Anda di halaman 1dari 24

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

2.1.

Tujuan Percobaan
1.1.1

Menghitung Kecepatan perpiindahan panas

1.1.2

Menghitung Temperatur Rata-rata Logaritmik (LMTD)

1.1.3

Mengetahui koefisien perpindahan panas keseluruhan (Ud)

1.1.4

Mengetahui perbandingan aliran-aliran searah dan berlawanan arah

1.1.5

Menentukan bilangan Re

Dasar Teori
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau
panas adalah hal yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui
bahwa panas dapat berlangsung lewat 3 cara, dimana mekanisme
perpindahan panas itu sendiri berlainan adanya. Adapun perpindahan itu
dapat dilaksanakan dengan:
1.

Secara molekular, yang disebut dengan konduksi

2.

Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.

3.

Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.

Pada alat heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi

2.1.2

Pengertian Heat Exchanger


Menurut Incropera dan Dewitt (1981), efektivitas suatu heat

exchanger didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan panas


yang diharapkan (nyata) dengan perpindahan panas maksimum yang
mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut. Secara umum pengertian
alat penukar panas atau heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang
memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas
maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat
panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi


karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi,pembangkit
listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator
mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara
sekitar.

2. 1.2 Prinsip Kerja Heat Exchanger

Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger

Prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan


panas dari dua fluida pada temperatur berbeda di mana transfer
panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
a. Secara kontak langsung, panas yang dipindahkan antara fluida
panas dan dingin melalui permukaan kontak langsung berarti tidak
ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu
melalui interfase / penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran
steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak
dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

b. Secara kontak tak langsung, perpindahan panas terjadi antara


fluida panas dan dingin melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini,
kedua fluida akan mengalir.
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak
dapat dikarakterisasi dengan satu rancangan saja, perlu bermacammacam

peralatan

yang

mendukung.

Bagaimanapun

satu

karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas


ke fase dingin dengan dua fase yang dipisahkan oleh solid
boundary.

Beberapa jenis heat exchanger:


1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang
ditunjukkan pada gambar 2.1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada
gambar 2.1 mengalir dari titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang
mengalir di dalam pipa. Cairan yang mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau
countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat dari pipa yang panjang dan
dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe heat exchanger
merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang
kecil.

A Cold fluit in

B
Hot fluit out

Cold fluit out

Gambar 2.1. Aliran double pipe heat exchanger

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Gambar 2.2 Hairpin heat exchanger

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk
extreme temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface
area yang moderat (range surface area: 1 6000 ft2). Hairpin heat exchanger
tersedia dalam :
-

Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell
(multitube),

Bare tubes, finned tube, U-Tubes,

Straight tubes,

Fixed tube sheets


Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan

dan dipasang pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas
permukaan panas yang besar. Ukuran standar dari tees dan return head diberikan
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. double Pipe Exchanger fittings
Outer Pipe, IPS

Inner Pipe, IPS

(source : Kern, Process Heat Transfer, 1983)


Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang
efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the
exchanger section.(Kern, 1983).
Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran
dalam type heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana
aliran fluida panas ada pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.
T2

T1

t1

T1
t2

T2
t2

t1

T
T1
T1

T2

T2
t2

t1
(a)

(b)

T
T1

t2
T2
t1

(c)

L
(d)

Gambar 2.3 Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter
current
Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner
tubes) maupun yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa
cabang. Sedangkan pada aliran counter current, di dalam tube sebelah dalam dan
fluida di dalam annulus masing-masing mempunyai cabang seperti terlihat pada
gambar 2.3 dan gambar 2.4.

Gambar 2.3. Double-pipe heat exchangers in series

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Gambar 2.4. Double-pipe heat exchangers in seriesparallel

Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:


a) Keuntungan
1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat
exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat
transfer coefficient.
2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area
permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.
3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan
dengan konstruksi pipa-U.
4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.
b) Kerugian
a) Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak
dibangun untuk industri standar dimanapun selain ASME code.
b) Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan
single shell dan tube heat exchanger.
c) Desain penutup memerlukan gasket khusus.

Beberapa perhitungan pada alat Heat Excheanger (Double Pipe):


1. Distribusi Temperatur pada Alat Perpindahan Panas Berbentuk Tabung
konsentris yang Sederhana.
Perbedaan temperatur antara dua aliran bervariasi tergantung pada
posisi dalam alat perpindahan panas, data ditunjukkan bahwa antara dua

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

aliran fluida perbedaan temperature rata-rata logaritmik (LMTD)


dirumuskan:

(
LMTD=

) (
(
(

)
)
)

Jadi, kecepatan perpindahan panas berbentuk tabung konsentris yang


sederhana.
Q = U x A x LMTD

Pada alat-alat Hilton water-water turbulen flow heat taransfer unit,


perpindahan panas telah dibagi menjadi tiga bagian dengan memisahkan
aliran panas dan dingin dengan batas intermediate (antara). Ini
memudahkan perhitungan kondisi temperatur intermediate.

Koefisien Perpindahan Panas Permukaan dalam Tube inti


hi = Q / (Ai x (LMTD)i)

Koefisien Perpindahan Panas Permukaan luar Tube inti


ho = (Ao x (LMTD)o)

2. Toleransi dari Koefisiensi Perpindahan Panas


Dengan meninjau temperatur dan kecepatan aliran massa dari kedua
aliran, hal-hal yang dapat dihitung :
-

Perpindahan panas dari air panas


Qi = mi x Cpi x (t3 - t2)

Perpindahan panas dari air dingin


Qi = mo x Cpi x (t1 - to)

3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang
datar, dapat dihitung dengan persamaan:
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

= U . A. (Ta Tb)

Koefisien perpindahan panas keseluruhan


U = Q / (Am x LMTD overall)

4. Log Mean Temperature Difference (LMTD)


Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka
ditentukan dulu nilai dari T . T dihitung berdasarkan temperatur dari fluida
yang masuk dan keluar. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic
mean overall temperature difference-LMTD) depat dihitung dengan formula
berikut :
-

Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD) antara air panas dan


permukaan dalam tube panas

(LMTD)i

t inlet t outlet
ln

(LMTD)i

t inlet
t outlet

t3 t1 t2 t10
t3 t1
ln
t2 t10

Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD) antara air dingin dan


permukaan dalam tube panas

(LMTD)o

t inlet t outlet
ln

(LMTD)o

t inlet
t outlet

t1 t7 t2 t0
t1 t7
ln
t2 t0

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD) antara aliran air panas


dengan aliran air dingin

(LMTD)overall

t inlet t outlet
t inlet
t outlet

ln
(LMTD)overall

t3 t7 t2 t0
t3 t7
ln
t2 t0

Catatan : (LMTD)overall = (LMTD)i + (LMTD)0


Untuk aliran countercurrent ;
a

b
dTh

Th, in
mh

dTc

Th, out

Ta
Tb

mc
Tc, in

dA
0

Tc, out
Atotal

Area

Gambar 2.12. LMTD untuk aliran countercurrent

LMTD

T1 t2 T2 t1
T1 t2
ln
T2 t1

........................................................ (2.12)

Untuk aliran cocurrent;


a

Th, in
mh
dTh
Th, out
Ta

T
Tc, out
dTc
mc

Tc, in

dA
0

Area

Atotal

Gambar 2.13. LMTD untuk aliran cocurrent


LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

LMTD

T1 t1 T2 t2
T1 t1
ln
T2 t2

..................................................... (2.13)

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

10

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan:
1. Satu unit peralatan Heat Exchanger jenis double pipe
2. Satu buah stop watch
3. Gelas ukur 100 ml
4. Gelas kimia 100 ml
2.1.2 Bahan yang digunakan:
1. Aquades
2. Air
2.2 Prosedur Kerja
1. Mengalirkan aliran listrik dengan memasukkan steker ke sumber arus
listrik untuk masing-masing alat pompa dan alat HE.
2. Menyalakan pompa dan menyalakan HE.
3. Mengatur kran kontrol aliran air searah (co-current flow).
4. Menyeting Cooling Water Flow meter pada posisi 20 L/min.
5. Menyeting High Flow untuk Hot Water actual pada posisi 1 g/s, 1.5 g/s, 2
g/s, 2.5 g/s, 3 g/s, 3.5 g/s, 4 g/s, 4.5 g/s, dan 5 g/s.
6. Memutar kran temperatur pada pada posisi t1, dan setiap dicapai suhu yang
konstan dilanjutkan t2 sampai t9.
7. Mencatat data t0 sampai t9
8. Melakukan hal yang sama untuk aliran yang berlawanan arah (counter
current) dengan High Flow Rate masing-masing pada 1 g/s, 1.5 g/s, 2 g/s,
2.5 g/s, 3 g/s, 3.5 g/s, 4 g/s, 4.5 g/s, dan 5 g/s.
9. Setelah melakukan percobaan, mematikan dan memutuskan aliran listrik
pada pompa dan alat HE.
9. Membersihkan alat percobaan.

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

11

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Data Pengamatan
Tabel 3.1 Data Counter Current

Data

1 L/min 1.5 L/min

2 L/min

2.5 L/min

3 L/min

3.5 L/min

4 L/min

4.5 L/min

5 L/min

to (0C)

34.6

34.4

34.35

34.3

34.25

34.15

34.05

33.8

33.8

t1(0C)

78.25

77.3

76.45

76.15

75.45

75.15

74.75

74.3

74.75

t2( C)

61.7

63.95

64.85

65.9

66.4

66.75

66.95

67.1

67.85

t3( C)

81.2

79.5

78.15

77.5

76.75

76.05

75.7

75.05

75.3

t4( C)

79.4

78.45

77.5

76.9

76.45

75.95

75.4

75

75.35

t5(0C)

75.6

75.85

75.25

75.2

74.8

74.3

74

73.9

74.1

t6(0C)

61.7

63.95

64.85

65.9

66.4

66.75

66.95

67.1

67.85

t7(0C)

72.1

72.6

72.2

72.2

72.05

71.55

71.45

71.3

71.7

t8(0C)

63.9

65.8

65.8

66.3

66.55

66.45

66.35

66.4

67

t9(0C)

58.85

55.75

56.25

56.75

57.3

57.4

57.3

57.6

58.05

Tabel 3.2 Data Co-Current


Data
To (0C)
t1(0C)

1 L/min

1.5 L/min

2 L/min

2.5 L/min

3 L/min

3.5 L/min

4 L/min

4.5 L/min

5L/min

56.75

64.1

66.4

67.6

68.25

68.15

68.2

68.55

69.9

59

65.45

67.3

68.4

68.6

68.65

68.7

68.7

69.75

t2( C)

60.25

67.7

69.7

70.75

71.35

71.15

71.1

71.3

72.55

71.55

76.45

77.1

76.95

76.55

76.05

75.4

75.25

75.65

t4( C)

66.6

72.55

73.75

74.25

74.1

73.6

74.5

73.35

74.3

t5(0C)

63.1

69.35

71.35

72.15

72.35

72.25

72

72.15

73.1

t6(0C)

60.25

67.7

69.7

70.75

71.35

71.15

71.1

71.3

72.55

t7(0C)

32.45

32.8

33.05

33.2

33.35

33.45

33.45

33.55

33.95

t8(0C)

46.45

50.9

52.85

54.3

54.55

54.6

55

55.25

56.05

t9(0C)

54.6

60.3

62.4

63.55

64

63.9

64.15

64.45

66.45

t3( C)

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

12

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Data: laju alir air dingin konstan: 20 L/min

3.2 Hasil Perhitungan


Tabel 3.2

Hasil Perhitungan Co-current


0.331882333

Mo (kg/s)
Vi (L/min)

1.5

(kg/m3)

983.18

979.02

t rerata air

65.90

2.5

3.5

4.5

977.9

977.32

976.98

977.09

977.12

977.014

976.32

72.08

73.40

73.85

73.95

73.60

73.25

73.28

74.10

0.016281667

0.0244

0.0325

0.0406

to (K)

329.75

337.1

339.4

340.6

341.25

341.15

341.2

341.55

342.9

t3 (K)

344.55

349.45

350.1

349.95

349.55

349.05

348.4

348.25

348.65

t6 (K)

333.25

340.7

342.7

343.75

344.35

344.15

344.1

344.3

345.55

t7(K)

305.45

305.8

306.05

306.2

306.35

306.45

306.45

306.55

306.95

Qh (kJ/s)

0.001672404

0.0019

0.0022

0.0023

0.0023 0.00253

0.00254 0.002625 0.002288

Qc (kJ/s)

0.073308493

0.0944

0.1006

0.1038 0.10529 0.10468

0.10483 0.105588 0.108454

LMTD

14.75122128

16.05

15.725

15.431 15.2215 14.9251

14.6158 14.32565 14.16939

Ud

0.003971066

0.0042

0.0049

0.0052

0.00609 0.006418 0.005657

panas ( C)
Mi (kg/s)

0.0487 0.05683

0.0053 0.00594

0.06498 0.073105 0.081208

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Re pada aliran co current


Vi(L/min)

Vi

ui

density

Re

(m3/min)
1

2x 10-5

0,000584

983,18

109,050905

1.5

3 x 10-5

0,000876

979,02

162,884238

3 x 10-5

0,001168

977,9

216,930531

2.5

4 x 10-5

0,001459

977,32

271,002335

5 x 10-5

0,001751

976,98

325,089667

3.5

6 x 10

-5

0,002043

977,09

379,313981

7 x 10

-5

0,002335

977,12

433,515003

8 x 10

-5

0,002627

977,014

487,651471

8 x 10-5

0,002919

976,32

541,450088

4
4.5
5

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

13

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Tabel 3.4 Hasil perhitungan Counter Current


0.331882333

Mo (kg/s)
1

1.5

982,37

981,1

980,6

71,45

71,73

0,01619 0,024

Vi (L/min)
(kg/m3)
t rerata air panas
Mi (kg/s)

2.5

3.5

4.5

980

979,75

979,55

979,4

979,36

978.94

71,50

71,70

71,58

71,40

71,33

71,08

71.58

0,032

0,041

0,0487

0,0568

0,065

0,073114

0.081224

to (K)

307,6

307,4

307,4

307,3

307,25

307,15

307.1

306.8

306.8

t3 (K)

354,2

352,5

351,2

350,5

349,75

349,05

348,7

348.05

348.3

t6 (K)

334,7

337

337,9

338,9

339,4

339,75

340

340.1

340.85

t7 (K)

345,1

345,6

345,2

345,2

345,05

344,55

344,5

344.3

344.7

Qh (kJ/s)

0,00287 0,003

0,004

0,004

0,0046

0,0048

0,005

0.005284

0.005501

Qc (kJ/s)

0,11313 0,115

0,114

0,114

0,114

0,1128

0,113

0.11313

0.114337

LMTD

16,4947 15,57

15,02

14,73

14,276

14,19

14

13.53145

13.55203

Ud

0,00609 0,008

0,009

0,01

0,0112

0,0119

0,013

0.013677

0.014217

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Re pada aliran counter current


Vi (L/min)

ui

density

Re

-5

0.0006

982.37

108.96

1.5

3 x 10-5

0.0009

981.12

163.23

3 x 10-5

0.0012

980.61

217.53

2.5

4 x 10-5

0.0015

980.02

271.75

5 x 10-5

0.0018

979.75

326.01

3.5

6 x 10-5

0.002

979.55

380.27

7 x 10

-5

0.0023

979.4

434.53

8 x 10

-5

0.0026

979.36

488.82

8 x 10

-5

0.0029

978.94

542.9

4.5
5

Vi (m3/min)
2 x 10

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

14

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

3.3

Pembahasan

vi vs Qc (co current)
0,12

Qc (KJ/s)

0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0

Vi (L/min)

Kurva 1. Hubungan antara laju alir air panas (vi) dan Perpindahan Panas pada air
dingin (Qc)

Pada kurva vi vs Qc semakin besar laju alir air panas (vi) pada
kondisi laju alir air dingin konstan maka semakin besar perpindahan panas
pada air dingin yang terjadi.

Vi vs Qh (co-current)
0,003
Qh (KJ/min)

0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0

Vi (L/min)

Kurva 2. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Perpindahan Panas
pada Air Panas (Qh)
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

15

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Pada kurva vi vs Qh semakin besar laju alir air panas (vi), maka
besarnya perpindahan panas seharusnya lebih besar pula, karena semakin
besar laju alir air panas maka semakin besar panas yang tersedia sehingga
panas yang berpindah pun akan semakin banyak. Pada kurva vi vs Qh
terlihat bahwa semakin besar laju alir air panas maka semakin besar Qh,
terkecuali pada data yang terakhir mengalami penurunan, hal ini
dikarenakan pada laju alir 5 L/min, beda temperatur hot stream inlet dan
exit sangat kecil dibandingkan yang lain. Hal ini dikarenakan mungkin
ada factor pengotor yang menyebabkan perpindahan panasnya mengalami
penurun

vi vs ud
0,007
0,006

Ud

0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
0

10

Vi (L/min)

Kurva 3. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Koefisien
Perpindahan Panas Keseluruhan (Ud) pada aliran co current

Pada kurva vi vs ud, semakin besar laju alir air panas (vi), maka
besar perpindahan panas seharusnya lebih besar pula, karena semakin
besar laju alir air panas maka semakin besar panas yang tersedia sehingga
panas yang berpindah pun akan semakin banyak. Semakin banyak panas
yang berpindah menunjukkan kemampuan perpindahan panas (koefisien
perpindahan panas overall) yang semakin besar. Terkecuali pada data yang
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

16

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

terakhir mengalami penurunan, hal ini dikarenakan pada laju alir 5 L/min,
beda temperatur hot stream inlet dan exit sangat kecil dibandingkan yang
lain. Hal

ini dikarenakan mungkin ada factor pengotor yang

menyebabkan perpindahan panasnya mengalami penurunan.

vi vs Re
600
500

Re

400
300
200
100
0
0

Vi (L/min)

Kurva 4. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Bilangan Reynold
(Re) pada aliran co current

Semakin besar laju alir air panas akan berpengaruh pada besarnya
bilangan Re. karena meningkatnya laju alir air panas akan meningkatkan
pola aliran menjadi lebih turbulen. Namun bukan berarti aliran dalam HE
ini turbulen, karena jika dilihat dari rentang nilai Re sekitar 150-550 ,
maka aliran dalam HE laminar. Jika nilai laju alir air panas semakin
diperbesar maka bisa jadi akan terjadi turbulensi.

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

17

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

vi vs LMTD (co current)


16,5

LMTD

16
15,5
15
14,5
14
0

Vi (L/min)

Kurva 5. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) Temperatur Rata-Rata
Logaritmik (LMTD) pada aliran co current
Semakin besar laju alir air panas maka semakin kecil LMTD, hal
ini dikarenakan semakin besar laju alir air panas saat laju alir air dingin
konstan maka akan menyebabkan semakin kecil beda temperature yang
terjadi. Namun, terjadi penyimpangan pada data laju alir 1 L/min, karena
pada data tersebut merupakan awal digunakannya HE, sehingga butuh
penyesuaian dan menyebabkan beda temperaturnya sangat beda jauh
dengan data yang kedua.

Temperature rata-rata (0C)

vi vs temperatur rata-rata
76,00
74,00
72,00
70,00
68,00
66,00
64,00
0

Vi (L/min)

Kurva 6. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Temperatur RataRata pada aliran co current
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

18

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Pada percobaan ini, perpindahan panas pada HE menghasilkan temperature


rata-rata air panas yang tidak stabil nilainya seiring peningkatan laju alir air panas.
Hal ini dikarenakan perpindahann panas yang kurang baik pada HE.
2. Counter current

vi vs Qc (counter current)
0,1155

Qc (KJ/s)

0,115
0,1145
0,114
0,1135
0,113
0,1125
0

Vi (L/min)

Kurva 7. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Perpindahan
Panas pada Air Dingin (Qc) pada aliran counter current

Pada kurva vi vs Qc aliran counter current, seiring dengan


meningkatnya laju alir air panas nilai Qc yang didapat tidak stabil. Hal ini
mungkin dikarenakan belum stabilnya aliran air dingin, sehingga
perpindahan panas dari alir panas ke air dingin menjadi tidak seimbang.

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

19

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Vi vs Qh (counter current)
0,006

Qh (KJ/s)

0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
0

Vi (L/min)

Kurva 8. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Perpindahan
Panas pada Air Panas (Qh) pada aliran counter current
Pada kurva vi vs Qh semakin besar laju alir air panas (vi), maka
besarnya perpindahan panas seharusnya lebih besar pula, karena semakin
besar laju alir air panas maka semakin besar panas yang tersedia sehingga
panas yang berpindah pun akan semakin banyak.

UD

Vi vs Ud
0,016
0,014
0,012
0,01
0,008
0,006
0,004
0,002
0
0

Vi (L/min)

Kurva 9. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Koefisien
Perpindahan Panas keseluruhan (Ud) pada aliran counter current

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

20

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

Pada kurva vi vs ud, semakin besar laju alir air panas (vi), maka
besar perpindahan panas seharusnya lebih besar pula, karena semakin
besar laju alir air panas maka semakin besar panas yang tersedia sehingga
panas yang berpindah pun akan semakin banyak. Semakin banyak panas
yang berpindah menunjukkan kemampuan perpindahan panas (koefisien
perpindahan panas overall) yang semakin besar.

Vi Vs Re
600
500

Re

400
300
200
100
0
0

Vi (L/min)

Kurva 10. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Bilangan
Reynold (Re) pada aliran counter current

Semakin besar laju alir air panas akan berpengaruh pada besarnya
bilangan Re. karena meningkatnya laju alir air panas akan meningkatkan
pola aliran menjadi bergolak. Dilihat dari rentang nilai Re sekitar 150-550,
maka aliran dalam HE laminar. Jika nilai laju alir air panas semakin
diperbesar maka bisa jadi akan terjadi turbulensi.

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

21

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

LMTD

vi vs LMTD (counter current)


18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0

Vi (L/min)

Kurva 11. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Temperatur
Rata-Rata Logaritmik (LMTD) pada aliran counter current

Semakin besar laju alir air panas maka semakin kecil LMTD, hal ini
dikarenakan semakin besar laju alir air panas saat laju alir air dingin
konstan maka akan menyebabkan semakin kecil beda temperatur yang
terjadi

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

22

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

vi vs temp.rata-rata
Temperatur rata-rata (0C)

71,80
71,70
71,60
71,50
71,40
71,30
71,20
71,10
71,00
0

Vi (L/min)

Kurva 12. Hubungan antara Laju Alir Air Panas (vi) dan Temperatur Rata-Rata
pada aliran counter current

Pada percobaan ini, perpindahan panas pada HE

menghasilkan

temperature rata-rata air panas yang tidak stabil nilainya seiring peningkatan
laju alir air panas. Hal ini dikarenakan perpindahan panas yang kurang baik
pada HE.

3. Perbandingan antara aliran co current dan counter current


Dari hasil pengamatan, pada percobaan ini, jika dibandingkan
antara aliran co current dengan counter current, maka yang lebih baik
adalah aliran counter current. karena pada data pengamatan, nilai koefisien
perpindahan panas, dan nilai Qh dan Qc lebih besar dibanding aliran cocurrent. Dari kurva pun, dapat dilihat bahwa pada aliran counter current ,
kurva yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan pada aliran co current.

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

23

Laporan HE (Heat Exchanger) Water to Water

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
- Semakin besar laju alir air panas (vi) pada kondisi laju alir air dingin
konstan maka semakin besar perpindahan panas pada air dingin yang
terjadi.
- Semakin besar laju alir air panas (vi), maka perpindahan panas pada
air panas (Qh) menjadi lebih besar pula. karena semakin besar laju
alir air panas maka semakin besar panas yang tersedia sehingga
panas yang berpindah pun akan semakin banyak.
- semakin besar laju alir air panas (vi), maka koefisien perpindahan
panas semakin besar
- Semakin besar laju alir air panas (vi), maka nilai LMTD akan
semakin menurun.
- Semakin besar laju alir air panas (vi), maka bilangan Re semakin
besar.
- perbandingan antara co current dan counter current, lebih baik
counter current nilai koefisien perpindahan panas, nilai Qh dan Qc
lebih besar dibanding aliran co-current.

LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI


TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

24

Anda mungkin juga menyukai