Disusun Oleh :
Dicky Budiman
NPM 220110140187
Efi Mulyati
NPM 220110140198
Erlin Marlinda
NPM 220110140203
NPM 220110140214
NPM 220110140219
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah inii yang diberi judul MALPRAKTEK DALAM
KEPERAWATAN
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut memberikan
bantuan dan dukungan kepada penulis dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang posistif kepada
semua pihak yang berkepentingan. Tak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kemajuan bersama.
Bandung, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1
Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2
Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
Kelalaian..................................................................................................................3
2.2
Malpraktek...............................................................................................................4
2.3
Jenis-Jenis Malpraktek............................................................................................6
2.3.1
Criminal Malpractice.......................................................................................6
2.3.2
Civil Malpractice..............................................................................................6
2.3.3
2.4
Administrative Malpractice..............................................................................7
2.4.1
Assessment Errors............................................................................................7
2.4.2
Planning Errors.................................................................................................7
2.4.3
Intervention Errors...........................................................................................8
2.5
2.6
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.6.4
2.6.5
Pendokumentasian..........................................................................................10
2.7
Contoh Kasus.........................................................................................................11
2.8
Pembahasan Kasus.................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................13
3.2
Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesional sebagai profesi di
pengaruhi oleh berbagai perubahan, perubahan ini sebagai akibat tekanan globalisasi yang
juga menyentuh perkembangan keperawatan profesional antara lain adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang pada hakekatnya harus
diimplementasikan pada perkembangan keperawatan professional di Indonesia. Disamping
itu dipicu juga adanya UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan UU No. 8 tahun 1999
tentang perkembangan konsumen sebagai akibat kondisi sosial ekonomi yang semakin
baik, termasuk latar belakang pendidikan yang semakin tinggi yang berdampak pada
tuntutan pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
BAB II
MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN
Terdapat dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan
malpraktek, yaitu kelalaian (Negligence) dan malpaktek (Malpractice) itu sendiri.
2.1
Kelalaian
Kelalaian berarti melakukan sesuatu di bawah standar yang ditetapkan oleh
Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2.
3.
Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4.
Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian
yang setidaknya menurunkan Proximate cause
Dari beberapa pengertian di atas dapat difahami bahwa kelalaian merupakan bentuk
ketidaksengajaan, kurang hati-hati, kurang peduli dengan kepentingan orang lain, namun
akibat yang ditimbulkan bukan merupakan tujuannya.
2.2
Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek
mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau
tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut
dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan
suatu profesi.
Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang
dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan
dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga dapat
diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau
mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau
keterbukaan,dalam arti harus menceritakan secara jelas tentang pelayanan yang diberikan
kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang
diberikan.
Malpraktek adalah kegagalan seorang profesional untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang karena memiliki keterampilan dan
pendidikan (Vestal, K.W,1995)
Hal serupa diutarakan oleh J. Guwandi dengan mengutip Blacks Law Dictionary,
Malpraktek adalah, setiap sikap tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam
ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakan terhadap sikap tindak
dari para dokter, pengacara dan akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan
profesional dan melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar
di dalam masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari profesi itu, sehingga
mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian pada penerima pelayanan tersebut yang
cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di dalamnya setiap sikap
tindak profesional yang salah, kekurangan keterampilan yang tidak wajar atau kurang
kehati-hatian atau kewajiban hukum, praktek buruk atau ilegal atau sikap immoral.
Any professional misconduct, unreasonable lack of skill. This term is usually
applied to such conduct by doctors, lawyers, and accountants. Failure of one rendering
professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under
all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the
profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those entitled to rely
upon them. It is any professional misconduct, unreasonable lack of skill or fidelity in
professional or judiciary duties, evil practice, or illegal or immoral conduct.
Malpraktek tidaklah sama dengan kelalaian. Malpraktek bersifat lebih spesifik dan
terkait dengan status profesional seseorang. Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan
bahwa malpraktek merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian yang ditujukan kepada
seseorang yang terlatih atau berpendidikan dalam kinerjanya sesuai bidang
tugas/pekerjaannya.
Kelalaian memang bisa masuk di dalam pengertian malpraktek, tetapi tidak semua
malpraktek merupakan bentuk kelalaian. Malpraktek bersifat lebih luas daripada kelalaian,
karena dalam malpraktek bisa mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja
(criminal malpractice) atau melanggar hukum dan Undang-undang. Artinya di dalam
malpraktek bisa jadi tersirat adanya motif (guilty mind).
Untuk menentukan secara pasti sebuah tindakan itu adalah malpraktik, maka harus
terpenuhi hal-hal berikut ini :
a. Peristiwa terjadi saat pelaku sedang menjalankan tugasnya.
b. Adanya penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku terhadap
kewajiban profesionalnya.
c. Adanya cedera yang dialami korban.
d. Cedera yang terjadi merupakan akibat langsung dari tindakan salah yang dilakukan
pelaku.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa malpraktek adalah :
1.
Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional
2.
Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang profesional dengan kata
lain melalaikan kewajibannya (negligence)
3.
2.3
Jenis-Jenis Malpraktek
Sesuai bidang hukum yang dilanggar maka malpraktek dikategorikan menjadi 3
jenis, yaitu :
2.3.1 Criminal Malpractice
Criminal practice merupakan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku. Perbuatan
seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan
tersebut memenuhi rumusan delik pidana,yaitu :
1. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.
2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intentional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia
jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness)
misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Atau
kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi.
Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau
kepada badan yang memberikan sarana pelayanan jasa tempatnya bernaung.
2.3.2 Civil Malpractice
Civil Practice merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Seorang tenaga
jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan
tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :
1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.
3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat
pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini
maka badan yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat atas kesalahan
yang dilakukan karyawannya selama orang tersebut dalam rangka melaksanakan tugas
kewajibannya.
2.3.3 Administrative Malpractice
Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala orang
tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan
police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di
bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan
profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga
perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan
dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
2.4
maka Malpraktek dalam keperawatan adalah suatu batasan yang digunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.
Caffee (1991) dan Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang
memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian
keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan
tindakan intervensi keperawatan (intervention errors).
10
asuhan
keperawatan
secara
hati-hati,
kegagalan
mengikuti/mencatat
order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang
sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca pesan/order, mengidentifikasi pasien
sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive
therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan
11
pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara anggota tim
kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
2.5
malpraktek tersebut dapat ditinjau dari dasar hukum dan etika yang
bersumber kepada Kode Etik Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Undangundang Keperawatan, dan Kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
2.6
12
13
14
selang infus terdapat bekuan darah dan kasa penutup tampak kotor,basah dan terdapat
darah yang kering. Perawat S datang dan menghampiri Tn P untuk memperbaiki selang
infus yang terdapat darah dengan cara memutar selang infus dan memasukan bekuan
darah. Selain itu perawat S tidak mengganti kasa infus dan hanya mengompres tempat
infusan dengan alkohol 70%. Setelah 3 hari tangan pasien yang terdapat infus menjadi
bengkak dan mengeluarkan nanah pada tusukan infus. Setelah dilakukan pemeriksaan Tn P
di diagnosa infeksi daerah insersi infus dan harus dilakuakan tindakan insisi untuk
mengeluarkan nanah.
2.8 Pembahasan Kasus
Dalam UU Keperawatan tahun 2014 Pasal 30 ayat 1 poin a melakuakan pengkajian secara
holistik, poin b menetapkan diagnosa keperawatan, poin c merencanakan tindakan
keperawatan yang menjelakan tentang tanggung jawab perawat terhadap klien (individu,
keluarga dan masyarakat). Perawat S tersebut tidak melaksanakan tanggung jawabnya
terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan perawatan pasien dengan
terpasang infus. Selain itu Perawat S telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan
kerugian beruapa infeksi daerah infus terhadap klien. Selain itu Perawat S melanggar UU
Keperawatan tahun 2014 pasal 38 tentang hak dan kewajiban klien poin c Klien
mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan
keperawatan, satandar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan perundangundangan yang berlaku.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54:
a) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
b) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas menjadi jelas bahwa masalah malpraktik bersifat sangat
kompleks karena berbagai faktor yang terkait di dalamnya. Saat ini perawat diperhadapkan
15
3.2
Saran
Sebagai perawat profesional dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya
dengan mengikuti perkembangan yang terjadi baik oleh karena perkembangan IPTEK
khususnya IPTEK keperawatan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat.
Organisasi profesi sebagai wadah para anggotanya bertanggung jawab untuk
meningkatkan mutu tenaga keperawatan sebagai konsekuensi perannya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kesejahteraan anggotanya. Operasionalisasi
kegiatan organisasi PPNI terjadi disemua tingkat organisasi baik di Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Komisariat
Instituasi pendidikan sebagai lembaga yang menghasilkan tenaga keperawatan
profesional bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan secara berkualitas dengan
cara mengembangkan dan mengorganisasikan kurikulum nasional kedalam kurikulum
institusi, menyediakan segala sumber daya yang dapat mendukung sepenuhnya kegiatan
pendidikan. Demikian pula perlu didukung tersedianya lahan praktik yang memungkinkan
mengimplementasikan teori-teori kedalam situasi nyata, serta berbagai kebijakan yang
mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta:
EGC.
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
16