Proposal Indra
Proposal Indra
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia berada di wilayah tropis yang menjadikan kondisinya cocok sebagai
tempat tumbuh berbagai macam flora, termasuk buah-buahan. Banyak buah-buahan asli
Indonesia yang memiliki manfaat kesehatan yang baik, salah satunya adalah buah duwet.
Duwet (Syzygium cumini) merupakan salah satu buah lokal Indonesia. Buah duwet
memiliki rasa sepat masam dan berwarna ungu jika telah matang. Buah duwet dikenal
dengan berbagai sebutan seperti jamblang, juwet, jambu keling, jambolan, atau java plum.
Buah duwet termasuk dalam buah buni (bacca) mempunyai dinding buah terdiri dari dua
lapisan, yakni lapisan luar (eksokarp atau epikarp) yang tipis dan lapisan dalam (endokarp)
yang tebal, lunak dan berair (BPPT 2005).
Warna ungu pada buah duwet yang telah masak ini berasal dari antosianin.
Antosianin merupakan pigmen warna ungu yang banyak terdapat pada buah dan sayur.
Antosianin pada buah atau sayur dapat muncul dalam warna merah, ungu, atau biru,
tergantung kondisi keasaman (pH). Antosianin merupakan salah satu sub kelas flavonoid
yang penting bagi tanaman. Senyawa ini menarik perhatian serangga sehingga membantu
tanaman dalam proses penyerbukan. Antosianin juga mampu melindungi jaringan tanaman
dari photoinhibition dan oksidasi yang diakibatkan oleh proses fotosintesis (Einbond
2003). Antosianin juga dapat berperan sebagai sumber antioksidan. Antioksidan dari
antosianin ini, menurut Lestario et. al. (2003), relatif lebih aman dibandingkan dengan
antioksidan sintetis yang memungkinkan promosi karsinogenesis, karena buah ini sudah
lama biasa dikonsumsi namun tidak ada laporan mengenai efek samping yang ditimbulkan.
Buah duwet memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena kandungan antosianin
alaminya. hampir sama dengan BHT (Butylated hidroksitoluen), antioksidan sintetik yang
umum digunakan (Lestario et. al. 2003). Kandungan antioksidan yang tinggi ini membuat
buah duwet bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2005) menyebutkan beberapa manfaat
kesehatan yang dapat diberikan buah duwet, baik daging buah maupun biji buahnya.
Daging buah duwet bermanfaat dalam membantu pengobatan berbagai gangguan
kesehatan, seperti kencing manis, batuk kronis, asma, nyeri lambung, dan diare. Sedangkan
biji buah duwet dapat bermanfaat untuk mengurangi beberapa masalah kesehatan, seperti
kencing manis, diare, disentri, gangguan pencernaan seperti kembung, nyeri lambung, atau
1
2
kram perut, dan pembesaran limpa. Tidak hanya daging buah dan bijinya yang memiliki
manfaat kesehatan, di Brazil, baik buah, daun, dan kulit kayu tanaman duwet digunakan
dalam perawatan diabetes, disentri, dan diare (Migliato et al. 2009)
Maka dari itu, sangatlah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kandungan antioksidan pada Syzigium cumini tersebut. Penelitian inipun perlu dilakukan
perbandingan dengan buah lain yang mempunyai kandungan antioksidan yang cukup
tinggi, salah satunya ialah buah Manilkara zapota (L.) van Royen yang sering menjadi
perbincangan masyarakat karena kandungan antioksidan dari buah tersebut cukup tinggi.
Sawo adalah buah yang bernutrisi dan kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk segar.
Serbat, milk shake dan es krim bisa dibuat dari daging buah sawo yang masih segar,
sedangkan lateks yang didapat dari kulit kayu sawo, selama ini digunakan sebagai bahan
utama pembuatan permen karet. Selain itu, sawo jugabisa digunakan sebagai bahan
makanan olahan seperti selai, sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau cuka (Balerdi et
al. 2005).
Salah satu varietas sawo di Indonesia adalah Sukatali, sesuai dengan nama desa di
Sumedang tempat tanaman ini banyak tumbuh. Sawo asli desa Sukatali memiliki sejumlah
keistimewaan, antara lain rasanya sangat manis dan tidak mudah busuk. Selain itu, sawo
ini terasa tidak lembek jika ditekan sehingga membuat konsumen sering terkecoh karena
menyangka buah sawo masih mentah.Sawo Sukatali memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Kandungan protein,lemak,kalsium, fosfor, zat besi dan vitamin C buah ini dinilai lebih
tinggi dibandingkan apel. Pemeliharaan tanaman sawo khas desa Sukatali ini tidak begitu
rumit, hanya diberi pupuk kandang dan rajin disiangi, pohon sawo akan berbuah
lebat.Penggunaan pestisida juga dihindari,sehingga sawo ini bebas dari bahan kimia.
1.2 Identifikasi Masalah
Syzigium cumini diketahui mampu mengobati penyebab luka diabetes yang lama
sembuhnya dan menjaga kadar kolesterol darah tetap normal (Anonim 2010), mengobati
asma, diare, dan nyeri lambung (BPPT 2005). juga hal yang sering diperbincangkan oleh
masyarakat tentang buah jamblang dan sawo karena memiliki kandungan antioksidan
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji
antioksidan pada kedua buah tersebut.
3
1.3 Pembatasan Masalah
1.
2.
3.
spektrofotometri?
Senyawa antioksidan apa yang terdapat pada buah jamblang (Syzigium cumini)
dan sawo (Manilkara zapota (L). Van Royen) yang dapat diidentifikasi dengan
KCKT/ HPLC?
Pada konsentrasi berapa ekstrak buah jamblang (Syzigium cumini) dan sawo
2.
3.
alkaloid?
Manakah diantara dua buah tersebut yang memiliki kandungan antioksidan
yang lebih tinggi?
4
Penelitian ini akan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai potensi
syzigium cumini sebagai antioksidan yang akan berguna untuk kesehatan manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Syzigium cumini
2.1.1
Klasifikasi Syzigium cumini
Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Myrtales
Myrtaceae
Syzygium
S. cumini
Kandungan gizi
Satuan
Jumlah
Kkal
60,00
Gram
15,56
Gram
0,72
Gram
0,23
Gram
83,13
IU
3,00
Mg
0,26
Mg
14,30
Mg
19,00
Mg
0,19
Mg
17,00
Mg
15,00
Mg
79,00
Mg
14,00
Buah duwet, menurut BPPT (2005), selain mengandung zat gizi seperti yang
digambarkan di Tabel 1, mengandung minyak atsiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid
(jambosine), asam organik, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam
elagat dan tannin.
Kadar antosianin pada buah duwet dipengaruhi tingkat kematangan buah. Lestario
et. al. (2003) meneliti kandungan antosianin pada buah duwet yang dibagi dalam tujuh
tingkat kematangan, mulai buah berwarna hijau, hingga buah berwarna hitam. Kandungan
antosianin pada beberapa tingkat kematangan, menurut penelitian Lestario et. al. (2003)
7
2.1.4 Manfaat Syzigium cumini
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2005) menyebutkan beberapa manfaat
kesehatan yang dapat diberikan buah duwet, baik daging buah maupun biji buahnya.
Daging buah duwet bermanfaat dalam membantu pengobatan berbagai gangguan
kesehatan, seperti kencing manis, batuk kronis, asma, nyeri lambung, dan diare. Sedangkan
biji buah duwet dapat bermanfaat untuk mengurangi beberapa masalah kesehatan, seperti
kencing manis, diare, disentri, gangguan pencernaan seperti kembung, nyeri lambung, atau
kram perut, dan pembesaran limpa. Tidak hanya daging buah dan bijinya yang memiliki
manfaat kesehatan, di Brazil, baik buah, daun, dan kulit kayu tanaman duwet digunakan
dalam perawatan diabetes, disentri, dan diare (Migliato et al. 2009).
2.2
Gambar 2. Buah Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) (BAPENAS, 2005)
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Ebenales
Famili
: Sapotaceae
Genus
: Manilkara
Spesies
8
2.2.3 Deskripsi Manilkara zapota (L.) van Royen
Sawo atau biasa dikenal dengan nama sapodilla (Amerika Serikat), chiku (India),
chicozapote (Meksiko), kauki (Asia Tenggara), sapote (Cuba), dan banyak nama
lainnya.Nama botani Manilkara dan Achras biasa digunakan dan tidak ada persetujuan
diantara ahli botani dan hortikultura mengenai nama yang tepat.
Sapota (zapota) atau sapote (zapote) biasa digunakan sebagai nama spesies.(Gilly,
1943) dalam (Mickelbart, 1996) pada tulisannya membahas masalah kebingungan
penamaan ini. Rupanya, nama Achras yang diberikan oleh Linnaeus, berdasarkan gambar
dan deskripsi dari ahli botani bernama Plumier. Akan tetapi, tanaman yang dideskrispsikan
oleh Plumier adalah bukan sapodilla, yang mengakibatkan salah penamaan. Gilly
menyarankan Manilkara zapotilla (Jacq.), tetapi tetap saja nomenclature dari spesies ini
masih membingungkan. Menurut (BAPPENAS, 2005), sawo adalah tanaman buah yang
berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Meksiko dan Hindia Barat. Tanaman sawo di
Indonesia telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai tempat
dengan ketinggian 1200 m diatas permukaan laut, seperti di Jawa dan Madura. Kerabat
dekat sawo dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1)
Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) dimanfaatkan sebagai
tanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Tinggi pohon mencapai 15 20 meter,
merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat bagus untuk dibuat ukiran
dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi) memiliki buah kecil-kecil
berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering digunakan sebagai tanaman
hias atau tanaman pelindung di pinggir-pinggir jalan.
2)
Sawo Budidaya
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sawo Manilas
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal banyak
mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompoksawo manila
antara lain adalah : sawo kulon, sawo betawi, sawo karatsawo malaysia,
sawo maja dan sawo alkesa.
9
b. Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bula telur mirip
buah apel, berukuran kecil sampai agak besar dan bergetahbanyak.
Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah : sawo apel kelapa sawo apel
lilin dan sawo duren.
Analisa sawo dari Meksiko Selatan dan komposisinya per 100 gram porsyang bisa
dimakan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Analisa sawo dari Meksiko Selatan
Pengukuran
Nilai
Kadar air
69.0 75,7%
Ascorbic acid
8.9 41.4mg/100g
Total asam
0.09 0.15%
pH
5.0 -5.3
Starch (kanji)
2.98 6.40%
Tannin
Sumber : Morton 1987
5.84 - 9.23%
4.47 - 7.13%
1.48 - 8.75%
11.14 20.43%
3.16 - 6.45%
10
2.2.5 Komposisi Manilkara zapota (L.) van Royen untuk setiap 100 gram
Menurut (Leung dan Flores, 1961) (Wenkam, 1990) dalam (Nakasone dan Paull,
1998) komposisi sawo untuk setiap 100 gram porsi yang bisa dimakan disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 3. Komposisi sawo per 100 gram porsi yang bisa dimakan (edible portion)
Proksimat
Mineral
Vitamin
Energi (kJ)
393
Kalsium (mg)
24
Thiamine (mg)
0.01
Protein (g)
0.5
Fosfor (mg)
10
Riboflavin (mg)
0.01
Lemak (g)
1.1
Besi (mg)
Niacin (mg)
0.02
Karbohidrat(g)
23
Vitamin C (mg)
15
Serat (g)
1.6
Vitamin A (IU)
10
Abu (g)
0.4
Radikal Bebas
Inisiasi
Merupakan reaksi dimana radikal-radikal bebas terbentuk Hiperperoksida
(ROOH) dapat terbentuk melalui berbagai proses termasuk reaksi singlet
oksigen dengan lipid tidak jenuh atau oksidasi asam lemak tidak jenuh
dikatalisis dengan enzim lipooksigenase.
11
Contoh : ROOH ROO + H
ROOH RO + OH
2ROOH RO+H2O+ROO
2.
Propagasi
Merupakan reaksi dimana radikal-radikal bebas diubah menjadi radikal-radikal
lain.radikal lipid yang terbentuk pada reaksi inisiasi dapat mengalami reaksi
propagasi melalui pemecahan satu atom hydrogen atau melalui reaksi
oksigenasi dengan molekul oksigen.
Contoh : R + O2 ROO
ROO + R1H ROOH + R1
3.
Terminasi
Yaitu reaksi dimana terjadi penggabungan dua radikal dan membentuk produkproduk stabil
Contoh : ROO + R1OO ROOR1 + O2
RO + R1 ROR1
12
sangat rentan terhadap serangan radikal bebas.terutama radikal hidroksil.radikal
hidroksil dapat menimbulkan reaksi berantai yang dikenal dengan nama
peroksidasi lipid.akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak
menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel,antara lain aldehida
seperti malondiahelhida (MDA),4-hidroksinonenal serta berbagai hidrokarbon
seperti etena (C2H4)dan pentane (C5H12).semuanya dapat mengakibatkan
kerusakan membrane sel yang parah dan membahayakan kehidupan sel (Wijaya.
1996).
b. Kerusakan protein
Radikal bebas dapat merusak protein karena dapat bereaksi dengan asam amino
penyusun protein.diantara asam amino penyusun protein yang paling rawan
adalah sistein.sistein mengandung gugus sulfidril (SH)yang paling rentan terhadap
serangan radikal bebas.
R-SH + OH R-S +H2O
2R-S
R-SS-R
bebas
merupakan
salah
satu
penyebab
terjadinya
kerusakan
Aterosklerosis
Oksidasi LDL merupakan tahap awal terjadinya aterosklorosis serangan radikal
hidroksil pada poli unsaturated fatty acid (PUFA) yang terdapat pada permukaan
13
LDL mengawali terjadinya reaksi peroksidasi lipid.reaksi ini menyebabkan
modifikasi oksidatif PUFA dan degradasi apolipoprotein B.reaksi tersebut akan
menghasilkan
epitope
teroksidasi,dapat
pada
dikenal
dan
apolilpoprotein
ditangkap
B.yang
oleh
menyebabkan
reseptor
scavenger
LDL
pada
makrofag,yang pada akhirnya akan terakumulasi menjadi sel busa pada intima
dinding pembuluh darah (Wijaya, 1996).
2.4
Antioksidan
14
awalnya bukan merupakan zat gizi esensial namun memiliki aktivitas antioksidan dapat
berperan dalam menjaga kesehatan yang optimal dengan menurunkan tingkat oksidasi dari
radikal bebas. Beberapa antioksidan potensial pada makanan tidak dinyatakan sebagai zat
gizi esensial. Senyawa tersebut antara lain karotenoid, flavonoid, fenol, dan polifenol
(Webb 2007).
Senyawa-senyawa yang memberikan sifat antioksidan dapat digunakan secara
terpisah. Namun, sering kali senyawa-senyawa ini digunakan secara bersamaan untuk
memberikan perlindungan yang optimal (MacDougall et. al. 2002). Namun demikian,
belum ada batasan yang pasti asupan harian senyawa antioksidan untuk mencegah
timbulnya penyakit (Basu et. al. 1999).
2.4.2 Antioksidan Alami
Menurut Patt dan Hudson (1990) senyawa senyawa alami yang umumnya
mempunyai efek antioksidan adalah fenol dan polifenol,serta yang paling umum adalah
flavonoid (flavonol, isoflavon, flavon, katekin, dan flavonon), turunan asam sinamat,
kumarin, tokoferol, dan asam organic polifungsi. golongan senyawa fenolik adalah
komponen bioaktif yang terdapat secara luas pada tanaman.istilah fenolik atau polifenol
dapat didefinisikan secara kimia sebagai suatu senyawa yang memiliki cincin aromatic
mengandung satu atau lebih substitusi OH termasuk turunan fungsional (ester,metal
eter,glikosida).antioksidan alami terutama berfungsi sebagai anti oksidan primer yaitu
sebagai akseptor radikal bebas dan pemecah rantai.senyawa-senyawa fenolik volatile
seperti eugenol,isoeugenol,timol dan sebagainya memiliki aktivitas antioksidan yang
cukup tinggi namun memiliki bau yang terlalu kuat sehingga kegunaannya terbatas sebagai
bahan tambahan pangan sementara itu beberapa jenis antioksidan alami yang lain juga
memiliki beberapa kelemahan.
2.4.3 Metode Analisis Antioksidan
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk menganalisis daya antioksidan suatu
zat,antara lain :
1. Metode Ruch (Ruch,1989)
Antioksidan akan memusnahkan hydrogen peroksida,serapan diukur pada panjang
gelombang 230nm
2. Metode Iodometri (Lovaas,1992)
15
Antioksidan akan menurunkan jumlah hidroperoksida yang akan mengoksidasi Imenjadi I2,I-akan membentuk kompleks I3 yang berwarna kuning,serapan diukur
pada panjang gelombang 360 nm.
3. Metode DPPH (Yen,1995)
Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui donasi atom
hydrogen dan menyebabkan perubahan warna kuning,serapan diukur pada
panjang gelombang 515nm.
4. Metode Oyaizu (Yen, 1995)
Antioksidan akan mereduksi K3Fe(CN)6 yang dalam suasana asam akan
membentuk kompleks Fe4(Fe(CN)6)3yang berwarna biru serapan diukur pada
panjang gelombang 700nm.
5. Metode tiosianat (Yen, 1996)
Antioksidan menurunkan jumlah hidroperoksida yang akan mengoksidasi FeCl2
menjadi FeCl3 yang akan membentuk kompleks berwarna merah dengan asam
tiosianat.serapan diukur pada panjang gelombang 500nm.
2.5
Ekstraksi
16
c. Separasi dan pemurnian,tujuan dari pemanfaatan ini adalah menghilangkan
(memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki,sehingga diperoleh
ekstrak yang lebih murni.
d. Pemekatan atau penguapan (evaporasi) adalah peningkatan jumlah parsial solut
(senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi yang
kering, massa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan.
e. Rendemen adalah perbandingan berat antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi dalam dua kelompok
besar berdasarkan temperature yang digunakan :
1. Cara dingin terdiri dari :
a. Maserasi yaitu proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruang (DEPKES
RI,2000).proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam
karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding
dan membrane sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada pada sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan.
b. Perkolasi,yaitu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan
(Depkes RI,2000).efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk
senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan
(Darwis, 2000).
2. Cara panas,terdiri dari (Depkes RI,2000)
a. Refluks,yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin
balik.
b. Soxhlet yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan
jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik proses ini
sangat baik untuk senyawa yang tahan dengan pemanasan.
c. Digesti yaitu proses maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu)pada
temperature yang lebih tinggi dari pada suhu ruangan,yang secara umum
dilakukan pada temperature 45-50 celcius
17
d. Infus yaitu ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air (bejana
infus tercelup.
2.6
sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus zat padat. Oleh karena
itu, supaya fase ferak dapat melewati kolom secara cepat maka dibutuhkan pompa yang
bertekanan tinggi.
Prinsip Kerja KCKT adalah dengan bantuan pompa,fase gerak cair yang diairkan
melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan kedalam aliran fase gerak dengan cara
penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran.karena
perbedaan kekuatan interaksi solut-solut terhadap fasa diam maka terjadilah pemisahan.
Komponen yang lemah interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih
dahulu.
Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Jumlah peak dalam kromatrogram
menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak, menyatakan konsentrasi komponen
dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem KCKT dan
mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran KCKT.
18
c. Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau titik
didihnya sangat tinggi seperti polimer
2.6.2 Peralatan KCKT
Persiapan peralatan KCKT meliputi persiapan fase gerak,pompa, injektor,kolom dan
detektor.
a. Fasa Gerak
Fasa gerak untuk KCKT berupa cairan. Sebelum fase gerak dialirkan kedalam
sistem KCKT udara yang mungkin didalamnya dapat dihilangkan dengan cara
digassing terutama apabila digunakan fase gerak air atau pelarut organik yang
polar.
b. Pompa
Untuk KCKT digunakan peralatan yang khusus, digunakan pompa untuk
mengalirkan fase gerak kedalam kolom. Perlatan yang digunakan sebagai pompa
dalam sistem KCKT memiliki beberapa persyaratan:
1. Menghasilkan tekanan hingga 6000 psi
2. Keluaran yang bebeas denyut
3. Kecepatan alir dalam kisaran 0,1 10 ml/menit
4. Tahan terhadap korosi
c. Injektor
Injektor adalah tempat memasukan contoh yang akan diuji kedalam sistem
peralatan kromatrografi. Periksalah kondisi injektor sebelum digunakan.ciri
injektor yang baik yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Dapat memasukan zat kedalam kolom secara kuantitatif
2. Memiliki keberulangan yang tinggi
3. Mudah digunakan
d. Kolom
Kolom yang akan digunakan harus dipilih sedemikian rupa agar pemisahan
contoh yang diuji sempurna. Kolom KCKT dibuat dari bahan tabung stainless
stell,walaupun
untuk
tekanan
dibawah
600
psi
kolom
kaca
dapat
19
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa
yang bersifat agak polar. Partikel-partikel silika atau alumina biasanya
digunakan sebagi adsorben. Jenis kromatrografi ini menggunakan fasa gerak
non polar seperti hekasana dan disebut juga kromatrografi fasa normal.
b.
Kromatrografi Partisi
Kromatrogarfi partisi sangat cock untuk pemisahan senyawa-senyawa
non polar jenis kromatrografi ini disebut dengan kromatrografi fasa terbalik
karena fasa geraknya lebih polar daripada fasa diam. Salah satu kendala
kromatrografi ini adalah keterbatasan selektivitas sebagai ketidak campuran
kedua fasa. Karena keterbatasan ini maka kromatrografi partisi tidak digunakan
lagi sebagai teknik analisis rutin.
c.
d.
e.
20
Teknik pemisahan yang tidak melakukan perubahan fase gerak selam proses
pemisahan.
2. Teknik Elusi Gradien
Teknik pemisahan yang melakukan perubahan fase gerak baik pH dan
kepolaran. Efek dari elusi gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari
senyawa- senyawa yang tertahan kuat pada kolom
Elusi gradien dapat beberapa keuntungan :
a.
b.
c.
d.
2.7
Spektrofotometri UV/Visible
Spektrofotometri adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik oleh zat pada
Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk
daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola
lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang ( ) adalah 350 2200 nm. Di bawah
kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak memadai untuk spektrofotometer
dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu tabung tidak
bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375 atau 400 nm.
Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah
ultraviolet. Kebaikan lampu wolfarm adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak
bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Sumber cahaya untuk spektrofotometer
inframerah, sekitar 2 ke 15 m menggunakan pemijar Nernst (Nernst glower).
b.
Monokromator
21
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis
menjadi
beberapa
komponen
panjang
gelombang
tertentu
Kuvet
Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Kuvet harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.
Kuvet biasanya terbuat dari kwarsa, plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk
tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah
UV dipakai kuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat
dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk
pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
d.
Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik
yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk
atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
Kepekaan yang tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
2.8
NO2
22
NO2
OH
NO2
O=C
HC-C-CH2OH
C
OH
NO2
OH
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)
HN-N(C6H5)2
O
NO2
NO2
O=C
OH
HC-C-CH2OH
H
23
+
C
NO2
1,1-difenil-2-pikrilhidrazin
2.9
dihidroaskorbat
Skrining Fitokimia
A.
Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.pada
umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen,biasanya sebagai bagian dari system siklik.alkaloid sering kali
beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai sifat fisiologi yang menonjol
,jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.alkaloid biasanya tidak
berwarna,sering kali bersifat optis aktif,kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya
sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina)pada suhu kamar.
B.
Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik.yaitu
skualena.senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit,kebanyakan berupa
alcohol,aldehid,atau
asam
karboksilat.triterpenoid
adalah
senyawa
tidak
C.
Saponin
Merupakan pembentukan busa sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu
24
sederhana ialah dengan mengocok ekstrak alcohol air dari tumbuhan dalam tabung
reaksi dan diperhatikan apakah ada terbentuk busa tahan lama pada permukaan
cairan.
D.
Flavonoid
Semua flavonoid,menurut strukturnya,merupakan turunan senyawa induk
flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula,dan semuanya
mempunyai
sifat yang
Metode Titrimetri
Prinsipnya berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan
anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi
dengan ion hidrogen.
b.
Metode Azeotropi
Metoda ini menggunakan alat destilasi (alat kelembahan toluene).
c.
Metoda Gravimetri
Metoda ini digunakan hanya untuk bahan obat yang berasal dari tanaman
pengeringan menggunakan oven pada suhu 105 derajat celcius selam 5 jam,dan
ditimbang lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai
perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%
(Depkes,1995)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 hingga Juli
2013. Penelitian
Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah buah jamblang (Syzigium
cumini) yang di dapat dari daerah Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat dan dan sawo
(Manilkara zapota (L). Van Royen) yang didapat dari daerah Ciawi kabupaten Bogor
Jawa Barat, bahan kimia yang dipergunakan diantaranya ethanol 70% teknis, isopropanol,
potassium klorida, sodium asetat, HCl, H2O2, dan DPPH 1 nm.
3.3
Alat
Alat yang dipergunakan diantaranya, grinder, alat-alat gelas, neraca waring blender,
pengering beku, stirrer, sentrifuse, penyaring vakum, rotary vakum evaporator, vortek,
waterbath, Ph meter, lampu UV, thermometer, mikropipet, spektrofotometer dan HPLC
3.4
Prosedur Penelitian
25
26
3.4.2
Ekstraksi
Bagian buah dari jamblang (syzigium cumini) dan dan sawo (Manilkara zapota (L).
Van Royen) diambil bagian yang baik,setelah itu dicuci bersih lalu dirajang,dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan pada suhu 200C-300C hingga kering sempurna dan digiling
dengan grinder.hasil penggilingan kemudian diayak dengan pengayak ukuran mesh
60.sampel buah syzigium cumini ditimbang 100gr dan direndam dalam masing-masing
pelarut (Etanol 70%,heksan,dan etil asetat)dengan volume 500ml selama 1 x 24 jam
,perendaman dilakukan dengan 5 kali penambahan pelarut pada setiap masing-masing
sampel lalu disaring kemudian masing-masing maserat dipekatkan dengan menggunakan
evaporator dan dihitung rendemen yang didapat dengan rumus :
% Rendemen = Bobot ekstrak x 100%
Bobot awal
3.4.3 Pembuatan Larutan
1. Pembuatan larutan induk sampel
Ditimbang 100 mg sampel ekstrak kental buah jamblang (syzigium cumini) dan
dan sawo (Manilkara zapota (L). Van Royen) dilarutkan dalam 5 ml methanol p,a
sehingga didapat larutan induk dengan konsentrasi 1000 g/ml
2. Pembuatan larutan uji
Dipipet dari larutan induk sampel sebanyak masing-masing 25l,250l,dan 500l
(larutan I) untuk mendapatkan konsentrasi 5 ppm,10 ppm,25 ppm,50 ppm,dan 100
ppm (dibuat duplo)
3. Pembuatan larutan induk standar
Ditimbang serbuk vitamin C 5mg dan dilarutkan dalam 5 ml methanol p.a
sehingga didapat konsentrasi 1000g/ml
4. Pembuatan larutan standar
Dipipet dari larutan induk sebanyak masing-masing 15l,30l,dan 45l (larutan
II) untuk mendapatkan konsentrasi 3 ppm,6 ppm,dan 9 ppm (dibuat duplo)
5. Pembuatan larutan DPPH 1 mM
Ditimbang 19,75 mg DPPH dan dilarutkan dalam 50 ml methanol p,a
6. Pembuatan larutan blanko
Dipipet 1 ml DPPH 1 mM dan dilarutkan dalam 5 ml methanol p,a (dibuat duplo)
27
3.4.4 Pengukuran Larutan Standar KCKT / HPLC
Timbang seksama 100 mg standar ekstrak jamblang Syzigium cumini dan sawo
Manilkara zapota (L.) van Royen ( setara dengan 50 mg Syzigium cumini dan Manilkara
zapota (L.) van Royen ), masukan kedalam labu ukur 100 ml, Tambahkan 40 ml pelarut
dan sonikasi hingga larut, Encerkan dengan pelarut hingga tanda batas, kocok hingga
homogen, Pipet 5 ml larutan, masukan kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan dengan
pelarut hingga tanda batas, kocok hingga homogen, Saring larutan dengan saringan,
membran filter 0.22m, Suntikan 20 m kedalam kromatogaf KCKT
3.4.5 Pengukuran Larutan Sampel
Timbang seksama suspensi setara 5 mg ekstrak Syzigium cumini dan Manilkara
zapota (L.) van Royen, masukan kedalam labu ukur 100 ml, Tambahkan 40 ml pelarut
dan sonikasi selama 10 menit, Encerkan dengan pelarut hingga tanda batas, kocok hingga
homogen, Saring larutan dengan kertas saring Whatman, Saring larutan dengan saringan
membran filter 0.22m, Suntikan 20 m ke dalam kromatogafi KCKT.
3.4.6 Perhitungan
Keterangan:
Aspl
Astd
Cstd
FP
Bj
Wspl
tabung reaksi.kemudian
28
kedalam masing-masing tabung ditambahkan HCl 2N,tabung 1 ditambahkan asam
encer sebanyak 0,5%.tabung II ditambahkan tiga tetes pereaksi dragendorf.bila
terdapat endapan jingga maka positif mengandung alkaloid,pada tabung ke III
ditambahkan tiga tetes pereaksi meyer.bila terdapat endapan kuning maka positif
mengandung senyawa alkaloid.
2. Uji saponin
Masing-masing ekstrak buah jamblang diambil sedikit kemudian dilarutkan
dengan pelarut asalnya dan saring dengan kertas saring kemudian masing-masing
sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi,ditambahkan 10 ml air panas,lalu
dinginkan,setelah dingin kocok kuat-kuat hingga menimbulkan busa,setelah itu
tambahkan satu tetes HCl 2N,bila busa tidak hilang sampel positif mengandung
saponin.
3. Uji triterpenoid dan steroid
Masing-masing sampel di ambil sedikit dan dilarutkan dengan pelarutnya dan
masukan kedalam masing-masing lempeng tetes tambahkan 1 ml asam asetat
anhidrat, 2ml H2SO4,jika terbentuk cincin hijau atau warna hijau maka positif
mengandung senyawa triterpenoid,sedangkan bila terbentuk cincin biru atau
warna biru maka positif mengandung steroid.
4. Uji flavonoid
Masing-masing
sampel
diambil
sedikit
dan
larutkan
dengan
pelarut
konsentrasi 5 ppm,10
29
% Hambatan = Serapan Blanko Serapan Sampel x 100%
Serapan Blank
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan.
Anonim, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Direktorat Jendral
POM.
Anonim.
2010.
Segudang
Khasiat
Duwet
Cegah
Kolesterol
Hingga
Obati
http://www.dechacare.com/Metoclo
dan
Penerapan
Teknologi
(BPPT).
2005.
Tanaman
obat
30
31
Ferdias, D. 1996. Antioksidan non gizi bahan pangan penangkal senyawa
radikal.Makalah
disajikan
pangan.Reaksi
Biomolekuler,
Penangkalan.Kerjasama
dalam
Pusat
seminar
Dampak
Studi
Pangan
senyawa
radikal
Terhadap
dan
Gizi
dan
system
Kesehatan
dan
Kedutaan
Besar
Perancis,Jakarta.
Halliwel B. And JMC,Gutteridge. 1990.Free Radical in Biology and Medicine.Claderon
Press. Oxford.Hlm 412-438.
Harbourne, J.B 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (Padmawinata K.,penerjemah).Bandung : ITB. Hlm 21-24,1535 1536.
Lestario L N. Suparmo. Raharjo S. Tranggono. 2003. Perubahan Aktivitas Antioksidan,
Kadar Antosianin dan Polifenol pada Beberapa Tingkat Kematangan Buah Duwet
(Syzigium cumini). Agritech J 25 (4):169-172.
Lovaas, E., A. 1992. Sensitive Spectrofhotometric Methode for Lipid Hydroperokside
Determination.JAOCS : 69, 777-778.
Macmilan H. F. 1991. Tropical Planting and Gardening 6 edition. Kuala lumpur: Malayan
Nature Society
MacDougall D B et.al,2002. Colour in Food. Boca Raton:CRC Press.
33Miglaito K F et all,2009. Total polyphenols from Syzigium cumini (L). Skeels Fruit
Extract. Brazilian J Pharmaceutical Science 45: 121 - 126
Muhilal, 2001. Peranan Suplementasi Antioksidan Terhadap Kesehatan.Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional dan Lokakarya Pemahaman dan Konsep Radikal Bebas dan
Peranan Antioksidan dalam meningkatkan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.
Bandung : Pusat Penelitian Universitas Padjajaran
Mickelbart, M.V. 1996. Sapodilla: A Potential Crop for Subtropical Climates. p.439-446.
In: J.Janick (ed.), Progress in new crops. ASHS Press, Alexandria,VA.
http://www.hort.purdue.edu/newcrop/proceedings1996/V3-439.html. [21 Februari
2008]
.
Morton, J. 1987. Sapodilla. p. 393398. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton,
Miami, FL. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/ sapodilla.html. [21
Februari 2008].
Nakasone, H.Y., Paull, R.E. 1998. Tropical Fruits. CAB International,Wallington.
Pratt,
D.
32
Sari P.Wijaya C H. Sajuthi D. Supratman U. 2009. Identifikasi Antosianin Buah Duwet
(Syzigium cumini) Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Diode Array
Detection. http://jurnal itp.net/index.php/files/article/249 (17 maret 2011)
Syarifudin Muhammad. 2010. Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) Di PT
Promedrahardjo
Farmasi
Industri
Parungkuda-Sukabumi
:Sukabumi.
Pusat
33
LAMPIRAN 1
BAGAN PENELITIAN
Buah Syzigium cumini dan Manilkara
zapota (L). Van Royen
100 gr
Maserasi
(Etanol 70%,Etil
asetat,Heksan)
Maserat
Heksan
Etanol
70%
Etil asetat
Evaporasi
Rendemen
Ekstrak
kental
Etanol 70%
Etil Asetat
Heksan
Skrining Fitokimia
Spektrofotometri
= 515 nm
KCKT/
HPLC
Alkaloid
Saponin
Flavonoid
Terpenoid &
sterodi