GTC Jembatan Porselen
GTC Jembatan Porselen
Oleh:
Nidya Prettysia Sembiring (127160002)
Ari Onasis (127160004)
Veronica Angelia (127160006)
Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Medan
2012
Pemicu 4
Nama Pemicu : Pembuatan dan Perekatan Gigi Tiruan Cekat Jembatan dengan
Porselen
Penyusun
: Sumadhi S. drg. PhD
Hari/Tanggal : Rabu, 14 November 2012
Jam
: 10.00-11.40 wib
Pasien wanita, Ice, 35 tahun datang ke praktek dengan tidak mempunyai gigi 11 dan
21 lagi. Beliau ingin dibuatkan gigitiruan yang tidak perlu dibukanya selama
pemakaian. Dokter berkesimpulan bahwa pasien ini harus dibuatkan gigitiruan cekat
jembatan dengan bagian depannya berbahan porselen.
Ruang lingkup pembelajaran : Bahan cetak, cetakan, bahan die, bahan-bahan
metal fused to porcelain, dental cement.
Produk :
Diskusikan kasus pemicu 4 tersebut dan buat laporan kelompok mengenai :
1. Penentuan bahan-bahan yang harus dipergunakan pada kasus ini
2. Pertimbangan penentuan bahan-bahan yang dipergunakan tersebut
3. Teknik-teknik yang dipergunakan dalam pembuatan gigi tiruan tersebut.
Sidang Pleno :
- Sidang pleno akan dilaksanakan pada hari Rabu 21 November 2012 (atau
ditentukan kemudian), jam 10.00-11.40
- Peserta mempresentasikan hasil diskusi pemicu 4 (10-15 menit)
- Pada akhir sidang pleno akan ada umpan balik dari nara sumber (10-15 menit)
- Hasil diskusi dalam sidang pleno dibuat penyempurnaan oleh peserta dan
dikumpulkan paling lambat 3 (tiga) hari setelah jadwal diskusi yaitu tanggal 24
November 2012
Sumber pembelajaran :
1. Ferracane JL : Materials in Dentistry, Principles and Applications, 2nd ed.
Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001.
2. Anusavice KJ. Phillips Science of Dental Materials, 7th ed, WB Saunders Co,
Philadelphia, 2003.
3. Van Noort : Introduction To Dental Materials, 3rd ed. Mosby Elsevier,
Edinburgh, 2007.
4. Paper d.l.l
Learning issue
Pembahasan
Pasien wanita tidak mempunyai gigi 11 dan 21
Ingin dibuatkan gigitiruan yang tidak perlu dibukanya selama pemakaian
Kesimpulan kasus tersebut bahwa pasien ini harus dibuatkan gigitiruan cekat
jembatan dengan bagian depannya berbahan porselen.
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, dokter gigi perlu
membuat tiruan dari jaringan intra oral pasien. Membuat cor atau model adalah tahap
penting dalam sejumlah prosedur. Berbagai jenis cor dan model dapat dibuat dari
produk gips dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat
dari gips. Pada cetakan gipsum inilah dokter gigi merancang dan membuat kontruksi
untuk protesa cekat. Jadi, hasil cor harus secara akurat mewakili struktur mulut.
Karakteristik Bahan Cetak
Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk
membuat tiruan dari jaringan oral dan ekstraoral harus memenuhi beberapa kriteria,
yaitu (1) bahan tersebut dapat beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental
untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke dalam mulut,
(2) bahan tersebut harus berubah atau mengeras menjadi padat menyerupai karet
dalam waktu tertentu selama di dalam mulut, dan (3) cetakan yang mengeras harus
tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut.1
mekanisme
pengerasan
Reaksi kimia
Hidrokoloid alginat
(irreversibel)
Perubahan temperatur
-silikon adisi
Agar hidrokoloid
(reversibel)
Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika stuktur
oral yang ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis. Berdasarkan
cara mengerasnya, bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi ireversibel atau
reversibel. Ireversibel berarti bahan tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula
karena telah terjadi reaksi kimia, sedangkan reversibel berarti bahan tersebut dapat
melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena tidak terjadi
perubahan kimia. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau perubahan
polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis atau non-elastis. Bahan cetak
elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak rongga mulut,
sedangkan bahan cetak non-elastis harus dipatahkan atau diubah bentuknya terlebih
dahulu untuk kemudian dikeluarkan melalui undercut.1
A. Bahan Cetak Non-Elastis
1. Plaster of paris
Sekarang Gips Paris jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer
telah tersedia, tetapi dapat digunakan sebagai bahan untuk membersihkan cetakan
edentulous. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah daripada bengkok. Bahan
ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, dan karena itu paling cocok
digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung
kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu
pengerasan.
2. Oksida Seng Eugenol (OSE)
Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini
lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai
undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk
gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. OSE
juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompound pada sendok
cetak atau pada sendok cetak individual akrilik.6
3. Kompound
Ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan
dalam uap air dengan suhu 55-700C.Terdapat dua jenis kompound yang ditentukan
oleh ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi
sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompound dapat dipakai untuk
pencetakan mahkota penuh (tipe I), cetakan rahang edentulous sebagian atau
seluruhnya (tipe I), dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir
dibuat dengan menggunakan bahan lainnya (tipe II). Kompound tidak dapat
digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat elastic.1
B. Bahan Cetak Elastis
1. Hidrokoloid Reversible (Agar)
Hidrokoloid reversible adalah bahan cetak yang paling akurat. Bahan ini memiliki
riwayat keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigi tiruan tunggal dan
gigi tiruan cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi.1
2. Hidrokoloid Irreversible (Alginat)
Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran
gigi. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan untuk gigi tiruan sebagian lepasan,
cetakan pendahuluan untuk gigitiruan penuh, ortodontik, dan model studi. Bahan ini
tidak cukup akurat untuk cetakan gigitiruan sebagian cekat.1
3. Elastomer
Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan
silikon adisi. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan
baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang berpolimerisasi
dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat
padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok
untuk berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya,
serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan mengeras, sehingga
cocok untuk hampir semua teknik.
Dalam kasus ini bahan cetak dapat digunakan yaitu alginat sebagai bahan cetak
anatomis dan silikon adisi (vinyl polysiloxane-putty wash) sebagai bahan cetak
fisiologis.
Hidrokoloid Irreversible (Alginat)
1. Penggunaan Alginat dalam Kedokteran Gigi
Garam asam alginat yang diperoleh dari rumput laut jika dicampur dengan air
dalam proporsi yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel, yakni suatu gel
yang dipergunakan dalam pencetakan gigi-geligi.1
Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran
gigi. Hal ini dikarenakan kemudahan penggunaannya, harga yang relatif murah,
proses pengerasan yang cepat, serta keakuratan yang memuaskan.
Alginat dipakai menurut viskositasnya. Pada pembuatan geligitiruan lengkap,
jenis kekentalan tinggi dianjurkan untuk pembuatan cetakan pendahuluan karena
derajat kecermatan model yang dihasilkan tidak dituntut setinggi seperti yang
diperlukan bagi model kerja yang akan digunakan untuk membuat geligitiruan atau
sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat seakurat mungkin
bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu alginat juga dipakai
untuk pencetakan pada pembuatan geligitiruan sebagian lepasan, alat ortodontik, dan
model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat untuk pembuatan mahkota dan
jembatan.
2. Komposisi Alginat
Komposisi bahan cetak alginat, fungsi, dan persentase berat dari masing-masing
komponen ditunjukkan pada tabel yang diberikan berikut ini.
TABEL 2. Formula komponen bubuk bahan cetak alginat
Komponen
Fungsi
Persentase
Berat
Reaktan
12-15
Reaktan
8-12
Sodium fosfat
Retarder
70
~10
Estetik
Sedikit
rd
ed. Chicago:
3. Proses Gelasi
Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta.
Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting.
Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan
waktu pengerjaan yang adekuat.
2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4
Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi
dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air
akan membentuk gel:
H2O
(gel)
pemakaian rutin.
Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu
gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan
menyebabkan stres internal pada alginat
4. Penyimpanan
Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara merupakan
faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan
yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam
perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau
mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin dan
kering.
Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual dengan
berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah
besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi
kontaminasi selama penyimpanan dan perbandingan air dengan bubuk lebih terjamin
karena dilengkapi dengan takaran plastik untuk mengukur banyaknya air.
5. Stabilitas Dimensi
5.1 Manipulasi
Suhu air mempengaruhi waktu pengerasan alginat. Penambahan air dingin
meningkatkan waktu kerja dan waktu setting.
Rasio bubuk-air dan waktu pengadukan dengan sendirinya mempengaruhi
hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan
kekuatan, mengurangi waktu kerja, waktu setting, dan fleksibilitas. Pengadukan yang
tidak adekuat tidak mencetak secara detail dan menghasilkan campuran yang berbutir
karena tidak tercampur dengan sempurna sehingga reaksi kimia berlangsung secara
tidak seragam di massa adukan. Pada penempatan alginat ke dalam sendok cetak,
usahakan jangan sampai ada udara terjebak, semua bagian sendok terisi dengan baik,
dan perforasi sendok cetak terisi semua. Bila tidak, alginat dapat terlepas pada saat
sendok dikeluarkan dari mulut.
Bahan cetak terlalu tipis menyebabkan cetakan mudah robek dan berubah
bentuk, sedangkan terjebaknya udara atau cairan pada permukaan gigi atau jaringan
akan menyebabkan cetakan jadi porus. Bahan cetak yang terlalu banyak pada sendok
cetak akan menyebabkan menyulitkan pengeluaran atau pada rahang atas akan
menyebabkan bahan cetak mengalir ke belakang.
5.2 Pencetakan
Pencetakan dianjurkan untuk tidak langsung dilakukan setelah pekerjaan
profilaksis, karena bila masih ada perdarahan pada gusi, pengerasan alginat akan
terpengaruh.
Alginat tidak melekat pada permukaan sendok cetak sehingga retensi harus
dipersiapkan dengan menggunakan suatu sendok cetak berlubang atau suatu bahan
perekat. Lubang-lubang tersebut juga memungkinkan alginat mengalir keluar.
Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu panjang
gigi. Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas penutupan tepi
pada sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati
untuk mencegah terjadinya distorsi.
Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan dan regangan.
Jadi, ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan
sentakan tiba-tiba. Jika cetakan dilepas perlahan-lahan, kerusakan alginat cenderung
akan terjadi.
5.3 Pembersihan Cetakan Alginat
yang mengandung air selama lebih dari 10 menit, maka akan terjadi imbibisi yang
akan menyebabkan alginat mengembang. Sebaliknya, jika cetakan dibiarkan kering di
udara terbuka, akan terjadi penguapan air dengan akibat mengerutnya alginat. Untuk
mencegah hal-hal tersebut, letakkan cetakan dalam udara lembab, bungkus dengan
kain basah atau paling aman masukkan ke dalam humidor yang mempunyai
kelembaban atmosfir 100%.
Cetakan alginat ditutup secepat mungkin dengan kain lembab dan dimasukkan
ke dalam kantong plastik. Cetakan harus dicor dalam waktu 10 menit setelah cetakan
selesai. Selama cetakan menunggu untuk diisi, hendaknya tidak diletakkan bersandar
pada kelebihan alginat yang mengalir ke luar di tepi posterior sendok cetak karena
dapat menyebabkan perubahan bentuk.
6.Pengecoran
Dalam proses pengecoran, rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai
dengan petunjuk pabriknya. Adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang
rapuh. Sebaliknya, adonan yang terlalu kental akan menyebabkan ketidaktepatan
model karena distorsi alginat begitu gipsum dituang ke dalam cetakan. Penggetaran
berlebih juga dapat menyebabkan distorsi alginat.
Adanya eksudat mukus pada permukaan cetakan akan memperlambat reaksi
kimia pada model dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini dapat
dihindarkan dengan penggunaan larutan pengeras K2SO4 2%. Larutan ini berguna
mendapatkan permukaan halus dari model, mempercepat pengerasan bahan gipsum,
dan memperoleh konsistensi permukaan model yang lebih padat. Alginat masa kini
biasanya tidak perlu lagi direndam dalam larutan seperti ini.
Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi oleh gips tidak boleh lebih
dari 30 menit. Setelah cetakan diisi, sendok cetak harus diletakkan pada supporting
jig atau sendok bagian posterior diberi alas gulungan kapas supaya tidak terjadi
penekanan pada ujung alginat pada sendok.
7. Melepas Model dari Cetakan
Cara melepas model dari cetakan tergantung dari bahan cetak yang digunakan
karena tiap jenis bahan membutuhkan perlakuan khusus. Untuk alginat, segera setelah
gipsum mengeras, kurang lebih 30-60 menit, model harus segera dilepas dari cetakan
sehingga permukaan model akan tetap halus. Bila cetakan dibiarkan dan baru
besoknya dilepas, alginat biasanya mengerut dan keras, sehingga bagian-bagian halus
model bisa patah.
Karakteristik bahan cetak elastomerik
Bahan cetak
Bahan cetak
Polisulfid
Polieter
Keuntungan
-waktu kerja lama
Kerugian
-memerlukan sendok cetak
perorangan
-peregangan menyebabkan
distorsi
-cepat mengeras
-hidrofobik
- keras
-memiliki rasa
-hidrofobik terendah
-menyerap air
-komponen dapat
-kestabilan baik
mengelupas
-harga mahal
-waktu penyimpanan 2
Silikon kondensasi
tahun
-Bahan putty untuk sendok -pengerutan polimerisasi
cetak perorangan
tinggi
-harga sedang
-hidrofobik
Silikon adisi
(vinyl polysiloxane-putty
cetak perorangan
wash)
-pengadukan otomatis
bahan wash
-stabil
BAHAN DIE
1.
Gypsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia, yang
merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi, gypsum
yangdihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.
2H2O) murni.
Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model dimana prothesa
dan restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster di aduk dengan silika, dikenal
sebagai bahan tanam gigi. Bahan tanam gigi tersebut digunakan untuk membentuk
mold guna mengecor restorasi gigi dengan logam yang dicairkan. Gypsum sendiri
dapat dibagi menjadi dua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu : Plaster
dan dental stone. Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4)2. H2O atau CaSO4. H2O. Dental stone digunakan sebagai bahan
untuk membuat die atau studi model.
2.
Produk gypsum digunakan dalam di kedokteran gigi untuk membuat model studi dari
rongga mulut serta struktur maxilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan
laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan prothesa.
Penggunaaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas, Penggunaan bahan
tersebut dapat diperlihatkan dalam membuat model untuk gigi tiruan. Penggunaan
bahan tersebut dapat digunakan dalam membuat model untuk gigi tiruan, yang
terdapat campuran plaster di dalam kandungannya, plaster jenis lain yang dikenal
sebagai stone gigi, diaduk dengan air,dituang ke dalam cetakan, dan dibiarkan
mengeras, cetakan plaster yang mengeras tersebut berfungsi sebagai mold untuk
membentuk model positif, atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat
tanpa diperlukan kehadiran pasien.
3.
Berbagai jenis gypsum yang terdaftar oleh spesifikasi ADA No. 25, dan sifat-sifat
yang dihasilkannya.
a) Plaster cetak tipe I
Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk
mengatur waktu pengerasan dan expansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan
lagi untuk mencetak dalam kedokteran gigi, Karena telah digantikan dengan bahan
yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.
b) Plaster Model tipe II
Plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan untuk mengisi kuvet dalam
pembuatan prothesa bila expansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup,
sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi.
Yang juga biasa disebut sebagai stone kelas I atau Hydrocal memiliki nilai minimum
kekuatan tekan 20,7 Mpa (3000 psi) (tabel 1.1), tapi tidak melebihi 34,5 Mpa (5000
psi). Bahan ini digunakan untuk membuat model dalam proses pembuatan gigi tiruan
sebagian atau penuh yang cocok dengan jaringan lunak karena stone memiliki
kekerasan permukaan yang melebihi dental plaster juga kekuatan yang cukup
memadai untuk pembuatan gigi tiruan dan gigi tiruan akan lebih mudah dilepaskan
setelah diproses.
d) Dental stone tipe IV
Yang juga biasa disebut sebagai stone kelas II, densite,improved stone atau modified
-hemihidrat. Dental stone tipe IV utamanya digunakan untuk membuat model atau
die dalam pembuatan mahkota, jembatan dan inlay. Bahan ini digunakan karena
memiliki kekuatan yang tinggi dan kekerasan permukaan yang merupakan hal wajib
selama proses pembuatan die. Permukaan yang keras adalah hal yang penting untuk
dental stone yang digunakan pada pembuatan die, karena ruangan hasil preparasi
akan diisi dengan malam dan setelah itu di ukir sama rata dengan tepi dari die.
Digunakan alat yang tajam pada proses pengukiran; oleh karena itu stone harus tahan
4.
Kriteria pemilihan produk gypsum tergantung pada penggunaannya serta sifat fisik
tertentu untuk penggunaan tertentu.
Tahap tahap pencampuran bubuk dental stone dengan air :
a. Menakar. Air dan bubuk harus diukur dengan benar dengan menggunakan
pengukur silinder untuk volume air dan timbangan untuk bubuk. Bubuk tidak
boleh diukur dengan menggunakan sendok takar, karena bentuk bubuk
bervariasi dari produk satu dengan produk lainnya dan tidak dibungkus
seragam. Bubuk akan menjadi lebih keras begitu kemasan tersisa tidak
digunakan. Bila kemasan dikocok, volume akan meningkat sebagai akibat
terjebaknya udara.
b. Pengadukan. Bila mengaduk dengan menggunakan tangan, rubber bowl harus
berbentuk parabolik, halus, dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki
bilah yang kaku serta pegangan yang nyaman dipegang. Terjebaknya udara
dalam adukan harus dihindari untuk mencegah poros yang dapat
menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Penggunaan
vibarator otomatis, dengan frekuensi tinggi dan amplitudo rendah akan
membantu. Air yang sudah diukur ditempatkan dalam rubber bowl, dan bubuk
yang sudah diukur ditaburkan ke dalam rubber bowl. Adukan kemudian
dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula ke dalam
rubber bowl untuk menjamin pembahasan semua bubuk serta memecahkan
endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai
diperoleh asukan yang halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu
pengadukan berarti mengurangi waktu kerja. Kebiasaan menambahkan air dan
bubuk berulang ulang untuk mencapai konsistensi yang tepat haruslah
dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam
massa adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu
penyebab utama ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum.
Metode yang paling disukai adalah menambahkan air yang sudah diukur
terlebih dahulu, diikuti dengan penambahan bertahap bubuk yang telah
ditimbang. Bubuk diaduk selama kurang lebih 15 menit dengan spatula,
diikuti pengadukan mekanik hampa udara selama 20 30 detik dengan mixer.
Dengan cara ini stone yang diaduk dengan tepat akan menghasilkan model
yang padat. Kekuatan dan kekerasan yang diperoleh dengan pengadukan
mekanik hampa udara biasanya melebihi dari pengadukan tangan selama 1
menit.
c. Penanganan Model. Model seharusnya mereproduksi secara akurat jaringan
mulut, dan adanya penyimpangan dari keakuratan yang diharapkan akan
menyebabkan prothesa yang tidak tepat posisinya, oleh karena itu model
harus ditangani dengan cermat. Setelah reaksi pengerasan dari model telah
sempurna, dimensinya akan relatif konstan.
5. Penentuan keberhasilan bahan yang dipergunakan
Campuran dental stone memerlukan waktu tertentu untuk setting yang sempurna.
Bubuk dicampur dengan air, dan waktu antara mulai pengadukan sampai bahan
mengeras dikenal sebagai waktu setting.
Waktu setting dental stone juga dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
a. Ketidakmurnian. Bila proses kristalisasi tidak sempurna sehingga tetap
terdapat partikel gipsum, atau bila pabrik menambahkan gipsum, waktu
pengerasan akan diperpendek karena peningkatan dalam potensi nukleus
kristalisasi. Bila ortombik anhidrit juga ada, periode induksi akan
ditingkatkan; proses tersebut dapat berkurang bila terdapat heksagonal
anhidrat.
Air dimasukkan terlebih dahulu ke dalam Rubber atau plastic bowl kurang
satu dental stone dengan yang lain, perubahan kecil yang terjadi antara 0 C
(32 F) dan 50 C (120 F). Jika suhu air pada pencampuran dengan dental
stone melebihi 50 C, secara berangsur angsur akan melambat. Jika suhu
mendekati 100 C (212 F), tidak ada reaksi yang terjadi. Pada kisaran suhu
tertinggi (50 C - 100 C), reaksi 2 yang terjadi adalah kebalikannya, dengan
kecenderungan kristal gipsum yang terbentuk berubah kembali menjadi
hemihidrat.
f. Retarder dan akselerator. Hal paling efektif dalam mengontrol waktu setting
Menurut Craig dkk (1987) dental stone mempunyai sifat mekanis, antara lain :
Compressive strength (kekuatan tekan hancur)
kekuatan stone berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa stone. Partikel
dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit
jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris.
Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat stone dikeluarkan dari bahan cetak.
Karena tidak adanya sifat lentur pada stone, model akan cenderung patah. Daya
rentang dental stone dua kali lebih besar dari pada plaster of paris baik dalam keadaan
basah maupun kering.
Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan
PFM merupakan suatu alloy yang dilakukan coating dengan porcelain. Alloy
merupakan bahan yang digunakan untuk bangunan prostetik yang mampu
mengikat ceramic dengan ikatan kimia dari lapisan tipis antara alloy dengan
ceramic. Kemampuan ikatan antara alloy dengan ceramic dapat menghasilkan
teknologi restorasi untuk membuat mahkota, gigi tiruan cekat, dan protesa.
B.
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
1.
Pada gigi yang tipis dan kecil, oleh karena bahan porselen
3.
Pada gigi yang beroklusi edge to edge atau dimana gigi lawan (bawah)
KELEBIHAN PORSELEN
KEKURANGAN PORSELEN
KOMPOSISI PORSELEN
Porselen tersedia dalam bentuk bubuk porselen yang halus. Bubuk porselen terdiri
dari :
1. Feldspar
Sejenis
mineral
yang
mengandung
unsur-unsur
Kalium,
Natrium,
Alumunium, dan Silikat. Jika Feldspar dibakar akan meleleh menjadi bahan
bening membentuk matriks bagi Kaolin dan Quartz.
2. Pigmen
Bahan ini ditambahkan kepada bubukan untuk member warna pada porselen
supaya sesuai dengan warna gigi.
3. Flux
Penambahan ini untuk menambah kelelehan/kecairan, merendahkan suhu
leleh, menyerap bahan-bahan pencemar yang tidak dikehendaki.
PEMBAGIAN PORSELEN MENURUT PENGGUNAANNYA
Menurut penggunaanya terdapat tiga macam porselen yaitu :
1. Porselen yang dipakai untuk membuat gigi tiruan (gigi protesa)
2. Porselen untuk membuat mahkota jaket
3. Porselen untuk melapisi logam
D.
Banyak macam alloy yang mengandung logam mulia (noble metal ) maupun yang
terdiri dari logam logam tidak mulia (base metal ) telah dipakai untuk membuat
restorasi gabungan logam porselen.
1. High noble alloy
Terdiri dari 60% logam mulia (merupakan kombinasi dari emas, paladium dan
perak) dengan berat emas minimal 40%. High noble alloy mengandung sejumlah
timah, indium dan besi yang biasanya digunakan untuk pembentukan lapisan
oksida agar bisa berikatan kimia dengan porselin. High noble alloy biasanya
berwarna kuning atau putih, memiliki kekakuan yang rendah. High noble alloy di
bagi menjadi tiga bagian :
a. Gold Platinum alloy
Gold Platinum alloy dapat digunakan untuk casting penuh serta logamkeramik restorasi. Lebih rentan terhadap kendur, mereka harus terbatas pada
jembatan rentang pendek. Komposisi dari Gold Platinum alloy adalah Emas
85%; Platinum 12%; Seng 1%; perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi
(dalam beberapa merek).
b. Gold-Palladium alloy
Dapat digunakan untuk casting penuh atau logam-keramik restorasi. GoldPaladium memiliki suhu leleh tinggi. Komposisi dari gold-paladium
mengurangi kecenderungan casting meleleh selama pembakaran porselen.
Gold-palladium biasanya mengandung indium, timah atau galium untuk
pembentuk lapisan oksida. Komposisinya adalah Emas 52%; Palladium 38%;
indium 8,5%; Perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa
merek).
c. Gold-copper-silver-palladium alloy
Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik lebur yang rendah dan tidak
digunakan untuk aplikasi logam-keramik. Gold-copper-silver-palladium alloy
mengandung perak yang dapat menyebabkan penampilan hijau di porselen
dan tembaga yang cenderung penyebab melelehnya selama pemrosesan
porselen. Komposisinya adalah Emas 72%; Tembaga 10%; Perak 14%;
Palladium 3%.
2. Noble alloy mengandung setidaknya 25% berat logam mulia. Terdiri dari
emas, paladium atau perak. Noble alloy adalah kelompok yang paling
beragam. Noble alloy memiliki kekuatan, daya tahan serta kekerasan yang
relatif tinggi. Noble alloy berwarna kuning atau berwarna putih.
a. Gold-copper-silver-palladium alloy
Gold-copper-silver-palladium alloy termasuk dalam kategori mulia tinggi.
Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik leleh yang cukup rendah.
Gold-copper-silver-palladium alloy lebih sering digunakan untuk restorasi
cor penuh ketimbang aplikasi PFM. Komposisinya adalah emas 45%;
Tembaga 15%; Perak 25%; Palladium 5%.
b. Palladium-copper-gallium alloy
suhu
leleh
dari Palladium-copper-gallium
alloy
secara
Noble Alloy
Warna
Dari putih ke
keemasan tergantung
pada kandungan
emas.
Putih
Putih
Melting Range
1149-1304 derajat C
Density
Castability
Hardness
Yield Strength
Percent elongation
5 20 %
10 34 %
10 28 %
Porcelain bonding
Lapisan oksida
membantu
Membantu perlekatan
dengan porcelin
Membentuk lapisan
oksida adekuat yang
pembentukan ikatan
kimia.
merupakan kunci
perlekatan porcelain
Sag resistance
Tarnish and
corrosion
Adaftif terhadap
rongga mulut,
sehingga tidak mudah
mengalami tarnish
Adaftif terhadap
rongga mulut, sehingga
tidak mudah
mengalami tarnish
Biocompatibility
Aman bagi
lingkungan rongga
mulut
Nikel yang
terkandung dalam
base metal alloy dapat
memicu reaksi alergi
pada beberapa orang.
Scrap value
Baik.
Baik
Buruk
E. MEKANISME PERLEKATAN
Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi
PFM adalah adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini , porselen
akan cepat rusak didalam mulut karna rapuh. Sehingga ikatan yang baik antara
porselen dan logam adalah sangat di perlukan. Beberapa faktor yang mengontrol
perikatan metal-keramik adalah: pembentukan ikatan kimia yang kuat, mekanik
interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa.
Teori ikatan logam-keramik dahulunya dibagi menjadi dua kelompok:
1. Ikatan kimia melalui permukaan logam-porselen.
Antara permukaan porselen dan metal terdapat pelekat berupa lapisan oksida yang
penting untuk menghasilkan ikatan yang baik. Pada base metal melalui choramic
oxide sedangkan pada nobel metal melalui tin oxide dan iridium oxside.
Walaupun ikatan kimia umumnya dianggap berperan pada perlekatan logamporselen, bukti yang ada menunjukan bahwa untuk sebagian sistem kecil, mekanis
interlocking memberikan ikatan utama.
Pembentukan oksida pada permukaan logam berperan pada pembentukan ikatan
yang kuat. Logam mulia yang tahan terhadap oksidasi harus di tambahkan elemenelemen yang mudah teroksidasi seperti irdium dan timah. Logam paduan dasar
mengandung unsur-unsur seperti nikel, krom dan berilium yang mudah
membentuk oksida selama degassing sehingga harus diperhatikan untuk
menghindari pembentukan oksida yang terlalu tebal.
Secara teoritis dan praktis, kekasaran, atau topography dari permukaan keramikmetal mempunyai peranan penting dalam perikatan. Ceramik menembus
kepermukaan logam kasar sehingga dapat terjadi mekanik interlocking dengan
logam yang meningkatkan perikatan. Perluasan daerah dengan permukaan kasar
juga menyediakan lebih banyak ruang untuk terbentuknya ikatan kimia. Namun
permukaan kasar juga dapat mengurangi perikatan jika keramik tidak menembus
sampai permukaan dan terdapat ronggapada permukaan.
Sisa tegangan tinggi antara logam dan seramik dapat menyebabkan kegagalan.
Jika logam dan keramik memiliki koefisien ekspansi termal yang berbeda, kedua
bahan akan kontrak pada tingkat yang berbeda selama pendinginan dan akan
terbentuk tegangan sisa yang kuat diseluruh permukaan. Jika tegangan cukup kuat
keramik pada restorasi akan retak atau terpisah dari logam. Bahkan jika tekanan
F. KOMPOSISI
Sampel presentase komposisi dari porcelain powder for metal ceramics
Kandungan
Dentin porcelain
Enamel porcelain
Silica (SiO2)
59.2
63.5
Alumina (Al2O2)
18.5
18.9
Soda (Na2O)
4.8
5.0
Potash (K2O)
11.8
2.3
4.6
0.12
0.58
0.11
0.39
0.13
Siklus firing Keseluran tahapan yang terlibat dalam firing disebutt siklus
firing.
Vacuum firing Selama proses firing pada porselin berlangsung, sebuah alat
vakum dengan tekanan negatif diletakkan pada tungku pembakaran. Alat
vakum berfungsi untuk menurunkan porositas pada keramik.
5. Glazing
Sebelum glazing final, restorasi dicobakan ke mulut pasien oleh dokter gigi.
Bagian oklusi di diperiksa dan sisesuaikan dengan menggunakan metode
grinding. Perubahan atau penyesuaian akhir dilakukan oleh dokter gigi untuk
membentuk restorasi.
Restorasi yang telah dibentuk, siap untuk tahap akhir, yaitu glazing. Glazing
adalah sebuah proses dimana restorasi dibakar pada suhu tinggi untuk memberi
permukaan yang halus dan berkilau.
Beberapa tujuan dari glazing antara lain:
6. Cooling/pendinginan
Proses pendinginan dari porselin yang telah dibakar harus dikontrol. Proses
pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan keretakan pada restorasi atau
dapat memicu tekanan di dalam restorasi yang akan melemahkan restorasi
tersebut.
H. Bahan Semen Porcelain Fused to Metal
Dalam proses perawatan, GTC perlu dilekatkan ke gigi penyangga di sebelahmenyebelahnya secara tetap dengan bantuan semen. Dalam proses penyemenan suatu
GTC terhadap gigi penyangga, perlekatan terjadi antara bahan semen dengan
permukaan jaringan dentin dari gigi penyangga dan permukaan lapisan logam dari
konstruksi GTC. Menyadari bahwa semen merupakan bagian yang paling lemah
dalam konstruksi GTC, maka secara klinis manipulasinya harus dilakukan dengan
teliti dan rapi sesuai dengan aturan pakai. Semen untuk GTC yang sering
digunakan adalah semen dari bahan glass ionomer. Semen glass ionomer dapat dibagi
menjadi dua tipe yaitu tipe 1, digunakan sebagai perekat bahan restorasi (luting
semen) dan tipe 2 sebagai bahan restorasi. Perlekatan semen glass ionomer
didasarkan pada kemampuannya untuk berikatan secara adhesi terhadap dentin,
enamel, dan logam. Mekanisme perlekatan semen glass ionomer pada gigi yaitu oleh
karena adanya pertukaran ion kalsium dalam dentin gigi dengan ion karboksilat
dalam semen. Selain berlekatan dengan dentin, dalam sebuah konstruksi GTC semen
juga berlekatan dengan logam yang merupakan bagian dari GTC tersebut. Perlekatan
antara semen dengan logam ini lebih merupakan suatu perlekatan mekanik yang
diperoleh dari kekasaran permukaan dalam GTC. Saat ini, di pasaran terdapat semen
glass ionomer yang berbentuk dua buah pasta disamping semen glass ionomer yang
berbentuk bubuk-cairan.
I. Teknik Penyemenan GTC Pocelain Fused to Metal
Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apabila
tidak ada maka dapat dilakukan penyemenan permanen dengan semen glass ionomer
tipe I.
A. GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan
dipasang GTC juga dikeringkan
B. Semen diaduk untuk mendapatkan konsistensi yang baik untuk
penyemenan, kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan pada
bagian dalam dari GTC
diminta untuk tidak makan dan menggigit makanan yang keras dahulu.
Bila ada keluhan rasa sakit segera control ke dokter gigi.
DAFTAR RUJUKAN
1. drg. P. Martanto. Ilmu Mahkota dan Jembatan. Jilid II. Penerbit Alumni.
1982.
2. DN Allan. PC Foreman, Crown and Bridge Prostodontics An Illustrated
Handbook. 1986.
3. Prof. drg. H.R. Prajitno. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. EGC, 1991.