BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dari Body Condition Score atau BCS
Body Condition Score atau BCS adalah penilaian kondisi tubuh yang
didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit, sekitar
pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul menggunakan skor. BCS digunakan
untuk menentukan potensi produksi seekor ternak. Karena kambing-kambing
yang terlalu gemuk atau kurus mempunyai resiko yang lebih besar pada
metabolisme, angka kebuntingan dan kemungkinan terjadi Distocia.
BCS digunakan untuk mengevaluasi manajemen pakan, menilai kesehatan
individu hewan, dan menjaga kondisi hewan selama manajemen pemeliharaan
hewan secara rutin. BCS memberikan indikasi status energi kambing, yaitu dilihat
dari jumlah otot (muscling) dan tingkat kegemukan hewan (fating). Ketika
mengevaluasi kambing, jumlah lemak di bawah dada (sternum lemak) dan di atas
tulang rusuk juga harus dievaluasi. Hal ini sangat penting untuk kambing perah.
Kambing yang memiliki kondisi tubuh yang tepat akan meningkatkan produksi
susu. Kambing yang sangat gemuk di hanya akan mengakibatkan masalah
kesehatan. Kambing yang sangat kurus pada awal laktasi tidak akan memiliki
cadangan energi yang dibutuhkan untuk mencapai produksi susu yang tinggi.
Kambing yang kurus juga akan lebih sulit untuk bunting. Kambing yang sehat
harus cukup gizi, tidak harus sangat gemuk atau sangat kurus.
Skor kondisi tubuh (BCS) sudah terbukti menjadi alat praktis yang penting
dalam menilai kondisi tubuh sapi, domba, dan kambing karena BCS adalah
indikator terbaik untuk mendeteksi adanya cadangan lemak yang tersedia pada
tubuh ternak, yang nantinya akan digunakan sebagai parameter untuk kebutuhan
energi, tingkat stress, nutrisi, serta suhu optimalnya.
Berikut ini adalah kriteria BCS dari 1,0 5,0 pada kambing :
1.
BCS 1.0
Lemak sternum dapat dengan mudah dirasakan diantara ibu jari dan jarijari lain yang berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Tulang rawan dan sendi
bergabung dengan rusuk dan tulang dada yang mudah dirasakan.
2. BCS 2.0
tetapi garis utama tonjolan melintang sulit untuk dilihat. Sepertiga hingga
setengah dari panjang tonjolan transversal terlihat.
Lemak sternum lebih lebar dan lebih tebal namun masih bisa dipegang
dan dicubit oleh ibu jari dan telunjuk. Lapisan lemak masih bisa bergerak
sedikit dari sisi ke sisi. Sendi kurang jelas.
3. BCS 3.0
10
11
Lemak sternum lebar dan tebal. Hal itu masih bisa dirasakan, namun
memiliki gerakan yang sangat sedikit. Sendi bergabung tulang rawan dan
tulang rusuk yang hampir tidak terasa.
4. BCS 4.0
12
13
5. BCS 5.0
14
Otot dan lemak sangat tebal sehingga tanda pada tonjolan vertikal
hilang. Tonjolan vertikal dari vertebra lumbalis membentuk depresi di
sepanjang tulang punggung dan ada transisi menggembung dari tonjolan
vertikal melintang.
Ketebalan otot dan lemak begitu besar sehingga tanda referensi pada
tonjolan melintang juga hilang. Tidak dapat dirasakan tonjolan secara
melintangnya.
15
16
sangat
terlihat,
terlihat jelas.
Tidak tertutup lemak dan
jari-jari
menembus
Anda
dapat
ruang
BCS 2 = Kurus
17
kambing
masih
terlihat
dengan
punggung
dan
lemak.
Lemak Sternal lebar dan
lebih tebal dari BCS 1, tapi
masih
bisa
Tulang
belakang
menonjol.
Bahkan lapisan
menutupi tulang.
Lemak Sternal lebar dan
tebal.
Bisa
tetapi
memiliki
tidak
lemak
dirasakan,
sedikit
pergerakan.
BCS 4 = Gemuk
18
Penampilannya ramping.
Tulang belakang dan
tulang rusuk tidak dapat
dilihat.
Tidak bisa mencengkeram
tonjolan
vertikal
dari
vertebra lumbalis
Lemak sternal sulit untuk
pegangan.
Tulang
belakang
tertimbun lemak.
Ribs tidak terlihat dan
ditutupi
dengan
lemak
yang berlebihan.
Tanda Referensi
pada
dapat
digenggam.
19
Kambing yang bunting harus dijaga dengan ketat untuk memastikan mereka
berada dalam kisaran BCS 3 selama periode ini. Namun setelah melahirkan
dan selama menyusui, BCS dapat dikurangi. Masa laktasi membutuhkan gizi
yang cukup. Jika kambing yang sedang menyusui tidak diberi makan dengan
benar selama periode ini, cadangan tubuh dapat dimobilisasi, sehingga kondisi
tubuh akan memburuk. Kurangnya perhatian selama periode ini akan
berdampak pada pertumbuhan cempe serta produksi susu. Dalam kondisi
ideal, kambing tidak boleh berada pada BCS dibawah 2. Hal yang sama juga
terjadi pada akhir laktasi. BCS idak harus mencapai skor 4 bahkan sampai 5.
Namun biasanya terjadi penurunan bobot tubuh pada awal laktasi saat
produksi susu sedang tinggi da peningkatan bobot tubuh saat produksi susu
mulai menuru. Dalam hal ini, BCS berguna dalam manajemen pemberian
pakan.
BCS dapat juga digunakan untuk menentukan status gizi dari ternak,
dengan melihat cadangan lemak dalam tubuh untuk dasar metabolisme,
pertumbuhan, laktasi dan aktivitas dari ternak tersebut. Lemak dalam tubuh
tersebut merupakan indikasi untuk mengetahui energi yang tersimpan dalam
tubuh ternak. Cadangan energi tersebut digunakan untuk menjaga kesehatan
tubuh, fungsu reproduksi, dan produksi. Ketika kambing memiliki cadangan
energi tubuh rendah, mereka mungkin memiliki probabilitas yang lebih besar
menderita penyakit, gangguan metabolisme, kegagalan reproduksi dan
penurunan produksi susu. Sementara kambing perah yang terlalu banyak
memiliki cadangan lemak akan menurunkan produksi susu, gangguan
kesehatan reproduksi, dan penyakit lainnya, seperti distokia.
Kambing yang memiliki cadangan lemak yang sangat tinggi memiliki
risiko lebih besar terkena toksemia, terutama ketika anaknya kembar 2 atau
kembar 3. Menurut Pugh (2002), kambing bunting harus memiliki skor
kondisi tubuh antara 2,5 dan 3 sekitar 45 hari sebelum kelahiran. Kambing
yang memiliki skor kondisi baik dalam perkawinan (3-3,5) akan
20