Anda di halaman 1dari 7

AVULSI

Drg. Juliani Kusumaputra, Sp. BM

NOSTA FERA
1112017040

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2021
AVULSI

Avulsi gigi terjadi ketika perlekatan ligamen periodontal robek dan gigi 'dikeluarkan'
dari soket. Hal ini menyebabkan nekrosis pulpa dan meninggalkan sel ligamen
periodontal yang hidup di sebagian besar permukaan akar. Gigi yang paling sering
terkena pada kedua gigi adalah gigi seri tengah rahang atas. Ini biasanya terjadi antara
usia 7 dan 10 tahun, saat gigi seri permanen sedang tumbuh. Menurut Andreasen,
struktur ligamen periodontal yang longgar dan tulang alveolar yang lentur di sekitar
gigi yang erupsi memberikan resistensi minimal (Balaji, 2018).

Media penyimpanan
Perhatian utama pada perawatan awal gigi avulsi adalah untuk mempertahankan
vitalitas jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar. Semakin lama gigi
berada di luar mulut, semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan ligamen periodontal
untuk dapat bertahan hidup. Hal ini terjadi karena gigi tersebut menjadi kering
sehingga banyak sel-sel ligamen periodontal yang mati. Media penyimpanan
merupakan media tempat gigi yang avulsi disimpan, bila perawatan replantasi gigi
tidak dapat dilakukan segera setelah cedera.Tujuan penempatan gigi avulsi pada
media penyimpanan ini dapat memelihara ligamen periodontal pada waktu terbatas
sebelum dilakukan replantasi gigi. Ada beberapa jenis media penyimpanan gigi avulsi
(Arriza,2010).

a. Hank’s Balanced Salt Solution


Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) merupakan larutan salin standar, yang
biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan
berbagai sel. HBSS bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen periodontal karena
mempunyai osmolalitas yang ideal yaitu 270 sampai 320 mOsm, pH yang seimbang.
HBSS mengandung berbagai nutrien yang penting, seperti kalsium, fosfat, kalium dan
glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel yang normal untuk
waktu yang lama. Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpanan yang
terbaik untuk gigi yang avulsi adalah media kultur sel seperti HBSS karena dapat
menjaga sel-sel ligamen periodontal tetap hidup selama 24 jam dibandingkan dengan
saliva dan susu. Namun, HBSS hanya dapat diperoleh di apotik, toko-toko obat dan
farmasi, biasanya tersedia dengan nama dagang yang disebut ―Save-a-Tooth Larutan
ini tidak membutuhkan pendinginan dan tersedia dalam sebuah wadah yang steril.

b. Saliva
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu yang
sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mendukung pengunaan saliva sebagai
media menyimpanan sampai 30 menit pertama dari waktu cedera. Penyimpanan gigi
avulsi pada saliva lebih dari 30 menit dapat menimbulkan masalah karena saliva
secara alamiah mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat
pada akar gigi. Infeksi dapat menyebabkan kematian sel-sel liagamen periodontal.9
Penelitian lainnya kemampuan sel-sel ligamen periodontal untuk berikatan,
mengadakan proliferasi dan kolonisasi kembali dengan permukaan akar (kapasitas
klonogenik 7,6%) selama 30 menit berada dalam saliva. Setelah 30 menit kapasitas
fungsional ligamen periodontal akan menurun dengan cepat.
Beberapa penelitian telah menganjurkan bahwa menyimpan gigi dalam mulut
pasien (saliva) adalah baik bagi kelangsungan hidup ligamen periodontal.9 Gigi dapat
ditahan pada vestibulum bukal atau dibawah lidah.12 Namun, penyimpanan gigi
dalam mulut dapat menimbulkan masalah bagi anak, seperti tertelannya gigi, terhirup
atau kemungkinan anak mengunyah giginya.11 Untuk menghindari keadaan tersebut,
saliva (bersama dengan darah yang mungkin juga ada di dalamnya) dikumpulkan di
dalam sebuah wadah kecil sehingga gigi dapat dimasukkan ke dalamnya.

c. Susu
Penelitian laboratorium pada tahun 2005 menunjukan bahwa susu merupakan suatu
media optimal untuk menyimpan gigi avulsi.14 Hal ini didukung kuat oleh suatu
penelitian terhadap transport organ dan sel yang disimpan di dalam susu dengan
temperature 39 oF. Keuntungan lain adalah susu mudah didapat sehingga gigi dapat
segera ditempatkan di media susu. Tekanan osmolalitas gigi dapat mempertahanan
vitalitas sel ligamen periodontal dibandingkan saliva, saline dan air. Susu mempunyai
kemampuan mendukung kapasitas klonogenik sel-sel ligamen periodontal pada suhu
ruang sampai 60 menit. Pada temperature yang lebih rendah, susu dapat mengurangi
pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan perbaikan penyembuhan sel. Hal
ini didukung oleh penelitian fisiologi sel yang menunjukkan efek perlindungan susu
terhadap sel-sel ligamen periodontal yang disimpan di media penyimpanan pada
temperature rendah. Kemampuan susu temperatur rendah untuk mendukung
klonogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit
dibandingkan dengan media penyimapan susu pada temperatur ruang yang
melindungi viabilitas sel selama 60 menit.

d. Saline Fisiologis
Saline fisiologis merupakan larutan yang mengandung 0.9% NaCl yang dapat
digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penelitian menunjukkan saline
fisiologis lebih baik digunakan sebagai media penyimpanan daripada air atau saliva,
apabila gigi harus disimpan untuk waktu lebih dari 30 menit sebelum replantasi.4
Penyimpanan pada saline fisiologis tidak menyebabkan pembengkakan struktur sel.
Namun kebutuhan metabolit dan glukosa untuk mempertahankan metabolisme sel
yang normal tidak dapat terpenuhi oleh saline. Pengunaan larutan saline sebagai
media penyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi harus disimpan
selama lebih dari satu atau dua jam.8 Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk
mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi.

e. Air Kelapa (Cocos nucifera)


Air kelapa (Cocos nucifera), pada umumnya dikenal sebagai "Tree of Life", adalah
minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam
buah kelapa. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang
lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa
antara lain kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan natrium, klorida, dan fosfat,
ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah. Air kelapa merupakan cairan
hipotonik dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi spesifik sekitar 1,020,
sebanding dengan plasma darah.5 Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena
adanya kandungan gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan
banyak asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan
tryptophan.5 Air kelapa mudah diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana
yang aman untuk rehidrasi terutama pada pasien yang menderita defisiensi kalium.6
Air kelapa telah terbukti memiliki efektivitas yang sebanding dengan cairan elektrolit
komersial dalam memperpanjang waktu bertahan pada pasien sakit.5 Air kelapa juga
unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel-sel ligamen
periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino,
vitamin, dan mineral.

Penatalaksanaan avulsi

Andreasen mengusulkan agar kondisi berikut dipertimbangkan sebelumnya menanam


kembali gigi permanen:
1. Gigi avulsi seharusnya tidak memiliki penyakit periodontal lanjut.
2. Soket alveolar harus cukup utuh untuk menyediakan tempat duduk bagi gigi avulsi.
3. Tidak boleh ada pertimbangan ortodontik seperti gigi crowding.
4. Periode ekstraalveolar harus dipertimbangkan, jika ada gigi ditanam kembali dalam
waktu 30 menit setelah avulsi, ada kemungkinan besar penanaman kembali berhasil.
Untuk periode ekstraalveolar lebih dari 2 jam, komplikasi yang berhubungan dengan
peningkatan resorpsi akar secara signifikan.
5. Tahap perkembangan akar harus dinilai. Di gigi dengan pembentukan akar yang
tidak lengkap, kelangsungan hidup jaringan pulpa dimungkinkan jika ditanam
kembali dalam waktu 2 jam setelah avulsi (Balaji, 2018).

Reimplantasi gigi avulsi merupakan suatu tindakan insersi gigi avulsi ke dalam
soketnya. Reimplantasi merupakan perawatan pilihan pertama untuk mempertahan
gigi tersebut, serta, mengembalikan fungsi-fungsi normal gigi (Dahong& Winarso,
2010).

Penatalaksaan replantasi

1.Gigi dipegang pada bagian mahkota dengan kain kasa yang basah dan tidak boleh
dikerok atau digosok. Jika masih ada kotoran yang tertinggalcukup dengan
meletakkan gigi di bawah air mengalir atau mencelupkan pada rendaman salin.

2.Berikan anastesi lokal pada regio yang akan direplantasi, agar pasien tidak merasa
kesakitan pada saat penanganan. Soket dibersihkan dengan irigasi salin, H2O2 3 %
atau aquadest yang disemprotkan melalui spuit secara hati-hati untuk mengeluarkan
sisa-sisa kotoran, gumpalan darah beku ataupun debris yang masih tertinggal, jangan
dikuret.

3.Lakukan replantasi, yaitu gigi dimasukkan perlahan-lahan dengan tekanan yang


ringan. Pastikan gigi berada pada posisi yang benar dengan berpatokan pada gigi
tetangga dan kontak oklusal yang tepat. Jika terdapat sesuatu yang mengganjal pada
soket, gigi diletakkan kembali ke larutan salin, periksa kembali soket dengan
menggunakan instrumen tumpul dan ulangi kembali replantasi.

4.Reposisi kembali gingiva yang tersingkap dan lakukan penjahitan jika diperlukan,
terutama pada daerah servikal yang juga berguna untuk mengontrol perdarahan.

Splinting dan penatalaksaanya

Prosedur penting yang dilakukan setelah tahap replantasi adalah stabilisasi dengan
splin. Setelah gigi ditanamkan kembali, gigi masih mobil dan kemungkinan untuk
lepas sangat besar.

Prosedur splinting menggunakan kawat Titanium Trauma Splint (TTS) adalah sebagai
berikut:

1.Setelah gigi ditanamkan kembali ke dalam soket, semua permukaan gigi yang akan
displin dibersihkan dari kotoran dan debris.

2.Diukur kawat TTS meliputi gigi tetangga yang akan menjadi penyangga.

3.Permukaan gigi dietsa sesuailuas kawat yang akan dipasang.

4.Lanjutkan dengan aplikasi bonding dan resin komposit, kawat di tekan perlahan ke
permukaan gigi sampai menyentuh resin komposit, dilanjutkan dengan polimerisasi.

5.Periksa adaptasi dan kesesuaian dengan bibir pasien. Usahakan resin komposit tidak
berlebihan agar tidak mengganggu penutupan bibir pasien.

6.Lakukan pengambilan rontgen foto untuk memastikan apakah prosedur replantasi


yang dilakukan sudah tepat pada posisi yang seharusnya.

Splint dilepaskan dari permukaan gigi setelah 7-10 hari. Waktu ini sesuai dengan
kebutuhan ligamen periodontal untuk beregenerasi. Pemakaian splint tidak dianjurkan
lebih dari 14 hari karena dapat menyebabkan terjadinya resorpsi dan ankilosis
(Dahong& Winarso, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
1. Arrizza, A, M., dan Ramadhan, A, F. (2010). ‘Coconut water as storage media for
the avulsed tooth,’ Journal of dentistry Indonesia, Vol (17:3).
2. Balaji, S. M., dan Balaji, P. P (2018). 'Textbook of Oral and Maxillofacial
Surgery', Elsevier: RELX India Pvt. Ltd,. India.
3. Dahong, F., & Winarso, L., W. (2012). ‘Reimplantasi gigi avulsi,’ Dentofasial,
Vol 11 (12:2).

Anda mungkin juga menyukai