Varikokel
Varikokel
Oleh
Alfian Fahrosi
082311101069
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VAROCOCELLE
Oleh : Alfian Fahrosi (082311101069)
1. Kasus
Varicocele
2. Pengertian
Varikokel , varicocele, adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus
pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna.
Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel ternyata merupakan salah
satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41% pria yang
mandul menderita varikokel. Varikokel adalah varises vena pada korda
spermatic (Tambayong, 1999).
Varikokel adalah dilatasi pleksus pampiniformis dari vena di atas testis.
Merupakan gambaran lazim dalam pria muda dan paling sering terlihat
pada bagian kiri. Pleksus pampiniformis bermuara ke dalam vena
spermatika interna, yang mengalir ke dalam vena renalis di kiri dan vena
kava di kanan (Sabiston, 1994). Varikokel ini terbentuk dari massa yang
mengalami konvolusi dari vena yang berdilatasi dalam pleksus venosus
korda. Karena varikokel terbentuk dari vena yang terisi darah, maka
varikokel tidak mengirimkan cahaya seperti hidrokel.
a. Derajat kecil: adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan
manuver valsava
b. Derajat sedang: adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan
manuver valsava
c. Derajat besar: adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa
melakukan manuver valsava.
3. Penyebab/Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel,
tetapi dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih
sering dijumpai daripada sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 7093 %).
Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri bermuara pada
vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara
pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika
interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit
dan inkompeten. Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel
bilateral patut dicurigai adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal
(terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan pada
vena renails kanan, atau adanya situs inversus.
4. Patofisiologi
a. Peningkatan Tekanan Vena
Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan
terplintirnya vena spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah
retrogard. Darah vena dari testis kanan dibawa menuju vena cava inferior pada
sudut oblique (kira-kira 30 0). Sudut ini, bersamaan dengan tingginya aliran vena
kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan drainase pada sisi kanan (Venturi
effect). Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah prok simal diantara arteri
mesenterika superior dan aorta, dan distalnya diantara arteri iliaka komunis dan
vena. Fenomena ini dapat juga menyebabkan peningkatan tekanan pada sistem
vena testikular kiri.
b. Anastomosis Vena Kolateral
7. Pemeriksaan penunjang
Angiografi/venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya
mendemonstrasikan refluks darah venaabnormal di daerah retrograd
menuju ke ISV dan pleksus pampiniformis. Karena pemeriksaan venografi
ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini biasanya hanyadigunakan
apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk menentukan anatomi dari
vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang simptomatik
Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena
dengan kontrasmedium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat
diatasi dengan menggunakan kanulmenuju vena testikular kanan
Ultrasonografi
vena
dari
kista
epidermoid
atau
8. Pathways
Peningkatan Tekanan Vena
Varikokel
pd sirkulasi testis
suhu testis
Anastomosis antara
pleksus
pampiniformis kiri
dan kanan
hipoksia
infertilitas
Disfungsi seksual
Bengkak
Pembedahan
Cemas
Pre Operasi
Anastesi
Intra Operasi
Kurang pengetahuan
Risiko kurang
volume cairan
Risiko Infeksi
Nyeri Akut
Risiko
Cidera
Intervensi keperawatan
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
PRE OPERASI
Gangguan konsep diri, harga diri
rendah b.d gangguan fertilitas
a.
c.
Kriteria Hasil :
a. Klien mampu mengekspresikan
perasaan tentang infertile
b. Terjalin kontak mata saat
berkomunikasi
c.
Klien
mampu
mengidentifikasi aspek positif
diri
Kecemasan klien berkurang atau
teratasi setelah diberikan Askep
selama 3 x 24 jam dg :
b.
d.
a.
b.
c.
a.
b.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat mengungkapkan
kecemasan yang dirasakan
b. Klien dapat menyebutkan
kembali
tentang
prosedur
pembedahan
c. Ekspresi wajah tidak tegang
3
INTRA OPERASI
POST OPERASI
Nyeri akut b.d trauma jaringan
Nyeri
pasien
berkurang
atau
terkontrol setelah diberikan Askep
dan
refleks
spasme
otot
sekunder akibat pembedahan
selama
3 x 24 jam dg :
Kriteria Hasil :
a. Klien
mengekspresikan
keluhan nyeri berkurang
b. Skala nyeri berkurang 0-1
c. Klien tidak tampak meringis
d. Tanda-tanda vital stabil
Infeksi tidak terjadi setelah diberikan
Askep selama 3 x 24 jam dg :
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi tanda-tanda
infeksi seperti rubor, kalor,
dolor, tumor dan fungsiolesa
b. Tanda-tanda vital stabil
c. Nilai WBC dalam batas
normal
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
Daftar Pustaka
Behrman;Kliegman; Arvin. (2000). Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi15. Jakarta: EGC
Doenges, Marylin E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. (1999). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC
Sabiston, David C. (1994). Buku ajar bedah. Jakarta: EGC
Willms, Janice L; Schneiderman, Henry; Algranati, Paula S. (2005). Diagnosis fisik: Evaluasi diagnosis dan fungsi di bangsal.
Jakarta: EGC