Dementia Alzheimer
Dementia Alzheimer
Alzheime
r
Pembimbing:
dr AAA Meidiary, SpS
Oleh :
Arya Suryanditha (0602005021)
Ita Fajria (0602005168)
Tan Shu Ming (0602005249)
Rubini Sivarajah (0602005259)
Definisi
Demensia adalah suatu sindroma
penurunan kemampuan intelektual
progresif
yang
menyebabkan
deteriorasi kondisi dan fungsional,
sehingga mengakibatkan gangguan
fungsi social,pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari.(
Definasi
dementia
menurut menurut ICD-10, DSM IV,
NINCDS-ARDA, PPDGJ-111).
Etiologi
Penyakit Alzheimer adalah suatu jenis
demensia umum yang tidak diketahui
penyebabnya.
Penelitian
otopsi
mengungkapkan bahwa lebih dari
setengah penderita yang meninggal
karena demensia senil mengalami
penyakit jenis Alzheimer ini.
Patofisiologi
Kelainan
neurotransmitter
Protein prekursor amyloid
Penyebab potensial lainnya:
1.
2.
3.
Manifestasi Klinis
3. Dementia modera
Deteriorasi progresif
Tidak mampu membaca & menulis
Gangguan long-term memori
Subtitusi penggunaan kata (parafasia)
Misidentifikasi
Labil dan mudah marah
Delusi
Inkontinen system urinaria
4. Dementia tahap lanjut (advanced)
Tidak dapat mengurus diri secara
Kehilangan kemampuan verbal total
Agresif
Apatis ekstrim
Deteriorasi massa otot & mobilitas
Kehilangan kemampuan untuk makan
Berdasarkan stadium:
Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun)
Memori : defek daya ingat baru (leaning), gangguan
recall ringan
Kemampuan Visuospatial : disorientasi topografi, tidak
mampu membentuk complex
Bahasa : sulit membentuk kata baru, anomia
Personalitas : indiferens,kadang-kadang mudah marah
Manifestasi psikiatri: sedih atau beberapa delusi
Sistem motorik : normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET/SPECT : bilateral posterior
hypometabolism/hyperfusion
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
obatan
Riwayat
medis meliputi
medik umum
Neurologi umum
Neurobehaviour
psikiatrik
keracunan, nutrisi, obatkeluarga
Pemeriksaan Dementia
Alzheimer
Untuk menentukan penyakit ini dapat
dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang yaitu:
A. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan
tanpa adanya konfirmasi neuropatologi.
Secara umum didapatkan atropi yang
bilateral, simetris, seringkali berat
otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
atropi lebih menonjol pada lobus
temporoparietal, anterior frontal ,
B. Pemeriksaan Neuropsikologik
untuk
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas
bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatkan perubahan gelombang
lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan
penurunan aliran darah, metabolisma O2, dan
glukosa didaerah serebral.
7. Laboratorium darah
untuk menyingkirkan penyebab penyakit
demensia lainnya seperti pemeriksaan darah
rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal
dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis,
skreening antibody yang dilakukan secara
selektif.
Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosa klinis penyakit
alzheimer yaitu:
1. Kriteria diagnosis tersangka penyakit alzheimer
terdiri dari:
Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan
pemeriksaan status Mini mental atau beberapa
pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test
neuropsikologik
Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi >2
Tidak ada gangguan tingkat kesadaran
Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65 tahun
Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak
lainnya.
Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding dari demensia
pada penyakit alzheimer anatara lain
gangguan depresif
Delirium
sindroma amnesik organik
demensia primer lainya seperti pada
penyakit Pick, Creutzfeldt-Jakob atau
Huntington, demensia sekunder berkaitan
dengan berbagai penyakit fisik, kondisi
toksik, retradasi mental ringan, sedang, dan
berat.
Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat
terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis
masih belum jelas.
1. Inhibitor kolinesterase
Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin
dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja
secara sentral seperti fisostigmin, THA
(tetrahydroaminoacridine).
dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung..
antara lain donepezil 5-10 mg, rivastigmine 6-12
mg dan galantamine 8-24 mg.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa
pada penderita alzheimer didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase
dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate
(75%) dan transketolase (45%) krn
kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Pemberian thiamin hydrochlorida dengan
dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral,
menunjukkan perbaikan bermakna
terhadap fungsi kognisi dibandingkan
placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan
dapat memperbaiki fungsi kognisi dan proses
belajar pada percobaan binatang. Tetapi
pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer
tidak menunjukkan perbaikan klinis yang
bermakna.
4. Klonidin
Pemberian klonidin (catapres) yang
merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor
agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral
selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang
memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5. Haloperiodol
Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4
minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila
penderita alzheimer menderita depresi sebaiknya
diberikan tricyclic anti depresant (amitryptiline 25100 mg/hari)
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa
didalam mitokondria dengan bantuan enzym ALC
transferase.
ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil
kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada
pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun
dalam pengobatan, disimpulkan bahwa dapat
memperbaiki atau menghambat progresifitas
kerusakan fungsi kognitif.
Prognosis
Nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu:
1. Derajat beratnya penyakit
2. Variabilitas gambaran klinis
3. Perbedaan individual seperti usia, keluarga
demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata
faktor pertama yang paling mempengaruhi
prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan
penyakit alzheimer mempunyai angka harapan
hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis
dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi
sekunder, seperti pneumonia.
TERIMA KASIH