek, dan terdapat tympana (alat pendengaran pada serangga) pada segmen pertama
abdomen.
6. KLASIFIKASI KUPU-KUPU PUTIH
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Lepidoptera

Family

: Pieridae

Genus

: Leptosia

Species

: Leptosia nina

Deskripsi
Leptosia nina memiliki sayap berwarna putih dan titik hitam pada ujung sayapnya
pada masing-masing sayap depan. Sayap depan dan belakang hamper sama, namun sayap
belakang memiliki warna kuning pucat. Panjang sayapnya mencapai 3 cm.
Kupu-kupu ini memiliki nama inggris, yaitu The Psyche. Kupu-kupu ini terbang
rendah pada rerumputan dan sangat lemah. Kupu-kupu ini banyak ditemukan pada daerah di
sekitar KalI atau anak sungai kecil.

7. KLASIFIKASI LEBAH MADU


Kingdomn

: Animalia

phyilum

: Arthropoda

class

: Insecta

Order

: Hymenoptera

Family

: Apidae

Genus

: Apis

spesies

: Apis cerana

Deskripsi
Apis cerana merupakan lebah madu asli Asia yang menyebar mulai dari Afganistan,
China, Jepang sampai Indonesia. Cara budidayanya sebagian besar masih tradisional, yaitu di
dalam gelodok. Budidaya secara modern yaitu didalam kotak (steuep) yang dapat dipindahpindahkan. Produksi madu Apis cerana dalam setahun dapat menghasilkan 2 5 kg madu per
koloni.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, tingkat kelimpahan tertinggi hewan arthropoda
dari kelas insekta terdapat pada spesies capung hijau, yang tertangkap sejumlah 15 di gedung
kedokteran dan 18 di gedung bs fmipa unib. kelimpahan tertinggi pada gedung kedokteran
sebanyak

0,21442 dan kelimpahan terendah terdapat pada tabel 2 belakang kedokteran

0,1032, kelimpahan arteropoda capung hijau disebabkan karena capung hijau merupakan
serangga eusosial yang penyebarannya sangat luas dan capung hijau memiliki memiliki
kemampuan adaptasi sehingga keberadaannya lebih mendominasi dibandingkan serangga
terbang yang lain.
Di habitat alaminya, serangga terbang memiliki peran-peran ekologis yang penting.
Sebagai bioindikator suatu area atau lokasi pada suatu ekosistem, oleh karena itu serangga
terbang menjadi pemangsa utama terhadap invertebrata kecil. Serangga terbang membentuk
simbiosis dengan berbagai serangga lainnya, tumbuhan, dan fungi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa indeks keanekaragaman
serangga di kampus universitas bengkulu tepatnya di belakang kedokteran dan persawahan
fmipa, dikategorikan rendah karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan serangga tidak
mampu beradaptasi karena lokasi pengamatan itu yang tidak memiliki sumber makanan yang
melimpah sehingga mengakibatkan populasi serangga disekitar kampus terganggu.
Pencemaran yang terjadi di sekitar kampus universitas bengkulu sudah memberi
pengaruh yang cukup berarti pada serangga yang berada disekitar daerah kampus.
Lingkungan tempat pengambilan sampel menjadi habitat yang tidak cocok untuk serangga-

serangga tersebut, sehingga jumlah spesies serangga yang ada cenderung dalam jumlah yang
banyak ada pula sedikit. Pada percobaan ini tentang indeks keanekaragaman serangga di
lingkungan kampus, menggunakan alat yaitu insecnet (jaring serangga) yang terbuat dari
jaring jaring yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap serangga.
Rendahnya keanekaragaman insekta juga disebabkan karena aplikasi pestisida
terhadap tumbuh-tumbuhan, pestisida dapat memberikan manfaat bagi tumbuhan tetapi
pestisida juga memberikan efek yang negatif terhadapat keberlangsungan kehidupan
serangga terbang, pestisida dapat menjadi faktor utama menurunnya kelimpahan serangga.
Flint dan Bosch (1990) mengemukakan bahwa pestisida tidak hanya bersifat perusak biosfer
melalui peracunan langsung dan tidak langsung terhadap organisme tetapi juga dapat
mempengaruhi kelimpahan populasi jenis melalui penyederhanaan jaring-jaring makanan dari
hewan pada jenjang tumbuh yang lebih tinggi.
Keanekaragaman organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut
adalah faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang,
letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat, stabil atau sesuai dengan komunitas
bersangkutan.
Dengan keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau
memperbesar jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya. aktivitas manusia
yang dapat mempersempit habitat serangga tersebut serta makanan yang tersedia mulai
berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi sehingga serangga
banyak yang melakukan emigrasi.
BAB V
KESIMPULAN
1. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa indeks keanekaragaman
serangga di kampus universitas bengkulu tepatnya di belakang kedokteran dan
persawahan fmipa, dikategorikan rendah karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan
serangga tidak mampu beradaptasi karena lokasi pengamatan itu yang tidak memiliki
sumber makanan yang melimpah sehingga mengakibatkan populasi serangga disekitar
kampus terganggu.
2. tingkat kelimpahan tertinggi hewan arthropoda dari kelas insekta terdapat pada spesies
capung hijau, yang tertangkap sejumlah 15 di gedung kedokteran dan 18 di gedung bs

fmipa unib. kelimpahan

tertinggi pada gedung kedokteran sebanyak

0,21442 dan

kelimpahan terendah terdapat pada tabel 2 belakang kedokteran 0,1032, kelimpahan


arteropoda capung hijau disebabkan karena capung hijau merupakan serangga eusosial
yang penyebarannya sangat luas dan capung hijau memiliki memiliki kemampuan
adaptasi sehingga keberadaannya lebih mendominasi dibandingkan serangga terbang
yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Bernays, E.A. 1998. Evolution of feeding behavior in insect herbivoras: Successeen as
Bosch. 1990. Introduction To Integrated Pest Management. (Penerjemah: Kartini Indah K.
dan John Priyadi). Yogyakarta: Kanisius.
Gullan, P.J. & Cranston, P.S. 2005. The Insect: An Outline of Entomology. Blackwell
Publishing Ltd. Victoria, Australia.
Jasin . 1993. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
Lilies, S. Christina. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius: Yogyakarta.
Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Universitas Indonesia : Jakarta.

Oka .2005. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya Di Indonesia. Yogyakarta.


Gadjah Mada University Press.
Pratiwi, E., A. Akhdiya, I.M. Samudra, dan B. Soegiarto. 1991. Isolasi gen penyandi toksin
insektisidal dari bakteri simbion nematoda patogen serangga. Laporan Hasil Penelitian
Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian 2004.
Rozak.2006. EstimateS: statistical estimate of species richness and shared

species

different ways to eatwithout being eaten. Bioscience 48(1): 35-44. from sample. Version
6.0b1
Schoonhoven, L.M., Van Loon, J.J.A. & Dicke, M., 1998. Insect-Plant Biology. Oxford
University Press. New York
Siswanto

dan

Wirantno.2001.Biodervisitas

serangga

pada

tanaman

panili

(Vlanillaplanipolia) dengan tanaman penutup tanah Arachis pintoi K. (Proseding


Seminar Nasional III). Perhimpunan Entomologi Indonesia. Bogor.
Sosromartono. 2000. Pekembangan populasi dan peranan serangga di pertanaman
kedelai, Bogor.
Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolahan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Lampiran
Perhitungan kelimpahan
kedokteran pengulangan 1
Pi = (1 + 15 + 1+ 3+2+2+1+1+1+1+2)
= 34
1. Ischnura senegalensis
Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

2. Orthetrum sabina
Rumus C=(Pi)2
=

(15/34)2

(0,44) 2

0,19

3. Atractomorpha crenulata
Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

4. Borbo cinnara
Rumus C=(Pi)2
=

(3/34)2

(0,088) 2

0,0077

5. Leptosia nina
Rumus C = (Pi)2
=

(2/34)2

(0,05) 2

0,025

6. Apis cerana
Rumus C=(Pi)2
=

(2/34)2

(0,05) 2

0,025

7. Doleschallia bisaltide
Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

8. Orthetrum testaceum
Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

9. Valanga nigricornis
Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

10. Moritala hmta


Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

11. Bermius odontocercus


Rumus C=(Pi)2
=

(2/34)2

(0,05) 2

0,025

12. Belalang coklat perut besar


Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

13. Pyrrocoris apterus


Rumus C=(Pi)2
=

(2/34)2

(0,05) 2

0,025

14. Onychothemis coccinea

Rumus C=(Pi)2
=

(1/34)2

(0,029) 2

0,00084

Kedokteran 2
1. Orthetrum sabina
Rumus C=(Pi)2
=

(9/14)2

(0,64) 2

0,40

2. Atractomorpha crenulata
Rumus C = (Pi)2
(1/14)2

=
=

(0,071)2

0,0050

3.Leptosia nina
Rumus C = (Pi)2
=

(1/14)2

(0,071) 2

0,0050

4. Apis cerana
Rumus C=(Pi)2
=

(1/14)2

(0,071) 2

0,0050

5. Doleschallia bisaltide
Rumus C=(Pi)2
=

(2/14)2

(0,14) 2

0,0196

6. Valanga nigricornis
Rumus C=(Pi)2
=

(3/14)2

(0.21) 2

0,044

7. Bermius odontocercus
Rumus C=(Pi)2

(1/14)2

(0.071) 2

0.0050

8. Onychothemis coccinea
Rumus C=(Pi)2
=

(2/14)2

(0.14) 2

0.0196

Sawah di depan bs 1
1. Atractomorpha crenulata
Rumus C=(Pi)2
=

(2/14)2

(0.14) 2

0.0196

2. Ctinogompus decoratus
Rumus C=(Pi)2
=

(8/14)2

(0.57) 2

0.324

3. Orthetrum testaceum
Rumus C=(Pi)2
=

(1/14)2

(0.071) 2

0.005

4. Doleschallia bisaltide
Rumus C=(Pi)2
=

(1/14)2

(0.071) 2

0.005

5. Moritala hmta
Rumus C=(Pi)2
=

(1/14)2

(0.071) 2

0.005

6. Valanga nigricornis
Rumus C=(Pi)2
=

(1/14)2

(0.071) 2

0.005

Sawah depan bs 2
1. Atractomorpha crenulata
Rumus C=(Pi)2
=

(1/14)2

(0.071) 2

0.005

2. Ctinogompus decoratus
Rumus C=(Pi)2
=

(18/14)2

(1,28) 2

0.5625

3. Doleschallia bisaltide
Rumus C=(Pi)2
=

(2/14)2

(0.142) 2

0.0064

4. Moritala hmta
Rumus C=(Pi)2
=

(3/14)2

(0.214) 2

0.015

Perhitungan frekuensi
2 .F (Frekuensi)
Rumus

: fi =

Ji
K
Kedokteran
1
1.Ischnura senegalensis
fi = 1/34
= 0.03
2.Orthetrum sabina
fi = 5/34
= 0.44
3.Atractomorpha crenulata
fi = 1/34
= 0.03
4. Borbo cinnara
fi = 3/34
= 0.09
5. Leptosia nina
fi = 2/34
= 0.06
6. Apis cerana
fi = 2/34
= 0.06
7. Doleschallia bisaltide
fi = 1/34
= 0.03
8. Orthetrum testaceumfi
fi = 1/34
= 0.03
9. Valanga nigricornis
fi = 1/34
= 0.03
10. Moritala hmta

fi = 1/34
= 0.03
11. Bermius odontocercus
fi = 2/34
= 0.06
12. Belalang coklat perut besar
fi = 1/34
= 0.03
13. Pyrrocoris apterus
fi = 2/34
= 0.06
14. Onychothemis coccinea
fi = 1/34
= 0.03
kedokteran 2
1. Ischnura senegalensis
fi = 9/14
= 0.64
2. Atractomorpha crenulata
fi = 1/14
= 0.07
3. Leptosia nina
fi = 1/14
= 0.07
4. Apis cerana
fi = 1/14
= 0.07
5. Doleschallia bisaltide
fi = 2/14
= 0.14
6. Valanga nigricornis
fi = 3/14
= 0.21

7. Bermius odontocercus
fi = 1/14
= 0.07
8. Onychothemis coccinea
fi = 2/14
= 0.14
Sawah di depan BS 1
1. Atractomorpha crenulata
fi = 2/14
= 0.14
2.

Ctinogompus decoratus
fi = 8/14
= 0.57

3. Orthetrum testaceum
fi = 1/14
= 0.07
4.

Doleschallia bisal ide


fi = 1/14
= 0.07

5.

Moritala hmta
fi = 1/14
= 0.07

6.

Valanga nigricornis
fi = 1/14
= 0.07

Sawah di depan BS 2
1. Atractomorpha crenulata
fi = 1/24
= 0.04
2. Ctinogompus decoratus
fi = 18/24
= 0.75
3. Doleschallia bisaltide

fi = 2/24
= 0.08
4. Moritala hmta
fi = 3/24
= 0.125
Perhitungan kelimpahan relatif
Kelimpahan Relatif (Kr)
Kr =

Ki
X100
k

Keterangan :
Kr = kelimpahan relatif
Ki = kelimpahan Sp ke i
k = jumlah kelimpahan Sp
Kedokteran 1
1. Ischnura senegalensis
Ki
X100
k

Rumus : Kr =
Kr =

0.00084
0.21442

X 100

= 3.92
2. Orthetrum sabina
Rumus : Kr =
Kr =

0.19
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 886.11
3. Atractomorpha crenulata
Rumus : Kr =
Kr =

0.00084
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 3.92
4. Borbo cinnara

Rumus : Kr =
Kr =

Ki
X100
k

0.0077
0.21442

X 100

= 3.591
5. Leptosia nina
Rumus : Kr =
Kr =

0.0025
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 11.66
6. Apis cerana
Rumus : Kr =
Kr =

0.0025
0.21442

Ki
X100
k
X 100

=11.66
7. Doleschallia bisaltide
Rumus : Kr =
Kr =

0.00084
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 3.92
8. Orthetrum testaceum
Rumus : Kr =
Kr =

0.00084
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 3.92
9. Valanga nigricornis
Rumus : Kr =
Kr =

0.00084
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 3.92
10. Moritala hmta

Rumus : Kr =

Ki
X100
k

0.00084
X 100
0.21442
= 3.92
11. Bermius odontocercus
Ki
Rumus : Kr =
X100
k
0.0025
Kr =
X 100
0.21442
Kr =

= 11.66
12. Belalang coklat perut besar
Rumus : Kr =

Ki
X100
k

0.00084
X 100
0.21442
= 3.92
13. Pyrrocoris apterus
Ki
Rumus : Kr =
X100
k
0.0025
Kr =
X 100
0.21442
Kr =

= 1.166
14. Onychothemis coccinea
Rumus : Kr =
Kr =

0.00084
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 3.92
Kedokteran 2
1. Orthetrum sabina
Rumus : Kr =
Kr =

0.4096
0.21442

Ki
X100
k
X 100

= 191.027
2. Atractomorpha crenulata
Ki
Rumus : Kr =
X100
k
0.0050
Kr =
X 100
0.21442

= 2.332
3. Leptosia nina
Rumus : Kr =
0.0050
0.21442
= 2.332
4. Apis cerana
Kr =

Rumus : Kr =

Ki
X100
k
X 100

Ki
X100
k

0.0050
X 100
0.21442
= 2.332
Doleschallia bisaltide
Ki
Rumus : Kr =
X100
k
0.0196
Kr =
X 100
0.21442
= 7.882
Valanga nigricornis
0,044
Kr =
X 100
0.21442
= 209.524
Bermius odontocercus
0.0050
Kr =
X 100
0.21442
= 2.332
Onychothemis coccinea
0.0196
Kr =
X 100
0.21442
= 7.882
Kr =

5.

6.

7.

8.

Sawah di depan bs 1
1. Atractomorpha crenulata
Kr =

0.0196
0.21442

X 100

= 7.882
2. Ctinogompus decoratus
0,324
Kr =
X 100
0.21442
= 159.5
3. Orthetrum testaceum
0.0050
Kr =
X 100
0.21442
= 2.332
4. Doleschallia bisaltide
0.0050
Kr =
X 100
0.21442

= 2.332
5. Moritala hmta
0.0050
Kr =
X 100
0.21442
= 2.332
6. Valanga nigricornis
0.0050
Kr =
X 100
0.21442
= 2.332
Sawah depan bs 2
1. Atractomorpha crenulata
0.0016
Kr =
X 100
0.21442
= 0.476
2. Ctinogompus decoratus
0,5625
Kr =
X 100
0.21442
= 262.336
3. Doleschallia bisaltide
0,0064
Kr =
X 100
0.21442
= 2.9848
4. Moritala hmta
0,015
Kr =
X 100
0.21442
= 6.99562
.

Anjing nopi

Anda mungkin juga menyukai