Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN ANTARA

4.1

ANALISIS PERUNTUKAN LAHAN

Analisis peruntukan lahan merupakan analisis yang meliputi analisis daya dukung
lahan, Carrying Capacity Ratio, analisis kemampuan lahan, dan kecenderungan
perkembangan penggunaan lahan.
4.1.1 Analisis Daya Dukung Lahan
Analisis daya dukung lahan (Land Carrying Capacity) dinilai menurut ambang
batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat
penggunaan. Kajian daya dukung dikaji untuk mengetahui kemampuan wilayah
perencanaan dalam menampung kegiatan yang ada maupun yang akan dikembangkan
sampai akhir masa berlakunya RDTR
Dalam analisis daya dukung lahan dapat dihitung dari metode kesesuaian lahan
atau analisis peruntukkan lahan. Analisis kesesuaian lahan ini berdasarkan SK. Mentan
No. 837/KPTS/II/UM/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung. Hal
ini didasarkan pada kebijakan ini yang menetapkan bahwa hutan diklasifikasikan
menurut fungsinya yaitu sebagai hutan lindung dan hutan produksi. Untuk keperluan
perencanaan penggunaan lahan hutan, ada tiga faktor yang digunakan dalam proses
analisis kesesuaian lahan ini, yaitu intensitas hujan, jenis tanah dan kelerengan. Untuk
klasifikasi tiga faktor yang berpengaruh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.1
Penilaian Kriteria Kelayakan Fisik Wilayah Untuk Pemanfaatan Lahan
di Kecamatan Bojong
No.

1.

Kriteria

Klasifikasi

Keterangan

Skor

0-8 %

Datar

20

Lereng/

8-15 %

Landai

40

Kemiringa

15-25 %

Agak curam

60

25-45 %

Curam

80

>45 %

Sangat curam

100

Tidak peka

15

Latosol

Agak peka

30

Brown Forest Soil, New Calcie

Kurang Peka

45

Peka

60

Sangat Peka

75

0,0-13,6 mm/hh

Sangat rendah

10

13,6-20,7 mm/hh

Rendah

20

20,7-27,7 mm/hh

Sedang

30

27,7-34,8 mm/hh

Tinggi

40

>34,8 mm/hh

Sangat tinggi

50

Aluvial, Tanah Glei, Planosol,


Hidromorf, Kelabu, Lateria air
tanah
2.

Jenis
Tanah

Andosol, Lateritic, Grumosol,


Renzina
Regosol, Litosol, Oranosol,
Renzina

3.

Curah
Hujan

*hh = hari hujan


Sumber: SK Menteri Pertanian Nomer 837/KPTS/UM/11.1980

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-1

LAPORAN ANTARA

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, maka dapat ditentukan untuk penentuan


kesesuaian lahan yang diklasifikasikan tiga jenis, yaitu :
Tabel IV.2
Kriteria Penetapan Fungsi Kawasan
No

Fungsi Kawasan

Total Skor

Kawasan Lindung

>175

Kawasan Penyangga

Kawasan Budidaya

125-175
<125

Sumber: SK. Mentan No. 837/KPTS/II/UM/8/1981


Dari hasil skoring yang telah dilakukan menurut ketiga kriteria yaitu kelerengan,
jenis tanah, dan curah hujan didapatkan total skor untuk penetapan fungsi kawasan di
Kecamatan Bojong adalah sebagai berikut :

Dukuh
Tengah

> 45%

3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2

Kedawung
Suniarsih
Karangmuly
a
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati

2545%
2545%
2545%
2545%
1525%
1525%
1525%
2-15%
1525%
1525%

10
0
10
0

IV

80

IV

80

IV

80

IV

80

III

60

III

60

III

60

II

40

III

60

III

60

45

30013500

50

195

kawasan lindung

45

30013500

50

195

kawasan lindung

50

175

50

175

50

175

50

175

50

125

kawasan budidaya

50

125

kawasan budidaya

50

125

kawasan budidaya

50

135

50

155

50

170

45
45
45
45
15
15
15
45
45
60

30013500
30013500
30013500
30013500
30013500
30013500
30013500
30013500
30013500
25013000

Fungsi
Kawasan

Jenis
Tanah

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

Total Skor

Skoring

> 45%

Curah
Hujan

Rembul

Udorthent
s dan
Dytrudept
s
Stone dan
Udorthent
s
Udorthent
s
Udorthent
s
Epiaquept
s
Udorthent
s
Dytrudept
s
Dytrudept
s
Dytrudept
s
Eutrudept
s
Udorthent
s
Pachic
hapludolls

Skoring

Skoring

Lereng Kelas

Kelerenga
n

Nama Desa

No

Tabel IV.3
Penetapan Fungsi Kawasan Kecamatan Bojong

kawasan
penyangga
kawasan
penyangga
kawasan
penyangga
kawasan
penyangga

kawasan
penyangga
kawasan
penyangga
kawasan
penyangga

IV-2

Kalijambu
Danasari
Cikura

60

III

60

III

60

III

60

III

60

Pachic
hapludolls
Pachic
hapludolls
Pachic
hapludolls
Pachic
hapludolls
Pachic
hapludolls

60
60
60
60
60

25013000
25013000
25013000
25013000
25013000

50

170

50

170

50

170

50

170

50

170

Fungsi
Kawasan

Curah
Hujan

Skoring

Jenis
Tanah

Skoring

III

Total Skor

Kajenengan

1525%
1525%
1525%
1525%
1525%

Skoring

Pucang
Luwuk

Lereng Kelas

1
3
1
4
1
5
1
6
1
7

Kelerenga
n

No

Nama Desa

LAPORAN ANTARA

kawasan
penyangga
kawasan
penyangga
kawasan
penyangga
kawasan
penyangga
kawasan
penyangga

Sumber: Hasil Analisis, 2015


4.1.2 Analisis Carrying Capacity Ratio
Dalam melakukan analisis Carrying Capacity Ratio dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sebagai berikut. Dalam menganalisis jumlah KK maksimum
untuk penyediaan lahan budidaya pertanian digunakan metode CCR. Metode ini
menggunakan data luas lahan yang dipanen dalam setahun, persen penduduk petani
dikalikan jumlah KK,dan rata-rata lahan dimiliki petani. Dari perhitungan dengan
metode ini, didapat nilai Carrying Capacity Rationya adalah sebagai berikut :
Axr
CCR =
Hxhxf
Keterangan:
CCR
: Kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio)
A
: Jumlah total area yang digunakan untuk kegiatan pertanian
r
: Frekuensi panen per hektar
H
: Jumlah KK (rumah tangga)
h
: Persentase jumlah penduduk yang tinggal
f
: Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani
Setelah didapat nilai CCR, maka ketentuan yang berlaku adalah :

Apabila CCR >1 berarti wilayah masih dapat memiliki kemampuan untuk
mendukung kebutuhan pokok penduduk dan masih mampu menerima tambahan
penduduk. Pembangunan masih dimungkinkan bersifat ekspansif dan eksploratif
lahan.
Apabila CCR <1 diwilayah tersebut tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan
ekspansif dan eksploitatif lahan. Kemampuan memenuhi kebutuhan pokok
penduduk berkurang sehingga perlu peningkatan produksi, intesifikasi, dan
ekstensifikasi melalui perbaikan teknologi atau menekan pertambahan penduduk.
Apabila CCR =1 maka wilayah tersebut masih memiliki keseimbangan antara
kemampuan lahan dan jumlah penduduk. Pemenuhan kebutuhan masih dapat
diatasi, namun kondisi ini perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah masalah
pertumbuhan penduduk.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-3

LAPORAN ANTARA

Dari data-data yang didapat melalui survei primer dan sekunder, maka didapat
nilai :
A
: Jumlah total area yang digunakan untuk kegiatan pertanian
Luas lahan sawah
: 2245,42 Ha
r
: Frekuensi panen per hektar
sawah irigasi teknis
: 3 kali/ tahun
H
: Jumlah KK (rumah tangga)
: 18173 KK
h
: Persentase jumlah penduduk yang tinggal
: 90%
f
: Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani

Luas lahan
f=
Jumlah petani

f=

2245,42 Ha
= 0,1032 Ha
21764

Dari data-data tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan untuk mencari nilai
Carrying Capacity Ratio (CCR). Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Axr

CCR =

CCR =

Hxhxf
2245,42 x 3
18173 x 90% x 0,1032
6736,26

CCR =
CCR =

1687,91
3,99

Dari perhitungan diatas didapat


nilai CCR sebesar 3,99 dimana jika
CCR >1 hal tersebut mengindikasikan bahwa wilayah perencanaan Kecamatan Bojong
masih dapat memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk dan
masih mampu menerima tambahan penduduk. Berikut adalah perhitungan nilai CCR
per desa di Kecamatan Bojong:

No

1
2
3

Desa
Rembul
Dukuh Tengah
Kedawung

Tabel IV.4
Nilai CCR per Desa di Kecamatan Bojong
Jml
Luas
Frekuen
Jml
Pddk
Lahan
si
Jumlah
Pddk
yg
Pertania
Panen /
KK
Petani
Tingg
n
Ha
al (%)
257.80
3
1,879
1208
0.9
5.18
3
734
1776
0.9
32.58
3
769
1367
0.9

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

Ukuran
lahan
pertania
n ratarata
0.21
0.36
0.10

CCR

4.58
1.15
4.74

IV-4

LAPORAN ANTARA

No

Desa

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

Luas
Lahan
Pertania
n

Frekuen
si
Panen /
Ha

72.00
210.65
333.93
185.00
119.90
187.90
99.93
59.66
62.52
160.50
119.40
89.20
149.02
100.27

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

452
1,442
2,346
2,235
834
1,136
498
325
630
941
974
649
1,261
1,068

2245.42

18,173

Jumlah
KK

Jml
Pddk
Petani
765
1056
2422
1575
1078
1669
484
483
1062
1548
544
789
2812
1126
21,76
4

Jml
Pddk
yg
Tingg
al (%)
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9

Ukuran
lahan
pertania
n ratarata
0.22
0.18
0.14
0.26
0.58
0.26
0.23
0.04
0.07
0.19
0.06
0.37
0.30
1.43

0.9

0.21

CCR

5.59
5.35
5.99
3.56
2.44
2.83
3.01
4.13
5.48
6.37
4.33
1.37
3.03
0.44
2.75

Sumber: Hasil Analisis, 2015


4.1.3 Klasifikasi Kemampuan Lahan
Analisis klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang
menurut Arsyad (1989) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis
dan pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan
potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.Lahan digolongkan kedalam 3 (tiga
) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dansatuan kemampuan lahan.
Struktur klasifikasi kemampuan lahan yang disajikan Tabel dibawah menjelaskan
bahwa pendekatan klasifikasi lahan ini dapat diterapkan untuk berbagai tingkatan
skala perencanaan. Perencanaan penggunaan lahan di wilayah propinsi dapat
menggunakan klasifikasi pada tingkat kelas dan untuk wilayah kabupaten
menggunakan sub kelas.
Penentuan kemampuan dan kesesuaian lahan di kawasan perencanaan mengacu
pada Permen Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Kemampuan lahan
merupakan karakteristik lahan yang mencakup sifat tanah (fisik dan kimia), topografi,
dan kondisi lingkungan hidup lain. Berdasarkan karakteristik lahan tersebut, dapat
dilakukan klasifikasi kemampuan lahan ke dalam tingkat kelas, sub kelas, dan unit
pengelolaan. Pengelompokan kemampuan lahan dilakukan untuk membantu dalam
penggunaan dan interpretasi peta tanah. Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan
tingkat bahaya kerusakan dan hambatan dalam mengelola lahan. Dengan demikian,
apabila tingkat bahaya/risiko kerusakan dan hambatan penggunaan meningkat,
spektrum penggunaan lahan menurun.
Klasifikasi kemampuan lahan di Kecamatan Bojong sudah dituangkan dalam
bentuk peta. Kemampuan lahan di Kecamatan Bojong dibagi menjadi 4 kelas, antara
lain:

Kelas A, kemampuan pengembangan sangat rendah


Kelas B, kemampuan pengembangan rendah

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-5

LAPORAN ANTARA

Kelas C, kemampuan pengembangan sedang


Kelas D, kemampuan pengembangan agak tinggi

4.1.4 Analisis Kecenderungan Perkembangan Penggunaan Lahan


Analisis kecenderungan perkembangan penggunaan lahan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode analisis alih guna lahan. Kajian kesesuaian lahan untuk
pemanfaatan ruang di masa datang dilakukan berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya.
Penilaian kesesuaian lahan dapat diperikan sebagai pemeringkatan kecukupan
mutu lahan selaku barang yang ditawarkan dalam memenuhi permintaan suatu
macam penggunaan. Garis diagonal putus-putus menunjukkan ambang batas keadaan
lingkungan goyah, yang berarti sebagai kedudukan titik-titik keseimbangan antara
daya tahan lingkungan dan daya usik kegiatan penggunaan lahan yang menimpa
lingkungan. Penggunaan lahan di atas garis diagonal menjamin sepenuhnya
keselamatan lahan. Akan tetapi pemanfaatan lahan menjadi tidak efektif. Penggunaan
lahan di bawah garis diagonal menimbulkan risiko besar meruntuhkan lahan karena
aras intensitas penggunaan melampaui aras ketahanan lahan.

Harkat lahan meningkat


Garis keseimbangan daya dukung dengan beban penggunaan
F
6
E
D

1
C
B
A
Harkat aktual

Harkat potensial

Permintaan penggunaan lahan bertambah

Gambar IV.1
Hubungan antara Kemampuan Lahan dengan Pemanfaatan Lahan
Keterangan :
1 - 6 : peningkatan harkat lahan dengan masukan teknologi tertentu
a-f
: perubahan progresif penggunaan lahan
A G : perubahan tataguna lahan

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-6

LAPORAN ANTARA

4.2

ANALISIS KAWASAN LINDUNG

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama


melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Analisis kawasan lindung ditujukan untuk menentukan pola
penggunaan/peruntukan tanah berdasarkan identitas teknis dan sifat-sifat tanah
sehingga dapat menghasilkan kawasan yang memiliki fungsi lindung. Pendekatan
dalam menganalisis kawasan lindung adalah dengan penerapan kriteria kawasan
lindung yang terdapat dalam Keppres No. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan
kawasan lindung. Kawasan Lindung yang terdapat di Kecamatan Bojong yaitu :

Hutan lindung
Ketentuan umum dalam arahan pengelolaan kawasan hutan lindung adalah
sebagai berikut:
Diperbolehka pemanfaatan lahan untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta jasa
lingkungan sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang
alam
Diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya dengan syarat tidak boleh
mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan ekosistem
alami
Dilarang melakukan kegiatan budidaya yang dapat mengakibatkan
perubahan dan perusakan terhadap keutuhan kawasan dan
ekosistemnya

Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya yang ada di Kecamatan Bojong adalah Makam Mbah
Rindik di Desa Tuwel dan Jembatan Kali Gung Tuwel. Arahan pengelolaan
kawasan cagar budaya tersebut dilakukan melalui:

Melindungi kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah


yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman
kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia
Meningkatkan fungsi kawasan cagar budaya untuk menunjang kegiatan
pariwisata.

Kawasan Perlindungan Setempat


Sempadan sungai
Kawasan perlindungan sempadan sungai ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut :
Sekurang kurangnya 3 meter dari tepi kiri kanan tanggul pada
sungai bertanggul di kawasan perkotaan
Sekurang kurangnya 5 meter dari tepi kiri kanan tanggul pada
sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
Sekurang kurangnya 10 meter dari tepi kiri kanan sungai tidak
bertanggul dengan kedalaman kurang dari 3 meter di kawasan
perkotaan
Sekurang kurangnya 15 meter dari tepi kiri kanan sungai tidak
bertanggul dengan kedalaman 3 20 meter di kawasan perkotaan
Sekurang kurangnya 30 meter dari tepi kiri kanan sungai tidak
bertanggul dengan kedalaman lebih dari 20 meter di kawasan
perkotaan

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-7

LAPORAN ANTARA

Sekurang kurangnya 100 meter dari tepi kiri kanan sungai besar
tidak bertanggul dan 50 meter dari tepi kiri kanan sungai kecil
tidak bertnaggul yang di luar kawasan perkotaan.
Sempadan sungai mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Kawasan lindung sempadan sungai di wilayah
Kecamatan Bojong terdapat di sepanjang Sungai Pemali yang melintasi
Kecamatan Bojong. Hal ini berkaitan guna mencegah bangunanbangunan permanen berkembang di sempadan Sungai Pemali di
beberapa desa di Kecamatan Bojong.

Kawasan Sekitar Mata Air


Kawasan sekitar mata air ditetapkan paling sedikit dengan diameter 200
m (dua ratus meter) di sekeliling mata air. Pada Kecamatan Sarang,
sumber air yang menjadi kawasan perlindungan setempat adalah
sumber air Rambut Buntung. Keberadaan mata air ini sangat
bermanfaat bagi penduduk setempat sebagai alternatif pemenuhan
kebutuhan hidup akan air bersih dan sebagai potensi pariwisata. Untuk
itu sumber air yang ada perlu tetap dilindungi dengan menjaga
sempadan mata air agar tidak berubah fungsi menjadi daerah
terbangun yang dapat mengancam sumber air yang ada. Oleh karena
itu, langkah-langkah atau arahan pengelolaan pemanfaatan daerah
sekitar mata air yang perlu diterapkan di daerah sekitar mata air
dilakukan melalui :
Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan perhutanan dengan jenis
tanaman tahunan yang produksinya tidak dilakukan dengan cara
penebangan pohon;
Dilarang melakukan kegiatan penggalian atau kegiatan lain yang
sifatnya mengubah bentuk kawasan sekitar mata air dan/atau dapat
mengakibatkan tertutupnya sumber mata air;
Diperbolehkan melakukan kegiatan persawahan, perikanan, atau
kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu yang
diperbolehkan;
Diperbolehkan melakukan kegiatan yang secara langsung tidak
terkait dengan pemanfaatan sumber mata air; dan
Kegiatan yang sudah ada dan dapat mengganggu fungsi kawasan
sekitar mata air, dipindahkan dengan penggantian yang layak sesuai
dengan peraturan perundangundangan.

Kawasan Rawan Bencana


o Kawasan Rawan Bencana Longsor
Ketentuan umum dalam arahan pengelolaan kawasan rawan
bencana longsor adalah sebagai berikut:
-

Diperbolehkan pengembangan jalur dan ruang evakuasi


bencana dari permukiman penduduk
Diperbolehkan melakukan stabilitas lereng melalui
reboisasi dengan tanaman keras
Diperbolehkan untuk kegiatan hutan produksi

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-8

LAPORAN ANTARA

Diperbolehkan untuk kawasan budidaya dengan syarat


tidak mengganggu fungsi lindung
- Diperbolehkan penyelidikan geoteknik, kestabilan lereng
dan daya dukung tanah untuk kegiatan permukiman,
penerapan sistem drainase lereng dan sistem perkuatan
lereng yang tepat, renana transportasi yang mengikuti
kontur dengan syarat tidak mengganggu kestabilan lereng
- Tidak diperbolehkan mendirikan permukiman pada daerah
rawan longsor dan lahan dengan kemiringan lereng lebih
dari 45%
- Tidak diperbolehkan pendirian bangunan kecuali untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana kepentingan
umum.
Kawasan Rawan Bencana Banjir
-

Ketentuan umum dalam arahan pengelolaan kawasan rawan


bencana banjir adalah sebagai berikut:
-

Diperbolehkan pengembangan jalur dan ruang evakuasi


bencana dari permukiman penduduk
Diperbolehkan pembuatan tanggul, kawasan resapan,
saluran pembuangan khsus dan/atau bangunan air pada
kawasan rawan bencana banjir untuk pengendalian debit
air
Diperbolehkan membuat saluran pembuangan yang
terkoneksi dengan baik pada jaringan primer, sekunder
maupun tersier untuk drainase
Diperbolehkan pada pemanfaatan dataran banjir bagi
ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum
dengan kepadatan rendah
Diperbolehkan untuk kegiatan budidaya dengan syarat
memperhatikan:
Sistem drainase yang memadai
Pembuatan sumur resapan
Kebersihan lingkungan
Pembuatan tanggul pada sungai yang berpotensi
rawan banjir
Pemasangan pompa pada pertemuan anak-anak
sungai

Kawasan Lindung Geologi


o Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
- Diperbolehkan untuk kawasan budidaya dengan syarat
tidak mengganggu fungsi lindung
- Diperbolehkan pengembangan jalur dan ruang evakuasi
bencana dari permukiman penduduk
- Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada Kawasan
Rawan Bencana (KRB) III
o

Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Air Tanah


- Diperbolehkan
pkegiatan
konservasi
lahan
untuk
memperkuat fungsi lindung

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-9

LAPORAN ANTARA

Diperbolehkan untuk mengembangkan kawasan budidaya


di atas kawasan cekungan air tanah dengan syarat tidak
mengganggu fungsi lindung

Kawasan Lindung Lainnya


Ketentuan umum dalam arahan pengelolaan kawasan lindung lainnya
adalah sebagai berikut:
Diperbolehkan pemanfaatan lahan untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, pengembangan ilmu dan teknologi serta jasa lingkungan
sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam
Diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya dengan syarat tidak
boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan
ekosistem alami
Dilarang melakukan kegiatan budidaya yang dapat mengakibatkan
perubahan dan perusakan terhadap keutuhan kawasan dan
ekositemnya

Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Kawasan perlindungan ruang terbuka hijau (RTH) ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut :
Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan ditetapkan
minimum 30% dari kawasan perkotaan atau sebesar kurang lebih
974 Ha. Proporsi tersebut didistribusikan 20% untuk RTH Publik dan
10% untuk RTH Privat yang lokasinya menyebar secara proporsional
di setiap kawasan perkotaan.

4.3

ANALISIS KAWASAN BUDIDAYA

4.3.1

Analisis Daya Tampung Penduduk

Analisis daya tampung penduduk digunakan untuk mengetahui perkiraan


jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah dan/atau kawasan, dengan
pengertian masih dalam batas kemampuan lahan. Perhitungan yang dilakukan adalah
proyeksi penduduk sampai hingga 20 tahun mendatang dan memproyeksikan daya
tampung penduduk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya tampung lahan yang
dilihat dari proyeksi penduduk, distribusi penduduk berdasarkan daya tampungnya,
dan persyaratan pengembangan penduduk untuk daerah yang melampaui daya
tampung. Perhitungan proyeksi penduduk digunakan untuk memperkirakan jumlah
penduduk dalam kurun waktu tertentu agar memudahkan memperkirakan kebutuhan
sarana prasarana di dalamnya. Perhitungan proyeksi penduduk pada wilayah
perencanaan Kecamatan Bojong sampai dengan tahun 2035 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

N
o
1
2

Tabel IV.5
Perhitungan Proyeksi Penduduk di Kecamatan Bojong
Tahun 2016-2036
Jumlah
Rata-rata
Pendudu
Proyeksi Penduduk
Desa
Pertumbuha
k (jiwa)
n(r)
2013
2016
2021
2026
2031
Rembul
9,017
0.02
9,461
10,249
11,104
12,029
Dukuh Tengah
2,757
0.02
2,893
3,134
3,395
3,678

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

2036
13,032
3,985

IV-10

LAPORAN ANTARA

N
o
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7

Desa
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong

Jumlah
Pendudu
k (jiwa)
2013
2,877
2,167
6,434
9,205
8,782
3,431
4,960

Rata-rata
Pertumbuha
n(r)

Proyeksi Penduduk

0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02

2016
3,019
2,274
6,751
9,658
9,214
3,600
5,204

2021
3,270
2,463
7,313
10,463
9,982
3,900
5,638

2026
3,543
2,668
7,923
11,335
10,814
4,225
6,108

2031
3,838
2,891
8,583
12,280
11,716
4,577
6,617

2036
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168

Batunyana

1,770

0.02

1,857

2,012

2,180

2,361

2,558

Sangkanayu

1,212

0.02

1,272

1,378

1,492

1,617

1,752

Gunung Jati

2,336

0.02

2,451

2,655

2,877

3,116

3,376

Pucang Luwuk

4,334

0.02

4,547

4,926

5,337

5,782

6,264

Kajenengan

4,654

0.02

4,883

5,290

5,731

6,209

6,726

Kalijambu

2,407

0.02

2,525

2,736

2,964

3,211

3,479

Danasari

4,579

0.02

4,804

5,205

5,639

6,109

6,618

Cikura

4,370

0.02

4,967

5,381

75,292

0.02

4,585
78,99
7

85,581

92,715

5,830
100,44
2

6,316
108,81
4

Jumlah

Sumber : Hasil Analisis, 2015


Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bojong memiliki jangka waktu
pelaksanaan 20 tahun, yaitu hingga tahun 2036. Pada akhir tahun perencanaan,
proyeksi penduduk untuk wilayah Kecamatan Bojong sebesar 108.814 jiwa dengan
distribusi tertinggi berada di Desa Tuwel yaitu sebanyak 13.303 jiwa. Sementara untuk
distribusi penduduk terendahnya berada di Desa Sangkanayu yaitu sebanyak 1.752
jiwa.
Distribusi dan kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong menggambarkan
pemusatan aktivitas dan pola kawasan permukiman. Pemusatan aktivitas permukiman
membentuk sistem pusat-pusat permukiman. Hal ini sesuai dengan karakteristik
masyarakat yang cenderung hidup berkumpul dan berkonsentrasi membentuk
lingkungan permukiman.
Sementara itu konsentrasi penduduk dicerminkan oleh kepadatan penduduk,
yaitu jumlah penduduk dalam 1 hektar lahan. Kepadatan kotor penduduk (gross
density) di Kecamatan Bojong diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk
pada tahun tertentu dengan luas wilayah perencanaan, dan untuk mendapatkan
kepadatan bersih (net density) dilakukan dengan membandingkan jumlah penduduk
pada tahun tertentu dengan luas wilayah terbangunnya. Menurut besarannya,
kepadatan penduduk dapat diklasifikasikan pada beberapa kelompok berikut :
Kepadatan tinggi

: 200 400 jiwa/ha

Kepadatan sedang

: 100 200 jiwa/ha

Kepadatan rendah

: 50 100 jiwa/ha

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-11

LAPORAN ANTARA

Kepadatan sangat rendah

: 0 50 jiwa/ha

Kepadatan kotor rata-rata pada Kecamatan Bojong pada tahun 2033


diproyeksikan sebesar 8 jiwa/ha dan kepadatan bersih rata-ratanya diproyeksikan
sebesar 103 jiwa/ha. Angka kepadatan penduduk dan proyeksi kepadatan penduduk
lebih jelas hingga tahun 2033 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Tabel IV.6
Proyeksi Kepadatan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2036
Luas
Jumlah
Kepadata Kepadata
Luas
Pekaranga
Pendudu
n
n
Desa
Wilaya
n/
k Tahun
Pendudu
Pendudu
h (Ha)
Bangunan
2036
k Bruto
k Netto
(Ha)
Rembul
434.68
176.88
13,032
30
74
Dukuh Tengah
184.79
179.61
3,985
22
22
Kedawung
245.86
213.28
4,158
17
19
Suniarsih
155.36
83.36
3,132
20
38
Karangmulya
342.95
132.30
9,299
27
70
Tuwel
557.60
223.67
13,303
24
59
Bojong
258.07
73.07
12,692
49
174
Buniwah
166.15
46.25
4,959
30
107
Lengkong
227.41
39.51
7,168
32
181
Batunyana
158.93
59.00
2,558
16
43
Sangkanayu
143.49
83.84
1,752
12
21
Gunung Jati
158.55
96.03
3,376
21
35
Pucang Luwuk
245.02
84.52
6,264
26
74
Kajenengan
200.27
80.87
6,726
34
83
Kalijambu
175.37
84.17
3,479
20
41
Danasari
449.82
300.81
6,618
15
22
Cikura
203.75
103.48
6,316
31
61
4308.0
2062.63
Jumlah
5
108,814
25
53

Sumber : Hasil Analisis, 2015


Angka kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong tahun 2036 termasuk ke
dalam kategori kepadatan penduduk sedang. Hal tersebut masih relatif sesuai dengan
kondisi eksisting dan karakteristik kawasan perkotaan ini yang sedikit demi sedikit
kawasan terbangun semakin meningkat.
Desa Bojong sebagai desa yang berada di daerah perkotaan memiliki
kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya yang mencapai
174 jiwa/ha. Sedangkan Desa Kedawung mempunyai tingkat kepadatan penduduk
yang tergolong rendah.

1.3.2 Analisis Perekonomian BWP


Dalam mengindentifkasi sektor unggulan yang ada di Kecamatan Bojong dapat
digunakan metode LQ (Location Quotient) yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat spesialiasai sektor-sektor ekonomi. Analisis ini didasarkan pada
kontribusi PDRB Kecamatan untuk sektor tertentu dibangingkan dengan besarnya
PDRB secara keseluruhan di Kecamatan Bojong di tahun yang sama. Kemudian dari

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-12

LAPORAN ANTARA

hasil tersebut dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Tegal jenis sektor yang
sama terhadap besarnya PDRB secara keseluruhan. Berikut merupakan hasil dari
perhitungan LQ pada tahun 2012:
Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan:

pi
p
LQ= tot
Pi
Ptot

LQ

= Location Quotient

ps

= Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkal lokal.

pl

= Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkal lokal.

PS

= Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkal regional.

PL

= Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkal regional.

Dari perhitungan LQ suatu sektor, kriteria yang digunakan adalah:

N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jika LQ>1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya
lebih tinggi daripada tingkat wilayah acuan.
Jika LQ<1, disebut sektor nonbasis, yaitu sektor yang tingkat
spesialisasinya lebih rendah daripada tingkat wilayah acuan.
Jika LQ=1, tingkat spesialisasi derah sama dengan tingkat wilayah
acuan.

Tabel IV.7
Nila LQ Kecamatan Bojong
Kabupate
n
Sektor
Pi/Ptotal
0.1485662
Pertanian
5
0.0264338
Pertambangan dan Penggalian
65
0.2985306
Industri Pengolahan
49
0.0057057
Listrik dan Air minum
38
0.0535468
Bangunan
91
0.2913368
Perdagangan,Hotel dan Restoran
11
0.0448075
Pengangkutan dan Komunikasi
21
Keuangan, Persewaan dan Jasa
0.0703389
perusahaan
65
0.0607333
Jasa-jasa
1

Tahun 2012
Propinsi
Pi/Ptotal
0.1681488
18
0.0112280
73
0.3276217
95
0.0088444
56
0.0602852
85
0.2250542
47
0.0548564
65
0.0406689
18
0.1032919
44

Tahun
2012
LQ 2012

Keterang
an

0.88

Non-Basis

2.35

Basis

0.91

Non-Basis

0.65

Non-Basis

0.89

Non-Basis

1.29

Basis

0.82

Non-Basis

1.73

Basis

0.59

Non-Basis

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-13

LAPORAN ANTARA

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sektor basis yang merupakan sektor
potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Bojong setiap tahun didominasi oleh 3
(tiga) sektor yaitu pertambangan dan penggalian, perdagangan, hotel dan restoran
serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Dengan demikian ketiga sektor
tersebut memenuhi syarat sebagai sektor basis karena nilai LQ 1, sehingga dapat
menjadi unggulan untuk dikembangkan pada masa yang akan datang oleh Pemerintah
Kecamatan Bojong.
4.4

ANALISIS SISTEM JARINGAN PRASARANA

4.4.1 Jaringan Pergerakan


A. Jaringan Jalan
Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang
tidak dapat dipisahkan dari jalan, antara lain: jembatan, tempat parkir, gorong-gorong,
tembok penahan, saluran air dan seterusnya. Perlengkapan jalan antara lain adalah:
rambu-rambu dan marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar ruang milik jalan,
lampu, dan lain-lain.
Bagian-bagian jalan meliputi: ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengaman. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu diluar ruang manfaat jalan. Sedangkan ruang pengawasan jalan meliputi
ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang pemanfaatannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan.
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan
pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya
dalam suatu hubungan hirarki. Selanjutnya jalan dapat dibagi lagi dalam sistem
jaringan jalan yang mencakup sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah adalah sistem jaringan jalan yang bersifat
menerus, menghubungkan semua simpul jasa distribusi serta menghubungkan
pintu gerbang utama dan ibukota propinsi serta mengikuti ketentuan tata ruang
dan struktur pengembangan tingkat nasional.
Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota serta mengikuti
ketentuan tata ruang kota.
Berdasarkan sistem jaringan jalan tersebut, maka pengelompokan jalan di wilayah
Kecamatan Bojong menurut peranan dan syarat-syaratnya adalah:
Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau
pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor di wilayah kecamatan
Bojong termasuk jalan kolektor sekunder yang menghubungkan secara berdaya
guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan
lokal. Sedangkan persyaratan teknis jalan kolektor sekunder mengacu pada PP
Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan diuraikan sebagai berikut :
Kecepatan rencana minimal 40 km/jam
Lebar badan jalan minimal 9 meter
Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata
Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan
rencana dan kapasitas jalan
Tidak terputus walaupun masuk kota
Ruas jalan yang diarahkan dengan fungsi kolektor sekunder adalah ruas jalan yang
menghubungkan Bumiayu-Tuwel-Moga yang melewati Kecamatan Bojong.
Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
Tahun Anggaran 2015

IV-14

LAPORAN ANTARA

Jalan Lokal, adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah masuk tidak
dibatasi. Jalan lokal di kecamatan Bojong merupakan jalan lokal primer yang
menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan
lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan serta antar pusat kegiatan lingkungan. Sedangkan
persyaratan teknis jalan lokal primer mengacu pada PP No. 34 Tahun 2006
tentang jalan diuraikan sebagai berikut :
Kecepatan rencana minimal 10 km/jam
Lebar badan jalan minimal 7 meter
Jalan yang memasuki kawasan perdesaan tidak bboleh terputus

Ruas jalan yang diarahkan berfungsi sebagai jalan lokal primer di wilayah
perkotaan kecamatan Bojong meliputi:
Ruas jalan Senggang Bojong yang melewati kecamatan Bojong
Ruas jalan Bojong Tuwel yang melewati kecamatan Sedan, Bojong
Ruas jalan Dukuhtengah Kaligayam yang melewati kecamatan Bojong
Ruas jalan Batunyana Diwung yang melewati kecamatan Bojong
Ruas jalan Tuwel Guci yang melewati kecamatan Sedan, Bojong
Ruas jalan Simpar Kajenengan yang melewati kecamatan Bojong
Ruas jalan Bojong Batunyana yang melewati kecamatan Bojong
Ruas jalan Batunyana Gunungjati yang melewati kecamatan Bojong
Ruas jalan Bojong Sokasari yang melewati kecamatan Bojong
Ruas jalan Cerih Kajenengan yang melewati Kecamatan Bojong
Ruas jalan Karangmulya Somendot yang melewati Kecamatan Bojong

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
Pada wilayah kecamatan Bojong, jalan yang menjadi jalan lingkungan adalah
jalan-jalan pada lingkungan permukiman yang menghubungkan permukiman
dan menunjang aktivitas penduduk di lingkungan permukiman. Jalan-jalan
lingkungan tersebut menghubungkan antar desa dan antar dukuh.

Analisis jaringan jalan bertujuan untuk meneliti kemungkinan pengembangan


jaringan jalan dan persimpangan, sampai ke tingkat jalan lokal, dengan
mempertimbangkan jalan yang telah ada atau direncanakan oleh rencana diatasnya.
Keberadaan pola jaringan jalan menunjang tercapainya struktur tata ruang pada sub
wilayah perencanaan agar dapat menjalankan fungsi dan perannya secara optimal
sesuai hierarkinya. Pola jaringan jalan di setiap wilayah perencanaan secara umum
dapat digolongkan pola jaringan jalan kisi-kisi atau grid. Hal ini dikarenakan mayoritas
jaringan jalan yang ada di desa-desa tersebut merupakan jalan-jalan yang
menghubungkan antar lingkungan itu sendiri (jalan kampung) dan jalan penghubung
antar desa. Mayoritas ruas jalan lingkungan di setiap wilayah perencanaan belum
memiliki kondisi yang baik dan masih berupa jalan tanah dan paving. Selain itu kondisi
jalan yang sudah diperkeras dengan aspal atau semen juga banyak yang rusak dan
berlubang. Hal ini juga terlihat pada jalan masuk setiap kawasan industri pembuatan
tepung tapioka yang kondisi jalannya masih berupa tanah dan menghambat
kendaraan yang keluar masuk di kawasan tersebut. Jaringan jalan juga masih banyak
yang belum dilengkapi dengan drainase dan lampu penerangan jalan.
Bagian-bagian jalan meliputi: ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengaman. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu diluar ruang manfaat jalan. Sedangkan ruang pengawasan jalan meliputi

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-15

LAPORAN ANTARA

ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang pemanfaatannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan.
Ruang manfaat jalan diperuntukkan untuk median jalan, perkerasan jalan, jalur
pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan
dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.
Ruang milik jalan diperuntukkan untuk ruang manfaat jalan, pelebaran jalan,
penambahan jalur lalu-lintas di kemudian hari, dan kebutuhan ruangan untuk
pengamanan jalan. Sedangkan ruang pengawasan jalan diperuntukkan untuk
pandangan bebas pengemudi, pengamanan konstruksi jalan, dan pengamanan fungsi
jalan.
Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman
bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan
bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung
jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir
dan lain-lain.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-16

LAPORAN ANTARA

Gambar IV.2
Potongan Jalan Menurut Klasifikasi
Tabel IV.8
Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan

Sumber : Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan


dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998

B. Jaringan Sirkulasi Pedestrian


Beberapa prinsip dan kriteria yang harus dipenuhi pada perencanaan jalur
pedestrian adalah:
Asas keterkaitan/ keterhubungan (connections), yaitu bagaimana membuat
jalinan jejaring sirkulasi pedestrian yang saling menghubungkan berbagai
area yang dapat dijangkau pejalan kaki;
Azas kemudahan pencapaian (convenience), yaitu bagaimana membuat
kemudahan sirkulasi yang dapat secara langsung dicapai, dan dipergunakan
oleh publik secara umum dengan mudah;
Azas keselamatan/ keamanan, dan atraktif (convivial), yaitu bagaimana
membentuk lingkungan yang menjamin pejalan kaki bergerak dengan
terlindungi, dan aman, terutama terhadap sirkulasi kendaraan bermotor di
sekitarnya, sekaligus aman terhadap kemungkinan gangguan kriminalitas,

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-17

LAPORAN ANTARA

serta bagaimana membentuk lingkungan yang kondusif bagi pejalan kaki


untuk lebih memilih berjalan kaki dengan menggunakan jaringan sirkulasi
pedestrian;
Azas kenyamanan (comfortable), yaitu bagaimana membentuk lingkungan
yang nyaman bagi pejalan kaki, dikaitkan dengan penciptaan dimensi
besaran ruang gerak yang memenuhi standar kenyamanan pejalan kaki
ketika melewatinya;
Azas kejelasan/ kemudahan pengenalan (conspicuousness), yaitu bagaimana
menyelesaikan lingkungan pedestrian dengan sistem pergerakan yang
mudah diamati dan diikuti, baik rute dan arahnya, serta mudah dikenali
keberadaannya di antara jejaring sirkulasi lain.

Beberapa kriteria dalam penyelesaian jalur pedestrian ini adalah:


Jalur pejalan kaki diletakkan menyatu secara bersisian dengan jalur jalan
pada kedua sisi jalan pada area daerah milik jalan / damija;
Dalam kondisi tertentu, jika memang terpaksa jalur pedestrian ini hanya
pada satu sisi saja. Salah satu kondisi khusus tersebut adalah kondisi
topografi atau keadaan vegetasi di sepanjang jalur jalan yang tidak
memungkinkan menampung volume kendaraan pada jalur jalan yang relatif
sempit. Perletakkan jalur yang hanya satu sisi ini memiliki konsekuensi
dimana pejalan kaki akan menggunakan jalur jalan sebagai lintasannya. Hal
tersebut dimungkinkan dengan persyaratan bahwa kecepatan kendaraan
yang melalui jalur jalan relatif rendah (sekitar 15 km/ jam), dan kondisi
perkerasan jalan yang tidak terlampau licin. Untuk itu kemungkinan
penyelesaian perkerasan adalah menggunakan bahan bukan aspal (misalnya
paving block) pada klasifikasi jalan setingkat jalan lokal primer, atau jalan
lokal sekunder. Tambahan yang perlu diperhatikan pada kasus khusus ini
adalah dianjurkan adanya elemen pembatas sebagai pengaman bagi pejalan
kaki sehingga keamanan pejalan kaki dapat terjamin.
Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan
anti slip;
Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama
ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan kaki dengan moda
transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya;
Penyelesaian pada titik-titik konflik ini harus diselesaikan dengan pendekatan
kenyamanan sirkulasi pejalan kaki sebagai prioritas utamanya;
Lebar jalur untuk pejalan kaki saja minimal 1,20 m;
Jika terdapat jalur sepeda, maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda
minimal 2 m;
Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2;
Tata hijau pada sisi jalur pedestrian mutlak diperlukan sebagai elemen
pembatas dan pengaman (barrier) bagi pejalan kaki, sebagai peneduh yang
memberi kenyamanan, serta turut membentuk karakter wajah jalan dari
koridor jalan secara keseluruhan;
Pembatas fisik lain yang bersifat ringan, seperti penggunaan bollards
diperlukan sebagai elemen pengaman dan pembatas antara sirkulasi
manusia pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan;
Harus dihindari bentukan jalur pejalan kaki yang membentuk labirin yang
tertutup dan terisolasi dengan lingkungan sekitarnya karena dapat memicu
terjadinya kejahatan;
Dapat diakses oleh golongan difable berkebutuhan khusus;
Ukuran lebar jalur pejalan kaki sesuai dengan hirarki jalan yang
bersangkutan.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-18

LAPORAN ANTARA

4.4.2 Jaringan Listrik


Jaringan listrik disesuaikan dengan kriteria jalan. Jaringan listrik tegangan
menengah akan ditempatkan pada jalan-jalan utama, sedangkan jaringan listrik
tegangan rendah (jaringan distribusi) akan dikembangkan di setiap ruas jalan.
Pengembangan dititikberatkan pada peningkatan daya terpasang dengan
meningkatkan kapasitas gardu yang ada. Jaringan listrik berasal dari gardu induk,
untuk selanjutnya disalurkan ke gardu listrik dengan menggunakan saluran listrik
tegangan tinggi (250 KV) mengikuti jaringan jalan yang ada. Dari gardu listrik,
tegangan diturunkan menjadi 250 V dan disalurkan ke rumah-rumah. Tinggi tiang
untuk saluran listrik tegangan tinggi sekurang-kurangnya 15 m dan untuk tiang-tiang
ke rumah-rumah tingginya 9 m. Sambungan dari tiang listrik maksimal lima
sambungan dan sambungan dari rumah ke rumah lainnya maksimal dua sambungan.
Gardu distribusi yang berfungsi menurunkan tegangan listrik dari tegangan
menengah ketegangan rendah direncanakan untuk ditempatkan pada setiap
percabangan menuju jaringan tegangan rendah. Lokasi penempatan gardu distribusi
diupayakan terletak di depan ;
lokasi fasilitas umum
sekitar jalan besar
di depan kapilng bangunan yang merupakan bangunan pojok

Gambar IV.3
Sistem Jaringan Listrik
Beberapa ketentuan dalam penyediaan jaringan listrik:
Disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan,
dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian
yang mengisi blok siap bangun;
Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area
rumija (ruang milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi
pejalan kaki di trotoar;
Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan
pada lahan yang bebas dari kegiatan umum;
Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux, dengan
tinggi > 5 meter dari muka tanah;
Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak
dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen
karena akan membahayakan keselamatan.
Kondisi jaringan kelistrikan di daerah sudah tercukupi dengan jaringan listrik
sekunder, jangkauan pelayanan listrik oleh PLN sudah tercukupi di seluruh wilayah
Kecamatan Bojong. Untuk proyeksi 20 tahun kebutuhan jaringan listrik dapat dilihat
pada tabel berikut.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-19

LAPORAN ANTARA

Tabel IV.9
Proyeksi Kebutuhan Listrik di Kecamatan Bojong
Tahun 2036

N
o

Desa

Kebu
tuha
n
Rum
ah
Tahu
n
2036
(unit
)

Rembul

13,03
2

Dukuh
Tengah

3,985

Kedawung

4,158

Suniarsih

3,132

Karangmuly
a

9,299

Tuwel

13,30
3

Bojong

12,69
2

Buniwah

4,959

Lengkong

7,168

10

Batunyana

2,558

11

Sangkanay
u

1,752

12

Gunung Jati

3,376

13

Pucang
Luwuk

6,264

14

Kajenengan

6,726

15

Kalijambu

3,479

16

Danasari

6,618

17

Cikura

6,316

Kebutuhan Daya Listrik

Kehi
lang
an
Day
a

Total
Kebu
tuha
n
Daya
Listri
k

Kebutu
han
Travo
(100
kW)

Rumah
(Domesti
k)

Penera
ngan

Komers
ial

Sosial

Jumla
h
Daya

(Watt)

(Watt)

(Watt)

(Watt)

(kW)

(kW
)

(kW)

(unit)

1,172,84
9

2,345,69
8

1,172,84
9

16,42
0

1,64
2

18,06
2

181

358,605

717,211

358,605

5,020

502

5,523

56

374,214

748,428

374,214

5,239

524

5,763

58

281,864

563,727

281,864

3,946

395

4,341

44

836,876

1,673,75
2

836,876

11,71
6

1,17
2

12,88
8

129

1,197,30
2

2,394,60
5

1,197,30
2

16,76
2

1,67
6

18,43
8

185

1,142,28
2

2,284,56
5

1,142,28
2

15,99
2

1,59
9

17,59
1

176

446,273

892,546

446,273

6,248

625

6,873

69

645,152

1,290,30
3

645,152

9,032

903

9,935

100

230,225

460,451

230,225

3,223

322

3,545

36

157,646

315,292

157,646

2,207

221

2,428

25

303,846

607,691

303,846

4,254

425

4,679

47

563,727

1,127,45
4

563,727

7,892

789

8,681

87

605,350

1,210,70
0

605,350

8,475

847

9,322

94

313,081

626,161

313,081

4,383

438

4,821

49

595,595

1,191,18
9

595,595

8,338

834

9,172

92

568,410

1,136,81
9

568,410

7,958

796

8,754

88

11,728,49
0
3,586,054
3,742,139
2,818,636
8,368,760
11,973,02
3
11,422,82
4
4,462,731
6,451,515
2,302,254
1,576,459
3,038,455
5,637,271
6,053,498
3,130,806
5,955,945
5,684,097

Sumber : Hasil Analisis, 2015


Kebutuhan listrik di wilayah kecamatan Bojong hingga tahun 2036 adalah
sebesar 29.379.887 watt yang terdiri dari kebutuhan listrik domestik sebesar
24.483.240 watt dan kebutuhan listrik non domestik sebesar 4.896.648 watt. Jika
dilihat dari kondisi eksisting kebutuhan listrik saat ini dengan kebutuhan listrik tahun
2036 terjadi peningkatan kebutuhan listrik.
Kebutuhan listrik haruslah dapat dilayani dengan baik karena jika listrik
terganggu maka sektor kehidupan baik ekonomi maupun sosial pemerintahan yang

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-20

LAPORAN ANTARA

menggunakannya akan terganggu pula. Sektor-sektor yang menggunakan listrik


antara lain perindustrian, perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan dan
sebagainya. Sektor perekonomian akan merugi sedangkan sektor ekonomi dan
pemerintahan tidak akan dapat melakukan aktivitas dan pelayanannya dengan lancar.
4.4.3 Jaringan Telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi yang berupa jaringan telepon umum tidak
semua desa di wilayah kecamatan Bojong terlayani. Dalam pengembangannya di
tahun perencanaan, perlu perluasan untuk jumlah pelanggan dan fasilitas
telekomunikasi lainnya, mengingat pada saat sekarang dan akan datang, komunikasi
merupakan hal yang sangat diperlukan bagi perkembangan masyarakat.
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a)

Penyediaan kebutuhan sambungan telepon


1) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan
telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau
dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:

R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi

R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/rumah

R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/rumah

: 2-3 sambungan/rumah

2) Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk


setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat
kegiatan lingkungan RT tersebut;
3) Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak
radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;
4) Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik
seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan
dengan bangunan sarana lingkungan; dan
5) Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan
dan panas matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan
kenyamanan pemakai telepon umum tersebut.
b)

Penyediaan jaringan telepon


1) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan
jaringan telepon ke hunian;
2) Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan
(jaringan jalan) dan jaringan prasarana/ utilitas lain;
3) Tiang listrik yang ditempatkan pada area rumija (ruang milik jalan) pada
sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar;
dan
4) Stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 10.000 sambungan
dengan radius pelayanan 3 5 km dihitung dari copper center, yang
berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan
pelanggan.
5) Guna melayani kebutuhan telekomunikasi masyarakat yang akan
semakin maju, diperlukan adanya perbaikan jaringan telekomunikasi
berbasis non-kabel. Dengan mudahnya komunikasi diprediksi akan
meningkatkan laju aktivitas perekomian masyarakat.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-21

LAPORAN ANTARA

Gambar
Jaringan

IV.4
Telekomunikasi di Kecamatan Bojong

Untuk mengetahui kebutuhan akan jaringan telekomunikasi dapat dilihat pada


tabel dibawah ini hingga tahun 2036:
Tabel IV.10
Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
No

Desa

Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036

Kebutuha
n
Sambung
an (SST)

Kebutuhan Sambungan (SST)


RT

Fas Sos

Rembul
Dukuh
Tengah

Kedawung

4,158

21

12

3,132

16

Suniarsih
Karangmuly
a

9,299

46

28

Tuwel

13,303

67

40

13

13

Bojong

12,692

63

38

13

13

Buniwah

4,959

25

15

Lengkong

7,168

36

22

Batunyana
Sangkanay
u

2,558

13

1,752

3,376

17

10

13

Gunung Jati
Pucang
Luwuk

6,264

31

19

14

Kajenengan

6,726

34

20

15

Kalijambu

3,479

17

10

16

Danasari

6,618

33

20

17

Cikura

6,316

32

19

10
11
12

13,032

65

39

13

3,985

20

12

Komersi
al

Telepon
Umum
(SST)

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

13

IV-22

LAPORAN ANTARA

Jumlah

108,814

544

326

109

109

54

Sumber : Hasil Analisis, 2015


Penyebaran jaringan telepon diprioritaskan pada Desa Bojong terutama di
kawasan pusat pemerintahan, perkantoran, pendidikan, perdagangan dan jasa.
Pengembangan jaringan telepon untuk wilayah kecamatan Bojong memerlukan
koordinasi pembangunan antara Pemerintah Kabupaten dengan PT. Telkom selaku
penyedia sambungan telekomunikasi.
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam peningkatan jaringan telepon
adalah perkembangan fasilitas telepon seluler. Dampak negatif dari perkembangan
fasilitas telepon seluler ini adalah pembangunan Radio Base Station (RBS) yang perlu
diantisipasi perkembangannya. RBA adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan
kelengkapannya beserta tower atau menara yang digunakan dalam rangka
bertelekomunikasi. Persebaran RBS perlu diatur dalam zona-zona dengan
memperhatikan potensi ruang wilayah yang tersedia serta kepadatan pemakaian jasa
telekomunikasi dan disesuaikan dengan kaidah penataan ruang wilayah, keamanan,
ketertiban lingkungan, estetika, dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya.
Beberapa ketentuan pembangunan RBS adalah:
1.

RBS dapat didirikan sebagai menara bersama atau menara tunggal. Menara
bersama adalah RBS yang penggunaannya dapat dilakukan oleh lebih dari 1
operator, sedangkan menara tunggal adalah RBS yang penggunaannya hanya
dilakukan oleh 1 operator.

2.

Lokasi RBS berada pada jarak sekurang-kurangnya 50 m dari tepi jalan kolektor.

3.

Lokasinya jauh dari permukiman (dipertimbangkan radius radiasi gelombang


elektromagnet yang memberikan dampak negatif terhadap penduduk sekitarnya).

4.

Peletakkan RBS hanya di permukaan tanah dengan ketinggian maksimal 72 m.

4.4.4 Jaringan Air Bersih


Arahan penyediaan air bersih perpipaan di wilayah Kecamatan Bojong sampai
2035 mempertimbangkan :
Memanfaatkan sumber mata air dan sungai-sungai di wilayah Kecamatan Bojong
sebagai alternatif sumber air.
Pengembangan sumber-sumber baru yang bersifat lokal pada setiap satuan
permukiman dilakukan secara terkendali, baik sumur maupun sumber air alami.
Penyediaan hidran-hidran umum di sekitar pusat kota dan di bangunan-bangunan
fasilitas umum/sosial.

A. Sistem Non Perpipaan


Sumber air bersih non perpipaan berasal dari air tanah dimanfaatkan dengan
pembuatan sumur bor maupun sumur pompa tangan. Jaringan non perpipaan
dilakukan secara swadaya oleh masyarakat melalui sumur gali/bor, pemanfaatan
sungai, dan pemanfaatan sumber mata air. Jaringan non perpipaan dilakukan oleh
masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Bojong.
B. Sistem Perpipaan

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-23

LAPORAN ANTARA

Kebutuhan air tersebut dihitung berdasarkan kebutuhan akan pemakaian air untuk
kegiatan utama sehari-hari, yaitu untuk memasak, mandi, buang air dan cuci.
Pemenuhan air bersih sistem perpipaan (PDAM) perlu diantisipasi agar penyediaan
prasarana air bersih dapat diperoleh dan dinikmati seluruh masyarakat dengan baik
walaupun memerlukan waktu yang bertahap. Target pelayanan kebutuhan air bersih
pelayanan perpipaan hingga tahun 2035 adalah 80% masyarakat terlayani. Jaringan
induk pelayanan air bersih berada di sepanjang jalan utama kota, kemudian
didistribusikan melalui jaringan sekunder ke permukiman penduduk.
Sepanjang jalan utama kota dan pusat-pusat kawasan/lingkungan, pusat aktivitas
perdagangan dan jasa, perkantoran, dan fasilitas umum perlu disediakan hidran umum
minimal setiap jarak 200 m di tepi jalan atau berupa tandon air (kolam, sungai,
reservoir, dan sebagainya). Selain itu perlu dipertimbangkan pula akses bagi
pemadam kebakaran untuk lingkungan permukiman.
Tabel IV.11
Standar dan Asumsi Kebutuhan Air Bersih
No
ANALISIS
1 Jumlah Penduduk
2 Real Kebutuhan Air Bersih *

Satuan
Jiwa
lt/ hari
lt/detik

2 Target Pelayanan Perpipaan**


3 Target Penduduk Terlayani

Rencana
n
n*120
(n*120)/(24*60*60)

%
Jiwa

n*(75 %)

4 Kebutuhan Domestik
Samb. Rumah (120 lt/hari/jiwa)***
Samb. Kran Umum ( 20% )

lt/ hari
lt/ hari

120*(n*(75 %))
0,2*(120*(n*(75 %)))

5 Kebutuhan Non Domestik ( 20%)

lt/ hari

0,2*(120*(n*(75 %)))

6 Kehilangan Air ( 20% )

lt/ hari

0,2*(120*(n*(75 %)))

Total Kebutuhan Air


Perpipaan
Sumber: DPU, 2004

lt/ hari
jumlah poin 4, 5, 6
lt/detik
(jumlah poin 4, 5, 6)/(24*60*60)
* Kebutuhan Air Bersih 120 liter/ hari/ jiwa
** 75 % dari jumlah penduduk
*** dari Target Penduduk Terlayani

Kebutuhan akan air bersih di wilayah kecamatan Bojong dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel IV.12
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
No

Desa

Jumlah
Penduduk
Tahun
2036

Real
Kebt AB
(lt/detik)

Target
Penduduk
Terlayani
(Jiwa)

13,032

18

7,819

Kebutuhan Domestik
Sambung
an Rumah
(lt/hari)

1,172,849

Kebutuh
an Non
Domestik
(lt/hari)

Kehilang
an Air
(lt/hari)

234,570

234,570

234,570

Sambung
an KU
(lt/hari)

Jumlah
Kebutuha
n Air
(lt/hari)

Perpipa
an
(lt/detik)

1,876,558

22

Rembul
Dukuh
Tengah

3,985

2,391

358,605

71,721

71,721

71,721

573,769

Kedawung

4,158

2,495

374,214

74,843

74,843

74,843

598,742

4
5

Suniarsih
Karangmuly
a

3,132
9,299

4
13

1,879
5,579

281,864
836,876

56,373
167,375

56,373
167,375

56,373
167,375

450,982

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-24

LAPORAN ANTARA

1,339,002

15

Tuwel

13,303

18

7,982

1,197,302

239,460

239,460

239,460

1,915,684

22

Bojong

12,692

18

7,615

1,142,282

228,456

228,456

228,456

1,827,652

21

Buniwah

4,959

2,975

446,273

89,255

89,255

89,255

714,037

Lengkong

7,168

10

4,301

645,152

129,030

129,030

129,030

10

Batunyana

2,558

1,535

230,225

46,045

46,045

46,045

368,361

11

Sangkanayu

1,752

1,051

157,646

31,529

31,529

31,529

252,233

12

Gunung Jati

3,376

2,026

303,846

60,769

60,769

60,769

486,153

13

Pucang
Luwuk

6,264

3,758

563,727

112,745

112,745

112,745

901,963

10

14

Kajenengan

6,726

4,036

605,350

121,070

121,070

121,070

968,560

11

15

Kalijambu

3,479

2,087

313,081

62,616

62,616

62,616

500,929

16

Danasari

6,618

3,971

595,595

119,119

119,119

119,119

952,951

11

17

Cikura

6,316

3,789

568,410

113,682

113,682

113,682

11

65,289

9,793,296

1,958,659

1,958,659

1,958,659

909,456
15,669,27
3

Jumlah

108,814

151

1,032,242

Sumber : Hasil Analisis, 2015


Realisasi kebutuhan air bersih di wilayah kecamatan Bojong hingga tahun 2035
adalah sebesar 181 liter/detik, yang digunakan untuk melayani 108.814 jiwa dengan
standar 1 orang membutuhkan 120 liter/hari. Jumlah kebutuhan air bersih per hari
pada tahun 2036 adalah sebesar 15.669.273 liter/hari, dengan rincian sebagian besar
untuk melayani kebutuhan rumah tangga. Perhitungan kebutuhan air bersih di atas
masih mempertimbangkan jumlah kehilangan air bersih selama didistribusikan yaitu
sebesar 12,5%. Namun diharapkan jumlah kehilangan air bersih tersebut dapat
berkurang seiring dengan peningkatan pelayanan distribusi air bersih oleh PDAM.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan jaringan air bersih
adalah keterbatasan penyediaan air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Keterbatasan penyediaan air bersih tersebut disebabkan karena peningkatan
kebutuhan air bersih yang semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk
maupun semakin kompleksnya aktivitas yang dilakukan masyarakat. Selain itu
kebutuhan air minum dan bersih di wilayah kecamatan Bojong diperlukan adanya
pemerataan pelayanan PDAM untuk masing-masing wilayah sub BWP. Oleh karena itu
penyediaan sumber air bersih dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
-

Memanfaatkan sumber mata air, embung-embung dan sungai-sungai di


sekitar wilayah perencanaan kecamatan Bojong sebagai alternatif sumber air.

Pengembangan sumber-sumber air baru yang bersifat lokal pada setiap


satuan permukiman dilakukan secara terkendali, baik sumur maupun sumber air
alami.

Dalam kondisi tertentu, Pemerintah Kabupaten melalui dinas terkait perlu


antisipasi dengan penjadwalan distribusi air atau menyediakan unit-unit tangki air
minum yang menjangkau beberapa kawasan permukiman yang mungkin
kekurangan air di musim kemarau panjang.

Penyediaan hidran-hidran umum di sekitar pusat kegiatan dan di bangunanbangunan fasilitas umum/sosial.
4.4.5 Jaringan Drainase

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-25

12

181

LAPORAN ANTARA

Jaringan drainase yang terdapat pada wilayah kecamatan Bojong berupa


jaringan primer, sekunder, dan tersier.
a.

Jaringan primer berupa sungai atau jaringan yang menampung air dari jaringan
sekunder.
b. Jaringan sekunder berupa jaringan drainase yang terdapat dan mengikuti pola jalan
raya di kanan atau kirinya yang menampung air hujan dan air limbah (buangan)
rumah tangga dialirkan secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah menuju
saluran pembuangan (sungai).
c. Jaringan tersier berupa jaringan drainase yang terdapat di dalam lokasi jalan dalam
permukiman penduduk.
Berdasarkan tipenya, sistem drainase ini di kecamatan Bojong memiliki sistem
drainase alami berupa sungai-sungai yang melintasi kecamatan Bojong. Keberadaan
sungai-sungai ini berperan sebagai drainase alami yang menampung air limpasan dari
daerah di sekitarnya. Selain sistem drainase alami, di wilayah kecamatan Bojong
terdapat pula sistem drainase buatan yang berupa saluran di tepi-tepi jalan maupun di
area permukiman. Sistem ini memanfaatkan topografi wilayah yang beragam,
sehingga aliran air mengikuti topografi kawasan.
Berdasarkan konstruksi, sistem drainase terdiri dari dua yakni sistem saluran
tertutup, dan sistem saluran terbuka. Pengertian saluran tertutup ialah bahwa aliran
air masih bersifat gravitasi hanya konstruksi di atasnya dibuat tertutup sehingga dapat
dimanfaatkan untuk bangunan lain. Sistem ini biasanya bagus diterapkan di daerah
perkotaan yang padat dengan lahan yang terbatas. Konstruksi saluran bisa
menggunakan pasangan beton maupun konstruksi tanah. Sebagian besar sistem
drainase di wilayah kecamatan Bojong berupa sistem terbuka. Untuk sistem saluran
terbuka biasanya dirancang untuk menampung dan mengalirkan air hujan sekaligus
pembuangan. Saluran drainase terbuka banyak terdapat di sekitar permukiman
penduduk dan tepi jalan utama. Saluran terbuka ini dibangun dengan perkerasan
hanya pada sisi kanan kiri saluran dengan tujuan untuk meresapkan sebagai air ke
dalam tanah dan untuk meminimalisis penyumbatan dengan mengacu pada jalan
kemudian dialirkan ke sungai dengan kemiringan saluran minimal 2% agar air dapat
mengalir. Saluran pengumpul ditempatkan di daerah terendah untuk menampung
seluruh limpasan dari tapak. Air buangan disalurkan dengan pola kisi-kisi mengikuti
pola jalan dengan pipa kolektor di jalan-jalan kolektor kemudian bermuara di sungai.
Berdasarkan analisis ketersediaan jaringan drainase di wilayah kecamatan
Bojong tersebut masih berupa jaringan drainase dengan sistem terbuka dan tunggal
serta bangunan saluran drainase permanen. Seiring dengan pertumbuhan penduduk
wilayah kecamatan Bojong yang semakin meningkat dan adanya pembangunan
perumahan perumahan baru, ketersediaan jaringan drainase dengan sistem jaringan
dan bentuk bangunan yang memadai sangat dibutuhkan guna menunjang
pembangunan perumahan baru tersebut. Tingkat kebutuhan yang tinggi akan jaringan
drainase tersebut, memerlukan adanya pengembangan jaringan drainase yang
memadai dan mampu menunjang aktivitas sehari-hari penduduk wilayah kecamatan
Bojong.
Secara umum permasalahan drainase di kawasan kecamatan Bojong sebagai
berikut :
1) Masih terdapat beberapa saluran yang belum memiliki perkerasan
2) Belum tercukupinya panjang saluran dan dimensi drainase dibandingkan dengan
keperluan debit air yang akan dibuang. Dan sebagian besar tidak memenuhi
persyaratan teknis, dengan kata lain saluran drainase kota belum terstruktur
dengan baik (primer, sekunder, tersier). Selain itu pembangunan drainase
umumnya dibangun dengan tidak memenuhi syarat, sehingga saluran yang
menjadi outlet saluran drainase tidak berfungsi dengan baik, hal ini
memperparah terjadinya genangan air dijalan maupun didaerah permukiman;

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-26

LAPORAN ANTARA

3) Kesadaran masyarakat yang sangat rendah hal ini dapat dilihat dari masih
banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sungai (saluran alam) dan
saluran drainase kota sehingga mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan.
4.4.6 Air Limbah
Prasarana air limbah bertujuan memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana
yanq berfungsi mengalirkan adalah air limbah domestik (air limbah rumah tangga)
yang berasal dari perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang hidup yang
sehat dan produktif. Air limbah domestik ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis,
yaitu:
a. Black Water, yaitu air limbah manusia (human waste) yang berasal dari
toilet/jamban;
b. Gray Water, yaitu air buangan rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur,
dan tempat cuci (sullage).
Sistem pengolahan jaringan air limbah di wilayah kecamatan Bojong ini
digunakan dengan 2 sistem pengelolaan, yaitu :
1) Sistem Drainase dan Limbah Cair
Perencanaan sistem jaringan pematusan (drainase) di wilayah kecamatan Bojong
umumnya menjadi satu dengan sistem buangan limbah cair rumah tangga. Kondisi
permukiman dengan pola aktifitas seperti wilayah kecamatan Bojong saat ini masih
memungkinkan adanya penggabungan sistem ini. Namun demikian pada
permukiman yang terdapat sentra industri kecil atau produsen limbah lainnya,
perlu dilakukan pemisahan sistem, dalam Rencana Tata Ruang ini, akan diberikan
arahan umum pengembangan sistem drainase dan limbah, yaitu :
Ancaman yang perlu diwaspadai adalah besarnya erosi lahan pertanian akibat
aliran air hujan dan gangguan sistem buangan pada kawasan permukiman
yang padat penduduk. Hal ini menyebabkan terjadinya genangan secara
sporadis yang perlu diantisipasi.
Arahan pengembangan jaringan saluran drainase yang mempertimbangkan
sebaran permukiman, sistem jaringan jalan, topografi kawasan, dan
keberadaan sungai dan saluran air.
Pemanfaatan saluran
pematusan kota.

alamiah

sebagai

saluran-saluran

buangan

utama

Saluran sekunder adalah saluran-saluran yang berada di sepanjang sisi jalan,


baik berupa embrio (saluran tanah) maupun pasangan yang kuantitasnya
sangat sedikit. Saluran sekunder perlu dikembangkan hingga menjangkau
kawasan pusat kota, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa,
lokasi pengembangan industri kecil, dan kawasan permukiman padat, guna
meningkatkan kualitas permukiman dan memelihara kondisi jalan atau
bangunan yang ada.
Setiap anggota masyarakat perlu berpartisipasi aktif menyediakan saluran
primer yang menghubungkan saluran sekunder dengan rumah atau tempat
kegiatannya.
Sebagai wilayah kota yang masih dikelilingi kawasan pertanian dan ruang terbuka
yang luas, maka kelestarian lingkungan bagi daerah terbuka hijau perlu
dipertahankan untuk mendukung sistem drainase alami dan keseimbangan tata air.
Secara teknis pengembangan sistem saluran kota perlu memperhatikan hal-hal :

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-27

LAPORAN ANTARA

Sistem jaringan pematusan pada kawasan permukiman padat dan pada


kawasan pembangunan rumah-rumah baru, agar mewujudkan prasarana
saluran sekunder yang terpadu dengan sistem jaringan kota secara
keseluruhan.
Setiap pembangunan jalan harus dilengkapi saluran buangan yang secara
dimensional sesuai dengan lebar jalan dan kapasitas air buangan yang
ditampung saluran tersebut.
Pemeliharaan dan peningkatan kualitas secara kontinyu terhadap saluransaluran yang ada.
Berdasarkan standart pengelolaan limbah dapat menggunakan Tangki Septik.
Sistem ini dapat digunakan secara individu maupun komunal dengan kapasitas
pelayanan maksimum 5 keluarga, dan untuk melengkapi kapasitas tersebut perlu
ditambah dengan truk tinja kapasitas 2,5 m 3 (lengkap dengan pompa, slang dan
suku cadang).
Sistem jaringan air kotor yang ada saat ini terdiri dari jaringan air limbah/air
pembuangan dan jaringan air hujan yang menyatu dialirkan ke saluran
kota/sungai. Sebagai salah satu fasilitas akan kebutuhan kesehatan maka
kebersihan sangat diutamakan. Untuk perencanaan pengembangan perlu
pemisahan saluran untuk air hujan dan air kotor. Pembuangan air kotor
memerlukan penanganan yang baik mengingat limbah cair ini membawa
berbagai macam kuman penyakit termasuk penyakit menular. Dengan melihat
jenis limbah cair yang dihasilkan, maka mutlak diperlukan pemisahan antara
jaringan pembuangan air hujan dan limbah.

Saluran Air Hujan

B
Saluran Air Hujan

Saluran Air Hujan

Keterangan
:
B
.
Saluran
(saluran
kota

A . Bak kontrol
badan
air
atau sungai)
Sumur Resapan

Gambar IV.5
Skema Sistem Pengolahan Limbah Cair
Skema Sistem Pengolahan Limbah Cair
Perencanaan jaringan air hujan dilakukan mulai dari tritisan atap ke saluran
pertama sampai pada saluran kota. Perencanaan saluran harus mencakup semua

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-28

LAPORAN ANTARA

tritisan atap dan cathment area air lainnya (jalan dan lapangan terbuka) sehingga
tidak menimbulkan genangan air. Sistem ini direncanakan secara grafitasi dengan
kemiringan saluran menyesuaikan pada kondisi tapak. Saluran pembuangan utama
akan diletakkan disebelah kanan dan kiri tapak yang menerus dari belakang ke depan.
Bentuk saluran ini direncanakan terbuka, agar mudah perawatannya, kecuali pada
persilangan drainage yang harus di buat dengan saluran tertutup (dengan gril besi).
Terdapat dua sistem pengolahan limbah yaitu:
a)

Penggunaan Tangki Septik


Tangki septik tanpa bidang resapan untuk kawasan yang mempunyai kepadatan
relatif tinggi dan pada kawasan yang mempunyai kepadatan sedang. Sedangkan
untuk cubluk untuk kawasan yang kepadatan yang rendah. Sistem ini dapat
digunakan secara individu maupun komunal dengan kapaistas pelayanan
maksimum 5 keluarga, dan untuk melengkapi kapasitas tersebut perlu ditambah
dengan truk tinja kapasitas 2,5 m3 (lengkap dengan pompa, slang dan suku
cadang).

b)

Sistem Rioolering
Sistem ini dapat diterapkan pada kawasan yang mempunyai kepadatan penduduk
yang bervariasi dari yang rendah sampai yang tinggi dimana air buangan
domestik disalurkan melalui saluran perpipaan menuju ke instalasi pengolahan air
buangan secara grafitasi yang lebih jelasnya dinamakan dengan IPLT (Instalasi
Pengolah Limbah Tinja) guna mengelola limbah permukiman secara lebih baik.

2) Limbah Padat
Jenis limbah padat yang perlu diantisipasi adalah limbah tinja dan limbah industri
kecil. Penanganan masalah limbah ini berkaitan erat dengan penyediaan
prasarana sanitasi lingkungan dan upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Pola
masyarakat agraris dengan pemahaman kesehatan dan perilaku hidup sehat yang
masih rendah merupakan permasalahan utama pada aspek ini. Karena itu upaya
pengenalan pembangunan prasarana sanitasi merupakan metode yang cukup
efektif untuk mengubah perilaku masyarakat.
Secara umum penanganan limbah dan sanitasi meliputi limbah dan sanitasi rumah
tangga dan industri. Penanganan limbah dan sanitasi perlu dilaksanakan sejak
dini agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan (air, udara, estetika) yang
akan mengganggu kesehatan manusia. Gangguan kesehatan yang akan mudah
muncul antara lain muntaber, diare, disentri, malaria, dan juga penyakit
degeneratif. Pembudayaan perilaku sehat dan bersih merupakan kebutuhan serius.
Diharapkan tahun 2035 kebutuhan terhadap jamban akan mampu terlayani hingga
mencapai 100% penduduk (baik keluarga dan komunal dapat lebih diperhatikan).
Konstruksinya pun harus lebih diperhatikan agar tidak terjadi perembesan yang
mencemari sumber-sumber air (sumur atau sungai).
Pola penyediaan yang perlu dikembangkan (terutama untuk kelompok masyarakat
yang kurang mampu) adalah :
-

Proyek jambanisasi melalui bantuan pemerintah.

Program jamban komunal melalui bantuan desa atau bantuan pemerintah


lainnya.

Kegiatan pembangunan jamban bergulir

Penyediaan MCK Umum pada beberapa lingkungan permukiman yang padat,


baik melalui bantuan pemerintah maupun swadaya masyarakat.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-29

LAPORAN ANTARA

Sedangkan untuk limbah industri penghasil limbah harus ada pengolahan limbah
yang memenuhi standar baku mutu lingkungan, yaitu limbah yang dibuang ke
lingkungan harus aman bagi lingkungan dan kesehatan.
Pembudayaan perilaku sehat dan bersih dapat dilakukan dengan penanganan
sanitasi yang baik. Diharapkan tahun 2035 kebutuhan terhadap jamban akan
mampu terlayani hingga 100% penduduk, baik oleh jamban keluarga, jamban
komunal, maupun fasilitas MCK. Konstruksinya pun harus lebih diperhatikan agar
tidak terjadi perembesan yang mencemari sumber-sumber air (sumur atau sungai).
Sedangkan untuk limbah industri penghasil limbah harus ada pengolahan limbah
Perhitungan kebutuhan penanganan sanitasi di wilayah kecamatan Bojong hanya
terdiri dari penyediaan jamban keluarga, mengingat sebagian besar kebutuhan
sanitasi di wilayah kecamatan Bojong telah dipenuhi dengan penyediaan jamban
keluarga (90% penduduk telah memiliki jamban keluarga). Penduduk yang belum
memiliki jamban keluarga memanfaatkan sungai yang mengalir atau
memanfaatkan jamban komunal atau MCK umum untuk kebutuhan sanitasi.
Diharapkan pada tahun 2035, seluruh penduduk wilayah kecamatan Bojong telah
memiliki jamban keluarga di tiap rumah yaitu sebanyak 8.949 unit jamban
keluarga. Jamban keluarga dapat dipenuhi dengan cara proyek jambanisasi.
Rencana sistem jaringan pematusan atau pembuangan air hujan dan air limbah,
merupakan rencana sektoral yang harus direncanakan secara terpadu dan saling
menunjang dengan rencana pengembangan tata ruang kota yang memenuhi
standar, yaitu limbah yang dibuang ke lingkungan harus tidak mengganggu
lingkungan dan kesehatan.
Kebutuhan penanganan sanitasi di wilayah kecamatan Bojong dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel IV.13
Proyeksi Kebutuhan Penanganan Sanitasi di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
Jamban Keluarga
No
.

1
2

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah

Jamban Komunal

MCK

Jumla
h
Pendd
k Th
2036

Asum
si
Pely

Pend

Kebthn

Asum
si
Pely

Pend

Kebthn

Asum
si
Pely

Pend

Kebthn

50%

Trlaya
ni

(5
jw/unit
)

20%

Trlaya
ni

(4
jw/unit
)

30%

Trlaya
ni

(5
jw/unit)

13032

50%

6516

1303

20%

2606

652

30%

3909

782

3985

50%

1992

398

20%

797

199

30%

1195

239

Kedawung

4158

50%

2079

416

20%

832

208

30%

1247

249

Suniarsih
Karangmuly
a

3132

50%

1566

313

20%

626

157

30%

940

188

9299

50%

4649

930

20%

1860

465

30%

2790

558

Tuwel

13303

50%

6652

1330

20%

2661

665

30%

3991

798

Bojong

12692

50%

6346

1269

20%

2538

635

30%

3808

762

Buniwah

4959

50%

2479

496

20%

992

248

30%

1488

298

Lengkong

7168

50%

3584

717

20%

1434

358

30%

2151

430

Batunyana
Sangkanay
u

2558

50%

1279

256

20%

512

128

30%

767

153

50%

876

175

20%

350

88

30%

525

105

Gunung Jati
Pucang
Luwuk

3376

50%

1688

338

20%

675

169

30%

1013

203

3132

626

20%

1253

313

30%

1879

376

14

Kajenengan

6726

50%

3363

673

20%

1345

336

30%

2018

404

15

Kalijambu

3479

50%

1739

348

20%

696

174

30%

1044

209

16

Danasari

6618

50%

3309

662

20%

1324

331

30%

1985

397

9
10
11
12
13

1752

6264

50%

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-30

LAPORAN ANTARA

Jamban Keluarga
No
.

17

Desa

Cikura
Jumlah

Jamban Komunal

MCK

Jumla
h
Pendd
k Th
2036

Asum
si
Pely

Pend

Kebthn

Asum
si
Pely

Pend

Kebthn

Asum
si
Pely

Pend

Kebthn

50%

Trlaya
ni

(5
jw/unit
)

20%

Trlaya
ni

(4
jw/unit
)

30%

Trlaya
ni

(5
jw/unit)

6316
10881
4

50%

3158

632

54407

10881

20%

1263

316

21763

5441

30%

1895

379

32644

6529

Sumber : Hasil Analisis, 2015


4.4.7 Jaringan Persampahan
Sistem pengolahan sampah adalah suatu kegiatan penanganan sampah yang
ditinjau dari beberapa aspek terkait seperti: institusi, teknik operasional, pembiayaan,
pengaturan dan peran serta masyarakat. Lingkup program peningkatan pengelolaan
sampah adalah peningkatan manajemen, peningkatan pengelolaan sampah (3 R:
Reduce, Reuse, Recycle) dan peningkatan kualitas Tempat Pemprosesan Akhir (TPA).
Sumber sampah yang ditimbulkan pada wilayah kecamatan Bojong berasal dari :

Permukiman/perumahan dengan jenis sampah basah maupun sampah kering

Kegiatan komersil dan fasilitas umum yang mencakup pasar, pertokoan, rumah
makan/restoran, kantor, bengkel, fasilitas kesehatan, institusi dan lain-lain,
dengan jenis sampah basah, sampah kering dan kadang berbahaya

Areal terbuka yang mencakup jalan, tempat parkir, open space dengan jenis
sampah basah dan kering

Arahan pengelolaan sampah yang perlu dikembangkan antara lain:


Antisipasi/pengangkutan sampah yang lancar akan sangat berarti bagi pencegahan
terjadinya genangan akibat terganggunya sistem drainase kewilayahan oleh
sampah dan timbulnya penyakit yang sampah.
Perlunya penyediaan TPA yang memiliki jarak jangkauan yang lebih pendek
(pelayanan se-Kecamatan Bojong), sehingga penanganan dan pengolahan
sampah akan lebih cepat. Namun hal ini perlu dipikirkan lebih lanjut, karena TPA
memiliki dampak pencemaran yang tinggi bila lokasi dan sistem pengolahannya
tidak memenuhi standar baku pengolahan sampah.
Adanya gambaran tersebut, maka perlu dikembangkan sistem pengangkutan
dan pengolahan sampah akhir di wilayah kecamatan Bojong. Pengelolaan sampah
untuk setiap karakteristik kawasan adalah sebagai berikut:
Sampah dari rumah tangga (permukiman kepadatan rendah), dikelola oleh
penduduk secara mandiri dengan menimbun dan membakarnya (on site).
Metode komposting secara on site merupakan sistem yang paling tepat bagi
kawasan permukiman yang masih memiliki pekarangan yang luas. Selain efektif
juga membantu memelihara kesuburan tanah.
Sampah dari rumah tangga (permukiman kepadatan tinggi), dikelola secara kolektif
dengan pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan di suatu lokasi yang
aman dan memungkinkan proses komposting atau metode land fill.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-31

LAPORAN ANTARA

Sampah dari pasar, pertokoan dan kantor pemerintah yang brada di pusat kota
dikelola secara off site (pengangkutan) agar tercipta lingkungan pusat kegiatan
dan keramaian yang bersih, rapi dan sehat.
Sampah dari industri kecil dikelola secara mandiri oleh pemilik usaha, baik sistem
on site maupun off site. Apabila sampah yang dihasilkan banyak berupa sampah
organik dengan volume yang kecil, dapat disatkan dengan sistem off site
permukiman. Apabila volumenya besar dan atau berupa bahan anorganik, maka
perlu penanganan khusus agar tidak mencemari lingkungan hidup perkotaan.
Termasuk kemungkinan penyediaan instalasi sederhana pengolah limbah (khusus
kimia/anorganik lainnya).
Untuk mendukung sistem off site diperlukan sarana angkutan sampah, meliputi tong/
bin sampah, gerobak sampah, dan atau truk sampah. Selain itu diperlukan tenaga
kerja khusus pengelola sampah. Secara instansional, penanganan pesampahan
dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan atau Dinas PU Kabupaten. Partisipasi masyarakat
ditingkatkan melalui lembaga/kelompok masyarakat, pemerintahan desa atau
kecamatan, LKMD dan PKK. Agar sistem pengelolaan dapat bejalan dengan baik, perlu
adanya retribusi pengelolaan sampah bagi rumah tangga yang memanfaatkan
pelayanan persampahan.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Rencana tempat pembuangan akhir sampah merupakan rencana jangka panjang
yang perlu dialokasikan guna mengantisipasi perkembangan kota di masa mendatang.
Lokasi TPA harus memenuhi beberapa persyaratan utama, yaitu:
Jauh dari permukiman ( minimal 500 m ).
Jauh dari hutan dan jauh dari sumber air.
Memungkinkan pengolahan dengan sistem yang ditentukan (sanitary landfill).
Selanjutnya terdapat beberapa ketentuan operasional pengelolaan sampah yaitu:

Pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan sampah dari toko/perusahaan,


hotel/rumah makan, rumah sakit, pabrik, perkantoran, dan tempat pariwisata
dilakukan oleh petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).

Pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan sampah dari rumah tinggal ke


TPS dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk RT/RW masing-masing.

Pengambilan dan pembuangan sampah dari kendaraan umum ke TPS


dilaksanakan oleh pengemudi atau kenek kendaraan yang bersangkutan.

Pengambilan, pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh petugas


dari DKP.

Permasalahan yang saat ini perlu dicermati berkaitan dengan sistem


pengelolaan sampah antara lain adalah:

Antisipasi terhadap sampah perkotaan akan sangat berarti bagi pencegahan


terjadinya genangan akibat terganggunya sistem drainase oleh sampah.

Sistem pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat (komposting),


perlu digalakkan pada kawasan permukiman, sehingga sinergis dengan upaya
pengendalian pelestarian lahan pertanian.

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-32

LAPORAN ANTARA

Sistem pembakaran sampah secara on site jika memiliki lokasi yang


memungkinkan (lahan kosong) dan tidak mengganggu aktivitas penduduk
tidaklah bermasalah, namun hal ini perlu diperhatikan karena sistem
pembakaran tersebut menghasilkan asap yang mengganggu kebersihan udara
(polusi udara) yang berarti juga akan dapat merugikan kesehatan masyarakat.

Pada saat ini pengelolaan sampah di wilayah kecamatan Bojong terdiri dari dua
sistem, yaitu on site dan off site. Apabila dilihat dari luasnya pekarangan yang ada di
wilayah kecamatan Bojong, maka sistem on site atau komposting masih layak
dilakukan di wilayah kecamatan Bojong karena masih memenuhi syarat ekologis. Halhal yang perlu mendapat perhatian disini adalah tentang kesadaran masyarakat dalam
hal membuang sampah secara benar, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap
kondisi kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Selain itu, tempat-tempat
pembuangan sampah yang tidak benar ( di sungai dan selokan ) akan menyebabkan
bahaya banjir bagi daerah hilir dan muara sungai ataupun selokan tersebut.
Kebutuhan akan jaringan persampahan di wilayah kecamatan Bojong hingga tahun
2036 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel IV.14
Proyeksi Kebutuhan Jaringan Persampahan di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
Pelaya
nan

Potensi Timbulan Sampah (m3)

No

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Kome
rsial

Sosial

Domes
tik

Lainlain

Jumlah

10%

Total

Jumlah
20%

10%

65%

Sarana Pengangkut
dan Pengumpul
du
Bec
m
Co
ak
TP
p
nt
Sa
S
tr
ain
mp
uc
er
ah
k
6,
6
0,6
5
6
m
m3
m
m3
3
3

Rembul

13,032

26.06

5.21

2.61

33.88

3.39

37.27

24.23

13

Dukuh
Tengah

3,985

7.97

1.59

0.80

10.36

1.04

11.40

7.41

Kedawung

4,158

8.32

1.66

0.83

10.81

1.08

11.89

7.73

Suniarsih

3,132

6.26

1.25

0.63

8.14

0.81

8.96

5.82

Karangmuly
a

9,299

18.60

3.72

1.86

24.18

2.42

26.59

17.29

10

Tuwel

13,303

26.61

5.32

2.66

34.59

3.46

38.05

24.73

14

Bojong

12,692

25.38

5.08

2.54

33.00

3.30

36.30

23.59

13

Buniwah

4,959

9.92

1.98

0.99

12.89

1.29

14.18

9.22

Lengkong

7,168

14.34

2.87

1.43

18.64

1.86

20.50

13.33

10

Batunyana

2,558

5.12

1.02

0.51

6.65

0.67

7.32

4.76

11

Sangkanayu

1,752

3.50

0.70

0.35

4.55

0.46

5.01

3.26

12

Gunung Jati

3,376

6.75

1.35

0.68

8.78

0.88

9.66

6.28

13
14

Pucang
Luwuk
Kajenengan

6,264
6,726

12.53

2.51

1.25

16.29

1.63

17.91

11.64

2
2

2
2

2
2

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-33

LAPORAN ANTARA

Pelaya
nan

Potensi Timbulan Sampah (m3)

No

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Kome
rsial

Sosial

Domes
tik

Jumlah

10%

Total

Jumlah
20%

13.45

Lainlain

10%

65%

Sarana Pengangkut
dan Pengumpul
du
Bec
m
Co
ak
TP
p
nt
Sa
S
tr
ain
mp
uc
er
ah
k
6,
6
0,6
5
6
m
m3
m
m3
3
3

2.69

1.35

17.49

1.75

19.24

12.50

1.39

0.70

9.04

0.90

9.95

6.47

13.24

2.65

1.32

17.21

1.72

6.96

15

Kalijambu

3,479

16

Danasari

6,618

Cikura

6,316

12.63

2.53

1.26

16.42

1.64

18.06

11.74

Jumlah

108,814

217.63

43.53

21.76

282.92

28.29

311.21

202.29

112

34

31

34

17

18.93

12.30

Sumber : Hasil Analisis. 2015


4.5Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas
4.5.1
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan sarana penunjang untuk mencerdaskan
masyarakat,sehingga penyebaran pelayanannya memerlukan pengaturan yang cermat
dan sesuai dalam suatu ruang wilayah. Analisis sarana pendidikan ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tingkat pelayanan sarana pendidikan yang ada di wilayah
Kecamatan Bojong serta perkiraan kebutuhan sarana pendidikan dimasa yang akan
datang.
Penyediaan sarana pendidikan di di wilayah kecamatan Bojong masa
mendatang akan semakin penting. Peningkatan jumlah murid tersebut untuk masa
mendatang perlu dipikirkan penambahan penyebaran fasilitas pendidikan, sesuai
dengan tingkat kebutuhannya. Dengan menggunakan perpaduan standar Nasional
Indonesia, dan standar Depdikbud, maka standar kebutuhan fasilitas pendidikan
adalah sebagai berikut:
a) Taman Kanak-kanak
Pengadaan 1 Sekolah Taman Kanak-Kanak memenuhi ketentuan umum sebagai
berikut:

Untuk melayani 1.250 Penduduk pendukung


Radius pelayanan 500 meter
Luas lahan yang dibutuhkan 500 m2
1 TK terdiri dari 2 kelas (1 kelas untuk 35 - 40 murid)

b) Sekolah Dasar
Kebutuhan fasilitas ini pada prinsipnya hanya melayani penduduk yang ada di
wilayah Kota itu sendiri, hal tersebut mengingat akan radius pelayanan fasilitas
Sekolah Dasartidak boleh terlalu jauh. Dengan melihat standar fasilitas SD yang
ada yaitu :

Untuk melayani 1.600 penduduk pendukung


Radius pelayanan 1.000 meter
Luas lahan yang dibutuhkan 2.000 m2
1 SD terdiri dari 6 kelas (1 kelas untuk 40 murid)

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-34

LAPORAN ANTARA

c) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama


Standart yang digunakan dalam memperkirakan kebutuhan fasilitas pendidikan
SLTP adalah sebagai berikut :

Untuk melayani 4.800 penduduk pendukung


Radius pelayanan melayani satu kecamatan
Luas lahan yang dibutuhkan 9.000 m2
1 SLTP terdiri dari 12 kelas (1 kelas untuk 40 murid)

d) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas


Fasilitas pendidikan tingkat SLTA saat ini belum ada. Standar yang digunakan
dalam memperkirakan kebutuhan fasilitas pendidikan SLTA adalah sebagai
berikut :

Untuk melayani 4.800 penduduk pendukung


Radius pelayanan melayani satu kecamatan
Luas lahan yang dibutuhkan 12.500 m2
1 SLTA terdiri dari 12 kelas (1 kelas untuk 40 murid) bisa ditingkatkan dengan
pengembangan vertikal

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, fasilitas penddidikan yang ada di


Kecamatan Bojong bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel IV.15
Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
TK

N
o

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Eksisting
Tahun 2015

Standar
Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

1250

216

500

Unit

Luas
Lahan
(Ha)

Kebutuhan Tahun 2036

Unit

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

Rembul
Dukuh
Tengah

Kedawung

4,158

648

1,500

3,132

432

1,000

Suniarsih
Karangmuly
a

9,299

1,512

3,500

Tuwel

13,303

2,160

5,000

Bojong

12,692

10

2,160

5,000

Buniwah

4,959

648

1,500

Lengkong
Batunyana

7,168
2,558

4
1

1,080

2,500

9
10

13,032

10

2,160

5,000

3,985

648

1,500

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

10

IV-35

LAPORAN ANTARA

432

1,000

11

Sangkanayu

1,752

216

500

12

3,376

432

1,000

13

Gunung Jati
Pucang
Luwuk

6,264

1,080

2,500

14

Kajenengan

6,726

1,080

2,500

15

Kalijambu

3,479

432

1,000

16

Danasari

6,618

1,080

2,500

17

Cikura

6,316

2,500

108,814

43

1,080
17,28
0

Jumlah

80

40,000

SD

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmuly
a
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

N
o

Desa

Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036

Eksisting
Tahun 2015

Standar

Penduduk
Pendukun
g (Jiwa)

Luas
Lantai
Minima
l (m2)

Luas
Lahan
Minima
l (m2)

Unit

Kebutuhan Tahun 2036

Luas
Lahan
(Ha)

Unit

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
Minima
l (m2)

13,032

5,064

16,000

3,985
4,158
3,132

1
2
2

2
2
1

1,266
1,266
633

4,000
4,000
2,000

9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

4
8
7
3
5
1
1
1

5
8
7
3
4
1
1
2

3,165
5,064
4,431
1,899
2,532
633
633
1,266

10,000
16,000
14,000
6,000
8,000
2,000
2,000
4,000

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316

3
4
3
3
3

3
4
2
4
3

1,899
2,532
1,266
2,532
1,899

108,814

55

6,000
8,000
4,000
8,000
6,000
120,00
0

Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036

1600

633

Standar

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

2000

SMP
Eksisting Tahun
2015

60

37,980

Kebutuhan Tahun 2036

IV-36

LAPORAN ANTARA

Penduduk
Pendukun
g (Jiwa)

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
(Ha)

Unit

Unit

Luas
Lantai
Minim
al (m2)

Luas
Lahan
Minima
l (m2)

Rembul
Dukuh
Tengah

Kedawung

4,158

3,132

Suniarsih
Karangmuly
a

9,299

2,282

9,000

Tuwel

13,303

4,564

18,000

Bojong

12,692

4,564

18,000

Buniwah

4,959

2,282

9,000

Lengkong

7,168

2,282

9,000

10

Batunyana

2,558

11

Sangkanayu

1,752

12

3,376

13

Gunung Jati
Pucang
Luwuk

6,264

2,282

9,000

14

Kajenengan

6,726

2,282

9,000

15

Kalijambu

3,479

16

Danasari

6,618

2,282

9,000

17

Cikura

6,316

2,282

108,814

9,000
117,00
0

Jumlah

13,032

4,564

18,000

3,985

4800

2282

9000

N
o

1
2
3
4

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih

13

SMA
Eksisting
Tahun 2015

Standar
Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036

Penduduk
Pendukun
g (Jiwa)

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

4800

3835

12500

Kebutuhan Tahun 2036

Luas
Lahan
(Ha)

Unit

Unit

13,032

3,985
4,158
3,132

0
0
0

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

29,666

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)
7,670

Luas
Lahan
Minima
l (m2)

25,000
-

IV-37

LAPORAN ANTARA

Karangmuly
a

9,299

3,835

12,500

Tuwel

13,303

7,670

25,000

Bojong

12,692

7,670

25,000

Buniwah

4,959

3,835

12,500

7,168
2,558
1,752
3,376

0
0
0
0

1
-

3,835

13

Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk

6,264

3,835

14
15

Kajenengan
Kalijambu

6,726
3,479

0
0

1
-

3,835

16

Danasari

6,618

3,835

12,500

17

Cikura

6,316

3,835

108,814

12,500
162,50
0

9
10
11
12

Jumlah

N
o

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

2500

72

150

Unit

13

12,500
12,500

Taman Bacaan
Eksisting Tahun
2015

Standar

49,855

12,500
-

Kebutuhan Tahun 2036

Luas
Lahan
(Ha)

Unit

Luas
Lantai
Minim
al
(m2)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

Rembul
Dukuh
Tengah

Kedawung

4,158

72

150

3,132

72

150

Suniarsih
Karangmuly
a

9,299

216

450

Tuwel

13,303

360

750

Bojong

12,692

360

750

Buniwah

4,959

72

150

Lengkong

7,168

144

300

Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati

2,558
1,752
3,376

72
-

150
150

10
11
12

13,032

360

750

3,985

72

150

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

72

IV-38

LAPORAN ANTARA

13

Pucang
Luwuk

6,264

144

300

14

Kajenengan

6,726

144

300

15

Kalijambu

3,479

72

150

16

Danasari

6,618

17

Cikura
Jumlah

6,316
108,814

144

2
0

35

144
2,520

Sumber : Hasil Analisis. 2015


Berdasarkan analisis hasil proyeksi kebutuhan fasilitas pendidikan pada tahun
2036 terhadap kondisi saat ini diperlukan penambahan jumlah TK, SD, SMP dan SMA.
Untuk kebutuhan pada tahun 2036 diperlukan 80 unit TK dengan total luas 40.000 m2,
60 unit SD dengan total luas 120.000 m2, 13 unit SMP dengan total luas 117.000 m2
dan 13 unit SMA dengan total luas 162.500 m2.
4.5.2

Fasilitas Peribadatan

Jenis dan besaran kebutuhan akan sarana peribadatan sangat tergantung pada
kondisi kehidupan beragama masyarakat setempat. Standar yang digunakan dalam
menentukan perkiraan kebutuhan fasilitas peribadatan di wilayah kecamatan Bojong
adalah:

1
1
1
1
1
1

unit
unit
unit
unit
unit
unit

musholla melayani 250 umat islam


masjid melayani 2.500 umat Islam
Gereja Katolik melayani 250 umat Katolik
Gereja Kristen Protestan melayani 250 umat Kristen
Pura melayani 150 umat Hindu
Vihara melayani 150 umat Budha.

Perkiraan jumlah sarana peribadatan di wilayah kecamatan Bojong pada tahun


2036 adalah sebagai berikut :
Tabel IV.16
Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
Musholla

N
o

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Standar
Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)
250

1
2

Rembul
Dukuh
Tengah

3
4

Kedawung
Suniarsih

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)
100

Eksisti
ng
Tahun
2015
(unit)

Kebutuhan
Tahun 2036

Unit

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

13,032

35

52

5,200

3,985

11

15

1,500

4,158
3,132

10
4

16
12

1,600
1,200

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-39

300
300
5,250

LAPORAN ANTARA

Karangmuly
a

9,299

16

37

3,700

Tuwel

13,303

27

53

5,300

Bojong

12,692

27

50

5,000

Buniwah

4,959

15

19

1,900

9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7

Lengkong

7,168

16

28

2,800

Batunyana

2,558

10

1,000

Sangkanayu

1,752

700

Gunung Jati
Pucang
Luwuk

3,376

10

13

1,300

6,264

15

25

2,500

Kajenengan

6,726

16

26

2,600

Kalijambu

3,479

10

13

1,300

Danasari

6,618

21

26

2,600

Cikura

6,316

15

25

108,814

257

2,500
42,70
0

Jumlah

427

Masjid

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmuly
a
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan

Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036

13,032

Kebutuhan
Tahun 2036

Standar
Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)
2,500

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)
600

Eksistin
g Tahun
2015
(unit)

Unit

Luas
Lahan
Minim
al (m2)

3,000

3,985
4,158
3,132

4
3
1

1
1
1

600
600
600

9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

5
5
2
2
2
1
2
2

3
5
5
1
2
1
1

1,800
3,000
3,000
600
1,200
600
600

6,264
6,726

2
3

2
2

1,200
1,200

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-40

LAPORAN ANTARA

15
16
17

Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

3,479
6,618
6,316
108,814

2
2
2
47

1
2
2
35

600
1,200
1,200
21,000

Sumber: Hasil Analisis, 2015


Berdasarkan perkiraan kebutuhan fasilitas peribadatan sampai tahun
perencanaan 2036, secara umum ketersediaan sarana peribadatan yang ada sekarang
ini belum dapat dapat melayani aktivitas peribadatan di wilayah kecamatan Bojong.
Dari hasil proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan sampai tahun 2036, jumlah
kebutuhan untuk musholla sebanyak 427 unit dan untuk masjid sebanyak 35 unit.
Penyebaran fasilitas peribadatan juga telah tersebar dengan jangkauan pencapaian
lokasi yang relatif dekat.
4.5.3

Fasilitas Ruang Terbuka Hijau

Salah satu permasalahan


utama di wilayah Kecamatan Bojong adalah
kurangnya ruang terbuka hijau yang dapat berfungsi sebagai ruang publik, fasilitas
sosial untuk berinteraksi antar masyarakat, dan juga dapat difungsikan sebagai sarana
mengekspresikan seni dan budaya, serta sarana olahraga. Penyediaan ruang untuk
sarana olah raga dan rekreasi di wilayah Kecamatan Sarang sangat diperlukan sebagai
sarana pelengkap bagi masyarakat.
Dari perhitungan di atas tampak bahwa sangat diperlukan RTH bagi penduduk
wilayah Kecamatan Sarang. Dalam skala lokal, RTH bisa disediakan oleh masyarakat
secara mandiri, dalam lingkup RT maupun RW. Dalam skala kota, yang menjadi
perhatian adalah taman yang sekaligus dapat berfungsi sebagai lapangan olahraga.

Tabel IV.17
Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
Taman RT

N
o

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Standar
Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)
250

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)
250

Eksisti
ng
Tahun
2015
(unit)

Kebutuhan
Tahun 2036
Luas
Lahan
Unit
Minim
al
(m2)

Rembul
Dukuh
Tengah

Kedawung

4,158

16

4,000

Suniarsih
Karangmuly
a
Tuwel

3,132

12

3,000

9,299
13,303

37
53

9,250

5
6

13,032

52

13,000

3,985

15

3,750

13,250

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-41

LAPORAN ANTARA

Bojong

12,692

50

12,500

Buniwah

4,959

19

4,750

9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7

Lengkong

7,168

28

7,000

Batunyana

2,558

10

2,500

Sangkanayu

1,752

1,750

Gunung Jati
Pucang
Luwuk

3,376

13

3,250

6,264

25

6,250

Kajenengan

6,726

26

6,500

Kalijambu

3,479

13

3,250

Danasari

6,618

26

6,500

Cikura

6,316

Jumlah

25

108,814

427

6,250
106,75
0

Taman RW

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Kebutuhan
Tahun 2036

Standar
Penduduk
Pendukun
g (Jiwa)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

Eksistin
g Tahun
2015
(unit)

Unit

Luas
Lahan
Minim
al (m2)

13,032

6,250

3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

1
1
1
3
5
5
1
2
1
1

1,250
1,250
1,250
3,750
6,250
6,250
1,250
2,500
1,250
1,250

2
2
1
2
2

2,500
2,500
1,250
2,500
2,500

2,500

1,250

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316
108,81
4

Jumlah

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

35

43,750

Taman Kelurahan

IV-42

LAPORAN ANTARA

Standar
Pendudu
k Tahun
2036

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmuly
a
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

Luas
Lahan
Minimal
(m2)

13,032

Kebutuhan Tahun
2036
Luas
Lahan
Unit
Minima
l (m2)
-

3,985
4,158
3,132

9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

30,000

9,000

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316
108,814

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Desa

Penduduk
Pendukun
g (Jiwa)

Eksistin
g Tahun
2015
(unit)

Pemakaman
Standar
Luas
Penduduk
Lahan
Pendukun
Minimal
g (Jiwa)
(m2)

Kebutuhan Tahun 2036

Eksisting
Tahun
2015
(unit)

13,032
3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

Unit
3

30,000
-

2
3
3
1
1
-

10,000
20,000
30,000
30,000
10,000
10,000
-

1
1
1
1

10,000
10,000
10,000
10,000

1
-

4,000

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316
108,814

10,000

Luas Lahan
Minimal (m2)

18

180,000

Sumber: Hasil Analisis, 2015


4.5.4

Fasilitas Kesehatan

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-43

LAPORAN ANTARA

Untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan masyarakat, wilayah kecamatan


Bojong membutuhkan kebutuhan akan fasilitas kesehatan. Bila dikaitkan dengan
standar yang ada, maka ketentuan akan jenis sarana kesehatan yang ada dalam suatu
kota dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Puskesmas dan Balai Pengobatan
Fungsi utama sarana ini adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
bidangkesehatan baik penyembuhan, pencegahan maupun pendidikan. Pendukung
penduduk sarana ini sebanyak 30.000 jiwa.
b. Rumah Bersalin
Fungsi utama dari sarana kesehatan ini adalah untuk melayani ibu-ibu sebelum,
padawaktu dan sesudah melahirkan serta melayani anak-anak usia sampai dengan
6 tahun. Penduduk pendukung sarana ini sebanyak 10.000 jiwa.
c. Apotek
Fungsi utama sarana ini adalah untuk melayani penduduk dalam bidang obatobatan.Penduduk pendukung sarana ini sebanyak 10.000 jiwa.
d. Rumah Sakit Umum
Fungsi utama adalah memberikan pelayanan medis untuk pasien tetap atau tidak
yang dikoordinir oleh RSU pusat. Penduduk pendukung 240.000 jiwa.
Berikut ini merupakan tabel kebutuhan ruang untuk fasilitas kesehatan di wilayah
kecamatan Bojong tahun 2036:
Tabel IV.18
Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Bojong
Tahun 2036
Posyandu
N
o

Desa

Jumlah
Pendu
duk
Tahun
2036

13,032

2
3
4
5

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya

Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu

7
8
9
10
11
12
13
14
15

Standar
Penduduk
Pendukun
g (Jiwa)

Luas
Lahan
Minimal
(m2)

1,250

60

Eksisting
Tahun
2015
(unit)

Kebutuhan
Tahun 2036
Luas
Lahan
Unit
Minim
al
(m2)
10

600

3
3
2
7

180
180
120
420

13,303

10

600

12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

10
3
5
2
1
2

600
180
300
120
60
120

5
5
2

300
300
120

3,985
4,158
3,132
9,299

6,264
6,726
3,479

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-44

LAPORAN ANTARA

16
17

Danasari
Cikura
Jumlah

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan

6,618
6,316
108,81
4

Jumlah
Pendu
duk
Tahun
2036
13,032

5
5
0

2,500

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316
108,81
4

Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036
13,032

80

4,800

Balai Pengobatan Warga


Kebutuhan
Standar
Tahun 2036
Eksisting
Tahun
Luas
Luas
Penduduk
2015
Lahan
Lahan
Pendukun
Unit
(unit)
Minima
Minimal
g (Jiwa)
l (m2)
(m2)
1
5
1,500

3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

300
300

300

0
0
1
0
1
0
0

1
1
1
3
5
5
1

300
300
300
900
1,500
1,500
300

0
0
0
0

2
1
1

600
300
300

1
1
1
0
0

2
2
1
2
2

600
600
300
600
600
35

10,500

Puskesmas Pembantu (Pustu)


Kebutuhan
Standar
Tahun 2036
Eksistin
Luas
g Tahun
Luas
Penduduk
Lahan
2015
Lahan
Pendukung
Minim
Unit
(unit)
Minimal
(Jiwa)
al
(m2)
(m2)
30,000
300
1 -

3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1

6,264
6,726

0
0

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-45

LAPORAN ANTARA

15
16
17

Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

3,479
6,618
6,316
108,814

0
0
0
3

Puskesmas
N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan

13,032

Kebutuhan
Tahun 2036
Luas
Lahan
Unit
Minima
l (m2)
-

3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0

0
0
0
1
0
2

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Standar
Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)

120,000

Luas
Lahan
Minimal
(m2)

Eksisting
Tahun
2015
(unit)

1,000

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316
108,814

Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036
13,032

Tempat Praktek Dokter/Bidan


Kebutuhan
Standar
Tahun 2036
Eksisting
Tahun
Luas
Luas
Penduduk
2015
Lahan
Lahan
Pendukun
Unit
(unit)
Minima
Minimal
g (Jiwa)
l (m2)
(m2)
5,000
0 2
-

3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0

1
2
2
1
-

6,264
6,726

0
0

1
1

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-46

LAPORAN ANTARA

15
16
17

Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

3,479
6,618
6,316
108,814

0
0
0
3

1
1

12

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Untuk kebutuhan fasilitas kesehatan di Kecamatan Bojong membutuhkan


penambahan fasilitas kesehatan baru berupa praktik dokter, posyandu dan balai
pengobatan warga. Dari hasil proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan, untuk fasilitas
kesehatan berupa praktek dokter sebanyak 12 unit, posyandu sebanyak 80 unit dan
balai pengobatan warga sebanyak 35 unit.
4.5.5
Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Untuk memenuhi kebutuhan kegiatan ekonomi masyarakat, wilayah kecamatan
Bojong telah memiliki beberapa sarana perdagangan dan niaga diantaranya
warung/toko/kios. Dalam menghitung perkiraan jumlah sarana perdagangan dan
niaga, standar yang digunakan adalah:
Warung/ toko melayani 250 jiwa;
Pertokoan melayani 6.000 jiwa;
Pasar melayani 30.000 jiwa;
Pusat perbelanjaan dan niaga melayani 120.000 jiwa;
Berikut ini merupakan tabel kebutuhan ruang untuk fasilitas perdagangan dan
niaga di wilayah kecamatan Bojong tahun 2035:

Tabel IV.19
Perkiraan Jumlah Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan
Bojong Tahun 2036
Warung/Kios
N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2

Desa

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmuly
a
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong

13,032

Batunyana
Sangkanay
u
Gunung Jati

Standar
Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)
250

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)
100

Eksisti
ng
Tahun
2015
(unit)

Kebutuhan
Tahun 2036
Luas
Lahan
Unit
Minim
al
(m2)
52
5,200

3,985
4,158
3,132

15
16
12

1,500
1,600
1,200

9,299
13,303
12,692
4,959
7,168

37
53
50
19
28

3,700
5,300
5,000
1,900
2,800

2,558

10

1,000

1,752
3,376

7
13

700
1,300

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-47

LAPORAN ANTARA

1
3
1
4
1
5
1
6
1
7

Pucang
Luwuk

6,264

25

2,500

Kajenengan

6,726

26

2,600

Kalijambu

3,479

13

1,300

Danasari

6,618

26

2,600

Cikura

6,316

Jumlah

25

108,814

427

2,500
42,70
0

Pertokoan
N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Desa

Rembul
Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

Jumlah
Pendud
uk
Tahun
2036

Kebutuhan
Tahun 2036

Standar
Pendudu
k
Penduku
ng (Jiwa)

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)

Eksistin
g Tahun
2015
(unit)

Unit

Luas
Lahan
Minima
l (m2)

13,032

6,000

3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

0
0
0
0
1
4
0
0
0
0
0

1
2
2
1
-

3,000
6,000
6,000
3,000
-

0
0
0
0
0
5

1
1
1
1

3,000
3,000
3,000
3,000
36,000

6,000

3,000

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316
108,814

12

Pasar Lingkungan
N
o

Desa

Rembul

Jumlah
Pendudu
k Tahun
2036
13,032

Standar
Penduduk
Pendukun
g (Jiwa)
30,000

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

Luas
Lahan
Minim
al
(m2)
13,500

Eksistin
g Tahun
2015
(unit)
0

Kebutuhan
Tahun 2036
Luas
Lahan
Unit
Minim
al
(m2)
-

IV-48

LAPORAN ANTARA

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Dukuh
Tengah
Kedawung
Suniarsih
Karangmulya
Tuwel
Bojong
Buniwah
Lengkong
Batunyana
Sangkanayu
Gunung Jati
Pucang
Luwuk
Kajenengan
Kalijambu
Danasari
Cikura
Jumlah

3,985
4,158
3,132
9,299
13,303
12,692
4,959
7,168
2,558
1,752
3,376

0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0

6,264
6,726
3,479
6,618
6,316
108,814

0
0
0
0
0
3

Sumber: Hasil Analisis, 2015


Dari tabel di atas, jumlah warung/took/kedai yang dibutuhkan sebanyak 427
unit dan pertokoan sebanyak 12 unit hingga tahun 2036.
4.6ANALISIS TATA BANGUNAN
4.6.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan
Analisis intenssitas pemanfaatan ruang terdiri dari Analisis Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Analisis Lantai Bangunan (KLB), Ketinggian Bangunan Maksimum,
dan Koefisien Dasar Hijau (KDH). Untuk dapat menghitung besar nilai intensitas
pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan Kecamatan Bojong harus diketahui data
sebagai berikut:
Luas area ( A ) = 4308,05 Ha
Luas area terbangun ( A ) = 2062.63 Ha
Koefisien infiltrasi ( C ) adalah 1,7 (Cukup tanah terbuka, 50 % hijau, infiltrasi
sedang)
Data infiltrasi pada daerah perencanaan ( I ) diasumsikan 7,678. 10-8 m/detik
Data koefisien penyimpanan air ( S ) diasumsikan 0,0011
A. Analisis Perpetakan Bangunan
Perpetakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (di atas 2.500
m2)

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1.000-2.500


m2)

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600-1.000
m2)

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250-600 m2)

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-49

LAPORAN ANTARA

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100-250 m2)

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50-100 m2)

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (di bawah 50
m2)

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah
susun)

Perpetakan bangunan di wilayah Kecamatan Bojong yang telah tumbuh akan


sulit diatur karena secara alamiah perpetakan yang ada akan berubah sesuai dengan
perkembangan penduduk dan kebutuhannya serta pemanfaatannya. Perpetakan
bangunan lebih diarahkan untuk perizinan atau pengembangan baru.
B. Analisis Koefisien Dasar Bangunan ( KDB )
KDB adalah prosentase berdasarkan perbandingan antara seluruh luas lantai
dasar bangunan gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan.
Angka KDB diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu:
Peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (lebih besar dari
60%)
Peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20 - 50%)
Peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5 - 20%)
Peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat rendah (> 5%)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan
ruang di kawasan perkotaan Kecamatan Bojong adalah:
Untuk kawasan pemukiman KDB maksimal ditetapkan bervariasi antara 5060%. Untuk kawasan permukiman padat KDB ditetapkan maksimal 60%,
sedangkan untuk kawasan permukiman kepadatan rendah KDB maksimal
ditetapkan 50%.
Untuk kawasan campuran (permukiman, perdagangan dan perkantoran), KDB
maksimal yang diijinkan sebesar 60%.
Untuk kawasan perkantoran dan fasilitas sosial KDB maksimal ditetapkan 60%,
kecuali untuk fasilitas pendidikan KDB maksimal ditetapkan sebesar 50%. Hal
ini mengingat pada fasilitas pendidikan membutuhkan ruang terbuka (untuk
upacara, olahraga, taman, parkir dan lain-lain).
Untuk kawasan perdagangan dan jasa KDB ditetapkan maksimal 80%
mengingat nilai ekonomis lahannya. Namun tetap harus menyediakan area
penghijauan dan parkir di setiap bangunan.
Untuk lahan non terbangun ditetapkan dengan KDB 0.
Secara keseluruhan penentuan nilai KDB juga mempertimbangkan lokasi
kawasan terhadap status jalan yang melintas kawasan tersebut. Kawasan atau
bangunan yang telah dibangun dengan KDB tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan
maka perlu menyediakan dan mempertahankan ruang-ruang terbuka yang ada serta
melakukan penghijauan bangunan sebagai area tangkapan air. Sehingga dengan
membandingkan antara luas lahan terbangun dengan luas setiap kawasan perkotaan

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-50

LAPORAN ANTARA

maka dapat diketahui koefisien dasar bangunan (KDB) pada setiap kawasan
perkotaan.Berikut ini merupakan hasil perhitungan KDB pada kawasan perkotaan
wilayah perencanaan. Berikut adalah perhitungan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di
Kecamatan Bojong:

KDB Terbangun
Pengambilan air tanah
I inf

=S . A
= 0,0011 x 1727581 m2
= 1900,3391 liter/menit
= 31,672 liter/detik

Debit Infiltrasi
Debit infiltrasi dihitung dengan rumus seperti dibawah ini dengan intensitas
infiltrasi (I) sebesar 7,678 . 10-8 m/detik dengan koefisien infiltrasi (C) sebesar 1,7
yang disesuaikan dengan kemiringan tanah kawasan perencanaan.
Q inf

= C .I . A
= 1,7. 7,678 .10-8 .1727581 m2
= 0,2254 m3/detik
= 225,4 liter/detik

Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha

1Ha

= 1 Ha . Q

inf

A
= 1 Ha .225,4
172,7581Ha
= 1,304 liter/detik/Ha
Open Space
Merupakan perhitungan untuk mengetahui luas open space atau daerah
resapan dimana tidak terdapat perkerasan.

OS

inf

1Ha

= 31,672liter/detik
1,304 liter/detik/Ha
= 24,28 Ha
Berdasarkan perhitungan diatas, maka Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
kawasan perencanaan dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-51

LAPORAN ANTARA

KDB = (A - OS) . 100%


A
= (172,7581 24,28) . 100%
172,7581
= 0,85 . 100%
= 85 % >>80%

Luas lantai dasar

= KDB x total
luas lahan
= 80% x 24,71

Ha

FAR

= total luas lantai / luas lantai


dasar
= 24,71 Ha/ 19,76 Ha
= 1,25

= 19,76Ha

Penyusunan RDTR Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal


Tahun Anggaran 2015

IV-52

KDB Non Terbangun


Pengambilan air tanah
I inf

=S . A
= 0,0011 x 1727581 m2
= 1900,3391 liter/menit
= 31,672 liter/detik

Debit Infiltrasi
Q inf

= C .I . A
= 1,7. 7,678 .10-8 .1727581 m2
= 0,2254 m3/detik
= 225,4 liter/detik

Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha

= 1 Ha . Q

1Ha

inf

A
= 1 Ha .225,4
172,7581Ha
= 1,304 liter/detik/Ha
Open Space

OS =
Q

inf

1Ha

= 31,672liter/detik
1,304 liter/detik/Ha
= 24,28 Ha

Berdasarkan perhitungan diatas, maka Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


kawasan perencanaan dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

KDB = (A - OS) . 100%


A
= (172,7581 24,28) . 100%
172,7581
= 0,85 . 100%

= 85 % >>80%
Luas lantai dasar

= KDB x total luas lahan


= 80% x 24,71 Ha
= 19,76Ha

FAR

= total luas lantai / luas lantai dasar


= 24,71 Ha/ 19,76 Ha
= 1,25

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa dikawasan


perkotaan kecamatan Bojong memiliki KDB yang tinggi. Untuk itu peruntukan lahan
pada masing-masing wilayah perkotaan masih mempertahankan batasan peraturan
yang ada. Dengan kata lain luasan ruang ruang terbuka dengan lahan terbangun
memiliki luasan perbandingan sekitar 80% : 20%. kawasan perkotaan kecamatan
Bojongmerupakan wilayah yang sedang berkembang oleh karena itu diperlukan
adanya batasan KDB untuk pemanfaatan ruang yaitu untuk kawasan permukiman
padat ditetapkan maksimal 80% dan permukiman kepadatan rendah maksimal
ditetapkan 50%. Kawasan campuran KDB maksimal yang diijinkan sebesar 80% dan
untuk fasilitas pendidikan KDB maksimal 50% karena membutuhkan ruang terbuka.
Sedangkan untuk lahan non terbangun ditetapkan KDB 0.
C. Analisis Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien lantai bangunan (KLB) adalah angka perbandingan jumlah luas
seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana daerah.
Angka perbandingan ini merupakan indikator bagi guna lahan dan luasan lantai yang
diperbolehkan serta terkait dengan ketinggian maksimal suatu bangunan. Koefisien
lantai bangunan juga terkait dengan harga lahan dan pemanfaatan yang dimaksud
agar dapat seefisien mungkin tanpa mengabaikan persyaratan bangunan dan
lingkungan.
Kondisi ketinggian bangunan di Kecamatan Bojong secara umum, untuk
kawasan permukiman rata-rata adalah 1 lantai. Demikian juga untuk fungsi fasilitas
pelayanan umum berupa fasilitas kesehatan dan peribadatan adalah 1 lantai.
Sedangkan pada fungsi pendidikan, perkantoran serta perdagangan dan jasa
bervariasi antara 1-2 lantai. Secara lebih detail besaran KLB yang ada di Kecamatan
Bojong dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.20
Koefisien Lantai Bangunan dan Ketinggian Bangunan Kawasan Perkotaan
Kecamatan Bojong
N
o

Desa

Perkotaan Bojong

Perkotaan Bojong

Zona

Terbangun
Non
Terbangu

Sumber : Hasil Analisis, 2015

KLB

KDB
(Maksimal)

Far

keterangan

80%

1,25

maksimal ketinggian 2 lantai

80%

1,25

maksimal ketinggian 2 lantai

Adapun beberapa pertimbangan lain yang digunakan dalam menentukan


besaran KLB, berikut penjelasannya :
Analisis Harga Lahan
Harga lahan yang pada setiap kawasan tertentu akan berbeda sesuai dengan
fungsi kawasan serta tingkat layanan prasarana yang terdapat di dalamnya. Harga
lahan memegang pengaruh yang cukup kuat terhadap penetuan batasan luasan lahan
terbangun dan ketinggian maksimum suatu bangunan. Semakin mahal harga lahan,
maka kecenderungan pembangunan akan memaksimalkan lahan terbangun dan
mengurangi luasan lahan terbuka.
Analasis Ketersediaan dan Tingkat Prasarana (Jalan)
Perbedaan fungsi dan jenis jalan juga menjadi pengaruh dalam perbedaan
koefisien dasar bangunan dan lantai bangunan. Jenis jalan ini dibedakan menjadi
kolektor primer dan jalan lokal primer. Berikut ini merupakan perbedaan KDB dan KLB
berdasarkan fungsi kawasan sesuai dengan jenis jalan yang membatasinya. Kawasan
perkotaan Kecamatan Bojongterdiri dari bangunan yang berada pada ruas jalan
kolektor primer dan jalan lokal primer didominasi oleh permukiman penduduk dengan
tinggi bangunan yang tidak melebihi batas maksimal.
Analisis Dampak/Kebutuhan Prasarana Tambahan
Munculnya berbagai aktivitas baru di Kawasan perkotaan Kecamatan
Bojongseperti peningkatan permukiman baru dan lainnya di Kawasan perkotaan
Kecamatan Bojongsecara tidak langsung akan menambah kebutuhan prasarana yang
menunjang kegiatan tersebut, seperti sistem jaringan jalan, listrik, drainase, dan
lainnya. Penambahan prasarana ini juga akan menambah kebutuhan luasan lahan.
Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, maka diperlukan suatu kebijakan yang
mengatur masalah batasan luasan dasar bangunan pada setiap fungsi kawasan.
D. Analisis Koefisien Dasar Hijau
Salah satu cara untuk mengurangi genangan air melalui pendekatan urban
design adalah melalui penerapan KDH yang dikategorikan sebagai pengendalian
genangan secara non teknis (Kodoatie; 2002). Walaupun rencana tata ruang pada
tingkat RTRK dan RTBL telah menetapkan besaran KDH pada wilayah tertentu, tetapi
sulit diimplementasikan karena perhitungannya belum disesuaikan dengan kondisi
wilayah bersangkutan.Agar dapat diterapkan perlu mempertimbangkan kondisi tanah
dan hidrologi setempat. Ada tiga hal yang harus dilakukan agar implementasi KDH
menjadi efektif, yaitu : (1) mengidentifikasi lokasi berdasarkan jenis tanah, (2)
menetapkan besaran KDH, dan (3) menetapkan strategi penerapan KDH.

KDH

I Infiltrasi
Q1Ha

= 31,672 liter/detik
1,304 liter/detik/Ha

= 24,28Ha
Berdasarkan perhitungan tersebut berarti luasan lahan open space di kawasan
perkotaan Kecamatan Bojong harus seluas 24,28 Ha yang berarti lahan tersebut tidak
boleh didirikan bangunan dan dapat dimanfaatkan untuk sektor sektor pertanian.
Selain itu, untuk menghindari konversi lahan yang berlebihan di kawasan perkotaan
Kecamatan Bojong yang dapat merusak daya dukung lahan wilayah perencanaan
sendiri.
Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin
diperuntukkan bagi penghijauan/ penanaman di atas tanah dengan tujuan untuk
meresapkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah. Dengan demikian area parkir
dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami pohon peneduh yang
ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah/ container kedap air. KDH tersendiri dapat
ditetapkan untuk tiap-tiap peruntukan fungsi. Arahan penataan KDH di Kecamatan
Bojong, yaitu:

Kawasan strategis dengan kepadatan tinggi, nilai KDH minimal 5%.

Kawasan dengan kepadatan sedang, nilai KDH minimal dimungkinkan dan


direncanakan 30%.

Kawasan dengan kepadatan rendah, nilai KDH minimal 50%.

Jenis RTH yang dapat dikembangkan di Kecamatan Bojong dapat berupa


tamantaman kota dan tanaman peneduh serta pengarah yang diarahkan pada
sepanjang jalan utama kawasan. Pertimbangan-pertimbangan atau indikator dalam
perhitungan KDH ini adalah:
a. Tingkat pengisian atau peresapan air (water recharge);
b. Besar pengaliran air (kapasitas drainase); dan
c. Rencana tata ruang yang telah ditetapkan berkaitan dengan RTH.
Berikut merupakan penetapan KDB, KLB, KDH pada masing-masing fungsi
bangunan.
Tabel IV.21
Penetapan KDB, KLB dan KDH Kawasan Perkotaan Kecamatan Bojong
N
o

1
2

Zona

Desa

Perkotaan
Bojong
Perkotaan
Bojong

Terbangun
Non
Terbangun

KDB
(Maksimal
)

KDH
(Maksima
l)

80%

20%

80%

20%

KLB
Far

keterangan

1,2
5
1,2
5

maksimal ketinggian 2
lantai
maksimal ketinggian 2
lantai

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Tabel IV.22
Penetapan KDB, KLB dan KDH Kawasan Perkotaan Kecamatan Bojong
Menurut Fungsi Jalan
No

Fungsi Jalan

KDB

KDH

KLB

Jalan Kolektor

80%

Jalan Lokal

20%

70%

30%

Jalan
3

Lingkungan

60%

40%

0,

1,

2,

3,

0,

1,

2,

0,

1,

Sumber : Hasil Analisis, 2015


4.6.2 Tata Massa Bangunan
A. Analisis Penetapan Garis Sempadan
1. Garis Sempadan Bangunan
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah tata letak bangunan berdasarkan
pada fungsi jalan sebagai ruang pengawasan jalan. Hal ini dillakukan karena dikaitkan
dengan tingkat kecepatan dari kendaraan yang diperbolehkan berdasarkan pada
fungsi jalan tersebut (arteri, kolektor atau lokal). Dengan kecepatan minimal yang
ditentukan maka dibutuhkan keleluasaan pandangan dari pengemudi. Standar garis
sempadan bangunan dapat ditetapkan pada masing-masing kota/ kabupaten tanpa
menyimpang dari ketetapan yang ada. Perletakan bangunan terhadap jalan di
Kecamatan Bojong tergantung dari fungsi jalan tersebut. Dari hasil pengukuran di
lapangan dapat diketahui garis sempadan bangunan adalah:
Tabel IV.23
Lebar Garis Sempadan Jalan di Kecamatan Bojong
No.
1

Nama Jalan
Bumiayu-Tuwel-Moga

Kelas
Jalan
Kolektor

Leba

Kecepatan

Km/ja

Mil/ja

(detik

Jalan

40

25

1,00

Primer
2

Senggang-Bojong

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Bojong-Tuwel

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Dukuhtengah-

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Kaligayam
5

Batunyana-Diwung

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Tuwel-Guci

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Simpar-Kajenengan

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Bojong-Batunyana

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Batunyana-

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Gunungjati
10

Bojong-Sokasari

Lokal Primer

20

12,5

0,9

11

Cerih-Kajenengan

Lokal Primer

20

12,5

0,9

12

Karangmulya-

Lokal Primer

20

12,5

0,9

Simendot

Lebar
GSJ

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Rumus perhitungan Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah sebagai berikut:

= 0,063. Va2 + 1,47.t.Va + 16

Da
Vb

= (Db-16) . Va
Da

Db

= (a1+a2) . Da
Da (b1+b2)

Besaran GSB di Kecamatan Bojong cukup bervariasi. Adapun Penentuan Garis


Sempadan Bangunan (GSB) di Kecamatan Bojong dilakukan untuk mewujudkan
keteraturan bangunan, memperkecil resiko penjalaran kebakaran, memperlancar aliran
udara segar dan pengaturan cahaya matahari. GSB minimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan keselamatan, risiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan dan
estetika. Selain itu penetapan pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) harus
disesuaikan dengan peruntukan lahannya, dan ditentukan berdasarkan beberapa
kebijakan sebagai berikut:
a. Jarak garis sempadan bangunan dikaitkan dengan garis sempadan jalan
(daerah milik jalan) yang direncanakan;
b. Garis sempadan bangunan dipertimbangkan terhadap bidang terluar
bangunan yang saat ini ada di tiap unit lingkungan/blok peruntukan; dan
c. Penentuan garis sempadan bangunan dikaitkan dengan ketinggian bangunan
yang dapat dibangun di atas suatu persil.
2. Garis Sempadan Sungai
Garis Sempadan Sungai di Kecamatan Bojong dikelompokkan berdasarkan pada
sungai tidak bertanggul dan bertanggul serta letak sungai tersebut berada di kawasan
terbangun atau di kawasan non terbangun. Sungai yang melewati Kecamatan Bojong
termasuk dalam kategori sungai tidak bertanggul yang berada di luar kawasan
perkotaan sehingga di sempadan sungai tidak terdapat bangunan.
Berdasarkan data pengamatan di lapangan, maka arahan dalam menentukan
GSB di Kecamatan Bojong harus mempertimbangkan beberapa faktor berikut:

Garis sempadan sungai mempertimbangkan fisiologis sungai;

Garis sempadan sungai bertanggul diukur dari sisi terluar kaki tanggul;

Garis sempadan sungai bertanggul diukur dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;

Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai diperkirakan


cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 15 m.

B. Analisis Ketinggian Bangunan


Ketinggian bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam suatu bangunan
dihitung mulai lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi. Sedangkan tinggi bangunan
merupakan jarak dari lantai sampai puncak atap suatu bangunan yang dinyatakan
dalam meter. Tujuan pengaturan tinggi bangunan ini adalah :
a. Menciptakan skyline (garis langit) yang baik dari suatu kawasan.
b. Menciptakan view (pandangan) yang baik terutama dari tempat-tempat
umum.
c. Menjaga hubungan jarak antar bangunan dan ruang terbuka atau jalan agar
tetap memiliki skala manusia, cukup pengudaraan dan pencahayaan.
d. Menjaga keserasian antara lingkungan/ bangunan baru dengan bangunan
lama.
e. Memberikan karakter yang berbeda antara pusat kota dan kawasan pinggiran.
Wilayah
kawasan
perkotaan
Kecamatan
Bojong
yang
mayoritas
permukimannya mencirikan karaktersitik pedesaan didominasi dengan ketinggian
bangunan 1 - 2 lantai dengan rata-rata tinggi bangunan 4 meter. Di Kawasan
perkotaan Kecamatan Bojong khususnya di jalan-jalan utamanya pada layer pertama
yaitu di sekitar jalur pantura Jawa ketinggian bangunan didominasi bangunan dengan
ketinggain 1-2 lantai dengan fungsi perdagangan dan jasa, perkantoran, serta fasilitas
umum. Hal tersebut karena nilai ekonomis lahan di sepanjang jalan utama ini sehingga
pengguna memaksimalkan ketinggian bangunan. Dengan kondisi ini bangunan pada
layer kedua dan ketiga tidak terlihat dari jalan utama. Perbandingan faktor setback
bangunan dan ketinggian bangunan masih memenuhi prinsip view horisontal dan
vertikal jalan.
Berdasarkan data dan analisis maka ditetapkan
ketinggian bangunan di Kecamatan Bojong adalah :

arahan

pertimbangan

Kawasan perdagangan dan jasa diperkenankan 1 - 2 lantai untuk mendukung


fungsi dan optimalisasi nilai lahan.

Daerah permukiman disarankan agar memiliki ketinggian 1 2 lantai agar


tercipta keharmonisan dan keserasian sesuai dengan karakter pedesaan.

Daerah campuran perdagangan dan jasa diperkenankan 1 - 2 lantai untuk


menunjang aktivitas tersebut.

Bangunan pendidikan dan perkantoran pemerintah diperbolehkan 1 - 2 lantai.

Tinggi puncak atap suatu bangunan satu lantai maksimum 8 meter dan untuk
dua lantai maksimum 12 meter.

C. Selubung Bangunan
Penentuan selubung bangunan dengan memperhatikan komposisi masa
bangunan, orientasi lingkungan sekitar dan jenis material yang digunakan. Bentuk
massa bangunan dapat berupa massa tunggal atau berkelompok, dengan
mempertimbangkan jarak antar bangunan, kerapatan bangunan dan jenis-jenis bentuk
dasar selubung. Faktor keamanan dan keserasian terhadap lingkungan sekitar menjadi
prioritas penentuan selubung bangunan di Kecamatan Bojong.

Selubung bangunan atau yang sering disebut dengan amplop bangunan


(building envelope) merupakan arahan pokok bentuk bangunan secara utuh, yang
menggambarkan ketentuan maksimum bagian terluar dari bangunan yang melingkupi
atau menutupi seluruh stuktur bangunan. Selubung bangunan ini dibentuk oleh
elemen-elemen berikut :

Building coverage (KDB)

KLB

Jarak antar bangunan

GSB

Selain elemen diatas, bentuk desain selubung bangunan rumah tinggal tidak
lepas dari pertimbangan kondisi iklim tropis dan lingkungan sekitar, serta aspek fungsi
dan visual.
Bentuk dasar bangunan gedung yang ada di Kecamatan Bojong sebagian besar
adalah persegi. Tata bangunan yang berada di sepanjang jalan utama ( jalan lokal
primer ) memanfaatkan kapling hampir secara optimal dengan penggunaan KDB 60%.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang / koridor pejalan kaki,
dimana seringkali jalur pejalan kaki termanfaatkan juga sebagai ruang usaha, bahkan
banyak kanopi / tritisan bangunan yang menjorok ke jalur pejalan kaki. Kondisi ini
menyebabkan susahnya pengaturan selubung bangunan yang sehingga arah curahan
air hujan antar bangunan menjadi tidak tertata dengan baik. Fasade bangunan yang
berderet dan tidak sinkron menyebabkan hilangnya linkage visual/ kontinuitas fasade
bangunan yang ditonjolkan pada suatu koridor jalan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka selubung bangunan
di Kecamatan Bojong dapat dibagi dalam bangunan satu lantai dan dua lantai.
D. Analisis Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan ditetapkan dengan melihat karakter budaya setempat dan
perkembangan sosial ekonomi masyarakat, seperti penentuan wajah bangunan, gaya
bangunan, keindahan, dan keserasian dengan lingkungan sekitar. Tampilan bangunan
erat pula kaitannya dengan arsitektur bangunan. Persyaratan arsitektur bangunan
gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam,
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya,
serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat
terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
Gaya arsitektur bangunan di Kecamatan Bojong masih dipengaruhi oleh budaya
jawa dengan bentuk atap rumah limasan dan joglo di pendoponya. Pada
perkembangan saat ini pertumbuhan bangunan umumnya mengacu pada keinginan
dan kepentingan masing-masing pemilik site (urban design as private display) yang
pada akhirnya membuat dampak persaingan antar bangunan (bentuk dan visual) serta
tidak memerhatikan lagi keserasian (harmoni) lingkungan. Kondisi ini menyebabkan
adanya kesenjangan dan ketidakserasian antara bangunan lama dengan bangunan
modern dalam satu kawasan. Dengan melihat kecenderungan yang ada dan kondisi
wilayah, maka arahan pengembangan tampilan bangunan di wilayah Kecamatan
Bojong yaitu :

Penyeragaman desain fasade bangunan dengan melihat aspek lintasan


matahari pada setiap sisi barat, timur, selatan, atau utara karena berpengaruh
pada orientasi bangunan.

Pelestarian bangunan rumah yang masih mengadaptasi rumah khas jawa.

Perwujudan desain arsitektur untuk bangunan yang berwawasan lingkungan,


atau green building guna mengurangi efek rumah kaca. Dalam hal ini
bangunan lama diharapkan dapat dipertahankan dan dilestarikan.

Penyeragaman desain tampilan bangunan perdagangan dan jasa, khususnya


pada kawasan berpotensi wisata agar terjadi keserasian antar bangunan, baik
perdagangan dan jasa tersebut maupun dengan permukiman (home industry).

4.6.3 Kualitas Bangunan


Kondisi bangunan di wilayah perencanaan Kecamatan Bojong cukup beragam.
Hal ini terlihat dengan terdapatnya bangunan yang sudah bersifat modern dan
memiliki kualitas yang cukup baik. Biasanya bangunan jenis ini sebagian besar berada
di daerah jalan lokal primer. Bangunan tersebut berupa sarana perdagangan dan jasa,
perkantoran, sarana peribadatan, serta permukiman. Sebagian besar permukiman
yang kondisinya masih kurang tersebut berada di Kecamatan Bojong bagian dalam.
Sedangkan untuk permukiman di Kecamatan Bojong yang berada di sepanjang jalan
lokal primer kondisi permukimannya sudah lebih baik.
Arahan mengenai kondisi bangunan di wilayah perencanaan Kecamatan Bojong
adalah dengan meningkatkan kualitas bangunan yang terdapat di Kecamatan Bojong
terutama untuk bangunan permukiman. Peningkatan tersebut antara lain berupa
peningkatan kualitas bangunan mulai dari lantai maupun tembok. Peningkatan kualitas
bangunan permukiman tersebut dilakukan untuk meningkatkan aspek keselamatan
manusia dan kenyamanan hunian. Namun demikian peningkatan kualitas bangunan
permukiman di Kecamatan Bojong tidak serta merta dapat dilakukan secara serentak.
Hal ini terkait juga dengan tingkat kesejahteraan warganya. Karena dalam usaha
peningkatan kualitas bangunan juga dibutuhkan biaya yang besar. Berdasarkan hal
tersebut maka peran pemerintah dalam hal ini sangat diharapkan bantuannya kepada
warga dalam usaha peningkatan kualitas bangunannnya melalui berbagai program
bantuan dari pemerintah.
4.7ANALISIS KELEMBAGAAN
Kelembagaan merupakan wadah aktivitas masyarakat, baik dalam hal
pembangunan maupun sebagai media aktualisasi anggotanya. Kelembagaan juga
merupakan wadah untuk menyalurkan aspirasi dan mengatasi permasalahan tentunya
yang terkait dengan tata ruang dan pembangunan. Dikatakan untuk menyalurkan
aspirasi karena dengan adanya kelembagaan keinginan-keinginan masyarakat bisa
disampaikan secara baik dan dengan media yang benar. Kelembagaan selain bersifat
menyalurkan aspirasi juga sebagai media untuk perencanaan, pengawasan,
pengendalian dan pelaksanaan pembangunan terutama yang terkait penataan ruang.
Kelembagaan yang ada di Kecamatan Bojong diidentifikasi sebagai berikut:
a. Kelembagaan pemerintah, kelembagaan ini meliputi kelembagaan di tingkat desa
yaitu Pemerintah Desa. Kelembagaan pemerintah desa ini biasanya terdiri dari
kepala desa, sekretaris desa, seksi-seksi dan perangkat umum lainnya.
Kelembagaan pemerintahan desa terdapat di masing-masing desa di wilayah
Kecamatan Bojong
Lembaga pemerintah desa bertugas untuk menjalankan pemerintahan dan
melayani
kebutuhan
masyarakat
akan
kebutuhan
terkait
administrasi
kependudukan dan juga pembangunan lingkungan.

Gambar IV.6
Kelembagaan Pemerintah di Kecamatan Bojong
Sumber : Hasil Survey, 2015
b. Kelembagaan non pemerintah, kelembagaan ini meliputi kelembagaan ditingkat
masyarakat desa dan juga berfungsi untuk mendukung pemerintahan desa.
Kelembagaan ini diantaranya BPD, PKK, KUA, PMI, Karang Taruna, LPM, BKM dan
Babinsa.

Gambar IV.7
Kelembagaan Non Pemerintah di Kecamatan Bojong
Sumber : Hasil Survey, 2015

Anda mungkin juga menyukai