PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang (FK UMP)
menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam sistem KBK,
mahasiswa kedokteran akan dilatih melakukan berbagai keterampilan dalam bentuk Latihan
Keterampilan Klinik yang akan menunjang pembelajaran mereka untuk menjadi dokter yang
unggul, bermutu, dan islami.
Salah satu blok yang akan didalami oleh mahasiswa di FK UMP adalah blok XXI
mengenai kedokteran keluarga ditinjau dari berbagai aspek. Latihan Keterampilan Klinik di
blok XXI ini ditujukan untuk melatih mahasiswa FK UMP melakukan beberapa
keterampilan yang akan sering ditemui di lapangan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan, yaitu:
1. Konseling
Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia disebutkan bahwa kemampuan
melakukan komunikasi antara dokter dengan pasien diharapkan mencapai tingkat 4
yaitu mampu melakukan secara mandiri. Dalam pelayanan dokter keluarga,
kemampuan berkomunikasi amatlah penting terutama dalam memberikan konseling
kepada pasien. Oleh karena itu, materi ini diberikan dalam latihan keterampilan
klinik demi tercapainya kompetensi tersebut.
2. Pengisian Rekam Medik Pelayanan Dokter Keluarga
Dokter memerlukan kemampuan Communication and recording dalam berhadapan
dengan pasien. Kemampuan ini harus mencapai level kompetensi tingkat 4 yaitu
mampu melakukan mandiri. Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu mampu
memformulasikan secara oral dan tulisan, membuat perencanaan penatalaksanaan,
konsultasi terapeutik, membuat resep obat, serta mampu melaporkan dan membuat
catatan.
3. Perhitungan kapitasi dalam praktek dokter keluarga
Pelayanan dokter keluarga yang maksimal tentunya memerlukan pembiayaan dan
manajemen yang tertata dengan baik. Seorang dokter sebaiknya memiliki
kemampuan untuk memperhitungkan biaya per kepala yang diperlukan untuk
pencapaian hasil pelayanan yang maksimal.
4. Membuat resep
Dokter umum diharapkan mencapai tingkat kompetensi 4 (mampu melakukan secara
mandiri) dalam hal meresepkan obat. Hal ini tercantum dalam Standar Kompetensi
Dokter Indonesia mengenai Communication and Reading: Drug Prescription. Oleh
karena itu cara meresepkan obat dipilih sebagai materi latihan keterampilan klinik di
Blok Kedokteran Keluarga.
BAB II
PENUNTUN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIK
2.1 KONSELING
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memulai sesi konseling.
2. Mengumpulkan informasi.
3. Membangun struktur konseling.
4. Membangun hubungan dan memfasilitasi keterlibatan pasien.
5. Melakukan penjelasan dan perencanaan.
6. Menutup sesi konseling.
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR KONSELING
1.1 Landasan Teori
Komunikasi adalah penyampaian pesan yang sukses dari satu orang ke orang lain.
Elemen utama dalam proses komunikasi adalah pengiriman pesan dengan pemahaman
atau pengertian seimbang. Tujuan komunikasi yaitu untuk memberikan informasi,
mempengaruhi orang, dan mengekspresikan perasaan. Salah satu bentuk penerapan dari
komunikasi ini terdalam dalam konseling. Dalam konseling, yang diperlukan adalah
jenis komunikasi yang disebut sebagai komunikasi terapeutik.
Dalam konteks pelayanan kesehatan, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
terjalin dengan baik, komunikatif, dan menyembuhkan atau paling tidak melegakan serta
membuat pasien serta keluarganya merasa nyaman dan akhirnya puas. Elemen dasar
komunikasi terapeutik adalah:
a. Pembukaan diri
Hal ini memiliki beberapa keuntungan, yakni:
1. Keadaan diri
2. Mengenal diri
3. Membuat hubungan
4. Meningkatkan keintiman
b. Mendengar
Tiga langkah dalam mendengarkan aktif adalah:
1. Refleksi isi
Yaitu mengatakan kembali ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata lain,
memberi masukan kepada pasien tentang inti dan ucapan yang baru dikatakan
pasien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan pasien.
2. Refleksi perasaan
Yaitu mengungkapkan perasaan pasien yang teramati oleh dokter dari intonasi
suara, raut wajah, dan bahasa tubuh pasien dan hal-hal yang tersirat dari katakata verbal.
3. Merangkum
Merangkum mirip dengan refleksi isi namun dilakukan setelah beberapa waktu
yang lama dan mencakup beberapa informasi yang disampaikan pasien. Hal ini
bertujuan untuk transisi antartopik atau untuk memberikan penjelasan panjang
mengenai isu pasien yang rumit.
c. Bertanya
Dalam komunikasi terapeutik keterampilan bertanya mutlak diperlukan. Agar
mendapat informasi yang akurat seorang dokter harus belajar bertanya secara benar
dan efektif, sehingga betul-betul mendapatkan data yang akurat. Fungsi dari
bertanya adalah:
- memunculkan ide, pandangan atau perasaan.
- membantu orang lain untuk mencapai pengertian terhadap pandangan, opini,
dan perasaannya.
- memperlihatkan minat pada orang lain
- memberikan kesempatan kepada orang lain
d. Penguasaan bahasa nonverbal
Fungsi bahasa nonverbal:
- Memberikan kualitas, sikap, dan identitas
- Mendukung dan membantu bahasa verbal
- Membantu hubungan interpersonal
1.2 Media Pembelajaran
1. Panduan LKK 1 Blok XXI FK UMP
2. Ruang pemeriksaan dokter/ruang konseling
1.3 Langkah Kerja
Memulai Sesi Konseling
A. Membangun rapport awal
1. Menyapa pasien dan menanyakan nama pasien.
2. Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan sesi, menanyakan persetujuan pasien bila
diperlukan.
3. Menunjukkan rasa hormat, minat, memenuhi kebutuhan pasien.
B. Mengidentifikasi alasan berkonsultasi
4. Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan
pertanyaan pembuka yang sesuai (misal: mengapa datang kesini atau apa yang
ingin dibicarakan hari ini? atau pertanyaan apa yang ingin terjawab hari ini?).
35. Tanyakan pasien informasi lain apa yang mungkin berguna, misal: etiologi, prognosis.
36. Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari pemberian saran, informasi, dan
jaminan secara prematur.
B. Membantu pemahaman dan ingatan yang akurat.
Tujuan: membuat informasi lebih mudah diingat dan dipahami pasien.
37. Mengatur penjelasan: bagi menjadi bagian-bagian kecil, buat urutan yang logis.
38. Gunakan pembagian dan signposting yang jelas (misal: ada tiga hal penting yang
akan saya bicarakan. Pertama . nah mari kita lanjut ke bagian berikutnya).
39. Menggunakan pengulangan dan rangkuman untuk memperkuat informasi.
40. Menggunakan pertanya dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas, menghindari
atau menjelaskan istilah medis.
41. Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi, diagram, model,
informasi dan instruksi tertulis.
42. Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan, misal:
dengan meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, mengklarifikasi bila
perlu.
C. Mencapai pemahaman bersama, memasukkan perspektif pasien
Tujuan:
- Menghasilkan penjelasan dan perencanaan yang berhubungan dengan perspektif
pasien.
- Mengetahui pikiran dan perasaan pasien tentang informasi yang diberikan.
- Mendorong terciptanya interaksi dan bukannya komunikasi satu arah.
43. Menghubungkan penjelasan dengan perspektif pasien: untuk menemukan pemikiran,
harapan serta kekhawatiran.
44. Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berkontribusi: minta pasien
mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi serta menyatakan keraguannya, berikan
respon dengan tepat.
45. Perhatikan komunikasi verbal dan non-verbal pasien, mis: pasien perlu menyampaikan
informasi atau mengajukan pertanyaan, informasi atau mengajukan pertanyaan,
informasi terlalu banyak, stress.
46. Gali nilai, reaksi dan perasaan pasien tentang informasi yang diberikan, istilah yang
digunakan. Berikan respon bila diperlukan.
D. Perencanaan: Keputusan bersama
Tujuan:
- Mengajak pasien memahami proses pengambilan keputusan.
- Untuk melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan sampai tingkat yang
diinginkan pasien.
- Meningkatkan komitmen pasien terhadap rencana.
47. Berbagi apa yang ada di benak kita: pemikiran, proses berpikir, dilema.
48. Libatkan pasien:
- Berikan saran dan bukan instruksi.
49.
50.
51.
52.
10
11
e)
Promotif
12
13
Acetaminofen
Freid n (bulan) / 150 x dosis dewasa = (10 / 150) x 500 mg = 33,3 mg/kali
Clarck BB (kg) / 68 x dosis dewasa = ( 8 / 68 ) x 500 mg = 58,8 mg/kali
Catatan: untuk sediaan serbuk terbagi perhatikan kandungan obat per tablet
yang digunakan untuk dosis dewasa
Contoh: 1 tablet Acetaminofen 500 mg, dosis yang diperlukan untuk anak
dalam kasus ini adalah 50 mg/kali sehingga 1 tablet Acetaminofen dapat
dibagi menjadi 10 serbuk terbagi (pulveres).
14
atau
R/ Acetaminofen 50 mg
m.f.pulv.dtd no.X
S 3 dd pulv 1
1.4 Kesimpulan
Dibahas bersama pembimbing latihan keterampilan klinik.
BAB III
EVALUASI
Mahasiswa akan dievaluasi pada saat pelaksanaan latihan keterampilan klinik dalam
bentuk formatif dan akan dievaluasi pada akhir blok dalam bentuk sumatif.
3.1 EVALUASI FORMATIF
3.1.1 Metode Evaluasi
Evaluasi formatif dilakukan dengan mengobservasi kegiatan yang dilakukan
mahasiswa selama proses keterampilan klinik oleh instruktur.
3.1.2 Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian berupa pencapaian tujuan pembelajaran yang diperoleh
mahasiswa pada setiap kegiatan latihan keterampilan klinik.
3.1.3 Umpan Balik
Umpan balik dilakukan oleh instruktur berupa masukan terhadap hasil kegiatan
15
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah Modul Latihan Keterampilan Klinik Blok XXI ini disusun sedemikian
rupa agar dapat membantu mahasiswa dan instruktur memahami maksud dan tujuan LKK
sehingga dapat dilaksanakan dengan tepat dan terarah. Lampiran daftar tilik (checklist)
dalam modul LKK ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mengarahkan keterampilan
mereka dan sebagai panduan persiapan mengikuti evaluasi sumatif dalam bentuk ujian LKK.
16
DAFTAR REFERENSI
1. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta.
2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta.
3. Wiyono, A., Supriyatiningsih, Kusbaryanto, Puspitosari, W.A., Sukirman, I. 2009.
Buku Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
4. Trisna D.V. 2006. Standar Pelayanan Dokter Keluarga dalam Laporan
Pengembangan Dokter Keluarga Proyek HWS. Sekretariat HWS-IDI. Jakarta.
5. Ali, MM dan Sidi, IPS. 209. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta:
Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia.
6. Daldiyono. 2006. Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
7. Azwar, Al. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan
Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.
8. Azwar, Al, Gan, GL, Wonodirekso, S. 2004. A Primer on Family Medicine Practice.
Singapore : Singapore International Foundation.
9. Kementerian Kesehatan. 2007. Pedoman Penatalaksanaan TB Nasional. Jakarta.
17
10. Kementerian Kesehatan. 2004. Permenkes 128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Puskesmas. Jakarta.
11. Wiyono, A., Supriyatiningsih, Kusbaryanto, Puspitosari, W.A., Sukirman, I. 2009.
Buku Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
12. Du Bois,G.C. 1990. The Bussiness of Medical Practice : A Canadian handbook.
Ontario : Copp Clark Pitman.
13. Frohlich N, et al. 2006. Profiling Primary Care Physician Practice in Manitoba.
Manitoba Center for Health Policy, Winnipeg.
14. Henry J, Lynan K.B. 2000. Managed care issues, dalam Financial Management for
Medical Groups : A Resource for New and Experienced Managers, Second edition.
MGMA Center for Research, Englewood.
15. Medical Economics. 1985. Ideal Physician-population Ratio dalam Encyclopedia of
Practice and Financial Management. Alexandria.
16. Hardman, JG. and Limbird, LE, editor. 2007. Goodman & Gilman: Dasar
Farmakologi Terapi. Vol. 2. Jakarta: EGC.
17. Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
18. Constable, S., Winstanley, P., Walley, T. 2007. Master Medicine: Medical
Pharmacology 3rd ed. Elsevier.
19. Brown, D. 1976. Prescription for Primary Health Care : Community Guidebook.
The Primary Care Development Project. Cornell University, Ithaca : New York.
18
LAMPIRAN 1
Instrumen Evaluasi KONSELING
No
I
II
III
IV
19
Melakukan
LAMPIRAN 2
Instrumen Evaluasi Penulisan Rekam Medik
No
2
3
4
5
6
7
20
Melakukan
dengan benar
8
9
10
21
LAMPIRAN 3
Instrumen Evaluasi Perhitungan Kapitasi
No
Melakukan dengan
benar
Menghitung utilisasi.
II
III
IV
22
LAMPIRAN 4
Instrumen Evaluasi Membuat Resep
No
Aktivitas
Mempersiapkan Perintah Peresepan
1
Menentukan P-Drug
2
Menghitung dosis
Menulis Resep
6
Menulis identitas dokter (nama, alamat praktek, SIP)
7
Menulis superscription
Menulis inscription
10
Menulis subscription
11
Menulis signature
12
23
LAMPIRAN 5
Skenario LKK 1 Konseling
24
Ibu Tuti:
Dr. Nuning:
Ibu Tuti :
Dr. Nuning:
Ibu Tuti :
Dr. Nuning:
Ibu Tuti :
Dr. Nuning:
Ibu Tuti :
Dr. Nuning:
Ibu Tuti :
Dr. Nuning:
25