Anda di halaman 1dari 50

BLEFARITIS

By: Wicaksono Harry


1. Identitas & analisis faktor resiko yang
dimiliki
Jenis kelamin: wanita dan pria sama banyaknya (bukan faktor resiko)
Usia: semua usia dapat terkena (bukan faktor resiko)
Alamat: bukan merupakan faktor resiko
Pekerjaan: bukan merupakan faktor resiko
Status perkawinan: bukan merupakan faktor resiko baik yang sudah
menikah maupun yang belum menikah untuk blefaritis
Riwayat keluarga, kebiasaan dan pengobatan: bukan faktor resiko,
namun perlu diperhatikan apabila pasien akhir-akhir ini sering terkena
debu atau asap pada kelopak matanya kemungkinan blefaritis alergi.

2. Keluhan subjektif pasien yang jadi masalah


dan hipotesis penyakit
Biasanya pasien akan datang dengan keluhan pedih, mata merah, gatal,
panas, dan adanya sisik/granulasi yang menempel pada bulu mata.
Keluhan lain yang dapat menyertai adalah adanya belek (kotoran mata)
di pagi hari, mata berair dan penglihatan kabur sementara.

3. Tanda-tanda objektif yang ditemukan


a. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
KU

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan gizi : baik


Tanda vital

Tekanan darah

: biasanya normal, 120/80 mmHg

Menandakan bahwa tekanan darah pasien adalah normal,


dimana menurut JNC VII 2003 tekanan darah yang normal
adalah sistole kurang dari 120 dan diastole kurang dari 80
mmHg

Nadi: biasanya normal 80x/menit


Menandakan bahwa denyut nadi pasien dalam batas
normal,dimana denyut nadi yang normal adalah 60-100
x/menit

RR: biasanya normal, sekitar18x/menit


Menandakan bahwa pernafasan pasien normal, dimana
frekuensi pernapasan yang normal pada pria adalah 16-20
x/menit dan 14-18 x/menit untuk wanita. Tidak terdapat
retraksi, teratur, suara nafas vesikuler.

Suhu: afebris
Menandakan suhu tubuh pasien adalah normal, dimana
suhu tubuh normal antara 36,50C 37,20C. Kepala
: normochepal

Rambut

: Hitam, distribusi merata

Status Lokalis (Oftalmologi)

Visus

OD
6/6
Tidak ada penurunan visus

OS
6/6
Tidak ada penurunan visus

(normal ke segala arah)


Kedudukan: ortoforia (kerja
otot bola mata seimbang
sehingga memungkinkan

(normal ke segala arah)


Kedudukan: ortoforia (kerja
otot bola mata seimbang
sehingga memungkinkan

Gerak bola mata

TIO

Palpebra

Konjugtiva bulbi

Kornea
COA
Iris/pupil

Lensa
Vitreus
Fundus

terjadinya fusi tanpa usaha


apapun)
n/p
(normal/palpasi)
14-22 mmHg
Edema, hiperemis, secret (+)
kering pada palpebra dan
silia, folikel pada
konjungtiva palpebra (+),
pseudomembran (+), vesikel
di kulit (-)
Kemotik (-), injeksi
konjungtiva (-),
subkonjungtiva bleeding (-)
Jernih

terjadinya fusi tanpa usaha


apapun)
n/p
(normal/palpasi)
14-22 mmHg
Edema, hiperemis, secret (+)
kering pada palpebra dan
silia, folikel pada
konjungtiva palpebra (+),
pseudomembran (+), vesikel
di kulit (-)
Kemotik (-), injeksi
konjungtiva (-),
subkonjungtiva bleeding (-)
Jernih

dalam
Bulat, isokor, diameter 3
mm, refleks cahaya direk
indirek +/+
Jernih
Jernih
Normal

Dalam
Bulat, isokor, diameter 3
mm, refleks cahaya direk
indirek +/+
Jernih
jernih
Normal

Efloresensi yang dapat ditemukan di kelopak mata:


Vesikel

: gelembung berisi cairan serum, beratap berukuran kurang dari


cm garis tengah, dan mempunyai dasar, vesikel berisi darah
disebut vesikel hemorhagik.

Pustule

: vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian


bawah vesikel disebut vesikel hipopion.

Skuama

: lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat


halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas
sebagai

lembaran

pitiriasiformis

kertas.

(halus),

Dapat

dibedakan,

psoriasiformis

misalnya

(berlapis-lapis),

iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamellar (berlapis),


membranosa

atau

eksfoliative

keratolitik (terdiri atas zat tanduk)

(lembaran-lembaran),

dan

Krusta

: cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan


nekotik, maupun benda asing (kotoran, obat dan sebagainya).
Warnanya ada beberapa macam : kuning muda berasal dari
serum, kuning kehiauan berasal dari pus, dan kehitaman berasal
dari darah.

Hasil Pemeriksaan Fisik yang lain


No
1.
2.

Penilaian
THT
Toraks (jantung)

Hasil Rujukan
Tidak ada kelainan
Ins : Iktus di ICS IV garis

Interpretasi
Normal
Normal

midclavicular kiri
Per : redup
Aus : S1-S2 reguler,
bising(-), irama derap (-)
3.

Toraks (paru)

Ditemukan suara napas

Normal

vesikuler, (-) ronki, (-)


4.

amforik
BU (+)
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba

Abdomen:

5.

Ekstremitas

Normal

Tidak edema

Normal

b. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap:
Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb)

Hasil
13 g/dl

Normal
13 16 g/dl

Keterangan
Kadar dalam batas
normal

Hematokrit (Ht)

36 %

36 40 %

Kadar dalam batas


normal

Trombosit

200.000 /ul

150.000

Kadar dalam batas

Leukosit

9000 /ul

450.000 /ul

normal

5000 10.000 /ul

Kadar dalam batas


normal, namun
pada beberapa
orang dapat terjadi
leukopeni
mengingat
etiologinya diduga
sebagai virus

Hitung Jenis/Diff.
Count

0/2/4/59/28/7

0-1/1-3/2-6/50-

Kadar dalam batas

70/20-40/2-8

normal, namun
perlu diingat pada
orang-orang
tertentu neutrofil
dapat meningkat
karena
penyebabnya
kemungkinan
adalah virus dan
eosinofil dapat juga
meningkat
mengingat
etiologinya bisa
saja alergen

*waktu pas gw sp MTHT dr. husnun bilang kalo sebenernya tadinya


doi gak mau nglampirin hasil lab tapi krn disuruh nglampirin buat menuhmenuhin checklist jadi dia lampirin tapi hasilnya normal semua
Pemeriksaan terhadap kerokan kelopak mata diperlukan untuk menentukan
jenis mikroorganisme (namun pemeriksaan jarang dilakukan pada kasus

blefaritis).

4. Identifikasi masalah dan diagnosis


Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
- Edema: adanya dilatasi pembuluh darah => permeabilitas meningkat
-

=> cairan plasma keluar => edema


Hiperemis: adanya dilatasi pembuluh darah
Secret (+): sel goblet yang ikut meradang => lakrimasi banyak
sebabkan musin tidak berfungsi sehingga air mata tidak menempel

lama di epitel => kering pada palpebra dan silia


Folikel pada konjungtiva palpebra (+): hyperplasia limfoid terutama

pada konjungtiva forniks karena infeksi


Pseudomembran (+): adanya endapan sekret dan mudah diangkat.

Saat menuliskan suatu diagnosis blefaritis, maka penulisannya adalah


klasifikasi blefaritis dan disebutkan etiologinya, contoh : blefaritis
superfisial et causa streptococcus.
Masing-masing klasifikasinya terdapat pada bagian tinjauan pustaka.

5. Diagnosis banding
Jenis blefaritis yang lain apabila telah ditegakkan suatu jenis blefaritis,
namun perlu diingat apabila sudah ditegakkan diagnosis pasti (melalui
swab dengan pengerokan jaringan kelopak mata untuk memastikan
etiologinya) maka tidak perlu lagi adanya diagnosis banding, diagnosis
banding disebutkan apabila diagnosis yang ditegakkan adalah diagnosis
kerja.

6. Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata yang disertai dengan
mata merah, gatal, panas, mata berair, mata kabur sementara yang
mengenai bola mata (Sidarta Ilyas, 2004).
Blepharitis adalah suatu peradangan pada kelopak mata karena
terjadinya produksi minyak yang berlebihan yang berasal dari kelenjar
minyak tersebut. Tidak diketahui persis mengapa produksi minyak bisa
menjadi berlebihan. Sayangnya kelebihan minyak ini ada di dekat

kelopak mata yang juga sering didatangi bakteri (Dedeh Kurniasih,


2008).
Blepharitis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang
sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak.
Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel
dan kelenjar rambut. Blepharitis ditandai dengan pembentukan minyak
berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit (www. human-medicine.blogspot.com).
Berdasarkan etiologi blefaritis dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, parasit dan allergen.
1. Klasifikasi blefaritis yang disebabkan oleh bakteri
a.

Blepharitis superficial

Bila infeksi terjadi di kelopak mata bagian superficial, biasanya


disebabkan oleh staphylococcus. Pengobatan yang terbaik adalah dengan
salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum
pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi
blepharitis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom
untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang
biasanya menyertai blefaritis superfisial.
b.

Blepharitis seboroik

Blepharitis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
sekret yang keluar dari kelenjar Meibom, air mata berbusa pada kantus
lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak
dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan
keropeng.
Blepharitis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan
dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan
kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom

ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang dapat


timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi,
hordeolum dan madarosis.
c.

Blepharitis skuamosa

Blepharitis skuamosa adalah blepharitis yang disertai dengan adanya


skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
terjadi luka pada kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama
yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada
orang yang berambut minyak. Blepharitis ini berjalan bersama dermatitik
seboroik.
Penyebab blepharitis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh
jamur. Pasien dengan blepharitis skuamosa akan terasa panas dan gatal.
Pada blepharitis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan
penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas
dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blepharitis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi
kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai
dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi
pada blepharitis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
d.

Blepharitis ulseratif

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blepharitis dengan tukak akibat


infeksi staphylococcus. Pada blepharitis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata.
Pada blepharitis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan
keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit
bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam
dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada
blepharitis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin.

Biasanya

disebabkan

stafilokok

maka

diberi

obat

staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah


antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak
folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan
terjadi

tarikan

jaringan

parut

yang

juga

dapat

berakibat

trikiasis.
e.

Blepharitis angularis

Blepharitis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi


kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blepharitis angularis yang
mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga
dapat

mengakibatkan

gangguan pada

fungsi

punctum lakrimal.

Blephariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya


bersifat rekuren. Blepharitis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin
dan Sengsulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut
mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
f.

Meibomianitis

Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan


tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun
perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari
dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.
g. Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar yang terdapat pada
kelopak mata. Kuman yang merupakan penyebab hordeolum biasanya
adalah stafilokokus. Hordeolum secara histopatologik gambarannya
seperti abses. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti
abses. Hordeolum ada dalam 2 bentuk yaitu hordeolum internum atau
yang disebut juga radang kelenjar meibom, dengan penonjolan terutama
ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum eksternum atau yang disebut
juga radang kelenjar zeiss atau moll, terdapat penonjolan terutama ke
daerah kulit kelopak atau keluar.

Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti


bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, nyeri bila ditekan.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding
hordeolum eksternum: adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien
dengan hordeolum kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering
hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. Untuk
mempercepat peradangan kelenjar ini dapat diberikan kompres hangat, 3
kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.
Pengobatan hordeolum adalah dengan antibiotika lokal dan sistemik.
Kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi
terbesar. Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra yang merupakan
radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan penyulit
yang lain adalah abses palpebra.
h. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkjan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya psudoptosis. Kelenjar
preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengfakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi
pada mata tersebut. Kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya
akibat diabsorbsi dan sering untuk mengurangkan gejala dilakukan
ekskokleasi isi jaringan abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi
kalazion tersebut.
Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat,
antibiotika setempat dan sistemik. Insisi dilakukan seperti ekskoriasi pada
hordeolum internum. Bila terjadi kalazion yang berulang kali sebaiknya
dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan
diagnosis dengan kemungkinan suatu keganasan.

2. Klasifikasi berdasarkan virus


a. Herpes zoster
Merupakan manifestasi infeksi virus herpes zoster pada ganglion gaseri
saraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan
terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata. Susunan persarafan
mempunyai sifat lateralisasi sehingga gejala tidak akan melampaui garis
median kepala. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia
lanjut.
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena
dan badan berasa hangat. Pada kelopak akan terlihat vesikel dan infiltrate
pada kornea. Pengobatan biasanya tidak spesifik dan hanya simptomatik.
Penyulit yang dapat terjadi pada herpes zoster oftalmik adalah uveitis,
parese otot penggerak mata, glaucoma, dan neuritis optic.
b. Herpes simplex
Terdapat 2 tipe, yakni HSV 1 dan HSV 2, namun yang menyebabkan
blefaritis adalah HSV 1 karena hsv 2 penularannya melalui genital.
Gejalanya dapat berupa vesikel bergerombol yang dikelilingi eritema
pada kelopak mata dan dapat menyerang saraf trigeminus. Untuk
pentalaksanaannya dapat diberikan asiklovir.
c. Vaksinia
Gejalanya ditandai dengan adanya pustule dengan indentasi di sentral.
Terapinya tidak spesifik
d. Moluskum contangiosum
Gejalanya adalah terdapat benjolan dengan gaung di sentral, biasanya
disertai dengan konjungtivitis. Terapinya tidak ada yang spesifik namun
terkadang diperlukan pembedahan (ekstirpasi) dan pemberian antibiotic
untuk mencegah infeksi sekunder.
3. Klasifikasi berdasarkan jamur
Infeksi jamur pada kelopak mata, (blefaromikosis) juga ditandai dengan
adanya alopesia, kulit bersisik, hyperemia pada kelopak mata. Jenis jamur
penyebabnya pada umumnya adalah mikrosporum sp atau trichofiton
mentagrofit. Untuk memastikan jamur mana perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis di laboratorium dengan lampu wood atau membuat kultur
dalam agar sabourouds dekstrosa. Pemeriksaan mikroskopik terhadap

contoh biopsy diperlukan untuk mengetahui apakah mikosis sudah


merasuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Pada umumnya blefaritis
yang disebabkan oleh jamur terbagi:
- Infeksi superficial
Infeksi jamur pada kelopak superficial. Diterapi dengan griseofulvin 1-2
mg untuk epidermomikosis dan nistatin topical untuk kandida
- Infeksi jamur dalam
Infeksi jamur secara sistemik. Terapinya disesuaikan dengan etiologi
4. Parasit
Blefaritis yang disebabkan parasit memperlihatkan gejala yang mirip
dengan jamur yaitu alopesia (dalam berbagai derajat), pruritus dan
hyperemia. Dapat juga dilihat adanya lesi bersisik atau basah, dan
oedema. Parasit yang mungkin dapat ditemukan adalah demodex atau
sarcoptex. Dalam suatu laporan klinik pernah ditemukan cacing
strongyloides sp. Pernah juga dilaporkan adanya cacing jantung
(dirofilaria immitis) sebagai penyebab blefarospasmus mengiringi
epifora, miosis, penonjolan kelopak mata ketiga (third eyelid), fotofobia
dan vaskularisasi pada sclera. Karena adanya reaksi-reaksi alergik sering
pula memperlihatkan tanda yang sama seperti oedema, hyperemia pada
kelopak mata.
Selain klasifikasi

berdasarkan

etilogi

terdapat

pula

klasifikasi

berdasarkan lokasi:
Blefaritis anterior: mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat

melekatnya bulu mata)


Blefaritis posterior: mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian
kelopak mata yang bersentuhan dengan mata)
EPIDEMIOLOGI
Bisa terjadi pada semua usia dan daerah di Indonesia. Pada 5% dari total
jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada rumah sakit (sekitar 2-5%
berasal dari konsultasi pasien yang punya kaitan dengan penyakit mata).
Insidensi blefaritis menurut WHO: blefaritis stafilokokus sering terjadi
pada wanita dengan usia rata-rata 42 tahun dan biasanya disertai dengan

mata kering pada 50% kasus, blefaritis seboroik umumnya terjadi pada
pria dan wanita pada rata-rata usia 50 tahun dan disertai mata kering pada
33% kasus, sedangkan pada blefaritis meibomianitis juga umum terjadi
pada pria dan wanita pada usia rata-rata 50 tahun dan disertai sindrom
mata kering
ETIOLOGI
Infeksi atau alergi yang biasanya berjalan kronik atau akibat disfungsi
kelenjar Meibom. Alergi dapat disebabkan debu, asap,bahan kimia
iritatif, atau bahan kosmetik.. Infeksi oleh bakteri disebabkan Stafilokok,
Streptococcus alpha/beta hemolyticus, Pneumokok, Pseudomonas,
Demodex folliculorum, hingga Pityrosporus ovale yang menyebabkan
blepharitis seroboik. Infeksi oleh virus disebabkan Herpes zoster, Herpes
simpleks, Vaksinia dan Moluskum kontagiosum, sedangkan oleh jamur
dapat menyebabkan infeksi atau sistemik, dan parasit dapat disebabkan
pedikulosis.

ANATOMI
Struktur anatomi mata :
-

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata berupa

selubung berserabut putih dan relatif kuat


Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata

dan bagian luar sklera.


Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya. Memiliki diameter sekitar 12 mm dan jari-jari

kelengkungan sekitar 8 mm.


Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh

darah dan suatu bahan pigmen, tidak menutupi kornea.


Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di


belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah

cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.


Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke

retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian
belakang bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visual melalui
saraf optikus ke otak. Retina terbagi menjadi 10 lapisan dan memiliki
reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel kerucut pada lapisan ke-

9.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan

visual dari retina ke otak.


Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat
hidung, merupakan tempat percabangan serat saraf dan pembuluh
darah ke retina, tidak mengandung sel batang ataupun kerucut,

terletak pada region sekitar 133 183.


Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara
lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan
sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus

siliaris.
Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari
bahan berbentuk serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan
retina (mengisi segmen posterior mata).

Alat-alat Tambahan Mata


Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata
dan

aparatus

lakrimalis.

Alis
terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya
untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat.
Palpebra (Kelopak mata)
Palpebra merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di
depan bulbus okuli, kelopak mata atas lebih besar dari kelopak mata
bawah. Kelopak mata berfungsi melindungi mata dan berkedip untuk
melicinkan dan membasahi mata.
Pada pinggir kelopak mata terdapat silia (bulu mata). Tarsus merupakan
bagian dari kelopak mata yang berlipat-lipat. Ruang antara ke-2 kelopak
disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini menentukan melotot
atau sipit nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan
disebut caruncula lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea
(minyak) dan sudorifera (keringat).
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di
depan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk

melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan


mata.
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
- Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat,
kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M.
Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M.
Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.
-

Di dalam kelopak terdapak tarsus yang merupakan jaringan ikat

dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada


margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosa berasal dari rimaorbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
Aparatus lakrimalis (sistem saluran air mata).
Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior, melalui
duktus eksretorius masuk ke dalam sakus konjungtiva, melalui bagian
depan bola mata terus ke sudut tengan bola mata ke dalam kanalis
lakrimalis mengalir ke duktus naso-lakrimalis terus ke meatus nasalis
inferior.
Otot mata
Otot mata merupakan otot ekstrinsik mata terdiri dari 8 buah otot, 6 buah
otot diantaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat
kelopak mata ke atas dan 1 buah untuk menutup kelopak mata.
a)

M. levator palpebrae superior inferior, fungsinya mengangkat

kelopak mata
b)

M. orbikularis okuli, fungsinya untuk menutup mata.

c)

M. rektus okuli medial, fungsinya menggerakkan mata kearah dalam

d) M. rektus okuli lateral, fungsinya menggerakkan mata kearah luar


e)

M. rektus okuli superior, fungsinya menggerakkan mata ke atas

f)

M. rektus okuli inferior fungsinya untuk menggerakkan mata ke

bawah.
g)

M.obliquus okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke

bawah dan ke dalam


h)

M.obliquus okuli superior, fungsinya menggerakkan bola mata ke

atas

dan

ke

luar.

Bulu mata : ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari


kelenjar Meibow. Kelenjar sebacea yang terletak pada akar bulu-bulu
mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi kelenjar ini disebut Hordeolum
(bintit).
Apparatus lakrimalis : terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis,
canalis lacrimalis, dan ductus nassolacrimalis.

HISTOLOGI MATA
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica
fibrosa, tunica vasculosa, dan tunica nervosa.
-

Tunica Vibrosa
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang
sangat kuat. Sklera berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada
lapisan ini terdapat kornea, yaitu lapisan yang berwarna bening dan
berfungsi

untuk

menerima

cahaya

masuk

kemudian

memfokuskannya. Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan


air mata sehingga keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan
dari

debu.

Pada batas cornea dan sclera terdapat canalis schlemm yaitu suatu
sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus humor bola
mata.

Tunica Vasculosa
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari
depan ke belakang terdiri dari iris, corpus siliaris dan koroid. Koroid
merupakan lapisan tengah yang kaya akan pembuluh darah, lapisan
ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris. Bagian
depan dari lapisan iris ini disebut pupil yang terletak di belakang
kornea tengah. Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan
menyempitnya bagian ini. Saat masuk ke dalam suatu kamar yang
gelap gulita, maka mata akan berusaha melihat dengan melebarkan
pupil mata dengan bantuan nervus oftalmikus agar cahaya yang
masuk cukup. Pada kondisi ini disebut dengan dilatasi, demikian
sebaliknya jika berada pada ruangan yang terlalu terang maka mata
akan berusaha untuk menyempitkan mata karena silau untuk
mengurangi cahaya yang masuk yang disebut dengan konstriksi.
Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti diafragma yang
dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk. Di sebelah dalam pupil
terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang disebut muskulus
siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata,
yang selalu bekerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang
melihat benda dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa
mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak
yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena
otot lensa harus menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal
sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-benda
tersebut.
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi
caira bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan
Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh kedudukan
bola mata

Tunica Nervosa
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak

pada bagian belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam


dari mata. Lapisan ini lunak, namun tipis, hampir menyerupai lapisan
pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel yang
berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar
100 juta sel merupakan sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat
pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus (kerucut). Sel-sel ini
berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada
sedikit

cahaya.

Sel batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif


terhadap cahaya sehingga sel ini lebih berfungsi pada saat melihat
ditempat gelap. Sel batang ini mengandung suatu pigmen yang
fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti cahaya bulan
pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan
untuk penglihatan pada cahaya remang-remang. Sel kerucut atau
cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu iodopsin
yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masingmasing sensitif terhadap cahaya merah, hijau dan biru. Masingmasing disebut iodopsin merah, hijau dan biru. Segala warna yang
ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan ketiga warna
tersebut. Sel kerucut diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya
terang.
Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan
melalui sinap ke neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang
akan membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf otak ke II (optikus)
yang menembus koroid dan sklera menuju otak. Bagian yang
menembus ini disebut dengan discus opticus/optic disc, dimana
discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel kerucut, maka
cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa
sehingga disebut dengan bintik buta.
Konjungtiva
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel

epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel


konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat
persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel
epitel skuamosa. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet
bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet
ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata
diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada
sel-sel superficial dan di dekat linbus dapatmengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan


satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan
limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam
folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang
sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan

mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan


folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa
tersusun dari jaringan penyambungyang melekat pada lempeng tarsus.
Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva.
Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar air mata asesori
(kelenjar krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip
kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar
wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.
Kornea
Merupakan

1/6

bagian

anterior

bola

mata,

jernih,

transparan,

permukaannya halus, di tengah tebalnya 0,7-0,8 mm, sedangkan di tepi


1,1 mm, sedikit lebih tebal daripada sklera. Secara histologis terbagi
menjadi 5 lapisan yaitu:
Epitel kornea, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Terdiri atas

5-6 lapis sel-sel yang mempunyai daya regenerasi sanagat baik. Stratum
basale tampak gambaran mitosis, sel mengalami pergantian sekitar 7 hari.
Epitel kornea mendapat ujung bebas saraf sensoris N.V terbanyak
dibanding bagian mata lain sehingga sangat sensitif.
Membrana Bowman, lapisan homogen pucat. Terdiri atas fibrin kolagen
halus dan tidak terdapat sel atau serat elastin. Berfungsi memberi
stabilitas dan kekuatan kornea, tidak terdapat di limbus.
Stroma, merupakan 90 % tebal kornea, transparan, tersusun atas serat
kolagen sejajar yang saling menyilang. Sel dan seratnya terbenam dalam
substansi amorf glikoprotein yang bersifat metakromasi.
Membrana Descemet, strukturnya homogen terdiri atas serat kolagen
halus tersusun seperti jala.
Endotel kornea, epitel selapis gepeng membatasi permukaan dalam
kornea. Terdapat organel yang dapat bertranspor aktif dan sisntesis
protein untuk sekresi.
Limbus kornea merupakan peralihan antara kornea dan sklera, lebarnya
sekitar 1mm. terdapat pembuluh darah dan limfe. Epitelnya tebal terdapat
10 lapis atau lebih dan menjadi kontinu dengan konjungtiva.
Lakrime
Dihasilkan oleh glandula lakrimalis dan glandula lakrimalis pelengkap
(kelenjar krause dan wolfring). Mengandung lisozim dan laktoferin yang
bersifat bakterisid, membentuk film air mata prekorneal yang terdiri dari
3 lapisan:
- Lapisan luar terdiri dari lipid. Disekresi oleh Gl. Meibom dan Zeiss.
Berfungsi mencegah penguapan air mata.

- Lapisan tengah
dari

air.

Disekresi

oleh Gl. Lakrimalis,


Krause dan Wolfring.
Berfungsi

untuk

suplai oksigen dan


antibakteri.
- Lapisan dalam
dari musin. Disekresi
oleh sel goblet, kriptus Henle, dan kelenjar Manz. Berfungsi mengubah
permukaan epitel kornea dari hidrofobik menjadi hidrofilik.
Palpebra
Bagian luar palpebra mempunyai gambaran histologik sama dengan kulit
tipis pada umumnya, sedangkan bagian dalam palpebra berupa epitel
berlapis silindris dengan sel goblet.
Dermis di ujung palpebra lebih padat dan mempunyai papil dermis yang
lebih tinggi. Di sini tumbuh rambut kasar yaitu bulu mata. Di belakang
dan di antara folikel-folikel bulu mata terdapat kelenjar apokrin (kelenjar
Moll), dengan saluran keluarnya bermuara ke folikel rambut.
Di bawah dermis terdapat m. orbicularis oculi berupa jaringan otot skelet.
Otot skelet yang ada di belakang salurang kelenjar Meibom yaitu m.
siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa merupakan
rangka kelopak mata disebut tarsus. Tarsus ini tebal di pangkal kelopak
mata, makin ke ujung semakin tipis. Dalam tarsus terdapat deretan
kelenjar sebasea yaitu kelenjar Meibom, muaranya ke satu saluran
keluar dan tidak berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva
makin ke pangkal makin tinggi dan di forniks terdapat lipatan mukosa.

FISIOLOGI
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna
yang dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang
protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah
bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu
sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan
suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses,
dan meneruskan informasi visual ke otak.
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka
cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang
membentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang
bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam
mata adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos,
satu sirkuler dan yang lain radial. Karena serat- serat otot memendek jika
berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi yang
terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk
ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang
terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang
masuk.
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus
dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan
menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat
maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi.
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan
koroid di sebelah anterior. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan
lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi

untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk
penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot
siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina
dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika
dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih
banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil
ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary
constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang
terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel
tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata.
Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya
berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau
objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya
memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata.
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour
(n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak
dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan
yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh.
Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina,
tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya
menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses
perubahan ini terjadi pada retina.
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan
sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi
pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid

membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan


mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor
yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan
fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini
dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan
bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan
sel bipolar dan ganglionic.
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang
terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, chiasma optikus, optic tract,
lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.
Retina sebagai detektor cahaya
Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang
dikirim ke otak. Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor
menimbulkan suatu reaksi fotokimia di fotoreseptor yang melalui suatu
cara akan memicu timbulnya sinyal listrik ke otak, yang disebut suatu
potensial aksi. Foton harus di atas energi minimum untuk dapat
menimbulkan reaksi.
Ada 2 tipe umum reseptor cahaya di retina, yaitu :
a.

Sel Kerucut

Jumlahnya sekitar 6,5 juta di masing-masing mata.

Digunakan untuk penglihatan siang hari (fotopik).

Berguna untuk melihat detail halus dan mengenali beragam warna.

Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.

Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 550 nm


pada region kuning hijau.

b.

Sel Batang

Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing mata.

Digunakan untuk penglihatan malam hari (skotopik).

Berguna untuk penglihatan perifer.

Tidak tersebar merata di retina namun memiliki kepadatan maksimum di


sudut sekitar 203.

Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 510 nm


pada region biru-hijau.
Pembedaan warna
Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada tingkat
reseptor sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan di
luarnya sesuai dengan teori antagonis.
Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam pigmen
yang mempunyai penyerapan maksimum terhadap warna biru, hijau, dan
merah pada spectrum. Pigmen-pigmen ini terdapat pada reseptor secara
terpisah yang masing-masing mengirimkan impuls-impuls yang dapat
dibedakan ke otak. Teori antagonis menganggap bahwa retina
mempunyai aktivitas yang lebih kompleks. Ada 6 macam tanggapan
retina yang terjadi dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan
yang menghasilkan setiap tanggapan tunggal dapat menekan kegiatan
anggota pasangan lain.
Ukuran sel batang dan kerucut yang begitu kecilnya, jika dikombinasikan
dengan indeks bias relatifnya yang tinggi menunjukkan bahwa sel batang
dan kerucut dapat bertindak sebagai pemandu gelombang optik, yang
secara selektif mentransmisikan energi hanya di dalam suatu pita
gelombang karakteristik sempit bagi sel batang atau kerucut. Secara

teoritis, energi cahaya dalam suatu pemandu yang berupa serat


ditransmisikan dalam bermacam ragam yang karakteristik, artinya, ada
selektivitas warna dalam retina.
Pembiasan cahaya pada mata
Mata memiliki seperangkat komponen optik yang mampu membiaskan
sinar yang melaluinya. Komponen optik tersebut adalah sistem lensa,
terdiri atas kornea, anterior chamber (aquous humor), lensa, dan posterior
chamber (vitreous humor). Pembiasan sistem lensa bersifat konvergen
menuju ke retina. Konvergensi pembiasan sistem lensa menjamin tajam
pengihatan (visus) normal manusia.
Index bias
Konvergensi adalah proses pembiasan sinar yang memusat, dihasilkan
dari sebuah sistem lensa positif. Positif atau negatif merupakan ukuran
indeks bias (refraction index), yaitu rasio antara kecepatan rambat
cahaya melalui media hampa dibandingkan dengan kecepatan rambat
cahaya melalui media tertentu yang spesifik. Indeks bias dapat
diilustraikan melalui persamaan berikut :
n = c/v
dimana c adalah kecepatan rambat cahaya pada media hampa dan v
adalah kecepatan rambat cahaya pada media tertentu yang spesifik
Pembiasan terjadi ketika sinar melalui 2 atau lebih media dengan indeks
bias yang berbeda. Konvergensi terjadi bila sinar dari media yang
memiliki kerapatan molekul lebih rendah melalui media yang memiliki
kerapatan molekul yang lebih tinggi, sehingga diperoleh sinar hasil
pembiasan yang cenderung dibelokan menuju garis median. Divergensi
terjadi bila sinar dari media yang memiliki kerapatan molekul lebih
tinggi melalui media yang memiliki kerapatan molekul yang lebih
rendah, sehingga diperoleh sinar hasil pembiasan yang cenderung
menjauhi garis median. Data indeks bias setiap komponen sistem lensa

dapat dilihat pada tabel berikut


System lensa

Kornea

1,37

Aqueous

1,33

humor
Korteks lensa

1,38

Medulla lensa

1,41

Vitreous homor

1,33

Setiap perubahan indeks bias yang terjadi baik itu asalnya dari luar mata
ataupun pada komponen sistem optik mata akan menyebabkan kelainan
pembiasan (refraksi). Gangguan pembiasan menyebabkan sinar hasil
refraksi tidak tepat pada retina, sehingga menyebabkan tajam
penglihatan (visus) mengalami penurunan. Contoh perubahan indeks
bias yang berasal dari luar mata adalah saat menyelam di dalam air.
Perlu diingat pembiasan cahaya adalah suatu proses pembelokan arah
rambat cahaya karena cahaya melewati 2 medium yang memiliki
kerapatan yang berbeda. Jadi, jika cahaya melewati air setelah itu udara,
maka cahaya akan dibelokkan dengan sudut sesuai kerapatan
mediumnya. Pada proses pembiasan, cahaya akan dibelokkan menjauhi
garis normal jika melewati medium rapat ke renggang dan sebaliknya.
Pada mata juga terjadi pembiasan. Lensa mata akan membelokkan
cahaya yang masuk agar jatuh tepat di bintik kuning sehingga kita bisa
melihat sesuatu dengan jelas. Jika bayangan tidak jatuh tepat di bintik
kuning, maka kita tidak akan melihat sesuatu dengan jelas. Saat
menyelam di dalam air kerapatan mata akan hampir sama dengan
kerapatan air. Ini terjadi karena pada saat mata di dalam air, air masuk ke
dalam mata sehingga mata terisi oleh air. Dengan kerapatan yang hampir

sama, pembiasan/pembelokkan pun hampir tidak terjadi sehingga cahaya


tidak dibelokkan agar jatuh di bintik kuning. Sehingga ini membuat mata
tidak dapat melihat dengan jelas saat di dalam air. Namun jika memakai
kacamata selam/renang, air tidak akan masuk ke mata sehingga
kerapatan mata tidak akan berubah dan tidak akan sama dengan
kerapatan air. Ini membuat mata dapat melihat di dalam air apabila
memakai kacamata renang.
Sedangkan gangguan pembiasan cahaya yang asalnya dari dalam mata
yang dapat menyebabkan perubahan sistem optik mata antara lain:
xerophthalmia pada kornea, katarak pada korteks dan medulla lensa, dan
glaukoma pada anterior dan posterior chamber. Gangguan yang muncul
dapat berupa penambahan dan pengurangan konvergensi system lensa.
Refraksi mata
Sistem optik mata yang baik menyebabkan terkumpulnya sinar hasil
pembiasan pada retina. Posisi bintik kuning retina sendiri terletak pada
garis median dari system lensa mata. Bila sinar datang sejajar sumbu
utama akan dibelokan melalui jari-jari lensa, sedangkan bila sinar datang
melalui pusat kelengkungan lensa akan diteruskan dan bila sinar datang
dari arah selain itu akan dibelokan sejajar sumbu utama.
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata
sehingga pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina (bintik kuning).
Untuk memasukkan sinar atau bayangan benda ke mata diperlukan suatu
sistem optik. Diketahui bahwa bola mata mempunyai panjang kira-kira
2.0 cm. Untuk memfokuskan sinar ke retina diperlukan kekuatan 50.0
dioptri. Lensa berkekuatan 50.0 dioptri mempunyai titik api pada titik
2.0 cm.
Definisi dioptri adalah penyebar yang dalam bahasa Yunani nya adalah
diopter yang merupakan ukuran atau satuan kuat lensa atau cermin yang
besarnya sama dengan kebalikan dari jarak focus lensa atau cermin itu
dalam satuan dan dirumuskan
P=1/f

Keterangan :
f : jarak focus (m)
P : kuat lensa (m-1 = dioptri)
Misalnya sebuah lensa mempunyai jarak focus 20 sentimeter, maka kuat
lensa itu adalah 1 / 0,20 = 5 dioptri (D).
Pada mata yang tidak memerlukan alat bantu penglihatan (biasa disebut
mata normal) terdapat 2 sistem yang membiaskan sinar yang
menghasilkan kekuatan 50.0 dioptri. Kornea mata mempunyai kekuatan
80% atau 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan 20% atau 10 dioptri.
Menurut Ilyas kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas
tidak

dibentuk

pada

retina.

Pada

kelainan

refraksi

terjadi

ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan


bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan
sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Pada kelainan
refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, akan tetapi dapat di
depan atau di belakang retina dan mungkin tidak terletak pada satu titik
yang

tajam.

Kelainan

refraksi

dikenal

dalam

bentuk

miopia,

hipermetropia, dan astigmat.


Emetropia (mata normal) berasal dari kata Yunani, emetros, yang berarti
ukuran normal atau pembiasan sinar dalam mata dalam keseimbangan
wajar, dan opsis, yang berarti penglihatan. Mata emetropia akan
mempunyai penglihatan normal, 6/6 atau 100%.
Ametropia (mata dengan kelainan refraksi) berasal dari bahasa Yunani;
ametros, yang berarti tidak seimbang/sebanding, dan opsis, adalah
penglihatan. Jadi ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan
refraksi dimana mata yang dalam keadaan tanpa akomodasi atau istirahat
memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada
retina.
Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata
lainnya. Lensa mata memegang peranan membiaskan sinar terutama
pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat.

Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea atau adanya


perubahan panjang bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus
pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia, atau astigmat. Kelainan lain pada pembiasan
mata normal adalah gangguan perubahan kecembungan lensa akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi
dimana gangguan ini dapat terjadi pada usia lanjut yang disebut
presbiopia.
Bentuk-bentuk ametropia :
A. Miopia (rabun jauh)
Miopia atau biasa disebut sebagai rabun jauh diakibatkan berkurangnya
kemampuan untuk melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan
jelas. Menurut Jenkins pada penderita miopia, titik fokus sinar yang
datang dari benda yang jauh jatuh di depan retina.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab terjadinya miopia :
1. faktor herediter atau keturunan
2. faktor lingkungan
3. faktor gizi
Menurut Ilyas, miopia pada anak dimasukkan ke dalam dua kelompok:
kongenital, yang biasanya miopia tinggi
developmental (perkembangan), yang biasanya terlihat pada anak
berusia 7-10 tahun, tidak begitu berat dan lebih mudah ditangani.
Keduanya berjalan progresif dan memerlukan pemeriksaan kacamata
yang teratur. Sering terlihat pada anak miopianya berjalan progresif yang
mungkin disebabkan bekerja atau membaca dekat.
Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif di dalam dioptri, dimana
1.00 dioptri merupakan kekuatan lensa yang memfokuskan sinar sejajar
pada jarak satu meter.
Klasifikasi beratnya miopia :
miopia ringan <-2.00 dioptri
miopia sedang -2.00 hingga -6.00 dioptri

miopia berat -6.00 hingga -9.00 dioptri


miopia sangat berat >-9.00 dioptri
Miopia dapat diobati dengan menggunakan lensa negatif atau biasa juga
disebut lensa konkaf/divergen.
B. Hipermetropia
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah rabun dekat. Hipermetropia
lebih jarang dibandingkan dengan miopia. Penderita hipermetropia
mengalami kesulitan untuk melihat dekat akibat sukarnya lensa mata
berakomodasi. Dan biasanya keluhan akan semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya usia yang diakibatkan melemahnya otot siliar
untuk berakomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada
hipermetropia, fokus bayangan jatuh dibelakang retina. Adapun bentuk
hipermetropia dimana penderita mengalami kelainan refraksi sehingga
memerlukan kacamata dengan lensa positif untuk melihat jauh, hal ini
disebut hipermetropia absolut. Untuk membantu penglihatan bagi
penderita

hipermetropia

digunakan

lensa

positif

atau

konveks/konvergen.
C. Astigmat(Silinder)
Yang dimaksud dengan astigmat atau silinder disini adalah terdapatnya
variasi kelengkungan kornea atau lensa mata pada meridian yang
berbeda yang akan menyebabkan sinar tidak terfokus pada satu titik
sehingga penderita tidak dapat melihat dengan fokus/berbayang
Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin
lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut.
Umumnya setiap orang mempunyai astigmat ringan. Astigmat bisa
bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir dan biasanya berjalan bersama
dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan
selama hidup.
Menurut Ilyas seorang penderita astigmat biasanya akan memberikan
keluhan :
Melihat ganda dengan satu atau kedua mata

Melihat benda bulat menjadi lonjong


Pada astigmat, penglihatan akan kabur untuk jauh maupun dekat
Untuk melihat sering mengecilkan celah kelopak mata
Sakit kepala
Mata tegang atau pegal
Mata cepat lelah
Satuan atau ukuran pada astigmat dinyatakan dengan silinder dapat
dengannotasi minus ataupun notasi plus. Dimana pada astigmat terdapat
axis yang menyatakan sudut sumbu garis yang menghubungkan titik
pertengahan pupil dengan titik nodus.
Kenaikan silinder berpengaruh juga terhadap besar pertumbuhan spheres
untuk miopia maupun astigmat. Misal kenaikan silinder sebesar -0.25
maka dapat berarti kenaikan spheres sebesar -0.25 dan notasi kenaikan
silinder menjadi +0.25 dengan axis ditambah atau dikurangi 90o. Hal ini
dapat terjadi karena adanya ekuivalensi silinder terhadap spheres.
Contoh : dalam resep didapat ukuran Sph -1.00 Cyl - 0.50 Axis 90 o
(notasi silinder minus) maka akan sama dengan Sph -1.50 Cyl +0.50
Axis 180o (notasi silinder menjadi plus). Untuk koreksi astigmat
digunakan lensa silinder.
D. Presbiopia (mata tua)
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia,
dimana akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan-lahan
berkurang. Pada umumnya jika telah berada pada usia diatas 40 tahun
seseorang akan membutuhkan kacamata baca akibat telah terjadinya
presbiopia.
Untuk membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopia
dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang
berkurang sesuai usia. Menurut Ilyas pada pasien presbiopia diperlukan
kacamata baca atau adisi/penambahan untuk membca dekat yang
berkekuatan tertentu, biasanya :
+1.00 dioptri untuk usia 40 tahun

+1.50 dioptri untuk usia 45 tahun


+2.00 dioptri untuk usia 50 tahun
+2.50 dioptri untuk usia 55 tahun
+3.00 dioptri untuk usia 60 tahun
Dikarenakan jarak baca biasanya adalah 33 cm, maka adisi +3.00 dioptri
adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang.
Suatu keadaan dimana mata mempunyai kelainan refraksi yang berbeda
antara mata kanan dan kiri disebut anisometropia.
Dioptri adalah ukuran kekuatan pembiasan sebuah lensa sebagai bagian
meter, dimana bila lensa memfokuskan sinar sejajar melalui lensa yang
berkekuatan 1.00 dioptri dibiaskan pada jarak 1 meter.
Kacamata
Terdapat berbagai alat dan cara untuk memperbaiki tajam penglihatan
seperti menggunakan kacamata, lensa kontak maupun bedah refraksi.
Seperti diketahui kacamata merupakan alat bantu penglihatan yang
paling banyak dipergunakan oleh karena perawatan yang lebih mudah
dan relatif lebih murah. Tetapi menggunakan kacamata juga terdapat
keluhan-keluhan seperti :
kacamata tidak selalu bersih
coating kacamata mengurangi kecerahan warna benda yang dilihat
mengubah wajah
jika ukuran dioptri/spheres tinggi lensa tebal
sering pegal pada pangkal hidung dan telinga
Lensa
Pada kacamata lensa merupakan bagian yang paling penting sebab lensa
itulah

yang

memberikan

koreksi

penglihatan.

Lensa

bekerja

membelokkan jalan sinar yang disebut pembiasan atau refraksi. Lensa


bersifat menyebarkan atau memusatkan sinar yang melaluinya.
Menurut Ilyas untuk membantu koreksi penglihatan lensa terdapat
beberapa jenis, yaitu :
-

lensa negatif (lensa divergen atau lensa konkaf)

Lensa negatif dapat dengan permukaan plano konkaf, konkaf gand dan
konkaf konveks. Lensa ini tebal pada bagian perifer/tepi lensa dan pada
bagian sentral lebih tipis. Lensa ini digunakan untuk koreksi
miopia/rabun jauh.
-

lensa postif (lensa konvergen atau lensa konveks)

Lensa positif dipergunakan untuk koreksi hipermetropia/rabun dekat.


Lensa ini kebalikan dari lensa negatif, dimana bagian perifer lebih tipis
dibandingkan bagian sentral.
lensa cylinder (silinder)
Lensa ini diperlukan untuk memperbaiki kelainan refraksi astigmat.
Lensa silinder mempunyai kekuatan maksimal pada satu sumbu. Sumbu
dari bagian yang melengkung disebut sebagai sumbu silinder atau biasa
disebut axis. Letak sumbu pada mata berkisar antara 0 hingga 180
derajat.
Berdasarkan bahannya lensa terdapat dua jenis yaitu lensa kaca dan
lensa plastik. Keuntungan dan kerugian lensa kaca dibandingkan dengan
lensa plastik :
a. Lensa kaca lebih mudah berembun dibandingkan lensa plastik;
b. Lensa kaca lebih mudah pecah dibandingkan lensa plastik;
c. Lensa plastik lebih mudah tergores dibandingkan lensa kaca;
d. Lensa kaca lebih berat dibandingkan lensa plastik;
e. Lensa kaca lebih tipis dibandingkan lensa plastik.
Berdasarkan fokusnya lensa dibagi menjadi tiga yaitu :
-

Lensa Single Vision (SV), atau lensa single focus yaitu lensa untuk
koreksi satu masalah penglihatan saja

Lensa Bifocal/Bifocus , yaitu lensa yang dibuat sedemikian rupa


sehingga dapat digunakan untuk koreksi dua masalah penglihatan
dimana lensa yang bagian atasnya untuk koreksi penglihatan jauh dan
bagian bawah untuk koreksi penglihatan dekat;

Lensa Multifocus, biasa disebut juga lensa progressive, yaitu lensa


yang seperti bifocus akan tetapi tanpa batas garis dengan kekuatan

spheresnya bertambah perlahan dari atas hingga bawah, kelebihannya


selain dapat digunakan untuk melihat jauh dan dekat dapat pula
untuk melihat jarak menengah/sedang.
Spheres
Spheres adalah ukuran lensa yang ditulis pada resep untuk lensa koreksi
yang menyatakan bentuk lensa (negatif atau positif) dan besar koreksi
mata yang diperlukan dengan satuan dioptri.
Kepekaan dan ketajaman mata
Ada tiga macam ukuran kepekaan / ketajaman mata, yaitu :
1. Ambang kuantum
Ambang kuantum merupakan jumlah minimum foton yang diperlukan
untuk merangsang sebuah tanggapan sensor. Ambang kuantum ini
berperan untuk menentukan ketajaman penglihatan seseorang di tempat
gelap seseorang dengan ambang kuantum yang baik, akan memiliki
penglihatan yang lebih baik di tempat gelap, artinya dengan sedikit foton
saja sudah mampu mengaktifkan sensor optikus (sel batang dan kerucut).
2. Ambang penerangan
Ambang penerangan merupakan ukuran kepekaan relatif mata terhadap
cahaya dengan aneka macam panjang gelombang. Penglihatan untuk
adaptasi gelap disebut skotopik dan terang disebut fotopik.
3. Ketajaman
Ketajaman yang dimaksud merupakan ukuran ketajaman penglihatan dan
diukur dengan pemisahan sudut minimum terhadap dua buah objek dan
bukan satu. Batas terendah teoritis untuk resolusi dua buah titik cahaya
adalah sebesar 0,1 mrad, sedangkan pada kenyataannya, dengan

penglihatan paling tajam dan kondisi yang optimum manusia dapat


memisahkan sudut pemisahan sekitar 0,2 mrad.
Cacat mata
1. Miopia (penglihatan dekat)

Karakteristik : titik jauh kurang dari tak berhingga, bayangan

jatuh di depan retina.


Penyebab umum : bola mata panjang atau kornea terlalu

lengkung.
Diperbaiki dengan : lensa negatif / cekung / minus

2. Hipermetropia (penglihatan jauh)

Karakteristik : titik dekat lebih dari punctum proximum mata

normal, yaitu 25 cm, bayangan jatuh di belakang retina.


Penyebab umum : bola mata pendek atau kelengkungan kornea

kurang.
Diperbaiki dengan : lensa positif / cembung / plus.

3. Astigmatisme

Karakteristik : benda titik nampak bergaris-garis sedangkan benda

bergaris-garis dilihat baik hanya pada arah tertentu saja.


Penyebab umum : kelengkungan kornea tidak merata.
Diperbaiki dengan : lensa silindris atau lensa kontak keras.

4. Presbiopia (mata tua)

Karakteristik : titik dekat lebih dari 25 cm, titik jauh kurang dari

tak berhingga.
Penyebab umum : kurangnya akomodasi.
Diperbaiki dengan : lensa bifokal atau trifokal.

4. Buta warna

Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan selsel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat
faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari
orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked,
karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak
membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara
penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat
istilah pembawa sifat hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang
membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik
tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada
umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan
faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom
X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita
buta warna.

Sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih,
serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi
ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama
sel kerucut.
Tajam Penglihatan
Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual
Acuity" yang didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang
bergantung pada tingkat kejelasan upaya pemfokusan di retina.

Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk


membedakan berbagai bentuk. Penglihatan yang optimal hanya dapat
dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang
sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat.
Tajam penglihatan dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity dan
resolution acuity. Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang
berhubungan dengan detail dari huruf terkecil, angka ataupun bentuk
lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah kemampuan mata
untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai
dua objek yang terpisah.
Jarak 6 meter menjadi standar pengukuran tajam penglihatan. Tes tajam
penglihatan (visus) dilakukan pada jarak 6 meter dari Snellen chart. Hasil
pemeriksaan visus normal adalah 6/6, artinya benda yang seharusnya
dapat dilihat dengan jelas pada jarak 6 meter, ternyata dapat dilihat
dengan jelas pada jarak 6 meter. Bila hasil pemeriksaan menyatakan visus
< 6/6, misal 4/6 atau 5/6, maka benda yang seharusnya dapat dilihat
dengan jelas pada jarak 6 meter, ternyata dapat dilihat dengan jelas pada
jarak 4 dan 5 meter.
Akomodasi
Benda yang terletak pada jarak kurang dari 6 meter, maka perlu ada
penambahan konvergensi lensa. Akomodasi mata merupakan upaya
penambahan konvergensi lensa agar mata tetap dapat melihat benda yang
jaraknya kurang dari 6 meter. Kemampuan akomodasi semakin berkurang
dengan bertambahnya umur. Hal ini terlihat dari ukuran titik dekat pada
setiap kelompok umur yang semakin bertambah. Titik dekat adalah jarak
terdekat benda dari mata yang masih dapat diidentifikasi dengan jelas.
Akomodasi terjadi karena kontraksi dari m ciliaris yang memiliki origo
pada lensa dan insersi pada orbita. Kontraksi m ciliaris menarik orbita
mendekat ke media sehingga jarak superior dengan posterior orbita
berkurang. Secara tidak langsung hal ini menyebabkan tekanan pada
lensa mata ke arah medial, sehingga menyebabkan kelengkungan lensa

(terutama posterior) bertambah cembung.


Akomodasi menyebabkan seakan-akan jarak benda bertambah, atau
menjauh karena bagian posterior lensa bertambah cembung ke dalam.
Selain jarak benda, jari-jari dan diameter lensa juga bertambah saat
akomodasi. Efek samping lain yang muncul saat akomodasi adalah
peningkatan tekanan chamber, terutama posterior. Hal inilah yang
menyebabkan munculnya rasa nyeri tumpul (kemeng), ditambah dengan
terbentuknya asam laktat dari kontraksi m ciliaris menyebabkan
akomodasi mata tak dapat dilakukan terlalu lama.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.
Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab
kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam
penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan
mata. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan
dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam
penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari
(hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk besarnya kemampuan mata
membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan
melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu.
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan
kacamata dan setiap mata diperiksa terpisah.
Mata yang tidak dapat membaca satu huruf pun pada kartu Snellen diuji
dengan cara menghitung jari. Jika tidak bisa menghitung jari, mata
tersebut mungkin masih dapat mendeteksi tangan yang digerakkan secara
vertikal atau horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi
adalah kesanggupan mempersepsi cahaya. Mata yang tidak dapat
mempersepsi cahaya dianggap buta total.
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau
kemampuan melihat seseorang, seperti:
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada

jarak enam meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat
pada jarak enam meter.
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan
angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan
angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada
jarak enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat
pada jarak 60 meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen
maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang
normal pada jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang
berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan
pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat
gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya
dapat melihat lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajam
penglihatannya adalah 1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak
dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam
penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tidak berhingga.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009).
Nilai Tajam Penglihatan dalam Meter, Kaki dan Desimal
Snellen (6 meter)

20 kaki.

Sistem Desimal

6/6.

20/20.

1.0

5/6.

20/25.

0.8

6/9.

20/30.

0.7

5/9.

15/25.

0.6

6/12.

20/40.

0.5

5/12.

20/50.

0.4

6/18.

20/70.

0.3

6/60.

20/200.

0.1

Uji Lubang Kecil/pinhole


Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang
kurang terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik media
penglihatan. Penderita duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6
meter. Penderita disuruh melihat huruf terkecil yang masih terlihat
dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut ditaruh lempeng berlubang
kecil (pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). Bila terdapat perbaikan
tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang kecil berarti terdapat
kelainan refraksi. Bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti
terdapat gangguan pada media penglihatan. Mungkin saja ini diakibatkan
kekeruhan kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan kelainan makula
lutea.
Uji Pengkabutan (Fogging Test)
Uji pemeriksaan astigmatisme dengan memakai prinsip mengistirahatkan
akomodasi dengan memakai lensa positif. Dengan mata istirahat pasien
disuruh melihat astigmatism dial (juring astigmatisme). Bila garis vertikal
yang terlihat jelas berarti garis ini telah terproyeksi baik pada retina
sehingga diperlukan koreksi bidang vertikal dengan memakai lensa
silinder negatif dengan sumbu 180 derajat. Penambahan kekuatan silinder
diberikan sampai garis pada juring astigmatisme terlihat sama jelasnya.
Uji Duokrom (Uji Keseimbangan Merah Biru)
Pada mata emetropia sinar merah dibiaskan di belakang retina sedang
sinar hijau di depan, demikian pula dengan mata yang telah dikoreksi
dengan tepat. Penderita duduk dengan satu mata ditutup dan melihat pada

kartu merah hijau yang ada huruf diatasnya. Pada pasien diminta untuk
memberitahu huruf diatas warna yang tampak lebih jelas. Bila terlihat
huruf diatas hijau lebih jelas berarti mata hipermetropia, sedang pada
miopi akan lebih jelas huruf pada warna merah. Pada keadaan diatas
dilakukan koreksi sehingga huruf diatas warna hijau sama jelas dibanding
huruf diatas warna merah.
Uji Dominan Mata
Uji ini bertujuan untuk mengetahui mata dominan pada anak. Anak
diminta melihat pada satu titik atau benda jauh. Satu mata ditutup
kemudian mata yang lainnya. Bila mata yang dominan yang tertutup
maka anak tersebut akan menggerakkan kepalanya untuk melihat benda
yang matanya dominan.
Uji Crowding Phenomenon
Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya ambliopia. Penderita diminta
membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu
persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien
disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam
penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut
adanya crowding phenomenon pada mata tersebut. Mata ini menderita
ambliopia.
Penurunan Tajam Penglihatan
Penurunan tajam penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti usia, kesehatan mata dan tubuh dan latar belakang pasien. Tajam
penglihatan cenderung menurun sesuai dengan meningkatnya usia
seseorang. Jenis kelamin bukan merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi ketajaman penglihatan seseorang. Dari penelitian yang
dilakukan di Sumatera, Indonesia, didapat bahwa penyebab tertinggi
terjadinya low vision atau visual impairment adalah katarak, kelainan
refraksi

yang

tidak

dikoreksi,

amblyopia,

Age-related

Macular

Degeneration, Macular Hole, Optic Atrophy, dan trauma. Kelainan


refraksi merupakan suatu kelainan mata yang herediter.

Pemeriksaan Pupil
Pupil harus tampak simetris (isokor), dan masing-masing harus diamati
ukuran, bentuk (bulat atau tidak teratur) dan reaksinya terhadap cahaya
dan akomodasi. Perhatikan juga ada atau tidaknya respons langsung dan
konsensual.
Pemeriksaan Motilitas Mata
Tujuan menguji motilitas mata adalah untuk mengevaluasi kesejajaran
kedua mata dan gerakannya, baik sendiri-sendiri (duksi) maupun
bersamaan (versi). Pemeriksaan motilitas mata dapat dilakukan melalui
uji kesejajaran yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu uji
kesejajaran binokular sederhana dan uji menutup (cover test); dan uji
gerak ekstraokular.
Uji kesejajaran binokular sederhana. Uji ini dilakukan dengan
meminta pasien melihat ke senter yang berjarak beberapa kaki. Akan
terlihat sebuah cahaya kecil yang merupakan pantulan pada setiap kornea,
yang dalam normalnya terletak dipusat masing-msaing pupil jika kedua
mata berpadu lurus. Jika posisi mata konvergen, sehingga salah satu mata
mengarah ke dalam (esotropia), maka pantulan cahaya akan berada di
sebelah temporal pupil mata tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika
posisi mata divergen, dimana salah satu mata mengaraj ke luar
(eksotropia), mka pantulan cahaya akan berada di sebelah nasl pupil mata
tersebut. Uji ini dapat dilakukan pada bayi dan anak .
Uji gerak ekstraokular.
Kedua mata psien diminta mengikuti objek ketika objek tersebut
digerakkan ke salah satu dari mepat arah pandangan utama. Diperhatikan
kecepatan, kelancaran, rentang jarak, dan simetri gerakan serta perlu
dicatat adanya ketiidakstabilan fiksasi. Uji ini juga dapat dilakukan
dengan salah satu mata tertutup (uji duksi atau rotasu monokular),
dimana mata yang lain mengikuti sasaran yang bergerak dalam semua
arah pandangan; lalu perhatikan apakaha ada pengurangan gerakan rotasi
yang mengisyaratkan adnya keterbatasan dalam idang kerja otot yang
bersangkutan

Oftalmoskop
Perangkat ini dibagi atas 3 bagian
1. Atas
Bagian ini sering disebut sebagai Projector Head dan di sinilah lokasi dari
sumber sinar dan media okuler tersedia yang letaknya saling bertolak
belakang. Beberapa perusahaan memberikan bantalan di atas bagian
okuler (bagian paling atas) atau menyediakan asesoris tambahan berupa
plastik sepanjang kira-kira 5 cm yang berguna sebagai sandaran dahi agar
supaya pengaplikasiannya lebih mudah.
2. Sleeve atau lengan
Sleeve ini identik dengan pembentukan sinar yang anda inginkan. Berkas
sinar melebar dengan ketajaman sinar yang rendah disebut Sleeve Up,
sedangkan berkas sinar ramping (seperti asesoris stenopic slit pada trial
lens) dengan ketajaman sinar yang tinggi dikenal sebagai sleeve down.
Persis dibawah sleeve ada alat pemutar sudut dari berkas sinar yang pada
nantinya berkas sinar bisa tampil secara vertikal, horizontal dan miring
tergantung pada axis yang dibentuk oleh media mata pasien.
3. Battery
Bagian ini adalah tempat tangan anda menggengam retinoskop dan juga
pengaturan intensitas sinar yang ingin anda hasilkan. Patut digaris bawahi
sebaiknya intensitas sinar jangan terlalu tinggi dimana bila ini terjadi
pasien akan merasa silau dan pedih. Retinoskop digunakan sebagai salah
satu alternatif pemeriksaan obyektif
KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala (seperti yang sudah disebutkan


diatas) dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk menegakkan diagnosis pasti
diperlukan swab kulit kelopak mata untuk menentukan etiologinya
apakah bakteri, jamur atau alergen
PATOFISIOLOGI
Mata merah yang terjadi pada pasien diakibatkan karena adanya reaksi
inflamasi (iritatif) akibat adanya benda asing, sehingga dikeluarkan
mediator proinflamasi (seperti prostaglandin E2, prostasiklin) yang
mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah.
Jaras Nyeri
Zat-zat kimia dan rangsangan fisik (mekanik) dapat memicu terjadi
pruritus.Stimulasi terhadap ujung saraf bebas yang terletak di dekat junction
dermoepidermal yang bertanggung jawab untuk sensasi ini. Sinaps terjadi
di akar dorsal korda spinalis (substansia grisea), bersinaps dengan neuron
kedua yang menyeberang ke tengah, lalu menuju traktus spinotalamikus
kontralateral hingga berakhir di thalamus. Dari thalamus,terdapat neuron
ketiga yang meneruskan rangsang hingga ke pusat persepsi di korteks
serebri.
Etiologi (bakteri, virus, jamur,
parasit)

Kedua mata
sering berair
sebagai
kompensasi
tubuh untuk
melawan benda
asing sehingga
diproduksi
banyak air mata

Terjadinya
hyperplasia
limfoid lokal
sebagai bentuk
pertahanan
tubuh

Dikeluarkannya mediator
proinflamasi seperti prostaglandin
e2 dan prostasiklin

Permeabilitas
pembuluh darah
meningkat dan
cairan plasma keluar

Edema
palpebra

Menyebabkan
terjadinya
pelebaran
pembuluh darah

Kelopak mata hiperemis

hiperlakrimasi
Mata terasa pedih dan
PENATALAKSANAAN
seperti kelilipan
Non Medikamentosa
Pasien tidak perlu dirawat inap, pasien diedukasi untuk tidak menggaruk
kelopak mata, memakai salep dengan teratur, dan yakinkan bahwa
penyakit ini dapat sembuh dengan pengobatan yang teratur.
Medikamentosa
Bersihkan dengan garam fisiologis hangat kemudian diberikan antibiotik
yang sesuai. Pada blepharitis sering diperlukan kompres hangat. Pada
infeksi ringan diberi antibiotik lokal sekali sehari pada kelopak dan
kompres basah dengan asam borat. Bila terjadi blepharitis menahun,
maka

dilakukan

penekanan

manual

kelenjar

Meibom

untuk

mengeluarkan nanah.
Pada blepharitis seboroik, kelopak harus dibersihkan dengan kapas lidi
hangat, soda bikarbonat, atau nitras argentin 1%. Dapat digunakan salep
sulfonamid untuk aksi ketoritiknya. Kompres hangat selama 5-10 menit,
tekan kelenjar Meibom dan bersihkan dengan sampo bayi. Diberikan
juga antibiotik lokal, prednisolon 0,125% dua kali sehari, dan antibiotik
sistemik, tetrasiklin 2 x 250 mg atau sesuai dengan hasil kultur.
Pengobatan pada infeksi virus bersifat simtomatik, antibiotik diberikan
bila terdapat infeksi sekunder.
Bila disebabkan jamur, infeksi superfisial diobati dengan griseofulvin
0,5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi dan diteruskan
sampai 1-2 minggu setelah gejala menurun. Bila disebabkan kandida
diberikan nistatin topikal 100.000 unit per gram.
Pada infeksi jamur sistemik, bila disebabkan Aktinomises atau Nokardia
diobati dengan sulfonamid, penisilin, atau antibiotikspektrum luas.
Amfoterisin

diberikan

untuk

histoplasmosis,

sporotrikosis,

aspergilosis, dan lainnya, dimulai dengan 0,05-0,1 mg/kg Bb secara

intravena lambat selama 6-8 jam dalam dekstrosa 5%. Dosis dinaikkan
sampai 1 mg/kg BB, namun total tidak boleh dari 2 gram. Pengobatan
diberikan setiap hari selama 2-3 minggu atau sampai gejala berkurang.
Hati-hati karena toksik terhadap ginjal.
Pada blepharitis akibat alergi dapat diberikan steroid lokal atau sistemik,
namun harus dicegah pemakaian lama. Untuk mengurangi gatal, berikan
antihistamin.
KOMPLIKASI
- Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang disebabkan oleh
proses infeksi, iritasi, fisik atau respon alergi, ditandai dengan hyperemia
ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak
sekret purulen kental.
- Keratitis
Keratitis adalah peradangan pada kornea, yaitu jaringan di bagian depan
mata yang menutupi pupil dan iris. Keratitis dapat disebabkan oleh
cedera yang relatif kecil, seperti goresan kuku, atau pemakaian lensa
kontak yang terlalu lama yang dapat menular. Keratitis juga dapat
disertai infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
Jika tidak diobati, atau jika infeksi semakin parah, keratitis dapat
mengakibatkan komplikasi serius yang secara permanen dapat merusak
penglihatan.
- Trikiasis
Trikiasis merupakan keadaan tumbuhnya bola mata kea rah dalam yang
akan menggosok-gosok jaringan bagian dalam seperti kornea dan
konjungtiva sehingga menimbulkan peradangan padanya. Mata akan
merasa kelilipan, dengan fotofobia dan lakrimasi. Pengobatan trikiasis
adalah dengan melakukan epilasi (mencabut bulu mata) disertai
kauterisasi dan bila disertai dengan entropion maka dilakukan tarsotomi
atau dibedah plastik.
- Madarosis

Madarosis adalah suatu keadaan estetik yang memperlihatkan adanya


kehilangan

bulu

mata

(cillarymadarosis)

atau

alis

mata

(superciliarymadarosis) yang permanen. Biasanya disebabkan oleh


peradangan pada kelopak mata (blepharitis), tapi juga dapat disebabkan
oleh Trichotillomania, (gangguan psikis yang menyebabkan seseorang
terdorong untuk menarik rambutnya). Selain itu, kondisi ini diketahui
berhubungan dengan berbagai kelainan autoimun (alopecia areata,
lupus), kanker, efek samping obat-obatan, kelainan pada sistem endokrin
(hypothyroidism, hyperthyroidism) dan kelainan sistemik. Selain
masalah estetik yang mengganggu, Madarosis tidak menimbulkan rasa
sakit pada bagian fisik ataupun mengganggu fungsi dasar dari tubuh.
Untuk memperbaiki masalah estetik, rangsangan agar bulu-bulu tersebut
dapat tumbuh kembali dapat dilakukan dengan memakai obat-obatan
atau implan rambut.
PROGNOSIS
Ad Vitam: Ad Bonam
Seberat-beratnya blefaritis hingga terjadi komplikasi sekalipun tidak
akan menimbulkan kematian.
Ad Fungsionam: Ad Bonam
Dengan pengobatan yang benar sesuai etiologi dan segera fungsi
kelopak mata akan tetap berfungsi normal sebagaimana mestinya.
Ad Sanationam: Ad Bonam
Dengan menghindari faktor faktor yang dapat menimbulkan blefaritis
maka prognosis kekambuhan pada pasien ini adalah ad bonam.

Anda mungkin juga menyukai