Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

SISTEM ENDOKRIN
(MASALAH KELENJAR ADRENAL PADA WANITA)

Dosen

Pembimbing :

Nur

Hidaayah.S.
Kep,. Ns, M. Kes
Disusun oleh :
1. Riyco Rachman P.

1130013085

2. Rizki Ramadhan

1130013086

3. Rochmatul Ummah

1130013087

4. Satria Achrudi A.

1130013088

5. Siti Maisaroh

1130013089

6. Sonya Dewi Finanti 1130013090


7. Baiq Paramita

1300120

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2014-2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan temanteman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa membantu bagi
siapa saja yang membutuhkan sedikit pengetahuan tentang salah satu materi
Sistem Pencernaan. Materi yang kami angkat dalam makalah ini adalah SISTEM
ENDOKRIN (Masalah Kelenjar Adrenal Pada Wanita).
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Surabaya, Maret 2015


Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................................................
2
C. Tujuan .......................................................................................................................
2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
3
A. Definisi Congenital Adrenal Hyperplasia...........................................................
3
B. Etiologi................................................................................................................
4
C. Patofisiologi........................................................................................................
4
D. Aspek genetic pada CAH....................................................................................
7
E. Klasifikasi CAH..................................................................................................
9
F. Tanda dan Gejala ................................................................................................
14
G. Fungsi Repodruksi..............................................................................................
17

H. Manifestasi Klinis...............................................................................................
18
I. Penatalaksanaan CAH ........................................................................................
19
J. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................
20
BAB III PENUTUP..................................................................................................
25
A. Kesimpulan ........................................................................................................
25
B. Saran ...................................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia medis, tidak selalu mudah untuk menentukan sex dan
genderseseorang. Sex adalah sesuatu hal yang dapat membedakan apakah
seseorang itu pria ataupun wanita secara fisik, sedangkan gender adalah identitas
yang terdapat pada orang yang bersangkutan. Ketika genitalia luar seseorang tidak
dapat ditentukan secara pastiapakah pria ataupun wanita pada umumnya, maka hal
tersebut dikatakan Disorders ofSex Development (DSDs). DSDs adalah kondisi
congenital dimana perkembangankromosom, gonad atau anatomi seksual menjadi
tidak khas. DSDs meliputiperkembangan congenital dari genitalia yang ambigu
(misalkan pada 46,XX virilizingCongenital Adrenal Hyperplasia (CAH);
clitoromegaly; mikropenis); kelainanpemisahan congenital dari anatomi seksual
internal dan eksternal (misalkan padaComplete Androgen Insensitivity Syndrome
(CAIS); defisiensi enzim 5-reduktase/ 5-AR); anomali kromosom seks (misalkan
pada Sindrom Turner, Sindrom Klinefelter, sexchromosome mosaicism); kelainan
perkembangan gonad (misalkan pada ovotestis). Jadiyang termasuk dalam
kategori DSDs adalah anomali dari seks kromosom, gonad, saluran reeproduksi
dan juga genitalia. DSDs dapat terjadi pada bayi dengan kariotipe 46,XXmaupun
46,XY.
Kasus paling sering dari pasien dengan 46,XX DSD adalah CAH, atau
sindromaadrenogenital. Kelainan ini terjadi sekitar 60% dari kasus interseksual
yang ada. CAHmerupakan sekelompok kelainan yang diturunkan secara
autosomal resesif danmenyebabkan defisiensi satu dari lima enzim yang
dibutuhkan dalam proses sintesishormon kortisol dan aldosteron dari kolesterol
pada korteks adrenal (steroidogenesis)sehingga produksi hormon steroid sex
(testosteron) menjadi berlebihan yang kemudianakan merubah perkembangan
karakteristik sexual wanita dengan kariotipe 46,XXmenjadi ke arah laki-laki
(maskulinisasi). Bentuk yang lebih berat dari CAH adalahmenurunnya produksi
hormon aldosteron dan terjadi salt-wasting. Lebih dari 90% kasusCAH
disebabkan karena defisiensi enzim 21-hidroksilase. Resiko mempunyai

anakdengan CAH tipe klasik adalah 1:16.000 bayi, untuk tipe non-klasik adalah
0,2% daripopulasi orang berkulit putih pada umumnya, namun lebih sering (12%) pada populasietnik tertentu seperti Yahudi yang berasal dari Eropa Timur.
Kelainan ini dapatdiidentifikasi dengan melakukan pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisik dilakukan terkait dengan tanda dan
gejala khas yang terkait dengankelainan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil karakteristik fisik pada
pasienCAH di Semarang. Dengan harapan, yang akan datang dalam
mengidentifikasi danmendiagnosis pasien CAH diantara kasus DSDs yang ada di
Indonesia, terutama denganpemeriksaan fisik, akan lebih sederhana dan akurat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi mata?
2. Apa definisi dari fusi?
3. Apa definisi dari konvergensi dan divergensi?
4. Bagaimana epidemoligi strabismus?
5. Apa definisi strabismus?
6. Bagaimana etiologi strabismus?
7. Bagaimana patofisiologi dan WOC strabismus?
8. Bagaimana klasifikasi strabismus?
9. Bagaimana manifestasi klinis strabismus?
10. Bagaimana penatalaksanaan strabismus?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang strabismus?
12. Bagaimana asuhan keperawatan strabismus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi mata.
2. Untuk menegetahui pengertian dari fusi.
3. Untuk menegetahui pengertiankonvergensi dan divergensi.
4. Untuk mengetahui epidemiologi strabismus.
5. Untuk mengetahui definisi strabismus.
6. Untuk mengetahui etiologi strabismus.
7. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC strabismus.
8. Untuk mengetahui klasifikasi strabismus.
9. Untuk mengetahui manifestasi strabismus.
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan strabismus.
11. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang strabismus.
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan strabismus.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Congenital Adrenal Hyperplasia
CAH merupakan sekelompok kelainan yang diturunkan secara autosomal
resesif akibat adanya mutasi pada gen tersering CYP 21 dan menyebabkan
defisiensi satu dari lima ezim yang dibutuhkan dalam proses sintesis hormon
kortisol dan aldosteron darikolesterol pada korteks adrenal (steroidogenesis)
sehingga

menyebabkan

perubahanberupa

produksi

hormon

steroid

sex

(testosteron) menjadi berlebihan yang kemudianakan merubah perkembangan


karakteristik sexual wanita dengan kariotipe 46,XXmenjadi ke arah laki-laki
(maskulinisasi).

Gambar

1.

Skema

proses

progesteron,mineralokortikoid

steroidogenesis.
(aldosteron),
3

Untuk

mensintesis

glukokortikoid

hormon

(kortisol),

dan

androgen (testosteron)membutuhkan enzim, yaitu sebagai berikut: enzim 21hidroksilase

(21-OH),

enzim

17-hidroksilase

(17-OH),

enzim

3-

hidroksisteroid dehidrogenase (3-HSD), enzim 11-hidroksilase (11-OH),


17,20 liase, 18-hidroksilase (18-OH), 18-oksidase dan 17-hidroksisteroid
dehidrogenase (17-HSD). Masing-masing enzim dapat berfungsi akibatadanya
pengkodean

dari

masing-masing

gen

spesifik

sitokrom

P-450

(CYP)

yangbertanggung jawab atas enzim-enzim tersebut. Manakala terjadi mutasi


yangmenyebabkan salah satu enzim tidak dapat berperan dalam proses
steroidogenesis ini,maka akan terjadi akumulasi pada prekursor hormon tertentu
dan defisiensi maupunakumulasi pada hormon tertentu.
CAH merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal resesif.
Penyakit ini ditandai oleh defisiensi enzim yang terlibat dalam jalur
steroidogenesis pada kelenjar adrenal. Penyakit ini dapat terjadi pada wanita dan
laki-laki dan merupakan penyebab interseksual terbanyak pada individu dengan
46,XX ( Wilson, 2009)
Lebih dari 90% kasus CAH disebabkan karena defisiensi enzim 21-OH.
Ketikadefisiensi dari enzim 21-OH ini terjadi, maka progesteron dan 17hidroksiprogesteronakan terakumulasi, sedangkan jumlah 11-deoksikortikosteron
(DOC) dan 11-deoksikortisol akan menurun. Oleh karena jumlah 11-DOC dan 11deoksikortisolsedikit, hal ini menyebabkan produksi akhir dari dua prekursor
hormon tersebut, yaitualdosteron dan kortiol juga menurun. Selain itu, karena
adanya akumulasi dariprogesteron dan 17-hidroksiprogesteron akibat jalur
pembentukan aldosteron dankortisol yang terblok, maka akan semakin banyaklah
hormon-hormon tersebut diubahke jalur lain untuk menjadi androstenedion. Pada
akhirnya androstenedion ini akandiubah oleh enzim 17-HSD menjadi testosteron
(androgen). Hal ini menyebabkanproduksi testosteron di perifer menjadi berlebih.
Testosteron dapat diaromatisasi menjadi estradiol akibat peran dari
enzimaromatase. Selain itu, testosteron juga dapat di konversi menjadi
dihidrotestosteronmelalui enzim 5-AR.
B. Etiologi
CAH dapat disebabkan karena hal-hal berikut ini:
1. Defisiensi enzim 21-hidroksilase
4

2. Defisiensi enzim 11-hidroksilase


3. Defisiensi enzim 3-hidroksisteroid dehidrogenase
4. Defisiensi enzim 17-hidroksilase
5. Mutasi protein Steroidogenic acute regulatory (StAR)
C. Patofisiologi Congenital Adrenal Hyperplasia
Kelenjar

adrenal

mensintesis

tiga

kelas

utama

hormon,

yaitu

mineralokortikoid,glukokortikoid dan androgen, misal: testosteron. Sintesis


hormon golonganmineralortikoid terjadi dalam zona glomerulosa korteks adrenal,
sedangkan hormone glukokortikoid dsintesis di zona fasikulata dan retikularis
korteks adrenal.
Ketiga hormon ini sangat penting bagi tubuh. Fungsi dari masing-masing
hormone tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kortisol membantu tubuh dalam mengatasi stress ataupun tekanan seperti
pada kondisi luka maupun sakit
2. Aldosteron berperan dalam memastikan agar tubuh dapat menyimpan garam
dalam jumlah yang cukup, sedangkan
3. Testosteron terlibat dalam pembentukan sifat maskulin manusia, seperti
distribusi rambut pada tubuh dan perkembangan organ seks laki-laki. Baik
laki-laki maupun perempuan, keduanya memproduksi testosteron. Namun,
pada laki-laki produksi hormon ini jumlahnya lebih banyak
Hipofisis mengatur proses steroidogenesis di adrenal melaluiadrenocorticotropic
hormone (ACTH). ACTH menstimulasi sintesis steroid denganmeningkatkan
substrat utama dalam jalur steroidogenesis di adrenal. Proses tersebutdapat
terilustrasikan melalui Gambar 2.

Gambar 2. Mekanisme yang terjadi pada aksis Hipotalamus-HipofisisAdrenal.Sekresi fisiologis dari ACTH diperantarai oleh pengaruh neural terhadap
komplekhormon, dimana hormon paling penting adalah Corticotropin-Releasing
Hormone(CRH). CRH menstimulasi ACTH secara pulsatil: ritme diurnal
membuat puncakhormon ini berada pada saat bangun tidur dan menurun pada saat
siang hari. Ritmediurnal adalah refleksi dari kontrol neural yang kemudian
merangsang sekresi diurnaldari kortisol pada korteks adrenal. Terdapat sistem
umpan-balik pada level hipotalamusdan hipofisis yang diperantarai melaui
kortisol plasma. Begitu juga terdapat umpanbalik negatif yang pendek dari ACTH
yang mempengarui sekresi dari CRH. Jadi,kondisi apapun yang dapat
menurunkan sekresi kortisol akan mengakibatkanmeningkatnya sekresi ACTH.
Dengan ini, kortisol memberikan efek umpan-baliknegatif terhadap sekresi
ACTH.
Kebanyakan CAH yang memiliki defek pada suatu enzim yang memblok
sintesiskortisol akan mengganggu kontrol umpan-balik sekresi ACTH melalui
kortisol. SekresiACTH kemudian menjadi berlebihan yang selanjutnya akan
6

memicu terjadinyahiperplasia adrenocortical. Hal ini menyebabkan stimulasi


sintesis produk-produk dariadrenal berlebihan, dan dengan adanya defisiensi salah
satu enzim dari jalursteroidogenesis akan menyebabkan akumulasi dari molekul
prekursor jalur tersebut.Prekursor-prekursor tersebut akan teralihkan ke jalur lain
yaitu jalur androgen, sehinggamenyebabkan level androgen menjadi tinggi.
Gejala-gejala klinik yang timbul dari berbagai jenis CAH tergantung dari
hormone apa yang diproduksi secara berlebihan atau hormon apa yang defisiensi.
Perbandinganfenotip dari masing-masing jenis CAH dapet dilihat dalam tabel 1.
CAH dapatdisebabkan karena hal-hal berikut ini:
1) Defisiensi enzim 21-OH
Defisiensi enzim ini terjadi paling sering, lebih dari 90-95% dari seluruh
kasus CAH. Enzim 21-OH adalah enzim yang terlibat dalam konversi
kolesterol menjadi kortisol dan aldosteron, tapi tidak dalam konversi
menjadi testosteron. Pada defisiensi enzim 21-OH, jalur aldosteron dan
kortisol dihambat, sedangkan jalur androgen yang tidak dipengaruhi oleh
enzim 21-OH menjadi terstimulasi secara berlebihan. Virilisasi pada kasus
defisiensi enzim 21-OH terjadi karena sekresi yang berlebihan dari
androgen adrenal.
2) Defisiensi 11-OH
Defisiensi enzim terjadi sekitar 5-8% dari kasus CAH. Pada proses
steroidogenesis, hal tersebut juga mengakibatkan turunnya sintesis kortisol
yang kemudian mengakibatkan overproduksi dari prekursor kortisol dan
steroid seks seperti yang terjadi pada kasus defisiensi enzim 21-OH,
sehingga defisiensi enzim 11-OH memiliki gambaran klinik berupa
virilisasi yang mirip dengan kelainan pada kasus defisiensi enzim 21-OH.
Temuan tambahan pada banyak kasus defisiensi enzim 11-OH, namun
tidak semua, adalah adanya hipertensi. Hipertensi ini mungkin berasal dari
akumulasi berlebihan prekursor aldosteron, 11-DOC, yaitu steroid yang
memiliki aktifitas menyimpan garam.
3) Defisiensi enzim 3-HSD
Defisiensi enzim 3-HSD merupakan penyebab kedua terbesar dari CAH,
yaitu sekitar 10% dari kasus. Tidak seperti CAH karena defisiensi enzim
21-OH maupun 11-OH yang hanya mempengaruhi fungsi adrenal, pada
defisiensi enzim 3-HSD akan berakibat pada kelenjar adrenal maupun
7

fungsi gonad. Bayi yang baru lahir dengan defisiensi enzim 3-HSD
memiliki gejala dari defisiensi kortisol dan aldosteron. Pada anak
perempuan dapat memiliki perkembangan seksual yang normal maupun
virilisasi ringan yang kebanyakan terdeteksi pada masa pubertas. Oleh
karena hiperandrogenisme, maka dapat terjadi anovulasi kronik bahkan
amenore primer.
4) Defisiensi enzim 17-OH
Defisiensi enzim-enzim ini juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan
pada proses steroidogenesis di adrenal dan di gonad. Uniknya terjadi
kompensasi dari sekresi ACTH yang memacu produksi berlebih dari
mineralokortikoid, sehingga menyebabkan hipertensi dan hipokalemia.
Wanita dengan defisiensi enzim 17-OH akan mengalami sexual
infantilism dan hypergonadotropic hypogonadism. Hipergonadotropisme
terjadi karena defisiensi estrogen.
5) Defisiensi Steroidogenic Acute Regulatory (StAR) protein
Protein StAR adalah fosfoprotein mitokondria yang bertanggung jawab
mengangkut kolesterol dari luar ke dalam membran interna mitokondria
yang kemudian diubah menjadi pregnenolon oleh P450cc. Kehilangan
enzim ini menyebabkan gangguan pada steroidogenesis di adrenal maupun
gonad. Kerusakan overium dapat terjadi setelah masa pubertas aibat adanya
kerusakan sel-sel ovarium.
Tabel 1. CAH berdasarkan masing-masing defisensi enzim pada steroidogenesis.
Perbedaan gen-gen yang terlibat dalam masing-masing penyebab dari CAH,
lokasi darimasing-masing gen tersebut, beberapa manifestasi klinis yang dapat
timbul pada masingmasingdefisiensi enzim pada CAH, insidensi, besar hormon
korteks adrenal, kadarmetabolit yang dapat meningkat, tekanan darah, level
natrium dan level kalium.

D. Aspek genetik pada Congenital Adrenal Hyperplasia


Semua tipe CAH diturunkan melaui cara autosomal resesif yang
disebabkankarena perubahan pada sepasang gen. Seseorang dengan CAH
mengalami perubahandalam masalah penyalinan dari gen yang bertanggung jawab
untuk memproduksi enzimyang terlibat dalam pemecahan kolesterol. Seseorang
akan terkena CAH akibatditurunkannya salah satu gen yang telah berubah dari ibu
dan satu gen lain, diturunkandari ayah, yang juga telah berubah dan kemudian
akan menjadi bakal pasangan gen tersebut.
Sintesis enzim yang terlibat dalam sintesis kortisol dan aldosteron
merupakanprotein sitokrom P450 (CYP). CYP21 adalah gen yang mengkode
enzim 21-OH;CYP11B1 mengkode enzim 11-OH; dan CYP17 mengkode enzim
17-OH. Hal inidapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan studi dari genetik molekuler, gen yang mengkode sitokrom
P450spesifik untuk enzim 21-OH (P450c21) terletak di kompleks HLA polimorfik
padakromosom 6p21.3, yaitu CYP21 yang letaknya bersama dengan pseudogen
atauhomolog inaktif darinya yaitu CYP21P. Kedua gen ini bertanggung jawab
untukmenyebabkan terjadinya defisiensi enzim 21-OH. Oleh karena CYP21 dan
CYP21Pmemiliki 98% kemiripan dalam urutan nukleotidanya, maka diketahui
terdapat banyakmutasi yang menyebabkan produk dari gen menjadi terinaktivasi.
Hal ini termasukdelesi 8-bp pada exon 3, frame shift mutation pada exon 7, dan

nonsense mutation pada exon 8. Lokasi dari gen-gen tresebut dapat dilihat pada
gambar 3.

Gambar 3. Regio kromosom 6p21.3 yang mengandung gen-gen yang


bertanggungjawab pada enzim 21-OH. 5 CYP21 dan CYP21P adalah gen aktif
dan pseudogen darienzim 21-OH. C4A dan C4B mengkode komponen keempat
dari komplemen serum. RP1mengkode protein inti untuk fungsi yang masih
belum diketahui, sedangkan RP2berhubungan dengan pseudogen. TNXB
mengkode tenascin-X, sedangkan TNX Aberhubungan dengan pseudogen. Daerah
yang digambarkan dengan regio 30-kb adalahdaerah yang terdelesi sekitar 20%
dari kromosom defisiensi 21-OH.
Mutasi lain pada CYP21P dapat mempengaruhi proses splicing dari
messenger
RNA (mRNA) atau mempengaruhi urutan dari asam amino. Namun, mutasi
yangpaling sering menyebabkan defisiensi enzim 21-OH adalah dua tipe
rekombinasidiantara gen CYP21 dengan CYP21P. Sekitar 75% terjadi delesi pada
pseudogen yangkemudian ditransfer ke CYP21 selama mitosis melalui proses
yang dinamakan geneconversion. Sekitar 20% diantaranya terjadi rekombinasi
meiotik yang menghilangkan30-kb segmen gen yang meliputi ujung 3 dari
CYP21P, semua komplemen gen dariC4B yang berdekatan dan ujung 5 dari
CYP21, yang pada akhirnya menghasilkannonfunctional chimeric pseudogene.
Lebih dari 60 mutasi lain yang dapat terjaditerhitung sebesar 5% dari kasus.
Gambar skematis dari salah satu mutasi ini, dapat dilihat dari gambar 4.

10

Gambar 4. Gen-gen dari enzim 21-OH mengalami unequal crossover selama


proses meiosis. Gen-gen tersebut kemudian menghasilan anak kromosom yang
memiliki tigaalel CYP21 atau satu gen CYP21 yang tak berfungsi sebagai akibat
dari proses delesiyang besar.
CYP 21 adalah salah satu gen manusia yang paling polimorfik. Pada
sperma,kemungkinan terjadi rekombinasi spontan antara gen CYP21 dengan
CYP21P adalah 1:1000 sampai 1:100.000 sel.
Ketika gen CYP21 berubah, akan menyebabkan situasi dimana enzim 21OHmenjadi tidak dapat diproduksi, atau diproduksi dalam jumlah yang sedikit.
Banyak genyang dapat mengurangi level dari enzim 21-OH. Jumlah enzim 21-OH
yang diproduksi,bergantung pada jenis dan kombinasi dari perubahan gen CYP21
dan sebagian hal inijuga menentukan derajat beratnya penyakit CAH akibat
defisiensi enzim 21-OH.
Karekteristik kombinasi dari alel HLA atau haplotipe HLA berhubungan
denganberbedanya jenis dari defisiensi enzim 21-OH. Genotipe dari defisiensi
enzim 21-OHtipe klasik berasal dari adanya dua alel yang mengalami kerusakan
berat. Defisiensienzim 21-OH tipe non-klasik merupakan hasil dari adanya dua
alel dari defisiensienzim 21-OH yang mengalami kerusakan ringan atau satu alel
namun mengalamikerusakan berat dan satu alael lainnya mengalami kerusakan
ringan.
Dua puluh lima persen alel dari classic type defisiensi enzim 21-OH
terjadikarena delesi dari CYP21; sedangkan 75% sisanya disebabkan mutasi kecil
padaCYP21 yang mana beberapa diantaranya adalah mutasi titik de novo,
yangmenghasilkan substitusi asam amino yang menyebabkan terganggunya
sintesis protein.Pada nonclassic type defisiensi enzim 21-OH, merupakan kejadian
yang timbulkarena substitusi ringan dari asam amino yang berlangsung lama pada
gen yangmengkode enzim 21-OH.
11

Orang tua yang memiliki anak dengan CAH disebut sebagai carrier karena
salah satudari mereka memiliki satu gen CYP21 yang telah mengalami perubahan
dan satu gen lainyang tidak mengalami perubahan. Carrier biasanya tidak
memiliki gejala karena merekamasih memiliki satu gen yang tidak mengalami
perubahan yang dapat memproduksienzim 21-OH dalam jumlah yang cukup
untuk mencegah timbulnya CAH. Anak yanglahir dari orang tua yang keduanya
adalah carrier untuk tipe CAH yang sama akanmemiliki peluang 25% untuk
terkena CAH, 50% peluang untuk menjadi seorang carrierdan juga 25% peluang
untuk tidak menjadi carrier maupun anak yang mengidap CAH.
E. Klasifikasi klinis Congenital Adrenal Hyperplasia
Dua tipe fenotipe mayor yang diketahui dari defisiensi enzim 21hidroksilase,yaitu: classic type dan non classic type (onset lambat). Classic type
dibagi lagi menjadiclassic simple virilizing type dan classic salt-wasting type.
Dalam non classic type,pasien mengalami defek biokimiawi namun hanya sedikit
tanda jelas dari hiperandrogenisme yang tampak. Berikut di bawah ini Tabel 2
yang mendeskripsikansecara ringkas perbedaan fenotip dari masing-masing tipe
CAH karena defisiensi enzim21-OH.
Tabel 2. Perbandingan fenotip berbagai tipe CAH karena defisiensi enzim 21-OH.

12

1. Classic type dari CAH


Abnormalitas
masaprenatal

biokimiawi

maupun

maupun

postnatal.

klinis

akan

Progesteron,

muncul

baik

pada

17-OH-progesteron,

androstenedion,dan testosteron disekresikan dalam jumlah besar dalam rahim ibu


sebagaiakibat dari meningkatnya stimulasi ACTH karena defisiensi enzim 21OHyang mengganggu sintesis kortisol. Kemudian, ekskresi metabolit dari
steroidsteroidtersebut juga meningkat di urin. Abnormalitas pada sekresi
kortisoljuga dihubungkan dengan adanya perubahan pada sekresi hormon
darihipofisis seperti GH dan TSH.
Bayi yang secara genetik adalah perempuan, lalu mengalami defisiensienzim
21-OH congenital, hal ini berarti androgen yang diproduksi di kelenjaradrenalnya
berada dalam jumlah yang sangat besar akibat sekresi dari korteksadrenal yang
mengalami hiperplasia. Genitalia eksterna pada seseorang yanggenetiknya adalah
perempuan, memiliki keambiguitasan mulai dari levelringan sampai berat. Hal ini

13

terjadi akaibat adanya virilisasi. Genitalia internaseperti uterus dan tuba fallopi,
tidak dipengaruhi oleh tingginya kadarandrogen.Hal ini juga terjadi pada bayi
laki-laki. Bayi lakilaki yang mengalamidefisiensi enzim 21-OH, saat dilahirkan
tidak menunjukkan bahwa genitalnyamengalami abnormalitas. Pada masa
postnatal, anak laki-laki dan perempuanyang tidak ditangani, produksi
androgennya yang massif tetap berlanjut, lalumenyebabkan:
Pertumbuhan yang cepat
Mempercepat pematangan epifisial,
Pembesaran progresif dari penis dan klitoris
Rambut pada muka, ketiak dan pubis yang muncul lebih dini
Berjerawat
f. Tanpa pengobatan, dapat menyebabkan penutupan

epifisial

dini

sehinggamenyebabkan perawakannya menjadi pendek.


Pasien dengan classic type dari CAH karena defisiensi enzim 21OHmengalami

disfungsi

adrenomedular

yang

ditandai

dengan

menurunnyaproduksi epinefrin, metanefrin dan normetanefrin; serta mengalami


perubahanstruktur yang besar dari medula adrenal yang ditandai dengan
adanyadisplasia, berkurangnya ekspresi dari enzim tirosin hidroksilase, dan
adanyadeplesi dari vesikel sekretori yang berisi epinefrin. Pasien dengan fenotip
yanglebih berat, yaitu adanya salt-wasting dan riwayat adanya krisis
adrenalternyata

produksi

dari

epinefrin

dan

metanefrin

oleh

kelenjar

adrenalnyasangat rendah.
Berikut ini adalah pembagian lebih spesifik dari classic type CAH:
a). Classic Simple Virilizing Type dari CAH
Congenital Adrenal Hyperplasia akibat defisiensi enzim 21-OH tipeclassic
simple virilizing terjadi jika enzim 21-OH diproduksi dalamjumlah yang sedikit.
Pada tipe ini, enzim masih dapat berperan untukmencegah terjadinya level
garam yang rendah pada tubuh, jugamencegah krisis adrenal.
Perempuan akan lahir dengan maskulinisasi ringan pada genitaliaeksterna,
seperti pembesaran clitoris, fusi sebagian dari labiaperkembangan dari sinus
urogenitalia, sehingga akan menampilkankeambiguan seksual dan bahkan
menyulitkan dalam penentuan jenis kelamin bayi ini saat lahir. Jarang diagnosis
dari keadaan ini tidak dibuatsaat periode neonatal.

14

Bila ditangani dengan adekuat, periode menstruasi dapat normalsetelah


menarche dan kehamilan mungkin terjadi. Secara keseluruhan,tingkat fertilitas
dilaporkan rendah, yang dikatakan akibat introitusvaginae yang inadekuat
sehingga menyebabkan ketidakpuasan saatcoitus, kemudian meningkatnya level
androgen menimbulkan disfungsi ovarium.
Pada laki-laki yang tidak mendapatkan penanganan, akan memilikigenitalia
normal, namun mungkin mengalami pubertas dini juga.
Classic simple virilizing type CAH akibat defisiensi enzim 21-OH,dapat
menyebabkan pertumbuhan linear yang cepat pada masa kanakkanak
disebabkan karena banyaknya androgen yang muncul lebihdini, namun pada
saat dewasa jika tetap tidak ditangani, nantinya akanterlihat pendek, baik pada
laki-laki maupun pada wanita.

b). Classic Salt-Wasting Type dari CAH


Tipe ini adalah tipe yang paling berat dari CAH akibat defisiensienzim 21OH. Sekitar 75% dari kasus classic type CAH akibat defisiensienzim 21-OH,
terjadi pembuangan garam dan juga hipotensi,dikarenakan hiponatremia,
hiperkalemia, natriuresis yang tidak sesuai,dan rendahnya aldosteron pada
serum dan urin bersamaan dengantingginya aktivitas plasma renin, pada
akhirnya dapat melanjut menjadikrisis adrenal.
Classic simple virilizing type CAH akibat defisiensi enzim 21-OH,jika tidak
ditangani, akan menyebabkan kehilangan garam yang akanmemacu terjadinya
krisis adrenal. Krisis adrenal merupakan keadaanyang mengancam kehidupan,
ditandai dengan adanya dehidrasi berat,tekanan darah yang sangat rendah,
melemahnya otot jantung, danmuntah.
Hal ini terjadi karena enzim 21-OH diproduksi dalam jumlah yangsangat
sedikit atau tidak sama sekali. Pembuangan garam terjadi akibatsekresi
inadekuat dari steroid yang bertanggung jawab untuk menahangaram, terutama
aldosteron. Selain itu, hormon prekursor dari enzim 21-OH dapat berperan
sebagai antagonis dari mineralokorticoid pada bayiyang tubulus renalisnya
masih

imatur.CAH

tipe

ini,

jika

15

tidak

tertangani,

juga

dapat

menyebabkanpertumbuhan

yang

cepat

di

masa

kanak-kanak

namun

berperawakanpendek di usia dewasa.


Meningkatnya angka keselamatan dari Classic simple virilizing typeCAH
akibat

defisiensi

enzim

darimineralokortikoid
biosintesisaldosteron

21-OH

eksogen.
yang

terjadi

Telah

nyata

akibat

diketahui

terjadi

pada

adanya
bahwa
masa

suplemen
defek

kecil,

dari
akan

mengalamiperbaikan sejalan dengan usia dan bahkan perbaikan spontan


secaraparsial

dapat

terjadi

pada

usia

dewasa.

Variasi

dalam

kemampuanmemproduksi mineralokortikoid dapat disebabkan oleh enzim


adrenallain yeng sejalan dengan aktivitas enzim 21-OH. Oleh karena itu,
sangatdiperlukan

evaluasi

dari

kadar

sodium

dan

mineralokortikoid

denganmengukur aktivitas plasma renin pada pasien yang pada saat lahir
telahdiketahui mengalami pembuangan garam.
Meskipun telah diklaim bahwa pembuangan garam ini berhubungandengan
beratnya virilisasi, oleh karena itu, sangat penting untukmengenali virilisme
yang sama seperti pada simple virilizing type. Jadi,walaupun tingkat virilisasi
pada bayi dengan defisiensi enzim 21-OHdalam derajat ringan, tetap harus
diobservasi tanda-tanda yang potensialuntuk mengancam kehidupan dari krisis
adrenal dalam minggu-minggupertama kehidupan.
Anak perempuan yang tidak tertangani mungkin mengalamikesalahan
disangka sebagai anak laki-laki sejak lahir karena keduanyaterlihat sama-sama
memiliki genitalia eksternal yang maskulin. Namun,organ-organ seksual internal
mereka normal. Anak laki-laki yang tidaktertangani akan memiliki genitalia
eksterna yang terlihat normal, namunia akan mengalami pubertas dini. Ciri-ciri
dari pubertas tersebut sepertiadanya rambut pubis, pembesaran phallus, suara
yang dalam dan berat,peningkatan kekuatan otot, dapat terjadi jauh sebelum
waktu pubertasnormal, atau bahkan dapat muncul pada usia dua sampai
tigatahun.
Anak laki-laki yang tidak terdeteksi pada newborn screening, beradapada
resiko yang tinggi untuk krisis adrenal akibat pembuangan garam,karena
genitalia eksternanya yang tampak normal tidak membuat dokterwaspada akan
kondisinya kemudian mengalami krisis kehilangan garamyang tidak terprediksi.

16

Sebaliknya, pada anak perempuan biasanyaterdiagnosis dan tertangani secara


dini karena dokter telah terperingatioleh genitalia eksternalnya yang ambigu.
2. Nonclassic type dari CAH
Non classic type dari CAH adalah bentuk yang paling ringan dari CAH akibat
defisiensi enzim 21-OH. Level enzim 21-OH disini menurun ringan. Gejala
kliniknya bervariasi dan dapat muncul di usia berapapun.Pria dan wanita dengan
tipe ini terlihat normal disaat lahir dan tidakmenderita kekurangan garam. Tipe ini
dapat menyebabkan perkembangan rambut pubis prematur pada anak-anak,
bahkan hal ini dapat ditemukan pada pasien berumur enam bulan. Meningkatnya
androgen yang diproduksi oleh kelenjar adrenal membuat penutupan dari lempeng
epifisial lebih dini. Hal ini wajar, namun tidak selalu ditemukan, bahwa anak
dengan kelainan inimemiliki penuaan umur tulang dan peningkatan pertumbuhan
linear dengan sangat cepat, lalu biasanya berperawakan lebih pendek dari tinggi
yang dapat diperkirakan berdasarkan tinggi midparental dan dari persentil
pertumbuhan linear.
Pada wanita muda dapat terjadi kebotakan dengan pola seperti pada laki-laki
dan juga jerawat karena androgen yang menjadi salah satu tanda. Menarche dapat
terjadi secara normal ataupun tertunda, amenore sekunder maupun siklus
menstruasi yang irregular serta infertile anovulatoir sering terjadi. Fenomena ini
mungkin terjadi akibat hormon steroid seks dari adrenal yang berada dalam
jumlah besar, mengganggu siklus pelepasan gonadotropin dan/atau adanya efek
langsung dari androgen adrenal terhadap ovarium, yang pada akhirnya akan
membuat terbentuknya kista pada ovarium yang kemudian disini dapat diproduksi
androgen. Oleh karena itu, CAH yang memiliki onset lambat, diketahui menjadi
penyebab sekunder dari Polycistic OvarySyndrome (PCOS). Hirsutisme dan
oligomenore dapat terjadi dan bervariasi tergantung dari grup etniknya.
Pada anak laki-laki, biasanya tidak menimbulkan gejala walaupun tidak
ditangani, namun pada beberapa diantaranya, tanda-tanda fisik yang dapat
ditemukan adalah pertumbuhan janggut dini, jerawat, pertumbuhan linear cepat,
rambut pubis, pembesaran phallus, dan biasanya testis yang kecil. Pada pria
dewasa, tanda-tanda dari androgen yang besar sulit untuk ditemukan, tapi secara
teoritis dapat memiliki manifestasi berupa perawakan pendek, dan/atau

17

mengurangi kesuburan (subfertil) dan oligospermia akibat hormon steroid seks


adrenal yang memicu supresi dari aksis hipotalamus-hipofisis-gonad.
Adanya defisiensi enzim 21-OH dapat ditemukan dengan tidak sengaja pada
evaluasi pemeriksaan massa pada adrenal. Meningkatnya insidensi tumor adrenal
dapat ditemukan baik pada pasien pria maupun wanita dengan CAH homozigot
dan juga heterozigot.7 Penurunan sintesis dari kortisol tidak signifikan pada
pasien dengan non classic type CAH akibat defisiensi enzim 21-OH.
F. Tanda dan Gejala
Pasien yang diduga untuk mengidap CAH adalah dengan tanda dan gejala
sebagaiberikut:
a) Bayi perempuan yang lahir mengalami virilisasi prenatal dan genitalia
eksternanya ambigu, atau yang menjadi tervirilisasi di saat postnatal pada
anak lakilaki maupunperempuan, atau yang mengalami pubertas prekoks
ataupun adrenarche.
b) Laki-laki yang mengalami virilisasi di masa kanak-kanak, misalkan
pubertaspseudoprekoks
c) Bayi laki-laki atau perempuan dengan insufisiensi adrenal dengan atau tanpa
krisisakibat kehilangan garam di empat minggu pertama kehidupan.
1. Genitalia eksterna yang rancu
Perempuan

dengan

classic

type

defisiensi

enzim

21-OH

akan

terpaparandrogen adrenal sistemik dalam jumlah yang tinggi semenjak minggu


ketujuhkehamilan. Hal ini menyebabkan bayi perempuan yang secara genetic
mengandung kromosom XX biasanya menghasilkan genitalia yang tidak khas.Di
dalam pelvis, tidak akan ada perkembangan dari ductus Wolfii, namunstruktur dari
ductus Mlleri akan berkembang normal, yaitu ovarium, uterus,tuba fallopi,
vagina bagian atas dan struktur lain yang dibentuk dari ductusmulleri akan
terbentuk dengan baik karena tidak terpapar oleh antimullerianhormone (AMH)
dan juga struktur-struktur tersebut tidak dipengaruhi olehhormon steroid seks
(testosteron).
Namun, tingginya level testosteron dalamdarah dapat memperbesar phallus,
vagina gagal terbentuk pada perineum(introitus vagina menutup secara komplet
maupun parsial), sinus urogenitalterletak pada pemisahan vagina dan uretra,
18

batang maupun ujung dari phallusterlihat seperti milik laki-laki. Testosteron dapat
membuat fusi labia mayorsecara parsial dan membuat kulit dari labia menjadi tipis
dan memiliki ruggaeseperti pada scrotum, tapi tidak terdapat gonad (testis) yang
dapat di palpasi.Jadi, tergantung dari beratnya hiperandrogenisme, bayi wanita
dapat terpengaru secara ringan yang biasanya genitalianya menjadi tidak khas,
ataumenjadi virilisasi yang berat dan akan terlihat seperti laki-laki.
Anak laki-laki justru terjadi sebaliknya. Anak laki-laki dengan classic
typedefisiensi enzim 21-OH tidak memiliki tanda yang khas atas penyakit
inikecuali hiperpigmentasi yang bervariasi dan tidak begitu kentara dan
adanyapembesaran penis.
Ada beberapa sistem untuk menilai derajat genitalia yang ambigu.
Derajatdari

maskulinisasi

yang

rendah

seperti

yang

terdapat

pada

AndrogenInsensitivity Syndrome (AIS) dinilai dengan Quigley score, ataupun


derajatdari maskulinisasi dengan Prader Stage seperti yang diterapkan pada
virilisasi di kasus CAH. Berikut pada Gambar 5 ilustrasi dari Prader stage.
Prader 0 : Genitalia eksterna wanita normal

Prader 1 : Genitalia eksterna wanita dengan clitoromegaly

Prader 2 : Clitoromegaly dengan fusi labia parsial membentuk sinusurogenital


berbentuk corong

19

Prader 3 : Peningkatan pembesaran phallus. Fusi labioscrotal lengkap membentuk


sinus urogenital dengan satu lubang

Prader 4 : Fusi scrotum lengkap dengan pintu urogenital di dasar atau di batang
phallus

Prader 5 : Genitalia eksterna pria normal

Pada bayi dengan Prader derajat 4: lebih terlihat seperti laki-lakidibanding


wanita dengan scrotum yang kosong ukuran phallus seperti penis yang normal
tapi tergantung bebas dalam perineum karena adanya tarikan darichordae yang
mengarahkannya ke arah umbilicus. Ostium urethra / vaginayang kecil pada basis
atau pada batang dari phallus akan dipertimbangkansebagai hypospadia pada lakilaki.
Bayi dengan derajat 5: Genitalia eksterna bayi-bayi ini tidak terlihatambigu,
tapi biasanya disimpulkan sebagai laki-laki biasa dengan undescencustestis. Pada
banyak kasus, diagnosis dari CAH tidak terbentuk sampaiditemukan adanya
pembuangan garam yang berkembang pada mingguberikutnya.Oleh karena itu,
dalam pemeriksaan fisik genitalia eksterna selainmenentukan apakah gonad yang
dapat dipalpasi dan derajat virilisasi menurutPrader scale, perlu juga mengukur
panjang phallus. Normal penis bayi barulahir dengan masa gestasi normal adalah
sekitar 3cm (diukur dari tuberkulumpubis dampai dengan ujung penis). Jika

20

mikropenis dapat kurang dari 2,0-2,5cm, meskipun ukuran ini bervariasi


tergantung dari etniknya.
Selain

itu,

chordae

juga

dapatmemperkecil panjang phallus

harus

diperhatikan,

karena

chordae

dari ukuran yang sebenarnya. Ada

tidaknyahipospadia, posisi dari meatus urethra, derajat fusi lipatan labioscrotal


danada atau tidaknya introitus vaginae juga harus dipastikan.
Pada pemeriksaan fisik, biasanya hiperpigmentasi sering ditemukan didaerah
genitalia dan papilla mammae. Hal ini dikarenakan rendahnya enzimyang
berperan dalam sintesis kortisol sehingga terjadi umpan balik negative yang
membuat ACTH meningkat selanjutnya mempengaruhi pigmentasi kulit.Waktu
dari gestasi bayi juga harus dicari, karena pada anak wanita yang lahirpreterm,
memiliki clitoris dan labia minora yang lebih prominent disbanding anak lakilaki; sedangkan pada anak laki-laki, testis biasanya mulai turun kearah scrotum
saat usia gestasi sekitar 34 minggu.
2. Virilisasi postnatal
Pasien yang tidak tertangani secara dini maupun yang mendapatkan
penanganan namun tidak adekuat, akan mendapatkan paparan jangka panjang dari
hormon seks (testosteron) dalam jumlah yang besar. Hal ini menyebabkan rambut
pubis dan rambut aksila dapat tumbuh dini. Pembesaran klitoris dapat terjadi dan
terus berlanjut pada perempuan sehingga menyerupai penis. Pada laki laki, penis
akan membesar walaupun testisnya kecil, karena androgenyang ada berasal dari
adrenal. Paparan lama terhadap androgen akan memicu aksis hipotalamushipofisis gonad sehingga menyebabkan pubertas prekoks.
3. Salt-wasting
Tujuh puluh lima persen pasien dengan classic type dari CAH
dengandefisiensi enzim 21-OH mengalami gangguan berat dalam menghidroksilasiprogesteron

dan

sehingga

sintesis

aldosteron

menjadi

tidak

adekuat.Meningkatnya level prekursor dari 21-OH, yaitu progesteron dan 17hidroksiprogesteron, dapat berperan sebagai antagonis mineralokortikoid, yang
pada
akhirnya memperburuk efek defisiensi aldosteron. Karena aldosteron
mengatur homeostasis dari natrium, maka ekskresi natrium dari ginjal pada pasien

21

yang tidak tertangani akan meningkat dan dapat menyebabkan hipovolemia


sertahipereninemia. Pasien ini juga tidak dapat mengekskresi kalium dengan
efisien sehingga menyebankan hiperkalemia, khususnya pada bayi. Defisinsi
kortisol dapat merusak fungsi jantung, merusak respon vaskular terhadap
katekolamin,glomerular filtration rate (GFR), dan meningkatkan sekresi
antidiuretikhormon (ADH).
Jadi, defisiensi kortisol dan aldosteron bersama-sama menyebabkan dehidrasi
akibat hiponatremia dan pada pasien yang tidak tertanganidengan adekuat. Selain
itu, karena perkembangan dari medula adrenalbergantung pada glukokortikoid,
maka pasien dengan salt-wasting type dariCAH akibat defisiensi enzim 21-OH
juga dapat mengalami defisiensikatekolamin, yang berpotensi untuk menyebabkan
syok eksaserbasi.
Pasien dengan salt-wasting type diidentifikasi melalui pengukuranelektrolit
serum, aldosteron dan renin plasma, yaitu hiperkalemia, rendahnyalevel
aldosteron, hipereninemia.
4. Pertumbuhan linear
Congenital Adrenal

Hyperplasia dapat mempengaruhi

pertumbuhan

linear,walaupun dengan pengawasan terapi yang ketat. Sebuah meta-analisis


datadari 18 senter pasien menunjukkanbahwa tinggi orang dewasa pada
pasiendengan classic type dari CAH sekitar 1,4 SD dibawah rata-rata
populasi.Penanganan yang tidak adekuat maupun penanganan yang berlebihan
tetapdapat membuat pasien memiliki resiko berperawan pendek, karena penyebab
utamanya adalah penutupan lempeng epifisial dini yang dipicu oleh
jumlahhormon

steroid

seks

yang

tinggi

dan

pada

akhirnya

menyebabkanterhambatnya sumbu pertumbuhan yang dipicu oleh glukokortikoid.


Walaupun begitu, rangsangan hormon steroid seks yang tinggi pada masa kanakkanak menyebabkan anak-anak laki-laki maupun perempuan terlihat lebih tinggi
dibandingkan anak lain yang seusianya.

G. Fungsi reproduksi

22

Pada anak perempuan dengan bentuk apapun dari defisiensi enzim 21-OH,
akan mengalami gangguan dari reproduksi, seperti oligomenore atau amenore,
yang dapat berkembang di usia dewasa. Masalah kesuburan berhubungandengan
penyesuaian dari segi psikososial. Wanita dengan classic salt-wastingtype ataupun
simple virilizing type dari CAH yang lahir pada tahun 1940anmaupun 1950an
memiliki kecenderungan untuk menjalani hubunganheteroseksual, terutama jika
introitus vaginae inadekuat atau level androgensecara kronik terus meningkat.
Paparan prenatal terhadap androgen selanjutnyadapat mempengaruhi perilaku seks
seseorang. Telah diketahui bahwa,kebanyakan wanita yang dilaporkan berperilaku
lebih ke arah laki-laki selamamasa kanak-kanak dalam hal pemilihan mainan,
permainan dan agresifitas.Namun, kebanyakan wanita menjadi heteroseksual dan
identitas seksualmereka hampir selalu wanita. Jika wanita seperti ini diterapi,
mereka dapathamil dan melahirkan, kebanyakan dengan cara sectio caesaria.
Sekitar 80%wanita dengan simple virilizing type dari CAH dan sekitar 60% dari
classicsalt-wasting type CAH adalah fertil.
Laki-laki

memiliki

masalah

reproduksi

yang

relatif

lebih

sedikitdibandingkan wanita khususnya dalam fungsi gonad. Kebanyakan jumlah


spermanya normal dan subur.
H. Manifestasi klinis
1. Salt losing
1. Hiponatremia
2. Gagal tumbuh
3. Dehidrasi
4. Hiperkalemia
5. Krisis adrenal:
6. bayi tidak mau minum, muntah, diare, BB turun drastis, dehidrasi,
hiperkalemia, hiponatremia, asidosis
a. Ambigous Genitalia
1.
2.
3.
4.

Pseudohermafoditisme dengan klitoromegali


Fusi partial komplet lipatan labioskrotal
Gradasi dengan skala Prader
Biasanya ada korelasi antara gambaran genitalia dengan ada/tidaknya
salt losing atau kadar hiponatremia

b. Postnatal virilization

23

1.

2.

Laki-laki:
a. Terdiagnosa usia 3-7 tahun
b. isoseksual prekok
c. Usia tulang maju
d. Karakterisktik prapubertas prekok
Remaja dan wanita dewasa:
a. Klitoromegali, virilisasi, hirsutisme,

menstruasi

iregular,

infertilisasi,jerawat
b. Cryptic
c. Pertumbuhan Linear
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Percepatan laju pertumbuhan


Umur tulang maju
Mempercepat penutupan epifisis
Tinggi dewasa pendek
Efek androgen mengurangi tinggi potensi dewasa
Efek glukokortikoid

2. Tipe Non klasik


a. Pubertas prekoks, usia tulang maju, pertumbuhan yang pesat
Perempuan:
ovarium polikistik, hirsutisme, menstruasi tidak teratur, perawakan
pendek, fertilitas menurun
b. Heterozigot
Kelebihan androgen walaupun ringan
I.

Penatalaksanaan

1.

Glukokortikoid
Semua pasien defisiensi 21-hydroxylase klasik dan non klasik diobati dengan

glukokortikoid. Pemberian terapi ini menekan sekresi CRH dari hipotalamus dan
ACTH dari hipofisis yang berlebihan dan mengurangi kadar steroid seks. Pada
anak dipilih hidrokortison dengan dosis 10-20 mg/M2/hari dibagi dalam dua atau
tiga kali sehari. Dosis suprafisiologis ini (pada keadaan fisiologis sekresi kortisol
pada anak dan remaja 6-7 mg/M2/hari) dibutuhkan untuk menekan androgen
adrenal secara adekuat dan meminimalkan kemungkinan terjadinya insufisiensi
adrenal.
Pada remaja dan dewasa dapat diberikan terapi prednison dosis rendah (5-7,5
mg/hari dibagi dalam 2 kali pemberian) atau deksametason dosis rendah (dosis
total sebesar 1,25-1,5 mg diberikan dosis tunggal atau berbagi dalam dua kali

24

pemberian). Pasien harus dimonitor secara cermat adanya tanda-tanda sindroma


cushing iatrogenik seperti kenaikan berat badan yang cepat, striae dan osteopenia.
2.

Mineralokortikoid
Bayi dengan defisiensi 21-hydroxylase tipe salt wasting membutuhkan

pemberian mineralokortikoid (fludrokortison, biasanya 0,1-0,2 mg dapat sampai


0,4 mg/hari) dengan suplemen natrium klorida (1 sampai 2 gram per hari, tiap
gram natrium klorida mengandung 17 mEq natrium).
3.

Farmakologis

4.

Adrenalektomi
Bilamana terapi hormonal tidak adekuat atau tidak berkesinambungan pada

perempuan yang virilisasinya terus melanjut dan adanya gangguan pertumbuhan


liniar, adrenalektomi melalui laparoskopi merupakan salah satu alternatif untuk
mengurangi terapi glukokortikoid. Dengan pertimbangan karena penyakit addison
lebih mudah diatasi dengan pemberian glukokortikoid dan mineralokortikoid
dosis rendah dibandingkan adanya kelenjar adrenal yang mensekresi steroid seks
berlebihan.
5.

Terapi gen

6.

Pembedahan Korektif

7.

Konseling Psikologi
Orang tua harus ditawarkan uinggi anak perempuan ntuk konseling psikologi

segera setelah anak didiagnosis HAK ditegakkan. Selanjutnya, dilakukan


penilaian pada keluarga secara berkala seperti pada penyakit lain, ini sangat
berguna untuk memprediksi masalah di masa mendatang. Karena anak tersebut
akan berkembang menjadi dewasa maka mereka harus secara berkala
mendapatkan informasi mengenai keadaan mereka oleh orang tuanya dan dokter
yang bersangkutan sesuai dengan usia anak tersebut. Bila dilakukan psikoterapi
maka pelaksana terapi medis dan psikolog harus saling berkomunikasi sehingga
keduanya memahami keadaan pasien dan keluarganya.
Meskipun perkembangan psikoseksual pada perempuan dengan HAK klasik
masih belum dipahami secara baik namun konseling harus segera dilakukan
mengingat ada kecenderungan tinggi anak perempuan yang menderita HAK akan

25

muncul perilaku tomboy dan cenderung memiliki kesukaan pada permainan yang
bersifat maskulin.
8.

Penatalaksaan pubertas dini


Diagnosis pasti pubertas dini membutuhkan uji stimulasi GnRH. Kadar LH

dan FSH yang diukur sebelum pemberian GnRH secara bolus dan 30 menit
sesudahnya akan menunjukkan peningkatan kadar LH lebih besar daripada FSH.
Keadaan ini membutuhkan terapi supresi dengan pemberian analog GnRH.
Tujuan terapi adalah untuk menekan gonadotropin hipofisis, maka terjadi supresi
produksi steroid seks gonad, disamping itu untuk menambah tinggi badan saat
dewasa dengan mencegah fusi epifisis secara dini.
J.

Konsep Asuhan keperawatan


1. PENGKAJIAN
Anamnesa :
Keluhan,riwayat kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas
kliendan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri.
Review Of Sistem:
B1 : Asidosis, sianosis, RR meningkat
B2 : Hipotensi, nadi irreguler
B3 : Penurunan kesadaran
B4 : Mual, muntah, diare
B5 : Oliguria, diuresis
B6 : akral dingin dan pucat, memar, edema
Psikososial : fungsi mental, suasana hati, tingkat depresi. Keluarga klien
merupakan sumber terbaik untuk mendapatkan informasi tentang perubahan
ini.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan keseimbangan elektrolit b/d kekurangan natrium dan
kelebihan kalium
2) Kekurangan volume cairan tubuh b/d intake dan output yg tidak
seimbang
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak
adekuat
4) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
26

5) Gangguan gambaran diri b/d perubahan dalam perubahan fungsi dan


karakteristik tubuh
6) Resti infeksi b/d kelemahan
3. INTERVENSI
1. Gangguan Keseimbangan Elektrolit berhubungan dengan kekurangan
natrium dan kelebihan kalium
Kriteria hasil :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)


TTV (Dalam Batas Normal)
Turgor kulit elastis
Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik
Membran mukosa lembab
Warna kulit tidak pucat
BB ideal (TB 100) 10% (TB 100) CARI DULUUUU
Hasil lab
Ht : W = 37 47 %
L = 42 52 %
Ureum = 15 40 mg/dl
Natrium = 135 145 mEq/L
Calium = 3,3 5,0 mEq/L
Kretanium = 0,6 1,2 mg/dl

Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi,
kekuatan dari nadi perifer
Rasional : Hipotensi pastoral merupakan bagian dari hipovolemia
akibat kekurangan aldosteron.
2) Ukur dan timbang BB klien
Rasional : Peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya
retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan
steroids
3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian
kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat
warna kulit dan temperaturnya

27

Rasional

:Mengidentifikasi

adanya

hipotermia

dan

mempengaruhikebutuhanvolume pengganti
4) Periksa adanya status mental dan sensori
Rasional : Dehidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan
perfusi jaringan terutama jaringan otak
5) Auskultasi bising usus ( peristaltik khusus) catat dan laporan adanya
mual muntah dan diare
Rasional :Kerusakan fungsi saluran cerna meningkatkan kehilangan
cairan dan elektrolit.
Kolaborasi
6) Berikan cairan, antara lain :
a) Cairan Na Cl 0,9 %
Rasional : Kebutuhan cairan pengganti 4 6 liter, dengan
pemberian cairan NaCl 0,9 % melalui IV 500 1000 ml/jam,
dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi
b) Larutan glukosa
Rasional : Dapat menghilangkan hipovolemia

7) Berikan obat sesuai dosis


a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap
6 jam untuk 24 jam, Mineral kartikoid, flu dokortisan, deoksikortis
25 30 mg/hr peroral
Rasional : Dosis hidrokortisol yang tinggi mengakibatkan retensi
garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan
gangguan elektrolit
8) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
Rasional : Menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin
maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan membatasi
muntah
9) Pantau hasil laborat
a) Hematokrit ( Ht)

28

Rasional :Peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi


terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai
dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh
b) Ureum atau kreatin
Rasional peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan
indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda
serangan gagal jantung
c) Natrium
Rasional :Hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui
urin yang berlebihan katena gangguan reabsorbsi pada tubulus
ginjal
d) Kalium
Rasional : Penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan
natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d intake dan output yg tidak
seimbang
Tujuan: Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria Hasil
a). TTV dalam batas normal
b). Mukosa bibir lembab
c). Mata tidak cowong
d). Turgor baik
e). Produksi urin 1 cc/kg BB/jam
Intervensi
1. Jelaskan pada klien tentang akibat dari kurang cairan dan elektrolit.
Rasional : Klien mengerti dan kooperative dengan perawat
2. Lakukan obs.TTV Klien.
Rasional : deteksi terus menerus keadaan pasien.
3. Lakukan obs. tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : mengetahui derajat dehidrasi klien
4. Lakukan obs. intake dan out put.
Rasional : menghindari defisit dan overload
5.

Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perinfus.


Rasional : membantu menambah intake cairan

29

3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrisi


yang tidak adekuat.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 hari
Kriteria Hasil:
a)
b)
c)
d)
e)

BB naik
Hb > 12 gr/dl
Alb 3,5 gr/dl
Menunjukkan pernbaikan nafsu makan
Mual muntah tidak ada

Intervensi
a. Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses
penyembuhan
Rsional : Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan
perilaku hidup sehat
b. Berikan makanan yang menarik dan merangsang selera makan
Rasional

Untuk

meningkatkan

selera

makan

sehingga

meningkatkan intake bagi tubuh


c. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Makanan dalam porsi besar lebih sulit dikonsumsi
pasien saat anorexia
d. Berikan diit tktp rendah lemak
Rasional : Meningkatkan asupan gizi yang adekuat mempercepat
proses penyembuhan
e. Timbang berat badan tiap 2-3 hari
Rasional : Megetahui perkembangan tubuh
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral dan
robaransia
Rasional : Dibutuhkan bila intake tidak mencukupi dan efek
farmakologis roboransia untuk meningkatkan nafsu makan.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Tujuan : meningkatkan toleransi aktivitas
Kriteria hasil:
Klien menentukan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi :
30

1.

Kaji tingkat kelelahan, kemampuan untuk melakukan ADL


Rasional : memberikan informasi tentang energi cadangan dan

2.

respon untuk beraktifitas


Berikan periode istirahat dan tidur yang cukup
Rasional : meningkatkan istirahat dan menghemat energi

3.

Instruksikan

tentang

tehnik

menghemat

tenaga,

misal:

menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.


Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan
4.

Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara


bertahap jika dapat ditoleransi.
Rasional : Membantu penyesuaian tubuh terhadap perubahan
aktivitas

5.

Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.


Rasional : Aktivitas mandiri membantu dalam perubah

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
CAH merupakan sekelompok kelainan yang diturunkan secara autosomal
resesifakibat adanya mutasi pada gen tersering CYP 21 dan menyebabkan
defisiensi satu dari lima ezim yang dibutuhkan dalam proses sintesis hormon
kortisol dan aldosteron darikolesterol pada korteks adrenal (steroidogenesis)
sehingga

menyebabkan

perubahanberupa

produksi

hormon

steroid

sex

(testosteron) menjadi berlebihan yang kemudianakan merubah perkembangan


karakteristik sexual wanita dengan kariotipe 46,XXmenjadi ke arah laki-laki
(maskulinisasi). Yang disebabkan karena hal-hal berikut ini:
1. Defisiensi enzim 21-hidroksilase
2. Defisiensi enzim 11-hidroksilase
3. Defisiensi enzim 3-hidroksisteroid dehidrogenase
4. Defisiensi enzim 17-hidroksilase
5. Mutasi protein Steroidogenic acute regulatory (StAR)

31

Klasifikasi klinis Congenital Adrenal Hyperplasia ada dua tipe fenotipe mayor
yang diketahui dari defisiensi enzim 21-hidroksilase,yaitu: classic type dan non
classic type (onset lambat). Classic type dibagi lagi menjadiclassic simple
virilizing type dan classic salt-wasting type. Dalam non classic type,pasien
mengalami

defek

biokimiawi

namun

hanya

sedikit

tanda

jelas

dari

hiperandrogenisme yang tampak.


Dengan fungsi reproduksiPada anak perempuan dengan bentuk apapun dari
defisiensi enzim 21-OH, akan mengalami gangguan dari reproduksi, seperti
oligomenore atau amenore, yang dapat berkembang di usia dewasa. Masalah
kesuburan berhubungandengan penyesuaian dari segi psikososial. Wanita dengan
classic salt-wastingtype ataupun simple virilizing type dari CAH yang lahir pada
tahun 1940anmaupun 1950an memiliki kecenderungan untuk menjalani
hubunganheteroseksual, terutama jika introitus vaginae inadekuat atau level
androgensecara kronik terus meningkat.
B. Saran
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih
luas lagi mengenai penyakit dalam sistem Endokrin.

32

DAFTAR PUSTAKA
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC; 2005. Seks; p.1978.
Speiser PW, White PC. Congenital Adrenal Hyperplasia (Review). N Eng J Med
2003;349:776-88
Hutcheson J, Snyder III HM. Ambiguous Genitalia and Intersexuality.
Pennsylvania.
2006. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1015520overview

33

Anda mungkin juga menyukai