Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN
Seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jenis
jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan yang
dikatakan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil
sperma. Sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ
penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda
seksualitasnya, maka populasi tersebut populasi heteroseksual. Bila
populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut
monoseksual. Namun, penetuan seksualitas ikan disuatu perairan
harus berkali-kali karena secara keseluruhan terdapat macammacam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protogini,
hingga gonokhorisma yang berdeferebsiasi maupun yang tidak
(Effendie, 1997).
Pasangan dalam pemijahan pada ikan meliputi promiscuous,
polygamous polygyny, polyandry dan monogamy (Effendie, 1997).
1. Promiscuous: ikan jantan dan betina masing-masing memiliki
beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. Jadi ikan
jantan akan membuahi beberapa ikan betina dan ikan betina
akan

dibuahi

oleh

beberapa

pejantan.

contoh:

herring,

livebearers, sticklebacks, surgeonfish.


2. Polygamous Polygyny: ikan jantan memiliki beberapa pasangan
dalam satu musim pemijahan. contoh: sebagian besar jenis
chichlids (mujahir), serranidae, angelfish (maanvis), gurami.

3. Polyandry: ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu


musim pemijahan. contoh: anemone fishes.
4. Monogamy: ikan memijah dengan pasangan yang sama selama
beberapa periode pemijahan. contoh: serranus (jenis beronang),
beberpa jenis cichlid (misalnya ikan Oscar), jawfish, hamlets.
Jenis kelamin ikan meliputi gonochoristic dan hermaphroditic
(Effendie, 1997).
1. Gonochoristic: jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan
sudah matang kelamin) contoh: sebagian besar ikan masuk
kategori ini (elasmobranch, cypriniforms, salmoniforms).
2. Hermaphroditic: kemungkinan terjadi perubahan kelamin setelah
pematangan gonad
a. Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin
yaitu jantan dan betina). Contoh: rivulus, hamlet, serranus.
b. Sequential (ikan mengalami perubahan kelamin dari jantan
ke betina, atau sebaliknya)
c. Protandrous (ikan pada awalnya berjenis kelamin betina,
kemudian berubah menjadi jantan). contoh: anemonefishes,
lates calcalifer (ikan kakap)
d. Protogynous (jenis kelamin awal betina, kemudian berubah
menjadi jantan). contoh: Angelfishes, Ephinephelus sp.

Pada umumnya ikan hermaprodit hanya satu kelamin saja


yang berfungsi pada suatu saat meskipun ada beberapa spesifik
yang bersifat hemaprodit senkron. Berdasarkan perkembanagan
ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu individu dapat
menunjukkan jenis hermaproditismenya (Effendie, 1997).

a. Hemaprodit sinkron/ simutan pous, dalam gonad individu


terdapat sel krelamin betina dan sel kelamin jantan yang
dapat masak bersama-sama dan siap untuk dikeluarkan.
b. Hemaprodit protandrous, ikan ini mempunyai gonad yang
mengadakan proses diferensiasi dan fase jantan ke fase
betina
c. Hemaprodit protobinynous, keadaan yang sebaliknya dengan
hemaprodit protandri. Proses diferensiasi gonadnya berjalan
dari fase betina ke jantan.
Menurut Effendie (1997), sebagian besar spesies ikan adalah
gonokristik (droecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis
kelamin yang sama. Selama gonokristik juga dikenal dua jenis
gonad. Bila kedua jenis gonad berkembang secara serentak dan
maupun berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau
bergantian maka jenis hemaprodit ini disebut hemaprodit sinkroni.
Hermaprodit protandri, bila pada awalnya ikan-ikan tersebut
berkelamin jantan, namun semakin tua akan berubah kelamin
menjadi betina. Juga dikenal istilah hemaprodit proprotogini yaitu
bila pada awalnya berkelamin betina namun semakin tua akan
berubah kelamin menjadi jantan.
Kesempatan melakukan pemijahan pada setiap ikan berbeda
yaitu semelparous dan iteroparous (Moyle, 1988).
1. Semelparous

(memijah

sekali

kemudian

mati)

Contoh:

lampreys, river eels (sidat/pelus), some knifefish (ikan pisaupisau)


2. Iteroparous (memijah beberapa kali sepanjang hidupnya)

a. Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali


setiap tahun, tetapi dengan masa pemijahan yang panjang.
Pematangan telur tidak terjadi secara bersamaan, sehingga
telur yang dikeluarkan dan menetas pun tdak bersamaan.
contoh: ikan-ikan rivulines.
b. Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun contoh:
sebagian besar ikan asuk dalam kategori ini (elasmobranch
(ikan

bertulang

rawan),

lungfishes

(ikan

berparu-paru),

perciforms, Betta spp. (ikan adu).


Pengembangan

budidaya

air

tawar

dewasa

ini

semakin

digalakkan terutama budidaya air tawar yang rata-rata cenderung


masih menerapkan pola budidaya ekstensif. Intensifikasi budidaya
air tawar terutama bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat
akan protein hewani yang berasal dari ikan yang semakin
meningkat.

Keberhasilan

budidaya

ikan

tertentunya

sangat

tergantung penyediaan benih yang mencukupi dan berkualitas baik


serta sesuai dengan tujuan budidaya.
Teknik terbaru untuk memproduksi benih ikan jantan adalah sex
reversal atau pembalikan kelamin. Pada kebanyakan ikan terdapat
kemungkinan untuk membalik jenis kelaminnya dengan pemberian
androgen atau steroid melalui pakan atau perendaman.Salah satu
faktor penting untuk keberhasilan pembalikan jenis kelamin adalah
umur dari larva ikan yang direndam dalam larutan hormon
metiltestosteron.

. Salah satu cara untuk mengatasi kelangkaan induk jantan ikan baung
dengan perubahan kelamin melalui hormon untuk memproduksi
populasi
berhasil

monoseks (jantanisasi).
mengembangkan

Beberapa

benih dengan

penelitian telah

menggunakan

bahan

senyawa steroid sintetik dan telah menghasilkan populasi yang


monoseks (Yamazaki, 1983). Hormon steroid
untuk mengarahkan

kelamin

pada

Perlakuan dengan

menggunakan

sangat

saat diferensiasi
hormon

berpotensi
kelamin.

steroid sangat

bergantung kepada jenis perlakuan, dosis, waktu, dan spesies


(Donaldson dan Hunter, 1982).

II. ISI
2.1. Dimorfisme seksual
Banyak cara untuk membedakan jantan dan betina ikan, ada
yang dapat dilihat

dari ukuran, bentuk tubuhnya, warnanya

(dimorfisme seksual) dan ada pula yang harus dibelah. Informasi


tentang dimorfisme seksual ikan arwana sangatlah terbatas, baik
dalam buku-buku yang membahas jenis ikan arwana maupun

jurnal,

tiak

dibahas

tentang

dimorfisme

seksual.

Beberapa

informasi dalam situs internet hanya mengataknan identifikasi


gender sampai saat ini (dalam menentukan jenis kelamin ikan
arwana)

masih

belum

ada

metode

yang

dapat

diandalkan

keakuratannya. Hal ini menyebabkan ketertarikan ilmuan untuk


meneliti tentang dimorfisme ikan arwana.
Melihat dari caranya Hub dan lagler (1949) bahwa umumnya
pengukuran morfometik membandingkan semua karakter dengan
karakter yang mapan, seperti panjang standar dari tubuh ikan
(panjang badan mulai dari ujung mulut terdepan sampai pangkal
ekor. Pengukuran morfometri didahului dengan suatu langkah
penentuan yang pasti bahwa sempel yang sedang di hadapi adalah
individu jantan atau betina yakni mengamati organ reproduksi
bagian dalamnya. Individu kelamin jantan akan memiliki organ
induvidu berjenis jantan akan memiliki organ gonad berupa testis,
betina memilki organnya berupa 0varium telur.

2.1

Definisi Monogamus
Monogamus didefinisikan sebagai perilaku afiliasi selektif

dengan pasangan, mengasuh anak, dan agresif mempertahanan


pasangan terhadap residen.

Monogamus terjadi ketika peluang

untuk poligami dibatasi oleh intra-seksual kompetisi yang kuat atau


ketika individu yang diperlukan untuk mempertahankan wilayah

atau memberi makan atau membela anak-anak mereka (Insel et al,


1992).
Perilaku kawin sangat bervariasi di antara spesies vertebrata.
Pola umum perilaku kawin termasuk monogami, di mana betina dan
jantan membentuk ikatan pasangan, sosial eksklusif dengan
masing-masing lainnya, dan biasanya bekerja sama untuk merawat
anak-anak mereka, dan berbagai bentuk pergaulan bebas, di mana
individu dari salah satu atau kedua jenis kelamin pasangan dengan
lebih dari satu anggota dari lawan jenis (Winslow, 1993).
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

individu

memilih

monogamus antara lain, individu-individu tunggal melindungi


wilayahnya
ketersediaan

dan

mempertahankan

pasangannya,

rendahnya

pasangan pengganti mencegah poligami, individu

yang kehilangan pasangan tidak dapat memiliki pasangan penggnti


dengan mudah. Selain itu, jika ada persaingan untuk pasangan
baru diharapkan untuk individu yang berkualitas tinggi bisa
berpasangan semantara yang lain belum tentu bisa. Demikian juga
jika dua individu untuk mempertahankan wilayah, individu tersebut
diantisipasi untuk selalu menjaga wilayahnya. Jika tidak maka
individu tersebut akan kehilangan pasangan dan wilayahnya atau
sebagian wilayah (Keenleyside, 1991).
Dari hasil penelitian telah membahas tentang kebiasaan
sosial monogamous dengan menggunakan genus cichlid, spesies

ikan A. nigrofasciata. Ikan jantan pada spesies ini selektif terhadap


pasangannya dan berperilaku agresif terhadap non-pasangan
setelah kawin dengan betina tertentu. Dalam sosial dan monogami
sifat agresif ikan jantan

terjadi penurunan dengan waktu ketika

hewan-kelompok ditempatkan, namun lebih tinggi pada saat


dipasangkan jantan dari kelompok jantan yang tidak berpasangan
(Oldfield et al, 2010).
Dari hasil penelitian yang membahas tentang kebiasaan
seksual monogamous dengan genus cichlid, spesies Eretmodus
cyanostictus. Ikan betina lebih cepat untuk mendapatkan pasangan
dibandingkan dengan ikan jantan (Morley et al, 2002).
2.3. Sex Reversal
Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan
kelamin

ikan

yang

seharusnya

berkelamin

jantan

diarahkan

perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini


dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara
jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas. Sex reversal
merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya. Teknik sex
reversal mulai dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17
disintesis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya
teknik ini diterapkan pada ikan guppy (Poeciliareticulata). Kemudian
dikembangkan oleh Yamamato di Jepang pada ikan medaka
(Oryzias latipes). Ikan medaka betina yang diberi metiltestosteron

akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui berbagai penelitian


teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan pada
berbagai jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk
melakukan sex reversal adalah beberapa hari sebelum menetas
(gonad belum didiferensiasikan). Teori ini pun berkembang karena
adanya fakta yang menunjukkan bahwa sex reversal dapat
diterapkan melalui embrio dan induk yang sedang bunting.
Salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembalikan
jenis kelamin adalah umur dari larva ikan nila yang direndam dalam
larutan hormon metiltestosteron. Hal ini sangat terkait dengan
persentase

jumlah larva yang

berhasil untuk dibentuk menjadi

berkelamin jantan (Maskulinisasi). Penelitian tentang umur yang


optimal bagi larva ikan nila yang

akan dilakukan maskulinisasi

sejauh ini masih belum ditentukan secara pasti.

2.3.1 Manfaat
Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi
monosex (kelamin tunggal). Kegiatan budidaya secara monosex
(monoculture)

akan

bermanfaat

dalam

mempercepat

pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat


pertumbuhan

antara

ikan

berjenis

jantan

dengan

betina.

Beberapa ikan yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat


daripada jenis betina misalkan ikan nila dan ikan lele Amerika.
Untuk mencegah pemijahan liar dapat dilakukan melalui teknik
ini. Pemijahan liar yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
kolam cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan. Total biomass
ikan

tinggi

namun

kualitasnya

rendah.

Pemeliharaan

ikan

monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liar


sehingga kolam tidak cepat dipenuhi ikan. Selain itu ikan yang
dihasilkan akan berukuran besar dan seragam. Contoh ikan yang
cepat berkembangbiak yaitu ikan nila dan mujair.Pada beberapa
jenis ikan hias seperti cupang, guppy, kongo dan rainbow akan
memiliki penampilan tubuh yang lebih baik pada jantan daripada
ikan betina. Dengan demikian nilai jual ikan jantan lebih tinggi
ketimbang ikan betina.
Sex

reversal

juga

dapat

dimanfaatkan

untuk

teknik

pemurnian ras ikan. Telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan


dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina.
Menjelang
tersebut

diferensiasi
diambil

dan

gonad

sebagian

diberi

hormon

dari

populasi

androgen

betina
berupa

metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini


dikawinkan dengan saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai
diperoleh ikan dengan ras murni.
2.3.2.

Perbedaan Dengan Hermaprodit

Pada kasus hermaprodit, hormon yang diberikan hanya akan


mempercepat proses perubahan sedangkan pada sex reversal
perubahannya

benar-benar

seharusnyaberkembang
perkembangannya

dipaksakan.

menjadi

menjadi

jantan

Ikan

betina
melalui

yang

dibelokkan

prosespenjantanan

(maskulinisasi). Sedangkan ikan yang seharusnya menjadi jantan


dibelokkan

menjadi

betina

melalui

proses

pembetinaan

(feminisasi).
2.3.3.

Metode Sex Reversal

Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara


langsung) dan melalui rekayasa kromosom (cara tidak langsung).
Pada

terapi

langsung

hormon

androgen

dan

estrogen

mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif. Metode


langsung dapat diterapkan pada semua jenis ikan apapun sek
kromosomnya.

Cara

langsung

dapat

meminimalkan

jumlah

kematian ikan. Kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa
seragam dikarenakan perbandingan alamiah kelamin yang tidak
selalu sama. Misalkan pada ikan hias, nisbah kelamin anakan tidak
selalu 1:1 tetapi 50% jantan:50% betina pada pemijahan pertama,
dan

30%

jantan:50%

betina

pada

pemijahan

(http://www.supm-bone.net).

II.

KESIMPULAN

berikutnya

Berdasarkan

jurnal

yang

telah

dibahas

maka

dapat

disimpulkan sebagai berikut:


1. Membedakan jantan dan betina arwana Kalimantan adalah
sirip anal, ekor dan panjang kepala bagian atas sirip ekor dan
panjang kepala bagian atas lebih panjang dari betina serta
betina sedikit lebih tinggi batang ekor dan tinggi kepalanya.
2. Ikan jantan pada spesies ini selektif terhadap pasangannya
dan berperilaku agresif terhadap non-pasangan setelah kawin
dengan betina tertentu.
3. Ikan betina lebih cepat

untuk

mendapatkan

pasangan

dibandingkan dengan ikan jantan.


4. penggunaan hormon metiletstosteron pada larva ikan nila
(Oreochromis

sp.)

dengan

umur

yang

berbeda

tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembentukan


kelamin jantan, kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan
ikan nila .
5. Pemberian akriflavin berpengaruh nyata terhadap nisbah
kelamin ikan baung. Penggunaannya lebih ekonomis dosis 25
mg/kg pakan karena pemakaian bahan lebih sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
Donaldson, E.M dan G.A.Hunter, 1982. Sex control in fish with
carticular
reference
to salmonids.Canadian Journal of
Fisheries and Aquatic Sciences. 39:99-110.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama,


Yogyakarta.
Insel TR, Shapiro LE. Oxytocin receptor distribution reflects social
organization in monogamous and polygamous voles. Proc Nat
Acad Sci USA 1992;89:59815.
Keenleyside MHA. 1991. Cichlid Fishes: behaviour, ecology and
evolution. Chapman and Hall, London
Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second Edition. Prentice Hall, New Jersey.Reinthal, P & J.
Stegen. 2005. Ichthyology.
Oldfield, R.G & H.A. Hofmann. Neuropeptide regulation of social
behavior in a monogamous cichlid fish. Physiology &
Behavior. 2010. 102. 296303.
Morley, J.I & Sigal N. Faithful fish: territory and mate defence favour
monogamy in an African cichlid fish. Behav Ecol Sociobiol.
2002. 52:326331.
Winslow JT, Hastings N, Carter CS, Harbaugh CR, Insel TR. A role for
central vasopressin in pair bonding in monogamous prairie
voles. Nature 1993; 365: 5458.
Yamazaki, R., 1983. Sex control and manipulation
Aquaculture. 33: 329-354.

in

fish.

DAFTAR PUSTAKA WEBSITE


http://www.supm-bone.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=72:sex-reversal. Diakses 7
Oktober 2012

TUGAS STRUKTUR BIOLOGI PERAIRAN


SEKSUALITAS IKAN

Oleh :
Dewi yulianti
H1G008015
Widya Ratna Nur
H1G008016
Gayuh Laksanaputra H1G008025
Dwi nanto
H1G008027
Sugandi
H1K011037

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012

Anda mungkin juga menyukai