ZZ Portofolio Etika Tentamen Suicide
ZZ Portofolio Etika Tentamen Suicide
Diskusi
Riset
Presentasi dan
Kasus
Audit
Pos
Membahas
Diskusi
DATA PASIEN
Nama : Bp. P
No. Registrasi : 220196
Nama Klinik : IGD
Telp : Terdaftar sejak : 16 Juli 2014 (19.30)
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : Tentamen Suicide
2. Gambaran Klinis (Riwayat Penyakit Sekarang) :
Pasien laki-laki, 25 tahun, datang ke IGD dibawa keluarga dengan keluhan mual, muntah
sering, nyeri perut ulu hati, dan pusing setelah meminum obat pembasmi serangga (baygon)
kurang lebih 1 jam yang lalu sebagai bentuk percobaan bunuh diri. Pasien ada masalah
dengan keluarga (istri).
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Percobaan Bunuh Diri sebelumnya : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan Serupa : disangkal
5. Riwayat Sosio-Ekonomi : Pekerjaan Buruh Srabutan, Pasien Jamkesmas
DAFTAR PUSTAKA :
Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1998. Buku Pedoman
Pelayanan Kedaruratan Psikiatrik di RSU.Jakarta: Depkes
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC
Kusumobroto H.O. dan Nusi I.A. 2008. Toksikologi dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Penyakit Dalam. Surabaya: UNAIR press
HASIL PEMBELAJARAN :
1. Mengetahui tentang tentamen suicide
2. Mengetahui cara penatalaksanaan tentamen suicide di Instalasi Gawat Darurat terutama
1
Muntah
B. Keluhan Penyerta
masalah dengan keluarga (istri), terkait keuangan keluarga yang kurang.Muntah darah
(-), Diare (-), Kejang (-), Sesak (-), Air Liur berlebih (-), Tremor (-).
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Percobaan Bunuh Diri sebelumnya : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
F.
G.
: disangkal
: disangkal
: 130/80 mmHg
Nadi
Respirasi
: 22 x / menit
Suhu
D. Kepala
G. Hidung
lidah tiphoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka pada sudut
bibir (-), foetor ex ore (-).
I.
Leher
Limfonodi
kelenjar
limfe
retroaurikuler,
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pulmo :
Depan
Inspeksi
Statis
Dinamis
Palpasi
Statis
: simetris
Dinamis
Perkusi
Auskultasi
Kanan
: suara dasar vesikuler normal, ronchi basah kasar (-), wheezing (-).
Kiri
: suara dasar vesikuler normal, ronchi basah kasar (-), wheezing (-).
L.Abdomen
Inspeksi
: dinding perut sejajar dari dinding dada, distended (-), ikterik (-),
venectasi (-), sikatriks (-), striae (-), edema (-).
Auskultasi
Perkusi
: tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok
costovertebral kiri (-), area troube tympani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (+) region epigastrium, hepar dan lien tidak teraba.
M. Genitourinaria
N. Ekstremitas :
4
Edema
Sianosis
Pucat
Akral dingin
Luka
Deformitas
Ikterik
Petekie
Sponn nail
Kuku pucat
Clubing finger
Hiperpigmentasi
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Extremitas superior
Dextra
Sinistra
5
5
Normal
Normal
+2
+2
-
Extremitas inferior
Dextra
Sinistra
5
5
Normal
Normal
+2
+2
-
ASSESSMENT
TENTAMEN SUICIDE
PLANNING
I.
TERAPI DI IGD
Dokter bekerja dengan etika non-maleficence
O2 3 lpm Canul Nasal
Pasang NGT no 23
Kumbah Lambung dengan Air Susu
Jumlah dan warna cairan susu yang masuk dan keluar dievaluasi
Masuk 500 cc putih susu Keluar kira2 400 450 cc putih kotor
Masuk 500 cc putih susu Keluar kira2 400 450 cc putih agak kotr
Masuk 500 cc putih susu Keluar kira2 400 450 cc putih susu
4. Norit (karbon aktif) 10 tablet dilarutkan air mineral masuk via NGT (setelah kumbah
lambung)
5. PASIEN MENOLAK DIINFUS/MONDOK
Pasien diobservasi selama 2 jam di IGD KUVS stabil, keluhan berkurang banyak.
Dokter bekerja dengan etika autonomy
Pasien pulang APS, selang NGT dilepas, edukasi keluarga
a. Pasien di rumah harus dalam pemantauan ketat, ada kemungkinan percobaan bunuh diri
terulang
b. Mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi
c. Dukungan moril dan spiritual kepada pasien
d. Jika pasien ada keluhan atau kondisi malah semakin memburuk, segera dibawa ke IGD
7. Kasus Tentamen Suicide Kartu Jamkesmas tidak bisa digunakan, status pasien menjadi
UMUM.
5
8. Resep Pulang
Norit
4 x 250 mg
Ranitidin 2 x 150 mg
JIKA PASIEN BERSEDIA MONDOK
Dokter bekerja dengan etika beneficence
IFVD RL : D5% 1:1 20 tpm
Injeksi ranitidine 50 mg/12 jam
Injeksi ceftriakson 2 g/24 jam (konfirmasi hasil laboratorium, jika AL meningkat)
Jika didapati gejala sistemik/gejala berat, pestisida sudah masuk dalam pembuluh darah,
Organophosphate
Injeksi SA 1 mg 2,5 mg (4 6 amp) dilanjutkan dosis
0,5 mg 1 mg (2 4 amp) setiap 10 menit sampai timbul gejala atropinisasi
(muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, psikosis) kemudian
interval diperpanjang 12 30 60 menit, 2 4 6 12 jam
Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam
Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal
Carbamat
Injeksi SA 2 mg oral/SC single dose
Konsul Internis (leader), raber dengan Psikiater
II. MONITORING
Jika Mondok :
Cek Darah Lengkap, Pemeriksaan kadar enzim KhE (kholinesterase), Ro thorax
TINJAUAN PUSTAKA
A. TENTAMEN SUICIDE
Definisi
Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan
menghabisi nyawa sendiri.
2.
Epidemiologi
Perilaku ini berkaitan dengan berbagai hal seperti jenis kelamin, umur, ras, dan situasi
kehidupan.
a. Keterkaitan bunuh diri dengan jenis kelamin. Pria lebih banyak yang berhasil bunuh diri
daripada wanita dengan ratio 3 :1, meskipun usaha bunuh diri lebih banyak pada wanita
dengan ratio 3 : 1.
b. Keterkaitan bunuh diri dengan usia. Resiko bunuh diri meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Resiko tertinggi adalah pada usia pertengahan (biasanya berusia diatas
45 tahun) dan usia tua. Namun belakangan ini dilaporkan banyak juga kasus bunuh diri
pada pria muda.
c. Keterkaitannya dengan ras. Secara keseluruhan resiko bunuh diri lebih tinggi pada kulit
putih dari pada kulit berwarna, kecuali pada suku Indian dan Eskimo. Dikota-kota besar
angka bunuh diri pada kulit hitam mendekati angka kulit putih.
d. Keterkaitannya dengan status pernikahan. Resiko bunuh diri dua kali lebih banyak pada
mereka yang tidak menikah dibanding dengan yang menikah. Begitu pula pada mereka
7
yang bercerai, janda dan duda. Di Amerika angka bunuh diri per 100.000
penduduk, menikah : 11, janda : 24, bercerai (pria : 69 dan wanita : 18)
e. Bunuh diri juga berhubungan dengan situasi kehidupan. Resiko bunuh diri lebih pada
mereka yang tidak mempunyai pekerjaan termasuk pengangguran dan pensiunan.
3.
Etiologi
Kira-kira 90 % dari orang yang melakukan bunuh diri menderita gangguan jiwa.
Gangguan yang paling sering meliputi :
a. Episode depresi, beberapa dari pasien menggunakan obat antidepresi merka untuk
membunuh diri. Obat SSRI baru aman dalam hal ini
b. Gangguan Kepribadian, kepribadian paranoid dan kepribadian ambang (emosi tak stabil).
c. Insomnia berat walaupun tanpa disertai depresi dapat meningkatkan resiko bunuh diri.
d. Penggunaan alkohol dan obat-obatan sering juga merupakan perilaku bunuh diri dalam
jangka panjang maupun singkat bila digunakan secara berlebihan.
e. Skizofrenia disertai suasana perasaan yang depresif, gagasan bunuh diri, gangguan proses
f.
hidup.
g. Problem ekonomi.
4.
Penanganan di IGD
Tingkat kesadaran pasien dengan percobaan bunuh diri yang dibawa ke UGD dapat berupa :
a.
2)
Beneficence
b.
Non - Maleficence
c.
Justice
d.
Autonomi
2.
Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan
terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence
menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang
buruk.Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;
a.
Mengutamakan Alturisme
b.
c.
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokter
d.
e.
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya
f.
g.
h.
i.
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang
lain inginkan
j.
k.
l.
3. Non Maleficence
Non-maleficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap
berlaku dan harus diikuti. Non-maleficence mempunyai ciri-ciri:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Menghindari misrepresentasi
j.
k.
4. Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap
individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri.
Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.
Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan
pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip prinsip sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
k.
l.
5. Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan
perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikapdan pelayanan dokter terhadap
pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :
a.
b.
c.
Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
d.
e.
f.
g.
h.
Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan
sebagainya
i.
j.
k.
l.
m. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
n.
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
o.
Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
p.
C. KERACUNAN PESTISIDA
1. Defenisi
Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam tubuh manusia melalui
kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.
11
2. Epidemiologi
12
pestisida akut terjadi. Untuk memperkirakan jumlah keracunan pestisida kronis di seluruh
dunia sangat sulit.
3. Penyebab
Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan pestisida adalah keracunan
akibat kecelakaan; keracunan berupa tindakan bunuh diri, pajanan melalui kontaminasi
lingkungan atau tempat kerja (okupasional).
a. Kecelakaan dan Tindakan Bunuh diri
Tindakan bunuh diri dengan pestisida merupakan masalah kesehatan besar yang
tersembunyi masyarakat. Ini adalah salah satu bentuk keracunan pestisida yang paling
umum dan banyak terjadi. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 300.000
orang meninggal dari menyakiti diri setiap tahun di wilayah Asia-Pasifik. Sebagian besar
kasus keracunan pestisida yang disengaja adalah tindakan impulsif yang dilakukan oleh
seseorang pada kondisi tertekan atau stres, dan ketersediaan pestisida yang sangat mudah
diperoleh memiliki peran atas kejadian keracunan.
b. Okupasional
Keracunan pestisida merupakan masalah kesehatan yang penting pada lingkungan
kerja karena pestisida digunakan pada sejumlah besar industri. Hal ini menyebabkan
kondisi kategori pekerja beresiko langsung terhadap paparan pestisda. Namu pekerja di
industri lain pun bahkan beresiko untuk terkena juga. Sebagai contoh, ketersediaan
pestisida secara komersial di toko-toko menyebabkan pekerja ritel berada pada risiko
pajanan dan penyakit ketika mereka menangani produk-produk pestisida.
Fungsi pekerjaan yang berbeda menyebabkan bervariasinya tingkat paparan.
Eksposur pekerjaan Sebagian besar disebabkan oleh penyerapan melalui kulit yang
terbuka seperti wajah, tangan, lengan, leher, dan dada. Paparan ini kadang-kadang
ditingkatkan dengan inhalasi pengaturan termasuk penyemprotan operasi di rumah kaca
dan lingkungan tertutup lain, taksi traktor, dan penyemprotan pestisida menggunakan
blower atau spray.
13
pestisida.
Namun yang paling berbahaya adalah pekerjaan mencampur pestisida. Saat mencampur,
kita bekerja dengan konsentrat (pestisida dengan kadar tinggi), sedang saat menyemprot
kita bekerja dengan pestisida yang sudah diencerkan.
4. Patofisiologi
a. Organoklorin
Beberapa jenis organofosfat tertentu telah lama diketahui memiliki efek toksisitas
delayed onset pada sel-sel saraf, yang sering kali bersifat ireversibel. Beberapa studi telah
menunjukkan defisit terus-menerus dalam fungsi kognitif pada pekerja terpajan terhadap
pestisida. Bukti Baru menunjukkan bahwa pestisida dapat menyebabkan neurotoksisitas
perkembangan pada dosis yang lebih rendah dan tanpa depresi kadar cholinesterase di
plasma.
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yakni melalui
kontaminasi memalui kulit (dermal Contamination), terhisap masuk kedalam saluran
pernafasan (inhalation) dan masuk melalui saluran pencernaan makanan lewat mulut (oral).
Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons) sebagian besar
menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel syaraf (Schwanncells)
sehingga fungsi syaraf terganggu. Keracunan dapat menyebabkan kematian atau pulih
kembali. Kepulihan bukan disebabkan karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi
karena disimpan dalam lemak tubuh. Semua insektisida OK sukar terurai oleh faktor-faktor
lingkungan dan bersifat persisten, Mereka cenderung menempel pada lemak dan partikel
tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi akumulasi, demikian pula di dalam
tanah. Akibat keracunan biasanya terasa setelah waktu yang lama, terutama bila dosis
kematian (lethal dose) telah tercapai. Hal inilah yang menyebabkan sehingga penggunaan
OK pada saat ini semakin berkurang dan dibatasi.
Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan keracunan lingkungan yang
terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu peningkatan daya racun
suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup, karena reaksi hayati tertentu. Semua senyawa
OF(organofosfat,o rganophospates) dan KB (karbamat,carbamate s) bersifat perintang ChE
(ensimcho line esterase), ensim yang berperan dalam penerusan rangsangan syaraf.
Keracunan dapat terjadi karena gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan
menyebabkan kematian atau dapat pulih kembali. waktu residu dari OF dan KB ini tidak
berlangsung lama sehingga keracunan kronis terhadap lingkungan cenderung tidak terjadi
karena faktor-faktor lingkungan mudah menguraikan senyawa-senyawa OF dan KB
menjadi komponen yang tidak beracun. Walaupun demikian senyawa ini merupakan racun
akut sehingga dalam penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat perlu diperhatikan.
Karena bahaya yang ditimbulkannya dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama,
sebagian besar insektisida dan sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah dari
golongan OF dan KB.
Parameter yang digunakan untuk menilai efek keracunan pestisida terhadap
mamalia dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50 %) yang menunjukkan banyaknya
pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor binatang-uji, yang
dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari antara 100 ekor yang diberidose tersebut.
Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral (termakan) dan LD50 akut
15
dermal (terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari percobaan-percobaan dengan tikus
putih. Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan bahwa pestisida yang
bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi manusia. LD50 yang rendah (di bawah 100)
menunjukkan hal sebaliknya.
5. Diagnosis
Sebagian penyakit terkait pestisida memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan kondisi
medis umum (seperti pada gejala keracunan yang dijelaskan sebelumnya), sehingga riwayat
lingkungan dan pekerjaan yang lengkap dan rinci sangat penting untuk mendiagnosis dengan
benar sebuah keadaan keracunan pestisida. Pertanyaan skrining tambahan tentang pekerjaan
pasien dan lingkungan rumah juga dapat menunjukkan apakah ada potensi keracunan
pestisida.
Jika seseorang terpapar secara teratur menggunakan pestisida karbamat dan
organofosfat, penting untuk dilakukan pengujian kadar enzim Cholinesterase sebagai data
awal. Cholinesterase adalah enzim yang penting dari sistem saraf. Dan terdapat kelompokkelompok kimia yang mampu membunuh hama juga berpotensi berbahaya atau bahkan dapat
membunuh manusia melalui mekanisme penghambat enzim cholinesterase, salah satunya
adalah golongan pestisida. Jika seseorang telah memiliki tes awal dan kemudian tersangka
keracunan, kita dapat mengidentifikasi tingkat masalah dengan perbandingan tingkat
cholinesterase saat ini dengan kadar cholinesterase pada data awal. Hal ini sangat bermanfaat
untuk mendiagnosis keracunan pestisida terkait kerja pada pekerja beresiko.
Umumnya gejala keracunan organofosfat atau karbamat baru akan dilihat jika aktivitas
kolinestrase darah menurun sampai 30%. Namun penurunan sampai 50% pada pengguna
pstisida diambil sebagai batas, dan disarankan agar penderita menghentikan pekerjaan yang
berhubungan dengan pestisida.
6. Pencegahan Keracunan Pestisida
a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary prevention)
Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti
petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda keracunan pestisida.
Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Sebagai upaya pencegahan
terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang membahayakan kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah membuat dan mensosialisasikan sebuah
pedoman bagi masyarakat yang memanfaatkan Pestisida
16
PESTISIDA atau bahan pembasmi serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat
petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun
yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik
dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar
adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya
bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut,
dan mata.
MEMBELI PESTISIDA
1. Belilah pestisida di tempat penjualan resmi
2. Belilah pestisida yang masih mempunyai label. LABEL adalah merek dan keterangan
singkat tentang pemakaian dan bahayanya.
3. Belilah pestisida yang wadahnya masih utuh, tidak bocor.
MENGANGKUT PESTISIDA
1. Sewaktu membawa pestisida, wadahnya harus tertutup kuat
2. Dalam membawa harus ditempatkan terpisah dari makanan, dan pakaian bersih.
MENYIMPAN PESTISIDA
1. Pestisida harus disimpan dalam wadah atau pembungkus aslinya, yang labelnya
masih utuh dan jelas.
2. Letakkan tidak terbalik, bagian yang dapat dibuka berada disebelah atas
3. Simpan ditempat khusus yang jauh dari jangkauan anak-anak, jauh dari
makanan, bahan makan dan alat-alat makan, jauh dari sumur, serta terkunci.
4. Wadah pestisida harus tertutup rapat, dan tidak bocor
5. Ruang tempat menyimpan pestisida harus mempunyai ventilasi (pertukaran
udara ).
6. Wadah pestisida tidak boleh kena sinar matahari langsung
7. Wadah pestisida tidak boleh terkena air hujan.
8. Jika pada suatu saat pestisida yang tersedia di rumah lebih dari satu
wadah dan satu macam, dalam penyimpanannya harus dikelompokan menurut jenisnya
dan menurut ukuran wadahnya.
18
19
Untuk mengeluarkan racun dari tubuh, biasanya dilakukan pencucian lambung (lavase lambung,
bilas
lambung).
Obat-obatan seperti sirup ipekak dapat digunakan untuk merangsang muntah dan obat
pencahar
digunakan
untuk
mengosongkan
usus.
Jika muntah dan mual berlangsung terus menerus, maka diberikan cairan intravena (melalui
pembuluh darah) yang mengandung gula dan garam untuk memperbaiki dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Pereda nyeri mungkin diperlukan bila kram perut
sangat
hebat.
Mungkin juga diperlukan alat bantu nafas dan perawatan di ruang intensif. Siapapun yang
menjadi sakit setelah makan jamur yang tidak dikenal, harus mencoba untuk segera muntah
dan memeriksakan muntahannya ke laboratorium, karena jamur yang berbeda memerlukan
penanganan yang berbeda pula. Atropin diberikan untuk keracunan muskarin. Pada
keracunan faloidin, diberikan makanan yang mengandung banyak karbohidrat dan infus
cairan dekstrosa dan natrium klorida, yang akan membantu memperbaiki kadar gula yang
rendah dalam darah (hipoglikemia) yang disebabkan oleh kerusakan hati. Manitol, yang
diberikan melalui infus, kadang-kadang digunakan untuk mengatasi keracunan siguatera
yang berat. Anti-histamin (penghalang histamin) diberikan untuk mengurangi gejala-gejala
karena
keracunan
histamin
dari
ikan.
Medicastore > Kategori Penyakit
Lantas pertolongan pertama seperti apa yang mesti kita lakukan saat ada korban akibat keracunan?
Menurut para ahli makanan dan dokter, pertolongan pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan
memberikan karbon aktif atau arang aktif ke korban. Di pasaran, ada arang aktif yang dijual. Salah
satu yang terkenal norit. Tablet berwarna hitam ini punya sifat arang aktif yang mampu menyerap
apapun yang ada di sekitarnya, termasuk racun. Semakin banyak yang dimakan, semakin banyak racun
yang diserap. Hanya saja, norit cuma menyerap racun yang masih di saluran pencernaan dan belum
ikut beredar dalam darah. Menurut Mulyadi, bahan baku norit relatif aman dikonsumsi. "Orang boleh
mengkonsumsi norit sampai 20 tablet sekaligus," kata dia. Meskipun norit mampu menyerap banyak
racun, norit nyatanya juga menyerap zat gizi dan vitamin yang terdapat pada makanan. Oleh karena
itu, saat menenggak norit, korban juga harus terus diberikan minum air putih untuk menggantikan zat
yang ikut terserap norit. Bila norit tak tersedia, kita bisa menggantikannya dengan susu. Mulyadi
bilang, susu memiliki kelebihan mengikat racun yang ada dalam tubuh agar tak beredar dalam tubuh.
Susu juga bisa merangsang muntah sehingga makanan beracun bisa ikut keluar. Namun, tak semua
korban keracunan bisa diberikan susu atau norit. Korban keracunan karena zat korosif seperti bensin
dan minyak tanah pantang mengonsumsi susu dan norit. Pemberian susu dan norit malah bisa
memperparah. "Ada baiknya, mereka langsung dibawa ke ke rumah sakit," kata Mulyadi. Jika korban
keracunan anak-anak, pemberian susu juga tak disarankan. "Jika mereka dirangsang muntah bisa
membuat mereka tersedak dan malah bisa berakibat fatal," ajar Mulyadi. Hal penting dalam
penanganan korban keracunan adalah memperhatikan jamlah cairan dalam tubuh. Reaksi keracunan
adalah muntahmuntah dan diare. Bila itu terjadi terus-menerus, penderita pasti kehilangan banyak
cairan dan bisa berakibat dehidrasi. Air kelapa yang mengandung elektrolit bisa membantu korban
yang banyak kehilangan cairan. (Sanny Cicilia Simbolon)
20