Pengetahuan Perpipaan
Jenis Pipa :
Dari sekian jenis pembuatan pipa secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Jenis pipa tanpa sambungan (pembuatan pipa tanpa sambungan pengelasan)
2. Jenis pipa dengan sambungan (pembuatan pipa dengan pengelasan)
Bahan-bahan pipa secara umum :
Bahan-bahan pipa yg dimaksud disini adalah struktur bahan baru pipa tersebut yg dapat dibagi
secara umum sebagai berikut:
1. Carbon steel
2. Carbon Moly
3. Galvanees
4. Ferro Nikel
5. Stainless Steel
6. PVC (Paralon)
7. Chrom Moly
Sedang bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Vibre Glass
2. Aluminium (Aluminium)
3. Wrought Iron (besi tanpa tempa)
4. Cooper (Tembaga)
5. Red Brass (kuningan merah)
6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)
7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)
Komponen perpipaan :
Komponen perpipaan harus dibuat berdasarkan spesifikasi standar yg terdaftar dalam simbol dan
kode yg telah dibuat atau dipilih sebelumnya.
Komponen perpipaan yg dimaksud disini meliputi :
1. Pipes (pipa-pipa)
2. Flanges ( flens-flens)
3. Fittings (sambungan)
4. Valves (katup-katup)
5. Boltings (baut-baut)
6. Gasket
7. Specials items
Pemilihan bahan :
Pemilihan bahan perpipaan haruslah disesuaikan dengan pembuatan teknik perpipaan dan hal ini
dapat dilihat pada ASTM serta ANSI dalam pembagian sebagai berikut
7. Cross (silang)
8. Cap (tutup)
9. Red Tee (pemerkecil tee)
10. Swage concentric BSE (sweg sepusat ujung bevel)
11. Swage eccentric (sweg tak sepusat ujung bevel)
B. Jenis sambungan dengan ulir
1. Bushing (paking)
2. Cap (tutup)
3. Coupling
4. Red coupling (kopling pemerkecil)
5. 45 derajat elbow
6. 95 derajat elbow
7. 45 derajat lateral
8. Reducer (pemerkecil)
9. Tee
10. Red Tee
11. Cross (silang)
12. Plug (sumbat)
13. Union
14. Swage concentric (sweg sepusat)
15. Swage eccentric (sweg tak sepusat)
Jenis alat sambungan cubing
1. Male adapter (jantan)
2. Female adapter(betina)
3. Cap (tutup)
4. Male connection
5. Female connection
6. Plug (sumbat)
7. Male bulkhead (jantan kepala banyak)
8. Female bulkhead (betina kepala banyak)
9. 90 derajat union elbow (siku union 90 derajat)
10. Male 90 derajat elbow
11. Female 90 derajat elbow
12. Reducer (pemerkecil)
13. Insert (penyisip)
14. Union(union)
15. Union Tee
16. Red union (union pemerkecil)
17. Union cross
Jenis-jenis alat sambungan cabang berupa olet :
suatu bengkel dilapangan atau di suatu tempat di luar lapangan bahkan dinegara lain,
memerlukan perhitungan teknis dan ekonomis secara cermat.
Pemasangan pekerjaan perpipaan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian sbb:
1. Pipa diatas tanah
2. Pipa dibawah tanah
3. Pipa dibawah air ( didalam air)
Pemasangan sistem perpipaan diketiga tempat ini baik pipa proses ,pipa utiliti mempunyai
permasalahan masing-masing dan dalam buku ini hanya akan disinggung butir satu dua.
PEMASANGAN PIPA DI ATAS TANAH
Pemasangan ini dapat dilakukan pada rak pipa (pipe Rack), diatas penyangga penyangga pipa,
atau diatas dudukan pipa (sleeper). Pada pemasangan pipa diatas tanah ini dapat pula
dimasukkan pipa peralatan (equipment) yaitu yg meliputi pipa kolom dan vesel, pipa exchanger,
pipa pompa dan turbin, pipa kompressor dan pipa utilitas. berikut akan dijelaskan sebagai berikut
:
Pipa Kolom dan Vesel
Pipa yg akan dipasang pada kolom dan vesel harus ditempatkan secara radial disekitar kolom di
bagian jalur pipa, jalan orang, platform dibagian access. Untuk pipa 18" keatas bisa langsung
dilas ke vesel, kecuali pertimbangan pemeliharaan dan akan digunakan sambungan flange.
Sambungan dalam skirt tidak boleh ditempatkan katup atau flange. Penggunaan vent atmosferis
berkatup dan bertudung harus disediakan pada tempat lokasi titik tertinggi dari vessel atau jalur
pipa diatasnya, sedangkan drain dipasang pada tempat lokasi terendah yg akan ditentukan oleh
P&ID.
Katup pelepas tekanan yg membuang kedalam sistem blowdown tertutup harus ditinggikan guna
memungkinkan bagian pengeluaran pengaliran sendiri ke dalam sistem blowdown. Katup
pelepas tekanan yg membuang uap ke udara bebas harus dilengkapi dengan pipa paling sedikit
tiga meter diatas setiap platform dalam radius 7.5 meter, juga disediakan lubang pembuangan yg
besarnya 6 mm(1/4") dibawah pipa guna mencegah akumulasi cairan.
Pipa Exchanger
Pemasangan pipa pada exhcanger tidak boleh dipasang diatas daerah-daerah kanal, tutup shell
dan fasilitas fasilitas lain yg telah terpasang pada exchanger atau handling yg suka digunakan.
Ruang-ruang bebas untuk pemasangan flange exchanger harus disediakan. Spool dipasang diluar
nozzle kapal guna memungkinkan pemindahan bundel pipa exchanger.
Pipa Pompa Dan Turbin
Pipa suction atau pipa yg mengalirkan aliran disebut juga pipa hisap harus diatur sedemikian
rupa guna mencegah penurunan tekanan dan kantung uap yg dapat pula menimbulkan kavitasi
pada impeler. Apabila perubahan ukuran diperlukan untuk mempercepat atau memperlambat
aliran, maka reduser eksentris harus dipakai bilaman kantung tanpa vent tak dapat dihindari.
Pemasangan pipa pada pompa dan turbin harus diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk
perawatan dan perbaikan. Hal ini penting untuk mencegah pembongkaran besar yg tak perlu
pada pemeliharaan dan perbaikan pipa. Saringan permanen dan sementara harus disediakan pada
inlet pompa dan turbin. Sedangkan untuk aliran panas dan dingin harus diperhatikan
fleksibilitasnya, begitu pula kedudukan-kedudukan penyangga haruslah baik dan dapat
mengatasi getaran-getaran yg diakibatkan motor pipa serta aliran.
Pipa Kompresor
Pemasangan pipa pada kompresor harus diatur perbaikan dan pemeliharaannya. Sambungan pipa
dengan menggunakan flanges lebih diutamakan demi memperlancar jalannya perbaikan dan
pemeliharaan. Pipa hisap (suction) dan buang (discharge) harus benar-benar diperhatikan
fleksibilitasnya, terutama untuk temperatur rendah atau tinggi atau tekanan tinggi. Masalah
getaran termasuk bagian terpenting pada pipa kompresor ini, akibat adanya beban dinamis yg
berhubungan dengan kompresor ini. Karena itu masalah penyangga, guide dan anchor juga harus
menjadi perhatianbagian perencana teknik.
Pipa Utilitas
Pemasangan pipa utilitas ini harus benar-benar direncanakan sehingga kebutuhan utilitas di
proyek dapat terjangkau penggunaanya. Pipa utilitas seperti apa yg lain haruslah direncanakan
beroperasi pada temperatur dan tekanan berapa. Perencanaan sub header haruslah dapat
memenuhi daerah equipment proses atau kelompok peralatan lainnya yg memerlukan jalur
utilitas. Sambungan cabang haruslah dibuat dari atas header. Apabila aliran utilitas berupa uap
jangan lupa membuat kantung kantung uap pada setiap daerah titik terendah dimana aliran akan
mendaki dan diperhitungkan tidak boleh lebih dari 40% tekanannya dalam jarak yg dihitung
dalam feet.
Gas supply and demand gap between gas consumer region (Java) and gas source region
(Sumatera, Kalimantan) leads to the expanding of Indonesia gas distribution system (Petroenergy
No. 7 Year IV). Existing aging pipeline both upstream and downstream and the new gas
distribution system will create a higher risk exposure to the overall Indonesia pipeline system.
Significant accidents to pipelines onshore and offshore in recent years should be regarded as a
momentum to develop more comprehensive pipeline safety regulation (Ref). A comprehensive
pipeline safety regulation surely is one important legislative tool to ensure productivity assurance
in oil and gas production and distribution.
Drilling Mud
Tanggapan :
Menambahkan penjelasan , standar "baku" memang tidak ada. Tapi pada prinsipnya,
type lumpur (dan propertiesnya) yang akan dipakai ditentukan oleh faktor2 sbb:
1. Type formasi yang akan dibor (limestone, shale, sand, chert, dsb)
2. Temperature, pore pressure, permeability serta strength dari formasi tsb.
(Untuk penentuan mud weight, kita perlu juga mempertimbangkan fracture
gradientnya).
3. Prosedur yang dipakai untuk mengevaluasi formasi (coring, logging, etc)
4. Kualitas dari air lokal yang tersedia (terutama kandungan Chloride, Calsium,
Potassium)
5. Pertimbangan2 aspek lingkungan (biasanya Water based mud vs Oil Based mud).
Tujuan akhir adalah untuk memperoleh system lumpur yang efektif namun dengan cost
per barrel yang optimum.
Susunan kimiawi batuan dari satu daerah di kedalaman tertentu bias berbeda-beda
dengan tempat2 yang lain. Bahkan di lobang yang sama, mud properties dari hole
section yang atas dengan hole section di bawahnya bias berbeda karena perbedaan
kimiawi batuan tsb, selain formation pressure dan temperaturenya juga bisa berbeda.
Semakin tinggi temperature dan tekanan di hole section tertentu, semakin ketat pula
pengawasan mud properties yang diperlukan (mud cost / bbl nya pun biasanya akan
semakin mahal). Dalam operasi drilling, mud properties ini akan di cek terus secara
kontinu, at least 2x sehari untuk me-maintain mud properties yang diinginkan. Lumpur
yang sudah dipersiapkan dengan cantik akan berubah propertiesnya karena adanya
kontaminasi dengan masuknya material2 serta fluida2 lain yang berasal dari lubang
yang sedang dibor, seperti yang sudah disebut oleh Bung Ridwan di bawah ini.
Di bawah ini saya ambilkan contoh range dari mud properties yang saya ambil dari
sebuah sumur di daerah Ramba. Biasanya mud properties untuk daerah2 lain juga tidak
akan beranjak jauh dari range di bawah ini:
1. Density (Mud Weight) = ???? [ppg] -> beratnya tergantung formation pressure dan
fracture gradient dari hole section yang sedang dibor. Gunanya untuk hole stability dan
mencegah kick / blow-out.
2. Viscosity = 40-55 [sec/quart] -> Diukur dengan mengunakan Marsh Funnel untuk
mengetahui dengan cepat konsistensi dari lumpur bor (untuk air tawar pada suhu
75degF, Viscosity-nya = 26 [sec/qt], used as the baseline).
3. PV (Plastic Viscosity) = 6-15 [centipoises]
4. YP (Yield Point) = 14-22 [lbs/100ft2]
5. Gel Strength (10 sec / 10 mins) = 2/3 - 4/5 [lbs/100ft]
PV, YP maupun Gel Strength merupakan parameter2 rheology lumpur yang pada
intinya mencerminkan hole cleaning capability dari system Lumpur yang digunakan.
Gel Strength mencerminkan kemampuan lumpur untuk "memegang" atau "mensuspend" drill cuttings agar tidak turun kembali ke dasar lobang dan stay di tempat
pada saat pompa lumpur sedang "off". Parameter rheology lumpur ini diukur dengan
menggunakan alat rotational viscometer, dimana:
PV = Bacaan pada 600RPM - Bacaan pada 300RPM, dengan satuan [centipoise] YP =
Bacaan pada 300RPM - PV, dengan satuan [lbs/100ft2]
6. pH = 8.5 - 10 -> dibuat dalam suasana basa untuk mencegah korosi.
7. API Fluid Loss = 5-7 [cc/30 mins] -> mencerminkan jumlah relatif fluida lumpur
yang masuk ke dalam formasi. Mud cake yang terbentuk sebaiknya tidak tebal dan
sifatnya liat (tough) untuk stabilitas dinding sumur dan meminimize "formation
damage" karena intrusi fluida lumpur.
8. HT-HP Fluid Loss = ??? [cc/30 mins] -> as required, tergantung kondisi
setempat dan drilling program.
9. Drill Solids = <6>
10. Salinity (Chloride content) -> tergantung kondisi setempat. Pada intinya kandungan
Chloride dalam air menentukan kemampuan bentonite (clay) untuk terhydrasi. Itulah
sebabnya, untuk operasi drilling di offshore diperlukan air tawar untuk pre-hydrate
gel/bentonite terlebih dahulu sebelum Lumpur bisa dicampur dengan air laut dan mud
additive yang lain.
11. Excess Lime = 150-200 mg/liter -> menggunakan hardness test, yang mencerminkan
jumlah Calsium yang terlarut / tersuspensi di dalam lumpur.
12. Selain mud properties tersebut di atas, dilakukan juga Alkalinity test yang
dinyatakan dalam Pm (untuk mud) dan Pf (untuk filtrate) untuk mengetahui
kemampuan campuran lumpur untuk bereaksi terhadap asam (menggunakan larutan
phenolphthalien). Ada juga Methylene Blue Test (MBT) <17ppb>
Untuk referensi tambahan, ada baiknya anda membaca buku American Petroleum
Institute (API) Recommended Practice (RP 13D) "Recommended Practice on the
Rheology and Hydraulics of Oilwell Drilling Fluids" dan API RP 13I "Recommended
Practice for Laboratory Testing of Drilling Fluids"
Lumpur Bor
Mohon bantuannya.
- Apa sih guna Mud ato lumpur pemboran dalam drilling selain untuk mengangkat
cutting dan mendinginkan bit (mata bor?) dan bagaimana caranya kita
menentukan jenis lumpur yang dipakai dalam drilling.
- Saya pernah dengar istilah lumpur asin dan tawar (lumpur yang dicampur
dengan air asin dan air tawar?)
- Fungsinya apa ya?
- Oh ya, ada juga nih istilah fluid loss, weighting agent, yield point dan PH control
dalam lumpur bor. Maksudnya apa sih?
- Apakah mudcake (lumpur yang tertinggal di lubang bor dan mendingin ato
lumpur yang masuk ke formasi?) yang timbul di drilling berbahaya dan
mempengaruhi kinerja drilling?
Jawab:
DRILLING MUD
Purpose
The two primary purposes of drilling mud or drilling fluids are to :
1.. Remove cuttings from the formation produced by the bit at the bottom of the hole
and carry them to the surface. This is achieved by adjusting the rheology of the mud
system.
2.. Maintain hydrostatic equilibrium so that fluids and gas from the formation do not
enter the well bore causing the well to flow, kick or blow out. This is achieved by
adjusting the mud weight (density). High-density additives (barite, hematite) are used for
preparation of kill-weight fluids, which create hydrostatic pressure that prevents water
entering the well or hold the oil/gas inside and prevent blowout, and to physically
stabilize the formation.
Other characteristics are considered important in modern drilling. Some of these include
:
a.. Safe for the environment
b.. Prevent dispersion of reactive clays (gumbo)
c.. Ability to seal formation fractures/voids
d.. Non abrasive to tools and rig equipment
e.. Seal porous rock layer, equalize the pressure, cooling the bit, flush out the cutting &
lubricating the bit
Details of Use
On a drilling rig pumping it with mud pumps through the drill string where it sprays out of
nozzles on the drill bit (cleaning the bit in the process), the mud then travels back up the
annular space between the drill string and the sides of the hole being drilled, up through
the surface casing, and emerges at the surface. Cuttings are then filtered out at the
shale shaker and the mud enters the mud pits. The mud is then pumped back down and
is continuously recirculated. The mud is treated periodically in the mud pits to give it
properties that optimize and improve drilling efficiency.
Composition of drilling mud
Water-based drilling mud may consist of bentonite clay (gel) with additives such as
barium sulfate (barite) or hematite. Various thickeners are used to influence the
viscosity of the fluid, eg. Xanthan Gum, guar gum, glycol, carboxymethylcellulose,
polyanionic cellulose (PAC), or starch. In turn, deflocculants are used to reduce
viscosity of clay-based muds; anionic polyelectrolytes (eg. acrylates, polyphosphates,
lignosulfonates (Lig) or tannic acid derivates (eg. Quebracho) are frequently used. Red
mud was the name for a Quebracho-based mixture, named after the color of the red
tannic acid salts; it was commonly used in 1940s to 1950s, then was obsoleted when
lignosulfates became available. Many other chemicals are also used to maintain or
create some of the properties listed in the section titled "Purpose".
One classification scheme for drilling fluids is based on their composition, and divides
them to
a.. water-base,
b.. non-water (oil, olefin, or other synthetic fluid) base, and gaseous, or pneumatic.
c.. Oil Based and Synthetic Based muds are frequently classified seperatly due to the
vast differences in regulations when using them.
Tanggapan 1:
Kalo bisa saya tambahkan :
pemilihan jenis lumpur pemboran, disesuaikan dengan kandungan/komposisi air
formasi yang berada pada lapisan yang akan ditembus, bisa juga disesuaikan dengan
ada/tidaknya reactive clay pada lapisan tersebut.
fluid loss adalah peristiwa hilangnya sebagian/seluruh lumpur pemboran yang berada
pada kolom drill string, masuk ke dalam formasi.
weighting agent adalah aditive yang bersifat memberi tambahan berat/densitas pada
lumpur pemboran, contohnya adalah barite (BaSO4).
yield point adalah ukuran mengembangnya volume bentonite, biasa diukur dengan
menggunakan alat fann viscometer.
pH control berguna untuk memaintance pH lumpur pemboran bekisar di sekitar 9.
mud cake adalah kerak lumpur yang tertinggal di dinding sumur, dimana filtrat dari
lumpur tersebut telah masuk kedalam formasi.
pada skala lab diukur dengan menggunakan alat API filter press dan HPHT filter press.
Tanggapan 2:
Terima kasih pak atas penjelasannya. Klo pemilihan lumpur bor disesuaikan dengan
jenis formasi yang akan ditembus, siapakah yang memberikan instruksi penggantian
mud (wellsite, driller ato mud engineer?) bila ternyata formasi yang ditembus
memerlukan mud jenis berbeda dari program drilling yang sudah direncanakan?
Tanggapan 3:
Seyogyanya, Drilling Superintendent lah yang memberi instruksi penggantian lumpur.
Penggantian lumpur ditengah jalan (bukan pada casing depth) sebaiknya dihindari
karena problem baru yang bisa timbul
Mungkin saya berikan insight dari pengalaman lapangan dalam penggantian lumpur ini.
Memang benar bahwa formasi lah yang mendikte pemakaian suatu jenis lumpur. Tetapi
ini juga tidak semena mena begitu saja. Maksudnya, umpama kita semua tahu bahwa
lapisan shale paling baik di bor memakai type lumpur oil base (diesel, LT, Synthetic, dll).
Tetapi apakah kalau kita sedang mengebor memakai Water Base mud, apakah kita
harus mengganti dengan Oil Base mud waktu itu juga. Hal ini belum tentu, karena water
based mud pun dapat dipakai untuk mengebor shale - hanya tidak se efficient oil based.
Perlu diketahui bahwa problem mengganti type Lumpur pada open hole cukup besar,
bagaimana cost impact nya dsb. Jadi seorang drilling superintendent harus
mempertimbangkan apakah harus (live with the problem) dari inefficiency pemakaian
water base, atau (cost) penggantian mud system yang lebih cocok, dll.
Sebagai seorang yang manage drilling, paling benar adalah apabila semuanya sudah di
rencanakan pada planning stage sebaik baiknya yang menyangkut Drilling, G&G dan
Mud Provider nya. Inilah yang akan memberikan cost effective drilling.
Kecil dan mudah dipindahkan, seperti yang digunakan dalam pengeboran eksplorasi
mineral
Besar, mampu melakukan pengeboran hingga ribuan meter ke dalam kerak Bumi. Pompa
lumpur yang besar digunakan untuk melakukan sirkulasi lumpur pengeboran melalui
mata bor dan casing (selubung), untuk mendinginkan sekaligus mengambil "bagian tanah
yang terpotong" selama sumur dibor.
Katrol di rig dapat mengangkat ratusan ton pipa. Peralatan lain dapat mendorong asam atau pasir
ke dalam reservoir untuk mengambil contoh minyak dan mineral; akomodasi untuk kru yang bisa
berjumlah ratusan. Rig lepas pantai dapat beroperasi ratusan hingga ribuan kilometer dari pinggir
pantai.
Tanya :
Satu barel minyak mentah (crude oil), kalau sudah melalui proses pengilangan, akan
menghasilkan berapa produk dan banyaknya berapa?
Saya membaca sebuah buku yang menulis:
"a barrel of crude oil from Texas can be refined into 2 barrels of gasoline, 2.8 barrels of kerosene,
1.7 barrels of heating oil, or 2.4 barrels of asphalt."
Saya koq enggak yakin kalau 1 barel minyak mentah setelah dikilang bisa menghasilkan produk
yang lebih dari 1 barel.
Tanggapan 1 : (Doddy Samperuru - Schlumberger)
Secara basik, jumlah & macam produk yg dihasilkan tergantung kepada properti minyak
mentahnya (yg tiap lapangan di seluruh dunia umumnya berbeda-beda) & karakteristik
penyulingannya (misalnya minyak mentah dari lapangan anu jika diproses di penyulingan
Balikpapan bisa berbeda hasilnya dari penyulingan di Balongan).
Data API berikut bisa memberi gambaran (diambil dari average yields penyulingan minyak di
AS tahun 2000):
1 barrel (42 gallon, atau sekitar 159 liter) minyak mentah menghasilkan produk-produk:
1. Gasoline: 19.4 gal
2. Distilate fuel oil (home heating oil & diesel fuel): 9.7 gal
3. Kerosene-type jet fuel: 4.3 gal
Drilling Crew
Tanya :
Mohon pencerahan
1.Siapa saja yang termasuk dalam Drilling Crew, maksud saya posisi apa saja yang termasuk
didalamnya?
2.Berapa jumlah orang dari 1 Drilling Crew?
3.Role & Responsibility dari setiap posisi dalam Drilling Crew meliputi apa saja?
4.Apakah ada requirement tingkat pendidikan minimum untuk setiap
posisi, disamping tentu saja pengalaman kerja?
5.Apakah ada sertifikasi2 khusus yang diwajibkan bagi setiap posisi dalam Drilling Crew
tersebut?
6.Dari mana selama ini kebutuhan manpower untuk Drilling Crew
didapat?
7. Bagaimana treatment untuk mereka yang 'fresh' baik dari university maupun setingkat SMU?
Jawab :
ini boleh aku jawab ya.....sbenernya untuk land mobile rig sendiri ini masih dibagi 2 lagi...ada
drilling crew and work-over crew (yang terakhir ini spesialis memperbaiki sumur....nyabut
packer, milling, fishing ataupun plug-abandon sumur)...
nah buat crew drilling...(ini misalnya disaripari loh....tergantung permintaan kps sendiri....tapi
standarnya-buat rig 550 HP )
1 orang senior toolpusher (24 jam stand-by, rotasinya per 3 minggu....tiap rig biasanya punya 2 sr
toolpusher ini back to back)
1 orang toolpusher (12 jam stand-by, rotasinya per 3 minggu juga tiap rig punya 3 orang
toolpusher)
1 orang driller (driller ma toolpusher ini diusahain selalu berpasangan biar cocok terus pola
kerjanya.....)
1 orang derrickman
3 orang floorman
2 orang roustabout
1 orang mekanik
1 orang helper
1 orang electrician
1 orang mudboy
1 orang safety engineer
(nah mulai dari derrickman ini kebawah tiap rig tinggal dikali 3x untuk 3 shift, siang, malam dan
off schedule)
selain itu masih ada lagi:
1 orang crane operator
1 orang dozer operator
1 orang medic
1 orang access control (jaga pos masuk/keluar rig)
ini biasanya yang umum, kalau ada tambahan lagi biasanya tergantung permintaan kps-nya...atau
kalo lokasinya remote....
Tanggapan 1:
Kalo di offshore seperti crew kami sekarang untuk drilling ada 49 personnel.
Ini tidak termasuk company man atau third party ( service company ).
Jadi cuma Contractor drilling aja.
1 orang OIM ( Offshore Instalation Manager) atau Rig Supt.
2 orang Toolpusher
2 orang Driller
2 orang Asst. Driller
1 orang Electrician
1 orang Asst. Electrician
1 orang Mechanic
1 orang Asst. Mechanic
1 orang Safety Officer
1 orang Barge Engineer/Barge Master
1 orang Electronic Technician
1 orang Deck pusher/ Asst. Barge Engineer.
1 orang Storekeeper
2 orang Derrickman/Pump man
8 orang floorman
4 orang crane Operator
2 orang Head roustabout
12 orang roustabout
2 orang radio operator
2 orang Welder
1 orang Medic
Ini Jumlah untuk 2 crew ( siang dan malam ). Dan 2 crew lagi off.
Untuk Pendidikan tidak terlalu diperhatikan, karena untuk drilling crew dibutuhkan kan cuma
fisik yang kuat untuk bekerja keras dan bener2 mau capek.
Tapi sekarang kelihatannya paling minim sudah SMU.
Requirement offshore biasanya BOSET ( Basic Offshore Safety Emergendy Training ) dan
HUET ( Helicopter Underwater Training ) serta Medical Check. Selebihnya setelah bekerja
perusahaan akan memberikan training yang menunjang atau mendukung pekerjaan tiap2 posisi
tersebut. Seperti HLO, Well Control, Rigging and Slinging, Management System, H2S, Radio
Licence, Crane License, Team building, dll.
Tanggapan 2:
oh iya untuk crew drilling rig, minimum pendidikan smu...tapi sekarang kayanya sudah mulai
wajib untuk pendidikan s1 teknik...
untuk menjadi routabout atau helper tidak diperlukan sertifikat khusus...
tapi untuk floorman harus punya OLB (operator lantai bor), derrickman harus punya OMB
(operator menara bor), dan driller harus punya JB (Juru Bor)...
kalau untuk pimpinan rig semacam toolpusher atau senior toolpushre harus punya AP3 (ini untuk
land rig) atau AP1 (untuk off shore) ini persyaratan standar migas....
kala untuk welder, electrician, mekanik, operator dozer dan cranejuga harus ada sertifikasi juga
dari MIGAS biasanya ada kps yang menetapkan sertifikasi iwcf atau sejenisnya...
nah persyaratan mengambil sertifikasi JB...harus punya pendidikan s1 teknik atau sudah bekerja
di rig minimum sebagai derrickman selama 5 tahun
ps untuk workover rig...mirip bgt sama drilling rig, cuman senior toolpusher namanya diganti
toolpusher....sedangkan toolpusher namanya diganti jadi tourpusher....
Tanggapan 3:
Kalau saya lihat di bawah ini, uraian dari Tanggapan 2 lebih berdasarkan kebutuhan untuk rig2
besar dan complicated (daftar drilling crew nya lebih banyak), sedangkan yang ditulis oleh
Jawab lebih untuk rig2 kecil (biasanya rig darat).
Tinggal pilih aja, mau yang on-shore atau offshore & complicated drilling operations, pasti
jawabannya tidak akan meleset jauh. Semakin kompleks operasi drillingnya, semakin lengkap
pula drilling personnel nya - dan ini biasanya ditulis di dalam Contract Scope of Works (Drilling
Personnel).
Selanjutnya, saya hanya ingin menambahkan sedikit aja, yaitu masalah "sertifikasi" untuk key
drilling personnel (standard DitJen Migas) for your reference:
1. Toolpusher (atau kadang2 disebut juga rig superintendent di rig2 kecil):
Toolpusher (atau Rig Superintendent) ini mewakili drilling contractor di lokasi pengeboran.
Toolpusher bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan drilling operations (dan hal2 lain yang
berhubungan dengan operations) 24 jam sehari.
Toolpusher biasanya orang yang berpengalaman di lapangan pengeboran dan memulai kariernya
dari bawah: bisa dari floorman, derrickman, pump man dan driller. Biasanya orang ini juga
menguasai semua peralatan drilling, dengan pendidikan dan pelatihan2 tambahan untuk diangkat
menjadi Toolpusher.
Sertifikat yang dibutuhkan:
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Ahli Pengendali I --> Untuk offshore
floater (drill ship, semi-submersible drilling rigs).
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Ahli Pengendali II --> Untuk offshore
drilling rigs type duduk (jack-up rig atau swamp barge).
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Ahli Pengendali III --> Untuk operasi
drilling rig di darat.
Pendidikan Minimum:
SLTA dengan minimum pengalaman 7 tahun dengan 3 tahun sebagai driller ATAU sarjana teknik
(atau ijasah AKAMIGAS jurusan bor) dengan 4 tahun pengalaman termasuk 2 tahun sebagai
driller.
2. Driller: Ini orang yang bertanggung jawab langsung dalam pengendalian alat2 bor. Dia
bertanggung jawab dalam mengawasi dan menghandle drilling operation secara langsung
bersama para drilling crew di lantai bor. Driller berada di rig floor dan mengontrol langsung
semua aktifitas di rig floor. Dalam memonitor operasi, Driller dilengkapi dengan intrumen2
kontrol yang ada di driller's console panel, seperti alat untuk memonitor tekanan, pump strokes,
hook load, weight on bit, torsi, dsb.
Sertifikat yang dibutuhkan seorang driller:
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Juru Bor I --> Untuk offshore floater (drill
ship, semi-submersible drilling rigs).
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Juru Bor II --> Untuk offshore drilling rigs
type duduk (jack-up rig atau swamp barge).
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Juru Bor III --> Untuk operasi drilling rig
di darat.
Pendidikan Minimum:
SLTA dengan minimum pengalaman 4 tahun dengan 2 tahun pengalaman sebagai derrickman
ATAU berijasah AKAMIGAS jurusan Bor dengan 2 tahun pengalaman termasuk 1 tahun sebagai
Derrickman.
3. Derrickman:
Sesuai dengan namanya, orang ini bertugas "di atas" menara / derrick pada suatu platform yang
disebut "monkey board" (tapi bukan monyet lho ya :-)) setinggi kira2 90ft di atas rig floor (untuk
rig2 besar). Tugasnya membantu dalam mencabut / menurunkan pipa bor dan menyandarkannya
di pipe rack di derrick. Selama drilling, derrickman biasanya juga bertugas sebagai asisten driller
dan atau di daerah pompa Lumpur atau fasilitas drilling fluid treatment lainnya.
Sertifikat yang dibutuhkan seorang derrickman:
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Operator Menara Bor I --> Untuk offshore
operations.
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Operator Menara Bor II -> Untuk onshore
operations.
Pendidikan Minimum:
SLTP dengan pengalaman minimum 3 tahun sebagai roughneck / floor man.
4. Floormen atau roughnecks atau rotary helpers:
Biasanya 1 crew terdiri dari 2-3 orang dan bertugas di rig floor untuk menangani alat2 drilling,
membantu driller.
Floormen ini adalah pekerja di garis depan di rig floor dan pekerjaan mereka ter-exposed
langsung dengan berbagai drilling hazards yang bisa membawa resiko masing2. Oleh karena itu,
training dan pengalaman yang cukup merupakan kunci utama untuk menghindarkan diri dari
setiap insiden di rig floor.
Sertifikat yang dibutuhkan seorang floorman:
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Operator Lantai Bor I --> Untuk offshore
operations.
- Sertifikat Tenaga Teknik Khusus Pemboran Tingkat Operator Lantai Bor II -> Untuk onshore
operations.
Pendidikan Minimum:
SLTP dengan pengalaman minimum 2 tahun sebagai roustabout (atau pekerja pembantu
pemboran).
Tanggapan 4:
Kalau boleh saya ikut menambahkan....
1.Untuk dalam negeri memang belum ada Institusi yang bisa mencetak SDM Drilling, biasanya
OIL Company mendidik Fresh Graduate untuk dididik jadi Drilling Engineer, sedangkan untuk
Tenaga SDM rig umumnya dari Promosi-promosi dan setelah mencapai jenjang Tertentu,
Company yang membayar mereka untuk sertifikasi.
Alurnya Sbb : Roustabout ke Roughneck ( Pump Man, Shaker Man ) - Derrick Man - Assistant
Driller - Driller - Toolpusher - OIM.
Kalau untuk tenaga Assistan Driller ke bawah Sertifikasi nya cukup dari Dalam Negeri, Migas
Cepu etc ( Rigger Migas, Operator Lantai Bor, Juru Bor ) tapi untuk Driller ke atas Wajib lulus
uji Well Control dari IWCF ( International Well Control Forum ) dan Tenaga tsb andai tidak lulus
berarti dia tidak layak mengemban Posisi tersebut.
4. Lokal dari Migas, sedangkan International dari IWCF, requiremennya dari IADC,
International Association Drilling Contractor
5. Lihat jawaban 3, umumnya di Drilling dan Khususnya di Rig, jenjang dari promosi dari level
bawah ke atas ( lihat jawaban 3 ) sedang di drilling Dari Drilling engineer ke Drilling Supervisor
( Company Man )
tubing didalam sumur meluncur ke bawah akibat gravitasi sehingga reel dipermukaan tertarik
sampai membentur christmas tree yang bisa menimbulkan blow out.
Semua perusahaan jasa coiled tubing berupaya keras untuk menghindari run away, tetapi run
away sudah pernah terjadi dan bagaimanapun resiko run away akan tetap ada.
Kelebihan dari snubbing dalam aspek HSE adalah tidak adanya resiko seperti yang dimiliki oleh
coiled tubing yang dijelaskan diatas.
Kelebihan snubbing dari segi operasi selain bisa mengalirkan hidrokarbon didalamnya, snubbing
dapat dapat memutar pipanya (dimana coiled tubing tidak mungkin melakukannya), dan
snubbingpun memiliki kapasitas tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan coiled tubing
sehingga dapat melakukan pemancingan (fishing job) atau bahkan melakukan work over
(mencabut semua peralatan produksi yang terpasang didalam sumur) dan melakukan
recompletion (pemasangan kembali completion).
Bila coiled tubing kadang-kadang dihindari penggunaanya untuk melakukan squeeze cementing
(karena coiled tubing sulit dibersihkan dari semen yang menempel didalamnya), maka snubbing
yang pipanya mudah dibersihkan adalah sistim yang lebih baik untuk melakukan squeeze
cementing.
Dengan kemampuan berputarnya subbing tidak hanya dapat melakukan through tubing drilling,
lebih jauh lagi snubbing dapat melakukan well deepening (memperdalam sumur dengan membor
dengan cara rotary drilling atau turbo drilling setelah completion dicabut). Sementara itu bila
gerakan berputar perlu dilakukan oleh coiled tubing, maka coiled tubing akan menggunakan
turbin berukuran kecil yang kehandalannya sering dipertanyakan.
Walaupun TFE sudah pernah melakukan colled tubing drilling, menilai kemampuan snubbing
yang lebih besar dari pada coiled tubing saya berpendapat mitos coiled tubing sebagai pengganti
rig adalah keliru sebaliknya snubbing adalah sistim yang lebih tepat untuk mitos tersebut.
Selain TFE setahu saya KPS lain yang menggunakan atau pernah menggunakan snubbing adalah
Unocal, Vico, BP dan Kondur semuanya dengan tingkat keberhasilan operasi yang tinggi dan
biaya yang relatif mudah diperkirakan. Anehnya semua perusahaan jasa snubbing di Indonesia
adalah perusahaan nasional sementara semua perusahaan jasa coiled tubing adalah MNC.
Perusahaan snubbing nasional ini sudah sempat juga go internasional di Asia dan Eropa,
kemungkinan besar mereka dapat bersaing karena sebagian besar pegawai dan expertnya adalah
tenaga nasional sehingga overhead costnya relatif rendah. Sayangnya snubbing yang kadangkadang disebut juga hydraulic work over unit ini kurang dikenal orang karena kurang gencar
melakukan promosi atau sosialisasi, sehingga sayapun tidak tahu di web site mana informasi
tentang snubbing dapat diperoleh
Hendaknya tulisan saya ini tidak menimbulkan anggapan bahwa saya hanya pro
pada snubbing dan kontra pada coiled tubing. Tetapi saya merasa perlu sedikit menjelaskan apa
yang pernah saya lakukan selama belasan tahun dengan baik snubbing maupun coiled tubing di
TFE. Yang saya ingin sampaikan adalah agar kita dapat memilih sistim peralatan yang lebih tepat
sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
Bagaimanapun juga coiled tubing adalah sistim yang paling baik untuk beberapa jenis pekerjaan
seperti stimulasi, well start up ditempat yang tidak memiliki gas alam bertekanan tinggi
(sehingga gaslift oleh snubbing tidak dimungkaikan), perforasi dengan coiled tubing (bila
electric wireline tidak dapat melakukannya) atau production logging dengan coiled tubing (bila
electric wireline atau wireline / slickline unit tidak dapat digunakan).
Diposkan oleh Sang Pangeran di 20:40 0 komentar
3. Casing connection: apakah thread, weld atau dua2nya, mengingat beban torque &
compressive load yg diterima casing akan besar.
4. Formation evaluation: krn sekarang tak ada lagi open-hole, semuanya cased hole,
sementara pada umumnya formation evaluation logging tools didesain utk open-hole.
Oleh sebab itu, LWD (Logging-While-Drilling) sangat direkomendasikan. Utk coring,
prosesnya harus serentak pada saat drilling.
5. Teknik penyemenan, harus dimodifikasi krn sekarang ada BHA utk drilling.
6. Rate-of-penetration: minimal harus sama dgn konvensional ?
7. Pada saat penggantian BHA, casing harus mampu diputar & dikocok-kocokan, juga
lumpur harus bisa disirkulasi.
8. Well testing: harus dilakukan di open-hole zone.
9. Drilling rig harus dimodifikasi utk bisa melakukan CWD (harus bisa dipasang wireline
winch, memerlukan Top-drive dgn BOP yg terintegrated dgn BOP wireline, block &
crown yg khusus, dsb.).
10. Retrieving BHA banyak dilakukan oleh wireline. Sistem wireline tsb harus reliabel.
11. Human resources: semua personnel yg terlibat harus ditraining terlebih dahulu.
Di kita, CWD dulu menjadi standard utk pemasangan production liner utk re-entry side-track di
lapangan Arun (Mobil Oil).
Di area BP West Java, leg penetration berkisar antara 25 - 50 ft untuk Arjuna dan Arimbi Field,
akan tetapi di Bima Field (daerah Zulu dan sekitar kepulauan Seribu), leg penetrationnya bisa >
100ft karena seabednya yang sangat soft (empuk). Pada kasus deep leg penetration, sering
repotnya nanti pada saat rig mau demobilisasi, karena kaki rig itu terperosok sedemikian dalam
sehingga it takes time to get them out (biasanya lalu dibantu dengan jetting untuk "membebaskan
kaki2 rig tsb).
c. Untuk laut dalam (>250 ft), digunakan drillships (floater) atau semi-submersible.
Drilling rig type floaters biasanya dipakai untuk ngebor sumur2 explorasi karena praktis rig jenis
ini gak bisa "nempel" di platform untuk ngebor sumur2 development. Untuk rig jenis ini,
biasanya dilengkapi dengan 8 anchor / jangkar, yang tersebar di sekeliling rig. Setelah rig berada
di posisi sumur, semua jangkar di-deployed dan di "pretension" sampai dengan 300,000lbs untuk
setiap jangkar. Bila jangkar tsb slip pada saat pretension, bisa ditambahkan "piggy back anchor"
di belakang jangkar utama. Sama halnya dengan 'preloading' pada type rig jack up, 'pretension'
selama mooring operations inipun sangat penting di lakukan pada rig jenis floaters agar nantinya
rig benar2 stabil pada saat drilling mode.
Selain itu, rig juga dilengkapi dengan "motion compensator" system untuk mengatasi masalah
heave, pitch dan roll pada rig jenis floaters, sehingga posisi rig floor relative stabil terhadap
lubang sumur at all times. Bahkan di rig2 modern dewasa ini, rig positioning sudah diatur secara
computerized agar tetap stabil on position. Setelah semua urusan moving-in ini selesai, barulah
Inul, eh...., rig siap untuk ngebor.
B. Selanjutnya: "Offshore" Drilling Operations:
1. Conductor Pipe / Structure:
Biasanya berukuran 26" atau 30". Masangnya bisa di drive (ditumbuk pake hammer) atau di bor,
dipasang dan disemen.
Untuk sumur2 development di platform, conductor2 itu umumnya udah di drive duluan oleh
Construction Company di well slots yang ada, sehingga pada saat jack up rig datang tinggal
ngebor aja.
a. Untuk type 30" driven pipe / conductor (1" wall thickness):
Biasanya di drive / ditumbuk sampai mentok @ 350 BPF (blows/ft) --> Angka ini dibatasi agar
conductor tidak collapse akibat over-driven. Kalau seabed nya keras, ya penetrasinya gak dalam,
tapi kalo soft seabed, penetrasinya bisa sampe >150 ft (kayak di Bima field). Untuk ARCO,
mereka dulu prefer pake type D-22 Delmag hammer.
Setelah itu, surface BOP (diverter mode) dipasang untuk ngebor lobang berikutnya.
b. Untuk 30" conductor casing for floater:
Biasanya lobang 36" dib or duluan, terus casing 30" dipasang sampai ke bottom, lalu di semen
seperti prosedur biasa. Ngebornya pun mungkin pake 26" bit dulu, terus lobang dibuka ke 36"
pake underreamer.
Setelah itu dipasang sub-sea BOP stack (diverter mode) sebelum ngebor hole section berikutnya.
Dari point ini sampai terus ke bawah, prosedurnya sama dengan pemboran di darat (On-shore
drilling) sebagai bagian dari hasil casing design dan drilling program:
2. Surface Casing:
Ukurannya biasanya 20" atau 18 5/8" atau 13 3/8". Gunanya untuk memprotect "aquifer" dan
mencapai casing point dengan formation integrity yang lebih kuat agar bisa tutup BOP bila
terjadi well kick. Lobang bisa dibor pake bit
17 1/2" lalu dilebarkan dengan pake 24" hole opener atau underreamer. Lalu casing dipasang
sampai bottom dan disemen kayak biasa.
gejala2 kick (misalnya), akan bisa berakibat fatal karena penanganan yang
terlambat.
Diposkan oleh Sang Pangeran di 03:45 0 komentar
- Pipe handling lebih mudah, derrickman lebih menyukai top drive daripada kelly.
- Secara keseluruhan kesimpulannya... drilling lebih cepat....
Kerugiannya:
- Tentu rig yang punya top drive bakal pasang harga lebih mahal daripada hanya kelly.
- Chief mechanic dan chief electrician membenci top drive, karena menambah lagi satu alat yang
masuk ke daftar equipment yang butuh maintenance di rig. ... :)
- Dan konon katanya, NPT yang dihasilkan oleh top drive lebih banyak ketimbang NPT kellyrotary table..
Diposkan oleh Sang Pangeran di 03:37 0 komentar
ANTARA NEWS
Surabaya (ANTARA News) - Guru besar jurusan Kimia F-MIPA ITS Surabaya, Prof RY Perry
Burhan menyatakan, luapan lumpur di kawasan eksplorasi Lapindo Brantas Inc terjadi akibat
adanya salah prosedur.
"Lapindo tidak salah dalam eksplorasi, karena di bawah permukaan tanah memang benar ada
minyak yang dicari," kata mantan anggota tim bawah permukaan ITS untuk penanganan lumpur
panas itu kepada ANTARA News di Surabaya, Selasa.
Bahkan, katanya, Lapindo sebenarnya sudah mengetahui adanya "diapir" (rongga gelembung di
perut bumi), sehingga pengeboran harus menghindari "diapir". Sebab bila pengeboran minyak
dilakukan tepat di atasnya akan terjadi luapan.
"Tapi, Lapindo tidak tahu ada dimana titik diapir itu, apalagi Lapindo tidak menggunakan casing.
Padahal, dua hari sebelumnya (27/5/2006) terjadi gempa di Jogjakarta," katanya
mengungkapkan.
Menurut guru besar bidang Geo Kimia Organik itu, luapan lumpur yang terjadi sangat mungkin
akibat gesekan dari gempa Jogjakarta, namun hal itu takkan terjadi bila Lapindo melakukan
pengeboran dengan menggunakan casing (selubung).
"Pengeboran tanpa casing untuk permukaan bawah tanah yang memiliki diapir akan berbahaya,"
katanya.
Ia mengatakan, lumpur panas akan terhambat untuk meluap ke atas bila pengeboran Lapindo
lalai mengantisipasi adanya high pressure zone, (2) desain lumpur pemboran yg kurang cermat.
Hal ini diperburuk dgn adanya saluran2 alami dari lubang sumur ke permukaan, bisa krn adanya
fault (patahan), natural fractures or fissures (saluran2 rekahan alami) atau lainnya. Tanpa saluran
alami ini, kick kemungkinan akan lebih dapat diatasi di dalam lubang sumur saja. Faktor nomor
tiga ini, jangankan PT LB, perusahaan minyak multinasional pun tidak akan berkutik dibuatnya.
Diposkan oleh Sang Pangeran di 21:08 0 komentar
3. Pada fase produksi : untuk memonitor kondisi reservoir, seperti menganalisis kontak
antar fluida reservoir (gas-minyak-air), distribusi fluida dan perubahan tekanan reservoir.
Sumur produksi : sumur yang menghasilkan hidrokarbon, baik minyak, gas ataupun
keduanya. Aliran fluida dari bawah ke atas.
Sumur injeksi : sumur untuk menginjeksikan fluida tertentu ke dalam formasi (lihat
Enhanced Oil Recovery di bagian akhir). Aliran fluida dari atas ke bawah.
Sumur berarah (deviated well, directional well) : sumur yang bentuk geometrinya tidak
lurus vertikal, bisa berbentuk huruf S, J atau L.
Sumur horisontal : sumur dimana ada bagiannya yang berbentuk horisontal. Merupakan
bagian dari sumur berarah.
1. Drilling rig : rig yang dipakai untuk membor sumur, baik sumur baru, cabang sumur baru
maupun memperdalam sumur lama.
2. Workover rig : fungsinya untuk melakukan sesuatu terhadap sumur yang telah ada,
misalnya untuk perawatan, perbaikan, penutupan, dsb.
pengendalian sumur (well-control), karena tekanan hidrostatisnya dipakai untuk mencegah fluida
formasi masuk ke dalam sumur. Lumpur juga digunakan untuk membentuk lapisan solid
sepanjang dinding sumur (filter-cake) yang berguna untuk mengontrol fluida yang hilang ke
dalam formasi (fluid-loss).
Bagaimana pengerjaan pemboran sumur dilakukan ?
Pemboran sumur dilakukan dengan mengkombinasikan putaran dan tekanan pada mata bor. Pada
pemboran konvensional, seluruh pipa bor diputar dari atas permukaan oleh alat yang disebut
turntable. Turntable ini diputar oleh mesin diesel, baik secara elektrik ataupun transmisi
mekanikal. Dengan berputar, roda gerigi di mata bor akan menggali bebatuan. Daya dorong mata
bor diperoleh dari berat pipa bor. Semakin dalam sumur dibor, semakin banyak pipa bor yang
dipakai dan disambung satu persatu. Selama pemboran lumpur dipompakan dari pompa lumpur
masuk melalui dalam pipa bor ke bawah menuju mata bor. Nosel di mata bor akan
menginjeksikan lumpur tadi keluar dengan kecepatan tinggi yang akan membantu menggali
bebatuan. Kemudian lumpur naik kembali ke permukaan lewat annulus, yaitu celah antara
lubang sumur dan pipa bor, membawa cutting hasil pemboran.
Mengapa pengerjaan logging dilakukan ?
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan
menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data
properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara
aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan
formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan sensor
penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman
yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke atas.
Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik,
medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan
dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material dinding sumur.
Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu dikonversi
menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital
tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data
yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log. Kemudian log tersebut akan
diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk
pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.
Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat
membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat
lumpur pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya
juga berupa grafik log di atas kertas. LWD berguna untuk memberi informasi formasi
(resistivitas, porositas, sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat pemboran.
Mud logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis dan merekam semua informasi dari
partikel solid, cairan dan gas yang terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat pemboran.
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui berbagai parameter pemboran dan formasi sumur
yang sedang dibor.
5. Untuk membuat cabang beberapa sumur dari satu lubung sumur saja di permukaan.
6. Untuk mengakses reservoir yang terletak di bawah laut tetapi rignya terletak didarat
sehingga dapat lebih murah.
7. Umumnya di offshore, beberapa sumur dapat dibor dari satu platform yang sama
sehingga lebih mudah, cepat dan lebih murah.
8. Untuk relief well ke sumur yang sedang tak terkontrol (blow-out).
9. Untuk membuat sumur horizontal dengan tujuan menaikkan produksi hidrokarbon.
10. Extended reach : sumur yg mempunyai bagian horizontal yang panjangnya lebih dari
5000m.
11. Sumur multilateral : satu lubang sumur di permukaan tetapi mempunyai beberapa cabang
secara lateral di bawah, untuk dapat mengakses beberapa formasi hidrokarbon yang
terpisah.
Pemboran berarah dapat dikerjakan dengan peralatan membor konvensional, dimana pipa bor
diputar dari permukaan untuk memutar mata bor di bawah. Kelemahannya, sudut yang dapat
dibentuk sangat terbatas. Pemboran berarah sekarang lebih umum dilakukan dengan memakai
motor berpenggerak lumpur (mud motor) yang akan memutar mata bor dan dipasang di ujung
pipa pemboran. Seluruh pipa pemboran dari permukaan tidak perlu diputar, pipa pemboran lebih
dapat dilengkungkan sehingga lubang sumur dapat lebih fleksibel untuk diarahkan.
Apakah perforating ?
Perforasi (perforating) adalah proses pelubangan dinding sumur (casing dan lapisan semen)
sehingga sumur dapat berkomunikasi dengan formasi. Minyak atau gas bumi dapat mengalir ke
dalam sumur melalui lubang perforasi ini.
Perforating gun yang berisi beberapa shaped-charges diturunkan ke dalam sumur sampai ke
kedalaman formasi yang dituju. Shaped-charges ini kemudian diledakan dan menghasilkan
semacam semburan jet campuran fluida cair dan gas dari bahan metal bertekanan tinggi (jutaan
psi) dan kecepatan tinggi (7000 m/s) yang mampu menembus casing baja dan lapisan semen.
Semua proses ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat (17s).
Perforasi dapat dilakukan secara elektrikal dengan menggunakan peralatan logging atau juga
secara mekanikal lewat tubing (TCP-Tubing Conveyed Perforations).
(A) Perforating gun berisi shaped-charges diturunkan ke dalam sumur sampai ke formasi yang
dituju.
(B) Shaped-charges diledakan membuat beberapa lubang di casing dan lapisan semen.
(C) Fluida formasi mengalir melalui lubang perforasi ini naik ke permukaan. (gambar dari A
Primer of Oilwell Drilling)
Untuk memperkirakan berapa lama reservoirnya akan berproduksi dan berapa lama akan
menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Teknik ini dilakukan dengan mengkondisikan reservoir ke keadaan dinamis dengan cara
memberi gangguan sehingga tekanan reservoirnya akan berubah. Jika reservoirnya sudah/sedang
berproduksi, tes dilakukan dengan cara menutup sumur untuk mematikan aliran fluidanya.
Teknik ini disebut buildup test. Jika reservoirnya sudah lama idle, maka sumur dialirkan kembali.
Teknik ini disebut drawdown test.
Apakah yang dimaksud dengan artificial lift ?Artificial lift adalah metode untuk mengangkat
hidrokarbon, umumnya minyak bumi, dari dalam sumur ke atas permukaan. Ini biasanya
dikarenakan tekanan reservoirnya tidak cukup tinggi untuk mendorong minyak sampai ke atas
ataupun tidak ekonomis jika mengalir secara alamiah.
Artificial lift umumnya terdiri dari lima macam yang digolongkan menurut jenis peralatannya.
Pertama adalah yang disebut subsurface electrical pumping, menggunakan pompa sentrifugal
bertingkat yang digerakan oleh motor listrik dan dipasang jauh di dalam sumur.
Sub-surface electrical pumping system (gambar dari slb.com)
Yang kedua adalah sistem gas lifting, menginjeksikan gas (umumnya gas alam) ke dalam kolom
minyak di dalam sumur sehingga berat minyak menjadi lebih ringan dan lebih mampu mengalir
sampai ke permukaan.
Gas lifting system (gambar dari slb.com)
Teknik ketiga dengan menggunakan pompa elektrikal-mekanikal yang dipasang di permukaan
yang umum disebut sucker rod pumping atau juga beam pump. Menggunakan prinsip katup
searah (check valve), pompa ini akan mengangkat fluida formasi ke permukaan. Karena
pergerakannya naik turun seperti mengangguk, pompa ini terkenal juga dengan julukan pompa
angguk.
Beam pump (gambar dari slb.com)
Metode keempat disebut sistem jet pump. Fluida dipompakan ke dalam sumur bertekanan tinggi
lalu disemprotkan lewat nosel ke dalam kolom minyak. Melewati lubang nosel, fluida ini akan
bertambah kecepatan dan energi kinetiknya sehingga mampu mendorong minyak sampai ke
permukaan.
Terakhir, sistem yang memakai progressive cavity pump (sejenis dengan mud motor). Pompa
dipasang di dalam sumur tetapi motor dipasang di permukaan. Keduanya dihubungkan dengan
batang baja yang disebut sucker rod.
Sistem jet pump (gambar dari slb.com)
Sistem progressive cavity pump (gambar dari slb.com)
Apa yang dimaksud dengan Enhanced Oil Recovery ?
EOR merupakan teknik lanjutan untuk mengangkat minyak jika berbagai teknik dasar sudah
dilakukan tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan atau tidak ekonomis. Ada tiga macam
teknik EOR yang umum :
1. Teknik termal : menginjeksikan fluida bertemperatur tinggi ke dalam formasi untuk
menurunkan viskositas minyak sehingga mudah mengalir. Dengan menginjeksikan fluida
tersebut, juga diharapkan tekanan reservoir akan naik dan minyak akan terdorong ke arah
sumur produksi. Merupakan teknik EOR yang paling popular. Seringnya menggunakan
air panas (water injection) atau uap air (steam injection).
2. Teknik chemica l: menginjeksikan bahan kimia berupa surfactant atau bahan polimer
untuk mengubah properti fisika dari minyak ataupun fluida yang dipindahkan. Hasilnya,
minyak dapat lebih mudah mengalir.
3. Proses miscible : menginjeksikan fluida pendorong yang akan bercampur dengan minyak
untuk lalu diproduksi. Fluida yang digunakan misalnya larutan hidrokarbon, gas
hidrokarbon, CO2 ataupun gas nitrogen.
Selain bahan bakar, apa saja yang dapat dibuat dari minyak dan gas ?
Ban mobil, disket komputer, kantung plastik, sandal, tali nilon, boneka, bandage, colokan listrik,
crayon warna, atap rumah, skrin teras rumah, kamera, lem, foto, kapsul untuk obat, aspirin,
pupuk, tuts piano, lipstik, jam digital, gantole, kacamata, kartu kredit, balon, shampo, bola golf,
cat rumah, lensa kontak, antiseptik, piring, cangkir, tenda, deodorant, pasta gigi, obat serangga,
CD, gorden bak mandi, pengering rambut, parfum, bola sepak, pakaian, krim pencukur jenggot,
tinta, koper, pelampung, pewarna buatan, kacamata keselamatan, pakaian dalam, lilin, payung,
mobil-mobilan, keyboard komputer, pengawet makanan, pulpen . dan lain-lain tak terhitung
lagi banyaknya.
Kontributor : Doddy Samperuru Schlumberger
Diperoleh dari : wiki Migas Indonesia
Fixed platform (anjungan permanen) merupakan dataran buatan. Rig berada di platform
sampai operasi pemboran selesai. Semua keperluan peralatan dan material berada di platform.
Fixed platform ini cukup stabil dan tidak terpengaruh cuaca. Platform ini banyak digunakan
untuk operasi pemboran pada laut dangkal, misalnya : Laut Jawa. Tetapi sekarang telah
dikembangkan untuk lautdalam, misalnya : Laut Utara. Operasi pemboran pelaksanaannya
seperti di darat, hanya lokasi yang tersedia sangat terbatas. Penyelesaian sumur (well
completion) dengan conventioanal wellhead dan chrismast tree pada platform.
2. MOBILE PLATFORM
A. Bottom Supported Platform
Drilling Barge.
Drilling Barge di operasikan untuk pemboran di daerah rawa atau laut yang sangat dangkal.
Barge ini duduk di dasar rawa/laut, stabil, tidak terpengaruh cuaca dan pasang surut.
Penyelesaian sumur dengan conventional wellhead dan chrismast tree pada platform permanen.
Submersible. Submersible sebenarnya adalah floating platform. Bila dioperasikan pada laut
dangkal, submersible ini didudukkan pada dasar laut dan berfungsi seperti drilling barge.
Jack Up. Jack up berbentuk semacam barge, berukuran besar, tidak mempunyai propeller sendiri,
sehingga untuk menuju ke lokasi harus ditarik dengan kapal tunda (tug boat). Jack-up dilengkapi
dengan kaki-kaki yang dapat terdiri dari tiga, empat, lima kaki atau lebih. Pada posisi pemboran,
kapal diangkat dan berdiri di atas kaki, cukup tinggi di atas air serta di atas jangkauan ombak.
Kedalaman laut terbatas, sesuai dengan panjang kaki. Hingga tahun 1974 kedalaman laut
maximum yang dapat dicapai adalah 350 ft. Jack-up cukup stabil, tidak terpengaruh oleh cuaca,
arus dan ombak. Semua peralatan dan material berada di atas kapal. Operasi pemboran seperti di
atas darat. Pada pemboran pengembangan, biasanya sebelum pemboran dimulai, terlebih dahulu
dipasang jacket, kemudian dipasang konduktor dan ditumbuk. Pada pemboran eksplorasi,
biasanya digunakan mudline suspension, dan dari mudline suspension casing disambungkan ke
atas sampai di platform.casing head dan BOP dipasang pada platform. Penyelesaian sumur dapat
dengan dengan chrismas tree di dasar laut atau di atas platform.
B. Floating Platform
Semi-Submersible.
Semi-Submersible berbentuk seperti kapal dan pada umumnya tidak mempunyai propeller
sendiri sehingga untuk menuju ke lokasi harus ditarik kapal tunda. Karena sifatnya mengapung
(floating), sehingga sangat dipemharuhi oleh alur ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi
pengaruh tersebut harus dijangkar. Sistem penjangkaranada dua macam, yaitu Conventional
Mooring System dan Dynamic Positioning Drill Ship. Drill Ship merupakan bentuk kapal
sepenuhnya dan dilengkapi dengan propeller sendiri. Karena sifatnya mengapung (floating),
sehingga sangat dipengaruhi oleh arus, ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh
tersebut harus dijangkar seperti pada semi sub-mersible.
3. PERALATAN-PERALATAN KHUSUS
Peralatan-peralatan khusus yang ada pada platform dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
Peralatan khusus pada jack-up berupa Mudline suspension system dan Peralatan khusus pada
floating rig berupa Subsea BOP stack, Control System dan Accumulator, Riser System, Well
Head, dan Motion Compensator.
a. Sub sea BOP Stack.
Biasanya dipakai dengan jumlah yang lebih banyak dari pada di darat, dengan maksud untuk
safety serta agar tidak memerlukan penggantian RAM pada saat menurunkan casing. Ukuran
serta pressure rating dinaikkan dan perlu diperhitungkan ke dalam laut (tekanan hidrostatik air).
BOP lebih banyak, berarti lebih banyak fluida untuk buka/tutup. BOP lebih banyak, berarti lebih
besar pressure drop pada flowline dan hal ini perlu diperhitungkan pada proses well control.
Untuk menghindari pressure drop pada flowline, biasanya cairan/minyak untuk pengoperasian
BOP tidak kembali ke tanki, tetapi langsung dibuang ke laut. Susunan kill dan choke manifold
tidak sama dengan di darat. Kill dan choke manifold yang panjang, serta laut yang dalam
berpengaruh pada operasi dan prosedure well control.
b. Control System & Accumulator.
BOP dan semua keranan dibuka dan ditutup secara hidrolis dan harus dapat bekerja dalam waktu
singkat. Ada dua cara untuk mengoperasikan BOP, ialah secara hydraulic dan electrohidraulic
system.
Hydraulic System.
Fluida untuk mengoperasikan BOP stack dicampur, ditekan dan di pompa dari hydraulic unit.
Cairan mengalir lewat hose bundle ke bawah, ke subsea pod. Biasanya dipasang dua pod, satu
sebagai cadangan. Masing-masing pod mempunyai banyak pilot valve, yang diopeasikan secara
hidrolis. Pilot valve inilah yang akan dilaksananakn, fungsi untuk membuka/menutup aliran
fluida hidrolik tekanan tinggi (power fluid) ke masing-masing.BOP atau yang lain dengan
perintah dari permukaan. Untuk hydraulic control system perintah ini berupa tekanan hidrolis
melewati hose kecil-kecil yang diikat menjadi satu (hose bundle).
Electrohydraulic System.
Untuk electrohydraulic system perintah dari atas berupa signal listrik ke solenoid valve.
Selanjutnya solenoid valve ini akan mengatur aliran fluida hydraulic ke pilot valve dan
selanjutnya pilot valve ini akan mengatur aliran fluida hydraulic dengan tekanan tinggi ke BOP.
c. Riser System. Riser system ini meliputi riser pipe, ball joint, slip joint, kill & choke manifold
dan hydraulic connector.
Riser Pipe.
Riser pipe digunakan untuk mengalirkan Lumpur ke permukaan di dalam proses pemboran, serta
memudahkan dalam memasukkan peralatan pemboran seperti pahat dan sebagainya ke dalam
lubang bor. Riser merupakan bagian yang tetap (fixed) dan merupakan bnagian terlemah di atas
BOP. Pada bagian terbawah dari riser dipasang pada ball joint, sedangkan bagian teratas
dipasang slip joint. Kill & choke manifold dipasang pada riser. Pada riser juga sering dipasang
tabung pengapung (buoyancy can) untuk mengurangi berat riser di dalam air.
Slip Joint.
Slip joint dipasang pada bagian teratas dari riser pipe, terdiri dari inner Barrel, dimanan diatasnya
sering dipasang Deverter dan digantung pada kapal dengan bantuan riser tensiduer. Diatas riser
di bawah slip joint juga sering dipasang ball joint.
Ball Joint.
Ball joint dipasang di bawah riser, diatas BOP stack, berfungsi untuk menghilangkan stress pada
pipe riser. Ball joint kedua juga sering dipasang di bawah slip joint.
Hydraulic Connector.
Hydraulic Connector berfungsi untuk menyambungkan casing head atau well head dengan BOP
stack dan BOP stack dengan riser system. Hydraulic connector dioperasikan dari permukaan
secara hidraulis.
d. Well Head.
Sebagai pengganti well head dipakai serangkaian casing untuk masing-masing casing. Masingmasing casing head mempunyai HUG yaitu tempat untuk memasang hydraulic connector dan
mempunyai ulir kiri untuk menyambung dengan running tool pada waktu menurunkan casing
dan juga penyemenan.
e. Motion Compensator.
kapal bergerak vertical secara terus menerus, karena ombak maupun pasang surut. Pada bagian
bawah atau pahat, gerakan ini harus dinetralisir agar berat beban pada pahat (WOB) konstan.
Untuk meksud tersebut maka dipakai motion compensator atau heave compensator. Jadi
traveling block dengan seluruh beban tetap tinggal di tempat, meskipun kapal bergerak naik
turun.
Ada tiga jenis heave compensator, yaitu :
Bumper Sub.
Dipakai long stroke bumper sub, yang dipasang pada drill collar. Tempat pemasangan
diusahakan pada titik netral dari drill collar. Berat drill collar di bawah bumper sub inilah yang
merupakan beban pada pahat.
Wellhead merupakan salah satu komponen penting dalam proses pengeboran selain semen
atau packer.
Wellhead ini dipasang pada setiap akhir dari casing dan tubing string di permukaan
sumur. Di dalam kelompok wellhead, termasuk pula casing head, casing head spool,
tubing head spool dan christmass tree.
Wellhead memiliki dua fungsi yaitu :
1. Sebagai penyangga casing string
Setiap casing dan tubing yang dimasukkan ke dalam sumur secara fisik tergantung pada
wellhead
2. Sebagai tempat terpasangnya alat pengontrol aliran
Wellhead dirancang untuk dapat dihubungkan dengan alat pengontrol aliran dari dan ke
dalam sumur.
Pada tahap pengeboran, alat pengontrol aliran ini dikenal sebagai Blow Out Preventer
Stack atau BOP. BOP ini dipasang pada permukaan wellhead dan digunakan terus hingga
tubing masuk ke dalam sumur.
Pada tahap completion, tugas BOP diganti dengan system pengontrol aliran atau yang dikenal
dengan nama Christmas Tree.
Ada empat tipe dasar dari wellhead, yaitu :
1. Wellhead system konvensional spool
2. Wellhead system compact spool
3. Wellhead system Mud Line Suspension
4. Subsea Wellhead
1. Wellhead Sistem Konvensional Spool
Pada tipe ini Conductor atau surface string joint yang terakhir di install ke
casing head dengan sambungan ulir untuk threaded connection atau sambungan las
untuk welded connection.
Profil dalam casing head disiapkan untuk menyangga casing yang selanjutnya. Untuk
melengkapi proses ini pada joint terakhir casing dipasang hanger dan didudukkan di dalam
casing head. Tipe hanger tersebut dikenal dengan nama slip hanger. Hanger jenis ini
hanya cocok untuk berat casing ringan dan menengah. Untuk hanger alternative dapat digunakan
mandrel hanger dimana casing joint terakhir disambungkan ke hanger tersebut melalui ulir
yang tersedia. http://www.glossary.oilfield.slb.com/DisplayImage.cfm?ID=533
Untuk menjaga casing berikutnya, dipasang casing head spool diatas casing head.
Casing head spool ini memiliki profil dalam yang serupa dengan casing head . Akhirnya untuk
menyangga production tubing string, digunakan spool yang dikenal dengan nama
tubing head spool dan dipasang diatas casing head spool. Setelah completion string
terpasang , barulah BOP dilepas kemudian dipasang Christmas Tree.
2. Wellhead system compact spool
Wellhead system compact spool biasanya dikenal juga dengan beberapa nama
seperti unihead,Uni wellhead atau Unitized wellhead. Sistem ini adalah pengembangan dari
system konvensional spool dimana casing head spool dan tubing head spool terintegrasi menjadi
satu kesatuan. Sehingga system ini dapat menghemat waktu drilling dan meningkatkan
keamanan karena tidak perlu melepas BOP seperti yang terjadi pada system konvensional
dimana BOP harus dilepas pada setiap pemasangan Casing head spool atau Tubing head spool.
Untuk diketahui , dilepasnya BOP memiliki potensi yang membahayakan bagi keamanan sumur,
karena hidrokarbon dapat muncul ke permukaan dengan tekanan tinggi secara tidak terduga
mengingat bagian bawah sumur merupakan daerah yang mengandung hidrokarbon.
Secara garis besar system compact spool atau system dengan satu spool, profil didalamnya telah
disiapkan untuk menyangga lebih dari satu casing string , misalnya penyangga intermediate
casing string, production casing string dan production tubing string berada dalam satu spool ini,
selama proses drilling, BOP tidak perlu untuk dilepas dari spool hingga tahap completion.
Sistem ini juga mencakup pengembangan pada casing dan tubing hanger. Pengembangan
tersebut yaitu casing hanger dan tubing hanger yang digunakan sudah memiliki system sealing
dan penguncian yang terintegrasi dengan badan casing hanger atau tubing hanger
3. Wellhead Sistem Mud Line Suspension
Pada system ini, Wellhead dipasang didasar laut tetapi production casing dan production
tubingnya disambung hingga platform atau production well jacket. Meski demikian, berat
production casing dan production tubing tidak disangga oleh platform atau production well
jacket.
Wellhead terdiri dari dua bagian utama, yakni :
1. Wellhead yang dipasang di dasar laut akan digunakan sebagai penyangga casing
string
2. Perpanjangan (Extension) casing string yang dipasang dari wellhead didasar
laut hingga subsidiary wellhead di platform dimana BOP dan Christmas Tree akan terpasang
Ketika sumur akan selesai, Christmas Tree dipasang diatas wellhead didalam laut atau diatas
permukaan laut dengan menggunakan jacket kecil. Jika Christmas Tree akan dipasang pada
kedalaman laut, maka perpanjangan casing dilepaskan dari wellhead lalu Christmas Tree
dipasang.
Sistem ini dapat dijadikan alternative jika penggunaan sumur ingin ditunda sementara waktu. Hal
ini dapat dilakukan dengan menutup wellhead setelah perpanjangan casing string dilepas dari
Mudline.
4. Subsea Wellhead
Pada Offshore exploration, subsea wellhead ini dapat dijadikan alternative dimana wellhead ini
dipasang pada sumur didasar laut yang dalam (deep water) atau sang
at dalam (ultra deep water ). Subsea
dipermukaan.
Dikarenakan wellhead dipasang didasar laut, maka BOP dan Christmas Tree juga terpasang di
dasar laut.
a
Diposkan oleh Zulkarnain_rifqi di 08.45
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
5 komentar:
1.
aris alfarizki17 Februari 2013 06.41
gmn dpetin tabel las
Balas
2.
nur iman cahyono29 Januari 2014 19.40
APA sih roles and responsibility Dari seorang access control mohon penverahanya
thanks
Balas
3.
Cecep Intanius7 Maret 2014 03.02
mohon dibantu,
untuk pemipaan apa
yg menggunakan standard astm B53?
Balas
4.
Iskandar Dinata5 April 2014 23.02
5.
sulis santosa13 Desember 2014 14.04
maaf saya ingin bertanya mengenai pernyataan ""Bagaimanapun juga coiled tubing
adalah sistim yang paling baik untuk beberapa jenis pekerjaan seperti stimulasi, well start
up ditempat yang tidak memiliki gas alam bertekanan tinggi (sehingga gaslift oleh
snubbing tidak dimungkaikan)"" Itu gimana y penjelasannya?? mohon pencerahan
Balas