Anda di halaman 1dari 6

Perawatan Gawat Darurat Pada Gigi Avulsi

Avulsi gigi merupakan suatu kondisi dimana gigi terlepas dari soketnya. Untuk
menanganinya, dokter gigi perlu melakukan suatu tindakan untuk mengembalikan gigi ke
dalam soketnya semula, tindakan ini disebut replantasi gigi.
Pada gigi sulung, apabila yang gigi mengalami avulsi, maka tidak perlu merasa terlalu
khawatir dengan keadaan tersebut, karena gigi terbebut akan tegantikan oleh gigi dewasa-nya
kelak. Lakukan pemeriksaan ke dokter gigi dan bila perlu dilakukan rongten foto, sehingga
dapat dilihat daerah di mana gigi tersebut apakah ada patahan sisa akar atau kondisi lainnya.

Pada gigi permanent biasanya terjadi perdarahan. Hal ini dapat di hentikan dengan
meletakkan gumpalan kapas pada luka tersebut lalu menyuruh anak mengatupkan mulutnya.
Peganglah gigi pada mahkota gigi, jangan pada akarnya (karena hal tersebut akan merusak
sel-sel yang diperlukan untuk menempelnya gigi ke tulang) kemudian cuci gigi dengan
kucuran air bersih tetapi jangan di gosok. Selanjutnya masukan gigi pada mulut di antara pipi
dan gusi untuk menjaga tetap lembab atau bila memungkinkan bungkus dengan kasa bersih
dan masukan ke dalam wadah yang di isi susu. Selama gigi terlepas, gigi harus selalu berada
dalam keadaan yang lembab. Simpanlah gigi dalam kassa steril yang sudah dibasahi NaOCl
fisiologis 0,9%, dalam susu murni, atau dengan menggunakan saliva sendiri. Namun,
bukanlah dengan cara direndam, tetapi dimasukkan segera ke dalam mulut yang penuh
dengan saliva. Selama penanganan gigi yang avulsi sebaiknya dihindari memegang bagian
akar gigi. Setelah gigi direplantasi, fiksasi gigi tersebut selama 3-8 minggu. Periksa vitalitas
gigi secara berkala (tiap satu minggu), apabila gigi menjadi non vital maka harus segera
dilakukan perawatan endodontik.

Keberhasilan replantasi sangat berhubungan dengan lamanya waktu gigi di luar mulut
dan kondisi ekstraoral sebelum replantasi. Apabila replantasi yang segera tidak dapat
dilakukan, gigi dapat disimpan di dalam suatu media penyimpanan yang sederhana seperti
saliva, larutan saline, dan air susu murni. Jika ada bisa bertemu dokter gigi dalam waktu
jam prognosisnya akan baik, jika lebih dr itu, maka keberhasilan replantasi akan berkurang
antara 80- 60 %. Golden periode untuk melakukan replantasi gigi adalah 2 jam setelah gigi
tersebut terlepas. Apabila gigi direplantasi lebih dari 2 jam, kemungkinan gigi akan menjadi
non vital sehingga gigi tersebut perlu dilakukan perawatan endodontik setelah difiksi.
Sesegera mungkin menghubungi dokter gigi terdekat untuk dilakukan penanaman kembali
(replanted) dan splinting (fiksasi gigi).

Gutmann dan Gutmann (1995) memaparkan penyebab gigi avulse adalah: (1)
Kecelakaan lalu lintas; (2) Perkelahian; (3) Jatuh; (4) Kecelakaan olahraga; (5) Kerusakan
jaringan periodontal; dan (6) Penyakit sistemik, seperti diabetes melitus
1.

Perawatan Gawat Darurat Gigi Avulsi

Perawatan yang disarankan untuk gigi avulsi menurut Weine (2004) dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu perawatan darurat pada daerah yang terkena trauma, perawat darurat di tempat
praktek dokter gigi, dan penyelesaian perawatan endodontic.
1.

Tindakan darurat di tempat kejadian

Kerusakan yang terjadi pada attachment apparatus akibat trauma tidak dapat dicegah, tetapi
dapat diminimalisasi. Tindakan utama yang dilakukan dimaksudkan untuk meminimalkan
nekrosis yang terjadi di ligamentum periodontal, sementara gigi lepas dari rongga mulut.
(Trope, 2002).
Gigi yang mengalami avulsi harus cepat dikembalikan pada soketnya atau yang sering
disebut dengan istilah replantasi. Faktor yang paling penting untuk memastikan keberhasilan
dari replantasi adalah kecepatan gigi tersebut dikembalikan ke dalam soketnya. Sangat

penting untuk mencegah agar gigi yang avulsi tidak kering. Kondisi gigi yang kering akan
menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel-sel ligamentum
periodontal. Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk mengembalikan gigi pada soketnya
tidak boleh lebih dari 15-20 menit. Apabila dalam jangka waktu tersebut gigi tidak dapat
dikembalikan pada soketnya, maka gigi haruscepat disimpan dalam media yang sesuai
sampai pasien bisa ke klinik gigi untuk replantasi. (Trope, 2002).

Perawatan gawat darurat pada daerah yang terkena trauma ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1.

Hasil yang bagus diperoleh bila gigi di replantasi segera setelah terjadi avulsi. Gigi
yang mengalami avulsi harus cepat dikembalikan pada soketnya atau yang sering
disebut dengan istilah replantasi. Faktor yang paling penting untuk memastikan
keberhasilan dari replantasi adalah kecepatan gigi tersebut dikembalikan ke dalam
soketnya. Sangat penting untuk mencegah agar gigi yang avulsi tidak kering. Kondisi
gigi yang kering akan menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan
morfologi sel-sel ligamentum periodontal. Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan gigi pada soketnya tidak boleh lebih dari 15-20 menit. (Trope, 2002).
Orang tua, guru, atau orang dewasa lain yang bertanggungjawab sebaiknya secepat
mungkin menempatkan kembali gigi yang mengalami avulsi ke soketnya. Pengembalian
ini sangat membantu proses penyembuhan pasien. Apabila seseorang menelpon anda
dan mengatakan bahwa ada seseorang yang giginya luksasi, cobalah meminta orang
dewasa di sana untuk mengembalikan gigi ke soketnya. Bahkan bila gigi tersebut sudah
terkontaminasi, karena tercampur lumpur atau terkena kotoran hewan, cobalah meminta
orang dewasa untuk mengembalikan gigi tersebut ke soket, tanpa disterilisasi terlebih
dahulu, tidak boleh dibersihkan dengan sabun atau detergen. Gigi harus dibersihkan di
bawah air yang mengalir sehingga kotoran hilang, tetapi tidak boleh ada jaringan gigi
yang hilang (Weine, 2004).

2.

Setelah dibersihkan, jika dibutuhkan, gigi dengan lembut dan cepat dikembalikan ke
dalam soketnya dengan memegang hanya pada bagian mahkotanya saja. Dokter gigi
harus segera dihubungi dan pasien harus datang ke tempat praktek dokter gigi secepat
mungkin. Handuk kecil atau sesuatu yang lembut bisa diletakkan pada bagian oklusal
atau incisal gigi yang telah di replantasi dan ditahan supaya gigi tetap pada soketnya
selama perjalanan menuju tempat praktek dokter gigi (Weine, 2004).
3.
Apabila tidak memungkinkan untuk melakukan replantasi, sebaiknya gigi diletakkan
pada suatu media untuk menyimpan gigi atau transport medium dan di bawa ke tempat
praktek dokter gigi. Media yang bisa digunakan adalah Hanks Balanced Salt
Solution (HBSS), Via span, saliva, susu, dan air.
1.
HBSS merupakan media yang paling sering digunakan. 85,3% gigi yang
avulse berhasil dilakukan replantasi dengan menyimpan gigi pada media tersebut.

2.
3.

4.
5.

4.

HBSS terdiri dari sodium klorid, glukosa, potassium klorida, sodium bikarbonat,
sodium fosfat, kalsium klorid, magnesium klorid, dan magnesium sulfat. HBSS
mampu menjaga dan mempertahankan sel-sel jaringan perodiontal yang menempel
pada gigi.
Via span digunakan karena mampu menjaga vitalitas fibroblas.
Saliva digunakan sebagai media, sebab saliva merupakan cairan yang kerap
berkontak dengan gigi dan bagian dari rongga mulut. Gigi yang avulse dapat
diletakan di dalam rongga mulut atau di dasar lidah. Tetapi teknik ini sebaiknya
digunakan pada orang dewasa atau remaja, sebab jika dilakukan pada anak-anak
dikhawatirkan gigi tersebut akan tertelan.
Susu terdiri dari berbagai macam antigen yang dapat melawan reaksi negatif ..
Air adalah media yang dapat digunakan kapan pun dan di mana pun. Air
mampu menurunkan kecepatan kematian jaringan periodontal.

Tindakan yang dilakukan di klinik gigi


Emergency visit

Tujuan dari emergency visit (tindakan darurat) adalah untuk mereplantasi gigi dengan
kerusakan sel yang seminimal mungkin karena akan menyebabkan inflamasi dan
memaksimalkan jumlah sel ligamen periodontal yang memiliki potensi untuk meregenerasi
dan memperbaiki kerusakan pada permukaan akar (Trope, 2002).

Diagnosis and Treatment Planning


o
Pemeriksaan gigi yang avulsi

Suatu media khusus yang dapat digunakan untuk menyimpan gigi sebelum direplantasi
adalah Hanks Balanced Salt Solution (HBSS). Media ini terbukti dapat mempertahankan
vialbilitas serabut periodontal dalam jangka waktu yang lama. Selain itu dapat juga
digunakan susu atau salin fisiologis (Trope, 2002).

Pemeriksaan Soket dan Tulang Alveolar

Pemeriksaan soket dilakukan untuk meyakinkan bahwa kondisinya masih bagus dan
memungkinkan untuk dilakukan replantasi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menekan
(palpasi) pada permukaan fasial dan palatal dari soket. Selanjutnya, soket dibersihkan dengan
larutan salin dan ketika gumpalan darah dan debris yang berada di dalamnya sudah bersih,
periksa dinding soket apakah terjadi abses atau kolaps. Penting juga dilakukan pemeriksaan
tulang alveolar untuk mengetahui apakah terjadi fraktur atau tidak (Trope, 2002).
Dianjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan radiografis pada soket dan daerah sekitarnya,
termasuk jaringan lunak. Three vertical angulation diperlukan untuk mendiagnosis fraktur
horizontal pada akar gigi (Trope, 2002).

Tahap kedua adalah perawatan gawat darurat saat pasien sudah di tempat praktek dokter gigi.
Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1.

Ketika pasien sampai di tempat praktek, gigi diletakkan di gelas yang berisi larutan
saline (sedikit garam dimasukkan pada air akan menghasilkan salinitas sekitar 0,7%).
Seperti prosedur pada umumnya, perlu dilakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat
kesehatan psien, periksa area gigi dan lakukan rontgen gigi secepat mungkin. Apabila
gigi sudah dikembalikan ke soketnya, dan tempatnya sudah sesuai, nyaman, maka gigi
tersebut tinggal di splinting saja (Weine, 2004).
2.
Apabila gigi belum direplantasi, dokter gigi tidak boleh mengkuretase gigi atau
mensterilisasi bagian akar atau soket gigi. Gigi dipegang sepanjang waktu pada bagian
mahkotanya saja dengan sponge yang telah diberi saline. Buang dengan lembut debris
pada permukaan akar dengan sponge basah. Irigasi soket dengan saline dan jangan
membuat akses untuk kavitas, jangan memotong bagian akar serta jangan sampai terjadi
apikal penestrasi (Weine, 2004).
3.
Secepat mungkin, gigi avulsi direplantasi pada soket dengan sponge. Cek gigi tesebut
dengan rontgen. Lakukan splinting dengan soft arch wire dan dengan etsa asam. Pasien
diberi informasi untuk mengkonsumsi makanan lunak dahulu (tidak boleh makan
makanan seperti apel, cangkang udang/kepiting, sandwich tertentu). Makanan yang
dianjurkan seperti ice cream, ice milk, hamburger yang lunak (Weine, 2004). Teknik
splinting memungkinkan gerakan fisologis gigi selama selama penyembuhan dan akan
mengurangi insidensi ankylosis. Teknik splinting yang direkomendasikan adalah fiksasi
semi-rigid selama 7-10 hari (Trope 2002).

Gigi yang mengalami avulsi perlu dilakukan perawatan endodontik. Penyelesaian perawatan
endodontic tersebut meliputi:
1.

Satu minggu setelah replantasi, siapkan akses kavitas, lakukan saluran akar
debridement dan preparasi berdasarkan panjang akar dari foto rontgen yang telah
dilakukan sebelumnya, lalu tumpat dengan tumpatan sementara seperti ZOE. Pada gigi
dengan apikal yang belum tertutup sempurna, maka tidak dilakukan ekstirpasi karena
pulpa tersebut akan mengalami revitalisasi untuk melanjutkan perkembangan apikal.
Bila pulpa tersebut kemudian menjadi nekrosis, maka canal debridement dan prosedur
apeksifikasi dapat dilakukan. Untuk mencegah ankilosis, ambil splin pada akhir
perawatan.
2.
Dua minggu setelah replantasi, tempatkan pasta kalsium hidroksida pada saluran akar
untuk mencegah dan mengurangi eksternal resorpsi. Bila pasta kalsium hidroksida
ditempatkan terlalu cepat, sebelum ligamen periodontal mengalami regenerasi, hal ini
dapat meningkatkan resorpsi.
3.
Setelah ligamen periodontal dan apek terlihat terbentuk kembali pada pemeriksaan
radiograf, di mana biasanya memakan waktu 3-6 bulan, buka kembali gigi tersebut.
Bersihkan kembali dinding saluran akar dengan sedikit preparasi dan isi dengan gutta-

percha dan sealer. Inisial kontrol pada bulan pertama, kemudian dilanjutkan setiap tiga
bulan. Eksternal resorpsi biasanya terjadi pada tahun pertama.
1.
Replantasi setelah periode ekstraoral
Pada beberapa kasus, terkadang memang sulit untuk menempatkan kembali secara cepat gigi
yang avulsi. Seringkali gigi tidak ditemukan hingga beberapa jam atau beberapa hari
kemudian. Kemungkinan karena kecelakaan yang terjadi berada jauh dari tempat praktek gigi
terdekat. Bila gigi tidak dapat ditemukan dalam beberapa jam, maka treatment endodontik
dapat dilakukan sebelum replantasi. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa semakin cepat
gigi dikembalikan ke tempat asalnya, itu akan lebih baik. Jaringan pulpa mungkin akan
hilang dan hal ini dapat ditanggulangi dengan treatment seperti yang telah dijelaskan pada
awal tahap ke-3, yaitu dengan menyimpan gigi yang avulsi pada suatu media.
1.

Perawatan endodontik pada gigi avulsi


Gigi dengan apeks terbuka dan telah berada di luat mulut selama kurang dari 2 jam
Replantasi dilakukan dalam usaha untuk merevitaslisasi pulpa
Kontrol tiap 3-4 minggu untuk mendeteksi adanya keganasan
Jika terdapat keganasan, bersihkan saluran akar dan isi dengan kalsium hidroksida
(apeksifikasi)
Gigi dengan apeks terbuka dan telah berada di luat mulut selama lebih dari 2 jam
Bersihkan saluran akar dan isi dengan kalsium hidroksida
Kontrol dalam 6-8 minggu
Gigi dengan apeks tertutup sempurna atau sebagian dan berada di luar mulut kurang dari
2 jam
Ambil jaringan pulpa dalam 7-14 hari
Medikasi saluran akar dengan kalsium hidroksida
Obturasi dengan gutta percha dan sealer setelah 7-14 hari medikasi
Gigi dengan apeks tertutup sempurna atau sebagian dan berada di luar mulut lebih dari 2
jam
Perawatan saluran akar baik intraoral maupun ekstraoral
Jika dilakukan secara ekstraoral, hindari cedera kimiawi maupun mekanis pada
permukaan akar

https://dentosca.wordpress.com/2011/10/04/dental-emergency-replantasi-gigi-avulsi/
https://pauwpauw.wordpress.com/tag/gigi-avulsi/

Anda mungkin juga menyukai