Anda di halaman 1dari 12

PAPER FARMASI OLAHRAGA

DOPING

DISUSUN OLEH :
Nama

: Puspita Kusuma Putri

NIM

: G1F013057

Mata Kuliah : Farmasi Olahraga

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri sendiri,
keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan
segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan
tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.
Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa prestasi, gengsi,
ambisi, bonus, uang, ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa
seorang atlet menggunakan doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi terselubung
sebuah institusi induk organisasi, atau siapapun yang berada di balik layar, atau bahkan
sebuah negara. Nilai sportifitas dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda oleh
pemakaian obat doping yang dikonsumsi atletnya. Persaingan prestasi olahraga yang semakin
ketat membuat sebagian atlet sering menghalalkan berbagai cara.
Sejauh ini, jika seorang olahragawan dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya
benar-benar terbukti menggunakan Doping, maka dialah terdakwa utama, mungkin ada
kambing hitam yang ikut berperan namun luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang pula
olahragawan tersebut memang pengguna doping sejati yang merancangnya secara sistematis
demi sebuah prestasi.
Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri,
melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga
menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata,
menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah, menggugah histeria. Kadang
memicu pertengkaran, perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal. Untuk itulah para
olahragawan (dan para ofisial) dituntut selalu tampil prima untuk meraih impian, yakni
kemenangan dan prestasi.
Tak ada yang salah ketika kemenangan, gengsi dan prestasi dikumandangkan.
Namun upaya ke arah itu sepantasnya menggunakan cara-cara jujur dengan menjunjung
tinggi nilai sportivitas sebagai ruh olahraga itu sendiri. Tentu dengan latihan tekun, teratur,

terukur, sistematis dengan memanfaatkan teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan
induk organisai olahraga dan tidak merugikan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah doping?
2. Apa itu doping?
3. Apa saja macam-macam doping dan apa saja efeknya?
4. Mengapa penggunaan doping dilarang?
5. Apa peran pemerintah dalam penanggualangan doping?
6. Bagaimana hubungan prestasi dan sportivitas?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah doping.
2. Untuk mengetahui pengertian doping.
3. Untuk mengetahui macam-macam doping dan efeknya.
4. Untuk mengetahui mengapa pengguanaan doping dilarang
5. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam penanggulangan doping.
6. Untuk mengetahui hubungan antara prestasi dan sportivitas.

BAB II
ISI
A. Sejarah Doping
Sejak dahulu kala manusia telah memakai doping untuk menambah kekuatan badan
dan meningkatkan keberanian. Misalnya penduduk Indian di Amerika Tengah dan beberapa
suku di Afrika, mereka memakan zat-zat dari tumbuh-tumbuhan liar tertentu atau memakan
madu sebelum menghadapi suatu perjalanan jauh, berburu atau berperang. Pada Perang
Dunia II banyak digunakan pil-pil Amphetamine untuk me- lawan rasa letih dan mengantuk.
Istilah dope pertama kali timbul pada tahun 1889 pada suatu perlombaan balap kuda di
Inggris sedangkan kata dope itu sendiri berasal dari salah satu suku bangsa di Afrika Tengah. Sejarah doping dalam olahraga dimulai kurang lebih pada abad 19 pada olahraga
renang, tetapi yang paling sering dijumpai pemakaian doping ini adalah pada olahraga balap
sepeda. Pada waktu itu zat-zat yang populer dipakai adalah caffeine, gula dilarutkan dalam
ether, minuman-minuman yang mengandung alkohol, nitroglycerine, heroin dan cocain.
B. Pengertian Doping
Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance dalam
berolahraga.Berakar kata dope, yang digunakan suku asli di Afrika Selatan untuk nama
minuman beralkohol yang mereka pakai dalam upacara dansa-dansi.
Adapun definisi-definisi untuk doping ini berubah-ubah terus sesuai dengan
perkembangan zaman. Defmisi yang pertama digariskan adalah pada tahun 1963 dan
berbunyi sebagaiberikut : doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentukapapun yang asing
bagi tubuh, atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan jalan tak wajar pula
oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan suatu peningkatan kemampuan
yang buatan secara tidak jujur. Juga bermacam-macam usaha psikologis untuk mening katkan
kemampuan dalam olahraga harus dianggap sebagai suatu doping. (Hario Tilarso. Masalah
Doping. Jakarta. Pusat Kesehatan Olahraga DKI). Lalu karena dirasakan sukar untuk
membedakan antara suatu pemakaian doping dengan suatu pengobatan memakai obat-obat
stimulantia maka ditambah pula hal-hal baru dalam definisi tersebut : Bila karena suatu
pengobatan terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena khasiat obat atau karena dosis
yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping..

Menurut UU No. 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional, Bab I ketentuan
umum pasal 1 ayat 22, doping adalah penggunaan zat atau metode terlarang untuk
meningkatkan prestasi olahraga.
Doping adalah pemberian kepada ,atau pemakaian oleh seorang atlet yang bertanding,
suatu zat asing melalui cara apapun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak
wajar, atau diberikan dengan cara yang tak wajar dengan maksud/tujua khusus untuk
meningkatkan secara buatan dengan cara yang tak jujur kemampuan si atlet dalam
pertandingan. Dalam kontek sekarang, doping diartikan penggunaan bahan-bahan kimia yang
terlarang yang diduga bisa membahayakan kesehatan pemakainya.
C. Macam Doping dan Efek Doping
1. Macam Doping
Ambisi untuk menang dalam jagat olah raga, baik bagi kebanggaan diri sendiri,
keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan
segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan
tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat. Cara tersebut populer
disebut doping dilarang dalam dunia olah raga karena dianggap tidak jujur. Selain itu, doping
juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab itu dapat menyebabkan timbulnya penyakit,
cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian
yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan
pembinanya harus menanggung rasa malu.
Keberadaan doping di kalangan atlet agak sulit dibendung selama si atlet tidak
mengakui keberadaan dan kemampuan fisiknya sendiri. Sudah banyak peraturan dan batasanbatasan yang sengaja dibuat untuk selalu menjaga kejujuran, bahkan sudah banyak sanksi
tegas, mulai dari yang ringan sampai yang berat, diberlakukan pada mereka yang terbukti
melanggar.Hingga kini, jenis obat yang masuk doping adalah golongan stimulant
(perangsang), golongan narkotik analgesic, golongan anabolik steroid, golongan betablocker,
golongan diuretika, dan golongan peptide hormons dan analognya. Selain itu, ada cara
tertentu yang termasuk doping yaitu doping darah, manipulasi secara fisik, dan farmakologi.
Adapun, bahan obat yang dibatasi adalah alkohol, mariyuana, anestesi lokal, dan
kortikosteroid.
Salah satu jenis doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan
anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik

bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh
serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung
Zat doping lain yang digunakan biasanya oleh pemanah dan penembak dengan tujuan
meningkatkan ketenangan, mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar
lebih mudah berkonsentrasi adalah obat yang tergolong betablocker. Obat ini digunakan
dokter untuk mengobati penyakit jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung berdebar)
dan menurunkan tekanan darah (penderita penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi).
Psikostimulansi: Amfetamin, kokain, nikotin, kofein.
Ketergantungan fisik tidak begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi
dari lemah (kofein) sampai sangat kuat (amfetamin, kokain). Senyawa anfetamin: anfetamin,
metamfetamin (speed) MTA, dan ectasy. Pada waktu perang dunia ke-II, senyawa ini
banyak digunakan untuk efek stimulansnya, antara lain meningkatkan daya tahan prajurit dan
penerbang, menghilangkan rasa letih, mengantuk, maupun lapar, dan meningkatkan
kewaspadaan dan aktivitas. Selain itu zat ini juga meningkatkan tekanan darah dan rate
jantung, yang dapat menyebabkan stroke maupun serangan jantung. Seusai perang zat ini,
yang juga disebut pep-pills, sering sekali disalah gunkan oleh mahasiswa dan pengemudi
truk untuk memberikan perasaan nyaman (euphoria), serta menghilangkan rasa kantuk dan
lelah. Dikalangan atletik zat ini digunakan sebagai doping untuk meningkatkan prestasi
yang melampai batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan berbahaya, karena
rasa letih merupakan peringtan dari tubuh bahwa seseorang tersebut telah sampai batas
kemampuannya. Jika dipaksakan bisa menimbulkan exhaustion yang membahayakan
kesehatan.
Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan kekacauan pikiran, delirium,
halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat menimbulkan masalah serius.
Untuk mengatasi gejala ini digunakan sedative misalnya diazepam.
2. Efek Doping
Meskipun atlet sudah tahu akan bahaya doping tetapi mereka tetap saja
melakukannya tanpa berpikir panjang. Atlet yang melakukan doping biasanya karena stres, ia
tidak mencapai hasil latihan yang maksimal. Selain itu juga dapat dikarenakan tergiur akan
hadiah pada turnamen/pertandingan. Penyesalan memang selalu datang diakhir, setelah atlet
pensiun maka ia akan berpikir dan merasa bahwa doping berpengaruh pada tubuhnya.
Pengaruh atau efek doping tergantung pada jenis obatnya dan biasanya akan dirasakan
setelah beberapa tahun atau setelah atlet berusia tua. Berikut jenis obat doping dan
pengaruhnya bagi tubuh :

Analgesic. Sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya
jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas, mual, kehilangan konsentrasi, dan
mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.
Diuretika contoh : acetazolamide, bumetanide, chlorthalidone. Pada beberapa jenis
olahraga yang memiliki kriteria berat badan, misalnya angkat besi,diuretika untuk
mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat
menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air.
Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam mineral. Akibatnya,
timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin
akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung. selain dehidrasi, sakit kepala, mual, dan
detak jantung yang tidak normal, dehidrasi yang parah dapat menyebabkan ginjal dan jantung
berhenti bekerja.
Eritropoetin dan menyuntikkan darah ,Kedua cara ini akan meningkatkan jumlah sel
darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut
oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran akan
berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah. Cara ini biasanya untuk atlet
yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari jauh, maraton, thriatlon, sky,
berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh. Namun, efek bahaya suntikan eritropoetin
darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya
stroke(pecahnya pembuluh darah di otak).Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan
reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal.
Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat atlet menderita sakit kepala,
perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.
Selain sejumlah kerugian tadi, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang
ketahuan adalah siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita depresi.
Obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya
efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu
keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.
Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat
pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan
pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan
agresivitas. Bagi

atlet remaja, itu

akan mengakibatkan timbulnya

jerawat

dan

pertumbuhannya akan berhenti. Efek samping lainnya yaitu meningkatkan tekanan darah dan
suhu tubuh, meningkatkan dan membuat tidak beraturan detak jantung, serangan dan

kegelisahan, kehilangan nafsu makan dan kecanduan. Ini dapat menyebabkan jantung
berhenti, stroke dan kematian. Stimulan ini dapat ditemukan dalam resep dan obat-obat yang
dijual di konter termasuk dalam herbal dan makanan tambahan.
Anabolic steroids Contohnya androstenedione, nandrolone dan stanozolol. Untuk
merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Mereka meningkatkan kekuatan
otot dan mendorong pertumbuhan otot baru, meniru pengaruh dari hormon seks laki-laki
testosteron. Mereka juga meningkatkan tekanan darah, memperkeras arteri dan meningkatkan
resiko sakit jantung, sakit lever, dan kanker tertentu.
Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai
hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang
merangsang pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH
disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang
merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi
dan jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan
cacat.
ERYTHROPOIETIN (EPO) EPO dipeoduksi oleh ginjal untuk merangsang produksi
sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Kegunaan utama dari EPO sintetis adalah untuk
mengobati anemia. Ini disalahgunakan oleh atlet jarak jauh, pemain ski cross-country dan
pembalap sepeda untuk meningkatkan daya tahan. Efek yang merugikan termasuk tekanan
darah tinggi, menyumbat pembuluh arteri dan vena, pembengkakan otak, jantung berdebar,
sakit dan luka pada otot dan mual.
BETA-BLOCKERS, untuk membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paruparu dan aliran darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga
seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi
antaralain mimpi buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.
Doping darah. Mengatur sel darah merah atau hasil peroduksi yang terkait untuk
menambah jumlah sel darah merah buatan yang ada di dalam tubuh, yang meningkatkan
kapasitas pengangkutan oksigen dalam tubuh. Darah dapat diambil dari atletnya sendiri dan
disimpan selama dua atau tiga bulan menjelang kompetisi. Efek merugikan termasuk gagal
ginjal dan lever dan kerusakan otak.

D. Alasan Penggunan Doping


1.Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga,
maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau orang tua atlet menghalalkan segala cara.
2.Aspek psikososial, setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran, ditambah lagi
apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melakukan pelanggaran tersebut.
3.Lingkungan sosial individu, kekalahan dalam bertanding selalu mendapat respon dari
masyarakat baik berupa cacian, kritikan, amukan bahkan kemarahan yang tidak proposional,
sehingga yang ada dibenak atlet adalah harus menang dalam setiap event yang diikuti.
4.Kurangnya informasi tentang bahaya doping bagi diri sendiri dan orang lain.
5.Ketatnya persaingan
6.Komersialisasi, para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi gencarnya tawaran
obat-obatan dari produsen.
7.Propaganda, persaingan merebut bonus merupakan salah satu pendorong bagi atlet untuk
menang, sehingga menghalalkan segala cara termasuk menggunakan doping.
8.Frustasi karena latihan yang telah dilakukan tidak kunjung membuahkan prestasi.
E. Alasan Pelarangan Doping
IOC ( International Olympic Committee, tahun 1990 ) Adapun alasan pelarangan
doping yaitu
1.Alasan Etis, penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan
jiwa olahraga.
2.Alasan Medis, membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan mengalami habituation
(kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs abuse (ketergantungan obat) yang dapat
mebahayakan jiwa, seperti kasus yang pernah terjadi kurun waktu tahun 1967, yaitu kematian
atlet balap sepeda, sepakbola dan tinju setelah mengkonsumsi obat-obatan doping.
F. Peran Pemerintah Dalam Menanggulangi Doping
Banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah guna menangani kasus
doping di Indonesia. Jakarata, Kompas Sebagai upaya untuk menjaga kemurnian olahraga
dan nilai-nila olahraga dari tindakan yang merusak citra olahraga, Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) membentuk Lembaga Anti Doping Indonesia, Jumat 6 Agustus 2004 di
Jakarta. Lembaga tersebut independen dan terdiri atas para profesional, seperti dokter dan
ahli hukum.

LADI merupakan tindak lanjut Indonesia dari konvensi dan deklarasi antidoping
dalam olahraga, 3-5 Maret 2003 di Kopenhagen, Denmark, yang diwajibkan World AntiDoping Agency (WADA). Dalam hal ini LADI tidak memiliki wewenang untuk
menjatuhakan sanksi kepada atlet yang terbukti positif doping, LADI hanya memberikan
analisis sampel, sedang sanksi diberikan oleh induk olahraga yang bersangkutan. Bagi atlet
yang positif doping, WADA menjatuhkan sanksi berupa dua tahu skorsing sehingga atlet
tesebut tidak boleh berkompetisi sama sekali selama jangka waktu tersebut. Jika dia untuk
kedua kalinya kedapatan doping lagi, maka WADA menjatuhkan sanksi serupa dengan yang
pertama. Akan tetapi, jika terbukti positif doping sekali lagi atlet tersebut dilarang bertanding
seumur hidup. Hal itu lebih ringan daripada sanksi IOC sebelumnya, yaitu sanksi larangan
bertanding plus denda ribuan dolar AS,
Untuk mengurangi dan menghindari doping jalan yang dapat ditempuh yaitu:

Menyebarluaskan pengertian tentang efek buruk doping bagi tubuh.


Memberikan sanksi-sanksi yang sangat berat bagi pemakainya.

Sesuai dengan UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab
XVIII pasal 85 ayat (1) diuraikan : Doping dilarang dalam semua kegiatan olahraga. ayat (2) :
Setiap Induk Organisasi Cabang Olahraga dan/atau lembaga/organisasi olahraga nasional
wajib membuat peraturan doping dan disertai sanksi. ayat 3. Pengawasan doping
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah.
G. Hubungan Antara Prestasi dan Sportivitas
Masih teringat jelas dalam pikiran kita, baru-baru ini seorang ratu atletik dari negeri
Paman Sam dihukum 6 bulan karena keterlibatannya dengan doping dan dinilai mencemari
nilai-nilai sportivitas dalam olah raga. Jika diruntut ke belakang, makin banyaklah daftar
nama atlet terkenal yang terlibat Doping dan berakhir dengan sanksi. Bantahan atlet ataupun
pembelaan dari para ofisial tak dapat melindungi si atlet dari jeratan hukum berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Seorang atlet ternama yang melakukan doping secara tidak langsung telah
membohongi banyak publik. Apabila ia melakukan doping berarti ia tidak percaya akan
kemampuan yang dimilikinya, Ia akan merasa tidak nyaman dan merasa kemampuannya
terus menurun apabila tidak mengonsumsi suplemen atau obat-obatan. Atlet yang melakukan
doping berarti tela merusak citra olahraga dan tidak menjunjung sportivitas. Apakah
kemenangan dengan cara yang tidak jujur rasanya puas dan bangga bila dibandingkan

dengan kemenangan yang bersih dan jujur? Atlet yang melakukan doping kurang menyadari
akan sportivitas dan tidak menjunjung via olahraga.
Apabila seorang atlet ingin diakui dan berprestasi maka ia harus berlatih dengan giat
dan tekun serta bersaing dengan jujur tanpa doping. Karena doping hanya akan
menejerumuskan dan merusak tubuh serta bila ketahuan menggunakan doping maka akan
menanggung malu dan mendapatkan hukuman dari pihak yang berwenang yaitu WADA
( World Anti Doping Agency ), sebuah lembaga yang khusus menangani doping.

BAB III
KESIMPULAN
1. Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance dalam
berolahraga. Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik
karena khasiat obat atau karena dosis yang berlebih maka pengobatan tersebut
dianggap sebagai suatu doping.
2. Segala keberhasilan itu perlu proses, tidak asal datang secara tiba-tiba seorang altet
menjadi juara. Maka untuk menjadi juara perlu latihan yang teratur serta selalu
berusaha dengan baik.
3. Pemerintah harus benar-benar menangani untuk masalah doping, pemerintah harus
bekerja sama dengan pelatih serta memberi pengetahuan tentang bahaya doping
terhadap kesehatan dan efek dari doping dalam jangka panjang terhadap tubuh
nanusia agar para atlet terhindar dari doping.

Anda mungkin juga menyukai