Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

LESI PUTIH GLOSSOPYROSIS DI RONGGA MULUT

Oleh:
Ardisa Ulfah Pradita, S.KG.
NIM G1G212026

Dosen Pembimbing:
Dr. drg. A. Haris Budi Widodo, M.Kes, AP, SIP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Glossopyrosis merupakan kelainan pada mukosa lidah yang berupa gejala
sensasi terbakar. Nama lain dari glossopyrosis adalah glossodinia, glossalgia, dan
lingual disestesia. Istilah lingual disestesia adalah istilah yang digunakan jika
gejala yang timbul berupa rasa tidak enak pada lidah. Sensasi terbakar pada
rongga mulut dapat mengenai daerah di luar mukosa lidah. Jika hal ini terjadi,
maka istilah yang digunakan adalah stomatopyrosis atau stomatodinia. Pada
berbagai penelitian di Eropa dan Amerika Utara, ditemukan sindrom ini terjadi
pada 5-10 per 100.000 populasi dengan predeleksi wanita lebih dari 3:1. Sindrom
ini hampir pasti menyerang pasien setengah baya atau lanjut usia. (Van der Wall,
1992).
Gejala yang timbul pada sindrom ini sering dijabarkan pasien sebagai rasa
terbakar di mulut atau lidah dan ada pula yang mengeluh tentang sensasi gatal,
nyeri atau tidak jelas. Serangan yang terjadi sering tak tertahankan. Sebagian
besar penderita menyebutkan adanya sensasi terbakar yang timbul pada lebih dari
satu tempat. Penelitian Van der Ploeg, dkk. menyebutkan sensasi yang paling
sering ditemukan adalah di bagian ujung lidah, yaitu sebesar 71% pada 154
pasien. Gejala yang ada bisa terus menerus ada selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, tanpa periode remisi yang jelas. Penelitian Grushka terhadap 102
penderita, rasa terbakar menjadi semakin parah bila pasien tegang, lelah, berbicara
dan makan. Secara umum, berdasarkan sifat gejala yang timbul, glossopyrosis
dapat dibedakan menjadi:
a.

Tipe I adalah gejala yang belum timbul saat bangun tidur, tetapi
timbul dan makin parah seiring dengan perkembangan waktu. Gejala yang
ada muncul tanpa mengganggu tidur pasien.

b.

Tipe II adalah gejala rasa terbakar yang konstan (terus menerus


ada) dan biasanya muncul pada siang atau malam hari.

c.

Tipe III adalah pasien dengan hari-hari bebas gejala dimana


gejala yang timbul hilang dan timbul secara tidak jelas.
(Van der Wall, 1992).

Keluhan gejala sensasi terbakar ini sering tidak diketahui penyebabnya.


Akan tetapi, beberapa faktor dapat diduga menjadi pencetus munculnya gejala ini.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gejala sensasi terbakar dapat timbul
pada mukosa di bawah pemakaian gigi tiruan tanpa menunjukkan gejala
peradangan secara klinis. Jika hal ini terjadi, maka kelainan yang terjadi biasanya
disebut denture sore mouth. Penelitian pada 114 pasien menopause yang datang ke
sebuah klinik menopause di Inggris menunjukkan presentase sebesar 26% yang
mengeluhkan menderita gejala ini. Penelitian pada klinik diabetes, hampir 40%
pasien mengeluhkan mulut yang kering dan ditemukan keluhan sensasi mulut
terbakar pada kurang dari 10% pasien. Hasil penelitian Hughes dkk. menemukan
sejumlah besar penderita sindrom ini pada 138 pasien dengan gangguan psikiatris
di bagian psikiatrik sebuah rumah sakit. Pada penelitian Schoenberg, dari 25
pasien, 64% penderita memiliki hubungan dengan prosedur perawatan gigi
sebelumnya, 24% berhubungan dengan kematian atau ketakutan akan kehilangan
seseorang yang dikasihi, 6% dengan menopause dan 6% dengan pensiun, depresi
atau keluhan somatik lain. Pada penderita sindrom ini juga ditemukan sebesar
82% memiliki kehidupan yang kurang menyenangkan seperti gangguan kesehatan
keluarga, keterasingan, pindah rumah atau problem pernikahan tepat sebelum
pasien mengalami gejala ini (Van der Wall, 1992).
Secara garis besar, penyebab yang diduga bisa mencetuskan gejala
glossopyrosis dapat dibagi menjadi:
a.

Penyebab lokal, meliputi gigi tiruan, lesi dan gangguan mukosa


seperti infeksi Candida albicans, fissure tongue, carcinoma, geographic
tongue, hairy tongue, dan median romboide glossitis, penyebab odontogenik
seperti riwayat trauma pada mukosa akibat perawatan gigi yang telah
dijalani, gaya galvanik dan alergi logam, faktor rokok dan alkohol, serta
faktor kebiasaan buruk (contoh : kebiasaan merokok yang berlebihan,
kebiasaan minum-minuman beralkohol, atau bruksism), iritasi terhadap
bahan dental, alergi terhadap pepermint oil, alergi terhadap medikasi, alergi
terhadap makanan, dan alergi terhadap obat kumur (Ghom, 2010). Lesi ini
terkait juga dengan atrofi glossitis, yang memiliki gambaran klinis

permukaan dorsum lidah halus akibat kehilangan papilla filiformis. Glossitis


dapat menimbulkan sensasi rasa terbakar (Byrd dan Bruce, 2003).
b.

Penyebab sistemis, meliputi gangguan hormon yang biasanya


terjadi pada wanita menopause, penyakit sistemik anemia dan diabetes
mellitus, keadaan berkurangnya aliran saliva, serta faktor defisiensi vitamin
B12. Keadaan ini terkait dengan pola makan, misalnya pada kaum
vegetarian, lansia, malnutrisi, atau peminum alkohol. Glossopyrosis bisa
menimbulkan

gejala

hematologik,

neuropsychiatric,

atau

gangguan

gastrointestinal, tetapi dapat juga asimptomatik (Dharmarajan, dkk., 2003;


Oh dan Brown, 2003).
c.

Penyebab neurologi, yaitu gangguan atau kerusakan pada saraf


akibat penyakit kronis, neuralgia maupun akibat gangguan sensoris pasca
bedah. Kerusakan saraf trigeminal dapat menyebabkan rasa nyeri pada lidah
(Ghom, 2010).

d.

Penyebab psikogenik yang meliputi perasaan depresi, gelisah


dan kecemasan. Hal ini biasanya diikuti dengan kebiasaan buruk berupa
menjulurkan lidah dan clenching. (Van der Wall, 1992).

BAB II
TELAAH KASUS
A. Identitas Pasien
Nama

: Nn. DS

Umur

: 14 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Purwokerto

Pekerjaan

: Siswi SMP 1 Karanglewas

Tanggal Pemeriksaan

: 24 Maret 2015

B. Laporan Kasus
Pasien perempuan usia 14 tahun datang ke RSGMP Unsoed ingin
memeriksakan lidahnya yang berwarna putih, atas bujukan operator. Keadaan
umum pasien ketika datang lemas, pusing dan sedikit demam. Pemeriksaan
tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan normal.
C. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.

Keadaan umum
: Febris
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
a. TD
: 100/70 mmHg
b. Nadi
: 90x/menit
c. RR
: 18x/menit
d. Suhu : 370 C

D. Pemeriksaan Subyektif Rongga Mulut


Keluhan utama

: Lidah berwarna putih

Keadaan sakit sekarng

: Lidah bagian dorsum berwarna keputihan seperti


beludru,

dapat

dihapus

mengeluh susah menelan


Riwayat penyakit gigi

: Tidak ada riwayat

Riwayat kesehatan umum : Gastritis, thypoid


Riwayat keluarga

: Tidak ada riwayat

dan

perih,

pasien

Riayat sosial

: Siswi SMP 2 Karanglewas

E. Pemeriksaan Obyektif Rongga Mulut


1.

Ekstraoral
a.
b.

c.
d.
e.

f.
2.

Wajah: Simetris
1) Warna: Dalam batas normal (DBN)
2) Pembengkakan: DBN
Mata:
1) Sejajar
2) Warna kulit DBN
3) Warna sklera: Dekstra: DBN, Sinistra: DBN
4) Warna kelopak mata bagian dalam: Pucat
Leher: DBN
Tangan dan jari: DBN
Lymphonodi:
1) Ln. Occipitalis: DBN
2) Ln. Post Auricular: DBN
3) Ln. Pre Auricular: DBN
4) Ln. Parotid: DBN
5) Ln. Submandibula: teraba dan sakit
6) Ln. Submentalis: DBN
7) Ln. Superficial Cervical Anterior: DBN
8) Ln. Cervical Posterior: DBN
9) Ln. Supracavicula: DBN
TMJ: DBN

Intraoral
Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan mukosa rongga mulut dan
gigi geligi. Pada pemeriksaan mukosa rongga mulut disajikan dalam peta
mukosa rongga mulut sebagai berikut (Gambar 1):

Gambar 1.

Peta Mukosa Rongga Mulut

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Sudut mulut dekstra


Mukosa bukal dekstra
Sudut mulut sinistra
Mukosa bukal sinistra
Bibir permk. dalam; Atas
Bibir permk. dalam; Bawah
Mukobukofold maksila posterior
dekstra
Mukobukofold maksila anterior
Mukobukofold maksila posterior
sinistra
Mukobukofold mandibula
posterior dekstra
Mukobukofold mandibula anteror
Mukobukofold mandibula
posterior sinistra
Gingiva bukalis posterior-dekstra
maksila
Gingiva labialis anterior maksila
Gingiva bukalis posterior sinistra
maksila
Gingiva bukalis posterior dekstra
mandibula
Gingiva labialis anterior
mandibula
Gingiva bukalis posterior sinistra
mandibula
Gingiva lingualis posterior
dekstra maksila
Gingiva lingualis anterior
maksila

21. Gingiva lingualis posterior


sinistra maksila
22. Gingiva lingualis posterior
dekstra mandibula
23. Gingiva lingualis anterior
mandibula
24. Gingiva lingualis posterior
sinistra mandibula
25. Dasar mulut posterior dekstra
26. Dasar mulut anterior
27. Dasar mulut posterior sinistra
28. Ventral lidah dekstra
29. Ventral lidah sinistra
30. Lateral dekstra lidah
31. Lateral sinistra lidah
32. Anterior/ apeks lidah
33. 2/3 anterior dorsum lidah
dekstra
34. 2/3 anterior dorsum lidah
sinistra
35. 1/3 posterior lidah
36. Palatum durum dekstra
37. Palatum durum sinistra
38. Palatum mole dekstra
39. Palatum mole sinistra
40. Arcus palatoglosus dekstra
41. Arcus palatoglosus sinistra
42. Labium superior
43. Labium Inferior

Deskripsi lesi/ kelainan yang ditemukan:


13, 14,15 : terdapat lesi berupa plak, berbentuk irreguler, berwarna putih,
berukuran antara 2-3 cm, lokasi pada gingiva labialis anterior
dan bukalis posterior dekstra-sinistra maksila, dapat dihapus
dan sakit.

30, 31, 32, 33, 34, 35: terdapat lesi berupa plak, berbentuk irreguler,
berwarna putih, berukuran antara 2-3 cm,
lokasi pada lateral dekstra-sinistra lidah, lateral
sinistra lidah, anterior/ apeks lidah, 2/3 anterior
dorsum lidah dekstra-sinistra, sampai ke 1/3
posterior lidah , dapat dihapus dan sakit.

Diagnosa banding:
- Candidiasis
- Leukoplakia
- Geographic tongue
- Lichen planus
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Mikrobiologi (hasil pemeriksaan terlampir)
Diagnosa:
Glossopyrosis
Terapi yang diberikan adalah obat kumur tantum verde untuk
menghilangkan simptom yang ada. Pasien diinstruksikan kumur 4 kali sehari.
Pasien juga diinstruksikan untuk mengkonsumsi multivitamin yaitu becomzet, 1
kali sehari untuk terapi suportif. Selain obat-obatan tersebut, pasien juga
diinstruksikan untuk istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan
seimbang dengan pola makan teratur, menjaga kebersihan rongga mulut serta
menggunakan obat-obatan di atas sesuai anjuran. Pasien juga ditekankan untuk
memperbanyak mengkonsumsi air putih dan mengunyah permen karet bebas gula
untuk mengatasi mulut kering.
Pada kontrol I, setelah diberikan perawatan selama 2 bulan, pasien telah
menunjukkan perbaikan. Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa keluhan lidah
terbakar sudah hilang dan tidak pernah kambuh lagi. Kondisi mulut juga sudah
tidak kering. Pasien mengaku sudah bisa mengatasi masalah yang sedang dialami.
Pasien juga diinstruksikan untuk tetap menjaga pola istirahat, pola makan, dan
kebersihan mulut agar keluhan tidak kambuh lagi. Pasien juga diinstruksikan
untuk tetap minum banyak air putih.
Pada kontrol II, setelah terapi dilanjutkan selama 2 bulan berikutnya,
pasien sudah sembuh. Hasil anamnesa didapatkan bahwa pasien sudah tidak

memiliki keluhan apapun. Hasil pemeriksaan ekstraoral dan intraoral didapatkan


kondisi yang telah normal. Dengan demikian, terapi yang dilakukan telah selesai.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Etiopatologi
Pada pasien perempuan, 14 tahun didapatkan diagnosa akhir glossopyrosis
karena tidak dapat diketahui penyebab yang pasti akan munculnya serangan rasa
terbakar yang terjadi pada lidah dan tidak ditemukan kelainan yang berarti pada
pemeriksaan klinis mukosa yang dikeluhkan. Pemeriksaan klinis intraoral pada
bagian dorsum lidah didapatkan fisure sepanjang 1 mm dengan kedalaman 2 mm
serta ditemukan plak berwarna keputihan seperti beludru, dapat dihapus dan perih,
pasien mengeluh susah menelan. Dari hasil pemeriksaan penunjang mikrobiologi
jamur pada plak putih tersebut didapatkan hasil negatif terinfeksi Candida
albicans. Hasil pemeriksaan ekstraoral ditemukan fissure sepanjang 1 mm dengan
kedalaman 2 mm pada bibir bawah, kemerahan dan terasa sakit. Dari gejala klinis
tersebut, didapatkan juga diagnosa akhir cheilitis pada bibir bawah. Walaupun
tidak diketahui etiologi yang pasti dari kelainan glossopyrosis yang terjadi, ada
beberapa predisposisi menurut National Institute of Dental and Craniofacial
Research (2010) yang diduga bisa menjadi pencetus dan memperparah gejala
yang ada. Hasil anamnesa didapatkan bahwa pasien sering mengeluhkan gastritis
kronis yang sedang dideritanya kambuh dalam waktu dekat ini. Refluks asam

lambung (gastroesophageal reflux disease) yang memasuki mulut dari saluran


pencernaan bagian atas diduga dapat menyebabkan glossophyrosis. Kondisi
pasien yang selalu lemas menunjukkan keadaan defisiensi nutrisi seperti
kekurangan zat besi, seng, folat (vitamin B9), thiamin (vitamin B1), riboflavin
(vitamin B2), piridoksin (vitamin B6) dan cobalamin (vitamin B12). Hal tersebut
juga menjadi salah satu penyebab terjadinya glossopyrosis.
Keadaan mulut kering merupakan gejala yang paling sering ditemukan.
Pada penelitian Grushka (1987) ditemukan 60% pasien dengan mulut kering, dan
50% pasien pada penelitian Hanneke. Pada penelitian terhadap 89 penderita,
kecepatan aliran ludah diukur dengan menahan dan merangsang aliran saliva
dan dilakukan pembandingan terhadap kelompok penderita dan kelompok kontrol
dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Sekresi saliva pada kelompok
penderita terbukti lebih kecil daripada kelompok kontrol. Akan tetapi, setelah
dirangsang, terlihat sekresi saliva pada kelompok penderita lebih tinggi. Dengan
demikian, keadaan hiposalivasi hanya ikut memperparah terjadinya gejala rasa
terbakar yang ada. Keadaan gangguan saluran pencernaan yang kronis juga
ditemukan pada penelitian Sharp (1967), yaitu 25 pasien dari 86 pasien yang
diteliti. Pada kelompok 17 penderita glossopyrosis, ditemukan 2 pasien dengan
gejala gastritis dan kolitis.
3.2 Perawatan
Glossopyrosis adalah suatu sindrom yang etiologinya belum diketahui
secara pasti. Oleh karena itu, terapi yang dapat diberikan hanya terbatas pada
terapi simptomatis dan suportif saja. Terapi simptomatis yang diberikan adalah
penggunaan obat kumur tantum verde yang digunakan 4 kali sehari. Tantum verde
mengandung Benzydamine HCL yang berfungsi sebagai non steroid untuk
menghilangkan sensasi terbakar yang ada. Kandungan asam klorida ini juga dapat
merangsang sekresi saliva pada penderita karena sifatnya yang asam. Selain itu,
pasien juga diberikan terapi suportif becomzet berupa multivitamin dan mineral.
Bagian terapi yang paling penting adalah instruksi untuk menjaga pola istirahat
cukup, pola makan sehat dan seimbang dan untuk selalu menjaga kebersihan
mulut.

BAB V
KESIMPULAN
1.

Glossopyrosis merupakan kelainan pada mukosa lidah yang berupa gejala

2.

sensasi terbakar.
Pada pasien kasus kali ini, penyebab pasti timbulnya gejala tidak
diketahui. Akan tetapi, predisposisi yang diduga mungkin menjadi pencetus
adalah adanya gangguan pencernaan berupa gastritis kronis dan defisiensi

3.

nutrisi.
Terapi yang diberikan berupa terapi simptomatis (obat kumur non steroid)
dan terapi suportif (multivitamin).

DAFTAR PUSTAKA
Byrd, JA, Bruce, AJ, Rogers 3rd, RS, 2003, Glossitis and Other Tongue Disorders,
Dermatologic Clinical J., vol. 21, h. 123-134.
Dharmarajan, TS, Adiga, GU, Norkus, ER, 2003, Vitamin B12 Deficiency :
Recognizing Subtle Symptoms in Older Adults, Geriatrics, vol. 58, h. 3038.
Ghom, AG, 2010, Textbook of Oral Medicine, 2nd edition, Jaypee Brothers
Medical Publisher, New Delhi, h. 550-551.
Grushka, M., Sessle, BJ, 1987, Burning Mouth Syndrome: A historical review,
Clin J Pain, h. 245-52.
National Institute of Dental and Craniofacial Research, 2010, Burning Mouth
Syndrome,
http://www.nidcr.nih.gov/OralHealth/Topics/Burning/BurningMouthSyndr
ome.html (diunduh tanggal 30 Mei 2015).
Oh, RC, Brown, DL, 2003, Vitamin B12 Deficiency, American Family Physician
J., vol. 67, h. 979-986.
Sharp, GE, 1967, The Hot Tongue Syndrome: Etiology and Treatment, Arch.
Otolaryngol.
Van der Wall, Isaac, 1992, Sindrom Mulut Terbakar, Alih bahasa: Lilian Yuwono,
Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai