Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Perspektif Kontemporer tentang Perilaku
Abnormal ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Psikologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing, atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada teman-teman sekelas atas
bantuan dan kerjasamanya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dan dapat menambah wawasan kita terutama dalam hal pengenalan
perilaku abnormal dalam perspektif kontemporer. Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
mendukung dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu manusia telah mencari penjelasan tentang perilaku
yang aneh atau menyimpang. Pada zaman kuno dan abad pertengahan, keyakinankeyakinan perilaku abormal berpusat pada peran iblis dan kekuatan supranatural
lainnya. Namun bahkan pada masa kuno terdapat akademisi seperti Hippocrates
dan Galen yang mencari penjelasan alamiah tentang perilaku abnormal. Pada
masa kontemporer, takhayul dan demonologi telah telah membukan jalan bagi
lahirnyan model teoritis yang berasal dari ilmu-ilmu alam dan sosial. Pendekatan
tersebut tidak hanya untuk memahami perilaku secara ilmiah namun juga
memberikan cara menangani orang-orang yang mengalami gangguan psikologis.
Dalam makalah ini akan mempelajari perspektif-perspektif kontemporer
yang utama tentang perilaku abnormal, termasuk persepektif biologis, psikologis,
dan sosiokultural. Masing-masing perseptif utama tersebut memberikan
kemungkinan unruk mempelajari perilaku abnormal. Masing-masing memberikan
kontribusi terhadap pemahaman kita tentang perilaku abnormal, namun tidak ada
yang memberikan gambaran menyeluruh tentang hal yang kita bicarakan ini.
Banyak kaum terpelajar saat ini yang meyakini bahwa pola perilaku abnormal
merupakan fenomena yang kompleks, yang akan lebih baik jika dipahami dengan
cara
mengadopsi
perspektif
interaksionis
atau
biopsikosial
yang
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang apa itu
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa penyebab munculnya perspektif
b.
c.
d.
e.
BAB II
PEMBAHASAN
3 | Perspektif Kontemporer tentang Perilaku Abnormal
Pengertian Perspektif
A. Perspektif Biologis
Model medis, yang diilhami oleh para dokter mulai dari Hippocrates
hingga kraepelin, tetap memiliki kekuatan yang besar dalam pemahaman
kontemporer tentang perilaku abnormal. Model medis mewakili perspektif
biologis tentang perilaku abnormal.
1. Sistem Saraf
Sistem saraf terbuat dari sel sel saraf yang disebut neuron. Neuron
neuron saling berkomunikasi satu sama lain, atau menyalurkan pesan.
Setiap neuron memiliki badan sel, atau soma, dendrit dendrit, dan
sebuah akson. Badan sel memuat nucleus sel dan memetabolisasi
oksigen untuk membawa hasil kerja dari sel. Neuron memancarkan
pesanpesan ke neuron yang lain melalui substansi kimia yang disebut
neurotransmiter. Ketidakteraturan dalam kerja system neurotransmitter
dikotak berkaitan erat dengan pola pola perilaku abnormal.
2. Bagian-bagian Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari dua bagian utama, sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Kedua bagian ini juga terbagibagi. Sistem saraf
pusat terdiri dari otak dan tulang belakang. Sistem saraf tepi tersusun
dari sarafsaraf yang (1) menerima dan menyalurkan pesan sensoris ke
otak dan tulang belakang, dan (2) menyalurkan pesan dari otak atau
tulang belakang ke otototot, menyebabkan mereka berkontraksi, dan
kekelenjarkelenjar, menyebabkan
mereka
mensekresi
hormon-
hormon.
Sistem Saraf Pusat berada di bagian bawah otak, terdiri dari
medula, pons, dan serebellum. Banyak saraf yang menghubungkan
tulang belakang dengan tingkat otak yang lebih tinggi menjulur
melalui medula.
a. Medula memainkan fungsi vital sepeti detak jantung,
pernapasan, dan tekanan darah.
b. Pons menyalurkan informasi tentang pegerakan tubuh yang
terlibat dalam fungsi yang berkaitan dengan perhatian,
tidur, dan pernapasan.
c. Serebelum terlibat dalam keseimbangan dan perilaku
motorik.
d. Otak tengah terletak di atas batang otak dan berisi jalur
saraf yang menghubungkan batang otak dengan otak
tengah.
e. Sistem aktivasi retikular (reticular activating system/RAS)
berawal dari batang otak dan naik melalui otak tengah ke
bagian bawah dari otak depan. RAS, yang terdiri dari
jaringan-jaringan
neuron
mirip
sarang
laba-laba,
sistem
limbik,
ganglian
basalis,
dan
sereberum.
g. Talamus menyalurkan informasi sensoris kedaerah otak
yang lebih tinggi dan juga terlibat dalam tidur dan
perhatian.
h. Hipotalamus merupakan struktur kecil yang terletak antara
talamus dan kelenjar pituitary. Hipotalamus penting dalam
pengaturan temperature tubuh, konsentrasi cairan cairan,
penyimpanan nutrisi, dan motivasi serta emosi.
i. Ganglia basalis terletak di depan talamus dan membantu
mengatur gerak-gerakan dan koordinasi postural.
j. Serebrum,
merupakan
mahkota
kemenangan
dan
saraf
otonomik
karena
aktivitasnya
yang
tersebut
memiliki
dampak
yang
makanan.
Karena
cabang
simpatis
karena
aktivasi
sistem
saraf
simpatik
Persfektif
Biologis
tentang
Perilaku
biologis,terutama
genetis
tampaknya
B. Perspektif Psikologis
1. Modelmodel Psikodinamika.
Teori psikodinamika didasarkan pada kontribusi Sigmund freud dan
para pengikutnya. Model psikodinamika ini didasarkan pada keyakinan
bahwa masalah psiologis adalah akibat dari konflik psikologis diluar
alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil.
a. Struktur
pikiran
pengalaman
klinis
Freud
membuatnya
yang
meliputi
harapan-harapan,
ketakutan-ketakutan,
Psikodinamika
Definisi
Contoh
Pertahanan
Represi
Mengeluarkan ide-ide
yang membangkitkan
kecemasan dari
kesadaran.
Regresi
Rasionalisasi
Munculnya, di bawah
yang merupakan
menggunakan mobil
karakteristik tahapan
perkembangan yang
lebih awal.
Penggunaan justifikasi
pernikahannya hancur.
Seorang pelajar
menyalahkan
sebenarnya untuk
Proyeksi
melakukan ini.
Seorang pekerja memilih
impuls-impuls dari
berkelahi dengan
objek-objek yang
pasangannya setelah
penyelianya.
kurang mengancam.
Menimpakan impuls-
lain sehingga
menganggap yang
menginterprestasikan
Reaksi Formasi
seksual.
Seseorang yang marah
berlawanan dengan
pada keluarganya
impuls-impuls yang
sesungguhnya dari
Penyangkalan
ditekan.
Penolakan untuk
menerima sifat
sesungguhnya dari
ancaman.
jantung meskipun ia
perokok berat (ini tidak
Sublimasi
Penyaluran impuls-
dan konstruktif.
Psikodinamika
tentang
Normalitas
dan
ketidaksetujuan
seuperego.
Adanya
penyaluran-
bentuk
gangguan
perilaku
yang
ditandai
dengan
sebagaimana
perilaku
normal.
Watson
dan
teoretikus
dua bentuk utama dari belajar dalam membentuk perilaku normal dan
abnormal yaitu, classical conditioning dan operant conditioning.
a. Peran classical conditioning. Psikolog Rusia Ivan Pavlov
menemukan refleks yang terkondisi secara tidak sengaja. Ivan
Pavlov membuat eksperimen dengan anjing dan menemukan
respon yang terjadi yaitu: respons terkondisi adalah respon yang
dipelajari terhadap stimulus yang sebelumnya netral, stimulus
tidak terkondisi adalah stimulus yang menimbulkan respon yang
tidak dipelajari, respons tidak terkondisi adalah respon yang tidak
dipelajari, dan stimulus terkondisi adalah stimulus yang
sebeleumnya netral yang membangkitkan suatu respon yang
terkondisi setelah berulang kali dipasangkan dengan suatu stimulus
yang tidak terkondisi yang sebelumnya dapat membangkitkan
respons tersebut.
b. Peran dari operant conditioning. Operant conditioning melibatkan
perolehan perilaku, yang disebut perilaku operant yang dilakukan
oleh organisme dan beroperasi atau memanipulasi lingkungan
untuk untuk menghasilkan efek tertentu. Psikolog B.F Skinner
menunjukkan bahwa burung yang kurang mendapatkan makanan
akan belajar untuk menekan tombol apabila butiran-butiran
makanan dijatuhkan pada kandang mereka sebagai suatu hasil.
Pada operant conditioning, organisme membentuk respon atau
keterampilan yang menghasilkan reinforcement. (1) Reinforcment
(disebut
juga
modifikasi
perilaku
(behavior
teorinitis
kognitif
mempelajari
kognisi
(pikiran-pikiran),
teoretikus kognitif yang terkemuka, meyakini bahwa peristiwaperistiwa yang menyulitkan dalam diri mereka tidak menyebabkan
kecemasan, depresi, atau gangguan perilaku. Namun keyakinan
tidak rasional yang kita miliki tentang pengalaman tidak mujurlah
yang memicu emosi negatif dan perilaku tidak adaptif. Misalnya
seseorang yang kehilangan pekerjaan dan menjadi cemas serta
sedih karenanya. Dalam hal ini, tampaknya dipecat menjadi
penyebab langsung dari ketidakbahagian seseorang, namun
ketidakbahagian ini sebenarnya
pekerjaan lain yang sebaik itu, saya tidak dapat melakukan apa pun
dalam hal ini. Keyakinan keyakinan yang berlebihan dan tidak
rasional
tersebut
menyebabkan
depresi,
mengembangkan
dari
dari beberapa
kognitif, yang
dengan
munculnya
terapi
kognitif
behavioral
C. Perspektif Sosiokultural
Para teoritikus sosiokultural mencari penyebab perilaku abnormal
yang mungkin terletak pada kegagalan masyarakat daripada orang yang
25 | Perspektif Kontemporer tentang Perilaku Abnormal
masalah-masalah
perilaku,
seperti
alkoholisme,
mungkin
D. Perspektif Biopsikososial
Banyak teoritikus masa kini yang mengadopsi perspektif
biopsikososial yang memandang bagaimana berbagai factor-faktor yang
mewakili ranah-ranah biologis, psikologis, dan sosiokultural berinteraksi
dalam berkembangnya gangguan tertentu. Kita baru mulai menggali
interaksi yang tidak tampak dan sering kali kompleks, dari berbagai factor
yang
menyebakan
pola-pola
perilaku
yang
abnormal.
Perspektif
Stress
Stressor
lingkungan
Perkembangan
gangguan
Semakin kuat
diatesis, semakin
sedikit stress yang
dibutuhkan untuk
Gangguan
Psikologis
Mengevaluasi
Perspektif
Biopsikososial.
Kekutan
model
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perspektif adalah. Perspektif kontemporer terdiri dari perspektif biologi,
perspektif psikologis, perspektif sosiokultural, dan perspektif biopsikosial.
Perspekti biologi terkait dengan gangguan yang terjadi dibagian sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Perspektif psikologis terkait dengan model-model
psikodinamika, model-model belajar, model-model humanistik dan model-model
kognitif. Perspektif sosiokultural terkait dengan dukungan terhadap hubungan
DAFTAR PUSTAKA