magister
yang
oleh
karenanya
dalam
menyelesaikan
masalah
Dalam
pencapaiannya
itu
seorang
magister
harus
untuk meremehkan ilmu yang satu dengan yang lain tetapi yang ada
adalah kerjasama dari berbagai bidang ilmu jadi spesialisasi ilmu itu
tidak berdampak negatif tetapi sebaliknya yaitu berdampak positif bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi negara kita.
b. Tuntutan perkembangan ilmu.
- Ilmu bukan sesuatu (entity) yang tetap, abadi, ilmu sebenarnya sesuatu
yang tidak pernah selesai kendati ilmu itu didasarkan pada kerangka:
-
kebenarannya
(reliability)
dapat
dipertanggungjawaban
baik
dampak
negatif
bagi
manusia
sendiri:
penting
sebagai
subyek
penelitian
dan
pengkajian
filsafat.
mungkin
terdapat
beberapa
ajaran
agama,
karena
A.
Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek
yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana
hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan
meng-indera yang membuahkan pengetahuan.
Objek telaah Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu
perwujudan tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu
berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas
dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari
kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk
hidup,
antara
jenis-jenis
dan
individu-individu.
Dari
pembahasannya
bermoral
atau
tidak
bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama.
Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan
moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul
dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara
etis.
Teori yang dimaksud adalah Deontologis dan Teologis.
a. Deontologis.
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang terkesan
kaku, konservatif dan melestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa
baik buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan
bukan akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai normanorma yang ada.
b. Teologis
Teori Teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik jika
buah dari perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana
untung dan rugi ini dilihat dari indikator kepentingan manusia.
Teori ini memunculkan dua pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme
(utilisme). Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 1832),
yang kemudian diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806 1873).
2. Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang
berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang
dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal
yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang
disebut
indak
atau
tidak
indah.
Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang muncul
persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan
yang bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan
dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran.
Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan
dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.
.
4. Teori kebenaran ilmiah dan cara-cara memperolehnya.
Untuk mengetahui apakah pengetahuan itu adalah suatu kebenaran
atau tidak dimana hal ini sangat berhubungan erat dengan sikap bagaimana
cara kita memperoleh pengetahuan, apakah kita hanya melakukan kegiatan
dan kemampuan akal pikir ataukah melalui nilai kebenaran karena semua
masih meragukan dan itulah yang merupakan kebenaran. Dan untuk
mengukur suatu kebenaran kita mempunyai teori teori kebenaran antara
lain :
1. Teori Coherence of Truth (Teori kebenaran saling berhubungan) :
berkesesuaian
dengan
kenyataan
yang
ada
atau
harus
dinyatakan benar kalau ada refensinya yang jelas dan apabila tidak ada
referensinya maka pengetahuan tersebut dinyatakan salah.
5. Teoei Kebenaran Sintaksis
Teori kebenaran ini para penganutnya berpangkal tolak pada keteraturan
yang sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau
tata bahasa yang melekatnya, dengan demikian suatu pernyataan
memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti atyuran aturan
sintaksis yang sudah baku dengan kata lain apabila proposisi itu tidak
mengikuti syarat atau aturan dan keluar dari hal yang sudah ditetapkan
maka proposisi akan tidak mempunyai arti. Teori ini sangat popular
diantara penganut
empirisme.
Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah yang mendasar
dalam epitemoligi, secara sederhana terjadinya pengatahuan dengan
sifatnya baik a priori maupun a pasteriori, dimana pengetahuan yang a
berdasarkan
kegiatan
rasio,
bagi
kaum
rasional
mereka
yang
mendasarkan
diri
pada
pengalaman
suatu
kerangka
pemikiran
yang
dapat
memberikan
Kebebasan
bertindak
manusia
sebagai
nilai
diambang
kemusnahan.
Penemuan teknologi dynamic psychotheraphy mampu merangsang
secara baru bagian2 penting, shg kelakuan bisa diatur dan disusun.
Kemampuan perilaku seseorang diubah dg operasi dan manipulasi dalam
susunan syaraf otak melaluipsychosurgerys infuse kimiawi, obat bius
tertentu
munculnya
isu
abortus,
euthanasia,
penelitian
penelitian
percobaan pada manusia dan kloning (bank sperma, bayi tabung dengan
sperma/ovum bukan berasal dari suami-istri yang sah)
Namun Perkembangan IPTEK tak dpt dihindari,atau dihentikan,
sehingga IPTEK hanya memberi manfaat bagi kehidupan manusia jika
dikendalikan oleh sistem nilai etik moral - agama. Di luar kendali nilai,
IPTEK hanya akan merugikan kehidupan manusia. Beberapa pokok nilai yg
perlu diperhatikan dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan agar ilmu
pengetahun dan teknologi dikembangkan secara manusiawi, yaitu :
matang ditinjau dari berbnagai sudut seperti etis, religius dan ekonomis.
Intinya manusia tidak bisa mengambil keputusan hanya berdasar
pertimbangan
pragmatis
tanpa
memperhatikan
konsekuensi-
Model Personalistis
Personalisme tidak identik dengan individualisme subyektif, sebab
personalisme memandang manusia sebagai suatu kesatuan badan, jiwa
dan roh yang menghadirkan nilai objektifnya. Rujukan model ini
bertujuan memelihara dan memajukan kebenaran utuh tentang manusia
dan model ini berpandangan bahwa manusia adalah nilai objektif,
normatif dan transenden. Manusia mesti dihargai sebagai subjek yang
memiliki harkat dan martabat yang luhur, maka tak heran, merupakan
tanggung jawab utama setiap manusia untuk menyelamatkan dan
melindungi siapapun yang sedang terancam, mengalaminkesulitan
hidup dan ditangani secara medis.
d. Model Keutamaan
Dalam
sejarah
teologi
moral,
Thomas
Aquinas
(1225-1274),
memperpendek
hidup
manusia.
Dalam
hal
ini
pertimbangan
mengenai
untuk
apa
teori/ilmu
itu
objektif,
rasional,
sistematis,logis
dan
empiris.
Dalam
calon
ilmuwan
dan
calon
profesional
mampu
(rasionalisme,
empirisisme,
materialisme,
positivisme,
dll).