Anda di halaman 1dari 36

Tugas Pemicu Dental Material

PEMBUATAN DAN PEREKATAN GIGI TIRUAN


CEKAT JEMBATAN DENGAN PORSELEN

Oleh:
Nidya Prettysia Sembiring (127160002)
Ari Onasis (127160004)
Veronica Angelia (127160006)
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Medan
2012

Pemicu 4
Nama Pemicu : Pembuatan dan Perekatan Gigi Tiruan Cekat Jembatan dengan
Porselen
Penyusun
: Sumadhi S. drg. PhD
Hari/Tanggal : Rabu, 14 November 2012
Jam
: 10.00-11.40 wib
Pasien wanita, Ice, 35 tahun datang ke praktek dengan tidak mempunyai gigi 11 dan
21 lagi. Beliau ingin dibuatkan gigitiruan yang tidak perlu dibukanya selama
pemakaian. Dokter berkesimpulan bahwa pasien ini harus dibuatkan gigitiruan cekat
jembatan dengan bagian depannya berbahan porselen.
Ruang lingkup pembelajaran : Bahan cetak, cetakan, bahan die, bahan-bahan
metal fused to porcelain, dental cement.
Produk :
Diskusikan kasus pemicu 4 tersebut dan buat laporan kelompok mengenai :
1. Penentuan bahan-bahan yang harus dipergunakan pada kasus ini
2. Pertimbangan penentuan bahan-bahan yang dipergunakan tersebut
3. Teknik-teknik yang dipergunakan dalam pembuatan gigi tiruan tersebut.
Sidang Pleno :
- Sidang pleno akan dilaksanakan pada hari Rabu 21 November 2012 (atau
ditentukan kemudian), jam 10.00-11.40
- Peserta mempresentasikan hasil diskusi pemicu 4 (10-15 menit)
- Pada akhir sidang pleno akan ada umpan balik dari nara sumber (10-15 menit)
- Hasil diskusi dalam sidang pleno dibuat penyempurnaan oleh peserta dan
dikumpulkan paling lambat 3 (tiga) hari setelah jadwal diskusi yaitu tanggal 24
November 2012
Sumber pembelajaran :
1. Ferracane JL : Materials in Dentistry, Principles and Applications, 2nd ed.
Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001.
2. Anusavice KJ. Phillips Science of Dental Materials, 7th ed, WB Saunders Co,
Philadelphia, 2003.
3. Van Noort : Introduction To Dental Materials, 3rd ed. Mosby Elsevier,
Edinburgh, 2007.
4. Paper d.l.l
Learning issue

1. Pengertian bahan yang dipergunakan


2. Tujuan penggunaan bahan
3. Perkembangan bahan yang dipergunakan
4. Penggunaan bahan dengan baik dan benar
5. Penentuan keberhasilan bahan yang dipergunakan

Pembahasan
Pasien wanita tidak mempunyai gigi 11 dan 21
Ingin dibuatkan gigitiruan yang tidak perlu dibukanya selama pemakaian
Kesimpulan kasus tersebut bahwa pasien ini harus dibuatkan gigitiruan cekat
jembatan dengan bagian depannya berbahan porselen.
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, dokter gigi perlu
membuat tiruan dari jaringan intra oral pasien. Membuat cor atau model adalah tahap
penting dalam sejumlah prosedur. Berbagai jenis cor dan model dapat dibuat dari
produk gips dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat
dari gips. Pada cetakan gipsum inilah dokter gigi merancang dan membuat kontruksi
untuk protesa cekat. Jadi, hasil cor harus secara akurat mewakili struktur mulut.
Karakteristik Bahan Cetak
Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk
membuat tiruan dari jaringan oral dan ekstraoral harus memenuhi beberapa kriteria,
yaitu (1) bahan tersebut dapat beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental
untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke dalam mulut,
(2) bahan tersebut harus berubah atau mengeras menjadi padat menyerupai karet
dalam waktu tertentu selama di dalam mulut, dan (3) cetakan yang mengeras harus
tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut.1

Klasifikasi Bahan Cetak


Tabel 1. Klasifikasi bahan cetak
Berdasarkan

mekanisme

pengerasan

Berdasarkan aplikasi atau sifat mekanis


Kaku atau non elastis
Elastis (bentuk gigi)

Reaksi kimia

(linggir tanpa gigi)


Plaster of paris

Hidrokoloid alginat

(irreversibel)

Oksida seng eugenol

Elastomer tanpa air


-polisulfit
-polieter
-silikon kondensasi

Perubahan temperatur

Kompoun (cetakan awal)

-silikon adisi
Agar hidrokoloid

(reversibel)
Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika stuktur
oral yang ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis. Berdasarkan
cara mengerasnya, bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi ireversibel atau
reversibel. Ireversibel berarti bahan tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula
karena telah terjadi reaksi kimia, sedangkan reversibel berarti bahan tersebut dapat
melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena tidak terjadi
perubahan kimia. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau perubahan
polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis atau non-elastis. Bahan cetak
elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak rongga mulut,
sedangkan bahan cetak non-elastis harus dipatahkan atau diubah bentuknya terlebih
dahulu untuk kemudian dikeluarkan melalui undercut.1
A. Bahan Cetak Non-Elastis
1. Plaster of paris

Sekarang Gips Paris jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer
telah tersedia, tetapi dapat digunakan sebagai bahan untuk membersihkan cetakan
edentulous. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah daripada bengkok. Bahan
ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, dan karena itu paling cocok

digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung
kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu
pengerasan.
2. Oksida Seng Eugenol (OSE)
Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini
lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai
undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk
gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. OSE
juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompound pada sendok
cetak atau pada sendok cetak individual akrilik.6
3. Kompound
Ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan
dalam uap air dengan suhu 55-700C.Terdapat dua jenis kompound yang ditentukan
oleh ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi
sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompound dapat dipakai untuk
pencetakan mahkota penuh (tipe I), cetakan rahang edentulous sebagian atau
seluruhnya (tipe I), dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir
dibuat dengan menggunakan bahan lainnya (tipe II). Kompound tidak dapat
digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat elastic.1
B. Bahan Cetak Elastis
1. Hidrokoloid Reversible (Agar)

Hidrokoloid reversible adalah bahan cetak yang paling akurat. Bahan ini memiliki
riwayat keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigi tiruan tunggal dan
gigi tiruan cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi.1
2. Hidrokoloid Irreversible (Alginat)

Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran
gigi. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan untuk gigi tiruan sebagian lepasan,

cetakan pendahuluan untuk gigitiruan penuh, ortodontik, dan model studi. Bahan ini
tidak cukup akurat untuk cetakan gigitiruan sebagian cekat.1
3. Elastomer
Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan
silikon adisi. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan
baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang berpolimerisasi
dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat
padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok
untuk berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya,
serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan mengeras, sehingga
cocok untuk hampir semua teknik.
Dalam kasus ini bahan cetak dapat digunakan yaitu alginat sebagai bahan cetak
anatomis dan silikon adisi (vinyl polysiloxane-putty wash) sebagai bahan cetak
fisiologis.
Hidrokoloid Irreversible (Alginat)
1. Penggunaan Alginat dalam Kedokteran Gigi
Garam asam alginat yang diperoleh dari rumput laut jika dicampur dengan air
dalam proporsi yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel, yakni suatu gel
yang dipergunakan dalam pencetakan gigi-geligi.1
Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran
gigi. Hal ini dikarenakan kemudahan penggunaannya, harga yang relatif murah,
proses pengerasan yang cepat, serta keakuratan yang memuaskan.
Alginat dipakai menurut viskositasnya. Pada pembuatan geligitiruan lengkap,
jenis kekentalan tinggi dianjurkan untuk pembuatan cetakan pendahuluan karena
derajat kecermatan model yang dihasilkan tidak dituntut setinggi seperti yang
diperlukan bagi model kerja yang akan digunakan untuk membuat geligitiruan atau
sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat seakurat mungkin
bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu alginat juga dipakai
untuk pencetakan pada pembuatan geligitiruan sebagian lepasan, alat ortodontik, dan

model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat untuk pembuatan mahkota dan
jembatan.
2. Komposisi Alginat
Komposisi bahan cetak alginat, fungsi, dan persentase berat dari masing-masing
komponen ditunjukkan pada tabel yang diberikan berikut ini.
TABEL 2. Formula komponen bubuk bahan cetak alginat

Komponen

Fungsi

Persentase
Berat

Sodium atau potassium alginate

Reaktan

12-15

Kalsium sulfat dihidrat

Reaktan

8-12

Sodium fosfat

Retarder

Partikel pengisi, misalnya tanah


diatoma

Partikel pengisi untuk mengontrol


pengerasan gel

70

Potassium sulfat atau alkali zinc


fluoride

Membuat permukaan model


gipsum yang baik

~10

Pewarna dan perasa

Estetik

Sedikit

Sumber: Joseph WO, editor. Dental materials and their selection 3


Quintessence Publishing Co, Inc.; 2002: 90, 96.

rd

ed. Chicago:

3. Proses Gelasi
Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta.
Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting.
Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan
waktu pengerjaan yang adekuat.
2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4
Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi
dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air
akan membentuk gel:
H2O

Na alginat + CaSO4 Ca alginat + Na2SO4


(bubuk)

(gel)

Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis,


yakni:
1. Quick Setting Alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk

mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual.


2. Regular Setting Alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk

pemakaian rutin.
Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu
gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan
menyebabkan stres internal pada alginat
4. Penyimpanan
Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara merupakan
faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan
yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam
perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau
mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin dan
kering.
Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual dengan
berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah
besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi
kontaminasi selama penyimpanan dan perbandingan air dengan bubuk lebih terjamin
karena dilengkapi dengan takaran plastik untuk mengukur banyaknya air.

5. Stabilitas Dimensi
5.1 Manipulasi
Suhu air mempengaruhi waktu pengerasan alginat. Penambahan air dingin
meningkatkan waktu kerja dan waktu setting.
Rasio bubuk-air dan waktu pengadukan dengan sendirinya mempengaruhi
hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan

kekuatan, mengurangi waktu kerja, waktu setting, dan fleksibilitas. Pengadukan yang
tidak adekuat tidak mencetak secara detail dan menghasilkan campuran yang berbutir
karena tidak tercampur dengan sempurna sehingga reaksi kimia berlangsung secara
tidak seragam di massa adukan. Pada penempatan alginat ke dalam sendok cetak,
usahakan jangan sampai ada udara terjebak, semua bagian sendok terisi dengan baik,
dan perforasi sendok cetak terisi semua. Bila tidak, alginat dapat terlepas pada saat
sendok dikeluarkan dari mulut.
Bahan cetak terlalu tipis menyebabkan cetakan mudah robek dan berubah
bentuk, sedangkan terjebaknya udara atau cairan pada permukaan gigi atau jaringan
akan menyebabkan cetakan jadi porus. Bahan cetak yang terlalu banyak pada sendok
cetak akan menyebabkan menyulitkan pengeluaran atau pada rahang atas akan
menyebabkan bahan cetak mengalir ke belakang.
5.2 Pencetakan
Pencetakan dianjurkan untuk tidak langsung dilakukan setelah pekerjaan
profilaksis, karena bila masih ada perdarahan pada gusi, pengerasan alginat akan
terpengaruh.
Alginat tidak melekat pada permukaan sendok cetak sehingga retensi harus
dipersiapkan dengan menggunakan suatu sendok cetak berlubang atau suatu bahan
perekat. Lubang-lubang tersebut juga memungkinkan alginat mengalir keluar.
Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu panjang
gigi. Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas penutupan tepi
pada sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati
untuk mencegah terjadinya distorsi.
Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan dan regangan.
Jadi, ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan
sentakan tiba-tiba. Jika cetakan dilepas perlahan-lahan, kerusakan alginat cenderung
akan terjadi.
5.3 Pembersihan Cetakan Alginat

Setelah dikeluarkan dari mulut, saliva harus dibersihkan dari permukaan


cetakan dengan mencuci cetakan di bawah aliran air. Kelebihan air dibuang dengan
mengibaskan cetakan atau dikeringkan dengan tiupan udara.
Bila ada saliva berlendir dan tidak dapat dibersihkan dengan air, cetakan dapat
ditaburi bubuk atau adonan gips yang sangat encer. Sesudah itu bersihkan dengan
aliran air sampai semua lendir terbawa.
5.4 Disinfeksi Cetakan
Disinfeksi adalah penghancuran bakteri-bakteri patogenik dengan cara
pemberian langsung bahan-bahan kimia atau fisik, sedangkan disinfektan adalah
bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada
obyek mati.
Sebuah survei yang dilakukan di Hong Kong menunjukkan bahwa sodium
hipoklorit merupakan larutan disinfeksi bahan cetak yang paling banyak digunakan
dokter gigi swasta (73%), diikuti oleh glutaraldehid (15%), alkohol (8%), hidrogen
peroksida (4%), dan selebihnya menggunakan produk bermerk (8%).
Salah satu disinfektan yang tidak mahal namun efektif adalah sodium
hipoklorit, yang selama ini dikenal sebagai bahan pemutih. Hipoklorit telah terdaftar
oleh ADA sebagai disinfektan bahan cetakan. Selain itu sodium hipoklorit aman
digunakan dan bersifat bakterisid. Disinfektan ini dipakai dengan cara perendaman
selama 10 menit.
Sodium hipoklorit termasuk golongan halogenated yang oxygenating.
Larutan ini merupakan disinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada semua
bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Bahan tersebut bekerja cepat,
sangat efektif melawan HBV dan HIV.
5.5 Pemeliharaan Cetakan Alginat
Keburukan utama dari alginat adalah dimensinya tidak stabil waktu mengeras.
Cetakan alginat harus segera diisi dengan dental gipsum sesegera mungkin dan tidak
lebih dari 30 menit atau bila tidak cetakan akan menjadi tidak akurat dan perlu
dilakukan pencetakan ulang karena dimensi yang tepat telah hilang Jika masih ada
sisa air di permukaan cetakan atau cetakan terlalu lama direndam di dalam cairan

yang mengandung air selama lebih dari 10 menit, maka akan terjadi imbibisi yang
akan menyebabkan alginat mengembang. Sebaliknya, jika cetakan dibiarkan kering di
udara terbuka, akan terjadi penguapan air dengan akibat mengerutnya alginat. Untuk
mencegah hal-hal tersebut, letakkan cetakan dalam udara lembab, bungkus dengan
kain basah atau paling aman masukkan ke dalam humidor yang mempunyai
kelembaban atmosfir 100%.
Cetakan alginat ditutup secepat mungkin dengan kain lembab dan dimasukkan
ke dalam kantong plastik. Cetakan harus dicor dalam waktu 10 menit setelah cetakan
selesai. Selama cetakan menunggu untuk diisi, hendaknya tidak diletakkan bersandar
pada kelebihan alginat yang mengalir ke luar di tepi posterior sendok cetak karena
dapat menyebabkan perubahan bentuk.
6.Pengecoran
Dalam proses pengecoran, rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai
dengan petunjuk pabriknya. Adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang
rapuh. Sebaliknya, adonan yang terlalu kental akan menyebabkan ketidaktepatan
model karena distorsi alginat begitu gipsum dituang ke dalam cetakan. Penggetaran
berlebih juga dapat menyebabkan distorsi alginat.
Adanya eksudat mukus pada permukaan cetakan akan memperlambat reaksi
kimia pada model dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini dapat
dihindarkan dengan penggunaan larutan pengeras K2SO4 2%. Larutan ini berguna
mendapatkan permukaan halus dari model, mempercepat pengerasan bahan gipsum,
dan memperoleh konsistensi permukaan model yang lebih padat. Alginat masa kini
biasanya tidak perlu lagi direndam dalam larutan seperti ini.
Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi oleh gips tidak boleh lebih
dari 30 menit. Setelah cetakan diisi, sendok cetak harus diletakkan pada supporting
jig atau sendok bagian posterior diberi alas gulungan kapas supaya tidak terjadi
penekanan pada ujung alginat pada sendok.
7. Melepas Model dari Cetakan
Cara melepas model dari cetakan tergantung dari bahan cetak yang digunakan
karena tiap jenis bahan membutuhkan perlakuan khusus. Untuk alginat, segera setelah

gipsum mengeras, kurang lebih 30-60 menit, model harus segera dilepas dari cetakan
sehingga permukaan model akan tetap halus. Bila cetakan dibiarkan dan baru
besoknya dilepas, alginat biasanya mengerut dan keras, sehingga bagian-bagian halus
model bisa patah.
Karakteristik bahan cetak elastomerik
Bahan cetak
Bahan cetak
Polisulfid

Polieter

Keuntungan
-waktu kerja lama

Kerugian
-memerlukan sendok cetak

-ketahanan sobek tinggi

perorangan

-tepi-tepi mudah dibaca

-peregangan menyebabkan

-diisi dalam 1 jam

distorsi

-cepat mengeras

-hidrofobik
- keras

-memiliki rasa

-modulus elastisiti tinggi

-hidrofobik terendah

-menyerap air

-tepi-tepi mudah terbaca

-komponen dapat

-kestabilan baik

mengelupas

-pengisian dapat ditunda

-harga mahal

-waktu penyimpanan 2
Silikon kondensasi

tahun
-Bahan putty untuk sendok -pengerutan polimerisasi
cetak perorangan

tinggi

-waktu kerja baik

-produk samping menguap

-tepi-tepi mudah terbaca

-kekuatan sobek rendah

-harga sedang

-hidrofobik

Silikon adisi

-harus segera diisi


-Bahan putty untuk sendok -hidrofobik

(vinyl polysiloxane-putty

cetak perorangan

-putty dapat mendorong

wash)

-pengadukan otomatis

bahan wash

-stabil

-bahan wash memiliki

-pengisian dapat ditunda

daya sobek rendah

-tepinya mudah dilihat

-putty terlalu keras


-putty dan wash terpisah
-harga mahal

BAHAN DIE
1.

Pengertian Bahan yang digunakan

Gypsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia, yang
merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi, gypsum
yangdihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.
2H2O) murni.
Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model dimana prothesa
dan restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster di aduk dengan silika, dikenal
sebagai bahan tanam gigi. Bahan tanam gigi tersebut digunakan untuk membentuk
mold guna mengecor restorasi gigi dengan logam yang dicairkan. Gypsum sendiri
dapat dibagi menjadi dua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu : Plaster
dan dental stone. Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4)2. H2O atau CaSO4. H2O. Dental stone digunakan sebagai bahan
untuk membuat die atau studi model.
2.

Tujuan Penggunaan Bahan

Produk gypsum digunakan dalam di kedokteran gigi untuk membuat model studi dari
rongga mulut serta struktur maxilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan
laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan prothesa.
Penggunaaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas, Penggunaan bahan
tersebut dapat diperlihatkan dalam membuat model untuk gigi tiruan. Penggunaan
bahan tersebut dapat digunakan dalam membuat model untuk gigi tiruan, yang
terdapat campuran plaster di dalam kandungannya, plaster jenis lain yang dikenal
sebagai stone gigi, diaduk dengan air,dituang ke dalam cetakan, dan dibiarkan
mengeras, cetakan plaster yang mengeras tersebut berfungsi sebagai mold untuk
membentuk model positif, atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat
tanpa diperlukan kehadiran pasien.

3.

Perkembangan Bahan yang Digunakan

Berbagai jenis gypsum yang terdaftar oleh spesifikasi ADA No. 25, dan sifat-sifat
yang dihasilkannya.
a) Plaster cetak tipe I

Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk
mengatur waktu pengerasan dan expansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan
lagi untuk mencetak dalam kedokteran gigi, Karena telah digantikan dengan bahan
yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.
b) Plaster Model tipe II
Plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan untuk mengisi kuvet dalam
pembuatan prothesa bila expansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup,
sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi.

c) Dental stone tipe III

Yang juga biasa disebut sebagai stone kelas I atau Hydrocal memiliki nilai minimum
kekuatan tekan 20,7 Mpa (3000 psi) (tabel 1.1), tapi tidak melebihi 34,5 Mpa (5000
psi). Bahan ini digunakan untuk membuat model dalam proses pembuatan gigi tiruan
sebagian atau penuh yang cocok dengan jaringan lunak karena stone memiliki
kekerasan permukaan yang melebihi dental plaster juga kekuatan yang cukup
memadai untuk pembuatan gigi tiruan dan gigi tiruan akan lebih mudah dilepaskan
setelah diproses.
d) Dental stone tipe IV

Yang juga biasa disebut sebagai stone kelas II, densite,improved stone atau modified
-hemihidrat. Dental stone tipe IV utamanya digunakan untuk membuat model atau
die dalam pembuatan mahkota, jembatan dan inlay. Bahan ini digunakan karena
memiliki kekuatan yang tinggi dan kekerasan permukaan yang merupakan hal wajib
selama proses pembuatan die. Permukaan yang keras adalah hal yang penting untuk
dental stone yang digunakan pada pembuatan die, karena ruangan hasil preparasi
akan diisi dengan malam dan setelah itu di ukir sama rata dengan tepi dari die.
Digunakan alat yang tajam pada proses pengukiran; oleh karena itu stone harus tahan

terhadap abrasi. Dengan permukaan yang mengering lebih cepat, kekerasan


permukaan pun lebih meningkat dibandingkan dengan kekuatan tekan. Ini merupakan
keuntungan karena permukaan tahan terhadap abrasi, mengingat inti dari die adalah
kuat dan jarang rusak secara kebetulan.
e) Dental stone tipe V
Merupakan salah satu produk gipsum yang memiliki kekuatan tekan yang sangat
tinggi dibandingkan dengan dental stone tipe IV. Karena memiliki ekspansi setting
yang cukup tinggi sehingga penggunaannya lebih dikhususkan pada pembuatan inlay
logam, onlay, mahkota, dan gigi tiruan jembatan logam.
Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas respon untuk
memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang lebih tinggi dibanding
dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan paling banyak membutuhkan
biaya dibandingkan semua produk gips. (Hatrick dkk, 2003)

Tabel 1: Tabel perbandingan lima tipe gipsum. Sumber : Anusavice KJ.


Phillips Science Of Dental Material.

4.

Ed, 2003; hal 273.

Penggunaan Bahan dengan Baik dan Benar

Kriteria pemilihan produk gypsum tergantung pada penggunaannya serta sifat fisik
tertentu untuk penggunaan tertentu.
Tahap tahap pencampuran bubuk dental stone dengan air :
a. Menakar. Air dan bubuk harus diukur dengan benar dengan menggunakan
pengukur silinder untuk volume air dan timbangan untuk bubuk. Bubuk tidak
boleh diukur dengan menggunakan sendok takar, karena bentuk bubuk
bervariasi dari produk satu dengan produk lainnya dan tidak dibungkus
seragam. Bubuk akan menjadi lebih keras begitu kemasan tersisa tidak
digunakan. Bila kemasan dikocok, volume akan meningkat sebagai akibat
terjebaknya udara.
b. Pengadukan. Bila mengaduk dengan menggunakan tangan, rubber bowl harus

berbentuk parabolik, halus, dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki
bilah yang kaku serta pegangan yang nyaman dipegang. Terjebaknya udara
dalam adukan harus dihindari untuk mencegah poros yang dapat
menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Penggunaan
vibarator otomatis, dengan frekuensi tinggi dan amplitudo rendah akan
membantu. Air yang sudah diukur ditempatkan dalam rubber bowl, dan bubuk
yang sudah diukur ditaburkan ke dalam rubber bowl. Adukan kemudian
dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula ke dalam
rubber bowl untuk menjamin pembahasan semua bubuk serta memecahkan
endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai

diperoleh asukan yang halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu
pengadukan berarti mengurangi waktu kerja. Kebiasaan menambahkan air dan
bubuk berulang ulang untuk mencapai konsistensi yang tepat haruslah
dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam
massa adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu
penyebab utama ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum.
Metode yang paling disukai adalah menambahkan air yang sudah diukur
terlebih dahulu, diikuti dengan penambahan bertahap bubuk yang telah
ditimbang. Bubuk diaduk selama kurang lebih 15 menit dengan spatula,
diikuti pengadukan mekanik hampa udara selama 20 30 detik dengan mixer.
Dengan cara ini stone yang diaduk dengan tepat akan menghasilkan model
yang padat. Kekuatan dan kekerasan yang diperoleh dengan pengadukan
mekanik hampa udara biasanya melebihi dari pengadukan tangan selama 1
menit.
c. Penanganan Model. Model seharusnya mereproduksi secara akurat jaringan
mulut, dan adanya penyimpangan dari keakuratan yang diharapkan akan
menyebabkan prothesa yang tidak tepat posisinya, oleh karena itu model
harus ditangani dengan cermat. Setelah reaksi pengerasan dari model telah
sempurna, dimensinya akan relatif konstan.
5. Penentuan keberhasilan bahan yang dipergunakan
Campuran dental stone memerlukan waktu tertentu untuk setting yang sempurna.
Bubuk dicampur dengan air, dan waktu antara mulai pengadukan sampai bahan
mengeras dikenal sebagai waktu setting.
Waktu setting dental stone juga dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
a. Ketidakmurnian. Bila proses kristalisasi tidak sempurna sehingga tetap
terdapat partikel gipsum, atau bila pabrik menambahkan gipsum, waktu
pengerasan akan diperpendek karena peningkatan dalam potensi nukleus
kristalisasi. Bila ortombik anhidrit juga ada, periode induksi akan
ditingkatkan; proses tersebut dapat berkurang bila terdapat heksagonal
anhidrat.

b. Kehalusan. Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat adukan


mengeras; khususnya bila produk tersebut telah digiling selama proses
pembuatan. Tidak hanya kecepatan kelarutan hemihidrat menjadi meningkat,
tetapi juga nukleus gipsum lebih banyak, karena itu kecepatan kristalisasi
terjadi lebih cepat.
c. Perbandingan antara air dan bubuk dental stone. Penggunaan air yang

berlebihan dapat menyebabkan inti kristalisasi menjadi lebih sedikit sehingga


waktu setting menjadi lebih lama.
d. Pencampuran. Kristal dari gipsum akan terbentuk dengan segera sesaat setelah

bercampur dengan air. Saat pencampuran dimulai, pembetukan kristal akan


meningkat. Jadi waktu setting menurun.
Pencampuran Secara manual :

Air dimasukkan terlebih dahulu ke dalam Rubber atau plastic bowl kurang

lebih hingga 130mm.

Setelah itu, masukkan bubuk gypsum ke dalam nya secara perlahan

Diamkan selama 20 detik

Aduklah dengan spatula berbentuk round-edge yanglebarnya sekitar 20-25mm

dan panjangnya 100mm

Aduklah selama 1 menit (2 putaran/detik) hingga halus,homogen, dan

permukaan nya mengkilap

Jika hasil porus, dapat ditanggulangi dengan menggunakanvibrasi yang

gunanya membantu mengalirkan adonan kedalam cetakan dan mengeluarkan


gelembung udara
e. Suhu. Efek suhu terhadap waktu setting tidak menentu dan berubah-ubah dari

satu dental stone dengan yang lain, perubahan kecil yang terjadi antara 0 C
(32 F) dan 50 C (120 F). Jika suhu air pada pencampuran dengan dental
stone melebihi 50 C, secara berangsur angsur akan melambat. Jika suhu
mendekati 100 C (212 F), tidak ada reaksi yang terjadi. Pada kisaran suhu
tertinggi (50 C - 100 C), reaksi 2 yang terjadi adalah kebalikannya, dengan
kecenderungan kristal gipsum yang terbentuk berubah kembali menjadi
hemihidrat.

f. Retarder dan akselerator. Hal paling efektif dalam mengontrol waktu setting

dental stone adalah dengan memberikan bahan kimia pada pencampuran


dental stone. Jika bahan kimia yang ditambahkan menurunkan waktu setting,
itu disebut akselerator, jika meningkatkan waktu setting maka itu disebut
retarder. Retarder umumnya bekerja dengan membentuk lapisan penyerap
hemihidrat untuk mengurangi kelarutan dan menghambat pertumbuhan
Kristal-kristal gypsum yang ada.
Setting time adalah waktu yang diperlukan stone untuk menjadi keras dan dihitung
sejak stone kontak dengan air.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut:
Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu
campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke
dalam cetakan. secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya
kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak
dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi

secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi


dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan
belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas
dari cetakan tanpa distorsi atau patah.

Menurut Craig dkk (1987) dental stone mempunyai sifat mekanis, antara lain :
Compressive strength (kekuatan tekan hancur)
kekuatan stone berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa stone. Partikel
dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit
jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris.
Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat stone dikeluarkan dari bahan cetak.
Karena tidak adanya sifat lentur pada stone, model akan cenderung patah. Daya

rentang dental stone dua kali lebih besar dari pada plaster of paris baik dalam keadaan
basah maupun kering.
Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan

daya tahan abrasi).


Kekerasan permukaan stone berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. daya tahan
abrasi meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap
abrasi maksimal didapat pada saat gips mencapai daya strength. Dental stone
merupakan stone yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.
GIGI TIRUAN CEKAT JEMBATAN DENGAN PORSELEN
Melapisi logam dengan bahan keramik merupakan suatu pekerjaan yang sudah
dilakukan sejak zaman dulu. Penerapan teknik pelapisan logam dengan porselen
dalam kedokteran gigi sudah dimulai sejak tahun 1887. Bahkan dewasa ini ada
kecenderungan untuk memilih restorasi tersebut untuk hampir semua kasus. Pilihan
tersebut di atas dapat dimengerti oleh karena preparasinya sederhana, pencetakan
yang mudah, dan hasil estetik yang begitu memuaskan pemakai jika dibuat dengan
baik.
A. DEFINISI MAHKOTA LOGAM BERLAPIS PORSELEN
Mahkota berlapis adalah suatu mahkota penuh dari logam yang bagian bukal atau
labialnya dan sedikit proksimal dilapisi dengan bahan yang menyamai jaringan
gigi. Mahkota logam yang di lapisi porselen untuk keperluan estetik, merupakan
suatu restorasi gigi yang memadukan kekuatan dan ketepatan dari mahkota logam
coran dengan estetika yang diperoleh dari bahan poerselen.
Mahkota logam yang dilapisi porselen atau Porcelain fused to metals (PFM)
dalam literasi yang lain disebut sebagai metals bonded restorations. PFM adalah
bangunan prostetik yang mampu mengikat keramik dengan ikatan kimiawi dari
hasil difusi lapisan tipis oksida antara logam paduan dengan keramik. Tujuan
utama menggunakan PFM adalah estetika. PFM terdiri dari 3 substansi yang
saling berikatan secara kimiawi yaitu logam, lapisan tipis oksida, dan keramik
atau porcelain.

PFM merupakan suatu alloy yang dilakukan coating dengan porcelain. Alloy
merupakan bahan yang digunakan untuk bangunan prostetik yang mampu
mengikat ceramic dengan ikatan kimia dari lapisan tipis antara alloy dengan
ceramic. Kemampuan ikatan antara alloy dengan ceramic dapat menghasilkan
teknologi restorasi untuk membuat mahkota, gigi tiruan cekat, dan protesa.
B.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

INDIKASI

1. Cetakan single anterior dan posterior crown


2. Jembatan antar gigi anterior dan posterior (panjang dan pendek)
3. Pada gigi vital yang memerlukan pemahkotaan lapisan estetik, asal saja
setelah di preparasi masih tertinggal lapisan dentin yang cukup tebal untuk
melindungi pulapa.
4. Pada gigi non vital yang akarnya masih cukup kuat untuk dibuat pasak berikut
intinya.
5. Memerlukan retensi maksimal
6. Harus tahan daya dan kikisan kunyah
7. Memenuhi syarat syarat estetik

KONTRAINDIKASI
1.

Pada gigi yang tipis dan kecil, oleh karena bahan porselen

memerlukan ketebalan untuk kekuatannya. Ketebalan yang diperlukan


tersebut biasanya tidak dapat diberikan oleh gigi-gigi yang tipis dalam ukuran
labio lingual, tanpa membahayakan vitalitas pulpa.
2.

Pada gigi gigi yang mahkota klinisnya pendek, mahkota ini

merupakan kontraindikasi, karena gigi tersebut tidak dapat memberikan


dukungan kepada mahkota di bagian incisal dan lingual.

3.

Pada gigi yang beroklusi edge to edge atau dimana gigi lawan (bawah)

menggigit mahkotanya pada daerah linguo-servikal


C. BAHAN PORSELEN
Bahan porselen sejak lama telah dikenal sebagai bahan yang dapat dipakai
sebagai pengganti gigi.

KELEBIHAN PORSELEN

1. Nilai estetis sangat baik


2. Tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap jaringan lunak di mulut
3. Warna stabil dalam cairan mulut
4. Sesuai untuk membuat mahkota jaket dan lapisan estetik, untuk mahkota
berlapis dan pontik-pontik jembatan

KEKURANGAN PORSELEN

1. Merupakan bahan yang sangat rapuh

KOMPOSISI PORSELEN

Porselen tersedia dalam bentuk bubuk porselen yang halus. Bubuk porselen terdiri
dari :
1. Feldspar
Sejenis

mineral

yang

mengandung

unsur-unsur

Kalium,

Natrium,

Alumunium, dan Silikat. Jika Feldspar dibakar akan meleleh menjadi bahan
bening membentuk matriks bagi Kaolin dan Quartz.
2. Pigmen
Bahan ini ditambahkan kepada bubukan untuk member warna pada porselen
supaya sesuai dengan warna gigi.

3. Flux
Penambahan ini untuk menambah kelelehan/kecairan, merendahkan suhu
leleh, menyerap bahan-bahan pencemar yang tidak dikehendaki.
PEMBAGIAN PORSELEN MENURUT PENGGUNAANNYA
Menurut penggunaanya terdapat tiga macam porselen yaitu :
1. Porselen yang dipakai untuk membuat gigi tiruan (gigi protesa)
2. Porselen untuk membuat mahkota jaket
3. Porselen untuk melapisi logam
D.

JENIS-JENIS PFM ( porcelains fused to metals )

Banyak macam alloy yang mengandung logam mulia (noble metal ) maupun yang
terdiri dari logam logam tidak mulia (base metal ) telah dipakai untuk membuat
restorasi gabungan logam porselen.
1. High noble alloy
Terdiri dari 60% logam mulia (merupakan kombinasi dari emas, paladium dan
perak) dengan berat emas minimal 40%. High noble alloy mengandung sejumlah
timah, indium dan besi yang biasanya digunakan untuk pembentukan lapisan
oksida agar bisa berikatan kimia dengan porselin. High noble alloy biasanya
berwarna kuning atau putih, memiliki kekakuan yang rendah. High noble alloy di
bagi menjadi tiga bagian :
a. Gold Platinum alloy
Gold Platinum alloy dapat digunakan untuk casting penuh serta logamkeramik restorasi. Lebih rentan terhadap kendur, mereka harus terbatas pada
jembatan rentang pendek. Komposisi dari Gold Platinum alloy adalah Emas
85%; Platinum 12%; Seng 1%; perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi
(dalam beberapa merek).

b. Gold-Palladium alloy
Dapat digunakan untuk casting penuh atau logam-keramik restorasi. GoldPaladium memiliki suhu leleh tinggi. Komposisi dari gold-paladium
mengurangi kecenderungan casting meleleh selama pembakaran porselen.
Gold-palladium biasanya mengandung indium, timah atau galium untuk
pembentuk lapisan oksida. Komposisinya adalah Emas 52%; Palladium 38%;
indium 8,5%; Perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa
merek).
c. Gold-copper-silver-palladium alloy
Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik lebur yang rendah dan tidak
digunakan untuk aplikasi logam-keramik. Gold-copper-silver-palladium alloy
mengandung perak yang dapat menyebabkan penampilan hijau di porselen
dan tembaga yang cenderung penyebab melelehnya selama pemrosesan
porselen. Komposisinya adalah Emas 72%; Tembaga 10%; Perak 14%;
Palladium 3%.
2. Noble alloy mengandung setidaknya 25% berat logam mulia. Terdiri dari
emas, paladium atau perak. Noble alloy adalah kelompok yang paling
beragam. Noble alloy memiliki kekuatan, daya tahan serta kekerasan yang
relatif tinggi. Noble alloy berwarna kuning atau berwarna putih.
a. Gold-copper-silver-palladium alloy
Gold-copper-silver-palladium alloy termasuk dalam kategori mulia tinggi.
Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik leleh yang cukup rendah.
Gold-copper-silver-palladium alloy lebih sering digunakan untuk restorasi
cor penuh ketimbang aplikasi PFM. Komposisinya adalah emas 45%;
Tembaga 15%; Perak 25%; Palladium 5%.
b. Palladium-copper-gallium alloy

Palladium-copper-gallium alloy mengandung tembaga dan kadang-kadang


cenderung kendur selama pembakaran porselen. Galium ditambahkan untuk
mengurangi

suhu

leleh

dari Palladium-copper-gallium

alloy

secara

keseluruhan. Komposisinya adalah Palladium 79%; Tembaga 7%; Gallium


6%.
c. Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy
Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy lebih rentan terhadap korosi. Di
sisi lain, mereka memiliki resistensi yang tinggi terhadap kendur selama
pembakaran porselen dan sangat kaku, sehingga baik untuk bentang
panjang.Palladium-Silver and Silver-Palladium juga lebih castable, lebih
mudah untuk solder dan mudah untuk bekerja dengan dari paduan logam
dasar.Komposisinya meliputi Palladium 61%; perak 24%, Timah (dalam
beberapa formula). Komposisi pendukung adalah Perak 66%; Palladium
23%.
3. Base metal alloy
Telah ada sejak tahun 1970-an. Base metal alloy mengandung logam mulia
kurang dari 25%, tetapi dalam kenyataannya sebagian besar tidak mengandung
logam mulia sama sekali. Base metal alloy dapat digunakan untuk casting penuh
atau restorasi PFM serta untuk kerangka gigi tiruan sebagian. Base metal alloy
jauh lebih keras, kuat. Base metal alloy memiliki ketahanan yang sangat baik.
Nikel dan Berilium merupakan unsur yang paling umum digunakan untuk
logam dasar ini dapat menyebabkan reaksi alergi ketika kontak dengan gingiva.
Karena banyak perempuan (dan sekarang laki-laki) telah peka terhadap logam ini
dengan mengenakan perhiasan menusuk kulit murah, mahkota dan jembatan
yang terbuat dari paduan ini telah diketahui menyebabkan perubahan warna
gingiva, pembengkakan dan kemerahan pada individu. Namun reaksi alergi
hanya berefek pada gusi tidak untuk sistemik atau menyeluruh. Reaksi alergi
tampaknya terbatas untuk peralatan tetap (mahkota dan jembatan). Logam nikel

jarang dapat menyebabkan dermatitis apabila hanya digunakan untuk kerangka


gigi tiruan lepasan sebagian. Asupan nikel dan berilium yang sangat tinggi
bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Base metal alloy dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Nickel-chromium alloy
60% adalah nikel 0,1 % karbon sebagai pengeras. Cobalt-chromium alloy
biasanya digunakan sebagai kerangka gigi tiruan sebagian lepasan.
b. Cobalt-kromium alloy
Cobalt-chromium alloy dapat digunakan untuk fabrikasi Kerangka PFM.
Masalah utama adalah sulitnya bekerja dengan cobalt-chromium terutama
pada titik leleh yang tinggi yang menyebabkan harusnya menggunakan
peralatan yang khusus. Kekerasannya yang rendah menyulitkan kita pada
saat memoles.
Logam logam paduan untuk keperluan pembuatan mahkota berlapis
porselen sekarang lazim disebut alloy porselen ( porcelain alloys ). Alloy
poselen yang mengandung emas ternyata mengadakan kaitan (bond ) yang
lebih kuat dengan porselen dibandingkan dengan alloy porselen yang tidak
mengandung logam mulia seperti alloy chrom. Hampir semua mahkota
berlapis porselen dibuat dari alloy porselen yang tidak mengandung logam
mulia oleh karena harganya yang jauh lebih murah, yaitu dari harga alloy
porselen yang mengandung emas.
D. SYARAT PORCELAIN FUSED TO METAL (PFM)
1. Melting temperature alloy harus lebih tinggi daripada firing temperature
porselin. Serta memiliki fusion temperature yang tinggi.
2. Metal memiliki koefisien ekspansi termal (CTE) yang kompatibel dengan
porselin.

3. Metal mampu menahan deformasi saat porcelin mencapai firing temperature


(jika tidak kemungkinan akan menyebabkan fraktur).
4. Memiliki stiffness atau tingkat kekakuan yang tinggi (adanya flexing dari alloy
dapat menyebabkan porselin fraktur).
5. Metal berpotensi untuk mengikat porselin dengan kuat.
6. Tidak boleh ter-discoloration
7. Bahan-bahan yang digunakan dalam Porcelain Fused to Metal (PFM) harus
biokompatibel dengan jaringan rongga mulut.
PFM dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan komposisi logam campur, yaitu
a. High-Noble Alloy
b. Noble Alloy
c. Base Metal Alloy
Dari ketiga jenis alloy tersebut, masing-masing jenis memiliki karakteristik masingmasing, yaitu:
High-Noble Alloy

Noble Alloy

Base Metal Alloy

Warna

Dari putih ke
keemasan tergantung
pada kandungan
emas.

Putih

Putih

Melting Range

1149-1304 derajat C

1155 1304 derajat C

1155 1304 derajat


celcius

Density

13,5 18,3 gr/cm3

10,5 11,5 gr/cm3

7,8 8,4 gr/cm3

Castability

Mudah untuk di cast

Tidak semudah high


noble alloy

Sensistif pada teknik


yang ekstrem

Hardness

182 220 VHN

189 270 VHN

175 360 VHN

Yield Strength

450 572 Mpa

462 685 Mpa

310 -828 Mpa

Percent elongation

5 20 %

10 34 %

10 28 %

Porcelain bonding

Lapisan oksida
membantu

Membantu perlekatan
dengan porcelin

Membentuk lapisan
oksida adekuat yang

pembentukan ikatan
kimia.

bersama dengan unsur


base metal alloy (Sn,
In, dll)

merupakan kunci
perlekatan porcelain

Sag resistance

Tahan hingga suhu


lebih dari 950 derajat
celsius

Tahan hingga suhu


lebih dari 950 derajat
Celsius

Sangat tidak stabil


pada firing
temperature dari
porcelain

Tarnish and
corrosion

Adaftif terhadap
rongga mulut,
sehingga tidak mudah
mengalami tarnish

Adaftif terhadap
rongga mulut, sehingga
tidak mudah
mengalami tarnish

Sangat tahan terhadap


tarnish dan korosi

Biocompatibility

Aman bagi
lingkungan rongga
mulut

Sangat aman dan


biokompatible dengan
lingkungan rongga
mulut.

Nikel yang
terkandung dalam
base metal alloy dapat
memicu reaksi alergi
pada beberapa orang.

Scrap value

Baik.

Baik

Buruk

E. MEKANISME PERLEKATAN
Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi
PFM adalah adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini , porselen
akan cepat rusak didalam mulut karna rapuh. Sehingga ikatan yang baik antara
porselen dan logam adalah sangat di perlukan. Beberapa faktor yang mengontrol
perikatan metal-keramik adalah: pembentukan ikatan kimia yang kuat, mekanik
interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa.
Teori ikatan logam-keramik dahulunya dibagi menjadi dua kelompok:
1. Ikatan kimia melalui permukaan logam-porselen.
Antara permukaan porselen dan metal terdapat pelekat berupa lapisan oksida yang
penting untuk menghasilkan ikatan yang baik. Pada base metal melalui choramic
oxide sedangkan pada nobel metal melalui tin oxide dan iridium oxside.

2. Penguncian mekanis antara porselen dan logam.


Antara permukaan porselin dan metal terdapat nodul-nodul.

Walaupun ikatan kimia umumnya dianggap berperan pada perlekatan logamporselen, bukti yang ada menunjukan bahwa untuk sebagian sistem kecil, mekanis
interlocking memberikan ikatan utama.
Pembentukan oksida pada permukaan logam berperan pada pembentukan ikatan
yang kuat. Logam mulia yang tahan terhadap oksidasi harus di tambahkan elemenelemen yang mudah teroksidasi seperti irdium dan timah. Logam paduan dasar
mengandung unsur-unsur seperti nikel, krom dan berilium yang mudah
membentuk oksida selama degassing sehingga harus diperhatikan untuk
menghindari pembentukan oksida yang terlalu tebal.
Secara teoritis dan praktis, kekasaran, atau topography dari permukaan keramikmetal mempunyai peranan penting dalam perikatan. Ceramik menembus
kepermukaan logam kasar sehingga dapat terjadi mekanik interlocking dengan
logam yang meningkatkan perikatan. Perluasan daerah dengan permukaan kasar
juga menyediakan lebih banyak ruang untuk terbentuknya ikatan kimia. Namun
permukaan kasar juga dapat mengurangi perikatan jika keramik tidak menembus
sampai permukaan dan terdapat ronggapada permukaan.
Sisa tegangan tinggi antara logam dan seramik dapat menyebabkan kegagalan.
Jika logam dan keramik memiliki koefisien ekspansi termal yang berbeda, kedua
bahan akan kontrak pada tingkat yang berbeda selama pendinginan dan akan
terbentuk tegangan sisa yang kuat diseluruh permukaan. Jika tegangan cukup kuat
keramik pada restorasi akan retak atau terpisah dari logam. Bahkan jika tekanan

kurang kuat dan tidak menyebabkan kegagalan langsung, masih dapat


melemahkan ikatan.
Untuk menghindari masalah ini keramik dan logam diformulasikan untuk
memiliki koefisien ekspansi termal yang cocok. Kebanyakan porselin memiliki
koefisien ekspansi termal antara 13,0 dan 14,0 x 10-6oC, logam memiliki koefisien
termal antara 13,5 dan 14,5 x 10-6oC. Perbedaan 0,5 x 10-6oC dalam ekspansi termal
antara logam dan keramik menyebabkan logam lebih sedikit berkontak dengan
keramik selama pendinginan setelah firing.

F. KOMPOSISI
Sampel presentase komposisi dari porcelain powder for metal ceramics
Kandungan

Dentin porcelain

Enamel porcelain

Silica (SiO2)

59.2

63.5

Alumina (Al2O2)

18.5

18.9

Soda (Na2O)

4.8

5.0

Potash (K2O)

11.8

2.3

Boric oxide (B2O3)

4.6

0.12

Zinc oxide (ZnO)

0.58

0.11

Zirconium oxide (ZrO2)

0.39

0.13

G. TEKNIK DALAM PEMBUATAN GIGITIRUAN MAHKOTA LOGAM


BERLAPIS PORSELEN
1. Setelah mendapatkan metal coping, diberi lapisan tipis opaque porcelain.
2. Dentin powder dicampur mengunakan air yang terdestilasi, dicampur
menggunakan spatula kaca. Sebagian besar dari gigi terbentuk oleh dentin.
Bagian dari dentin, daerah incisal, dikurangi kemudian ditambahkan dengan
enamel porcelain. Setelah terbentuk dan reaksi kondensasi berakhir, cetakan
dari dentin dan enamel siap untuk dilebur
3. Drying
Restorasi diletakkan di dalam preheated porcelain furnace terbuka selama 5 8
menit.
4. Pembakaran/Firing/Sintering
Proses dari sintering dan penggabungan dari partikel dari massa kondensasi
disebut sebagai firing. Bubuk partikel mengalir dan mengalami fusi selama
proses firing. Membuat restorasi menjadi padat dan kuat. Proses firing berakhir
di tungku pembakaran porselin. Hal-hal yang berkaitan dengan firing antara lain:

Tungku pembakaran porselin tempat berlangsungnya proses firing. Banyak


perusahaan yang memproduksi tungku pembakaran ini. Tungku pembakaran
modern dikendalikan oleh komputer yang dilengkapi dengan sekumpulan
program yang berfungsi untuk mengontrol siklus firing.

Siklus firing Keseluran tahapan yang terlibat dalam firing disebutt siklus
firing.

Preheating Massa yang terkondensasi tidak boleh diletakkan berdekatan


dengan tungku pembakaran.

Vacuum firing Selama proses firing pada porselin berlangsung, sebuah alat
vakum dengan tekanan negatif diletakkan pada tungku pembakaran. Alat
vakum berfungsi untuk menurunkan porositas pada keramik.

5. Glazing
Sebelum glazing final, restorasi dicobakan ke mulut pasien oleh dokter gigi.
Bagian oklusi di diperiksa dan sisesuaikan dengan menggunakan metode
grinding. Perubahan atau penyesuaian akhir dilakukan oleh dokter gigi untuk
membentuk restorasi.
Restorasi yang telah dibentuk, siap untuk tahap akhir, yaitu glazing. Glazing
adalah sebuah proses dimana restorasi dibakar pada suhu tinggi untuk memberi
permukaan yang halus dan berkilau.
Beberapa tujuan dari glazing antara lain:

Meningkatkan aspek estetika

Meningkatkan aspek higienitas

Meningkatkan kekuatan restorasi. Porcelain atau restorasi yang mengalami


proses glazing jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan ceramic yang tidak
mengalami proses glazing. Proses glazing juga mencegah kemungkinan
terjadinya keretakan.

6. Cooling/pendinginan
Proses pendinginan dari porselin yang telah dibakar harus dikontrol. Proses
pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan keretakan pada restorasi atau
dapat memicu tekanan di dalam restorasi yang akan melemahkan restorasi
tersebut.
H. Bahan Semen Porcelain Fused to Metal

Dalam proses perawatan, GTC perlu dilekatkan ke gigi penyangga di sebelahmenyebelahnya secara tetap dengan bantuan semen. Dalam proses penyemenan suatu
GTC terhadap gigi penyangga, perlekatan terjadi antara bahan semen dengan
permukaan jaringan dentin dari gigi penyangga dan permukaan lapisan logam dari
konstruksi GTC. Menyadari bahwa semen merupakan bagian yang paling lemah
dalam konstruksi GTC, maka secara klinis manipulasinya harus dilakukan dengan
teliti dan rapi sesuai dengan aturan pakai. Semen untuk GTC yang sering
digunakan adalah semen dari bahan glass ionomer. Semen glass ionomer dapat dibagi
menjadi dua tipe yaitu tipe 1, digunakan sebagai perekat bahan restorasi (luting
semen) dan tipe 2 sebagai bahan restorasi. Perlekatan semen glass ionomer
didasarkan pada kemampuannya untuk berikatan secara adhesi terhadap dentin,
enamel, dan logam. Mekanisme perlekatan semen glass ionomer pada gigi yaitu oleh
karena adanya pertukaran ion kalsium dalam dentin gigi dengan ion karboksilat
dalam semen. Selain berlekatan dengan dentin, dalam sebuah konstruksi GTC semen
juga berlekatan dengan logam yang merupakan bagian dari GTC tersebut. Perlekatan
antara semen dengan logam ini lebih merupakan suatu perlekatan mekanik yang
diperoleh dari kekasaran permukaan dalam GTC. Saat ini, di pasaran terdapat semen
glass ionomer yang berbentuk dua buah pasta disamping semen glass ionomer yang
berbentuk bubuk-cairan.
I. Teknik Penyemenan GTC Pocelain Fused to Metal
Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apabila
tidak ada maka dapat dilakukan penyemenan permanen dengan semen glass ionomer
tipe I.
A. GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan
dipasang GTC juga dikeringkan
B. Semen diaduk untuk mendapatkan konsistensi yang baik untuk
penyemenan, kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan pada
bagian dalam dari GTC

C. GTC dipasang dengan tekanan yang maksimal, gulungan kapas


diletakkan di atas GTC dan pasien disuruh menggigit beberapa menit
D. Dilakukan pemeriksaan oklusi dan estetis
E. Instruksikan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan

diminta untuk tidak makan dan menggigit makanan yang keras dahulu.
Bila ada keluhan rasa sakit segera control ke dokter gigi.

DAFTAR RUJUKAN

1. drg. P. Martanto. Ilmu Mahkota dan Jembatan. Jilid II. Penerbit Alumni.

1982.
2. DN Allan. PC Foreman, Crown and Bridge Prostodontics An Illustrated
Handbook. 1986.
3. Prof. drg. H.R. Prajitno. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. EGC, 1991.

Anda mungkin juga menyukai