Anda di halaman 1dari 86

ANALYSIS OF THE OPTIMAL PRODUCTION AREA

IN METAL CASTING
PT. SUYUTI SIDO MAJU KLATEN
Angga Purnama, Siwi Lastari, SE, MM., Dra. Sri Darini, M.Si
Abstract
This study aims to (1) know the size of the optimal production volume, (2) know the
level of maximum benefit to be obtained.
This study uses linear programming analysis of simplex method with samples of
products and equipment manufactured by companies that are the products of
companies that rate high enough sales. Place this research is done in PT. Suyuti Sido
Maju Klaten District Advancement and time in October 2005 to March 2006. The
object that is broad optimum production and maximum profit. Collecting data in this
study using interviews, observation and documentation. Analysis of the data used is
the quantitative approach.
The results of this study indicate: (1). According to mathematical calculations by
using the Analysis of Linear Programming Simplex Method, a combination of
products produced by PT.Suyuti Sido Maju reaching optimum production namely:
End Bracked 300F (X1) = 700 units, Discharge Elbow (x2) = 1450 units, ejector
Casing (X3) = 6500, 225 Bearing Cover (x4) = 6875 units, Fan 23 (X5) = 675 units.
(2). Area of production that can provide profit / maximum profit for PT.Suyuti Sido
Maju in 2005 is Rp. 214,937,500.00, excess cost advantage / profit conventionally
and according to the Simplex Method is Rp. 17,737,500.00

Kata Kunci: Production, metal.

ANALISIS PENENTUAN LUAS PRODUKSI YANG OPTIMAL


PADA PERUSAHAAN PENGECORAN LOGAM
PT.SUYUTI SIDO MAJU CEPER KLATEN
Angga Purnama, Siwi Lastari, SE, MM., Dra. Sri Darini, M.Si
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui besarnya volume produksi yang
optimal, (2) mengetahui besarnya keuntungan maksimal yang akan diperoleh.
Penelitian ini menggunakan analisis linier Programming metode Simpleks dengan
sampel produk-produk tetap yang diproduksi oleh perusahaan yang merupakan
produk-produk dari perusahaan yang angka penjualannya cukup tinggi. Tempat
penelitian ini dilakukan di PT.Suyuti Sido Maju Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten
dan waktunya pada bulan Oktober 2005 sampai dengan bulan maret 2006. Obyeknya
yaitu luas produksi yang optimal dan keuntungan maksimal. Pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis
data yang digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan : (1). Menurut perhitungan matematis dengan
menggunakan Analisis Linier Programming Metode Simpleks,kombinasi produkproduk yang dihasilkan oleh PT.Suyuti Sido Maju yang mencapai produksi optimal
yaitu : End Bracked 300F (X1) = 700 unit, Discharge Elbow (X2) = 1450 unit,
Ejector Casing (X3) = 6500 unit, Bearing Cover 225 (X4) = 6875 unit, Fan 23 (X5)
= 675 unit. (2). Luas produksi yang dapat memberikan keuntungan/laba yang
maksimal untuk PT. Suyuti Sido Maju tahun 2005 adalah Rp 214.937.500,00, Selisih
perolehan keuntungan/laba secara konvensional dan menurut Metode Simpleks
adalah Rp 17.737.500,00

Kata Kunci: Produksi. Logam.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan yang didirikan, baik perusahaan besar maupun
perusahaan kecil pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya adalah
untuk memperoleh laba atau keuntungan serta mempunyai keinginan untuk
menang dalam persaingan pasar. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut perusahaan selalu menghadapi masalah yang harus
dipecahkan seperti adanya pesaing dari perusahaan lain yang memproduksi
barang yang sejenis dengan perusahaan tersebut. Dengan adanya perusahaan
sejenis maka barang yang ditawarkan ke konsumen menjadi lebih banyak,
akibatnya konsumen memiliki banyak pilihan dan kesempatan untuk memilih
barang yang akan dibeli sesuai dengan seleranya. Untuk membeli suatu produk,
konsumen selalu membandingkan dengan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kualitas, harga dan lain sebagainya. Sehingga dalam memproduksi
barang yang diinginkan oleh konsumen perusahaan berusaha mendapatkan
keuntungan yang maksimal.
Agar keuntungan yang diperoleh maksimal, maka perusahaan harus
memproduksi secara efektif dan efisien serta senantiasa berinteraksi dengan
konsumen, pemilik input, dan perusahan lain sebagai pesaing. Maka dalam hal
ini perusahaan harus dapat menentukan luas produksi dengan tepat.

Luas produksi mempunyai hubungan langsung dengan efisiensi biaya


produksi serta tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Penentuan luas
produksi antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain akan sangat
berbeda, sebab volume produksi yang sudah tepat bagi perusahaan tertentu
belum tentu tepat bagi perusahaan lain. Hal ini disebabkan karena setiap
perusahaan mempunyai faktor-faktor produksi yang berbeda jenis maupun
jumlahnya, dan masing-masing mempunyai faktor pembatas sendiri-sendiri.
Luas produksi merupakan jumlah atau volume produksi yang harus
diproduksi oleh suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu, oleh karena itu
perlu ditentukan luas produksi yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai
faktor produksi yang ada. Tanpa adanya perencanaan yang tepat dapat berakibat
tidak seimbangnya antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produk
yang dihasilkan.
Setelah terjadinya krisis yang menimpa bangsa Indonesia ini, tidak sedikit
industri-industri di Indonesia ini banyak yang mengalami kebangkrutan
sehingga harus menutup usahanya tersebut karena sudah tidak mampu lagi
menanggung biaya produksi yang besar tetapi produk yang dihasilkan kurang
laku di pasaran sehingga banyak yang menanggung kerugian. Perkembangan
industri pengecoran logam juga sangat terganggu karena terpuruknya
perekonomian nasional yang secara langsung sangat berpengaruh besar
terhadap industri pengecoran logam, terutama di Kabupaten Klaten khususnya

di Ceper yang merupakan sentra industri pengecoran logam. Akan tetapi dengan
semangat kewirausahaan yang dimiliki oleh para pemilik usaha pengecoran
logam yang tidak pantang menyerah dengan keadaan yang sangat tertekan
usaha pengecoran logam yang ada di daerah ini mampu bertahan terhadap
kaadaan yang telah menghimpitnya. PT.Suyuti Sido Maju merupakan salah satu
perusahaan pengecoran logam yang mampu bertahan sampai saat ini.
PT.Suyuti Sido Maju adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang pengecoran logam (foundry) baik berupa pengecoran besi, baja maupun
aluminium dan permesinan (machinery). Perusahaan ini beralamat di Desa
Tegalsari Kelurahan Ngawonggo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten.
PT.Suyuti Sido Maju memproduksi berrmacam-macam peralatan teknik dari cor
logam maupun rekayasa mesin.
Agar kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga dalam usahanya
memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar, maka produksi diusahakan tetap
berlangsung, dengan jalan memproses sumber daya yang ada dengan
melibatkan modal dan tenaga kerja agar menghasilkan barang yang mempunyai
nilai guna yang lebih tinggi. Dalam usahanya perusahaan ini menghasilkan
bermacam-macam jenis produk baik yang bersifat tetap maupun tidak tetap.
Produk yang bersifat tetap antara lain adalah : End Bracket, Discharge Elbow,
Fan, Bearing Cover, dan Ejector Casing. sedangkan produk yang tidak tetap
adalah produk yang dihasilkan berdasarkan pesanan konsumen misalnya :

Counterweight, Clamp, Pump Casing, Casing Liner, Suction Flang, Galnd,


Suction Cover, Burner, Bross Cup, Brake Drum, Cylinder Liner, kopler nepler,
kipas dinamo, plug kran (gibult joint), block metal, sepatu rem block, pully,
pagar antik dan tiang lampu jalan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam usaha pengecoran logam
telah banyak diciptakan berbagai alat-alat teknologi tinggi yang mampu
mendukung dalam usaha penegecoran logam ini antara lain adalah mesin
induksi listrik (tungku pelebur logam pengganti kupola), blower pembersih dan
mesin-mesin pembubut yang lebih canggih.
Dengan adanya teknologi tinggi ini PT.Suyuti Sido Maju tel;ah
menggunakan mesin induksi listrik untuk menggantikan dapur kupola lama
yang masih menggunakan bahan bakar cocas (batubara dan arang), di mana
apabila menggunakan dapur kupola yang lama efisiensi dan efektitifitas
produksinya masih kurang. Karena PT.Suyuti Sido Maju ingin memperluas
produksinya, perusahaan memutuskan untuk mengganti dapur kupola lama
dengan dapur kupola listrik agar dalam perluasan produksinya nantinya akan
ada efisiensi dan efektifitas terutama dalam hal tenaga kerja dan waktu
produksinya.
Adanya mesin induksi listrik perusahaan akan dapat mengurangi jumlah
tenaga kerja karena alat baru ini merupakan tidak terlalu banyak menggunakan
tenaga kerja dan waktu yang diperlukan untuk melebur logam juga lebih cepat

dibandingkan dengan dapur kupola yang lama. Ketersediaan bahan baku dan
bahan penolong lainnya juga merupakan faktor yang penting karena dengan
keterbatasan bahan baku dan bahan penolong lainnya akan dapat mengganggu
kelancaran produksinya, sebaliknya apabila ketersediaan bahan baku dan bahan
penolong lainnya tersedia cukup maka produksinya akan lancar. Dalam
mendapatkan sumber bahan baku dan bahan penolong lainnya PT.Suyuti Sido
Maju tidak terlalu mengalami kesulitan karena untuk memperlancar proses
produksinya perusahaan ini sudah mempunyai suplier untuk bahan baku dan
bahan penolong lainnya. selain itu di sekitar daerah tersebut banyak sekali
bermunculan usaha-usaha yang menyediakan bahan baku dan bahan penolong
lainnya.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam penentuan perluasan
produksi yang paling penting adalah permintaan pasar. Sejak tahun 2001
permintaan pasar untuk barang-barang hasil produksi perusahaan pengecoran
logam mulai bergairah lagi, ini terbukti dari banyaknya perusahaan-perusahaan
mulai memesan produk-produk yang dulu dihentikan produksinya. PT.Suyuti
Sido Maju merupakan salah satu perusahaan pengecoran logam yang dipercaya
untuk memproduksi produk End Bracket untuk komponen generator listrik,
Discharge Elbow, Fan, dan Bearing Cover untuk komponen pompa industri,
serta Ejector Casing untuk komponen pompa air listrik.

Karena adanya permintaaan yang besar dari perusahaan tersebut maka


PT.Suyuti Sido Maju akan melakukan perluasan produksi

yaitu dengan

menambah jumlah produksi untuk jenis produk tetap, karena adanya permintaan
pasar yang besar, adanya alat teknologi baru yaitu dapur cupola listrik dan
kemudahan akan ketersediaan bahan baku dan bahan penolong lainnya. Dengan
adanya faktor pendukung tersebut maka diharapkan perluasan produksi tersebut
akan dapat menghasilkan produksi yang optimal sehingga perusahaan juga akan
mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan mengambil judul : ANALISIS PENENTUAN LUAS
PRODUKSI YANG OPTIMAL PADA PERUSAHAAN PENGECORAN
LOGAM PT.SUYUTI SIDO MAJU CEPER KLATEN.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah pada :
1 Apakah penentuan luas produksi pada perusahaan pengecoran logam
PT.Suyuti Sido Maju Klaten sudah optimal ?
2 Apakah dengan penentuan luas produksi tersebut PT.Suyuti Sido Maju akan
memperoleh laba yang maksimal ?

1.3. Batasan Masalah


Agar tidak menyimpang dari rumusan masalah yang dikemukakan maka
batasan masalah yang diajukan penulis hanya akan membatasi masalah skripsi
ini yaitu pada produk-produk yang dihasilkan oleh PT.Suyuti Sido Maju yang
bersifat tetap yaitu : End Bracket tipe 300F, Discharge Elbow 65/65, Fan,
Bearing Cover 225, dan Ejector Casing pada periode tahun 2001 -2005

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya volume produksi yang optimal.
2. Untuk mengetahui besarnya keuntungan maksimal yang akan diperoleh.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan pengecoran logam
PT.Suyuti Sido Maju, khususnya bagian produksi, untuk menentukan luas
produksi yang optimal di masa yang akan datang.
2. Bagi STIE Nusa Megar Kencana
skripsi ini dapat menambah khasanah bacaan tentang manajemen
produksi khususnya yang berkaitan dengan perluasan produksi.
3. Bagi Penulis

Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari kuliah dan bukubuku literatur yang ada dalam praktek nyata dalam perusahaan dan
menambah pengetahuan mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh
perusahaan tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Manajemen Produksi
Pengertian manajemen produksi tidak terlepas dari pengertian manajemen,
pengertian produksi dan pengertian proses produksi.
Menurut pendapat Stoner, dalam bukunya mengartikan manajemen
sebagai berikut :
Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai organisasi yang telah
ditetapkan. (T. Hani Handoko, 2000:8)
Sebagian besar kegiatan itu mempunyai tujuan untuk mencapai sasaran
yang telah direncanakan dan tidak bertentangan dengan sumber daya yang
digunakan, maka diperlukan kegiatan manajemen untuk mengatur berbagai
sumber daya yang tersedia.
Menurut Agus Ahyari, produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan
tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru.
Dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia sebagai sarana
produksi diharapkan menghasilkan nilai manfaat atau tambahan manfaat dari
barang atau jasa tersebut, yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
manusia. Kegiatan produksi untuk menciptakan manfaat baru atau tambahan

manfaat perlu adanya proses produksi yang tepat dan terencana, agar barang
atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Proses produksi adalah merupakan suatu cara atau metode maupun teknik
bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru yang dilaksnakan
dalam perusahaan. (Agus Ahyari, 1994:65)
Dengan diterapkannya proses manajemen dalam bidang produksi, maka
berarti kegiatan-kegiatan produksi dan proses produksi dalam perusahaan akan
selalu dilakukan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian serta pengendalian dari faktor-faktor tersebut.
Manajemen produksi menurut Sukanto Reksohadiprodjo adalah :
kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan barang dan jasa melalui
pengubahan masukan atau faktor-faktor produksi, dan kegiatan-kegiatan
memerlukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan
pengawasan agar tujuan dapat dicapai secara efisien dan efektif.

2.2. Pengertian Luas Produksi


Menurut Indriyo Gito Sudarmo : Luas produksi

merupakan ukuran

terhadap apa dan berapa banyak barang-barang yang diproduksi oleh suatu
perusahaan tertentu. Menurut Agus Ahyari dalam bukunya mengarakan bahwa :

Luas produksi merupakan kapasitas yang digunakan ( kapasitas terpakai )


oleh perusahaan yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung pada besarnya
jumlah produksi dalam periode tertentu.
Penentuan luas produksi yang tepat berarti alokasi sumber-sumber
produksi atau faktor-faktor produksi menjadi lebih efisien. Sehingga
pemborosan bahan baku, bahan pembantu dan faktor-faktor produksi yang lain
dapat dihindari. Oleh arena itu luas produksi harus direncanakan dan ditentukan
agar ukuran banyaknya barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan akan
mendapatkan keuntungan maksimum. Semakin banyak barang yang diproduksi
baik jumlah maupun jenisnya, semakin besar pula luas produksinya.

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Produksi


Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan dipergunakan
untuk memproduksi barang-barang. Sumber daya tersebut adalah bahan mentah,
bahan pembantu, mesin-mesin dan peralatan-peralatan lain, tenaga kerja, modal
serta tanah untuk lokasi perusahaan. Tiap-tiap perusahaan akan mempunyai
jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda-beda satu dengan yang
lainnya. Jenis dan jumlah faktor-faktor produksi inilah yang menentukan jenis
serta jumlah barang-barang yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Di sini kebijakan pemimpin perusahaan sangat sangatlah penting
untuk mengatur jenis dan jumlah barang-barang yang harus diproduksi karena

jenis dan jumlah faktor-faktor produksi tersebut terbatas, agar keuntungan yang
diperoleh bisa maksimal.
Di samping itu penentuan luas produksi yang tepat akan berarti suatu
pengusahaan yang lebih efektif memanfaatkan faktor-faktor produksi yang
tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan. Ketidaktepatan penentuan luas
produksi akan berakibat ketidaktepatan alokasi faktor-faktor produksi, hal ini
akan membuat semakin besarnya kerugian finansial yang diderita oleh
perusahaan. Selain itu jumlah permintaan akan menentukan luas produksi yang
paling menguntungkan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penentuan luas produksi


yang optimal dalam suatu perusahaan yaitu :
1.

Tersedianya bahan dasar

2.

Tersedianya kapasitas mesin yang dimiliki

3.

Tersedianya tenaga kerja

4.

Batasan permintaan

5.

Tersedianya faktor-faktor produksi yang lain


(Indriyo Gito Sudarmo, 2000:152)

Dari faktor-faktor yang telah dikemukakan dapat dijelaskan sebagai berikut :


a.

Tersedianya bahan dasar

Jumlah bahan baku yang tersedia menunjukkan besarnya luas produksi.


Produksi tidak akan dapat dilaksanakan melebihi jumlah bahan baku
yang tersedia. Dalam penyediaan bahan baku perlu adanya perencanaan
yang tepat sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan bahan baku.
Kelebihan dan kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya
biaya-biaya tambahan.
b.

Tersedianya kapasitas mesin yang dimiliki


Kapasitas mesin merupakan batasan di dalam memproduksi suatu
barang. Sebuah perusahaan tidak akan bisa memproduksi barang yang
melebihi kemampuan mesin yang dimilikinya, meskipun permintaan
sangat banyak. Agar kelancaran proses produksi dapat terjamin,
kapasitas mesin yang dimiliki perusahaan sangat penting untuk
diperhatikan. Apabila perusahaan berproduksi sesuai dengan kapasitas
mesin yang ada, maka mesin-mesin akan dapat terawat dengan baik dan
biaya pemeliharaan untuk mesin yang dikeluarkan oleh perusahaan akan
relatif rendah.

c.

Tersedianya tenaga kerja


Jumlah tenaga kerja yang tersedia sangat menentukan kegiatan produksi,
karena tenaga kerja inilah yang secara langsung akan melaksanakan
kegiatan produksi. Apabila tenaga kerja yang tersedia melebihi dari yang
diperlukan akan menimbulkan tambahan beban biaya. Akan tetapi

sebaliknya apabila tenaga kerja yang diperlukan kurang dari yang


dibutuhkankan maka proses produksi perusahaan itu akan terganggu
kelancaran produksinya dan kualitas barang yang dihasilkan tidak akan
sesuai dengan yang telah ditargetkan. Tersedianya tenaga kerja yang
cukup dan terampil merupakan factor yang mendukung kelancaran
proses produksi perusahaan, sehingga jumlah tenaga kerja yang ada
merupakan batasan dalam penentuan proses produksi.
d.

Batasan permintaan
Faktor permintaan pasar merupakan kendala bagi perusahaan dalam
menghasilkan produk. Meskipun perusahaan dalam jumlah yang besar,
apabila permintaan pasar lebih kecil, akibatnya perusahaan akan
kelebihan produksi, Sehingga terjadi penumpukan persediaaan di gudang
dan perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk penyimpanan
dan pemeliharaan produk tersebut. Untuk mencegah hal ini perusahaan
harus memperhatikan prospek perkembangan ekonomi pada masa yang
akan datang, yang mempengaruhi permintaan terhadap jenis-jenis produk
yang dihasilkan.

e.

Tersedianya faktor-faktor produksi yang lain


Salah satu faktor produksi yang lain adalah modal. Modal yang tersedia
dan yang dimiliki oleh suatu perusahaan merupakan sumber pembiayaan
kegiatan produksi. Tanpa adanya modal semua kegiatan produksi tidak

akan dapat dijalankan. Jadi modal memegang peranan yang sangat


penting dalam menentukan luas produksi. Jika permintaan produksi
tinggi tetapi modal yang tersedia tidak mencukupi, maka perusahaan
tidak dapat memproduksi melebihi kemampuan modal yang tersedia.

2.4. Arti Penting Penentuan Luas Produksi


Dalam menentukan jenis dan luas produk yang akan dihasilkan,
tergantung dari faktor-faktor produksi yang tersedia dan dalam perusahaan.
Sedangkan dalam menentukan jenis dan jumlah produk yang dihasilkan
memerlukan suatu perencanaan dan perhitungan luas produksi secara teliti agar
jenis dan jumlah produk yang diproduksi sesuai dengan permintaan pasar.
Pimpinan perusahaan harus dapat menentukan jenis dan jumlah produk
yang harus diproduksi dengan faktor-faktor produksi yang terbatas agar tercapai
keuntungan yang maksimal. Kurang tepatnya penentuan luas produksi akan
berakibat semakin kecilnya keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Hal
ini terjadi karena kurang optimalnya produksi, sehingga biaya tetap ditanggung
oleh satuan-satuan hasil (unit-unit produksi) yang sedikit, maka biaya tetap per
unit menjadi tinggi. Apabila perusahaan berproduksi lebih dari optimal berarti
adanya sebagian produk yang dihasilkan tidak akan terjual. Hal ini akan
menimbulkan tanggungan beban biaya gudang yang tinggi. Penentuan luas
produksi yang tepat akan berarti pula suatu perusahaan dapat lebih efektif

memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada. Sebaliknya ketidaktepatan


penentuan luas produksi akan berakibat tidak lancarnya alokasi faktor-faktor
produksi.

2.5. Pendekatan Dalam Penentuan Luas Produksi


Untuk menentukan luas produksi yang optimal suatu perusahaan dapat
menggunakan metode pendekatan, yaitu :
2.5.1.

Pendekatan Dengan Konsep Marginal Cost dan Marginal Revenue


Marginal Cost ( MC )merupakan tambahan biaya sebagai akibat dari
adanya suatu produk, sedangkan Marginal Revenue ( MR ) merupakan
tambahan penghasilan sebagai akibat adanya satuan produk.
Berdasarkan keuntungan maksimal secara umum dapat diformulasikan
sebagai berikut :
Profit = Total Revenue Total Cost
n = TR TC
akan mencapai harga maksimal apabila :
n = 0
n < 0
sehingga :
n = TR TC = 0
TR = TC

Diketahui bahwa :
TR = MR
TC = MC
Sehingga keuntungan maksimal dapat tercapai apabila :
MR = MC
n < 0
sehingga :
n = TR TC = 0
TR < TC
(Dumairi,1993: 228)
Pada grafik di bawah ini menunjukkan bahwa keuntungan
maksimal tercapai pada kurva MR berada di bawah kurva MC.

Gambar 2.1. Hubungan antara MC, MR, Biaya per satuan


dan Luas Produksi

Keterangan :
q adalah luas produksi yang menghasilkan laba maksimal. q tercapai
pada saat kurva MC berpotongan dengan MR, empat persegi panjang
0klq merupakan biaya total (TC). Keuntungan per unit pada tingkat
out put ditentukan oleh titik ml dan keuntungan total ditentukan oleh
bidang empat persegi panjang klmn.
2.5.2.

Metode Break Event Point (BEP)


Analisis Break Even Point (BEP) merupakan peralatan yang
berguna untuk menjelaskan hubungan antara biaya, penghasilan dan
volume penjualan atau produksi. Analisis ini menunjukkan berapa
besar laba perusahaan yang akan diperoleh atau rugi yang akan
diderita pada berbagai tingkat volume yang berbeda-beda di atas dan
di bawah titik break even (T.Hani Handoko, 2000:308).
Break Event Point menurut pengertian dari Bambang Riyanto
sebagai berikut: Break Event Point sebagai teknik analisa untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap (Fixed Cost), dan biaya
variabel (Variable Cost), keuntungan dan volume kegiatan,.

Menurut Sutrisno (2003:203) Break Even Point adalah suatu


kondisi di mana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan dan juga tidak menderita kerugian atau dikatakan
penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan.
Analisis Break Event Point (BEP) merupakan cara untuk
mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga
jual, biaya produksi, biaya variable dan biaya tetap serta laba dan rugi.
Masalah Break Event baru muncul apabila suatu perusahaan di
samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap.
Karena adanya unsur variabel disatu pihak dan unsur tetap di pihak
lain, maka dapat terjadi bahwa suatu perusahaan dengan volume
produksi tertentu menderita kerugian, karena pendapatan hanya
menutupi biaya variabel dan sebagian saja biaya tetap. Ini berarti
bahwa bagian dari penghasilan tidak cukup untuk menutup biaya
tetapnya.
Penghasilan setelah dikurangi biaya variabel merupakan bagian
dari penghasilan yang tersedia untuk menutup biaya tetap, biasanya
disebut Contribution Margin (contribution to fixed cost). Apabila
contribution margin lebih besar dari biaya tetap, berarti penghasilan
penjualan lebih besar daripada biaya produksi (total cost), maka
perusahaan dapat dikatakan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya

apabila contribution margin lebih kecil dari biaya total maka


perusahaan tersebut menderita kerugian.
Oleh karena itu analisis Break Event sangat penting dalam
membantu pimpinan perusahaan dalam mengetahui pada volume
kegiatan atau volume produk penjualan berapa penghasilan penjualan
dapat menutup biaya totalnya untuk menghindari kerugian. Volume
penjualan di mana penghasilan tepat sama besar dengan biaya total,
sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita
kerugian disebut Break Event Point. Apabila konsep contribution
margin digunakan maka Break Event Point akan tercapai pada volume
penjualan contribution marginnya sama besarnya dengan biaya
tetapnya.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam analisis Break
Event Point menurut Sutrisno ( 2003:204) dalam bukunya, antara lain :
1. Biaya harus dipisahkan ke dalam dua jenis biaya, biaya variabel
dan biaya tetap. Bila ada biaya semi variabel harus dialokasikan ke
dalam dua jenis biaya tersebut.
2. Harga jual per unit tidak bisa berubah selama periode analisis.
3. Perusahaan hanya memproduksi satu macam barang, bila
menghasilkan lebih dari satu macam barang, perimbangan
penghasilan masing-masing barang harus tetap.

Penetuan analisis Break Event Point terdiri dari dua macam


metode yaitu :
2.5.2.1. Metode Linier
Pendekatan

liniear

dalam

analisis

BEP

adalah

merupakan analisis semua persediaan yang ada di dalam


analisis BEP tersebut digambarkan garis lurus. Salah satu
cara untuk menentukan metode linier adalah dengan Break
Event Chart (Sutrisno, 2003:205) sebagai berikut:

yl

ql
Gambar 2.2. Hubungan antara TC, TR, BEP dan Luas
Produksi
dengan Metode Linier (dalam Rp dan Unit)
Keterangan :
Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit tepat pada
sumbu

horizontal

(sumbu

Q),

besarnya

biaya

dan

penghasilan penjualan terlihat pada sumbu vertical (sumbu


Y). pada gambar di atas, BEP dapat ditentukan yaitu antara

titik persilangan antara garis total revenue (TR) dengan garis


total cost (TC). Di mana pada titik tersebut perusahaan tidak
untung dan tidak rugi. Apabila pada titik BEP tersebut kita
tarik garis lurus ke arah sumbu Q pada ql, maka akan
diketahui besarnya BEP dalam unit, dan sebaliknya pada
sumbu BEP kita tarik garis lurus ke arah sumbu Y pada yl,
maka akan tampak besarnya BEP dalam rupiah (Rp).
2.5.2.2. Metode Non Linier
Pada pendekatan menggunakan metode non linier ini
tidak seluruhnya digambarkan dengan garis lengkung.
Variabel yang akan digambarkan sebagai garis lengkung
hanyalah variabel yang datanya merupakan suatu ringkasan
data yang apabila digambarkan menjadi garis lengkung.

Gambar 2.3. Hubungan antara TC, TR, BEP dan Luas


Produksi dengan Metode Non Linier

keterangan :
Dengan metode non linier memungkinkan perusahaan
mempunyai dua titik impas (BEP) yaitu pada titik a yang
menunjukkan BEP yang rendah, titik b menunjukkan
keuntungan meksimal, pada saat jarak TR dan TC terbesar,
sedangkan pada titik c menunjukkan BEP yang tinggi.
Daerah di sebelah kiri q1 dan sebelah kanan q3
merupakan daerah negative atau rugi, dengan asumsi harga
jual per unit dan biaya variabel per unit konstan hanya
berlaku untuk waktu tertentu.

2.6. Pengertian Linier Programing


Penetuan luas produksi yang optimal selalu berhubungan dengan keadaan
perekonomian. Karena itu untuk menentukan selalu dibatasi oleh kapasitas
bahan baku yang tersedia, kapasitas tenaga kerja, dan permintaan pasar. Di
dalam penentuan luas produksi digunakan Metode Linier Programing.
Menurut Indriyo Gitosudarmo (2002:157) Metode Linier Programing
yaitu apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk maka
metode perencanaan berapa barang yang akan diproduksi oleh perusahaan agar
keuntungan yang diperoleh maksimal.

Di dalam Linier Programing akan digunakan suatu model matematis


dalam penentuan luas produksi. Linier Programing mencakup perencanaan
kegiatan untuk mencapai hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran yang
paling baik.
2.6.1.

Alasan Menggunakan Linier Programing


Masalah keputusan yang akan dianalisis adalah sebagai alokasi
optimal sumber daya yang terbatas. Sumber daya itu berupa modal,
tenaga kerja, bahan baku, kapasitas mesin, waktu, ruangan dan
teknologi.

Hasil

yang

diinginkan

akan

ditunjukkan

sebagai

maksimalisasi dari beberapa ukuran seperti keuntungan (profit),


penjualan, dan kesejahteraan atau minimalisasi seperti pada biaya,
waktu dan jarak.
Karena penyelesaian seperti di atas ditentukan oleh banyak
variabel, maka penulis menggunakan Linier Programing Metode
Simplek sebagai alat analisis karena merupakan suatu metode paling
efektif dan kesimpulan yang dihasilkan akurat.
2.6.2. Metode-Metode Yang Digunakan Dalam Linier Programing
Metode

Linier

Programing

dalam

optimalisasi produksi ada dua metode, yaitu :

pemecahan

masalah

2.6.2.1. Metode Grafik


Metode ini digunakan dalam pemecahan masalah Linier
Programing yang hanya mempunyai dua variabel.
2.6.2.2. Metode Simplek
Metode Simpleks adalah suatu prosedur aljabar, yang melalui
serangkaian operasi-operasi berulang, dapat memecahkan
suatu masalah yang terdiri dari tiga variabel atau lebih.
Analisis ini digunakan untuk memecahkan luas produksi
yang menyangkut alokasi faktor-faktor produksi atau
masalah optimalisasi (T. Hani Handoko, 1996:385).
Dengan

menggunakan

Metode

Simplek

dapat

ditentukan jumlah yang tepat dari jenis-jenis produk yang


seharusnya

diproduksi

oleh

perusahaan,

dengan

mempertimbangkan terbatasnya faktor-faktor yang ada


dalam permintaan pasar. Sehingga dengan memproduksi
barang dalam komposisi produk yang ditentukan tersebut,
maka keuntungan maksimal akan dapat dicapai sesuai
dengan harapan perusahaan.

2.6.3. Asumsi-Asumsi Dasar Linier Programing


Pemecahan masalah luas produksi dengan Linier Programing
Metode Simplek perlu diperhatikan adanya asumsi-asumsi dasar yang
harus dipenuhi. Karena asumsi-asumsi dasar akan dapat membantu
dalam pemecahan masalah Linier Programing sehingga hasilnya akan
lebih memuaskan.
Adapun asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :
1. Proportionality
Asumsi ini bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan fasilitas
yang tersedia akan berubah sebanding dengan perubahan tingkat
kegiatan.
2. Additivity
Berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi
atau di dalam Linier Programing dianggap kenaikan suatu kegiatan
dapat ditambah tetapi mempengaruhi kegiatan nilai Z yang
diperoleh dari kegiatan lain.
3. Disivibility
Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran out put dan nilai Z yang
dihasilkan oleh tiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan.
4. Deterministic

Bahwa semua parameter yang tersedia dalam Linier Programing


(aij, bi, cj) dapat diperkirakan dengan pasti meskipun tidak tepat.
5. Accountability for Resources
Asumsi ini menyatakan bahwa sumber-sumber yang tersedia harus
dapat dihitung, sehingga dapat dipastikan berapa bagian yang
terpakai dan bagian yang tidak terpakai.

6. Linierity of Objective
Bahwa fungsi tujuan dan kendala harus dapat dinyatakan sebagai
fungsi linier.

2.7. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah bahwa
perusahaan pengecoran logam PT.Suyuti Sido Maju berproduksi belum
optimal sehingga keuntungan yang diperoleh belum maksimal.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran


Agar supaya gambaran penelitian ini secara keseluruhan dapat diketahui
dengan jelas, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Kerangka Pemikiran

FAKTOR-FAKTOR
PRODUKSI
Faktor Internal :
Bahan Baku
Bahan Penolong
Tenaga Kerja
Kapasitas Mesin atau
Peralatan
Modal
Faktor Eksternal :
Permintaan
Pemasaran
Pesaing
Kondisi Ekonomi

PROSES PRODUKSI

ANALISIS :
Break Even Point
(BEP)
Linear Progaming
Metode Simpleks

LUAS PRODUKSI/
VOLUME PRODUKSI

LABA MAKSIMUM

Keterangan gambar :
Faktor produksi merupakan faktor yang mendukung dan berhubungan
langsung dengan proses produksi. Ada dua macam Faktor Produksi yaitu
Faktor Internal yaitu sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri,
antara lain : bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, kapasitas mesin, dan
modal. Sedangkan Faktor Eksternal yaitu faktor-faktor

yang secara tidak

langsung mempengaruhi proses produksi, antara lain : permintaan, pemasaran,

pesaing dan kondisi ekonomi. Dengan menggunakan faktor-faktor yang dimiliki


tersebut suatu perusahaan dapat melakukan proses produksi, yang dapat
menghasilkan barang yang siap untuk dipasarkan.
Untuk mengetahui luas produksi/volume produksi yang optimum dapat
digunakan beberapa alat analisis antara lain : Analisis Break Even Point (BEP)
dan Analisis Linear Programing Metode Simpleks. Analisis Break Even Point
(BEP) merupakan peralatan yang berguna untuk menjelaskan hubungan antara
biaya, penghasilan dan volume penjualan atau produksi. Analisis ini
menunjukkan berapa besar laba perusahaan yang akan diperoleh atau rugi yang
akan diderita pada berbagai tingkat volume yang berbeda-beda di atas dan di
bawah titik break even. Metode Simpleks adalah suatu prosedur aljabar, yang
melalui serangkaian operasi-operasi berulang, dapat memecahkan suatu
masalah yang terdiri dari tiga variabel atau lebih. Alat analisis ini dapat
digunakan untuk memecahkan luas produksi yang menyangkut alokasi faktorfaktor produksi atau masalah optimalisasi. Dari alat analisis ini akan dapat
diketahui volume produksi yang optimal sehingga mendapatkan laba yang
maksimal.

3.2. Data Dan Sumber Data


Dalam penulisan skripsi ini diperlukan data-data yang mendukung untuk
dianalisis. Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

3.2.1. Jenis penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian historis yaitu pengumpulan dan
penelitian data secara sistematik untuk mendeskripsikan, menerangkan,
dan dengan demikian supaya dapat memahami tindakan-tindakan atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi beberapa waktu yang lampau (Soehardi
sigit,1999:167). Dalam penelitian historis ini ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh antara lain : yaitu sebagai alat untuk membantu meramal
dan untuk membuat perbandingan antara masa lampau dan masa
sekarang.
3.2.2.

Obyek Penelitian
Obyek penelitian skripsi ini pada perusahaan pengecoran logam
PT.Suyuti Sido Maju yang beralamat di Desa Tegalsari Kelurahan
Ngawonggo Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten.

3.2.3.

Sumber Data
Untuk mendapatkan data, penulis mengambil langsung dari
perusahaan berupa data primer Yaitu data yang dikumpulkan dan diolah
sendiri oleh penulis dan diperoleh langsung sebelum didokumentasikan
dari obyeknya, yang terdiri dari data produksi, data penjualan dan data
keuangan perusahaan.

3.2.4. Metode Pengumpulan Data


a. Metode Wawancara

Yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan pimpinan


perusahaan.
b. Metode Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke perusahaan
yang bersangkutan.
c. Metode Dokumentasi
Yaitu dengan melihat-lihat dokumen-dokumen yang dimiliki
perusahaan tentang perencanaan produksi, proses produksi dan hasil
produksi, serta karya tulis dan skripsi-skripsi yang terdahulu.
3.2.5.

Jenis Dan Macam Data Yang Diperlukan


Guna

kepentingan

dalam

penyusunan

skripsi

ini

penulis

memerlukan data-data kuantatif, yaitu :


a. Volume produksi tahun 2001 - 2004.
b. Volume Penjualan tahun 2001 - 2004.
c. Harga Jual per unit tahun 2001 - 2004.
d. Kombinasi sumber bahan dasar produk yang tersedia untuk
dialoksikan.

3.3. Teknik Analisis Data

Alat analisis adalah peramalan penjualan AnalisisTrend Pangkat


Tunggal Metode Least Square , Analisis Break Event Point ( BEP ), serta
Analisis Linier Programing dengan Metode Simpleks.
3.3.1. Trend Pangkat Tunggal ( Metode Least Square )
Metode Least Square adalah suatu analisis di mana kita berusaha
menggambarkan pola perkembangan penjualan dari catatan penjualan
pada runtun waktu yang telah lewat untuk dapat memperoleh besar
kecilnya

tingkat

perkembangan

penjualan

tahunan.

(H.Indriyo

Gitosudarmo,2002: 126)
Perhitungan ini digunakan untuk meramalkan penjualan produk di
masa yang akan datang. Dalam penyusunannya menggunakan data
historis penjualan produksi tahun sebelumnya. Atas dasar analisis ini
perusahaan dapat memperkirakan penjualan pada masa yang akan
datang, sehingga perusahaan akan dapat menyusun perencanaan
besarnya kapasitas produksi.
Bentuk umum Trend pangkat Tunggal :
Y = a + bX
di mana :
a = Konstanta
b = Besarnya prubahan Y untuk satu perubahn X
X = Periode waktu

Untuk memproyeksikan garis trend digunakan metode Last Square di


mana titik tengah sebagai tahun dasar dengan rumus :
a =

Y
n

b =

XY
X

di mana :
Y = Jumlah nilai keseluruhan data historis
n = Banyaknya waktu data
X = Periode waktu
3.3.2. Analisis Break Even Point ( BEP )
Analisis terhadap saling berhubungan antar unsur-unsur yang
membentuk laba disebut Analisis Break Even Point (BEP). Dasar yang
digunakan adalah perilaku biaya dalam kaitannya dengan hasil
penjualan. Break Even Point adalah suatu kondisi di mana pada periode
tersebut perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak
menderita kerugian atau dikatakan penghasilan yang diterima sama
dengan biaya yang dikeluarkan (Sutrisno,2003: 203). Analisis ini
menunjukkan berapa besar laba perusahaan yang akan diperoleh atau
rugi yang akan diderita pada berbagai tingkat volume yang berbeda-beda
di atas dan di bawah titik break even.

Menurut Zulian Yamit (2001:59) analisis Break Even Point (BEP)


merupakan sarana untuk mengetahui pada jumlah berapa Total Revenue
(TR) sama dengan Total Cost (TC).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah analisis
penentuan luas produksi yang ditentukan sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Prinsip perhitungan BEP atau impas berdasarkan pada
keadaan di mana perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak
mendapatkan keuntungan. Sehingga analisis ini dapat membantu
pimpinan perusahaan sebagai pedoman dalam merencanakan dan
menentukan luas produksi sesuai dengan keuntungan yang diharapkan
serta menghindari kerugian.
Menurut sutrisno (2003:206) dalam penyusunan perhitungan BEP
digunakan rumus aljabar yang dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Perhitungan BEP atas Dasar Unit
Dengan rumus :
BEP Unit =

BT
P V

di mana :
P

= Harga jual per unit

BT = Biaya tetap
V

= Biaya variabel per unit

b. Perhitungan BEP atas Dasar Penjualan Dalam Rupiah

Dengan rumus :
BEP Rupiah =

BT
1V / P

di mana :
P

= Penjualan

BT = Biaya tetap
V

= Biaya variabel per unit

3.3.3. Analisis Linier Programing dengan Metode Simpleks

Metode Simpleks merupakan algorithma untuk memecahkan


masalah umum linier programing. Metode Simpleks adalah suatu
prosedur aljabar, yang melalui serangkaian operasi-operasi berulang,
dapat memecahkan suatu masalah yang terdiri dari tiga variabel atau
lebih. Analisis ini digunakan untuk memecahkan luas produksi yang
menyangkut alokasi faktor-faktor produksi atau masalah optimalisasi (T.
Hani Handoko, 1996:385).
Adapun rumus yang digunakan adalah :
Memaksimumkan fungsi tujuan :
Z max = C1X1 + C2 X2 + .. + Cj Xj

Secara umum fungsi kendala atau batasan dari metode Simpleks adalah
sebagai berikut :
a11X1 + a12X2 + ... + a1jX J = b1
a21X1 + a22X2 + + a2jX J = b2

... + + + = b1
ai1X1 + ai2X2 + .. + aijX J = bi

sedangkan fungsi non negatif :


X > 0, X > 0, , X > 0

Secara singkat rumus tersebut dapat ditulis sebagai berikut :


n
Z = Cj . Xj
j=1

( fungsi tujuan )

n
aij . Xj
j=1

( fungsi batasan )

Xj > 0
Di mana :

( fungsi non negatif )

Z = Nilai optimal.
I

= Nomor setiap sumber/fasilitas yang tersedia (I = 1, 2, 3, .. , n).

= Nomor setiap kegiatan yang menggunakan sumber yang tersedia


(j = 1, 2, 3, .., n)

aij = Banyaknya sumber I yang diperlukan untuk menghasilkan setiap


unit out put kegitan j.
Xj = Tingkat kegiatan ke j.
bi = Banyaknya sumber atau fasilitas untuk dialokasikan sebagai
batasan.
Cj = Kenaikan Z bila ada pertambahan tingkat kegiatan j terhadap
nilai Z / Contribusi Margin.

Bila bentuk standar tersebut dimasukkan dalam bentuk tabel, maka


akan diperoleh bentuk umum Tabel Simpleks seperti dibawah ini:
Tabel 3.1.
Bentuk Umum Tabel Simpleks
CB
CB
CB

CB

VERB
BASIS
S1
S2

Si

Cj
B1
b1
b2

bi
Z

C1
a1
a11
a21

ai1
Z1 C1

C2
a2
a12
a22

ai2
Z1 C1

Cj
aj
a1j
a2j

aij
Z1 C1

Keterangan tabel :
1.

CB menggambarkan koefisien fungsi tujuan untuk variabel basis.

2.

Kolom variabel basis berisikan slack variable yang akan digantikan


oleh variabel keputusan.

3.

Kolom b berisikan koefisien ruas kanan setiap kendala.

4.

Baris c berisikan koefisien tujuan setiap variabel keputusan.

5.

Baris a berisikan variabel keputusan.

6.

Baris Z C berisikan angka hasil pengurangan Z C yang akan


memberikan informasi apakah tabel sudah optimal.

BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT.Suyuti Sido Maju adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengecoran


logam (foundry) dan permesinan (machinary). Perusahaan ini berdiri tahun 1984
dengan akte pendirian notaris No.862/DAL/LD/II/VII/84 dengan Direktur Utama
Santoso Budi Raharjo, SE.
PT.Suyuti Sido Maju sebagai perusahaan pengecoran logam yang cukup
berpengalaman selalu berusaha meningkatkan produktivitas dan mengutamakan
kualitas suatu produk yang dihasilkan, yang selanjutnya sasaran utama kepuasan
pelanggan sebagai mitra kerja dapat dicapai dengan baik. Hal ini terbukti dengan
diperolehnya penghargaan Siddhakarya tingkat jawa tengah pada tahun 1995.
dalam melaksanakan proses produksi PT.Suyuti Sido Maju melaksanakan SNI19-9000 (ISO 9000) dan menetapkan kebijakan mutu di puncak pimpinan sebagai
pedoman mutu produk yang dihasilkan. Prinsip usaha PT.Suyuti Sido Maju
adalah menjadikan yang terbaik bagi pelanggan serta mampu menjadikan
industri yang tangguh dan mandiri.
Dilihat dari hasil penjualan produknya, perkembangan perusahaan saat ini
sangat pesat setelah adanya bantuan dari Bank BNI 46 dan juga dari Bank
Danamon yaitu berupa pinjaman kredit lunak dari kedua bank tersebut. selain itu

juga perusahaan juga ikut dalam pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan


produksi guna meningkatkan mutu produksi perusahaan antara lain pelatihan di
PT.Natra Raya dan di MIDC, selain itu perusahaan juga mengadakan kerjasama
dengan POLMAN yang juga ada di Ceper yang merupakan lembaga pengujian
produk dan kualitas produk perusahaan serta dilakukannya pelatihan bagi
karyawan perusahaan yang berpotensi bagi perusahaan.
Adapun legalitas perusahaan PT.Suyuti Sido Maju sebagai berikut :
Nama Perusahaan

: PT.SUYUTI SIDO MAJU

Nama Pemilik

: Santoso Budi Raharjo, SE.

Alamat Perusahaan

: Jl.Tegalsari Ngawonggo Ceper Klaten 57465

Ijin Usaha

: SIUP No.170/11.12/XI/1994

Ijin Industri

: TDP No.11.12.1.27.00076

Ijin Dagang

: 862/DAL.LD.II/VII/1984

N.P.W.P

: 01-545-670-0-525-0

4.2. Lokasi Perusahaan

PT.Suyuti Sido Maju berlokasi di Jl. Tegalsari, Ngawonngo, Ceper Klaten.


Perusahaan berdiri di atas lahan 4280 m2

1
2
3

5
4c

7
7

4b

4a

11
10

17

13
12

14

15
7

16
7
7

Gambar 4.1. Denah (lay Out) PT.Suyuti Sido Maju

Keterangan Denah :
1. Ruang Mesin Induksi
2. Ruang Bahan Baku Dan Bahan Penolong

3. Ruang Generator Air


4a Ruang Pencetakan I
4b Ruang Pencetakan II
4c Ruang Pencetakan III
5. Ruang Pencetakan Pola
6. Mushola
7. Kamar Mandi/Toilet
8. Ruang Mesin Pembersih I
9. Ruang Panel Listrik
10. Ruang Mesin Pembersih II
11. Ruang Mesin Bor
12. Gudang
13. Kantor
14. Ruang Pembuatan pola
15. Ruang Mesin Pembubutan
16. Rumah Induk
17. Tempat Parkir dan Halaman

4.3. Struktur Organisasi Perusahaan


Direktur
Utama

Dept.
Pemasaran

Dept.
Produksi

Foundry
Peleburan

Moulding
Pencetakan

Dept.
Keuangan

Finishing

Dept.
Pembantu

Pembelian

Dept.
Personalia

Maintenance
pemeliharaan

Gambar 4.2. Bagan Struktur Organisasi PT.Suyuti Sido Maju


4.3.1. Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Direktur

1. Mengatur, memimpin, mengkoordinasi dan membina seluruh


kegiatan perusahaan sehingga menjadi perusahaan yang produktif,
efisien, berdaya saing tinggi dan menguntungkan.
2. Bekerja sama dengan lembaga/institusi terkait dan mitra usaha.
3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan komersial dengan jalan membina
hubungan dengan para pelanggan dan calon pelanggan serta promosi
penjualan agar target keuntungan perusahaan yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya perusahaan semaksimal
mungkin.
5. Memimpin rapat bulanan dengan kepala bagian atas programprogram yang telah dilaksanakan oleh perusahaan.

4.3.2. Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Departemen Pemasaran

1. Merencanakan budget penjualan perusahaan.


2. Melakukan kegiatan atas sales promotion dan purna jual.
3. Mengusahakan agar data untuk keperluan pemasaran dapat
dikumpulkan dan diolah sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
untuk memperoleh pesanan.
4. Mengusahakan agar bahan baku dan bahan penolong yang
dibutuhkan untuk bagian produksi dapat disediakan tepat waktu,
terjamin mutunya dan dengan harga yang wajar.
5. Membina dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan dan
calon pelanggan.
6. Membuat penawaran harga kepada pelanggan.
7. Menandatangani Purchase Order.
8. Memimpin rapat rutin dengan Departemen Pemasaran.
9. Memberikan masukan kepada kepala bagian produksi tentang
kebutuhan pasar saat ini yang diperlukan oleh pelanggan.
10. Bertanggung jawab terhadap kontrak pesanan dengan pelanggan
maupun atas kebutuhan bahan/barang yang dibeli perusahaan.
11. Melaksanakan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan tugas
bagian tersebut.

4.3.3. Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Departemen Produksi

1. Mengusahakan agar produksi yang dihasilkan dapat memenuhi


persyaratan yang dikehendaki pemesan ditinjau dari segi mutu dan
waktu penyerahan.
2. Target produksi yang dibebankan kepada bagian produksi dapat
tercapai.
3. Menjaga dan memelihara mesin dan peralatan yang digunakan dapat
bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai produktivitas yang tinggi.
4. Memimpin dan bekerja sama dengan karyawan bawahannya agar
dapat

mencapai

target

produksi

yang

direncanakan

bagian

pemasaran.
5. Melaporkan hasil produksi.
6. Mendidik dan mengembangkan ketrampilan bawahannya.
7. Membuat agar penggunaan jam kerja produksi lebih efisien.
8. Mengontrol pelaksanaan produksi sesuai dengan Standard Operation
Procedure (SOP).
9. Membuat program perbaikan operasional produksi.
10. Memimpin rapat mingguan dengan tim produksi.
11. Melaksanakan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan bagian
tersebut.

4.3.4. Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Departemen Keuangan

1. Membuat laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, cashflow dan


lain-lain).
2. Melaksanakan penagihan kepada pelanggan yang belum selesai
pembayarannya.
3. Membuat laporan penjualan.
4. Melaksanakan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan tugas
bagian tersebut.
5. Menciptakan kondisi kerja yang baik agar terwujud ketenangan dan
kegairahan kerja karyawan.
6. Menyelenggarakan administrasi, mengolah data personil serta
menyusun program kegiatan mengenai administrasi dan keuangan.
7. Mengusahakan agar kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi sesuai
kebutuhan pekerjaan produksi.
8. Mengusulkan

penghargaan

dan

sanksi

terhadap

karyawan

bawahannya

4.3.5. Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Departemen Personalia

1. Menyiapkan data dokumen dari tiap departemen.


2. Menyediakan formulir untuk tiap departemen.
3. Mendistribusikan
berkepentingan.

data

yang

absah

kepada

pihak

yang

4.3.6. Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Departemen Pembelian

1. Menjamin pengadaan bahan yang akan digunakan dalam proses


produksi.
2. Melakukan penilaian terhadap pemasok barang serta kualitas barang.
3. Menyelenggarakan administrasi pembelian.

4.3.7. Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Departemen Pemeliharaan

1. Membuat rencana perawatan mesin sesuai standar yang ditentukan.


2. Membuat standar pengoperasian mesin.
3. Memperbaiki mesin apabila terjadi kerusakan.

4.4. Personalia
4.4.1. Status Karyawan

Karyawan PT.Suyuti Sido Maju terdiri dari karyawan tetap dan


karyawan harian lepas. Jumlah karyawan tetap PT.Suyuti Sido Maju terdiri
dari 70 orang, sedangkan jumlah karyawan harian lepas disesuaikan dengan
kebutuhan karena karyawan harian lepas ini dibutuhkan bilamana
perusahaan menerima pesanan barang dalam jumlah yang sangat banyak
dan waktu yang diperlukan untuk produksi sangat terbatas. Karyawan

PT.Suyuti Sido Maju diangkat dan diberhentikan oleh direktur utama


selaku pimpinan perusahaan.
4.4.2. Penggajian Karyawan

Dalam hal penggajian karyawan perusahaan, pemimpin perusahaan


mempunyai kebijakan bahwa gaji karyawan tetap berdasar atas UMP
daerah yang bersangkutan sedangkan untuk karyawan harian lepas
disesuaikan dengan kemampuan karyawan tersebut dan berat tidaknya
pekerjaan yang akan dilakukan.
Sistem penggajin karyawan pada PT.Suyuti Sido Maju, gaji karyawan
diberikan tiap seminggu sekali pada hari sabtu, sedangkan untuk karyawan
harian lepas diberikan tiap hari sesuai dengan jam kerja mereka.
4.4.3. Tunjangan Kesejahteraan

Adanya kesejahteraan karyawan akan dapat mendorong kemajuan


perusahaan, baik itu kualitas maupun kuantitas produk perusahaan tersebut
PT.Suyuti Sido Maju sebagai perusahaaan yang sadar akan adanya
kebutuhan kesejahteraan karyawannya maka perusahaan memberikan
berbagai bentuk kesejahteraan karyawannya antara lain :
1. memberikan uang lembur pada para karyawan yang lembur.
2. memberikan Tunjangan Hari Raya (THR).

3. memberikan ijin cuti kepada karyawan pada hal-hal tertentu misal :


hari raya, sakit, kepentingan keluarga atau keperluan mendadak
karyawan.
4. memberikan jaminan kesehatan apabila terjadi kecelakaan kerja.
5. memberikan premi kepada karyawan yang dianggap berprestasi
untuk merangsang produktivitas kerja.

4.4.4. Pembagian Jam Kerja

Dalam pembagian jam kerja, PT.Suyuti Sido Maju mempunyai


kebijaksanaan sebagai berikut :
1.

Hari senin sampai kamis dan hari sabtu mulai bekerja pukul 07.30
15.30 WIB dengan waktu istirahat siang pukul 11.30 12.30 WIB.

2.

Hari jumat mulai bekerja pukul 07.30 15.30 WIB dengan waktu
istirahat siang pukul 11.00 13.00 WIB.

3.

Hari minggu karyawan libur, apabila karyawan masuk bekerja


dihitung kerja lembur sesuai dengan jam kerja karyawan.

4.5. Pemasaran

Dalam memasarkan produk-produk dari perusahaannya PT.Suyuti Sido


Maju pada awal mulanya menawarkan produk-produknya ke perusahaanperusahaan besar melalui para kontraktor.

Karena para konsumen sudah mengetahui tempat, letak dan kemampuan


dalam membuat produk yang bagus serta adanya kemajuan teknologi yang sudah
maju dengan adanya teknologi komunikasi yang sudah canggih, Sekarang para
konsumen banyak yang langsung datang sendiri ke perusahaan PTSuyuti Sido
Maju dan juga via telepon dan faximile. PTSuyuti Sido Maju juga bekerja sama
dengan perusahaan lain dalam hal pemasaran produk dengan perusahaan lain
dan supplier-suplier sebagai distributor produknya.
Pemasaran produk PT.Suyuti Sido Maju di Indonesia antara lain : Jakarta,
Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Pati, Kudus, Semarang, Medan,
sebagian Kalimantan, dan Klaten sendiri. Saat ini produk yang dihasilkan oleh
PT.Suyuti Sido maju sudah bersifat nasional dan sekarang sudah mulai
merambah ke pasar bebas ASEAN dengan membuat produk Pig Iron.

PRODUSEN

DISTRIBUTOR

PEDAGANG BESAR

PEDAGANGKECIL

KONSUMEN

Gambar 4.3. Saluran Distribusi Produk Perusahaan PT.Suyuti Sido Maju

4.6. Produksi

Agar kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga dalam usahanya


memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar, maka produksi diusahakan tetap
berlangsung, dengan jalan memproses sumber daya yang ada dengan melibatkan
modal dan tenaga kerja agar menghasilkan barang yang mempunyai nilai guna
yang lebih tinggi.
PT.Suyuti Sido Maju adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang pengecoran logam (foundry) baik berupa pengecoran besi, baja maupun
aluminium dan permesinan (machinery). Dalam usahanya perusahaan ini
menghasilkan bermacam-macam jenis produk baik yang bersifat tetap maupun
tidak tetap. Produk yang bersifat tetap antara lain adalah : End Bracket,
Discharge Elbow, Fan, Bearing Cover, dan Ejector Casing. sedangkan produk
yang tidak tetap adalah produk yang dihasilkan berdasarkan pesanan konsumen
misalnya : Counterweight, Clamp, Pump Casing, Casing Liner, Suction Flang,
Galnd, Suction Cover, Burner, Bross Cup, Brake Drum, Cylinder Liner, kopler
nepler, kipas dinamo, plug kran (gibult joint), block metal, sepatu rem block,
pully, pagar antik dan tiang lampu jalan.
PT.Suyuti Sido Maju memproduksi :
1.

Komponen Generator Listrik : End Bracket, Fan, Discharge Elbow, Bearing


Cover.

2.

Komponen Pompa Air Listrik : Casing Liner A/B, Casing Ejector, Suction
Flange, Presure Flange.

3.

Komponen Kompor Gas.

4.

Pig Iron Local.


PT.Suyuti Sido Maju juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan

besar untuk memproduksi produk-produknya antara lain :


1.

PT.Dein Prima Generator, Jakarta.

2.

PT.Panasonic Manufacturing Indonesia, Jakarta.

3.

PT. Ebara Indonesia, Jakarta.

4.

PT.Pascal, Jakarta.

5.

PT.Hwezen Indah, Jakarta.

4.7. Proses Produksi

Untuk menghasilkan produk barang, perusahaan melakukan proses


produksi melalui beberapa tahap, antara lain yaitu :

4.7.1. Tahap Pembuatan Pola (Pattern) dan cetakan

Dalam proses pembuatan pola (pattern) dan cetakan, pola dan


cetakan menyesuaikan dengan barang yang akan dicetak. Adapun bahan
baku dan bahan penolong yang digunakan untuk proses pembuatan pola
(pattern) dan cetakan adalah sebagai berikut :

a. Pola/Pattern
Kayu
Aluminium
Dempul
Baut
Amplas

b. Alat-alat Cetak
Adapun alat alat yang dibutuhkan dalam proses produksi adalah
sebagai berikut :
Mesin Induksi
Mixer Pasir
Palu Penumbuk
Cetok Perata
Sendok Perata dan Pembuat Cekung
Ladle (penampung cairan besi cor)
Alat pengeruk
Kuas

c. Inti/Core
Resine
Cement Process

CO2 Process

d. Cetakan/Moulding
Pasir Silika
Pasir kuarsa
Semen
Bentonite
Gula Tetes
Grafit/Sea Coal
Air

Proses pembuatan cetakan diawali dengan pengolahan pasir


green sand dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1.

Pasir silica, pasir cucian dan pasir daur ulang dimasukkan ke


dalam mixer.

2.

Muatan pasir disesuaikan dengan banyaknya atau komposisi


yang telah ditentukan, kemudian dimasukkan bentonite ke
dalam mixer.

3.

Mixer dinyalakan sehingga pasir akan bercampur dengan


bentonite secara merata Kemudian

ditambah dengan sea

coal/grafit. Ketiga bahan dibiarkan tercampur sampai merata.

4.

Menambah air kira-kira 3% 4% dari proses komposisi


Charging material untuk mencapai tingkat kebasahan dan
permabilitas yang diinginkan.

5.

Pengecekan sederhana dengan cara mengambil segenggam pasir


dari mixer kemudian digenggam kuat-kuat dengan telapak
tangan, kemudian dipatahkan mejadi dua bagian.

6.

Apabila kedua patahan bagian tersebut dapat tersambung berarti


kompisisi pasir yang diolah tercampur dengan merata dan dapat
dipakai untuk proses mencetak.

7.

Apabila patahan hasilnya pecah berarti kandungan bentonite


yang ada di mixer masih kurang sehingga perlu ditambah
kembali.

8.

Apabila hasil pencampuran bahan lengket berarti kandungan air


terlalu banyak sehingga perlu dikurangi.

9.

Syarat pasir cetak yang baik adalah bersih, halus dan bersuhu
rendah sehingga mampu menahan cairan logam yang panas.
Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan cetakan dengan

green sand dengan langkah-langkah sebagai berikut :


1.

Menyiapkan pola (pattern), kerangka cetak dan alat Bantu cetak


seperti sekop, alat tumbuk, serbuk anti air/grafit, lanset, kuas
dan perata pasir.

2.

Menyiapkan lahan untuk cetakan dengan disiram air terlebih


dahulu.

3.

Menaburkan anti air/garfit dengan cara dikuas ke dalam pola


(pattern) sebelum kerangka cetak diisi dengan pasir untuk
memudahkan pelepasan pada waktu proses cetak.

4.

Mengisis kerangka cetak bagian bawah dengan pasir cetak yang


suadah di mixer, kemudian ditumbuk dengan alat penumbuk
pasir sampai padat lalu ratakan dengan mistar perata.

5.

Membalik

rangka

cetak

kemudian

memberikan

sistem

saluran/getting system.
6.

Mengisi kembali kerangka cetak bagian bawah dengan pasir


cetak yang sudah di mixer.

7.

Menarik sistem saluran dan sistem saluran gas pada rangka


cetak bagian atas, kemudian diratakan dengan dengan mistar
perata.

8.

Menarik/mengangkat kerangka cetak bagian atas, kemudian


pola (pattern) dilepas dari kerangka cetak bagian bawah.

9.

Melakukan kontrol terhadap kerangka cetak dengan cara


membersihkan cetakan dari sisa pasir yang rontok dan
memperbaiki

cetakan

yang

rusak

menggunakan

lanset.

Membuat saluran tuang, apabila menggunakan inti cetak/core

ditempatkan pada copy cetakan bagian bawah kemudian


disatukan dengan kerangka bagian atas.
10. Melepas kerangka cetak dari pasir cetakan kemudian saluran
tuang ditutup dengan potongan triplek atau plat tipis untuk
menghindari kotoran masuk sebelum proses penuangan
dilakukan.

4.7.2. Tahap Peleburan/Pengecoran

Adapun bahan baku dan bahan penolong yang digunakan untuk


proses peleburan (Foundry) adalah sebagai berikut :

Besi Scrap

Besi daur Ulang FC 250

Scrap Baja

Ferro Silikon

Ferro Mangan
Proses peleburan dilakukan dengan menggunakan mesin induksi,

adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :


a. Melakukan pemanasan awal kurang lebih 1 sampai 1,5 jam sebelum
operasi peleburan dimulai
b. Menyiapkan peralatan untuk Tapping yaitu Ladle sesuai ukuran yang
sebelumnya lining dalam keadaan kering

c. Menyiapkan bahan peleburan seperti : Besi Scrap, Besi daur ulang


FC 250, baja scrap, serta bahan penolong seperti : ferro silicon, ferro
mangaan, dan lain-lain
d. Menyiapkan peramuan dan melakukan penimbangan material sesuai
dengan komposisi Charging material yang telah ditentukan
e. Memasukkan bahan baku dan bahan penolong yang telah tersedia
sesuai dengan jumlah muatan yang ditentukan ke dalam mesin
Induksi
f.

Melakukan proses tapping dengan ladle yang tersedia ke dalam


cetakan

4.7.3. Tahap Pelepasan

Setelah proses pengecoran dilakukan, maka untuk sementara


didinginkan kurang lebih 4 5 jam. Selanjutnya dilakukan proses
pelepasan dari cetakan dengan memisahkan hasil cetakan dengan alat
pencetak yang kemudian dilakukan pemeriksaan awal dan pembersihan
pada hasil cetakan.

4.7.4. Tahap Pembubutan

Setelah melalui proses pemeriksaan awal dan pembersihan dengan


mesin pembersih, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan setelah
hasil cetakan dilakukan pembersihan.
Agar hasil cetakan menjadi produk jadi yang siap dipakai kemudian
dilakukan proses pembubutan yaitu membentuk barang agar sesuai dengan
standart. Pengukuran standar hasil harus sesuai dengan standar yang sudah
diberikan dari pemesan atau pelanggannya yaitu salah satunya dengan
melalui test visual.

4.7.5. Tahap Finishing

Setelah tahap pembubutan selesai dan sudah menjadi barang jadi


maka diberlakukan proses penyempurnaan dengan cara melakukan
pengecatan. Tidak semua barang jadi dicat, penggunaan cat ini
sebenarnya hanya untuk mencegah korosi. Barang yang sudah jadi yang
akan dicat tergantung dari permintaan pelanggan.

4.8. DATA PERUSAHAAN


4.8.1.

Penetapan Harga Jual

Dalam penetapan harga jual produk barang di PT.Suyuti Sido


Maju terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, karena akan

sangat mempengaruhi besar kecilnya biaya yang akan dikeluarkan.


Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.

Berat produk dan jenis bahan baku yang akan digunakan dalam
membuat produk.

2.

Tingkat kesulitan dalam pembuatan cetakan.

3.

Faktor kesulitan dalam pembuatan benda.

4.

Alat yang digunakan serta waktu yang diperlukan untuk


memproduksi barang.

5.

Banyaknya tenaga yang diperlukan untuk memproduksi barang.


Adapun harga jual yang telah ditentukan oleh perusahaan

PT.Suyuti Sido Maju adalah sebagai berikut :


Tabel 4.1.
Penetapan Harga Jual Produk
PT.Suyuti Sido Maju Tahun 2005
Jenis Produk

Harga Jual

1. End Bracket 300F

Rp.67.500,00

2. Discharge Elbow

Rp.32.000,00

3. Ejector Casing

Rp.10.600,00

4. Bearing Cover 225

Rp. 6.000,00

5. Fan 23

Rp.16.500,00

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

4.8.2.

Volume Produksi

Dalam melakukan produksi PT.Suyuti Sido Maju berpedoman


pada pesanan dan angka penjualan pada tahun-tahun sebelumnya.

Namun perkiraan Produksi setiap tahunnya tidak selalu tepat, karena


dipengaruhi oleh permintaan dan penjualan. Data volume produksi
PT.Suyuti Sido Maju dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2.
Data Volume Produksi PT.Suyuti Sido Maju
Tahun 2001 2005 ( Dalam Unit )
Jenis
Produk
1. End Bracket 300F

2001
500

Tahun
2002
2003
500
600

2004
650

2. Discharge Elbow

1000

1000

1000

1200

3. Ejector Casing

5000

5000

6000

6000

4. Bearing Cover 225

4000

5500

6000

6000

5. Fan 23

400

400

650

600

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

4.8.3.

Kegiatan Penjualan

Kegiatan penjualan dalam suatu perusahaan merupakan salah satu


kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Dalam kegiatan penjualannya PT.Suyuti Sido Maju tidak
mengalami hambatan karena barang-barang produksinya bisa langsung
terjual habis setiap kali berproduksi, sehingga tidak ada biaya tambahan
untuk gudang. Untuk kegiatan penjualan PT.suyuti Sido Maju dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3.
Data Kegiatan Penjualan PT.Suyuti Sido Maju
Tahun 2001 2005 ( Dalam Unit )
Jenis

Tahun

Produk
1. End Bracket 300F

2001
500

2002
500

2003
600

2004
650

2. Discharge Elbow

1000

1000

1000

1200

3. Ejector Casing

5000

5000

6000

6000

4. Bearing Cover 225

4000

5500

6000

6000

5. Fan 23

400

400

650

600

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

4.8.4.

Data Biaya Perusahaan

Mengingat PT.Suyuti Sido Maju memproduksi berbagai macam,


produk barang dan beraneka jenis, bentuk dan ukuran, maka penulis
hanya membatasi pada produk yang dapat mewakili karakteristik dari
seluruh jenis produk yang dihasilkan dan bersifat produk tetap.
Pertimbangan lain adalah produk yang dijadikan sampel memiliki
angka produksi dan penjualan yang cukup tinggi.
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh PT.Suyuti Sido Maju terdiri
dari :
4.8.4.1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Tabel 4.4.
Pengeluaran Biaya Tetap
PT.Suyuti Sido Maju
Tahun 2005
Biaya Penjualan

Biaya Penjualan/Resiko Penjl.


Biaya Pengangkutan
Biaya Pemeliharaan

Rp.10.750.000,00
Rp. 5.720.000,00
Rp.
0

Biaya Asuransi
Service Penjualan

Rp.
0
Rp. 2.860.000,00
+
Rp. 19.330.000,00

Jumlah
Biaya Administrasi Dan Umum

Biaya Gaji Karyawan


Biaya Pembelian Peralatan
Biaya Pajak Kendaraan
Biaya Listrik,Telepon, Dan Air

Rp. 81.849.500,00
Rp. 1.875.500,00
Rp. 2.270.000,00
Rp. 30.652.022,00
+
Rp. 116.647.022,00

Jumlah
Biaya Overhead Pabrik Tetap

Biaya Pemeliharan Gedung


Biaya Pemeliharaan Peralatan
Depresiasi Gedung/Pabrik
Depresiasi Mesin Dan alat
Depresiasi Kendaraan
Depresiasi Inventaris kantor
Biaya Pajak Kendaraan
Biaya Listrik,Telepon, Dan Air

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

572.000,00
645.500,00
1.200.000,00
32.500.000,00
908.000,00
1.560.000,00
1.080.000,00
1.201.100,00

Jumlah

+
Rp. 39.666.600,00
+

Jumlah Total

Rp. 175.643.622,00

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

4.8.4.2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan dengan


besarnya volume produksi, yang terdiri dari :
1. Biaya Bahan Baku
Komposis bahan baku dan bahan penolong untuk semua produk yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah berbeda. Kompisis bahan baku dan bahan penolong untuk
tiap produk dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.5.
Komposisi Bahan Baku
Bahan Baku

Komposisi Bahan Baku

1. BDU FC 250

200 Kg

2. Chip FC

800 Kg

3. Ferro Silicon ( FeSi )

4 Kg

4. Karbon (C )

15 kg

5. Mangaan ( Mn )

0.6 Kg

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

Tabel 4.6.
Komposisi Penggunaan Bahan Baku
Per unit Produk ( Dalam Kg )

Bahan Baku

1. BDU FC 250

Komposisi Tiap Jenis produk ( Dalam Kg )


End
Bearing
Discharge Ejector
Bracket
Cover Fan 23
Elbow
Casing
300F
225
3,08
1,91
0,37
0,18
0,86

2. Chip FC

12,3

7,62

1,48

0,74

3,45

3. Ferro Silicon

0,06

0,04

0,01

0,003

0,02

4. Karbon (C )

0,23

0,14

0,03

0,01

0,06

5. Mangaan ( Mn )

0,01

0,01

0,001

0,001

0,003

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

Penetapan harga bahan baku dan bahan penolong telah


disesuaikan oleh PT.Suyuti Sido Maju

disesuaikan dengan

harga di pasar. Adapun harga beli bahan baku dan bahan


penolong dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7.
Harga Beli bahan Baku Dan Penolong
Bahan Baku Dan Bahan Penolong

Harga ( Per Kg )

1. BDU FC 250

Rp. 2.700,00

2. Chip FC

Rp. 1.300,00

3. Ferro Silicon ( FeSi )

Rp. 9.000,00

4. Karbon (C )

Rp. 1.300,00

5. Mangaan ( Mn )

Rp. 6.000,00

6. Cat

Rp.19.500,00

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


PT.Suyuti Sido Maju dalam memperhitungkan pembayaran upah/gaji
karyawannya disesuaikan dengan perhitungan per unit produk (per unit waktu).
Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh PT.Suyuti Sido Maju adalah
sebagai berikut :

Tabel 4.8.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
PT.Suyuti sido Maju
Tahun 2005

1. End Bracket 300F

Biaya Tenaga Kerja


Langsung
Rp.3.157.500,00

2. Discharge Elbow

Rp.3.375.000,00

3. Ejector Casing

Rp.9.300.000,00

4. Bearing Cover 225

Rp.5.400.000,00

5. Fan 23

Rp.2.117.000,00

Jenis Produk

3. Laba Kontribusi (Contribution Margin)


Dalam menentukan luas produksi yang optimal,
diperlukan data mengenai laba kontribusi (Contribution
Margin). Laba kontribusi (Contribution Margin) adalah
laba yang diperolehn dari harga pokok penjualan dikurangi
dengan total biaya variabel atau laba sebelum dikurangi
biaya tetap. Dalam penentuan laba/keuntungan (profit)
yang

maksimum,

menentukan

titik

laba

kontribusi

impas

(BEP),

digunakan
yaitu

untuk
dengan

menjumlahkan laba kontribusi masing-masing produk,


ditambah biaya tetap perusahaan. Untuk lebih jelasnyalaba
kontribusi (Contribution Margin) PT.Suyuti Sido Maju
Tahun 2005 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9.
Laba Kontribusi (Contribution Margin)
PT.Suyuti Sido Maju
Tahun 2005

Keterangan

End
Bracket
300F

Jenis Produk (Rupiah)


Bearing
Discharge Ejector
Cover
Elbow
Casing
225

Fan
23

Harga Jual per unit


Hpp

67.500

32.500

10.600

6.000

16.500

BDU FC 250

8.470

5.252

1.018

495

2.365

Chip FC

15.990

9.906

1.924

962

4.485

Ferro Silicon (FeSi)

540

360

90

27

180

Karbon (C)

299

182

39

13

78

Mangaan (Mn)

60

60

10

10

18

25.359

15.760

3.081

1.507

7.126

12.750

8.350

1.200

750

3250

5.900

3.700

750

500

2.100

44.009

27.810

5.031

2.757

12.476

23.491

4.690

5.569

3.243

4.024

Bahan Baku & Penolong

Jumlah
Biaya Tenaga Kerja
Langsung Variabel
Biaya Overhead Pabrik
Variabel
Total Biaya
Contribution Margin

BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASANNYA

Untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan maka penulis akan


merumuskan persoalan-persoalan untuk menentukan luas produksi yang optimal
untuk memaksimalkan laba/keuntungan (profit) yang akan diperoleh. Penulis akan
menggunakan pemecahan masalah dengan Linier Progamming Metode Simpleks
untuk mengolah data yang diperoleh dari perusahaan. Dengan menggunakan linier
Programming Metode Simpleks maka penulis akan menggunakan alat Bantu dengan
menggunakan komputer Program QSB + (Quantitive System for Business Plus).
Adapun untuk menghitng produksi yang optimal akan ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Merumuskan fungsi tujuan.
2. Merumuskan fungsi batasan.
3. Menyusun dalam Progran linier Programming.

1. Merumuskan Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan menunjukkan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahan


berupa data perusahaan yang telah diolah dalam bentuk Contribution Margin.
Yaitu :
Maksimum :
Z = 23.491X1 + 4.690X2 + 5.569X3 + 3.243X4 + 4.024X5

Keterangan :
Z : Total Contribution Margin.
X1 : Jumlah Produk End Bracked 300F.
X2 : Jumlah Produk Discharge Elbow.
X3 : jumlah Produk Ejector Casing.
X4 : Jumlah Produk Bearing Cover 225.
X5 : Jumlah Produk Fan 23.

2. Merumuskan Fungsi Tujuan

Fungsi kendala merupakan gambaran dari kendala-kendala yang dihadapi


oleh perusahaan. Kendala ini merupakan pembatas bagi kegiatan perusahaan
dalam menganilisis produknya. Adapun kendala-kendala yang ada pada
perusahaan PT.Suyuti Sido Maju yang akan digunakan dalam Analisis Linier
Programming guna memperoleh kombinasi produk yang tepat adalah sebagai
berikut :
2.1. Permintaan Pasar
Dengan berdasarkan data penjualan kelima produk PT.Suyuti Sido
Maju untuk logam jenis End Bracket 300F, Discharge Elbow, Ejector
Casing, Bearing Cover 225, dan Fan 23 mulai dari tahun 2001 2004,

maka dapat diketahui peramalan permintaan (Forecasting) tahun 2005


adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1.
Data Peramalan Permintaan (Forecasting)
PT.Suyuti Sido Maju
Tahun 2005
Jenis Produk

1. End Bracket 300F


2. Discharge Elbow
3. Ejector Casing
4. Bearing Cover 225
5. Fan 23

Jumlah

700 unit
1.450 unit
6.500 unit
6.875 unit
675 unit

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

( Data perhitungan peramalan permintaan (forecasting) dapat dilihat


pada lampiran 1, 2, 3, 4, dan 5 )
Setelah meperhatikan tabel 5.1 maka fungsi kendala permintaannya
dapat dirumuskan sebagai berikut :
X1

700

X2 1.450
X3 6.500
X4 6.875
X5

675

2.2. Kapasitas Mesin

a. Batasan Mesin Cetak


kapasitas ini membatasi jumlah produksi yang dapat dihasilkan
perusahaan.

Perusahaan

mempunyai

10

mesin

cetak

yang

dioperasikan 8 jam tiap hari. Dalam satu tahun diperhitungkan 300


hari. Maka dapat diperhitungkan kapasitas mesin cetak keseluruhan
selama satu tahun yaitu :
10 x 8 x 300 x 60 menit = 1.440.000 menit.
Tabel 5.2.
Batasan Waktu Mencetak Produk
( Dalam Menit )
Jenis Produk

1. End Bracket 300F


2. Discharge Elbow
3. Ejector Casing
4. Bearing Cover 225
5. Fan 23

Waktu

15 menit
10 menit
8 menit
8 menit
12 menit

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

Dari tabel 5.2 maka batasan pencetakan dapat dirumuskan sebagai berikut
:
15 X1 + 10 X2 + 8 X3 + 8 X4 + 12 X5 1.440.000 menit

b. Batasan Peleburan
Peleburan merupakan proses waktu mencairkan kembali semua bahan
baku dan bahan penolong untuk kemudian dicetak ulang menjadi bentuk
yang diinginkan. Dalam perusahaan pengecoran logam, proses peleburan

memegang peranan utama yang penting, tahapan ini akan dilalui oleh
semua jenis produksi yang ada. Sehingga keterbatasannya membuat
perusahaan tidak dapat meningkatkan jumlah produksi meskipun sumber
daya lain masih tersedia.
PT.Suyuti Sido maju menggunakan 2 mesin induksi untuk peleburannya.
Mesin ini bekerja 45 jam atau 2.700 menit dengan kapasitas mesin 800
Kg dan menghasilkan produk sebanyak 60 unit, jadi kapasitas mesin
peleburan adalah 2 x 60 unit = 120 unit sehingga setiap satu unit produk
setengah jadi memerlukan waktu penyelesaian sebagai berikut :
2.700
x 1 unit = 22 menit
120
Satu minggu mesin bekerja 45 jam, jam kerjalembur biasanya dalam satu
minggu selama 24 jam. Jadi kapasitas maksimal mesin bekerja selama
satu tahun = ( 45 + 24 )x 2 x 4 x 12 x 60 menit = 397.440 menit.
Dari batasan tersebut maka dapat dirumuskan batasan peleburannya
sebagai berikut :
22X1 + 22X2 + 22X3 + 22X4 + 22X5 397.440 menit

c. Batasan Pelepasan
Tahap pelepasan adalah tahap dimana produk yang telah dilebur dan
dicetak diangkat dari ditempat pencetakan untuk diproses lebih lanjut.
Kapasitas produksi mesin 120 unit, setiap unit produksi memerlukan

waktu pelepasan selama 2 menit. Selama setahun berproduksi sebanyak


300 hari, maka dapat dihitung pelepasan produksinya sebagai berikut :
120 unit x 2 menit x 300 = 72.000 menit
sehingga batasan pelepasan dapat dirumuskan :
2X1 + 2X2 + 2X3 + 2X4 + 2X5 72.000 menit.

d. Batasan Pembubutan
Pembubutan merupakan proses di mana produk setengah jadi yang sudah
dihasilkan akan diubah menjadi barang jadi yang siap dipakai sesuai
dengan yang diinginkan oleh pengguna. Kapasitas ini juga membatasi
jumlah produksi yang dapat dihasilkan perusahaan, meskipun sumber
daya lain yang dipunyai perusahaan masih tersedia.
Agar hasil cetakan menjadi produk jadi yang siap pakai maka perlu
dilakukan proses pembubutan terlebih dahulu. PT.Suyuti Sido Maju
mempunyai 10 mesin bubut tetapi yang dioperasikan hanya 5 buah mesin
bubut saja, sedangkan 5 mesin lainnya dalam keadaan rusak. Waktu yang
dibutuhkan untuk pembubutan tiap jenis produk berbeda-beda, waktu
yang dipergunakan untuk pembubutan dapat dilihat pada tabel 5.3. di
bawah ini :

Tabel 5.3.
Batasan Waktu Pembubutan
( Dalam Menit )
Jenis Produk

1. End Bracket 300F


2. Discharge Elbow
3. Ejector Casing
4. Bearing Cover 225
5. Fan 23

Waktu

14 menit
10 menit
8 menit
5 menit
12 menit

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

Mesin bekerja satu minggu 6 x 8 jam = 48 jam, mesin bekerja satu bulan
= 4 x 48 jam = 192 jam, jadi selama satu tahun mesin sehingga 192 x 12
x 60 menit = 138.240 menit. Jadi kapasitas mesin pembubutan dalam
waktu satu tahun adalah sebagai berikut :
14 X1 + 10 X2 + 8 X3 + 5 X4 + 12 X5 138.240 menit
e.

Batasan Finishing
Finishing merupakan proses akhir yang dilakukan oleh perusahaan agar
produk yang dihasilkan dapat segera dijual dan digunakan oleh pengguna
produk tersebut. kapasitas ini membatasi jumlah produksi yang dapat
dihasilkan perusahaan, meskipun sumber daya lain yang

dipunyai

perusahaan masih tersedia.


Dalam proses finishing tiap produk mempunyai perbedaan waktu, dalam
penyelesaian finishing tergantung dari bentuk dan ukurannya, adapun
waktu untuk penyelesaian satu jenis produk dapat dilhat pada tabel 5.4
berikut ini :

Table 5.4.
Waktu Penyelesaian ( Finishing )
Tiap Jenis Produk
( Dalam menit/unit )
Jenis Produk

1. End Bracket 300F


2. Discharge Elbow
3. Ejector Casing
4. Bearing Cover 225
5. Fan 23

Waktu

10 menit
8 menit
8 menit
5 menit
5 menit

Sumber : PT.Suyuti Sido Maju

Satu hari mesin bekerja selama 8 jam. Perusahaan mempunyai 15 buah


mesin finishing. Dalam satu bulan perusahaan hanya melakukan finishing
satu kali untuk tiap jenis produk yang dihasilkan, sehingga dalam satu
tahun memerlukan waktu :
300
x 15 x 60 menit = 180.000 menit
12
sehingga batasan finishing adalah :
10 X1 + 8 X2 + 8 X3 + 5 X4 + 5 X5 180.000 menit
f.

Break Event Point sebagai Batasan Bawah


Agar mendapat laba/keuntungan (profit) yang maksimum pada
volume produksi tertentu di mana perusahaan mencapai titik impas
sebagai batas bawah atau tingkat produksi mimimum agar perusahaan

tidak mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan. Persamaan


agar perusahaan mendapat Break Event adalah :
TR = TC

Dari data yang diperoleh dari PT.Suyuti Sido Maju maka persamaan total
penjualan dapat dihitung sebagai berikut :
44.009X1 + 27.810X2 + 5.027X3 + 2.757X4 + 12.476X5
Total harga pokok produk dapat disusun persamaan yaitu :
67.500X1 + 32.500X2 + 10.600X3 + 6000X4 + 16.500X5
Total biaya tetap adalah Rp. 175.643.622,00 ditambah total biaya variabel
masing-masing unit Rp 92.079 = Rp. 175.735.701
Persamaan Break Eventya dapat dihitung sebagai berikut :
TR = TC

67.500X1 + 32.500X2 + 10.600X3 + 6.000X4 + 16.500X5


44.009X1 + 27.810X2 + 5.027X3 + 2.757X4 + 12.476X5
23.491X1 + 4.690X2 + 5.573X3 + 3.243X4 + 4.024X5
Karena PT.Suyuti Sido Maju berorientasi pada laba/keuntungan, maka
perusahaan harus berproduksi di atas titik impasnya. Jadi fungsi titik
impasnya adalah :
23.491X1 + 4.690X2 + 5.573X3 + 3.243X4+ 4.024X5 175.735.701

3. Menyusun Dalam Model Linier Programming

3.1

Untuk Tahun 2005

Untuk menghitung luas produksi yang optimal dengan menggunakan


Linier Programming Metode Simpleks yang telah dirumuskan tujuan dan
fungsi- fungsi batasan atau kendala yang sudah diuraikan di atas, terlebih
dahulu fungsi-fungsi tersebut kita masukkan ke dalam program komputer
dengan menggunakan Program QSB + (Quantitive System for Business Plus).
Fungsi tujuan dan fungsi kendala dapat disusun sebagai berikut :
Fungsi Tujuan
Maksimumkan Z = 23.491X1 + 4.690X2 + 5.569X3 + 3.243X4 + 4.024X5
Fungsi Batasan
1. Batasan Permintaan

1X1 : 700
1X2 : 1450
1X3 : 6500
1X4 : 6875
1X5 : 675
2.

Batasan Pencetakan Model


15 X1 + 10 X2 + 8 X3 + 8 X4 + 12 X5 1.440.000 menit

3.

Batasan Peleburan
22X1 + 22X2 + 22X3 + 22X4 + 22X5 397.440 menit

4.

Batasan Pelepasan
2X1 + 2X2 + 2X3 + 2X4 + 2X5 72.000 menit

5.

Batasan Pembubutan

14 X1 + 10 X2 + 8 X3 + 5 X4 + 12 X5 138.240 menit
Batasan Finishing

6.

10 X1 + 8 X2 + 8 X3 + 5 X4 + 5 X5 180.000 menit
Batasan Break Event sebagai Batas Bawah

7.

23.491X1 + 4.690X2 + 5.569X3 + 3.243X4 + 4.024X5 175.735.701


Berdasarkan fungsi tujuan dan fungsi batasan di atas penentuan luas
produksi yang optimal PT.Suyuti Sido Maju dengan menggunakan Analisis
Linier Programming Metode Simpleks akan diketahui hasil yang optimal (
lihat lampiran 6 dan 7 ).

4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Pengembangan luas produksi yang tepat diyakini merupakan tindakan yang dapat
meminimalkan sumber daya sisa perusahaan, sehingga penggunaan sumber daya
yang ada menjadi meningkat, misalnya penggunaan bahan baku, tenaga kerja, dan
mesin yang ada. Secara keseluruhan pada akhirnya luasan produksi ini dapat
meningkatkan efisiensi biaya produksi dan otomatis meningkatkan tingkat
keuntungan.
Sumber daya perusahaan merupakan batasan yang sifatnya melekat pada
perusahaan, oleh karena itu dapat ditingkatkan kapasitasnya bila perusahaan
mempunyai anggaran. Namun dalam rangka optimalisasi produksi, batasan di luar
perusahan juga harus dipertimbangkan, yaitu kapasitas permintaan pasar dalam
menyerap produk yang dijual. Dari ramalan permintaan pasar ditemukan,

kemampuan pasar dalam membeli (menyerap) produk perusahaan sebesar 700 unit
untuk produk End Bracked 300F (X1), 1450 unit untuk produk Discharge Elbow
(X2), 6500 unit untuk produk Ejector Casing (X3), 6875 unit untuk produk Bearing
Cover 225 (X4) dan 675 unit untuk produk Fan 23 (X5). Temuan daya beli pasar ini
menjadi batasan jumlah yang harus diproduksi, artinya perusahaan tidak boleh
memproduksi dengan jumlah melebihi batasan daya beli tersebut, karena sisanya
tidak akan terbeli oleh pasar.
Perusahaan harus mampu menentukan kombinasi dan jumlah jenis produk apa
saja yang harus dibuat agar sumber daya yang dimiliki dapat digunakan tanpa sisa
atau optimal. Keharusan memproduksi semua jenis produk untuk memenuhi pasar
dengan upaya mengoptimalkan sumber daya merupakan pertimbangan yang harus
diformulasikan oleh perusahaan dalam bentuk kebijakan, karena pemenuhan dan
optimasilasi terkadang tidak dapat berjalan bersamaan.
Analisis produk optimal, murni menentukan kombinasi produk berdasarkan
batasan-batasan yang dapat dikuantitatifkan yang telah diuraikan di atas. Analisis
ini tidak dapat mempertimbangkan batasan-batasan yang sifatnya kualitastif,
seperti strategi pemasaran, keputusan manajemen, dan lainnya.
Berdasarkan fungsi tujuan dan fungsi-fungsi batasan yang telah diuraikan di atas
maka dalam tabel 5.5 di bawah ini akan dapat dilihat hasil perhitungan dari analisis
optimalisasi dengan Metode Simplek sebagai berikut :

Tabel 5.5.
Hasil Perhitungan Optimalisasi Metode Simplek

Jenis Produk

Jumlah

End Bracked 300F

700

Discharge Elbow

1450

Ejector Casing

6500

Bearing Cover 225

6875

Fan 23

675

( Hasil perhitungan Optimalisasi menggunakan Metode Simpleks dapat dilihat pada


lampiran 6 )
Setelah melihat tabel 5.5 di atas maka penghitungan keuntungan/ laba yang akan
diperoleh perusahaan secara konvensional dan menggunakan Metode Simpleks akan
berbeda. Penghitungan keuntungan/laba secara konvensional didasarkan pada
penjualan

produk

perusahaan

sesungguhnya,

sedangkan

Metode

Simpleks,

keuntungan/laba yang diperoleh adalah hasil perhitungan produk yang optimal.


Perbandingan keuntungan/laba PT.Suyuti Sido Maju berdasarkan perhitungan
optimalisasi menggunakan Metode Simpleks dan secara konvensional akan dapat
dilihat dalam tabel 5.6 dibawah ini :

Tabel 5.6
Perbandingan Produksi Dan Perolehan Laba Secara
Konvensional Dan Menurut Metode Simpleks
Konvensional

Simpleks

Jenis Produk
Jumlah

Laba

Jumlah

Laba

End Bracket 300F

650

Rp 43.875.000

700

Rp 47.250.000

Discharge Elbow

1.250

Rp 40.000.000

1450

Rp 46.400.000

Ejector Casing

6.000

Rp 63.600.000

6500

Rp 68.900.000

Bearing Cover 225

6.500

Rp 39.000.000

6875

Rp 41.250.000

650

Rp 10.725.000

675

Rp 11.137.500

Fan 23
Total

Rp 197.200.000

Rp 214.937.500

Berdasarkan tabel 5.6 di atas luas produksi optimal dengan menggunakan Metode
Simpleks akan diperoleh keuntungan/laba tahunan sebesar

Rp

214.937.500,00. sedangkan keuntungan/laba sesungguhnya secara konvensional


adalah sebesar Rp 197.200.000,00.
Apabila perusahaan ingin memproduksi sesuai dengan perhitungan Metode
Simpleks sebaiknya perusahaan mulai meningkatkan

penawaran produk-produk

tersebut agar produk tambahan dari hasil perluasan produksi yang diproduksi oleh

perusahaan dapat diserap oleh konsumen dan pasar baik yang sudah ada sekarang ini
(tetap) maupun baru. Pemberian potongan harga mungkin akan lebih efektif untuk
mendapatkan konsumen dan pasar baru juga akan menambah permintaan dari
konsumen dan pasar yang sudah ada (tetap).

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada Bab V, maka penulis mengambil kesimpulan


sebagai berikut :
1 Luas produksi PT.Suyuti Sido Maju tahun 2005 Belum optimal. Menurut
perhitungan matematis dengan menggunakan Analisis Linier Programming
Metode Simpleks, kombinasi produk-produk yang dihasilkan oleh PT.Suyuti
Sido Maju yang mencapai produksi optimal yaitu :
1 End Bracked 300F (X1) = 700 unit
2 Discharge Elbow

(X2) = 1450 unit

3 Ejector Casing

(X3) = 6500 unit

4 Bearing Cover 225 (X4) = 6875 unit


5 Fan 23

(X5) = 675 unit.

2 Luas produksi yang dapat memberikan keuntungan/laba yang maksimal


untuk PT.Suyuti Sido Maju tahun 2005 adalah sebesar
214.937.500,00,

Sedangkan

penghitungan

keuntungan/laba

Rp
secara

konvensional di PT.Suyuti Sido Maju hanya sebesar Rp 197.200.000,00.


Selisih perolehan keuntungan/laba secara konvensional dan menurut Metode
Simpleks adalah :
Rp 214.937.500,00, - Rp 197.200.000,00 = Rp 17.737.500,00

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hipotesis yang diajukan penulis


yaitu : Bahwa perusahaan pengecoran logam PT.Suyuti Sido Maju
berproduksi belum optimal sehingga keuntungan yang diperoleh belum
maksimal dapat diterima dan terbukti kebenarannya.

6.2. Saran-Saran

Dari kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan beberapa saran


yang mungkin berguna bagi PT.Suyuti Sido Maju, antara lain :
1. Agar dalam kegiatan produksinya PT.Suyuti Sido Maju dapat menghasilkan
produk yang optimal guna merencanakan luas produksi sebaiknya PT.Suyuti
Sido Maju menggunakan Analisa Linier Programming Metode Simpleks
karena jumlah produksi yang akan dihasilkan akan bisa optimal dan
keuntungan/laba (profit) yang akan diperoleh juga akan maksimal.
2. Dengan semakin banyaknya perusahaan pengecoran logam yang sejenis dan
persaingan yang ada semakin ketat, maka PT.Suyuti Sido Maju sebaiknya
berusaha

meningkatkan

atau

setidaknya

mempertahankan

volume

produksinya, dengan cara memberikan jaminan kualitas dari produknya,


sehingga konsumennya bisa mendapatkan kepuasan dari produk tersebut dan
perusahaan mendapat kepercayaan. Sebagai usaha untuk meningkatkan
permintaan terhadap produk-produknya PT.Suyuti Sido Maju sebaiknya juga
menempuh cara-cara agar bisa meningkatkan permintaan yaitu dengan cara
mengadakan promosi-promosi, mengiklankan produk-produknya melalui

media elektronik (terutama Internet), memberikan diskon, bonus dan lain-lain


sehingga volume penjualan tiap jenis produk dapat meningkat.

Anda mungkin juga menyukai