Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PEMBERIAN OBAT-OBAT ANTIDEPRESAN TERHADAP MENCIT (Mus

musculus) DITINJAU DARI PROFIL FARMAKODINAMIKA


Hendriani Paramita1, Rais al Qadri1, Rezky Aprhodyta1, Veronica Toban1, Wahyuni1, Yetmilka
Florensia1, Dian Saputra Usman2
1. Mahasiswa Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin
2. Asisten Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi I Fakultas Farmasi, Universitas
Hasanuddin
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan uji profil farmakodinamika pada hewan mencit (Mus
musculus) dengan pemberian obat-obatan yang bekerja sistem saraf pusat yaitu imipramin,
amtriptilin, dan NaCMC sebagai kontrol yang dimana termasuk dalam golongan obat trisiklik
antidepresan (TCA) serta fenitoin, luminal serta NaCMC sebagai kontrol yang dimana
termasuk golongan obat antikonvulsan. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat efek obat
imipramin dan amitriptilin pada mencit sebagai obat anti depresan dan efek obat fenitoin dan
luminal pada mencit sebagai obat antikonvulsan. Metode uji yang digunakan untuk obat
antidepresan yaitu Forced swimming test. Frekuensi depresan menunjukkan efek dari obat
antidepresan dan pemberian I.P striknin untuk melihat efek obat antikonvulsan.
Kata Kunci: Sistem Saraf Pusat, Antidepresan, Imipramin, Amitriptilin, Fenobarbital,
Antikonvulsan.
PENDAHULUAN
Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan
sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial
sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala
gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin
yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur.
Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis, efek samping obat, atau aktivitas kehidupan.
Kondisi yang cukup parah menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau perusakan
dalam keadaan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya.
Obat antidepresan adalah obat-obatan yang mampu memperbaiki suasana jiwa
(mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung. Terdapat banyak
jenis obat antidepresan, salah satunya trisiklik antidepresan. Jenis-jenis obat yang termasuk
dalam trisiklik antidepresan yaitu: Imipramine, Amitriptiline, Clomipramine, Desipramine,
Doxepine, Nortriptyline, Protriptyline, dan Trimipramine. Obat antidepresan trisiklik dan
sejenisnya dapat dibagi menjadi kelompok yang memiliki sifat sedatif dan yang kurang
sedatif. Pasien dengan agitasi dan kecemasan cenderung memberikan respon terbaik pada
senyawa yang sedatif sedangkan pasien apatis dan pasien yang mengalami penghentian
obat akan lebih baik diberi terapi obat yang kurang sedatif. Antidepresan dengan efek sedatif
meliputi amitriptilin, klomipramin, dosulepin (dotiepin), doksepin, maprotilin, mianserin,
trazodon, dan trimipramin. Yang bersifat kurang sedatif seperti amoksapin, imipramin,
lofepramin dan nortriptilin. Imipramin merupakan obat yang relatif aman dan efektif, namun
imipramin memiliki efek samping antimuskarinik dan efek samping pada jantung yang lebih
menonjol dibandingkan dengan obat-obat seperti doksepin, mianserin dan trozadon (1).
Untuk mekanisme selanjutnya, yaitu penghambatan reseptor, trisiklik antidepresan
juga menghambat reseptor serotonin, adrenergik, histamin dan muskarinik. Trisiklik
antidepresan meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental. Meningkatkan
aktivitas fisik dan mengurangi angka kesakitan depresi utama sampai 50-70% pasien.

Peningkatan perbaikan alam pikiran lambat, memerlukan 2 minggu atau lebih. Obat-obat ini
tidak menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat atau peningkatan pikiran pada orang normal.
Toleransi terhadap sifat antikolinergik trisiklik antidepresan berkembang dalam waktu singkat.
Beberapa toleransi terhadap efek autonom trisiklik antidepresan juga terjadi. Ketergantungan
fisik dan psikologik telah dilaporkan. Obat dapat digunakan untuk memperpanjang
pengobatan depresi tanpa kehilangan efektivitas (2).
Konvulsi adalah gerak otot klonik atau tonik yang involuntar. Konvulsi dapat timbul karena
anoksia serebri, intoksikasi sereberi hysteria, atau berbagai manifestasi epilepsi. Epilepsi
ialah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan gejala tunggal
yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal
secara berlebihan.
Bangkitan epilepsi merupakan fenomena klinis yang berkaitan dengan letupan listrik atau
depolarisasi abnormal yang eksesif, terjadi di suatu fokus dalam otak yang menyebabkan
bangkitan paroksismal. Fokus ini merupakan neuron yang sensitif terhadap rangsang disebut
neuron epileptic. Neuron inilah yang menjadi sumber bangkitan epilepsi. Pada
dasarnya,epilepsi dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1.
Bangkitan umum primer (epilepsi umum)
a.
Bangkitan tonik-klonik (epilepsi grand mall)
b.
Bangkitan lena (epilepsi petit mal atau absences)
c.
Bangkitan lena yang tidak khas (atypical absences, bangkitan tonik, bangkitan klonik)
2.
Bangkitan parsial atau fokal atau lokal (epilepsi parsial atau fokal)
a.
Bangkitan parsial sederhana
b.
Bangkitan parsial kompleks
c.
Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum
3.
Bangkitan lain-lain
Mekanisme dasar terjadinya bangkitan umum primer adalah karena adanya cetusanlistrik di
fokal korteks. Letusan listrik tersebut akan melampaui ambang inhibisi neuron disekitarnya,
kemudian menyebar melalui hubungan sinaps kortiko-kortikal. Kemudian, cetusan korteks
tersebut menyebar ke korteks kontralateral melalui jalur hemisfer dan jalur nukleus
subkorteks. Timbul gejala klinis, tergantung bagian otak yang tereksitasi. Aktivitas subkorteks
akan diteruskan kembali ke fokus korteks asalnya sehingga akan meningkatkan aktivitas
eksitasi dan terjadi penyebaran cetusan listrik ke neuron-neuron spinal melalui jalur
kortikospinal dan retikulospinal sehingga menyebabkan kejang tonik-klonik umum.
Antikonvulsan merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada
kasus- kasus kejang karena Epileptik. Mekanisme kerja obat antiepilepsi ini yang terpenting
ada 2, yaitu:
1.
Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron dan fokus epilepsi.
2.
Mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari
fokus epilepsi. (3)
METODE PENELITIAN
Penyiapan Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain erlenmeyer, kanula, spoit 1cc, toples kaca setinggi 30cm,
dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan antara lain larutan amitriptilin 10%, imipramin
10%, fenitoin, luminal, striknin, dan NaCMC.
Cara pembuatan bahan :
-larutan luminal: luminal sebanyak 10mg dilarutkan dalam 50ml NaCMC
- larutan fenitoin: sebanyak 15 mg fenitoin dilarutkan kedalm 50 ml Na CMC
-larutan amitriptilin: diambil sebanyak 11 ml amitriptilin lalu dilarutkan kedalam 50 ml Na CMC

-larutan imipramin: diambil sebanyak 12 mg imipramin dan dilarutkan dalam 50 ml Na CMC


-larutan NaCMC: diambil sebanyak 2g NaCMC kemudian dilarutkan dalam 200 ml aquadest.
Pemberian Perlakuan Pada Hewan
Pada percobaan ini, setiap kelompok menggunakan 2 hewan coba yakni mencit (Mus
musculus) dan diberi perlakuan dengan memberikan larutan imipramin dan amitriptilin,
fenitoin, luminal, serta NaCMC sebagai kontrol dengan konsentrasi obat masing-masing
sebesar 10% dengan pemberian melalui rute oral. Mencit yang telah diberi obat golongan
antidepresan (imipramin dan amitriptilin) dan kontrol dibiarkan hingga 30 menit kemudian
dimasukkan ke dalam toples kaca yang berisi air dan dihitung fase immobile (tidak bergerak)
dari mencit, dimana fase diam merupakan masa depresi daripada mencit tersebut dan fase
gerak (mencit berenang untuk naik keatas) merupakan fase antidepresi yang diberikan oleh
larutan obat. Mencit yang telah diberi obat golongan antikonvulsan (fenitoin dan luminal) dan
kontrol dibiarkan selama 1 jam kemudian diberikan obat penginduksi konvulsi yaitu striknin
melalui rute intraperitoneal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap pengaruh obat-obat golongan
antidepresan dan antikonvulsan pada mencit dengan rute pemberian oral. Pada percobaan
ini digunakan fenitoin dan fenobarbital sebagai obat antikonvulsan, amitriptilin dan imipramin
sebagai obat antidepresan serta NaCMC sebagai kontrol negatif. Hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut.
Tabel 1. Data Efek Antikonvulsan
Pemerian
Onset konvulsi (detik)
Fenitoin80
76
Luminal 97
25
NaCMC240
540

Durasi (detik)

Grafik 1. Data Efek Antikonvulsan


Diperoleh hasil bahwa dengan pemberian fenitoin satu jam sebelumnya, mencit yang
diberikan penginduksi konvulsi striknin mengalami konvulsi pada detik ke-80, dengan durasi
76 detik. Mencit dengan pemberian luminal mengalami konvulsi pada detik ke-97 dan durasi
25 detik. Sedangkan mencit dengan pemberian NaCMC mengalami konvulsi pada detik ke240 dengan durasi 540 detik. Hasil dari percobaan ini didapatkan bahwa fenitoin memiliki
onset kejang yang lebih rendah dari pada luminal, tetapi memiliki durasi kejang yang lebih
panjang.
Fenitoin memiliki efek stabilisasi pada membran karena blokade kanal Na+. Fenitoin memiliki
indeks terapi yang sempit, konsentrasi terapeutiknya dalam plasma darah adalah 5-20
g/mL, konsentrasi maksimal dalam plasma setelah 3-12 jam, diabsorbsi lambat setelah
pemberian oral sebanyak 70-90%, ikatan obat-protein plasma sekitar 90%. Karena obat ini
termasuk obat kerja cepat, maka onset kejangnyapun lebih singkat dibandingkan luminal.
Fenobarbital/Luminal memiliki mekanisme kerja meningkatkan efek penghambatan GABA
dengan cara berikatan pada kompleks reseptor GABA-kanal klorida. Konsentrasi plasma
terapeutik luminal adalah 10-40 g/mL, konsentrasi plasma maksimal setelah 6-18 jam.
Lebih dari 80% obat diabsorpsi lambat setelah pemberian oral. Ikatan obat dengan protein
plasma sekitar 50-60%. Obat ini dapat memberikan efek antikonvulsi yang lebih panjang
karena sifatnya yang bertahan lebih lama dalam sirkulasi.

Tabel 2. Data efek Antidepresan


Pemerian
Immobility time Rata-rata
I
II
III
Amitriptilin
69
87
192
116
Imipramin
117
102
111
110
NaCMC172
172

SD
66,43041
7,549834

Grafik 2. Data efek Antidepresan

Kesimpulan
1. Antikonvulsan merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada
kasus- kasus kejang karena Epileptik.
2. aktivitas obat antidepresan imipramin terhadap mencit yaitu

DAFTAR PUSTAKA
1) Syarif, A et.al. Farmakologi dan terapi 5th edition. Departemen farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1998.
2) Mycek, Mary J. dkk. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2. Widya Medika, Jakarta. 2001.
3) http://medicastore.com/apotik/artikel-obat/antikonvulsan

Anda mungkin juga menyukai