Anda di halaman 1dari 8

KEMAHIRAN HUKUM PIDANA

DUPLIK
KASUS KORUPSI

KELOMPOK 5

Tia Aprilliani

Ivory Vicanza

Shandi Asmara

Endriani Rukmana P.

Bimo Putra R.

Ardian Harefa

Indra Satria V.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2015

DUPLIK PENASIHAT HUKUM


TERHADAP
REPLIK JAKSA PENUNTUT UMUM
No. Reg/PID.SUS/I/MEDAN/4/2007
Atas Nama Nining Sukaisih

Majelis Hakim Yang Mulia


Jaksa Penuntut Umum Yang kami Hormati
Serta Sidang yang kami junjung tinggi,
Terimakasih kami haturkan kepada Majelis Hakim yang telah memberikan waktu yang cukup
bagi Tim Penasihat Hukum untuk dapat memberikan tanggapan balik (duplik) atas replik Jaksa
Penuntut Umum. Kami juga tidak lupa menyampaikan penghargaan kepada Sdr. Jaksa Penuntut
Umum yang telah bersedia menanggapi nota pembelaan kami dengan berbagai sanggahannya.
Meskipun sangat kami sayangkan bahwa sanggahan Sdr. Jaksa Penuntut Umum terkesan hanya
asal menyanggah, tidak disertai dengan argumentasi yang valid. Argumentasi yang disampaikan
dalam repliknya tidak lebih dari penyampaian kembali hal-hal yang telah dituangkan dalam surat
tuntutannya.
Duplik ini merupakan closing argument bagi kami karena merupakan kesempatan terakhir
yang diberikan oleh KUHAP kepada Terdakwa secara pribadi ataupun melalui Penasihat
Hukumnya untuk membela dirinya dihadapan Majelis Hakim dalam rangka menemukan
kebenaran materill. Pemberian kesempatan ini adalah merupaka perwujudan dari usaha agar
Terdakwa dapat melakukan pembelaan maksimum dengan menyampaikan tambahan
argumentasi hukum seluas-luasnya sebagai tambahan bahan pertimbangan bagi Majelis Hakim
sebelum menjatuhkan putusan. Kesempatan yang diberikan untuk menyampaikan duplik ini
sekaligus juga menunjukkan adanya pengakuan secara tegas oleh Majelis Hakim akan hak
Penasihat Hukum sebagaimana tersebut dalam Pasal 182 Ayat 1 huruf b KUHAP bahwa dalam
jawab menjawab (argumentasi) antara Penasihat Hukum dan Penuntut Umum maka Terdakwa
atau Penasihat Hukum selalu memperoleh giliran terakhir.
Majelis Hakim Yang Mulia
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati
Sidang yang kami junjung tinggi

Kalau kita mencermati BAP Saksi, BAP Tersangka, Berita Acara Penyitaan, surat dakwaan, surat
tuntutan dan Replik Jaksa Penuntut Umum selalu diawali dengan dalil untuk keadilan tetapi
didalamnya terselubung kemunafikan dan keinginan untuk mendapatkan suatu ketenaran dengan
mengorbankan orang lain, bahkan hanya untuk memenuhi target pemberantasan dugaan tindak
pidana korupsi, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh mantan Jaksa Agung Abdul Rahman
Saleh dalam bukunya yang berjudul Memoar 930 hari di puncak gedung bundar halaman 161
yang mengatakan yaitu pencapaian target penanganan perkara korupsi menjadi pertimbangan
dalam promosi dan mutasi kepegawaian. Bahkan opini publik yang berkembang di media
massa saat ini, baik melalui televisi maupun surat kabar yaitu Hakim yang menghukum orang
yang terlanjur dituduh korupsi selalu dipuja dan disanjung tetapi Hakim yang membebaskan
orang yang dituduh korupsi tetapi tidak terbukti melakukan korupsi selalu dihujat dan dihina.
Kembali kehati nurani kita masing-masing yang terlibat dalam pemeriksaan perkara ini, yang
mana yang akan kita pilih, apakah kita mau menghukum Terdakwa untuk mendapatkan pujaan
dan pujian atau membebaskan Terdakwa untuk menyatakan kebenaran dan keadilan yang
nantinya akan dihujat dan dihina?
Majelis Hakim Yang Mulia
Jaksa Penuntut Umum yang kami Hormati
Serta sidang yang kami junjung tinggi
Selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa duplik ini hanya untuk menegaskan hal-hal yang
secara eksplisit dibantah oleh JPU. Kami tidak akan lagi mengulas hal-hal yang tidak ditanggapi
oleh JPU sebab kami anggap hal-hal yang tidak dibantah berarti merupakan kebenaran yang
memang tidak terbantahkan.
Adapun tanggapan kami adalah sebagai berikut:
1. Surat tuntutan, surat dakwaan Penuntut Umum disusun berdasarkan BAP yang
cacat Hukum.
Bahwa dalam tanggapan JPU untuk membenarkan Sdr. Indra Satria,S.H selaku Jaksa
Penyidik sekaligus Jaksa Penuntut Umum dengan menggunakan dasar hukum yaitu Pasal
26 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001, pasal 284 ayat 2 UU No. 8 Tahun
1981 (KUHAP) dan pasal 17 Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1983 yang menjadikan
seorang Jaksa mempunyai kewenangan untuk menyidik perkara korupsi (ini pendapat
JPU.)
Bahwa setelah kami mempelajari dengan teliti dasar hukum Jaksa Penuntut Umum
diatas, tidak ada ketentuan yang mengatakan bahwa seorang Jaksa berwenang untuk

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi. Perlu Penasihat Hukum


sampaikan bahwa mengenai kewenangan Kejaksaan untuk melakukan penyidikan
terhadap perkara tindak pidana korupsi tidak diatur dalam ketentuan yang disampaikan
Jaksa Penuntut Umum, melainkan diatur dalam ketentuan pasal 30 ayat 1 huruf d serta
penjelasanya UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan yang mengatakan bahwa
Kejaksaan mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelidikan terhadap tindak
pidana korupsi. Bahwa kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepada
kejaksaan untuk melakukan penyelidikan tersebut adalah secara institusi yaitu
Kejaksaan bukan secara personal yaitu seorang jaksa.
Bahwa dalam perkara ini secara institusi Kejaksaan Negeri Kota Medan memang
berwenang untuk melakukan penyidikan dalam perkara Korupsi. Tetapi penunjukan
Indra Satria,S.H selaku Jaksa Penyidik sekaligus Jaksa Penuntut Umum adalah
melanggar ketentuan pasal 183 Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menjadi aturan
main dalam peradilan pidana, karena dengan penunjukan Indra Satria,S.H selaku Jaksa
Penyidik sekaligus Jaksa Penuntut Umum membuat rasa keadilan dan hak terdakwa Bisri
untuk memperoleh proses peradilan yang Obyektif, adil dan berimbang menjadi tidak
terpenuhi dan hal tersebut adalah pelanggaran atas hak asasi Terdakwa.
Dengan demikian BAP, surat dakwaan, surat Tuntutan yang ada adalah cacat hukum dan
kita yang terlibat dalam pemeriksaan perkara ini tentu sependapat bahwa menegakkan
hukum tidak boleh dengan cara melanggar hukum.
2. Jaksa Penuntut Umum telah melanggar hukum karena tidak memberikan semua
berkas perkara yang menjadi hak Penasihat Hukum Terdakwa guna kepentingan
Pembelaan Terdakwa.
Jaksa Penuntut Umum dalam tanggapanya mengatakan bahwa semua barang bukti dan
alat bukti surat yang kami ajukan berasal dari Terdakwa dan apa bila disita bukan dari
Terdakwa tentulah Terdakwa memiliki copynya atupun tembusanya, sehingga tidak ada
alasan untuk menyerahkan ataupun memberikan turunan kepada penasihat hukum
Terdakwa (ini pendapat JPU).
Bahwa Jaksa Penuntut Umum telah menunjukkan arogansinya, dan jika semua penegak
hukum berpikir seperti Jaksa Penuntut Umum yang mengatakan tidak ada alasan untuk
menyerahkan ataupun memberikan turunan seluruh berkas perkara kepada Penasihat
Hukum sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 72 KUHAP, hal tersebut adalah
bentuk pelecehan kepada salah satu pilar penegak hukum dalam hal ini Advokat. Bahwa
Advokat adalah sebagai salah satu pilar penegak hukum diantara penegak hukum lainnya
sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 5 ayat 1 UU No. 18 tahun 2003 tentang
Advokat yang mengatakan yaitu advokat berstatus penegak hukum dst

Berdasarkan hal tersebut sangat jelas Jaksa Penuntut Umum telah melakukan
pelanggaran hukum dengan cara melanggar hak Penasihat Hukum Terdakwa untuk
memperoleh semua turunan berkas perkara. Dengan demikian Penasihat Hukum
Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum dalam mencari kebenaran sejati dalam perkara ini
tidak dalam posisi yang seimbang. Sekali lagi kami mengatakan kita yang terlibat dalam
pemeriksaan perkara ini tentu sependapat bahwa menegakkan hukum tidak boleh dengan
cara melanggar hukum.
3. Mengenai bukti saksi, Ahli dan Laporan Inspektorat.
Saksi
Bahwa Jaksa Penuntut Umum telah mengakui dalam repliknya bahwa saksi yang
diajukan dipersidangan tidak memenuhi kualifikasi sebagai saksi karena tidak
mengetahui kejadian tersebut. Bahwa Jaksa Penuntut Umum telah berimajinasi dan
bermimpi di siang bolong dengan mengatakan bahwa bukti pengeluaran tersebut
tentunya

dibuat oleh terdakwa ataupun atas ide terdakwa ataupun atas printah

terdakwa sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban keuangan desa (ini pendapat


JPU).
Bahwa Jaksa Penuntut Umum telah membuat tebak-tebakan dengan mengajukan
pertanya pilihan berganda (Multiple Choice) yaitu:
a. Apakah terdakwa sendiri yang membuat bukti pengeluaran yang diduga fiktif?,
atau
b. Apakah ide pembuatan bukti pengeluaran fiktif dari Terdakwa?, atau
c. Apakah Terdakwa memerintah orang lain untuk membuat bukti pengeluaran
fiktif?
Sangat jelas bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak bisa membuktikan dakwaannya
sampai-sampai harus memberikan pertanyaan Multiple Choice untuk menanggapi
Nota Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa.
Bahwa di persidangan ini tidak pernah bisa dibuktikan mengenai perbuatan terdakwa
tentang membuat, ide pembuatan atau memerintah orang lain untuk menerbitkan
bukti pengeluaran fiktif.
4. Tentang Analisa fakta persidangan
Bahwa apa yang disampaikan oleh Jaksa Umum dalam Repliknya tidak lebih dari
penyampaian kembali hal-hal yang telah dituangkan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam
tanggapan mengenai keterangan saksi dan ahli yang sudah kami bahas diatas yang tidak

perlu kami bahas ulang lagi. Kami hanya ingin mempertegas lagi bahwa fakta dalam
surat tuntutannya, fakta dalam Repliknya adalah FAKTA SEPIHAK yang hanya
berdasarkan BAP, Laporan Inspektorat dan asumsi Jaksa Penuntut Umum BUKAN
berdasarkan fakta persidangan yang menjadi fakta hukum.
5. Tentang Analisa Yuridis
Setelah kami membaca secara cermat tanggapan analisa yuridis Jaksa Penuntut Umum
dalam Replikya adalah pengulangan akan hal yang pernah disampaikan dalam surat
tuntutanya yang telah kami bantah dalam Nota Pembelaan kami sehingga tidak perlu
kami uraikan lagi. Hal yang tidak ditanggapi oleh Jaksa Penuntut Umum yang kami
anggap sebagai kebenaran yang tidak terbantahkan yaitu:

Bahwa terdapat perbedaan antara isi surat dakwaan dengan tututan terlepas dari fakta
persidangan yaitu dalam surat dakwaan uang sebesar Rp. 37.760.000,00 ada pada
terdakwa, dalam tuntutan Jaksa Penuntut Umum mengatakan Negara mengalami
kerugian sebesar Rp. 66.246.000,00 yang penghitunganya diperoleh dari uang yang
berada pada terdakwa ditambah uang yang telah direalisasikan untuk pembagunan
jalan dan sebagainya untuk kepentingan Desa Nusawungu dan telah dinikmati oleh
masyarakan Desa Nusawungu.

Tidak terbukti unsur melawan hukum yang dituduhkan kepada terdakwa karena
terdakwa tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum. Karena Terdakwa sudah
dinyatakan tidak melakukan perbuatan melawan hukum berarti terdakwa sebagai Teller
Bank Mandiri Cabang Zainul Arifin didalam mengelola keuangan TELAH SESUAI
dengan hukum. Apakah masih ada dasar sebagai tempat berpijak untuk menghukum
Terdakwa???

Bahwa yang terbukti adalah administrasi desa yang tidak berjalan dengan baik
dikarena SDM yang tidak memadai dan seharusnya tindakan yang harus dilakukan
kepada Terdakwa adalah Pembinaan atau pelatihan BUKAN Pembinasaan maupun
Pemidanaan.

Bahwa tidak terbukti unsur penyalahgunaan kewenangan, karena terdakwa tidak


melakukan perbuatan yang melawan hukum dan apa yang dilakukan oleh terdakwa
telah sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang
Undang No. 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang No. 20 Tahun 2001,
mengatakan sebagai berikut:
Setiap orang yang melanggar ketentuan yang secara TEGAS menyatakan bahwa
pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang tersebut sebagai tindak pidana
korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

Berdasarkan isi pasal tersebut diatas, maka suatu perbuatan dikatakan korupsi
haruslah lebih dahulu secara TEGAS dinyatakan sebagai Tindak Pidana Korupsi.
Oleh karena semua peraturan perundang-undangan tersebut diatas tidak ada yang
menyebutkan sebagai tindak pidana korupsi maka terdakwa tidak bisa dipidana atas
tuduhan korupsi, hal tersebut telah sesuai dengan asas legalitas (Vide: Pasal 1 ayat 1
KUHP)

Tidak bisa dibuktikan oleh Jaksa Penuntut Umum bahwa terdakwa atau orang lain atau
suatu korporasi telah mendapatkan keuntungan.

Tidak bisa dibuktikan oleh Jaksa Penuntut Umum bahwa uang sebesar Rp.
66.246.000,00 ada pada diri terdakwa dan digunakan untuk kepentingan Terdakwa.

Tidak bisa dibuktikan ada kerugian Negara karena kerugian Negara yang dituduhkan
oleh Jaksa Penuntut Umum hanya berdasarkan tebak-tebakan, karena tidak pernah
dilakukan audit oleh auditor Negara yang independen dan mandiri yang memiliki
kewenangan untuk menghitung kerugian Negara sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang-Undang

Berdasarkan uraian tersebut diatas kami tetap pada Nota Pembelaan kami, dan sudah cukup
alasan Majelis Hakim untuk mengesampingkan Tuntutan dan Replik Jaksa Penuntut Umum.
Majelis Hakim yang Mulia
Jaksa Penuntut umum yang yang kami hormati
Sidang yang kami junjung tinggi
Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan kepercayaan kami kepada Yang Mulia, sebelum kami
mengakhiri duplik ini, ijinkanlah kami mengutip kata orang bijak yaitu Sebelum kita
menghakimi orang lain, cobalah kita pakai terlebih dahulu sandal orang itu untuk berjalan
sejauh 10 KM, supaya kita memahami dan mengetahui apa yang ia derita, ia rasakan dan ia
alami, dan sebelum kita memberikan keadilan bagi Terdakwa cobalah kita bayangkan
seandainya Terdakwanya adalah kita sendiri atau keluarga kita sendiri Disinilah diuji keadilan
seperti apa yang kita berikan bagi diri kita dan juga bagi orang lain, karena ukuran keadilan yang
kita berikan kepada orang lain akan diukur kepada kita oleh Tuhan Yang Maha Adil. Marilah
kita berpikir jernih, jangan sampai ada pisau analisis yang hilang dalam memutus perkara ini.
Bahwa berdasarkan segala hal yang telah kami sampaikan diatas, maka kami menyampaikan
ulang permohonan kami kepada Majelis Hakim yang Mulia dengan segala kewajibannya, agar
berkenan menjatuhkan putusan atas perkara ini yaitu:

1. Menyatakan Terdakwa Nining Sukaisih tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan
PRIMAIR.
2. Membebaskan Terdakwa Ninig Sukaisih dari segala dakwaan (vrijspraak), atau
setidak-tidaknya melepaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum (ontslag van
rechtvervolging).
3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta
martabatnya.
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
Demikianlah Duplik atas nama Terdakwa Nining Sukaisih kami bacakan dan sampaikan kepada
Majelis Hakim Yang Mulia dalam persidangan yang terhormat ini. Atas perhatiannya kami
mengucapkan terima kasih.
Medan, 12 Maret 2008
Hormat kami,
PENASIHAT HUKUM TERDAKWA

Shandi Asmara, S.H., M.H

Anda mungkin juga menyukai