Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Space Occupying Lesion


(SOL)

Oleh:
Rahmania Eka Sagita
0608151744

Pembimbing:

Dr. Amsar AT, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011

RSUD ARIFIN ACHMAD


Fakultas Kedokteran UR
SMF/ BAGIAN SARAF
Sekretariat : SMF Saraf Irna Medikal Lantai 4
Jl. Diponegoro No. 2 Telp. (0761) 7026225

PE K AN B AR U
STATUS PASIEN
Nama Koass
NIM/NUK
Pembimbing
I.

Rahmania Eka Sagita


0608151744
Dr. Amsar AT, Sp.S

IDENTITAS PASIEN

Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Status perkawinan
Pekerjaan
Tanggal Masuk RS
Medical Record

Ny. S
42 tahun
Perempuan
Parit Pak Imar / Tembilahan Indragiri Hilir
Islam
Kawin
IRT
22 November 2011
74 42 93

II. ANAMNESIS

: Autoanamnesis dan alloanamnesis

Keluhan Utama
Kedua mata tidak bisa melihat.
Riwayat Penyakit Sekarang
8 bulan SMRS pasien mengeluhkan pandangan kabur sebelah kiri. Pasien
hanya bisa melihat bayangan orang yang lewat. 5 bulan SMRS kedua mata
pasien tidak bisa melihat sama sekali (pandangan gelap). Pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala hilang timbul yang dirasakan di seluruh bagian
kepala. Nyeri dapat muncul tiba-tiba, saat istirahat ataupun aktivitas, nyeri
tidak didahului faktor pencetus. Nyeri terasa seperti ditimpa beban berat, dan
leher juga terasa berat, nyeri dirasakan sekitar 1-2 jam. Saat nyeri kepala pasien
minum obat dari bidan Puskesmas ataupun obat warung.

Tangan kanan dan kiri pasien terus bergerak/gemetar kecuali saat tidur, sejak
13 bulan yang lalu. Pasien masih dalam keadaan sadar (tidak ada penurunan
kesadaran), mual muntah tidak ada, kejang tidak ada, kelemahan anggota gerak
tidak ada, trauma kepala tidak ada, perubahan perilaku tidak ada, gangguan
keseimbangan tidak ada, gangguan berbicara tidak ada, gangguan pendengaran
tidak ada, gangguan pengecap dan penciuman tidak ada, demam tidak ada,
batuk lama tidak ada, sesak nafas tidak ada, penurunan berat badan (+) sejak
sakit tapi tidak terlalu dratis, pasien tidak mengetahui berat badan yang hilang.
1 minggu yang lalu pasien dibawa ke RS Tembilahan, namun keluhan tidak
berkurang dan kemudian pasien dibawa ke RSUD AA Pekanbaru.
BAB dan BAK pasien normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat trauma kepala tidak ada.
Riwayat DM tidak ada.
Riwayat infeksi di telinga, hidung dan tenggorokan tidak ada.
Riwayat terpapar radiasi tidak ada.
Riwayat penurunan berat badan secara drastis disangkal.
Riwayat menderita tumor disangkal.
Riwayat memakai kontrasepsi, selama tahunan tapi pasien tidak ingat berapa
lama, dan berhenti sejak 8 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama.
Tidak ada riwayat tumor dalam keluarga.
RESUME ANAMNESIS
Ny. S, usia 42 tahun, dengan keluhan utama kedua mata tidak bisa melihat.
Pandangan gelap sejak 5 bulan SMRS. Tangan kanan dan kaki kanan pasien terus
bergerak/bergetar tanpa disadari. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala yang
3

hilang timbul, nyeri kepala seperti ditimpa benda berat, dirasakan pada seluruh
bagian kepala, nyeri tidak didahului faktor pencetus.

III. PEMERIKSAAN
A. KEADAAN UMUM
Tekanan darah

kanan : 110/80mmHg,

kiri : 110/80 mmHg

Denyut nadi

kanan : 84 x/mnt,teratur,

kiri : 84x/mnt,teratur

Jantung

HR : 84 x/mnt, irama teratur

Paru

Respirasi : 18x/mnt, tipe : torakoabdominal

Suhu

36,70C

Keadaan Gizi

Kesan gizi baik

B. STATUS NEUROLOGIK
1) KESADARAN

Komposmentis

2) FUNGSI LUHUR

Normal

3) KAKU KUDUK

(-)

GCS : 15 (E4M6 V5)

4) SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius )
Daya pembau

Kanan
N

Kiri

Kanan
Visus 0
SDN

Kiri
Visus 0
SDN

Keterangan

Kiri
(-)

Keterangan

Keterangan
Dalam Batas
Normal (DBN)

2. N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Lapang pandang
Pengenalan warna

3. N.III (Oculomotorius)
Kanan
Ptosis
(-)
Pupil
Bentuk
Bulat
Ukuran
3 mm
Gerak bola mata
N
Refleks pupil

Bulat
3 mm
N

Lesi N II

DBN

Langsung
Tidak langsung

(+)
(+)

(+)
(+)

4. N. IV (Trokhlearis)
Gerak bola mata

Kanan
N

Kiri
N

Keterangan
DBN

Kanan
N
N
N

Kiri
N
N
N

Keterangan

Kanan
N
(-)
(-)

Kiri
N
(-)
(-)

Keterangan

5. N. V (Trigeminus)
Motorik
Sensibilitas
Refleks kornea

DBN

6. N. VI (Abduscens)
Gerak bola mata
Strabismus
Deviasi

DBN

7. N. VII (Facialis)
Kanan
Tic
Motorik
Kerutkan dahi
Menutup mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Meringis
Menggembungkan pipi
Menaikkan alis
Daya perasa
Tanda chvostek

Kiri

Keterangan

(-)

(-)

N
N
Dangkal
N
N
N
N
N
(-)

N
N
N
N
N
N
N
N
(-)

Parese N VII
dekstra sentral

8. N. VIII (Akustikus)
Pendengaran

Kanan
Kiri
Rhine +
Rhine +
Weber :
Lateralisasi
ke kanan

9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan

Kiri

Keterangan
Tuli saraf sinistra

Keterangan
5

Arkus farings
Daya perasa
Refleks muntah

N
N
+

N
N
+

Kanan
N
(-)

Kiri
N
(-)

Keterangan
DBN

Kanan
N
Eutrofi

Kiri

Keterangan
DBN

DBN

10. N. X (Vagus)
Arkus farings
Dysfonia
11. N. XI (Assesorius)
Motorik
Trofi

12. N. XII (Hipoglossus)


Kanan
Motorik
N
Trofi
N
Tremor
(-)
Disartri
(-)

N
Eutrofi

Kiri
N
N
(-)
(-)

Keterangan
DBN

Kiri

Keterangan

IV. SISTEM MOTORIK


Kanan
Ekstremitas atas
Kekuatan
Distal
Proksimal
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Distal
Proksimal
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Badan
Trofi
Ger. Involunter

4
4
Normal
Eutrofi
(+)

5
5
Normal
Eutrofi
(-)

Hemiparese dekstra

4
4
Normal
Eutrofi
(+)

5
5
Normal
Eutrofi
(-)

Hemiparese dekstra

Eutrofi
(-)

Eutrofi
(-)

Tidak ada kelainan

V. SISTEM SENSORIK
6

Raba
Nyeri
Suhu
Propioseptif

Kanan
(+)
(+)
(+)
(+)

Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)

Keterangan

Kanan

Kiri

Keterangan

Tidak ada kelainan

VI. REFLEKS
Fisiologis
Biseps
Triseps
KPR
APR
Patologis
Babinski
Chaddock
Hoffman Tromer
Reflek primitif :
Palmomental
Snout

(+)
(+)
(+)
(+)

(+)
(+)
(+)
(+)

Refleks fisiologis DBN

(+)
(-)
(-)

(+)
(-)
(-)

Refleks patologis
Babinski +

(-)
(-)

(-)
(-)

Refleks primitif tidak ada

VII. FUNGSI KORDINASI


Kanan
Test telunjuk hidung
N
Test tumit lutut
N
Gait
N
Tandem
N
Romberg
N

Kiri
N
N
N
N
N

Keterangan

DBN

VIII. SISTEM OTONOM


Miksi

: Normal

Defekasi

: Normal

IX. PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN


a. Laseque

: tidak terbatas

b. Kernig

: tidak terbatas

c. Patrick

: -/-

d. Kontrapatrick : -/e. Valsava test

:7

f. Brudzinski

: -/-

X. RESUME PEMERIKSAAN
Keadaan umum
Kesadaran

: Composmentis

Tekanan darah

: kanan : 110/80mmHg,

Fungsi luhur

kiri : 110/80 mmHg

: Normal

Rangsang meningeal : (-)


Saraf kranial: Lesi N II (Visus 0) dan N VIII, Parese N VII sentral
Motorik

4 5
4 5
Kesan parese anggota gerak sebelah kanan

Sensorik

N N
N N
Kesan tidak ada kelainan

Koordinasi

: normal

Otonom

: normal

Refleks fisiologis

: normal

Refleks patologis

: Refleks Babinski (+/+)

D. DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS KLINIS

: Parese N VII + Anopsia + Cefalgia ec ?

DIAGNOSIS TOPIK

: Intrakranial pada daerah temporal

DIAGNOSIS ETIOLOGIK : Space occupying lesion (SOL) tumor


serebri
DIAGNOSA BANDING

: SOL sekunder : Brain metastase

E. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium darah rutin : Hb, Ht, Leuko, trombosit
Pemeriksaan laboratorium kimia darah dan elektrolit
Head CT Scan
8

F. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Kimia darah (tanggal 26 November 2011)
Glukosa
: 111 mg/dl
Kolestrerol
: 297 mg/dl
HDLD
: 39,9 mg/dl
TG-B
: 67 mg/dl
BUN
: 18 mg/dl
CR-S
: 0,72 mg/dl
URIC
: 4,3 mg/dl
AST
: 25 IU/L
ALT
: 13 IU/L
Ureum
: 38,5 mg/dl
LDL-Chol
: 243,7 mg/dl

Head CT-Scan (tanggal 24 November 2011)

Hasil pemeriksaan CT Scan :

Struktur tulang cranium baik, fraktur (-)

Tampak lesi hipodens pada temporal dekstra

Massa issodens irregular parietal sinistra

Pendesakan terhadap ventrikel lateral sinistra

Ventrikel lateral dekstra normal

Post kontras massa cerebri temporal parietal sinistra

G. PENATALAKSANAAN
a. Umum
-

Kontrol tanda vital

Bed rest

Pemberian nutrisi peroral sesuai kebutuhan kalori pasien

b. Khusus
-

IVFD RL 20 tpm

Inj. Dexametason 3 x 1 amp IV

Inj. Ranitidin 50 mg 2 x 1 amp IV

FOLLOW UP PASIEN
26 November 2011
S :

Kedua mata tidak bisa melihat

10

O :

Kesadaran

: composmentis

GCS 15 E4 M6 V5

Fungsi luhur : baik


Vital sign

: TD

: 130/80 mmHg

RR

: 21x/menit

Nadi : 80x/menit
: 36,70C

Saraf cranial : Lesi N II (Visus 0) dan N VIII, Parese N VII sentral


Motorik
Sensorik

:
:

N N
N N

Refleks

: Fisiologis : normal
Patologis : Babinski +/+

A :

SOL

P :

IVFD RL 20 tpm
Terapi diteruskan, konsul ke bedah saraf

PEMBAHASAN
2.1 TUMOR OTAK
2.1.1 Pendahuluan

11

Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah


radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif
disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang pertumbuhannya lambat
akan memberikan gejala yang perlahan munculnya, sedangkan tumor yang
terletak pada posisi yang vital akan memberikan gejala yang muncul dengan
cepat.1 Sekitar 10% dari semua proses neoplasma di seluruh tubuh ditemukan
pada susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi di ruang intrakranial dan 2% di
ruang kanalis spinalis. Proses neoplasma di susunan saraf mencakup dua tipe,
yaitu: 2
a. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri yang
cenderung berkembang ditempat-tempat tertentu. Seperti ependimoma yang
berlokasi di dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis,
glioblastoma

multiforme

kebanyakan

ditemukan

dilobus

parietal,

oligodendroma di lobus frontalis dan spongioblastoma di korpus kalosum atau


pons.
b. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari metastasis karsinoma yang
berasal dari bagian tubuh lain. Yang paling sering ditemukan adalah metastasis
karsinoma bronkus dan prostat pada pria serta karsinoma mammae pada
wanita.
2.1.2 Epidemiologi
Saat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian akibat kanker
di Amerika Serikat. Dimana sejumlah pasien yang meninggal akibat tumor otak
primer secara komparatif lebih kecil (sekitar 18.000, setengah dari keganasan
glioma) tetapi secara kasar 130.000 pasien lain meninggal akibat metastase.
Sekitar 25% pasien dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma
dan kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya. Sebagai perbandingan,
terdapat 200.000 kasus kanker payudara baru pertahun. Sejumlah kasus kematian
pada penyakit intrakranial selain tumor otak adalah akibat stroke. Secara
berlawanan, pada anak-anak, tumor otak primer tersering diakibatkan oleh tumor
padat dan menggambarkan 22% dari seluruh neoplasma pada masa anak-anak,

12

peringkat kedua adalah leukemia. Pada perspektif lain, di Amerika Serikat insiden
tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per 100.000 dari tumor otak
primer.
Tabel 1 Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2
Tumor

Persentase total

Glioma
- Glioblastoma multiforme

20

- Astrositoma

10

- Ependimoma

- Meduloblastoma

- Oligodendroglioma
Meningioma
Pituitary adenoma
Neurinoma
Karsinoma metastasis
Kraniofaringioma, dermoid, epidermoid, teratoma
Angioma
Sarkoma
Tak dapat diklasifikasikan (terutama glioma)
Miscellaneous (Pinealoma, kordoma, granuloma,

5
15
7
7
6
4
4
4
5
3

limfoma
Total

100

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan kebanyakan tumor patologi anatomi, tumor sistem saraf pusat
dibagi:1
1. Tumor Jaringan Otak
2. Tumor Jaringan Mesenkim
3. Tumor Selaput Otak
4. Tumor dari cacat perkembangan
5. Tumor Kelenjar Pineal
6. Tumor Medula Spinalis
7. Tumor Otak Metastatik
2.1.4 Gejala Klinis

13

Gejala klinis tumor intrakranial dibagi atas 3 kategori, yaitu gejala umum,
gejala lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor.
a. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau proses
difus dari tumor tersebut. Tumor ganas menyebabkan gejala yang lebih
progresif daripada tumor jinak. Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis dan pada mulanya hanya memberikan gejalagejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dahulu baru kemudian
memberikan gejala umum. Terdapat 4 gejala klinis umum yang berkaitan
dengan tumor otak, yaitu perubahan status mental, nyeri kepala, muntah, dan
kejang. 2

Perubahan status mental


Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas sehari-hari,
lekas marah, emosi yang labil, inersia mental, gangguan konsentrasi,
bahkan psikosis.2 Fungsi kognitif merupakan keluhan yang sering
disampaikan oleh pasien kanker dengan berbagai bentuk, mulai dari
disfungsi memori ringan dan kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi,
halusinasi, atau letargi.3

Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20%
penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di
kepala seolah-olah mau meledak.2 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan
episodik, kemudian bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga
intermiten. Nyeri juga dapat disebabkan efek samping dari obat
kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh
batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3 Lokasi nyeri
yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di
fossa kranii posterior biasanya menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler
ipsilateral. Tumor di supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi
tumor, di frontal orbita, temporal atau parietal.2

14

Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan
dengan makanan. Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak
didahului oleh mual. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada tumor di
fossa posterior.2

Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 1415% penderita tumor otak.3 20-50% pasien tumor otak menunjukan gejala
kejang.

Kejang

yang

timbul

pertama

kali

pada

usia

dewasa

mengindikasikan adanya tumor di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini


awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal
serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum
yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma multiforme.2
Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek neurologis pada korteks serebri.
Kejang parsial akibat penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada
lokal ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika tumor luas
pada kedua hemisfer serebri.3

Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan
teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada
awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat,
tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan
bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan
penglihatan kabur yang tidak menetap.4

b. Gejala Klinik Lokal


Manifestasi lokal terjadi pada tumor yang menyebabkan destruksi
parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar
tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin),
semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.3,4

Tumor Lobus Frontal

15

Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis
pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus
berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri,
kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi.
Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius. 3,4

Tumor Lobus Temporalis

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal


kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan
menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang
merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain
diantaranya

disfungsi

traktus

kortikospinal

kontralateral,

hemianopsia/

quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang


sensoris. 3,4

Tumor Lobus Oksipital

Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang


kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi
kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri. 3,4

Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal

Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau
aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan
tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan
verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan
ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan
pengaturan suhu. 3,4

Tumor Batang Otak

Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,


nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat
menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum. 3,4

Tumor Serebellar

16

Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering
ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin
menonjol. 3,4
c. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Signs)
Lesi pada salah satu kompartemen otak dapat menginduksi pergeseran dan
kompresi di bagian otak yang jauh dari lesi primer. Tumor otak yang
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dapat menghasilkan false
localizing signs atau gejala lokal yang menyesatkan. 5 Suatu tumor intrakranial
dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi area yang
ditempatinya. Tanda tersebut adalah: 6
a. Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor, saraf dapat tertarik atau
tertekan. Desakan itu tidak harus langsung terhadap saraf otak. Saraf yang
sering terkena tidak langsung adalah saraf III, IV, dan IV.
b. Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada tumor
yang terdapat di dalam salah satu hemisferium saja.
c. Gangguan mental
d.Gangguan endokrin dapat juga timbul proses desak ruang di daerah hipofise.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Tumor otak dapat dideteksi dengan CT-scan atau MRI. Pilihannya
tergantung ketersediaan fasilitas pada masing-masing rumah sakit. CT-scan lebih
murah dibanding MRI, umumnya tersedia di rumah sakit dan bila menggunakan
kontras dapat mendeteksi mayoritas tumor otak. MRI lebih khusus untuk
mendeteksi tumor dengan ukuran kecil, tumor di dasar tulang tengkorak dan di
fossa posterior. Selain itu MRI juga dapat membantu ahli bedah untuk
merencanakan pembedahan karena memperlihatkan tumor pada sejumlah bidang.3
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan SOL meliputi: 2,3
a. Simptomatik

Antikonvulsi

17

Mengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari tatalaksana pasien


dengan tumor otak.

Edema serebri
Jika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gambaran
radiologi memperlihatkan adanya edema serebri, maka dexametason dapat
digunakan dengan keuntungan yang signifikan. Rasa tidak menyenangkan
pada pasien akan dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan
tanda status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah saraf
akan diambil.

b. Etiologik (pembedahan)

Complete removal
Meningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan terapi
medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di berbagai regio
otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi berlangsung lama dan sulit
jika tumor jinak tersebut relatif sulit dijangkau.

Partial removal
Glioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat dengan
operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak dapat diangkat
secara keseluruhan karena posisi tumor atau psikis pasien.

2.1.7

Prognosis
Prognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di negara-

negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun
berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahun berkisar 30-40%.4

2.2 GLIOMA
Glioma adalah istilah umum untuk sekelompok tumor yang mulai dalam
sel glial. Sejumlah tumor dapat dianggap glioma, termasuk glioblastoma,
astrocytomas, oligodendrogliomas, dan ependymomas. Sekitar 4 dari 10 kasus

18

tumor otak adalah glioma. Bila dihitung hanya tumor ganas, sekitar 8 dari 10
adalah glioma.7
2.2.1

Astrocytomas
Kebanyakan tumor yang timbul di dalam otak itu sendiri bermula dalam

sel glial yang disebut astrosit. Tumor ini disebut astrocytomas. Statistiknya sekitar
3 dari 10 tumor otak. 7
Kebanyakan astrocytomas dapat menyebar luas ke seluruh otak dan
menyatu dengan jaringan otak normal, yang dapat membuat tumor ini sangat sulit
untuk diangkat dengan operasi. Kadang-kadang astrocytomas menyebar di
sepanjang jalur sistem saraf utama. Sangat jarang bagi astrocytomas untuk
menyebarkan ke luar otak atau sumsum tulang belakang. 7
Astrocytomas sering diklasifikasikan sebagai kelas kelas rendah,
menengah, atau kelas tinggi, berdasarkan bagaimana sel lihat di bawah
mikroskop.

Astrocytomas kelas rendah: tipe yang paling lambat berkembang

Astrocytomas anaplastik: tumbuh pada tingkat moderat

Astrocytoma kelas tertinggi (atau glioblastoma): paling cepat berkembang.


Tumor ini membuat sekitar dua-pertiga dari astrocytomas dan merupakan
tipe paling umum dari tumor ganas orang dewasa. 7

2.2.2

Oligodendrogliomas
Tumor ini mulai pada sel-sel otak yang disebut oligodendrocytes. Seperti

astrocytomas, sebagian besar dapat menyusup ke jaringan otak di dekatnya dan


tidak bisa sepenuhnya diangkat oleh operasi. Oligodendrogliomas kadang tersebar
di sepanjang jalur system saraf pusat tetapi jarang menyebar di luar otak atau
sumsum tulang belakang. Tipe yang sangat agresif dari tumor ini dikenal sebagai
oligodendrogliomas anaplastik. Hanya sekitar 3% dari tumor otak berjenis
oligodendrogliomas. 7
2.2.3

Ependymomas

19

Tumor ini berasal dari sel ependymal, yang garis ventrikel. Ependymomas
dapat menghalangi arus keluar system saraf pusat dari ventrikel, yang
menyebabkan kondisi yang disebut hidrosefalus. 7
Tidak seperti astrocytomas dan oligodendrogliomas, ependymomas
biasanya tidak tumbuh menyusup ke jaringan otak normal. Akibatnya, beberapa
(tetapi tidak semua) ependymomas dapat benar-benar diangkat dan disembuhkan
dengan operasi. Ependymomas syaraf tulang belakang memiliki peluang terbesar
untuk disembuhkan melalui operasi pembedahan. Ependymomas dapat menyebar
di sepanjang jalur CSF tetapi tidak menyebar ke luar otak atau sumsum tulang
belakang. Bentuk paling agresif-nya dikenal sebagai ependymomas anaplastik dan
biasanya tidak dapat disembuhkan dengan operasi. Hanya sekitar 2% dari tumor
otak berjenis ependymomas. 7
2.3.MENINGIOMA
2.3.1 Definisi
Meningioma adalah tumor pada meningen, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul
pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi umumnya
terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya.8
2.3.2 Epidemiologi
Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak pada
usia pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 1520% dari semua tumor
primer di regio ini.8,9
Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan
frekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di
regio ini. Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan pada wanita
dibanding pria (1,4 : 1 hingga 2,8 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada
pria.8 Sphenoid wings meningioma merupakan 15-20 % kasus dari semua kasus
meningioma.10
2.3.3 Etiopatofisiologi
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum
diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara
20

histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang
mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma
sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan
peranan dalam pertumbuhan tumor dan perkembangan edema peritumoral.8
2.3.4 Klasifikasi8
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah
diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan
derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya
pun berbeda-beda di tiap derajatnya .
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat. Tumor tidak menimbulkan gejala,
mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara
periodik. Jika tumor semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat
menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan.
Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan observasi
secara berterusan .
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan
yang lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan .
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang
dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan
yang pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi
tumor, dapat dilakukan kemoterapi.
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi
dari tumor: 8
1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma).

21

Falx adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan
hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar.
Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx
2. Meningioma Convexitas (20%).
Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
3. Meningioma Sphenoid (20%)
Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata. Banyak terjadi pada
wanita.
4. Meningioma Olfactorius (10%).
Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otak dengan hidung.
5. Meningioma fossa posterior (10%).
Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian belakang otak.
6. Meningioma suprasellar (10%).
Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana
terdapat kelenjar pituitary.
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%).
Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu
terjadi pada medulla spinalis setingkat thorax dan dapat menekan sumsum
tulang belakang. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri
radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%).
Tipe ini berkembang pia mater atau di sekitar mata cavum orbita.
9. Meningioma Intraventrikular (2%).
Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh bagian otak.

2.3.5 Diagnosis
Manifestasi klinik
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral
akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik
terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala,

22

muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan


sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada
stadium yang lebih lanjut. Gejala umumnya seperti: 8
a. Sakit kepala
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya
muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu,
datang pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa
jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek.
Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau
mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepala juga
bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk.
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain
sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. 8
b. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks
motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi
otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan
kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III
dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak. 8
c. Mual muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil
(menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri
kepala. 8
d. Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah
menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang
tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita
sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil
ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis
retinae. 8,9
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor: 9

23

a. Meningioma falx dan parasagital


b.

nyeri tungkai

Meningioma Convexitas
-

kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status mental

c. Meningioma Sphenoid
-

kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan


penglihatan ganda

d. Meningioma Olfaktorius
-

kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.

e. Meningioma fossa posterior


-

nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah,
berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan.

f. Meningioma suprasellar
-

pembengkakan diskus optikus, masalah visus

g. Spinal meningioma
-

nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

h. Meningioma Intraorbital
-

penurunan visus, penonjolan bola mata

i. Meningioma Intraventrikular
-

perubahan mental, sakit kepala, pusing 9

2.3.6.Pemeriksaan Penunjang

Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi


sangat besar. Dahulu angiografi, kemudian CT Scan dan terakhir MRI; terutama
untuk tumor-tumor di daerah fossa posterior, karena CT Scan sukar mendiagnosis
tumor otak akibat banyaknya artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI
suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi melalui di potongan 3 dimensi,
sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk dapat menentukan teknik operasi
atau

menentukan

tumor

tersebut

tidak

dapat

dioperasi

mengingat

risiko/komplikasi yang akan timbul.9


1. Foto polos

24

Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos. Di indikasikan untuk tumor pada mening. Tampak erosi tulang dan
dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.
Pembesaran pembuluh darah mening menggambarkan dilatasi arteri meningea
yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat
bersifat fokal maupun difus.8,9
2. CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik
apabila diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah.
Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh darah ke meningiomanya
dan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan venanya. 9
CT tanpa kontras
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen
atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas. Bagian yang
hiperdens dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.
Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang prominen
apabila disertai dengan komponen kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous atau
rongga-rongga. 9
Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang
biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan, hampir
semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efek masa yang bermakna.9
CT dengan kontras
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras

yang nyata

kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam


(intense) dan berbatas tegas. Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal,
tanda yang relatif spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. 8.9
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran
hypodense semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering
menunjukkan enhancement heterogen yang kompleks. 9
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat karakteristik tertentu
pada gambar Tl dan T2 maupun proton density. Intensitas jaringan tersebut

25

biasanya berbeda pada gambar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi,
maupun peredaran darah yang cepat. Dengan melihatgambar Tl maupun T2 dapat
ditentukan karakteristik suatu tumor apakah tumor tersebut padat, kistik, ada
perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun lemak dan lain-lain. Intensitas jaringan
tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas terlihat jelas pada T1 dan T2. 8.9
Selain pemeriksaan radiologi, pemeriksaan endrokrinologi seperti TSH,
FSH dan LH penting karena salah satu faktor predisposisi meningioma adalah
ketiga hormon diatas. Jika pada pasien terdapat ketiga kelainan diatas make
diperlakan penangan khusus untuk patologis yang menyertainya.
2.2.7. Terapi
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh
terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau
radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan
faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya
mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi.8
2.2.8 Prognosis8,9
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada
orang dewasa kelansungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anakanak, dilaporkan kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak
lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi
sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan,
dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka
kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi
selama lima tahun (19421946) adalah 7,9% dan (19571966) adalah 8,5%.

26

Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan


dan edema otak.
DASAR DIAGNOSIS
a)

Dasar Diagnosis Klinis

Pada pasien didapatkan gambaran klinis adanya sindroma peningkatan tekanan


intra kranial yang mana pada kasus ini dijumpai berupa cephalgia, dan dijumpai
adanya anopsia, lesi nervus II dan lesi nervus VIII sinistra, serta parese nervus VII
sentral maka diagnosis yang mungkin adalah anopsia, cefalgia dan parese nevus
VII sentral dekstra yang disebabkan oleh tumor di daerah temporal.
b)

Dasar Diagnosis Topik

Dari hasil anamnesis didapatkan kecurigaan adanya SOL (Space Occupying


Lession) ini ditandai dengan adanya peningkatan tekanan intra cranial yaitu
cefalgia.
c)

Dasar Diagnosis Etiologik

Pada pasien ini didapatkan penurunan visus dan nyeri kepala yang bersifat kronik
progresif. Hal ini mengarah pada gejala dari space occupaying lession (SOL) yang
disebabkan oleh tumor otak. Pada CT scan dengan kontras tampak massa
heterogen yang kompleks dimana terdapat lesi yang hiperdens.
d)

Dasar Diagnosis Banding

Diagnosis banding adalah metastasis tumor, karena pada CT scan tanpa kontrast
tampak lesi hipodens dan isodens. Ini menyingkirkan kemungkinan adanya
osteoma, giant cell bone cyst, dan hemangioma yang pada CT scan tanpa kontras
menampakkan lesi hiperdens. Diagnosa banding yang belum tersingkir adalah
metastase tumor yakni tumor yang memperlihatkan lesi hipodens dan isodens.
e)

Dasar Diagnosis Akhir

Diagnosis akhir adalah meningioma karena pada pasien ini didapatkan gejala
berupa sakit kepala dan perubahan visus. Hal ini termasuk gejala dari
meningioma. Selain itu dari segi epidemiologi, meningioma merupakan penyebab
kedua tersering dari tumor intrakranial. Meningioma lebih banyak terjadi pada
wanita dan usia rata rata adalah 40-60 tahun dan hal ini sesuai dengan keadaan
pasien. Pada CT scan tanpa kontras tampak lesi hipodens pada daerah temporalis

27

dan massa isodens pada daerah parietal. Tidak adanya gambaran hiperdens tidak
menyingkirkan diagnosis meningioma karena lesi hiperdens hanya akan terlihat
jika terjadi kalsifikasi. Pada CT scan dengan kontras tampak massa heterogen
yang kompleks dimana terdapat lesi yang hiperdens.
Dasar Usulan Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah: untuk mengevaluasi kondisi umum
pasien.
- CT Scan contrast karena memberikan gambaran yang khas pada meningioma
dimana dapat dilihat adanya enhenchement yang heterogen.
-Pemeriksaan FSH,LH dan TSH darah penting untuk mengetahui adanya faktor
resiko pada pasien sekaligus menjadi penatalaksanaan yang penting nantinya jika
terbukti positif untuk mencegah berkembangnya meningioma tersebut.

Daftar Pustaka
1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 2006
2. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic
Disorders in Adams and Victors Principles of Neurology. 8th edition.
USA: Mc Graw Hill, 2005. 546-91.

28

3. Kleinberg LR.Brain Metastasis A multidisiplinary Approach. New York:


Demos Medical.
4. Syaiful. Tumor Otak. http://syaiful.blogdetik.com/2008/07/19/ Diakses
tanggal 26 November 2011
5. Wilkinson I, Lennox G. Brain tumor in Essential neurology. 4 th edition.
USA: Blackwell Publishing, 2005. 40-54.
6. Ilmubedah.info.

Tumor

Otak.

http://ilmubedah.info/tumor-otak-

20110208.html Diakses tanggal 26 November 2011


7. Cancerhelps.com.

Tumor

otak.

http://www.cancerhelps.com/tumor-

otak.html Diakses tanggal 26 November 2011


8. Haddad S. Meningioma. www.emedicine.medscape.com Diakses tanggal
26 November 2011
9. Maradona FY. Meningioma. www.usulib.org Diakses tanggal 26
November 2011
10. Zachariah

SB.

Sphenoid

wing

meningioma.

www.emedicine.medscape.com Diakses tanggal 26 November 2011

29

Anda mungkin juga menyukai