LAPORAN KASUS
I.
IDENTIFIKASI
Nama
: Puput Pitaloka
Umur
: 3 tahun 1 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Nama ayah
: Sinar Agus
Nama ibu
: Destiana
Kewarganegaraan
: Indonesian
Agama
: Islam
Alamat
: Lahat
Dikirim oleh
: IGD
MRS
: 24 Maret 2014
II.
ANAMNESIS
Keluhan utama
Keluhan tambahan
kejang berhenti sendiri, tapi muncul kejang lagi dan terus berulang setiap 10-30
menit
pada hari ke-3 pasien dibawa ke RSU Lahat, dalam perjalanan ke RSU Lahat, pasien
kejang selama 1,5 jam. Setelah di RSU Lahat, diberi obat kejang berhenti, lalu
timbul lagi dengan jeda waktu antarkejang semakin meningkat.
pasien dirawat di RSU Lahat (3 hari 3 malam) tidak ada perbaikan Rujuk ke
RSMH.
Penurunan kesadaran
-
Demam
-
Batuk
- 3 hari sebelum mulai kejang, pasien batuk
- batuk berdahak
- dahak berwarna putih kental
- bau dahak biasa
- batuk disertai muntah
- batuk hilang, muntah juga hilang
Muntah
- 3 hari sebelum mulai kejang, pasien juga muntah
- isi muntah adalah apa yang dimakan atau cairan lendir bening
- muntah tidak menyemprot
- frekuensi muntah >4x/hari
- volume muntah kira-kira gelas
- batuk hilang, muntah juga hilang
Masa kehamilan
Aterm
Partus
Spontan
Ditolong oleh
Bidan
Berat badan
3400 gram
Panjang badan
Ibu lupa
Riwayat Makanan
ASI
: 0 - 1,5 tahun
Susu formula
: kadang-kadang
Bubur susu
: 4 bulan
Nasi tim
: 9 bulan
Nasi biasa
Riwayat vaksinasi
BCG
(+)
DPT
Polio
Hepatitis B
(-)
Campak
(+)
Kesan
3 bulan
Duduk
5 bulan
Merangkak
6 bulan
Berdiri
9 tahun
Berjalan
9 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
sakit berat
Kesadaran
E2V1M2
Nadi
Pernapasan
34 x/m
Suhu
38,8 C
Tekanan darah
120/80 mmHg
Berat badan
10 kg
Tinggi badan
85 cm
Anemis
Sianosis
Ikterus
Edema umum
Keadaan gizi
Kesan
Gizi kurang
Keadaan Spesifik
Kulit
Tidak ada kelainan
Kepala
Bentuk
: bulat, simetris
Rambut
: hitam
Mata
Hidung
: NCH (-), deviasi septum (-), deformitas (-), sekret (-), mukosa edema (-)
hiperemis (-).
Telinga
: Nyeri tarik auricula (-), Nyeri tekan tragus (-), sekret tidak ada
Mulut
: mukosa bibir kering dan rapat (+), coated tongue (?), sianosis (-),
mulut tidak dapat diperiksa karena bibir sangat kering
Tenggorok
: Bdd
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: kardiomegali (-)
Auskultasi
: HR=90x/ menit, irama reguler, bunyi jantung I/II normal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: datar
Palpasi
: lemas, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-), defans muskular (-)
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Akral dingin (-), edema (-), sianosis (-), terkadang ekstremitas tidak dapat digerakkan
(spastik dan hipertonus)
Pemeriksaan Neurologi
Fungsi Motorik
Tungkai
Lengan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Bdd
Bdd
Bdd
Bdd
Kekuatan
Bdd
Bdd
Bdd
Bdd
Tonus
Hipertonus
Hipertonus
Hipertonus
Hipertonus
Klonus
Refek fisiologi
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
Reflek Patologis
Rangsang Meningen
Kaku Kuduk
: (+)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
Hb
: 10* gr/dL
Leukosit
: 3,4 x 1000/mm3
Ht
: 30%
Pt
: 541x 1000 uL
LED
: 48 mm/jam*
Diff count
: 0/0/1/35/50/14*
CRP quantitative
: 24*
V.
PENATALAKSANAAN
1. Kausal :
Antibiotika diberikan sesuai dengan kuman penyebab dan mampu melewati Blood Brain
Barrier
2. Suportif
Pemberian cairan
Jenis cairan yang diberikan cairan 2:1 (Dekstrose 5%+NaCI 15%) jumlah cairan pada hari
pertama 70% dari kebutuhan maintenance.
Kejang diatasi sesuai dengan penatalaksanaan kejang demam sampai diketahui sekuele
+/-
Pemberian O2.
Perawatan atau follow up yang ketat 24-48 jam pertama untuk melihat adanya Sindroma
Inapropriate Anti Diuretic Hormone (SIADH). Apabila ada SIADH dperlukan monitor
kadar elektrolit dan berat badan, manifestasi klinis SIADH sebagai berikut :
a. Retensi air
Apabila hiponatremia masih terus berlangsung sesudah retriksi cairan (50% dari cairan
maintenance) koreksi Na dengan rumus sebagai berikut:
Na defisit dalam mmol
Na defisit (ml) NaCI 15 %
Tindak lanjut :
Setelah 48-72 jam pemberian antibiotika adekuat belum ada perbaikan klinis yaitu berupa :
keadaan umum memburuk, panas tetap tinggi, kesadaran makin menurun, kejang sukar
diatasi, maka harus dipikirkan adanya komplikasi/pemberian antibiotika yang tidak teratur
atau tidak sensitif dan dilakukan pemeriksaan :
Funduskopi
Transiluminasi
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat segera timbul yaitu berupa :
Ventrikulitis
Subdural empiema
Abses serebri
Hidrosefalus komunikan
Gangguan vestibular
Epilepsi
Setelah pemberian antibiotik selama 7-10 hari bila klinis sudah baik dan hasil pemeriksaan LCS
sudah normal, penderita dipulangkan. Jika klinis baik namun pemeriksaan LCS belum normal
tapi ada perbaikan dibandingkan LP pertama (jumlah sel 60-120 per mm3) antibiotika diteruskan
sampai dengan 14 hari untuk pemakaian Ampisilin & Kloramfenikol, 10 hari untuk Cefotaxim
& Ceftriakson jika klinis tetap baik penderita dipulangkan dan kontrol ke poliklinik anak
Kesadaran koma
:3
0
:2
Kejang
:2
:2
:1
:1
:1
: 0,5
: 0,5
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah Peradangan pada selaput otak ditandai dengan peningkatan jumlah sel
polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam
cairan serebrospinal. Infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan dalam
selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan
medula spinalis yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai
dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis
purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan
eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis
Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet
infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok
penderita. Saluran nafas merupakan port dentree utama pada penularan penyakit ini. Bakteribakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresisekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan
serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada
selaput otak dan otak.
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan
fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Trombosis
serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada
Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
pneumoniae,
21
influenzae,
25
oleh
Meningococcus. Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran
pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala
hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh
atau purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi
biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam, muntahmuntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng,
opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa
terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,
fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan gejala
penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang
disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal
mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan
intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau stadium
terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada
stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya.
Gejala klinis
Tidak ada yang patognomonik untuk meningitis, bervariasi tergantung:
Umur
Lama sakit sebelum diperiksa
Reaksi anak terhadap infeksi
Gejala umum : panas, sakit kepala, nausea dan muntah, photophobia, irritabilitas,
letargi, gangguan kesadaran.
Gejala Neurologis : GRM (tanda Kernig dan tanda Brudzinsky I & II, kaku kuduk),
kejang, UUB menonjol, penurunan kesadaran
Anamnesis
Panas
Penurunan kesadaran
Kejang
High pitch cry pada bayi
Pemeriksaan Fisik
Suhu febris
Penurunan kesadaran GCS
GRM (+) kaku kuduk, Brudzinsky, Kernig
Gangguan syaraf otak
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi :
LED meningkat
b. LCS :
Jumlah sel ratusan sampai ribuan per mm3 cairan LCS, terutama PMN, pedikel (-)
Mikrobiologi : sediaan langsung dengan pengecatan gram, kultur dan resistensi test.
Di Uganda (2001-2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per
100.000.
b. Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi rendah,
lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji), dan penyakit
ISPA.Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang
dibandingkan pada negara maju.
Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African Meningitis
belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21
negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per
100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di daerah Malawi,
Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus
influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-kasus
infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara insidensi infeksi
Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi sedangkan di daerah SubSahara puncaknya terjadi pada musim kering.
Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi selama
musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus.Di Amerika
Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk
dan sebagian besar kasus terjadi pada musim panas.
terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak menyerang laki-laki daripada
perempuan. Penelitian yang dilakukan di Korea (Lee,2005) , menunjukkan resiko laki-laki
untuk menderita meningitis dua kali lebih besar dibanding perempuan.
b. Agent
Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Meningitis purulenta
paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus dan Haemophilus
influenzae
sedangkan
meningitis
serosa
disebabkan
oleh Mycobacterium
tuberculosa dan virus. Bakteri Pneumococcus adalah salah satu penyebab meningitis
terparah. Sebanyak 20-30 % pasien meninggal akibat meningitis hanya dalam waktu 24
jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Meningitis
Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji dan dapat menyebabkan
karier disebabkan oleh Neisseria meningitidis serogrup A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup
A,B dan C sebagai penyebab 90% dari penderita. Di Eropa dan Amerika Latin, grup B dan
C sebagai penyebab utama sedangkan di Afrika dan Asia penyebabnya adalah grup A.
Wabah meningitis Meningococcus yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun
2000 menunjukkan bahwa 64% merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal ini
merupakan wabah meningitis Meningococcus terbesar pertama di dunia yang disebabkan
oleh serogroup W135. Secara epidemiologi serogrup A,B,dan C paling banyak
menimbulkan penyakit.
Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya mirip sakit flu
biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi KLB Mumps,
virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis aseptik pada orang yang
tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan penyebab dari 33 kasus meningitis
aseptik, Echovirus dan Enterovirus merupakan penyebab dari 50 kasus. Resiko untuk
terkena aseptik meningitis pada laki-laki 2 kali lebih sering dibanding perempuan.
c. Lingkungan
Faktor Lingkungan (Environment) yang mempengaruhi terjadinya meningitis
bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b adalah lingkungan dengan
kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah dengan
penderita infeksi saluran pernafasan. Risiko penularan meningitis Meningococcus juga
meningkat pada lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah
haji.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih
ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang
jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 2 minggu dan dengan pengobatan
yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.
sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi
agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti Haemophilus
influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal
polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR
10
dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain
seperti DPT, Polio dan MMR.
20
terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah
direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu
bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun
cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di
bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi. Meningitis
Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis (antibiotik) kepada
orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita.
Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y.
35
meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi
2
syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m /orang), ventilasi 10
20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung dengan
penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan di lingkungan
seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara
meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah dari toilet.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih
tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan
segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta
keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.
10
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau
mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan
untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan
mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya
tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk
mencegah dan mengurangi cacat.
BAB III
ANALISIS KASUS
Kejang
-
kejang berhenti sendiri, tapi muncul kejang lagi dan terus berulang setiap 10-30
menit
pada hari ke-3 pasien dibawa ke RSU Lahat, dalam perjalanan ke RSU Lahat,
pasien kejang selama 1,5 jam. Setelah di RSU Lahat, diberi obat kejang
berhenti, lalu timbul lagi dengan jeda waktu antarkejang semakin meningkat.
pasien dirawat di RSU Lahat (3 hari 3 malam) tidak ada perbaikan Rujuk
ke RSMH.
Penurunan kesadaran
-
Demam
-
Batuk
- 3 hari sebelum mulai kejang, pasien batuk
- batuk berdahak
- dahak berwarna putih kental
- bau dahak biasa
- batuk disertai muntah
- batuk hilang, muntah juga hilang
Muntah
- 3 hari sebelum mulai kejang, pasien juga muntah
- isi muntah adalah apa yang dimakan atau cairan lendir bening
- muntah tidak menyemprot
- frekuensi muntah >4x/hari
- volume muntah kira-kira gelas
- batuk hilang, muntah juga hilang
Meningitis
Ensefalitis
Penurunan kesadaran
Kejang
Demam
Anamnesis
Hiperpireksia mendadak
Sakit kepala
Mual muntah
Afasia, hemiparesis
Pemeriksaan fisik
Suhu febris
GCS menurun
GRM (+)
Bdd
Ruam kulit
Defisit neurologis
+
Bdd
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit pasien, keluhan yang ada pada pasien ini
telah mengarah ke penurunan kesadaran akibat meningitis. Patogenesisnya merupakan proses
yang kompleks, komponen komponen bakteri dan mediator inflamasi berperan dalam
respon peradangan pada meningen yang menyebabkan perubahan fisiologis dalam otak
berupa peningkatan tekanan intracranial dan penurunan aliran darah otak yang dapat
mengakibatkan timbulnya gejala sisa.
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/meningitis/basics/definition/con-20019713
http://www.webmd.com/brain/understanding-meningitis-basics
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000680.htm
http://emedicine.medscape.com/article/232915-overview
SPTL ANAK