Contoh Laporan PKL 1
Contoh Laporan PKL 1
: 0952 05 0003
: 0952 05 0005
Menyetujui,
PT. W E N
PROJECT MANAGER
KOORDINATOR,
( Hari Jatmiko )
Mengetahui,
FAKULTAS TEKNIK UKI
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
Kata Pengantar
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya,
maka Penulisan Laporan Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Kristen Indonesia sudah bisa diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan pada
Kurikulum yang ada di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen
Indonesia.
Penulisan Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai penuntun dan pegangan, baik
untuk mahasiswa, dosen maupun pengelola Jurusan. Laporan ini memuat ketentuan-ketentuan
umum tentang tata cara penyusunan dan penulisan laporan kerja praktek yang harus ditaati
oleh semua mahasiswa dilingkungan Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Indonesia.
Kami berharap agar Dosen Pembimbing, Ketua Jurusan, dan mahasiswa mengetahui,
memahami, dan mentaati semua peraturan dan ketentuan yang tercantum dalam buku
panduan. Bilamana ada ketentuan maupun format laporan yang kiranya kurang layak mohon
disampaikan kepada mahasiswa kerja praktek, sehingga dapat ditindaklanjuti untuk
penyempurnaan Laporan ini.
Semoga dengan diselesaikannya Laporan Kerja Praktek ini, pelaksanaan kegiatan
program dapat dilaksanakan lebih lancar dan mantap untuk mencapai visi, misi, dan tujuan
pendidikan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia.
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
Latar Belakang
Perusahaan atau instansi baik swasta maupun pemerintah merupakan dunia kerja nyata
yang akan dihadapi oleh mahasiswa kelak setelah mereka menyelesaikan studinya dari suatu
jenjang pendidikan tinggi. Bertitik tolak dari kondisi tersebut maka suatu lembaga
penyelengara pendidikan tinggi perlu memberikan suatu kesempatan kepada para
mahasiswanya untuk mengenal lebih dekat dengan dunia kerja nyata tersebut dengan terjun
langsung ke lapangan melalui kerja praktek.
Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UKI, mata kuliah Kerja Praktek
ditawarkan pada semester tujuh. Setiap mahasiswa yang akan mengikuti Kerja Praktek harus
memiliki kesiapan materi atau pengetahuan yang cukup tentang topik yang akan diambil. Oleh
karena itu, setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah kerja praktek minimal jumlah SKS
mata kuliah yang telah ditempuh oleh setiap mahasiswa adalah 100 SKS ( 2 SKS untuk
matakuliah Kerja Praktek). Setelah selesai melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diharuskan
menyusun laporan yang didiskusikan dengan pembimbing lapangan dan pembimbing di
Jurusan.
Laporan Kerja Praktek sebagai karya akademik mahasiswa disusun dalam format yang
berlaku pada Jurusan, yang menunjukkan proses berpikir, penalaran, kegiatan kerja praktek,
dan hasil kerja praktek. Meskipun dosen pembimbing mempunyai kebebasan akademik, demi
kelancaran, efisiensi, dan produktivitas proses belajar mengajar, perlu disusun suatu pedoman
umum dalam penulisan laporan. Laporan ini dapat dipakai sebagai pedoman oleh mahasiswa
selanjutnya di Jurusan Teknik Elektro dalam penulisan Laporan Kerja Praktek.
I-2
Tujuan
lembaga
pendidikan
(Perguruan
Tinggi)
sebagai
barometer
untuk
pengembangan selanjutnya.
3. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa melalui penerapan latihan
kerja dan pengamatan teknik-teknik yang diterapkan dilapangan dalam bidang
keahliannya.
4. Mendekatkan perguruan tinggi dengan masyarakat dan dunia kerja.
5. Menghasilkan lulusan yang terampil dan relefan dengan pembangunan untuk
memecahkan permasalahan yang kompleks dalam dunia kerja secara sistematis.
I-3
waktu
yang
tersedia
dalam
Praktek
Kerja
Lapangan
(PKL)
BERTINGKAT dengan tujuan agar tidak terlalu luas permasalahannya dan agar
memperoleh hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan.
I-4
Sistematika Penulisan
Ruang lingkup pembahasan terdiri dari bab-bab yang disusun dari empat bab seperti
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini meliputi latar belakang permasalahan, batasan masalah, tujuan kerja
praktek, ruang lingkup pembahasan dan sistematika penulisan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
II-1. Sejarah Perusahaan
PT. Wijaya Engindo Nusa ( WEN ), datang dengan tujuan utama untuk memenuhi
pesatnya pembangunan infrastruktur untuk memenuhi tantangan konstruksi teknologi di
negara ini.
Didirikan pada tahun 1986, berawal dari sebuah perusahaan perbaikan kecil yang telah
memperluas
cakupan
bisnis
kedalam
sebuah
pelayanan
singkat.
WEN
memulai
keterlibatannya di dalam konstruksi bangunan dan pabrik yang di ikuti oleh pengerjaan dalam
minyak dan gas. Selama pengembangannya WEN memulai proyek berukuran kecil yang
mempunyai kejelasan menerjemahkan kekuatan didalam melakukan ketepatan akurasi di
proyek yang lebih besar. Kesuksesan didalam menyelesaikan pekerjaan kelistrikan dan
instrumental untuk Bontang LNG F terbukti tidak diragukan dalam kapasitas
kemampuannya.
Setelah empat tahun beroperasi dalam berbagai proyek konstruksi, WEN saat ini saat
ini mengkhususkan diri dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal untuk bangunan dan
pekerjaan elektrikal dan isntrumentasi untuk pembangkit/pabrik.Kewajibannya mencakup
selama rekayasa dan konstruksi dan instalasi.
Menyadari tren baru serta menyadari peran penting yang dimainkan oleh computer
dalam jangkauan yang sangat luas dari tuntutan manajemen saat ini.
kerja.
II-2
Bidang Usaha
Seperti dijelaskan di atas WEN berkerja dalam konstruksi gedung maupun pabrik yang
mencakup seperti instalasi kelistrikan,instrumentasi dan mekanikal baik dalam Low Voltage
atau High Voltage. Dibawah ini akan dijelaskan cakupan usaha yang menjadi lingkup kerja
oleh PT. WEN.
Dengan hampir dua puluh tahun pengalaman dan basis pelanggan yang luas
serta jaringan di seluruh dunia WEN mampu membawa solusi terbaik dan teknologi
dalam setiap proyek. Pengetahuan WEN tentang kondisi lokal, peraturan dan
persyaratan ditambah dengan hasil intern sistem berkembang dalam solusi kreatif.
Kemampuan kita mencakup semua kontrol dan instrumentasi kalibrasi,
instalansi kompas, pemeriksaan loop serta instalansi yang dapat diprogram kompleks
logika dan digital kontrol aplikasi.
Layanan WEN di daerah ini adalah instalasi tegangan tinggi , instalasi tegangan
menengah rendah, termasuk instalasi sistem proteksi petir, deteksi kebakaran dan
sistem pengaman, untuk membantu klien menjaga orang, aset fisik dan untuk menjaga
kontinuitas operasi.
WEN juga menginstalasi system telepon dan suara, otomatisasi gedung,serta
sistem CCTV.
BAB III
INSTALASI ELEKTRIKAL PADA GEDUNG BERTINGKAT
Listrik adalah komponen yang utama untuk bergeraknya sistem yang ada di kehidupan
masyarakat seperti contohnya untuk menjalankan Pabrik, Perkantoran, dan Peralatan Listrik
pada Perumahan serta untuk penerangan.
Dalam pemasangannya Listrik tidak dapat disalurkan dengan sembarangan,karena
disamping berguna listrik juga dapat berbahaya bagi manusia yang dapat menyebabkan terjadi
kebakaran hingga berakibat fatal seperti kematian. Karena itu diperlukannya instalasi listrik
pada sistem bangunan yang aman hingga tidak terjadi hal hal yang tidak di inginkan maupun
merugikan.
Sistem penyaluran dan cara pemasangan instalasi listrik di Indonesian harus mengikuti
aturan yang ditetapkan oleh PUIL (Peraturan umum Instalasi Listrik) yang diterbitkan
tahun1977, kemudian direvisi tahun1987 dan terakhir tahun 2000.
Sistem instalasi listrik yang dimulai dari sumber listrik (tegangan, frekwensi),
peralatan listrik, cara pemasangan, pemeliharaan dan keamanan, sudah diatur dalam PUIL.
III-1
Secara umum Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana
penyampaian
tenaga
listrik
adalah cara pemasangan penyaluran listrik, dari cara pemasangan Lampu, pemasangan Stop
Kontak, Rak Kabel , Kotak Kontak dan peralatan listrik lainnya yang berdasar standar yang
didalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
Karena sumber tenaga listrik untuk beban memilki kondisi dan persyaratanpersyaratan
tertentu,
maka
sarana
penyampaiannya pun
dikehandaki
memenuhi
persyaratan tertentu pula. Kondisi dan persyaratan yang dimaksudkan tersebut antara lain :
1. Setiap peralatan listrik dirancang memiliki rating tegangan, frekuensi dan daya
nominal tertentu.
2. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.
3. Pada pengoperasian peralatan listrik perlu dijamin keamanan bagi peralatan itu
sendiri, bagi manusia pengguna, dan bagi lingkungannya.
Dalam upaya antisipasi ketiga hal tersebut, maka untuk sistem penyampaian
tenaga listrik dituntut beberapa kriteria :
1. Diperlukan saluran daya (tenaga) yang efektif, ekonomis, dan efesien.
2. Diperlukan tersedianya
daya
(tenaga)
cukup
(memenuhi), tegangan (dan frekwensi) yang stabil pada harga nominal tertentu,
sesuai dengan desain peralatan. Singkatnya diperlukan penyediaan daya dengan
kualitas yang baik.
3. Diperlukan sarana sistem pengaman yang baik, sesuai dengan persyaratan pengamanan
(Cepat kerja, peka, efektif, andal, dan ekonomis)
III-1.1
Jaringan Listrik
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11
kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik
tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus
yang mengalir ( I2R ). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus
yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator
penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi
primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya
dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.
Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga
listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin,
dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini
(HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan
dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban.
Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan
kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai
tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian
saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda beda.
: 20kV, 150 kV
1.
Handal
Dalam hal ini pemakaian material yang akan kita pasang harus memenuhi standar, dan
pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan peraturan instalasi listrik, sehingga instalasi
yang kita pasang dapat bertahan lama.
Kondisi yang diperlukan adalah keandalan terhadap :
2.
Ekonomis
Instalasi dibuat dengan sehemat mungkin, sehingga harga instalasi baik dilihat dari
segi biaya maupun pemeliharaan dapat ditekan sekecil mungkin tetapi tidak menyimpang dari
standar instalasi listrik.
Perencanaan sistem instalasi listrik perlu mempertimbangkan kondisi operasional
jangka panjang agar dapat dihemat biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap :
Pemakaian/penggantian peralatan
Pengoperasian sistem
Kondisi ekonomis pada suatu sistem instalasi dikatakan berhasil bila efesien dan efektip
terhadap penggunaan daya listrik, peralatan yang digunakan cukup andal dan kecilnya delay
time pada pengoperasian proses produksi.
Contoh : Bila proses produksi banyak menggunakan beban induktif, agar penggunaan daya
listrik efektip maka sistem instalasi listriknya harus dilengkapi dengan kompensasi daya
listrik, yaitu dengan memasang Capasitor Bank.
3. Aman
Instalasi dibuat dan dipasang sedemikan rupa guna mencegah timbulnya kecelakaan
yang akan membahayakan jiwa manusia dan peralatan itu sendiri.
Instalasi listrik harus dipasang dengan benar berdasarkan standar dan peraturan yang
ditetapkan oleh SPLN, PUIL2000 serta IEC (International Electrotechnical Commission)
dengan tujuan untuk keamanan dan keselamatan bagi mahluk hidup, harta benda dan instalasi
listrik itu sendiri.
Sistem instalasi listrik dinyatakan aman bagi mahluk hidup, harta benda maupun pada
sistem instalasi listrik itu sendiri, bila dilengkapi dengan sistem proteksi yang sesuai dan
mempunyai keandalan yang tinggi dalam merespon gangguan yang terjadi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Contoh : Suatu sistem instalasi listrik harus dilengkapi dengan sistem pentanahan/ pembumian
agar manusia terhindar dari sentuhan tidak langsung akibat kejutan listrik yang tidak terduga,
karena adanya kebocoran arus listrik pada body peralatan listrik.
4.
Rapi
Dalam pemasangan instalasi, material-material yang kita pasang harus rapi dan di
Kondisi tersebut diatas akan menimbulkan gairah dan ketenangan kerja serta disiplin kerja
akan selalu terjaga.
5.
Cadangan
Pada suatu instalasi, kita harus menyediakan cadangan instalasi (spare) agar apabila
instalasi pokok itu rusak, atau kita ingin menambah instalasi baru maka kita tidak mengalami
kesulitan.
Merupakan hal yang penting dalam suatu sistem instalasi listrik, karena berkaitan
dengan kemungkinan pengembangan ataupun perluasan proses kontrol/mesin yang meliputi
ketersediaan terhadap :
Alat
Tempat/Ruang
Daya
Pengaruh Lingkungan
Perencanaan sistem instalasi listrik harus mempertimbangkan dampak yang terjadi
Bila peralatan listrik dipasang pada lingkungan tertentu, harus dipertimbangkan apakah
peralatan itu mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Bila ada
kemungkinan mengganggu atau merusak lingkungan, maka harus dirancang agar pengaruh
negatif yang ditimbulkan oleh peralatan listrik dapat dihilangkan atau diperkecil.
Contoh :
Gardu listrik dipasang pada suatu taman yang indah, maka harus dipertimbangkan
konstruksi bangunan gardu listrik agar tidak merusak keindahan taman.
Lingkungan dimana peralatan listrik atau sistem instalasi listrik dipasang harus
dipertimbangkan apakah lingkungan dapat merusak peralatan/instalasi listrik yang ada
disekitarnya. Bila ada kemungkinan dapat merusak peralatan/instalasi, maka harus dipilih
peralatan /bahan instalasi yang tidak dapat terpengaruh terhadap kondisi lingkungan tersebut.
III-3
PLN digunakan sebagai sumber utama, sedangkan diesel genset berfungsi untuk memback up
PLN bila sewaktu-waktu PLN padam.
Supply listrik PLN yang menyuplai kebutuhan Gedung Telesindo Shop menggunakan
tegangan 20 kV dan daya yang disuplai oleh PLN adalah 700 kW dengan dibantu genset yang
berkapasitas 1000 kW.
Sistem Distribusi PLN
Sistem Distribusi PLN menggunakan tegangan 20kV yang disuplai melalui gardu
distribusi (Gambar 2),yang letak nya bertepatan di sebelah gedung PT. Telesindo Shop lalu
dikoneksikan melalui kabel menuju Main Distribution Panel (MDP).
Daya untuk gedung bersumber dari Gardu Distribusi PLN (gambar 2) yang mempunyai
tegangan sebesar 20 KV, yang di distribusikan melalui jaringan kabel bawah tanah. Lalu di
teruskan menggunakan ladder menuju Main Distribution Panel (MDP) (Gambar 3).
Kemudian dari MDP dihubungkan ke Trafo Penurun Tegangan (gambar 4). Trafo ini
berfungsi menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi 220/380 volt. Setelah dari Trafo Penurun
Tegangan, outputnya kemudian dihubungkan ke Sub Distribution Panel (SDP) untuk
kemudian disuplai ke panel-panel yang ada di masing-masing lantai di gedung tersebut.
( Gambar tidak tersedia di karenakan Genset dari perusahaan blum tersedia pada waktu itu)
III-4
Saluran transmisi khususnya transmisi listrik arus bolak-balik AC, pada umumnya adalah
saluran transmisi tiga fase. Saluran transmisi tersebut menyalurkan tenaga listrik dari pusatpusat listrik ke pusat-pusat beban yang akan membentuk suatu jaringan interkoneksi.
Diagram satu garis sangat diperlukan untuk pengerjaan Instalasi Listrik karena
memudahkan pengerjaan pemasangan kabel secara langsung dari panel pusat ke panel panel
sub atau panel distribusi. Dari Diagram Satu Garis ini kita juga di mudahkan untuk
pengelompokan beban beban yang terpasang, mulai dari pengelompokan jenis beban bahkan
bisa di kelompokan secara perlantai dalam suatu bangunan.
Catatan : Diagram Satu Garis PT. Telesindo Shop dari Gardu Distribusi Panel Utama
Trafo hingga kepada beban-beban nya di lampirkan secara terpisah
Berikut akan dijelaskan proses penyaluran daya hingga ke beban berdasarkan gambar Diagram
Satu Garis yang telah dilampirkan :
Daya diberikan berdasarkan tegangan PLN yang telah dilanggankan sebesar 865 kVA
menuju PUTM ( Panel Utama Tegangan Menengah ).
Lalu dari PUTM, tegangan diturunkan menjadi 220/380 volt menggunakan Trafo
Penurun Tegangan.
Seperti digambarkan dari tiap Panel beban terbagi lagi menjadi Sub Sub panel yang
lebih kompleks, yang ditunjukan berdasarkan bagian dari panel sebelumnya.
Sebagai contoh MDP Office : MDP Office difungsikan untuk menyalurkan daya
pada sub sub panel yang terdiri dari lantai Basement 1 (BS.1) hingga lantai 12 yaitu
Sub Distribution Panel 12 (SDP 12). Yang mana fungsi dari lantai lantai tersebut
digunakan sehari-hari nya untuk kegiatan perkantoran.
Contoh lainnya MDP Hydrant : Sub Panel tersebut dikhususkan hanya untuk menlurkan tegangan untuk hydrant dalam hal ini untuk pompa Jockey dan Elektrik dimana
juga terdapat sub panel dari MDP Hydrant
Fungsi digunakannya banyak Sub Sub Panel dalam suatu gedung tidak lain adalah
untuk pengaman pada tiap tiap panel yang bersangkutan, dimana disetiap panel terdapat
pemutus arus jika terjadi gangguan pada Panel yang terkoneksi sehingga tidak mengganggu
interkoneksi pada jaringan lain nya, disamping itu memudahkan juga bagi teknisi dalam
perawatan (Maintence) dan memudahkan penghitungan daya tiap tiap sub panel yang
digunakan.
Gambar. 01
AVO METER
Cara mempergunakan alat ukur Avometer adalah sebagai berikut :
Skala yang digunakan harus sesuai dengan yang diukur, arus (I), tegangan (V), tahanan
(R).
Jika penunjukan jarum belum dapat dibaca secara tepat, maka turunkan skala ukur
hingga penunjukan jarum dapat dibaca secara tepat.
B. MEGGER TESTER
Alat ini diperlukan pada peralatan listrik untuk mengetahui besar tahanan antara kabel-kabel
yang tidak saling berhubungan, dengan kata lain alat ini diperlukan untuk mengatur isolasi
diantara hantaran yang digunakan pada peralatan listrik.
Gambar. 02
Megger Tester
C. TANG AMPERE
Alat ini berfungsi untuk mengukur besaran arus yang mengalir melalui suatu penghantar.
Untuk mengetahui besarnya arus yang mengalir, kita harus menggunakan perbandingan skala
yang sesuai dengan arus pada alat yang akan diukur.
Gambar. 03
Tang Ampere
Cara mempergunakan alat ukur Tang Ampere sebagai berikut:
Jepit kabel phasa yang akan diukur (pemakaian) sampai jarum menunjukkan suatu
nilai.
Peralatan yang digunakan dalam instalasi listrik banyak sekali ragam dan jenisnya, jenis
peralatan instalasi listrik yang digunakan terbagi menjadi beberapa macam tergantung pada
sifat ruangan dan keadaan lingkungan, dimana instalasi listrik akan di pasang.
1. PIPA INSTALASI
Pada instalasi listrik jenis pipa terbagi menjadi beberapa 3 macam berdasarkan jenis bahan
yang digunakan, yaitu :
a) Pipa PVC, adalah pipa yang terbuat dari bahan plastic.
b) Pipa EMT (Electrical Metallic Tubing), adalah pipa yang terbuat dari besi dan
biasanya pipa jenis ini di gunakan di perumahan perumahan PT. BADAK NGL.
c) Pipa rigit, adalah pipa yang biasanya di gunakan di luar ruangan. Untuk instalasi di
dalam gedung, harus menggunakan pipa standar PUIL/NEC.
Pipa yang di gunakan untuk instalasi listrik, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. tidak menjalarkan api.
b. tahan terhadap gangguan mekanis.