Hasil
Hasil
HASIL
4.1.
Hasil
Berat (g)
Jumlah (individu)
12,1 13
740 770
24
13,1 14
780 810
41
14,1 15
820 850
15
36
37
Frekuensi (Individu)
60
50
40
30
20
10
0
12.1 - 13
13.1 - 14
14.1 - 15
Nilai b
Pola Pertumbuhan
Teluk Bintuni
1.387
0.921
Allometrik Negatif
Hasil persaman regresi linear diperoleh hubungan lebar dan berat Kepiting
Bakau di Teluk Bintuni (Tabel 2) yaitu nilai b < 3 menunjukkan pola
pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan lebar karapas lebih cepat
dibanding dengan berat. Pada hasil Uji t menunjukkan bahwa thitung lebih besar
dari ttabel. Pola pertumbuhan dan nilai koefisien korelasi (r) Tabel 2 secara jelas
digambar dalam grafik sebagai berikut:
38
Log W
3.0
y = 0.7056x + 1.3877
r = 0.921
2.9
2.8
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
Log L
Gambar 2. Grafik Hubungan Lebar dan Berat Kepiting Bakau di Teluk Bintuni.
Referensi
10 30 (Kasry, 1996)
25 30 (Cholik, 2005)
>4,0 (Susanto dan Murwani, 2006)
7,0 8,5 (Kasry, 1996)
39
oksigen terlarut rata rata sebesar 7,5 7,8 mg/L. Sedangkan rata rata pH
sebesar 8.
Scylla sp.
12 - 14 bulan (Bonine, 2008)
3 - 4 tahun (Bonine, 2008)
1.840.984 telur (Muna, 2010)
90 110 mm (Rangka, 2007)
150 - 200 mm (Kordi, 2012)
Demersal egg layer
2.75 3.25 (sumbernya apa?
Maksudnya apa pula??)
40
Tabel 6. Pemberian Skor Parameter Kerentanan pada Kepiting Bakau (Scylla sp.)
yang tertangkap dengan Alat Tangkap Bubu.
Parameter
Ketersediaan
Kemampuan tertangkap
Selektivitas
Kematian pasca tangkap
Hasil
>50% berada pada daerah
penangkapan
Sedang tumpang tindih
dengan alat tangkap
>2 kali mata jarring
0%
Atribut
Skor
3
Kualitas
Data
1
3
1
1
1
Hasil
<10% tumpang tindih
Sedang tumpang tindih
dengan alat tangkap
>2 kali mata jaring
0%
Atribut
Skor
1
2
Kualitas
Data
1
1
3
1
1
1
41
Tabel 8. Pemberian Skor Parameter Kerentanan pada Kepiting Bakau (Scylla sp.)
yang tertangkap dengan menggunakan tangan (Handpicking).
K
Ketersediaan
Kemampuan tertangkap
Selektivitas
Kematian pasca tangkap
Hasil
<10% tumpang tindih
Kecil tumpang tindih
dengan alat tangkap
0%
Atribut
Skor
1
1
Kualitas
Data
1
1
1
1
1
1
42
PSA Graph
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
1.0
1.5
(<-Tinggi)
2.0
Produktivitas
2.5
3.0
(Rendah->)
Gambar 3. Kurva PSA Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Teluk Bintuni yang di
tangkap dengan Bubu, Rakkang 2 lapis dan handpicking
(menggunakan tangan)
43
4.2.
Pembahasan
44
45
46
47
48
49
ukuran mata jaring 3 cm. Dalam satu trip perjalanan nelayan dapat membawa 10
50 buah Bubu, namun ada beberapa yang membawa hingga 200 buah Bubu,
tergantung dari ukuran perahu dan modal yang dibawa oleh nelayan untuk satu
trip perjalanan. Cara operasi alat tangkap ini cukup sederhana, yaitu umpan yang
telah dibawa dikaitkan kepada perangkap yang terdapat di dalam Bubu tersebut
kemudian Bubu tersebut di letakkan di muara sungai dan di sekitar perairan
Kabupaten Teluk Bintuni. Biasanya nelayan melaut ada yang satu hari ada juga
yang 3 4 hari baru kembali ke darat. Biasanya dalam 1 buah Bubu terdapat 3 4
ekor Kepiting Bakau. Rakkang dua lapis alat ini memiliki ukuran yaitu diameter
50 cm, tinggi 20 cm dan ukuran mata jaringnya 3 cm. Tongkat yang digunakan
untuk menancapkan Rakkang ini memiliki panjang 2 3 m. Daerah operasi
penangkapannya hampir sama dengan Bubu. Perbedaannya yaitu apabila
membawa Bubu nelayan biasanya bermalam 3 4 hari di laut sedangkan apabila
membawa Rakkang dua lapis ini nelayan hanya beberapa jam saja. Biasanya
hingga 6 jam tidak lebih dari 6 jam. Nelayan biasanya dalam satu trip perjalanan
membawa 10 30 buah Rakkang dua lapis, sambil menunggu hasil dari alat
tangkap Bubu nelayan juga menebarkan Rakkang dua lapis. Mengoperasikan alat
ini dengan menaruh umpan dan ditancapkan di dalam Rakkang dua lapis,
kemudian ditancapkan di daerah muara atau daerah yang berlumpur di sepanjang
sungai.
Selain menggunakan alat tangkap, beberapa nelayan menggunakan perahu
dan menangkap kepiting menggunakan tangan. Biasanya nelayan handpicking ini
lebih di dominasi oleh nelayan perempuan, karena demi membantu suami yang
juga notabennya adalah nelayan Kepiting Bakau. Dalam satu trip perjalanan
50
nelayan handpicking ini berangkat pagi pulang siang atau sore, karena
keterbatasan dana dan lampu penerangan sehingga tidak bisa sampai pada malam
hari. Hasil tangkapan tidak terlalu banyak seperti yang menggunakan Bubu dan
Rakkang dua lapis, dalam sekali trip perjalanan dari pagi sampai sore maksimal
tangkapan adalah 10 ekor Kepiting Bakau. Daerah penangkapan Kepiting Bakau
dengan teknik Handpicking yaitu di daerah muara dan daerah yang berlumpur.
Dalam bahasa papuanya yaitu di pecek-pecek yang artinya di lumpur-lumpur.