Pemilihan Elemen Mesin
Pemilihan Elemen Mesin
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas akhir dari mata
kuliah Mechanical Design.
Tugas ini diperlukan sebagai evaluasi akhir dari teori teori mata kuliah
Mechanical Design yang telah diberikan. Dengan begitu mahasiswa dapat
mengetahui secara langsung aplikasinya di lapangan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan, diantaranya dosen
pembimbing kami, Pak Jos Istianto, dan pihak lain yang tak dapat kami sebutkan
satu persatu.
Semoga isi makalah ini dapat berguna bagi pembaca dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan Perancangan Mekanikal. Terima
kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan
1.2 Ruang Lingkup Masalah
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Data dan Asumsi
Lampiran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
adanya kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan lulusan
universitas dalam dan luar negeri.
Oleh karena beberapa hal tersebut diatas, maka diperlukan peningkatan
kualitas para lulusan sarjana yang nantinya diharapkan mampu bersaing didalam
dunia kerja. Salah satu cara peningkatan kualitas lulusan sarjana, khususnya
sarjana Teknik adalah dengan mengaplikasikan teori-teori yang diberikan dalam
perkuliahan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dan
salah satu contoh aplikasi teori yang diperoleh dari perkuliahan adalah laporan
yang telah kami susun dalam makalah ini.
Sehingga dengan adanya pengenalan mahasiswa dalam pengaplikasian teoriteori yang mereka peroleh secara tidak langsung akan memberikan pengalaman
serta kemampuan kepada mahasiswa dalam memecahkan suatu permasalahan
nyata dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan bidang keahlian mereka
masing-masing. Dengan semakin meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam
memecahkan suatu pemasalahan maka secara tidak langsung akan meningkatkan
pula kualitas sumber daya manusia yang diharapkan para lulusannya mampu
bersaing dalam dunia kerja seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin
pesat.
1.2
Pada makalah yang kami susun ini pembahasan dititik beratkan pada
permasalahan yang terdapat pada sepeda motor yang berjenis Honda Sport 160cc
( Mega Pro ). Kemudian dari sepeda motor Honda sport tersebut, pembahasan
kami titikberatkan pada perhitungan tiga komponen yang terdapat pada roda
belakang sepeda motor Honda Mega Pro. Ketiga komponen yang kami bahas
adalah poros ( shaft ), Rantai ( chain ), dan juga bantalan ( bearing ). Kemudian
dari dari poros (shaft) dilakukan perhitungan mengenai gaya-gaya yang bekerja
dengan beberapa kondisi asumsi, jenis material yang dipakai sebagai bahan poros,
momen aksial, dan beberapa perhitungan yang lainnya. Pada rantai (chain)
dilakukan perhitungan mengenai kecepatan sudut pada sprocket, perbandingan
variasi kecepatan, dan juga pemilihan rantai rol. Kemudian pada bearing
dilakukan perhitungan mengenai masa pakai bearing, beban dinamik, serta faktor
kecepatan.
1.3
( iii ) Metode polling. Metode ini kami lakukan dalam memperoleh data berat
rata-rata dari tiap orang yang nantinya dipakai untuk perhitungan beban
sepeda motor.
1.4
Spesifikasi Teknis
Panjang X lebar X tinggi
Jarak sumbu roda
Jarak terendah ke tanah
Berat kosong
Tipe rangka
Tipe suspensi depan
Front
Front
Dalam perancangan poros roda belakang diambil kondisi ekstrim pada saat
roda motor depan terangkat sebesar 45 sehingga motor hanya bertumpu pada roda
belakang.
Dalam perhitungan, kami mengasumsikan bahwa sepeda motor sedang
dinaiki oleh dua orang yang beratnya masing-masing adalah 60 kg (data didapat
dari hasil poling terhadap 20 orang penghuni asrama UI Depok).
Dalam perhitungan beban yang mengenai poros, berasal dari besarnya reaksi
tumpuan yang ada pada roda akibat beban motor (berat kosong motor ditambah
berat bahan bakar) dan beban penumpang. Nilai reaksi tumpuan ini kemudian
dikalikan dengan sudut kemiringan motor dan kemiringan shock-absorber
sehingga dihasilkan beban pada shock-absorber. Beban inilah yang kemudian
dibagi menjadi dua sebagai beban yang mengenai poros. Karena shock-absorber
memiliki kemiringan terhadap poros, maka gaya/beban ini diuraikan dalam arah x
dan y.
Dalam penghitungan bearing, beban maksimal yang digunakan adalah
resultan dari reaksi tumpuan terbesar yang dihasilkan pada perhitungan
sebelumnya. Bearing hanya dihitung untuk bearing yang terkena gaya yang
terbesar saja. Pemilihan bearing didasarkan pada katalog SKF.
Untuk perhitungan rantai, dipakai data sebagai berikut;
z1 = Jumlah gigi sproket kecil = 12
z2 = Jumlah gigi sproket besar = 44
1= Kecepatan sudut sproket kecil = Torsi maximum = 6.500 rpm
Jarak sumbu kedua sproket telah diketahui sebesar 530 mm.
A. Poros (Shaft)
Poros (Shaft) merupakan salah satu elemen pada mesin yang berputar maupun
tetap(stationary) yang biasanya mempunyai bentuk silinder dengan penampang
melingkar (diameter) yang lebih kecil dari pada panjangnya dan merupakan tempat bagi
elemen lain ditempatkan (mounted) disana, seperti elemen transmisi daya; roda gigi
(gear), pulley, belt, rantai (chain), flywheels, sprocket dan juga bentalan bearing (laher).
Beban yang terjadi pada poros dapat berupa bending, tranverse, torsi, dan juga
beban axial (tarik-tekan).
Dalam mendesain poros, beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor kekuatan
dengan menggunakan pandekatan yield atau fatigue sebagai kriterianya; defleksi; dan
juga critical speed dari poros yang akan kita disain.
yang lain harus didukung (ditumpu) oleh bearings. Untuk kepentingan desain, maka
bearing tersebut harus mampu menahan batas maximum dari bending yang terjadi pada
poros.
Desain poros kali ini, kelompok kami menghitung poros roda belakang dari
motor honda-MegaPro 160 cc dengan spesifikasi terlampir pada bagian perhitungan
poros. Poros pada roda belakang ini hanya berfungsi untuk menahan beban yang terjadi
pada motor dan tidak mengalami perputaran. Atau dengan kata lain merupakan jenis
stationary shaft, sehingga tidak mengalami beban torsi, dan juga kami mengabaikan
critical speed.
Dalam melakukan perhitungan kali ini prosedur umum yang kami gunakan yaitu:
1. Membuat free body diagram dari model beban yang sudah disimplifikasi dari
keadaan real
2. Menggambar bending moment diagram dalam arah x-y dan x-z, dan mencari
resultan dari gaya tersebut yang terjadi pada seluruh bagian poros
Untuk perhitungan bending digunakan persamaan
Mc
I
dengan :
Inersia dari poros yang berbentuk poros dapat dihitung dengan persamaan
d 4
64
Selanjutnya dapat dihitung principal normal stress yang terjadi pada poros dengan :
2
2
1, 2 x x xy
2
2
persamaan 3(persamaan 11.7 buku hamrock hal. 428)
Poros biasanya terbuat dari baja batang yang ditarik dingin dan kemudian
dilakukan finishing agar mencapai kekuatan maksimum bahan, baja karbon
konstruksi mesin yang dihasilkan dari baja yang dioksidasikan dengan
ferrosilikon dan dicor; kadar karbonnya terjamin. Meskipun demikian, bahan
poros jenis ini masih dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang
seimbang; misalnya jika diberi alur pasak. Tetapi permukaan dingin membuat
material bertambah keras dan kuat.
Poros yang digunakan untuk meneruskan putaran yang tinggi dan beban
yang berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan yang tahan
terhadap keausan. Sekalipun demikian pemakaian bahan poros dengan baja
paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika hanya karena alasan putaran tinggi
dan juga beban yang berat. Dalam hal seperti ini, perlu digunakan baja dengan
perlakuan panas yang sesuai untuk memperoleh kekuatan yang dibutuhkan.
10
Bahan yang ingin dicari tahu didapatkan dari besarnya yield strength
(Sy) dari bahan tersebut dan kemudian mencocokkan nilainya dengan nilai yang
terdapat di tabel material.
d3
32ns
S y
M2 3 T2
4
: safety factor
Sy
: Moment (Nm)
: Torsi ( Nm)
32 n s
d
S y
S
S
M m y K f M a Tm y K fs Ta
Se
Se
ns
: safety factor
Sy
Mm
Se
Kf
Ma
11
Tm
Ta
Klasifikasi Bearing
Bearing dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(1). Atas dasar gerakan bearing terhadap poros
a. Bearing luncur. Pada bearing jenis ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bearing karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bearig dengan
perantaraan lapisan pelumas.
b. Bearing Gelinding (ball bearing). Pada bearing ini terjadi gesekan gelinding
antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola, rol jarum, dan rol bulat.
(2) Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bearing radial. Arah beban yang ditumpu bearing ini adalah tegak lurus sumbu
poros.
b. Bearing aksial. Arah beban bearing ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bearing gelinding khusus. Bearing ini dapat menumpu beban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Pada tugas akhir ini akan menitikberatkan pada bearing gelinding ( ball bearing ).
12
akan membuat gerakan gelinding sehingga gesekan di antaranya akan jauh lebih kecil.
Untuk bola, ketelitian tinggi dalam bentuk dan ukuran merupakan keharusan. Karena
luas bidang kontak antara bola dengan cincinnya sangat kecil maka besarnya beban
persatuan luas atau tekanannya menjadi sangat tinggi. Dengan demikian bahan yang
dipakai harus mempunyai ketahanan dan kekerasan yang tinggi.
13
Lambang diameter luar 0 dan 1 menyatakan jenis beban sangat ringan; 2 jenis beban
ringan; 3 jenis beban sedang; dan 4 jenis beban berat.
Nomor diameter lubang dinyatakan dengan dua angka. Untuk bantalan yang
berdiameter 20-500 mm, kalikanlah dua angka lambang tersebut dengan
5 untuk
mendapatkan diameter lubang yang sebenarnya (dalam mm). Nomor tersebut bertingkat
dengan kenaikan sebesar 5mm tiap tingkatannya. Untuk diameter lubang dibawah
20mm, nomor 00 menyatakan 10mm; 01, 12mm; 15mm; dan 03,17mm diameter
lubang, Untuk diameter lubang dibawah 10mm, nomor tanda sama dengan diameter
lubangnya.
14
Setelah menjalani putaran tersebut, jika 90% dari jumlah bantalan tersebut tidak
menunjukkan kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincin atau elemen
gelindingnya, maka besarnya beban terse x 3.647 Dbut dinamakan kapasitas nominal
dinamis spesifik dan umur yang bersangkutan disebut umur nominal.
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam dan pada titik kontak yang
menerima tegangan maksimim besarnya deformsi permanen pada elemen gelinding
ditambah besarnya deformasi cincin menjadi 0.0001 kali diameter elemen gelinding,
maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal statis spesifik. Kedua macam beban
diatas merupakan factor dasar yang pertama dalam pemilihan bantalan. Untuk
menghitung besarnya kapasitas nominal dinamis spesifik dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana : C
Da
= Diameter bola
fc
la
15
Umur nominal L ( 90% dari jumlah sample, setelah berputar satu juta putaran,
tidak memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding ) dapat ditentukan sebagai
berikut:
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban ekivalen
dinamis, maka factor kecepatan fn adalah ;
1 .3
33.3
Untuk bantalan bola fn =
33.3
Untuk bantalan rol, fn =
3 / 10
C
P
Lh = 500 f10/3h
Dengan bertambah panjangnya umur karena adanya perbaikan besar dalam mutu
bahan dan arena tuntutan keandalan yang lebih tinggi, maka bantalan modern
direncanakan dengan Lh yang dikalikan dengan factor koreksi. Jika Ln menyatakan
keandalan umur (100-n)(%), maka :
Ln = a1.a2.a3.Lh
Dimana :
a 1 = Faktor keandalan; a1 : 1 jika keandalan 90% dipakai seperti biasanya,
atau 0.21 bila keandalan 99% dipakai.
a2 = Faktor bahan. a2 : 1 untuk bahan bantalan yang dicairkan secara
terbuka, dan kurang lebih = 3 untuk baja bantalan de-gas hampa.
16
a3 = Faktor kerja. a3 = 1 untuk kondisi kerja normal, dan kurang dari satu
untuk hal-hal berikut :
Faktor Beban fw
1. Untuk putaran halus tanpa beban tumbukan (motor listrik)
Fw =1 1.1
2. Untuk kerja biasa ( roda gigi reduksi, roda kereta )
Fw = 1.1 1.3
3. Untuk kerja dengan tumbukan ( penggiling rol, alat-alat besar )
Fw = 1.2 1.5
Jika beban maksimum dapat ditetapkan, maka fw dapat diambil sama dengan 1.
Beban Rata-rata Pm
Pm=
t1 n1 P1 p .... t n n n Pp np
(t1 ... t n )n m
nm = (t1n1+.+tnnn)/(t1++tn)
Jika frekuensi masing-masing putaran dinyatakan sebagai t1/t = 1, t2/t = 2,
dan seterusnya, maka :
Pm =
17
Pm =
1 P1 p ... n Pnp
Dimana p = 3 untuk bantalan bola, dan 10/3 untuk bantalan rol. Harga p = 3 diatas
diperoleh dari percobaan, sedangkan harga 10/3 ditetapkan atas dasar studi oleh banyak
peneliti.
Dipihak lain, rantai juga memiliki kekurangan, yaitu; variasi kecepatan yang tidak
dapat dihindari karena lintasan busur pada sprocket yang mengait mata rantai, suara dan
juga getaran yang ditimbulkan karena tumnukan antara mata rantai dan kaki-kaki
sprocket, dan juga perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yang diakibatkan
gesekan yang terjadi pada sprocket.
18
Pada umumnya rantai terbagi atas dua jenis; rantai rol (roler chain), dan rantai gigi
(gear chain). Pada perhitungan kali ini, kelompok kami melakukan perhitungan pada
rantai motor honda mega pro 160 cc yang merupakan bentuk roler chain rangkaian
tunggal. Rantai jenis ini biasanya dipakai bila diperlukan transmisi yang positif( tanpa
slip) dengan kecepatan mencapai 600 m/min, tanpa pembatasan bunyi dan juga harga
yang murah.
Pada roller chain ini sangat berhubungan dengan komponen sprocket. Sehingga
untuk menghitung panjang jarak pusat sprocket besar dengan sprocket kecil dapat
digunakan dengan data-data yang diperoleh pada roller chain. Kemudian begitu juga
sebaliknya, untuk menghitung panjang rantai (chain length) diperlukan data-data dari
sprocket. Panjang ranrai (chain length) dapat dihitung dengan rumus :
L 2Cd N1 N 2 ( N 2 N 1) 2
Pt
Pt
2
Cd
4 2
Pt
(persamaan 18.26 buku hamrock halaman 851)
dengan :
L
Pt
= Pitch
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kelicinan pada saat pengoperasian
roller chain, khususnya pada kecepatan yang tinggi adalah Chordal Rise yang dapat
dicari dengan rumus :
rc = r cos r
19
sehingga
r = r- rc = r ( 1- cos r ) = r [ 1 cos (
180
)]
N
Kemudian dengan menggunakan hubungan antara sprocket dan roller chain dapat
dihitung jarak antara pusat sprocket besar (belakang) dengan pusat sprocket kecil (pada
mesin) atau biasa disebut Center Distance. Besarnya nilai center distance dapat dihitung
dengan rumus :
Cd
A
Pt
A2
B2
2
Dimana :
A=
L N1 N 2
Pt
2
B=
N 2 N1
2
Cd
berada
Pt
Kemudian pada rantai juga dapat diukur besarnya kecepatan dengan menggunakan
rumus :
U1 =
N a1 D1
12
U1 =
N a1 Pt N
12
h pr h p a1 a 2
persamaan 18.32 buku hamrock hal 852
dengan :
hp
: daya yang ditransmisikan (dapat dilihat pada tabel 18.11 buku hamrock hal 853)
a1
: service faktor (dapat dilihat pada tabel 18.12 buku hamrock hal 854)
a2
: multiple strand factor (dapat dilihat pada tabel 18.13 buku hamrock hal 854)
21
480 N
30
D
Fx
RCx
Fy
RBx
480 N
30 B
RCy
A
Fx
RBy
FR = 480 N
30
22
Fx
415,692 N
415,692 N
0,048
0,0605
RBy
0,052
0.6285 m
RCy
F x 0
F y 0
831,384 RBy RCy = 0
RBy + RCy = 831,384 N
M B 0
415,692 ( 0,048 ) - RCy ( 0,0605 ) + 415,692 ( 0,1125 ) = 0
RBy = 388,208 N
RCy = 443,176 N
Gaya-gaya Dalam
1). Ruas A-B ( 0 x 0,048 )
415,692 N
N
M
X
F x 0
F y 0
415,692 + V = 0
V = - 415,692 N
M X 0
23
415,692 x + M = 0
M = - 415,692 x
V
B
RBy
Fx 0
F y 0
415,692 388,208 + V = 0
V = - 27,484N
M X 0
415,692 x 388,208 ( x 0,048 ) + M = 0
M = - 27,484 x -18,6339
V
M
RAy
RBy
x
F x 0
F y 0
415,692 388,208 443,176 + V = 0
V = 415,692 N
M X 0
24
Diagram V dan M
Diagram V
1500
1000
500
0
-500
-1000
-1500
Diagram M
0
-10
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-72.96
-80
-90
-94.17
-100
240 N
240 N
0,048
0,0605
RBx
0,052
0.6285 m
RCx
F x 0
F y 0
480 RBx RCx = 0
RBx + RCx = 480 N
M B 0
240 ( 0,048 ) - RCy ( 0,0605 ) + 240 (0,1125 ) = 0
RBx = 255,867 N
RCx = 224,133 N
Gaya-gaya Dalam
1). Ruas A-B ( 0 x 0,048 )
240 N
N
M
X
F x 0
F y 0
240 + V = 0
V = - 240 N
M X 0
240 x + M = 0
M = -240 x
B
A
RBx
26
F x 0
F y 0
240 224,133 + V = 0
V = - 15,867 N
M X 0
240 x 224,133 ( x 0,048 ) + M = 0
M = - 15,867 x 10,75838
V
M
RAy
RBy
x
Fx 0
F y 0
240 224,133 255,867 + V = 0
V = 271,734 N
M X 0
240 x 224,133 ( x 0,048 ) 255,167 ( x 0,1085 ) + M = 0
M = 239,3 x 38,444
Diagram V dan M
27
Diagram V
800
600
400
200
0
-200
-400
-600
-800
Diagram M
0
-5
-10
-15
-20
-25
-30
-34.074
-35
-40
-43.966
-45
-50
Mmax =
=
Mx My
12,472 21,6162
= 47.077,99236
= 14,73 N.m
28
E : serious
d poros
32ns
S
y
Sy
32n s
d 3
M max
3 3
T2
4
3
2
M max T 2
4
323,45
0,0153
14,732 3 02
4
= 153.372.737,9 Pa
= 153,3727379 MPa
29
I
3 4
15.10
64
= 44.455.866,06 Pa
= 44,45586606 MPa
max
Tc
0 T 0 (poros tidak mengalami beban torsi; T=0)
J
Principal Stress
2
1, 2
max
max max
2
2
2
44,45586606
44,4586606
0
2
2
= 22,22793303 22,22793303
1
EI
1
EI
141,25x 105,45dx
AB
dx
30
1
70,625x 2 105,45x C1 dx
EI
1
23,5417 x 3 52,275 x 2 C1 x C 2
EI
Boundary Condition
y 0 x 0,08
y 0 x 0.23
Menghasilkan
C1 = 14,5155
C2 = -0,8358
1
23,5417 x 3 52,725 x 2 14,5155x 0,8358
EI
Untuk arah x
Persamaan momen untuk AB
M AB 65,9496x 49,2424
1
EI
1
EI
65,9496x 49,2424dx
1
32,9748x 2 49,2424 x C1 dx
EI
1
10,9916 x 3 24,6212 x 2 C1 x C 2
EI
AB
dx
Boundary Condition
y 0 x 0,08
y 0 x 0.23
Menghasilkan
C1 = 6,7788
C2 = -0,3904
31
1
10,9916 x 3 24,6212 x 2 6,7788x 0,3904
EI
2 1 326,71 0
163,355MPa
2
2
m a M m M amax
=
.I
y
163,355.10 6.2,354.10 9
7,4.10 3
= 51,96 N.m
Asumsi kemiringan dari lubang/ gelombang jalan yang dilalui oleh motor
adalah 12
Sehingga Momen Alternating (Ma) = Ma max . sin(12)
= 51,96 . sin(12)
= 10,803 Nm
32n s
d
S y
S
S
3
M m y K f M a Tm y K fsTa
Se
4
Se
Dengan Se = kf . ks . kr . Se
32
kf = 0,2
ks = 1,189(d)
-0,112
= 1,189(15)-0,112 = 0,8779
32.3,075
d
6
1570.10
Sy
1570.10 6
3
51,96
1.10,803 0
K fs 0
6
4
Se
131,3.10
= 0,01534 m
= 15,34 mm
32.3,075
d
6
1570.10
= 0,01536 m
Sy
1570.106
3
51,96
1.10,803 0
K fs 0
6
4
Se
130,935.10
= 15,36 mm
33
B. Perhitungan Bearing
Beban maksimal pada Bearing ; Fr = 1454,98 N
Fa = 0 N
Jari-jari roda belakang ; R = 30 cm
Kecepatan ; - untuk jalan lurus yang kondisinya baik ; v1 = 80 km/jam ; q1 = 0,4
- untuk jalanyang rusak ;
v2 = 30 km/jam ; q2 = 0,3
- untuk tikungan ;
v3 = 20 km/jam ; q3 = 0,3
(data didapat dari hasil poling 20 mahasiswa yang menggunakan sepeda motor)
Kecepatan sudut
2R
v
1000
60 x1000 3600
2652,45
v
R
80
707,355rpm
300
1 2652,45
30
265,258rpm
300
2 2652,45
20
176,839rpm
300
3 2652,45
Faktor beban
fw1 = 1
fw2 = 1,3
fw3 = 1,5
Berdasarkan Tabel 4.9 Buku Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
karya Soelarso dan Kiyokatsu Suga.
34
V = 1,2
X = 1 ; Y = 0 nilai
Fa
e , karena nilai Fa = 0
V .Fr
Pr XVFr YFa . f w
m 1q1 2 q2 3 q3
= 707,355.0,4 265,258.0,3 176,839.0,3
= 415,5711rpm
1
Pm
415,5177
= 1641,094 N
164,1094 kg
Untuk bearing roda sepeda motor yang pemakaiannya tidak terus-menerus, menurut
Tabel 4.11 buku Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin karya Soelarso
dan Kiyokatsu Saga, mempunyai umur nominal sebesar 5000-15000 jam. Jadi,
bearing yang dipilih harus memiliki umur nominal yang lebih dari atau sama dengan
5000 jam.
Sebagai permisalan, dari katalog SKF dipilih Bearing dengan nomor 6302 yang
didasarkan pada diameter shaft yang besarnya 14,8 mm, sehingga didapatkan ;
= 895 kg
= 545 kg
35
33,3 3 33,3 3
f n
0,4311
415,5711
m
Umur nominal
Lh 500 f h
= 5002,35
= 6498,86 jam
Jadi, umur nominal dari bearing nomor 6203 lebih besar dari 5000 jam,
sehingga bearing tersebut dapat dipakai pada sepeda motor Honda MegaPro.
Dimensi dari bearing nomor 6203 berdasarkan katalog SKF ;
36
g r = Gear Ratio
gr
gr =
N2
N1
gr =
1
2
2 =
1
6.500rpm
=
= 1772, 56 rpm
gr
3,667
d 2 1 z 2
d 1 2 z1
44
= 3,667
12
Sproket besar
=
v max vmin
1 cos( / z )
=
2 sin( / z )
vrata rata
3.14 1 cos(180 / 44)
0,0025
1,57
2
sin(180 / 44)
0,0713
= 0,055
Sproket kecil
=
v max vmin
1 cos( / z )
=
vrata rata
2 sin( / z )
37
1
6.500
=
= 3,67
1772,56
2
3. Daya rencana
Pd = Fc x P = 1,2 x 10,143
= 12,17 kw
4. Momen rencana
T1 = 9,74 x 10 5 x (Pd/ 1)
= 9,74 x 10 5 x (12,17/6500) = 1.823,62 Kg.mm
T2 = 9,74 x 10 5 x (Pd/ 2)
= 9,74 x 10 5 x (12,17/1772,56) = 6.978,49 Kg.mm
5. Bahan Poros SCM4 , dengan kekuatan tarik
b = 100 Kg/mm2
38
konsentrasi
tegangan
akibat
alur
yang
diberikan, kecil)
a =
100
= 12,82 Kg/mm2
(6 x1,3)
Kt = 0,7
Cb = 1,7
6. Diameter poros
Sproket kecil :
d s1 =
5,1
K t C bT
a
5,1
0,7.1,7.1.823,62 = 9,52 mm 10 mm
12,82
5,1
0,7.1,7.6.978,49 = 14,89 mm 14 mm
12,82
Sproket besar :
d s1 =
5,1
K t CbT
a
Kg
8. Z2 = 44
-
Sproket kecil
dp =
12,7
= 49,07 mm
sin(180 / 12)
Sproket besar
39
12,7
= 178 mm
sin(180 / 44)
Dp =
9. Kecepatan rantai
v =
p.z1 .n1
12,7.12.6500
=
= 16,51 m/s
1000 x60
1000x60
75,187 Kg
v
16,51
1950
25,93
75,187
z1 z 2
z1 z 2
1
2
Cp = L
( z 2 z1 ) 2
L
4
2
2
9,86
=
=
1
12 44
12 44
2
2
112
112
(
44
12
)
4
2
2
9,86
41,68
= 42 pitch
40
: 12 dan 44
: 10 mm dan 14 mm
: 529,33 mm
Pelumasan
: Pelumasan tetes
BAB IV PENUTUP
Analisis
Dari perhitungan untuk nilai diameter poros sebenarnya dengan diameter poros
untuk beban dinamis terjadi perbedaan. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena
nilai momen alternating yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Pada perhitungan principal stress dengan FEM (Ansys) dihasilkan nilai maksimal
41
sebesar 416.668 MPa. Nilai ini juga berbeda dengan nilai yang dihasilkan dengan
perhitungan manual. Perbedaan ini disebabkan karena adanya stress-concentration di
titik beban sebagai akibat pemberian beban dilakukan pada satu titik.
Untuk bearing dipilih bearing yang sesuai dengan bearing sebenarnya yaitu
bearing dengan nomor 6302 yang berjenis single-row, deep-groove ball bearings dengan
dimensi :
d b 15mm
diameter dalam
d a 42mm
diameter luar
bw 13mm
tebal bearing
Jenis bearing ini mempunyai umur nominal Lh = 6498,86 jam yang masuk dalam range
untuk bearing dengan pemakaian tidak terus-menerus yaitu 5.000 sampai 15.000 jam.
Untuk chain dipilih rantai dengan spesifikasi;
: 12 dan 44
: 10 mm dan 14 mm
: 529,33 mm
Pelumasan
: Pelumasan tetes
Yang didasarkan pada tata cara pemilihan rantai dari buku Soelarso.
Kesimpulan
Dari perhitungan yang telah dilakukan dihasilkan ;
1. Untuk poros
Defleksi
Persamaan Defleksi pada AB untuk arah y
y
1
23,5417 x 3 52,725 x 2 14,5155x 0,8358
EI
42
1
10,9916 x 3 24,6212 x 2 6,7788x 0,3904
EI
2. Untuk Bearing; dipilih berdasarkan katalog SKF, bearing dengan nomor 6302 yang
berjenis single-row, deep-groove ball bearings dengan dimensi :
d b 15mm
diameter dalam
d a 42mm
diameter luar
bw 13mm
tebal bearing
: 12 dan 44
: 10 mm dan 14 mm
: 529,33 mm
Pelumasan
: Pelumasan tetes
43
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 1 dan 2 merupakan hasil dari FEM ( Ansys ) yang menunjukkan nilai 1 st
Principal Stress dari poros.
44
Gambar 3
Menunjukkan deformasi dari poros. Ternyata pada poros tidak terjadi perubahan
bentuk yang signifikan terhadap adanya beban.
45
Daftar Pustaka
Callister, Jr. William D.2003.Materials Science and Engineering an Introduction 6th
Edition.Utah : John Wiley & Sons, Inc.
Hamrock, Bernard J.,Bo O. Jacobson, Steven R. Schmid.1999.Fundamentals of
Machine Elements.Ohio : McGraw-Hill.
Sularso.,Kiyokatsu Suga.1994.Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
www.astra-honda.com, diakses tanggal 18 November 2005
46