Peraturan Perundang Undangan Berlaku Menurut Tempat
Peraturan Perundang Undangan Berlaku Menurut Tempat
Dibawah Bimbingan :
Ibu Gialdah Tapiansari, S.H., M.H
Ibu Tien S Hulikati, S.H., M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
KATA PENGATAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana atas rahmat dan
karunianya kami diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ramgkuman materi Hukum
Pidana ini mengenai PENGULANGAN TINDAK PIDANA dengan lancar.
Dalam penyusunan makalah ini kami berterimakasih kepada para pihak yang memberikan
saran dan kritiknya. Terimakasih juga kepada para penulis buku dan penulis artikel website
yang telah kami kutip pendapatnya dalam isi makalah ini.
Akhir kata semoga rangkuman materi ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Bandung, 18 Mei 2014
Penyusun
Yadi Supriatna
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. 2
DAFTAR ISI.... 3
BAB I PENDAHULUAN4
A. LATAR BELAKANG.. 4
B. TUJUAN... 4
BAB II RANGKUMAN MATERI. 5
A.
B.
C.
D.
E.
ASAS TERITORIAL... 5
PERLUASAN ASAS TERITORIAL. 8
ASAS NASIONAL AKTIF. 9
ASAS NASIONAL PASIF...10
ASAS UNIVERSALITAS... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ruang lingkup berlakunya Undang-undang pidana suaatu Negara dapat dapat
kita jumpai dalam pasal 2,3,4,5,6,7,8 dan 9 KUHP. Diberlakukanya lex loci delicti atau
undang-undang yang berlaku di tempat tindak pidana itu telah dilakukan terhadap
pelakunya, telah dikenal orang sejak abad tersebut diberlakukanya undang-undang
pidana suatu Negara, baik terhadap orang-orang asing maupun warga negaranya yang
diketahui telah melakukan suatu tindak pidana didalam wilayahnya.
Dengan adanya pasal-pasal tersebut kita selaku subyek hukum harus
mengetahui apakah kita dapat dipidana berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia
atau tidak serta WNA yang berada di Indonesia bias dipidana juga dengan undangundang yang berlaku di Indonesia atau undang-undang pidana yang berlaku di Negara
WNA tersebut.
Dengan adanya hukum pidana, maka setiap orang baik itu warga negara
indonesia sendiri, maupun bangsa asing dengan tidak membedakan kelamin atau
agama, kedudukan atau pangkat yang berbuat pidana dalam wilayah Republik
Indonesia, maka hukum pidana itu di berlakukan kepada mereka. namun dalam hal ini,
ada juga yang di kecualikan bagi orang-orang bangsa asing yang menurut hukum
internasional diberi hak exterritorialiteit tidak boleh diganggu gugat. Sehingga
ketentuan-ketentuan pidana Indonesia tidak berlaku kepadanya, mereka itu hanya
tunduk kepada undang-undang pidana sendiri.
Di indonesia ini berarti seluruh wilayah Indoesia baik diudara, daratan maupun
di lautan yang masing-masing mempuyai batas-batas berbeda.
Maka untuk mentukan tempat dimanakah peristiwa itu terjadi, maka dalam hal
ini, kami akan membahasnya mengenai hukum pidana menurut tempat ada 4 (empat)
macam asas yaitu sbb:
1. Asas tentorialteit/ asas wilayah negara
2. Asas personaliteit/ asas kebagsaan
3. Asas perlindungan /asas nasional pasif
4. Asas universaliteit/ asas persamaan
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui asas hukum pidana
2. Untuk memenuhi tugas ringkasan materi
BAB II
RANGKUMAN MATERI
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN MENURUT TEMPAT
Asas-asas hukum pidana merupakan hal-hal yang mendasari terjadinya suatu perbuatan
akan dikenakan sanksi hukum apabila melanggar ketentuan hukum pidana dimanapun ia
berada dan tidak melihat status orang itu berbuat tindak pidana apabila melanggar ketentuan
hukum pidana akan terkena sanksi sesuai dengan sanksiperbuatannya. Asas-asas hukum pidana
ini bersumber dalam bagian Buku I menyangkut asas-asas hukum pidana dan uraian umum dari
ketentuan Pasal 1 sampai dengan Pasal 9 KUHP. Berikut penjelasan mengenai Asas-asas
Hukum Pidana, yaitu : Asas Teritorialitas, Asas Nasional Pasif, Asas Nasional Aktif dan Asas
Universalitas.1
1. ASAS TERITORIAL2
Asas territorial terdapat dalam ketentuan undang-undang yang diatur dalam
pasal 2 K.U.H.Pidana.
Pasal 2 K.U.H.Pidana menentukan :
Aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang
melakukan perbuatan pidana di Indonesia.
Undang-undang pidana Indonesia itu tidak hanya berlaku bagi warga Negara
Indonesia saja melainkan bagi setiap warga Negara asing yang telah diketahui
melakukan suatu tindak pidana di wilayah Negara Indonesia.
Berlakunya asas territorial ini didasarkan pada asas kedaulatan suatu Negara
atau sovereignty. Setiap warga Negara wajib menjamin keamanan dan ketertiban
didalam wilayah Negaranya masing-masing. Kekuasaan suatu Negara meliputi seluruh
wilayah daratan yang terdapat dalam Negara tersebut, yang batas-batasnya di darat
dimana di dunia ini ditentukan dalam perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh Negara
tersebut dengan Negara-negara tetangganya.
1. Penerapan Pasal 2 KUHP3
Contoh kasus :
a. A seorang W.N.I melakukan pencurian di Bandung. A akan dituntut dan
mendapatkan hukuman menurut perundang-undangan pidana yang berlaku di
Indonesia.
1.
2.
3.
Diennisa Putriyanda, Asas-asas hukum pidana dan pengertian perbuatan pidana menurut para ahli,
http://www.slideshare.net/icadienica/asas-asas-hukum-pidana-pengertian-perbuatan-pidana-menurutpara-ahli, diakses pada 22 Februari 2014 Pukul 08:12
Tien S. Hulukati, Hukum Pidana, Bandung, 2014, hlm. 41
Ibid. hlm. 42
7.
3.
4.
5.
6.
Keamanan perekonomian.
Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI.
Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan.
Asas Universalitas Undang-undang pidana dapat juga diperlakukan terhadap
kejahatan-kejahatan yang bersifat merugikan kesalamatan internasional yang
terjadi di dalam daerah yang tak bertuan (daerah kutub, lautan terbuka).
Dalam hukum internasional diakui kesamaan hak dari setiap negara yang
berdaulat dan seakan-akan adanya satu negara dunia. Selanjutnya dalam
hukum internasional diakui pula suatu asas bahwa terhadap mereka yang
melakukan tugas perwakilan kenegaraan diluar negrinya, kebal terhadap hukum
dimana ia bertugas.
5. ASAS UNIVERSALITAS9
Asas universalitas ialah suatu asas yang memberlakukan KUHP terhadap
perbuatan pidana yang terjadi di luar wilayah Indonesia yang bertujuan untuk
merugikan kepentingan internasional. Peristiwa pidana yang terjadi dapat berada di
daerah yang tidak termasuk kedaulatan negara mana pun. Jadi yang diutamakan oleh
asas tersebut adalah keselamatan internasional.
Contoh: pembajakan kapal di lautan bebas, pemalsuan mata uang negara
tertentu bukan negara Indonesia.
Jadi di sini mengenai perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan dalam daerah
yang tidak termasuk kedaulatan sesuatu negara mana pun, seperti: di lautan terbuka,
atau di daerah kutub.
Yang dilindungi di sini ialah kepentingan dunia. Jenis kejahatan yang diancam
pidana menurut asas ini sangat berbahaya bukan saja dilihat dari kepentingan Indonesia
tetapi juga kepentingan dunia. Secara universal (menyeluruh di seantero dunia) jenis
kejahatan ini dipandang perlu dicegah dan diberantas. Demikianlah, sehingga orang
Jerman menamakan asas ini weltrechtsprinzip (asas hukum dunia). Di sini kekuasaan
kehakiman menjadi mutlak karena yuridiksi pengadilan tidak tergantung lagi pada
tempat terjadinya delik atau nasionalitas atau domisili terdakwa.
Hal ini diatur dalam KUHP pasal 4 ayat 4. Asas ini didasarkan atas
pertimbangan, seolah-olah di seluruh dunia telah ada satu ketertiban hukum.
Berlakunya pasal 2-5 dan 8 KUHP dibatasi oleh pengecualian-pengecualian
dalam hukum internasional. Bahwa asas melindungi kepentingan internasional (asas
universal) adalah dilandasi pemikiran bahwa setiap Negara di dunia wajib turut
melaksanakan tata hukum sedunia (hukum internasional).
8
Tedi Franggeos Andri Siburian, tugas pengantar hukum indonesia tentang asas hukum pidana,
http://franggeos.blogspot.com/2011/12/tugas-pengantar-hukum-indonesia, diakses pada 22
Februari 2014 pukul 20.05
Surahman, Belajar Hukum,
http://orpalhukum.blogspot.com/2011/08/asas-asas-hukumpidana.html, Diakses pada 22 Februari 2014 pukul 18.36
BAB III
PERTANYAAN DAN JAWABAN
A. PERTANYAAN
1. Bagaimana kronologi atau proses asas territorial?
2. Berkaitan dengan pembicaraan tentang pasal 3 K.U.H.Pidana muncul sebuah
pertanyaan,; Apakah orang-orang yang pada hakikatnya bukan warga Negara Indonesia
itu dapat melakukan suatu tindak pidana, yang menurut undang-undang pidana yang
berlaku di indonesia telah dinyatakan sebagai tindak pidana yang hanya dapat
dilakukan oleh WNI, yaitu seperti yang telah diatur dalam pasal 450 atau 451
K.U.H.Pidana?
3. Bagaimana bila terjadi suatu peristiwa (terbunuh/diserang) terhadap orang-orang PBB
dalam menjalankan tugasnya di negara yang berbeda pula?. Saya mengerucutkan dari
banyak kasus dan memilih kasus pembunuhan yang terjadi terhadap Count Folke
Bernadotte (seorang yang berasal dari negara Swedia dan bekerja sebagai pejabat sipil
Internasional di PBB) oleh penduduk Israel di negara Israel itu sendiri. Pemahaman
yang sulit saya dapatkan dari kasus ini adalah, bagaimana penyelesaian kasus ini dalam
kacamata hukum internasional?11
4. Berkenaan dengan kasus di atas, Sekjen PBB (pada masa itu) Trygve Lie
mempersiapkan memorandum, dan disampaikan pada Sidang Majelis Umum PBB pada
tahun 1948. Memorandum tersebut berisi 3 permasalahan pokok :12
1. Apakah suatu negara mempunyai tanggung jawab terhadap PBB atas musibah
atau kematian dari salah seorang pejabatnya?
2. Kebijaksanaan secara umum mengenai kerusakan dan usaha-usaha untuk
mendapatkan ganti rugi.
3. Cara-cara yang akan ditempuh untuk penyampaian dan penyelesaian mengenai
tuntutan-tuntutan.
Setelah mendengarkan memorandum dari Sekjen PBB, Majelis Umum kemudian
meminta pendapat dari ICJ, dengan mengajukan permasalahan hukum sebagai
berikut :
1. Apakah PBB sebagai sebuah organisasi mempunyai kapasitas untuk dapat
mengajukan gugatan terhadap pemerintah de jure maupun de facto untuk
mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh :
a) PBB;
b) Korban atau orang-orang yang menerima dampak dari kejadian yang menimpa
korban.
2. Apabila pertanyaan 1(b) dapat diterima, apakah tindakan yang harus dilakukan
PBB untuk mengembalikan hak Negara tempat korban menjadi warganya ?
11.
Elfriza
Sibarani,
Masalah
Hukum
Internasional
http://elfriza.blogspot.com/2013/09/masalah-hukum-internasional-yang-sulit.html,
Februari 2014 pukul 18.30
Yang
Sulit,
diakses pada 23
B. JAWABAN
1. Asas teritorial (kekuasaan Negara atas wilayahnya) artinya setiap barang dan manusia
yang berada disuatu wilayah suatu Negara secara otomatis terikat pada hukum Negara
tersebut.
2. Perkataan tindak pidana dalam pasal 3 K.U.H.Pidana itu haruslah diartikan sebagai
tindak pidana menurut undang-undang pidana yang berlaku di Indonesia. Agar
seseorang dapat dikatakan bersalah telah melakukan tindak pidana menurut suatu pasal
K.U.H.Pidana maka orang itu haruslah memenuhi setiap unsur seperti yang terdapat
dalam rumusan tindak pidana pasal 450 dan 451 K.U.H.Pidana itu, jelas bahwa keadaan
sebagai warga Negara Indonesia merupakan suatu unsur dari tindak pidana seperti yang
dimaksud dalam pasal tersebut.
3. Setelah meneliti dan mencari jawabannya sendiri, saya menemukan kasus hukum
ini diselesaikan oleh Mahkamah Internasional (ICJ). Dari kasus tersebut,
terdapat empat permasalahan hukum yang muncul :
1. Count Folke Bernadotte adalah pejabat sipil internasional yang bekerja untuk PBB
2. Count Folke Bernadotte adalah warga negara Swedia
3. Pembunuh Bernadotte, Yehoshua Cohen, adalah warga negara Israel
4. Pembunuhan terhadap Bernadotte terjadi di wilayah pengawasan Israel.
4. Pada akhirnya, terhadap permasalahan hukum yang diajukan oleh Majelis
Umum, ICJ memberikan jawaban sebagai berikut :
1. Untuk pertanyaan 1(a), ICJ secara mutlak sepakat bahwa PBB dapat melakukan hal
tersebut.
2. Untuk pertanyaan 1(b), ICJ memberikan pendapat dengan 11 suara melawan 4
bahwa PBB dapat mengajukan gugatan meskipun pemerintah yang diminta
pertanggungjawabannya bukanlah anggota PBB.
3. Untuk pertanyaan 2, ICJ memberikan pendapat dengan 10 suara melawan 5 bahwa
apabila PBB membawa gugatan karena kerugian yang dialami pejabatnya, tindakan
tersebut hanya dapat dilakukan apabila gugatannya didasarkan pada pelanggaran
kewajiban kepada PBB.
Dengan adanya kasus ini, organisasi internasional yang ada di dunia mendapatkan
penegasan mengenai status yuridiknya. Meskipun sebenarnya status yuridik dari
organisasi internasional telah ada, namun sampai sebelum adanya kasus ini, masih
belum ada kepastian hukum mengenai bisa atau tidaknya sebuah organisasi
internasional untuk bisa berperkara sebagaimana layaknya subyek hukum internasional
lainnya. ICJ telah membuat suatu terobosan hukum dengan mengeluarkan advisory
opinion berkenaan dengan kasus ini.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
RUANG LINGKUP
MENURUT TEMPAT
BERLAKUNYA
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Asas-asas hukum pidana merupakan hal-hal yang mendasari terjadinya suatu perbuatan
akan dikenakan sanksi hukum apabila melanggar ketentuan hukum pidana dimanapun ia
berada dan tidak melihat status orang itu berbuat tindak pidana apabila melanggar ketentuan
hukum pidana akan terkena sanksi sesuai dengan sanksi perbuatannya.
ASAS TERITORIAL
Berlakunya asas territorial ini didasarkan pada asas kedaulatan suatu Negara
atau sovereignty. Setiap warga Negara wajib menjamin keamanan dan ketertiban
didalam wilayah Negaranya masing-masing. Kekuasaan suatu Negara meliputi seluruh
wilayah daratan yang terdapat dalam Negara tersebut, yang batas-batasnya di darat
dimana di dunia ini ditentukan dalam perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh Negara
tersebut dengan Negara-negara tetangganya.
PERLUASAN ASAS TERITORIAL
Pasal 2 KUHP yang di dalamnya terdapat asas territorial, ternyata diperluas lagi dengan
pasal 3 KUHP. Dimana pasal 3 KUHP menentukan :
Aturan pidana dalam peraturan perundang-undangan Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang di luar Indonesia, melakukan perbuatan pidana didalam perahu
Indonesia.
ASAS NASIONAL AKTIF
Asas ini terdapat dalam ketentuan undang-undang seperti yang diatur dalam pasal 5
K.U.H.Pidana.
Pasal 5 ayat (1) K.U.H.Pidana menentukan:
(1) Aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi warga negara
yang diluar Indonesia melakukan:
Ke-1. Salah satu kejahatan tersebut dalam bab I dan II Buku kedua dan pasal-pasal:
160,161,240,279,450, dan 451.
Ke-2. Salah satu perbuatan yang oleh suatu aturan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia dipandang sebagai kejahatan sedangkan menurut perundang-undangan
negara dimana perbuatan dilakukan, diancam dengan pidana.
(2) penuntutan karena tindak pidana seperti dimaksud dalam no 2 diatas itu dapat juga
dilakukan, apabila tertuduh setelah melakukan tindak pidana tersebut kemudian baru
menjadi warga negara Indonesia
Akan tetapi ada juga aturan yang dimuat dalam pasal 6 dan pasal 7.
ASAS NASIONAL PASIF
Asas nasional pasif adalah asas yang menyatakan berlakunya undang-undang hukum
pidana Indonesia di luar wilayah Negara bagi setiap orang, warga Negara Indonesia atau
orang asing yang melangar kepentingan hukum Indonesia, atau melakukan perbuatan
pidana yang membahayakan kepentingan nasional Indonesia di luar negeri. Asas nasional
pasif diatur dalam Pasal 4.
ASAS UNIVERSALITAS
Asas universalitas ialah suatu asas yang memberlakukan KUHP terhadap perbuatan
pidana yang terjadi di luar wilayah Indonesia yang bertujuan untuk merugikan
kepentingan internasional. Peristiwa pidana yang terjadi dapat berada di daerah yang
tidak termasuk kedaulatan negara mana pun. Jadi yang diutamakan oleh asas tersebut
adalah keselamatan internasional.
C. SARAN
Semoga dengan adanya pemaparan materi yang telah kami sampaikan sekiranya dapat
menjadi suatu pembelajaran dan dapat mengambil manfaat dari materi ini. Dengan
adanya pemaparan materi ini semoga kawan-kawan semua dapat memahami lebih lanjut
mengenai asas-asas dalam pemberlakuan peraturan perundang-undangan berdasarkan
tempat ini. Semoga apa yang kami sampaikan dapat menjadi sebuah pengantar untuk
memahami kasus-kasus yang marak terjadi dalam kehidupan kita ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hulukati, Tien S. 2014. Hukum Pidana. Bandung.
Putriyanda, Diennisa.2011. Asas-asas Hukum Pidana dan Pengertian Perbuatan Pidana
Menurut Para Ahli, http://www.slideshare.net/icadienica/asas-asas-hukum-pidana
pengertian-perbuatan-pidana-menurut-para-ahli. diakses pada 22-02-2014 Pukul 08:12
Siburian, Tedi Franggeos Andri. Tugas Pengantar Hukum Indonesia tentang Asas Hukum
Pidana.http://franggeos.blogspot.com/2011/12/tugas-pengantar-hukum-indonesia.
diakses pada 22 Februari 2014 pukul 20.05
Surahman. 2011. Belajar Hukum. http://orpalhukum.blogspot.com/2011/08/asas-asashukum-pidana.html. Diaskses pada 22 Februari 2014 Pukul 18:36
Sibarani,
Elfriza.
2013.
Masalah
Hukum
Internasional
Yang
Sulit.
http://elfriza.blogspot.com/2013/09/masalah-hukum-internasional-yang-sulit.html,
diakses pada 23 Februari 2014 pukul 18.30