Anda di halaman 1dari 77

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM

STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM


DI RUMAH SAKIT TIPE B

Disusun Oleh :
1. Jati Wiyandari

( P07134113127 )

2. Jhunnison

( P07134113128 )

3. Krismia Sakti Dyah A.

( P07134113129 )

4. Meilanda Puspita Sari

( P07134113130 )

5. Mina Nur Ulfah

( P07134113131 )

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2015

STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM


DI RUMAH SAKIT TIPE B

A. Persyaratan Lokasi, Bangunan dan Ruang, Prasarana, Peralatan dan Ketenagaan


pada Laboratorium di Rumah Sakit Tipe B
1. Persyaratan Lokasi
a. Letak laboratorium/sub laboratorium mudah dijangkau, disarankan untuk gedung
RS bertingkat, laboratorium terletak pada lantai dasar, dan dekat dengan instalasi
rawat jalan, instalasi bedah, ICU, Radiologi dan Kebidanan. Untuk laboratorium
forensik letaknya di daerah non publik (bukan area umum).
b. Dinding dilapisi oleh bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air
setinggi 1,5 m dari lantai (misalnya dari bahan keramik atau porselen).
c. Lantai dan meja kerja laboratorium dilapisi bahan yang tahan terhadap bahan
kimia dan getaran serta tidak mudah retak.
d. Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan terpisah.
e. Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel) untuk cuci tangan
dan tempat cuci alat.
2. Persyaratan Bangunan
a. Atap
Umum
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
Persyaratan atap :
1) Penutup atap
a) Apabila menggunakan penutup atap dari bahan beton harus dilapisi dengan
lapisan tahan air.
b) Penutup atap bila menggunakan genteng keramik, atau genteng beton,
atau genteng tanah liat (plentong), pemasangannya harus dengan sudut
kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku.
c) Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila terjadi kebocoran,
penggunaan genteng metal sebaiknya dihindari.
2) Rangka atap
a) Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap.
b) Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang baik dan
kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap.

c) Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak mudah
berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat.
b. Langit-langit
Umum
Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
Persyaratan langit-langit:
1) Tinggi langit-langit di ruangan, minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor)
minimal 2,40 m.
2) Rangka langit-langit harus kuat.
3) Bahan langit-langit antara lain gipsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce
Concrete), bahan logam/metal.
c. Dinding dan Partisi
Umum
Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api,
kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
Persyaratan dinding :
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
2) lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung poripori) sehingga dinding tidak dapat menyimpan debu.
3) warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
4) dinding harus dari bahan yang tahan api dan cairan kimia
d. Lantai
Umum
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidaklicin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
Persyaratan lantai :
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) tidak terbuat daribahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas
yang tinggi yang dapat menyimpan debu.
2) mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
3) penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
4) bahan penutup lantai harus dari bahan yang tahan api dan cairan kimia
3. Lingkup Sarana Pelayanan
Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian yaitu
patologi klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari pasien rawat
inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter
Praktek Swasta.
Pemeriksaan laboratorium pada Rumah Sakit Kelas B adalah :
a. Patologi klinik dengan pemeriksaan :
Hematologi sederhana, Hematologi lengkap, Hemostasis penyaring dan bank
darah, Analisis urin dan tinja dan cairan tubuh lain, Serologi sederhana/

immunologi, Parasitologi dan mikologi, Mikrobiologi, Bakteriologis air, Kimia


Klinik.
b. Patologi Anatomi
Histopatologi lengkap, Sitologi lengkap, Histokimia, Imunopatologi, Patologi
Molekuler
c. Forensik, yaitu melakukan pelayanan kamar mayat dan bedah mayat forensik,
Otopsi forensik, Perawatan/pengawetan mayat, Visum et repertum mayat, Visum
et repertum korban hidup, Medikolegal, Pemeriksaan histopatologi forensik,
Pemeriksaan serologi forensik, Pemeriksaan forensik lain, Toksikologi forensik.
Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas berikut :
a. Blood Sampling
b. Administrasi penerimaan spesimen
c. Gudang regensia & bahan kimia
d. Fasilitas pembuangan limbah
e. Perpustakaan, atau setidaknya rak-rak buku

4. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas


Tabel. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas Pada
Ruang Laboratorium
BESAR
NO

NAMA RUANGAN

FUNGSI RUANGAN

KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG/LUAS

A.
1.

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


Ruang Administrasi dan
Ruangan untuk staf

3~5 m2/

Meja, kursi, computer,

Rekam Medis

melaksanakan tugas

petugas

printer, lemari, lemari arsip,

(Terdapat loket pendaftaran,

administrasi,

dan peralatan kantor

loket pembayaran, dan

pendaftaran,

lainnya.

loketpengambilan hasil)

pembayaran dan
pengambilan hasil serta
ruangan untuk
penyimpanan sementara
berkasfilm pasien yang

2.

Ruang Tunggu Pasien

sudah dievaluasi.
Ruangan pasien &

1~1,5 m2/

& Pengantar Pasien

pengantar pasien

orang

Tempat duduk, televisi &


Telp umum (bila RS

menunggu diberikannya
3.

Ruang Pengambilan/

pelayanan lab.
Ruang tempat

Penerimaan Bahan/ Sample

pengambilan sample

(min. 25 m2)
Sesuai
Kebutuhan

darah, pengumpulan

mampu),
Meja. Kursi, jarum suntik
dan pipetnya, container urin,
timbangan, tensimeter.

sample urin, feses.


Ruangan ini dilengkapi
dengan toilet untuk
pengambilan sampel urin
4.

Bank Darah

dan feses
Ruang tempat
pengambilan dan

5.

Ruang Konsultasi

Laboratorium Sero Imunologi

Kebutuhan

Meja, kursi, refrigerator,


freezer, blood pack

penyimpanan persediaan

transporter, blood bank,

darah.
Ruang tempat konsultasi

thermosealer, dll
Meja, kursi, dan peralatan

pasien dengan dokter


6.

Sesuai

Sesuai
Kebutuhan

kantor lainnya.

spesialis Patologi klinik.


Ruang pemeriksaan/

Sesuai

analilsis sero imunologi

Kebutuhan dan

sentrifuge, waterbath,

jenis alat yang

autoanalyzer imunologi,

dipergunakan

rotator shaker, refrigerator,

Mikroskop fluorescence,

freezer, incubator, pipet


otomatis dengan berbagai
ukuran, pipet volume
dengan berbagai ukuran,
7.

Laboratorium Kimia Klinik

washing sink.
Meja lab, spektrofotometer,

Ruang pemeriksaan/

Sesuai

analilsis kimia klinik.

Kebutuhan dan

sentrifus, water bath,

jenis alat yang

electrophoresis protein,

dipergunakan

autoanalyzer kimia,

electrolyte analyzer,
incubator, timbangan
analitik, blood gas analyzer,
pipet otomatis dengan
berbagai ukuran, pipet
volume dengan berbagai
8.

Laboratorium Hematologi

Ruang pemeriksaan/

Sesuai

ukuran, washing sink


Meja lab, spektrofotometer,

analilsis hematologi dan

Kebutuhan dan

autoanalyzer untuk

hemostasis, dll

jenis alat yang

hemostasis, autoanalyzer

dipergunakan

untuk hematologi,
hematologi elektrophoresis,
mikroskop binokuler,
mikroskop binokuler dengan
digital recorder, sentrifus,
sentrifus hematokrit, water
bath, Dift counter digital dan
manual, rolling mixer/
rotator, incubator,
haemocitometer,
refractometer, refrigerator,
pipet otomatis dengan
berbagai ukuran, pipet
volume dengan berbagai
ukuran, washing sink, timer,

9.

Laboratorium Mikrobiologi

stopwatch
Analytical balance,

Ruang pemeriksaan/

Sesuai

analilsis mikrobiologi

Kebutuhan dan

autoclave, automatic

jenis alat yang

analyzer microbiologi,

dipergunakan

sterilisator kering dan basah,


incubator, loop/kaca
pembesar, mikropscope
fluorescence, microscope
binocular dengan digital
reader, microscope
binocular, microtitation plate
incubator, petri dish, reader
antibiotic, reader patri dish,
rotator shaker, automatic
reader analyzer untuk
identifikasi dan resistensi
kuman, pipet otomatis
dengan berbagai ukuran,
Bunsen, densimat, bio
safety cabinet (BSC),

10.

11.

12.

Laboratorium Urinalis

Ruang pemeriksaan/

Ket : Lab. Ini dapat

analilsis urin

Sesuai

anaerobic jar, washing sink


Automatic urin analyzer,

Kebutuhan dan

sentrifus, laboratory

digabungkan dengan lab.

jenis alat yang

refrigerator, microscope

Lain.

dipergunakan

binocular, refractometer,

Ruang Penyimpanan Bio

Ruang tempat

Material

penyimpanan bio

Kebutuhan dan

material

jenis alat yang

Ruang tempat

dipergunakan
Sesuai

Ruang Sputum/ Dahak

Sesuai

water bath, washing sink


Rak, refrigerator, freezer, dll

Ruangan dengan resiko

pengambilan specimen

Kebutuhan dan

pajanan tinggi, dilengkapi

dahak

jenis alat yang

fasilitas

dipergunakan
13.

Gudang Regensia dan Bahan

Ruang tempat

Habis Pakai

penyimpanan regensia

Sesuai

penggantian/pertukaran
udara (exhause fan)
Rak/Lemari

Kebutuhan

bersih dan bahan habis


14.
15.

16.

Ruang Cuci Peralatan

pakai.
Ruang tempat pencucian

Ruang Diskusi dan Istirahat

regensia bekas pakai.


Ruang tempat diskusi

Kebutuhan
Sesuai

Personil.

dan istirahat personil/

Kebutuhan

Ruang Kepala Laboratorium

petugas lab.
Ruang kerja kepala
laboratorium.

Sesuai

Sesuai
Kebutuhan

17.

Ruang Petugas Laboratorium

Ruang tempat istirahat

Sesuai

18.

Ruang Ganti/ Loker

petugas laboratorium.
Ruang tempat ganti

Kebutuhan
Sesuai

pakaian petugas

Kebutuhan

19.

20.
21.

Dapur Kecil (;Pantry)

laboratorium.
Sebagai tempat untuk

Sesuai

menyiapkan makanan

Kebutuhan

Lemari, sink
Meja, kursi, lemari, dll

Kursi, meja, computer,


printer, dan peralatan kantor
lainnya.
Kursi, meja, sofa, lemari
loker

Perlengkapan dapur, kursi,


meja, sink

KM/WC pasien

petugas.
KM/WC dan

2 m2 3 m2

Kloset, wastafel, bak air

KM/WC petugas

pengambilan sampel.
KM/WC

2 m2 3 m2

Kloset, wastafel, bak air

B. Persyaratan Organisasi , Wewenang , Tanggung Jawab dan Uraian Tugas pada


Laboratorim di Rumah Sakit Tipe B
1. Struktur organisasi unit laboratorium Rumah Sakit Tipe B

DIREKTUR

MANAGER PENUNJANG MEDIK

PENANGGUNG JAWAB
LABORATORIUM

KEPALA UNIT LABORATORIUM

ADMINISTRASI
LABORATORIUM

PETUGAS
SAMPLING

PELAYANAN
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

ANALIS

ANALIS

LABORATORIU
M

LABORATORIU
M

2. Uraian jabatan, Wewenang , Tanggung Jawab dan Uraian Tugas


a. Penanggung jawab laboratorium
Nama jabatan
: Penanggung jawab laboratorium
Persyaratan jabatan
:
a) Dokter Spesialis Patologi Anatomi
b) Memiliki sertifikat pelatihan tekhnis dan manajemen laboratorium kesehatan
sekurang-kurangnya 3 bulan,yang dilaksanakan oleh organisasi profesi
patologi klinik dan institusi pendidikan kesehatan bekerjasama dengan
kementrian kesehatan.
c) Memiliki kemampuan memimpin.
d) Sehat jasmani dan rohani.
1) Bertanggung jawab kepada:Direktur Utama dan ManagerYanmed.
2) Membawahi
: Kepala ruangan unit laboratorium
3) Wewenang
:
a) Menegur bawahannya yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur dan
peraturan Rumah sakit
b) Menginstruksikan kepada bawahannya untuk membuat evaluasi hasil kegiatan
c) Memberikan pembinaan kepada bawahannya dalam upaya pengembangan
laboratorium
d) Memberikan

usulan

dan

pertimbangan

mengenai

kebutuhan

tenaga

laboratorium
e) Memberikan usulan tentang pemberian surat peringatan kepada staf
dibawahnya
f) Memberikan usulan SDM untuk mengikuti pelatihan
g) Memberikan usulan atas pengajuan fasilitas laboratorium
4) Uraian Tugas :
a) Mengkoordinir kegiatan laboratorium
b) Merencanakan pengadaan alat laboratorium
c) Menentukan tugas dan fungsi petugas laboratorium
d) Membaca morfologi darah
e) Menentukan jenis reagent dan jenis pemeriksaan laboratorium
f) Mengadakan komunikasi dengan klinis
g) Menjawab konsul hasil dan pemeriksaan laboratorium

5) Tanggung Jawab :
a) Menjamin kepuasaan pelanggan atas kinerja dan etika SDM laboratorium
b) Menjamin efisiensi dan efektifitas pengelolaan anggaran laboratorium
c) Menjamin hasil pemeriksaan yang optimal kegiatan pelayanan
d) Menjamin implementasi prosedur pelayanan medis tetap berjalan optimal
e) Pengawasan atas keberadaan,kondisi dan fungsi alat alat di laboratorium
f) Menjamin kelengkapan dokumentasi rekam medis
g) Memastikan pelaksanaan K3 di laboratorium
h) Menyampaikan usulan atau saran tentang kebutuhan laboratorium baik
sarana,peralatan,dan sumber daya manusia kepada Direktur Rumah Sakit
i)

Tipe B
Mempertanggung jawabkan semua kegiatan di laboratorium Rumah Sakit Tipe
B

b. Kepala unit laboratorium


Nama jabatan
: Kepala Unit Laboratorium
Persyaratan jabatan
:
a) Persyaratan kemampuan
Teknis :
i. Memiliki kemampuan manajerial kepala unit laboratorium
ii. Memiliki kemampuan Hospital Service Excellent untuk pasien rawat inap dan rawat
jalan
iii. Memiliki kemampuan pengadaan dan perencanaan reagen laboratorium
iv. Memahami sistem dan prosedur pelayanan unit laboratorium
Manajerial :
i. Memiliki kemampuan untuk melakukan tugas dan fungsi manajemen sebagai Kepala
ii.
iii.
iv.
v.
vi.

Unit Laboratorium
Memiliki jiwa kepemimpinan
Mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat
Mampu berkomunikasi dan menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak
Mampu memberikan motivasi dan membangun etos kerja karyawan
Mampu mengelola konflik (conflict management) dan keluhan (complaint
management)
Fisik :
i.
Sehat jasmani dan rohani
ii.
Cepat dan tanggap dalam melakukan segala hal
iii.
Memiliki daya tahan tubuh yang kuat
iv.
Tidak buta warna
v.
Berpenampilan sopan, rapih dan menjunjung tinggi norma dan etika yang
berlaku umum
b) Persyaratan pengetahuan dan pengalaman
i.
Pendidikan minimal diploma analis laboratorium
ii.
Memiliki pengalaman 2 tahun dibidang yang sama
iii.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bidang laboratorium
Rumah Sakit secara menyeluruh
c) Persyaratan Mental
i.
Inisiatif
: Tinggi

ii.
Objektifitas
: Tinggi
iii.
Daya adaptasi
: Cukup
iv.
Daya konsentrasi : Tinggi
v.
Konsistensi
: Tinggi
vi.
Kreatifitas
: Cukup
vii.
Ketelitian
: Tinggi
1) Bertanggung jawab kepada : Manager Yanmed melalui Penaggung jawab
laboratorium, serta bertanggung jawab kepada Manager penunjang medis.
2) Mengkoordinasi kegiatan
:
a) Pelaksanaan dan pengembangan pelayanan unit laboratorium.
b) Pelaksanaan dan pelayanan pendidikan di unit laboratorium.
3) Tugas Pokok
:
a) Memimpin dan mengelola Unit Laboratorium untuk pencapaian Visi dan Misi
RS Tipe B
b) Mengembangkan

pelayanan

Unit

Laboratorium

sehingga

mampu

memberikan pelayanan yang unggul dan berperan optimal sebagai revenue


center
c) Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Laboratorium
d) Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala
manajemen dan administrasi Unit Laboratorium
e) Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pemanfaatan
sediaan laboratorium
f) Membina hubungan baik intern dan ekstern RS
g) Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan laboratorium berjalan
baik dan lancer
4) Uraian Tugas
:
a) Menyebarluaskan dan membangun pengetahuan dan kesadaran mengenai
visi (shared vision), misi, tujuan dan value RS kepada seluruh staf Unit
laboratorium
b) Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian
dan evaluasi (POACE) dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Umit
laboratorium
c) Memberikan usulan program kerja dan anggaran Unit laboratorium
d) Mensosialisasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi Hospital
Service Excellence untuk seluruh staf Unit Laboratorium
e) Mengembangkan kemampuan SDM Unit laboratorium sehingga berperan
f)

aktif terwujudnya pelayanan laboratorium yang unggul


Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dinas kerja staf
bawahannya

g) Memberikan laporan tertulis secara berkala (bulanan, triwulan, tahunan)


disertai analisa dan rekomendasi kepada Manager Penunjang Medis sesuai
format yang telah ditetapkan, tentang kegiatan pelayanan di Unit
Laboratorium, yang terdiri dari :
i.
Laporan jumlah pemeriksaan laboratorium harian
ii.
Laporan kegiatan laboratorium bulanan
iii.
Laporan pendapatan bulanan laboratorium
iv.
Laporan pemakaian reagen bulanan
v.
Laporan permintaan reagen bulanan
vi.
Laporan pemeriksaan rajal dan ranap bulanan
vii.
Laporan pemeriksaan rujukan keluar bulanan
viii.
Laporan 10 besar rujukan dari luar ke laboratorium RS Tipe B bulanan
ix.
Laporan audit internal laboratorium bulanan
x.
Laporan insentif jasa pelayanan triwulan
xi.
Berkoordinasi dengan unit terkait baik rawat inap maupun rawat jalan
xii.
Membuat minimal stok reagen laboratorium
xiii.
Mengatur dan mengadakan evaluasi terhadap kinerja analis
laboratorium melalui pertemuan internal setiap 1 kali dalam sebulan,
dan membuat dokumentasinya untuk diserahkan kepada manajer
xiv.

penunjang medis
Mengajukan kalibrasi

dan maintenance alat

laboratorium

dan

membuat dokumentasinya
xv.
Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan
5) Wewenang
:
a) Menyetujui/menolak ijin/cuti staf bawahannya
b) Menyetujui/menolak kerja lembur staf bawahannya
c) Membina/membimbing staf bawahannya khususnya staf baru
d) Menetapkan nilai prestasi kerja staf bawahannya
e) Memberikan teguran secara lisan terhadap staf bawahannya
f) Mengajukan permintaan barang-barang keperluan unit laboratorium kepada
pihak terkait sesuai prosedur yang berlaku
g) Menetapkan/menyetujui suatu tindakan yang dianggap perlu dilakukan
dalam suatu keadaan tertentu
6) Tanggung jawab :
a) Terhadap upaya pencapaian Visi dan Misi RS
b) Terhadap upaya menjujnung tinggi value perusahaan
c) Terhadap Brand Image RS dan Hospital Service Excellence
d) Terhadap pelayanan unit laboratorium yang unggul
e) Terhadap pengembangan pelayanan unit laboratorium
f) Terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi manajemen unit laboratorium
g) Terhadap kebenaran, ketepatan dan keakuratan laporan kinerja unit
laboratorium
h) Terhadap kinerja staf unit laboratorium
i) Terhadap kebenaran penilaian kinerja (PPK) staf unit laboratorium

j)

Terhadap kelengkapan, ketersediaan dan kualitas sarana, prasarana dan

peralatan (SPP) unit laboratorium


k) Terhadap komunikasi dan kerjasama dengan unit-unit kerja yang terkait
langsung dan tidak langsung dengan pelayanan unit laboratorium
c. Administrasi laboratorium
Nama jabatan
: Administrasi Laboratorium
Persyaratan jabatan
: D3 Analis Kesehatan / SMAK
Bertanggung jawab kepada
: Kepala Unit
1) Uraian tugas
:
a) Memeriksa pengantar pemeriksaan laboratorium dari dokter
b) Menginput data pasien ke SIM RS
c) Memastikan kuitansi pembayaran pasien benar untuk kemudian
dilakukan pemeriksaan
d) Menginput hasil pemeriksaan laboratorium dan menyerahkannya ke
pasien
e) Mencatat nama pasien, jenis pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan dokter
yang merujuk ke buku besar
2) Wewenang :
a) Terhadap ketepatan identitas pasien
b) Terhadap jenis pemeriksaan pasien
3) Tanggung jawab :
Terhadap semua pencatatan jenis pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
pasien
d. Petugas sampling
Nama jabatan
: Petugas Sampling Laboratorium
Persyaratan jabatan
: D3 Analis Kesehatan / SMAK
Bertanggung jawab kepada
: Kepala Unit
1) Uraian tugas :
a) Mempersiapkan perlengkapan sampling ( sesuai dengan kebutuhan )
b) Memastikan tepat pasien yang akan diambil darahnya
c) Melakukan pengambilan sampel darah pasien
d) Memastikan sampel darah pasien sesuai dengan nama yang tertera di label
darah
e) Memastikan sampel darah yang diambil sesuai dengan criteria darah yang
akan diperiksa
2) Wewenang :
a) Terhadap pelabelan nama pasien
b) Terhadap ketepatan sampling
c) Terhadap sampel pasien
3) Tanggung jawab :
Terhadap sampel darah pasien
e. Petugas pelayanan pemeriksa laboratorium
Nama jabatan
: Petugas pelayanan pemeriksa Laboratorium
Persyaratan jabatan
: D3 Analis Kesehatan / SMAK

Bertanggung jawab kepada


: Kepala Unit
1) Uraian tugas :
a) Bertanggung jawab atas kalibrasi, maintenance dan control laboratorium
dalam keadaan baik
b) Mengecek persediaan reagen ( Kimia termasuk PCCC1, C FAS, CFAS
LIPID, Hematologi 3diff dan 5 diff)
c) Mengecek persediaan form kebutuhan laboratorium dan bahan habis
pakai (BHP)
d) Membersihkan tabung- tabung yang akan dipakai dan merapihkannya ke
tempat penyimpanan
e) Membersihkan dan merapihkan prasarana pemeriksaan laboratorium
f)

seperti meja sampling, micropipette, dll


Melakukan pemeriksaan sampel darah pasien sesuai dengan jenis

pemeriksaan dan SOP pemeriksaan di laboratorium


2) Wewenang :
Terhadap kebenaran hasil pemeriksaan
3) Tanggung jawab :
a) Terhadap hasil pemeriksaan laboratorium pasien
b) Kebersihan dan kerapihan sarana dan prasarana yang ada di
laboratorium

C. Pemeriksaan laboratorium

di Rumah Sakit Tipe B menetapkan jenis

pemeriksaan dilakukan oleh petugas yang kompeten dan berpengalaman


untuk melakukan dan/atau menginterpretasikan hasil pemeriksaan
1. PEMERIKSAAN APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)
Kompetensi Pranata Laboratorium :
a Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan APTT
b Memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan darah dan
c

pembuatan plasma sitrat


Memiliki keterampilan

hematologi.
Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian APTT dan

pemakaian alat koagulometer dengan benar.


Memiliki keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,

f
g

kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.
Memiliki keterampilan dalam uji kualitas reagen untuk pemeriksaan APTT.
Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses

teknik operasioanl.
Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji

melalui evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.


Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

dalam

melaksanakan

prosedur

laboratorium

Metode : photometric dengan COAGULATION ANALYZER


1
2
3
4
5
6

Hidupkan alat dengan menekan saklar on pada bagian belakang alat.


Alat akan melakukan cek automatis.
Tulisan CLOT akan muncul pada layar.
Masukkan tanggal pada layar dengan menekan angka kemudian tekan Enter.
Dari menu utama tekan 3 untuk memilih test kemudian Enter.
Pilih test dan tekan Enter.

Pada layar akan muncul program tekan 0 kemudian tekan enter akan muncul

jenis test
8 Pilih program APTT kemudian tekan enter.
9 Campur satu bagian larutan trisodium sitrat (0,11 mol/L) dan 9 bagian darah.
10 Masukkan ke dalam centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm.
Simpan pada suhu 2-8C untuk penyimpanan selama 2 jam jika belum akan
digunakan.
11 Campur ampel plasma dan Imidazole Buffer dengan perbandingan 1 sampel
12
13
14
15

dengan 10 Imidazole (0,1 ml plasma dan 0,9 ml Imidazole Buffer).


Ambil 200 l campuran tadi lalu masukan ke dalam cuvet test.
Masukkan ke tabung tes dari test.
Tekan YES alat akan mencetak program. bila tidak tekan NO.
Tekan Enter maka alat akan melalukan perhitungan inkubasi selama 180
detik. ketika hitungan telah mencapai 160 detik pindahkan cuvet test ke posisi
pemeriksaan yaitu lubang di depan alat yang berdiri sendiri. Setelah waktu
mencapai 180 detik dan alarm berbunyi, masukakan 100 l fibrinogen reagen,
lalu tutup dengan penutup.
Catatan : pemakai harus memindahkan cuvet dari posisi inkubasi ke posisi
pembacaan sebelu waktu inkubasi selesai.
Nilai Rujukan
Nilai normal uji APTT adalah 20 35 detik.
APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama
jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu
dianggap abnormal. APTT memanjang dijumpai pada :
1

Defisiensi bawaan

Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :

Faktor VIII

Faktor IX

Faktor XI

Faktor XII

Jika

faktor-faktor

koagulasi

tersebut

normal,

kemungkinan

kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor)

Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.

Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :

Penyakit hati (sirosis hati)

Leukemia (mielositik, monositik)

Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)

Malaria

Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular


coagulation (DIC)

Circulating

anticoagulant (antiprothrombinase

atau

circulating

anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)

Selama terapi antikoagulan oral atau heparin

2. PEMERIKSAAN PPT (PLASMA PROTROMBHINE TIME)


Kompetensi Pranata Laboratorium :
a
b

Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan PTT


Memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan darah dan

pembuatan plasma sitrat


Memiliki keterampilan dalam
hematologi.

melaksanakan

prosedur

laboratorium

Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian PTT dan

pemakaian alat koagulometer dengan benar.


Memiliki keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,
kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang

f
g

dilakukan.
Memiliki keterampilan dalam uji kualitas reagen untuk pemeriksaan PTT.
Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses

teknik operasioanl.
Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji

melalui evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.


i Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.
Prinsip : Kalsium yang ada dalam darah diikat dengan antikoagulan untuk
mencegah koagulasi. Plasmanya yang mengandung semua faktor koagulasi
ekstrinsik kecuali Ca, ditambahkan Ca dan tromboplastin. Waktu yang
dibutuhkan untuk koagulasi dinyatakan sebagai masa proterombin.
Cara Kerja :
1 Membuat plasma sitrat 9:1 sebanyak 3 ml
2 Sentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
3 Menghitung nilai PPT pada alat koagulometer dengan cara :
a Pada layar MENU, ditekan tombol TEST dan mengatur test sampel
b

selanjutnya.
Memasukkan 50l sampel plasma dengan transferpette dan secara

otomatis menginkubasi selama 3 menit.


Setelah 3 menit, alram bebbunyi dan memasukkan 100l reagen ke dalam

kuvet kemudian secepatnya dtekan TEST dan menutup kuvet.


Menunggu beberapa detik dan hasil akan muncul pada layar.

Nilai normal : 11- 15 detik.


Nilai rujukan yang tidak normal (waktu PTT lama) mengindikasikan:
a
b

Hemophilia
Von Willebrand Disease (penyakit gangguan pendarahan, disebabkan

c
d
e
f
g
h

defisiensi faktor penggumpalan)


Faktor penggumpalan darah rendah atau tidak ada sama sekali
Sindrom Neprotic
Sirosis
Antiphospolipid Antibody Syndrome
Lupus Anticoagulant Syndrome
Defisiensi Faktor XII

i
j
k

Disseminated Intravascualr Coagulation (DIC)


Pasien sedang menjalani terapi Heparin
Hypofibrinogenemia

3. Pemeriksaan Hematokrit
1 Jenis Pelayanan
:
Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu :
1. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau
heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110
mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian
disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom
eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.
2. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin
atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler
yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah)
untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan
(bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat. Prosedur
pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler
sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul
(clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi
kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan
2
3

d
4

dalam vol %.
Jenis Spesimen
: Darah Kapiler atau Darah Vena.
Kompetensi Pranata Laboratorium :
a Melakukan pengambilan darah
b Melakukan pemeriksaan darah rutin
c Melakukan pemeriksaan darah lengkap
Melakukan pemeriksaan darah untuk kasus pendarahan
Nilai normal Hematokrit
:

Pria

: 40% - 50% SI unit : 0.4 - 0.5

Wanita

: 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0.45

Implikasi Klinik :
1

Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab),


reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid.
Penurunan sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang
hingga parah.

Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paruparu kronik, polisitemia dan syok.

Nilai Hct biasanya sebanding dengan nilai sel darah merah pada ukuran sel
eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.

pada pasien anemia karena kekurangan zat besi (ukuran sel darah merah lebih
kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada
volume yang lebih kecil walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.

Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%

Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin

Faktor Pengganggu
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian
juga hemoglobin dan sel darah merahnya. Normalnya Hct akan sedikit menurun
pada hidremia fisiologis pada saat kehamilan. Nilai Hct normal bervariasi sesuai
umur dan jender. nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir
memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih
rendah dibandingkan laki-laki.
Selanjutnya, terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok
umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah

pada kelompok umur ini. selain itu dehidrasi parah karena berbagai sebab juga
dapat meningkatkan nilai Hct didalam darah.
Hal Yang Harus diwaspadai
Nilai Hct < 20% dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian, Hct > 60%
terkait dengan pembekuan darah spontan.

4. Pemeriksaan Kultur Bakteri


1

Jenis Pelayanan
:
Kultur atau biakan campuran mengandung dua atau lebih spesies
bakteri dan dapat dengan mudah dipisahkan berdasarkan karakteristik
koloni atau dengan uji biokimia.
Secara berkala organisme harus dipindahkan ke media segar supaya bisa
terus hidup. Teknik Kultur tidak hanya menyediakan organisme

tetapi juga

memungkinkan untuk pemisahan sel-sel bakteri untuk mendapatkan koloni


terisolasi. Prosedur kultur ini dikenal sebagai teknik isolasi.
Streak pada lempeng agar memungkinkan untuk pertumbuhan koloni
terisolasi pada permukaan agar. Koloni terisolasi adalah koloni yang tidak
menyentuh koloni lainnya dan lainnya diasumsikan sebagai kultur murni
Koloni ini dapat diakses dengan mudah untuk melakukan pewarnaan dan
Identifikasi. Morfologi

koloni sangat

berguna

dalam

mengidentifikasi

organisme. Saat organisme dapat tumbuh secara berbeda pada berbagai


media, jenis media yang digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari
morfologi kolonial. Unsur-unsur lain deskripsi kolonial koloni meliputi warna,
hemolisis (jika ditanam di agar darah), bentuk, elevasi dan margin.
Bentuk mengacu pada penampilan keseluruhan koloni. Elevasi adalah
ketinggian yang dicapai koloni pada permukaan agar. Tepi koloni disebut
sebagai margin.
1. Trypticase Soy Agar

TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa
tumbuh pada media ini.

Foto : TSA
Cara Pembuatan :
10,5-10,7 gram Trypticase Soy Agar dilarutkan dalam 250 ml aquadest,
kemudian dimasukan ke botol/tabung dan disterilkan di autoclave suhu
120 0C selama 15 menit. Tahap akhir botol/tabung dimiringkan tungggu
sampai mengeras.

Foto : TSA dalam botol


2. Nutrien Agar

Foto : Nutrien Agar


Nutrien

agar merupakan

media

kultur

universal

untuk

pertumbuhan

mikroorganisme/bakteri. Jenis bakteri yang dapat tumbuh pada nutrient agar

lebih sedikit dibandingkan dengan TSA. Nutrien Agar lebih sering digunakan
dibandingkan TSA untuk menghindari terjadi
Kandungan : Pepton dari dari daging, ekstrak dagingn, agar-agar.
Cara pembuatan : Larutkan 20 g/L nutrien agar (bubuk) autoclave 15 menit
pada suhu121 0C, PH 7.00.2
Tutup : kapas putih
3. Louwenstein Jensen

Foto: media Louwenstein Jensen


Kegunaan media Louwenstein Jensen : Kultur dan test resistensi
dariMycobacterium tuberculosis.
Kandungan :Potasssium hydrogen phospat, magnesium sulfat heptahydrat,
trimagnesium dicitrat 14-dehidrat, lasparigin,potato meal, malachite green
Glycerol, telur yang dihomogenkan.

Cara Pembuatan:
Larutkan 37.5 g pada 0.6 L akuades, kalau di inginkan tambah 12 ml
glycerol ,(autoclave) dinginkan sampai suhu sekitar 50 C, tambah 1 L telur
yang dihomogenkan (dari telur ayam betina segar dalam kondisi steril,putar
untuk dihomogenkan campuran untuk menghindari beantukgelembung ),
bagikan ketabung reaksi steril diarkan membeku dengan kondisi miring
dengan pemanasan selama 45 menit pada suhu 85 0C pada inspissator yang
penuh dengan uap air atau uap air panas
yang mengalir bebas. Media harus di panaskan lebih dari satu kali setelah 24
jam untuk menjamin sterilitasnya, Ph 4.8 0.2.

Foto : media Louwenstein Jensen untuk uji sensitivitas


Catan: Untuk uji sensitifitas media ditambah dengan antibiotik dengan jenis
tertentu.

2
3

Jenis Spesimen
: Mikroorganisme atau Bakteri
Kompetensi Pranata Laboratorium :
a Menjelaskan morfologi dan metabolisme bakteri-bakteri patologis
b Melakukan pemeriksaan mikroskopis bakteriologi klinik
c Membuat media pembenihan
d Melakukan pewarnaan bakteri

e Melakukan uji aseptik


Nilai Normal

: Pada media tidak ada bakteri yang

tumbuh

5. CROSSMATCH
A Crossmatch bertujuan untuk:
1 Untuk memastikan bahwa darah yang diberikan adalah sesuai/kompatibel
sehingga tidak menimbulkan reaksi serta bermanfaat sel darah merah donor
2

bisa hidup di dalam tubuh pasien.


Mengetahui apakah penderita tidak mengandung antibodi yang reaktif terhadap
eritrosit donor.
Ada/tidaknya antibodi komplet (IgM) maupun inkomplet (IgG) dalam serum

pasien maupun serum donor.


Ada crossmatch 1 donor dan crossmatch 2 donor
a Crossmatch 1 donor
1 Fase 1 : Fase Suhu Kamar
a Diambil 3 buah tabung reaksi, dimasukkan ke dalam masingmasing tabung:
Tabung I
Mayor Test

: 2 tetes serum pasien+1 tetes sel donor

5%
Tabung II
Minor Test

: 2 tetes serum donor+1 tetes sel pasien

5%
Tabung III
Autokontrol

: 2 tetea serum pasien+1 tetes sel

b
c
d

pasien 5%
Tabung dikocok hingga homogeny
Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka

hentikan

pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
fase II
2

Fase II : Fase Inkubasi dalam Bovie Albumin


a Ditambahkan 2 tetes bovie albumin 22% ke dalam masingmasing tabung minor dan mayor

Tabung dikocok hingga homogeny, inkubasi 37C selam 15

c
d

menit
Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka

hentikan

pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
3

fase III
Fase III : Fase Antiglobulin Tes (AHG)
a Dicuci sel darah merah dalam tabung sebanyak 3 kali dengan
b

saline
Ditambahkan 2 tetes coombs serum ke dalam masing-masing

tabung
Tabung dikocok hingga homogeny
Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi maka inkompatibel
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka kompatibel
Validasi : Dilanjutkan bila hasil pemeriksaan pada fase 1,2,dan 3
c
d
e

negatif
a Ditambahkan 1 tetes coombs control cells (CCC) ke dalam
b
c
d

masing-masing tabung
Tabung dikocok hingga homogeny
Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil :
(+) terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan benar/valid
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan tidak benar

(diulang kembali)
b. Crossmatch 2 donor
1 Fase Salin/Fase Rutin
Mayor I : 1 tetes sel eritrosit 5% donor I+2 tetes plasma pasien
II : 1 tetes sel eritrosit 5% donor II+2 tetes plasma pasien
Minor I : 2 tetes plasma donor I+1 tetes sel eritrosit 5% pasien
II : 2 tetes plasma donor II+1 tetes sel eritrosit 5% pasien
Autokontrol : 1 tetes sel eritrosit 5% pasien+2 tetes plasma pasien
Autopool : 2 tetes plasma (donor1,2)+1 tetes sel eritrosit 5% (donor
1,2)

Tabung dikocok hingga tercampur homogen


Diputar pada 1000rpm selama 1 menit
Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi
Jika tidak terjadi hemolisis dan aglutinasi maka

dilanjutkan ke fase II
Fase inkubasi dengan Bovine Albumin
Ditambahkan 2 tetes bovine albumin ke dalam masing-masing
tabung

Tabung dikocok hingga homogeny dan diinkubasi pada suhu

37C selama 15 menit


Diputar pada 1000 rpm slama 1 menit
Dibaca reaksinya terhadap hemolisis dan aglutinasi
Jika tidak terjadi hemolisis dan aglutinasi maka dilanjutkan

fase III
Fase AHG
Sel darah merah dicuci dalam tabung sebanyak 3 kali dengan

salin
Ditambahkan ke dalam setiap tabung 2 tetes coombs serum
Tabung dikocok hingga tercampur homogen
Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi

B Kompetensi Pranata Laboratorium


1 Pranata Laboratorium menggunakan

APD

saat

melakukan

kegiatan

pemeriksaan
Pranata Laboratorium harus mampu melakukan sampling atau pengambilan

darah dengan baik dan benar


Pranata Laboratorium harus mampu dan mengetahui penggunaan reagen

dengan benar
Pranata Laboratorium harus mampu cara menggunakan centrifuge dengan

baik dan benar


Pranata Laboratorium harus mampu cara menggunakan incubator dengan

baik dan benar


Pranata Laboratorium harus mampu menggunakan alat-alat gelas yang

digunakan dengan baik dan benar serta berhati-hati


Pranata Laboratorium harus menjaga kebersihan dan ketenangan selama
berada di dalam laboratorium

C Interpretasi Hasil
Jika langkah-langkah telah dilakukan dan hasilnya negatif (-), hal ini
menunjukkan bahwa darah donor sesuai/kompatibel dengan darah resipien,
sehingga tidak akan menimbulkan reaksi, maka transfuse dapat dilakukan.

6. ASAM URAT
A Langkah Kerja Pemeriksaan Asam Urat
1 Fotometrik
a Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b Dilakukan pemipetan sebagai berikut:

Aquadest
Serum
Standar
Reagen

Blanko
20 l
100 l

Standar
20 l
1000 l

Sampel
20 l
1000

c Dicampur, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 10 menit


d Dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546nm
Manual
a Disinfeksi jari tangan yang akan diambil darah kapilernya dengan alkohol
b
c
d

70% ditunggu sampai mongering


Alat untuk memeriksa dinyalakan
Dipasang tes strip pada alat tersebut
Dilakukan pengambilan darah kapiler, darah yang keluar pertama dihapus

1
2
3

dahulu menggunakan kapas kering


e Darah berikutnya dimasukkan ke dalam tes strip
f Jari yang sudah di suntik di lap menggukan kapas kering
g Ditunggu hingga hasilnya muncul pada layar
B Kompetensi Pranata Laboratorium
Pranata Laboratorium menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan
Pranata Laboratorium mampu mebuat serum
Pranata Laboratorium mampu melakukan samling pada darah kalpiler dengan baik dan

benar
Pranata Laboratorium harus mampu menggunakan alat gelas pada laboratorium dengan

baik dan benar serta berhati-hati


Pranata Laboratorium harus mampu dan mengetahui cara menggukan reagen yang

6
7

digunakan dengan baik dan benar serta menggunakan secukupnya


Pranata Laboratorium mampu menggunakan spektrofotometri dengan baik dan benar
Pranata Laboratorium mampu menjaga kebersihan serta menjaga ketenangan saat
berada di dalam laboratorium
C Interpretasi Hasil
Nilai normal asam urat laki-laki: 3,5-7,2 mg/dl
Nilai normal asam urat perempuan : 2,6-6,0 mg/dl

7. PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH ( LED )

Metode

: a.
b.

Prinsip
1.

Westergreen
Wintrobe

:
Westergreen
Darah yang berantikoagulan dimasukkan kedalam pipet atau tabung khusus

( Westergreen ) yang diletakkan tegak lurus, dan hasil dibaca ( dalam mm/jam ) setelah satu
jam. Akan terjadi kecepatan mengendapnya sel-sel darah terutama eritrosit.
Harga normal : 0-10 mm/jam
Wanita
2.

: 0-15 mm/jam

Wintrobe
Darah dengan antikoagulan tertentu dimasukkan dalam tabung khusus dengan

volume tertentu dalam posisi tegak lurus, kemudian kecepatan pengendapan sel darah
merah diukur dalam waktu tertentu yang terlihat sebagai tinggi kolom plasma yang
dinyatakan dalam mm/jam.
Harga normal : 10 mm/jam
Wanita

: 20 mm/jam

Alat dan Bahan


A
B.

C.

Sampel
- Darah+EDTA
Metode Westergreen
-

Tabung westergeen

Karet penghisap

Penyangga tabung + karet penutup

Spuit

Torniquitte

Kapas alcohol

Metode Wintrobe

Tabung Wintrobe

Botol penampung darah

-.

pipet pastuer

Bahan Pemeriksaan :
-

Darah vena + EDTA


Reagensia

Larutan NaCl
Alcohol 70 %
Antikoagulan
Dasar Teori

LAJU ENDAP DARAH ( LED )


LED Sering diistilahkan juga dalam
a
b
c
d
e

BBS
BSR
BSE
BS
ESR

: Blood Bezenking Snelheid


: Blood Sedimentation Rate
: Blood Sedimentation Eritrocyt
: Blood Sedimentation
: Eritocyt Sedimentation Rate

Definisi LED adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sample yang
diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam.
Azaz menurut Wintrobe :
Sedimentasi eritrosit ada disebabkan oleh perubahan dari survace charge eritrosit yang
menyebabkan eritrosit-eritrosit tersebut saling menyatukan diri sehingga mengendap.
Perubahan-perubahn dari survace charge eritrosit tersebut dipengaruhi oleh perubahanperubahan plasma, terutama oleh sifat physical dari plasma colloid.

Cara Kerja

1. Westergreen
a. pipet darah sampai tanda 1.6. masukkan kedalam tabung reaksi
b. pipet larutan NaCl sampai tanda 0,4.masukkan kedalm tabung reaksi lalu
dicampur
c. dengan pipet wetergreen, campurn tadi dipipet sampai tanda 0

d. letakkan pipet pada rak dengan posisi vertical atau tegak lurus pada suhu 18c25c
e. setelah 1 jam baca hasilnya dalam satuan mm/jam
2. Wintrobe
a. Darah EDTA dipipet dengan pipet pastuer panjang dan diisikan pada tabung wintrobe
sampai tanda 0 dan jangan sampai terjadi gelembung udara, bila terjadi pengisian diulang
b. tabung wintrobe diletakkan tegak lurus
c. diamkan selama 1 jam
d. hasil dapat dilihat dengan membaca tinggi plasma pada skala tabung

Hasil Pengamatan

Cara Wintrobe

: .. mm/jam

Cara westergreen

:mm/jam

Catatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1.anti koagulan dan darah harus dicampur dengan baik/rata
2. hindari terjadinya homolisa
3.tabung yang dipakai harus bersih dan kering
4. cara menaruh pipet atau tabung LED harus dalam posisi tegak lurus karena
sangat berpengaruh banyak terhadap hasil LED

Kompetensi Pranata Laboratorium


Melakukan pemeriksaan Hematologi :
1

Melakukan pengambilan darah

Melakukan pemeriksaan darah rutin

Melakukan pemeriksaan darah lengkap

Melakukan pemeriksaan darah untuk kasus perdarahan

Melakukan pemeriksaan kimia klinik

Melakukan pemeriksaan faal ginjal

Melakukan pemeriksaan faal hati.

Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik

operasioanl.
Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui
evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.

10 Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

8. PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT


Metode

: Jendrasik-Grof

Prinsip

Bilirubin indirect
Dengan penambahan reagen bilirubin total,dimana asam sulfanic direaksikan dengan
natrium terjadi Diazoned Sulphanic Acid ( DSA ) yang berikatan dengan bilirubin

accelerator membentuk zat warna azo.


Biirubin direct
Dengan penambahan bilirubin direct dimana asam sulfanic direaksikan dengan Natrium
nitrit menjadi diazotasi dan membentuk direct azobilirubin.

Dasar Teori

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin
dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20%
bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak
larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin

untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu
dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses
konjugasi

ini

melibatkan

enzim

glukoroniltransferase.

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran


empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi
urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin
terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk
azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin
langsung.
Alat dan Bahan
a
b
-

Alat
Kuvet
Transferpette
Tip 100 ,1000 , 500
Spektrofotometer
Tisu
Bahan
Serum
Reagen
R1
: Sulfanic acid
HCl buffer
R2
: Sodium Nitrit
R3
: Cafein
Sodium benzoate
Sodium acetat
R4
: Felij solution

Cara Kerja

29
170
29
156

mmol/L
mmol/L
mmol/L
130
mmol/L
mmol/L
460
mmol/L

Potassium sodium tartrat

930

Sodium hidroksida

mmol/L

1.9

mmol/L

A Bilirubin Total

R1
R2
R3

Blanko sampel
100
500

Sampel

500

Serum
100
100
Campur, inkubasi 10-60 menit pada suhu 15-25c
Reagen
500
500
Campur, inkubasi 5-20 menit pada suhu 15-25c, baca Absorban pada
panjang gelombang 518 nm

B Bilirubin direct
Blanko sampel
Sampel
R1
100
100
R2
20
R3
1000
1000
Serum
100
100
Campur, inkubasi 5 menit, pada suhu 15-25c, baca Absorban pada panjang
gelombang 546 nm

Hasil dan Perhitungan


-

Bilirubin total = Abs bilirubin total X 10.5


Bilirubin direct = Abs bilirubin direct X 14.0
Bilirubin indirect
= Abs bilirubin total - Abs bilirubin direct

Nilai Normal
-

Bilirubin total
Dewasa
: 0,1-1,2 mg/dl
Bilirubin direct
Dewasa
: 0,2 mg/dl

Kompetensi Pranata Laboratorium

Melakukan pemeriksaan Kimia Klinik :


1. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Bilirubin
2. Memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan darah dan pembuatan

plasma sitrat
3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium kimia klinik
4. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode Jendrasik-Grof

5. Memiliki keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan

penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.


6. Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses teknik
operasioanl.
7. Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui

evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.


8. Memiliki keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

9. WIDAL

Jenis pelayanan pada laboratorium klinik imunoserologi


Gambaran klinis penyakit demam tifoid sangat bervariasi dari hanya sebagai
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini mungkin menyebabkan seorang ahli yang sudah
berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan dalam menegakkan diagnosis demam tifoid
apabila hanya berdasarkan gambaran klinis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
mikrobiologi tetap diperlukan untuk memastikan penyebabnya. Tes ideal untuk suatu
pemeriksaan laboratorium seharusnya bersifat sensitif, spesifik, dan cepat diketahui
hasilnya. Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam tifoid yang ada
sampai saat ini adalah dengan metode konvensional, yaitu kultur kuman dan uji serologi
Widal serta metode non-konvensional, yaitu antara lain Poly-merase Chain Reaction (PCR),
Enzyme Immunoassay Dot (EIA), dan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
1

DEFINISI
Widal test merupakan suatu uji serum darah yang memakai prinsip reaksi agglutinasi

untuk mendiagnosa demam typhoid. Dengan kata lain merupakan tes serologi yang
digunakan untuk mendeteksi demam typhoid.
2

PRINSIP

Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila
terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang digunakan
pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam
laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan.
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi
dalam serum.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/
peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan
waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal
peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan
dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal
peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang
digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari
jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang
lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan
Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang
bermakna antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa
dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang tidak dapat memproduksi
antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis demam typhoid.
Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas
masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar
34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%. Beberapa penelitian pada kasus demam
tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal
sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar 76-83%.

Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter
penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur kimianya
terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100C selama 25 jam,
alkohol dan asam yang encer.
Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan
berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki
beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60C dan
pada pemberian alkohol atau asam.
Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari fagositosis
dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60C,
dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya.
OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan
komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran
hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap
proteolisis dan denaturasi pada suhu 85100C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,
protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum

diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S typhi yang sangat
spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.
3

INTERPRETASI HASIL

Interpretasi dari uji widal ini harus memperhatikan beberapa factor antara lain
sensitivitas, spesifitas, stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status
gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; saat pengambilan specimen;
gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non endemis); factor
antigen; teknik serta reagen yang digunakan.
Beberapa factor yang dapat mempengaruhi uji Widal dapat dijelaskan sebagai berikut,
antara lain :
Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
Saat pengambilan specimen : berdasarkan penelitian Senewiratne, dkk. kenaikan titer
antibodi ke level diagnostic pada uji Widal umumnya paling baik pada minggu kedua atau
ketiga, yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama adalah hanya 85,7%.
Pengobatan dini dengan antibiotika ; pemberian antibiotika sebelumnya dapat menghambat
pembentukan antibodi.
Vaksinasi terhadap salmonella bisa memberikan reaksi positif palsu. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa setelah divaksinasi titer agglutinin O dan H meningkat dan menetap selama
beberapa waktu. Jalan keluarnya adalah dengan melakukan pemeriksaan ulang tes Widal
seminggu kemudian. Infeksi akan menunjukkan peningkatan titer, sementara pasien yang
divaksinasi tidak akan menunjukkan peningkatan titer.
Obat-obatan immunosupresif dapat menghambat pembentukan antibodi.

Reaksi anamnesa. Pada individu yang terkena infeksi typhoid di masa lalu, kadang-kadang
terjadi peningkatan antibodi salmonella saat ia menderita infeksi yang bukan typhoid,
sehingga diperlukan pemeriksaan Widal ulang seminggu kemudian.
Reaksi silang ; Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C)
memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri
lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang
positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).
Penyakit-penyakit tertentu seperti malaria, tetanus, sirosis dapat menyebabkan positif palsu.
Konsentrasi suspense antigen dan strain salmonella yang digunakan akan mempengaruhi
hasil uji widal.
4

PENILAIAN

Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih kontroversial diantara para
ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer agglutinin lebih atau sama
dengan 4 kali terutama agglutinin O atau agglutinin H bernilai diagnostic yang penting untuk
demam typhoid. Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat
membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama. Begitu juga
kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai arti diagnostic yang penting
untuk demam typhoid, namun masih dapat membantu dan menegakkan diagnosis
tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal dari daerah non endemic
atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada kelompok
penderita ini kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih
amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat tinggal di daerah
endemic, kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam dosis subinfeksi masih lebih besar
sehingga uji Widal dapat memberikan ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar
daerah endemic yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan
berbeda pula antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian,

bila uji Widal masih diperlukan untuk menunjang diagnosis demam typhoid, maka ambang
atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk
menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi kenaikan titer.
Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih
tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk
diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan
pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika
ada, maka dinyatakan (+).
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.

10. GOLONGAN DARAH

Jenis pelayanan pada laboratorium klinik imunohematologi


Pemeriksaan Golongan Darah ABO pertama kali ditemukan oleh seorang ahli
Patologi Amerika kelahiran Austria yang bernama Karl Landsteiner, pada tahun 1900an.
Antigen utama dalam sistem ABO ini disebut dengan antigen A dan antigen B dan antibodi
utama adalah anti - A dan anti - B. Gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B
terdapat pada kromosom nomor 9. Pada Orang normal yang berumur di atas 6 bulan selalu

mempunyai antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen A atau B apabila antigen
bersangkutan tidak terdapat dalam erihtrositnya sendiri.
Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO ini dapat dibagi menjadi empat golongan darah,
yaitu :

Golongan darah A : Erythrosit mengandung aglutinogen A dan serum mengandung


aglutinin anti B

Golongan darah B : Erythrosit mengandung aglutinogen B dan serum mengandung


aglutinin anti A

Golongan darah O : Erythrosit tidak mengandung aglutinogen dan serum mengandung


aglutinin anti A dan aglutinin anti B

Golongan darah AB : Erythrosit mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B sedangkan


pada serum tidak mengandung aglutinin apapun.

Meskipun anti - A dan anti - B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan erytrosit yang
relevan serta adanya rangsangan untuk pembentukan anti - A dan anti - B tidak ditimbulkan
oleh erytrosit itu sendiri. Pada Orang-orang dengan golongan darah A hanya membentuk
anti-B dan mereka dengan golongan darah B hanya dapat membentuk anti-A. Sedangkan
Orang-orang dengan golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B didalamnya,
dan yang golongan darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B.

Cara Menetukan Antigen dan Aglutinogen pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO

Anti - A dan anti - B pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO ini merupakan aglutinin
yang kuat dan mudah dinyatakan pada pemeriksaan laboratorium. Aglutinin ini dapat
dengan cepat menghancurkan erytrosit tidak kompatibel yang masuk dalam sirkulasi melalui
aktivitas komplemen. Satu-satunya cara erytrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk
dalam sirkulasi adalah melalui transfusi darh yang salah, kecuali pada beberapa kasus
dimana erytrosit janin masuk kedalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau pada saat
melahirkan.
Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya bisa disebabkan oleh kesalahan dalam
identifikasi penderita atau kesalahan sampel darah penderita, donor dan atau kesalahan
administrasi. Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen yang
terdapatdalam darah. Disamping itu juga dilakukan penetapan jenis aglutinin yang terdapat
dalam serum (Reverse Grouping dan Serum Grouping). Terdapat beberapa cara untuk
menentukan golongan darah seperti dengan cara Objek glass dan dengan cara Tabung.

D. Terdapat kebijakan dan prosedur spesifik untuk setiap jenis pemeriksaan


laboratorium di Rumah Sakit Tipe B
1

Kebijakan Mutu Laboratorium


a Kendali Mutu Laboratorium

1 Pasal 6 Permenkes 411 tahun 2010 tercantum bahwa laboratorium


Klinik wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang diakui
2

oleh pemeriksaan,
Melaksanakan akreditasi yang diselenggarakan komite Akreditasi
Laboratorium Kesehatan (KALK) setiap5 tahun.

Mutu Laboratorium Klinik harus dipantau dan selalu ditingkatkan:


Mutu lab Klinis adalah fitness for use
Indikator mutu:
Teknik dan non teknik

Keamanan, ketepatan waktu, efektifitas dan efisiensi

Struktur, proses, keluaran( Permenkes411-2010) Pra analitik, analitik dan


pasca analitik

2. Penerimaan Spesimen

No
1
2

Jenis Pemeriksaan
Crossmatch
Asam Urat

Jenis Spesimen
Serum, atau Plasma EDTA dan darah EDTA
Serum, Plasma heparin atau Plasma EDTA

3. Pengambilan dan Penyimpanan Spesimen


No.
1

Pemeriksaan
Crossmatch

Asam Urat

Penyimpanan Spesimen
Sampel Darah EDTA:
Kurang dari 4 jam setelah pengambilan darah
(pada suhu kamar)
24 jam pada suhu 2-8C
Untuk Sampel Serum dan Plasma:
Disimpan pada suhu kamar (20-25C) tahan

selama 7 hari
Disimpan pada suhu 4-8 C tahan selama 7 hari
Disimpan pada suhu -20C tahan selama 3 bulan

4. Prosedur pemeriksaan Laboratorium sesuai SOP atau IKA


A. Langkah Kerja Pemeriksaan Crossmatch 1 donor
1) Fase 1 : Fase Suhu Kamar
a) Diambil 3 buah tabung reaksi, dimasukkan ke dalam masingmasing tabung:
Tabung I
Mayor Test

: 2 tetes serum pasien+1 tetes sel donor

5%
Tabung II
Minor Test

: 2 tetes serum donor+1 tetes sel pasien

5%
Tabung III
Autokontrol

: 2 tetea serum pasien+1 tetes sel

pasien 5%
b) Tabung dikocok hingga homogeny
c) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
d) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka

hentikan

pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
fase II
2) Fase II : Fase Inkubasi dalam Bovie Albumin
a) Ditambahkan 2 tetes bovie albumin 22% ke dalam masingmasing tabung minor dan mayor
b) Tabung dikocok hingga homogeny, inkubasi 37C selam 15
menit
c) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
d) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka

hentikan

pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
fase III
3) Fase III : Fase Antiglobulin Tes (AHG)
a) Dicuci sel darah merah dalam tabung sebanyak 3 kali dengan
saline
b) Ditambahkan 2 tetes coombs serum ke dalam masing-masing
tabung
c) Tabung dikocok hingga homogeny
d) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
e) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi maka inkompatibel
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka kompatibel
4) Validasi : Dilanjutkan bila hasil pemeriksaan pada fase 1,2,dan 3
negatif

a) Ditambahkan 1 tetes coombs control cells (CCC) ke dalam


masing-masing tabung
b) Tabung dikocok hingga homogeny
c) Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit
d) Dibaca hasil :
(+) terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan benar/valid
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan tidak benar
(diulang kembali)
B. Langkah Kerja Pemeriksaan Asam Urat
1. Fotometrik
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Dilakukan pemipetan sebagai berikut:

Aquadest
Serum
Standar
Reagen

Blanko
20 l
100 l

Standar
20 l
1000 l

Sampel
20 l
1000

c) Dicampur, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 10 menit


d) Dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546nm
Asam Urat (mg/dl) =

|Sampel|
x Conc Standar
|Standar|

2. Manual
a) Disinfeksi jari tangan yang akan diambil darah kapilernya dengan alkohol
70% ditunggu sampai mongering
b) Alat untuk memeriksa dinyalakan
c) Dipasang tes strip pada alat tersebut
d) Dilakukan pengambilan darah kapiler, darah yang keluar pertama dihapus
dahulu menggunakan kapas kering
e) Darah berikutnya dimasukkan ke dalam tes strip
f) Jari yang sudah di suntik di lap menggukan kapas kering
g) Ditunggu hingga hasilnya muncul pada layar
5. Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan Alat Pelindung Diri Bagi
Petugas Laboratorium.
a Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia
ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
ketika menggunakan jas laboratorium, yaitu kancing jas laboratorium harus
terpasang serta ukuran jas laboratorium tidak boleh pas dengan ukuran badan
pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan
kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya
Kriteria yang baik untuk jas Laboratorium yaitu :

a
b
c
d
e
f

Nyaman di pakai
Bahan kain cukup tebal
Berwarna terang atau putih
Berkancing (non resliting)
Panjang jas sampai lutut dengan lengan sampai
pergelangan tangan
Ukurannya tidak terlalu kecil atau terlalu besar
b Sarung tangan Latex disposable
Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, juga perlindungan terhadap larutanc

larutan infeksius. Sarung tangan ini hanya untuk sekali pakai.


Perlindungan Pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia
adalah melalui pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap, dan gas
yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat
kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena
itu pekerja harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan masker. Pemilihan masker yang sesuai berdasarkan pada jenis kontaminasi,
dan batasan paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan
filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk.

6. Prosedur Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Limbah Medis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium
a Limbah infeksi
Limbah infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi, dekontaminasi,
sterilisasi, dan insinerasi. Insinerasi adalah metoda yang berguna untuk membuang
limbah laboratorium (cair/padat), sebelum atau sesudah diotoklaf dengan membakar
limbah tersebut dalam alat insinerasi (insinerator). Insinerasi bahan infeksi dapat
digunakan sebagai pengganti otoklaf hanya jika alat insinerasi berada di bawah
pengawasan laboratorium dan dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan ruangan
bakar sekunder. Ada beberapa model ruang bakar yang baik, tetapi yang ideal ialah
yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling sedikit 800 0C dan pada
ruang bakar kedua 10000C. Waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya
paling sedikit 0,5 detik. Bahan untuk insinerasi, bahkan bila harus diotoklaf terlebih

dahulu, harus dikemas dalam kantong plastik. Petugas pelaksana insinerasi harus
menerima instruksi yang benar tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.

Pemeriksaan APTT dan PPT


1. Persiapan pengumpulan spesimen
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
b. Volume mencukupi
c. Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak
berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
d. Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
e. Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
f.

Identitas benar sesuai dengan data pasien

2. Form permintaan laboratorium


a. Identitas pasien harus ditulis dengan benar
i.
Nama
ii.
Umur
iii.
Jenis kelamin
iv.
Nomor rekam medis, dsb
v.
Disertai diagnosis atau keterangan klinis.
b. Menanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa.
c. Menanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol,
merokok, dsb.
d. Mencatat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok,
minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada
lembar hasil laboratorium.

3.

Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. bersih, kering
b. tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
c. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
d. sekali pakai buang (disposable)
e. steril (terutama untuk kultur kuman)
f.

tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan
volume spesimen

4. Pemilihan lokasi pengambilan spesimen


Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang
diperlukan, seperti :
a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic,
atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau
transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula
b. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri
brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
c. Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan
bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi.
Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan
peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
d. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

5. Pengambilan spesimen
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

a. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan


benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
b. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
1) Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada

yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
2) Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk

mencegah spesimen tumpah.


3) Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal

seperti berikut :
a) Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
b) Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar

tidak terjadi hemolisis.


c) Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke

dalam media dilakukan dengan cara aseptik


d) Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak

keliru.
e) Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan

lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak


hemolisis.
6. Pengiriman spesimen ke laboratorium
Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.
a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah
memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing
pemeriksaan.
b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.

c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap.
Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke
laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan
spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi
yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti PPT / APTT
memanjang.
e. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak
atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat
ditutup rapat dan mudah dibawa.

7. Penyimpanan spesimen
a. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan
dikirim ke laboratorium lain
b. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan
stabilitasnya
c. Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
d. Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan
terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
e. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan
f.

Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8C, suhu kamar, suhu
-20C, -70C atau -120C jangan sampai terjadi beku ulang.

g. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum,


maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
h. Memberi bahan pengawet pada spesimen
i.

Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

j.

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :


1) Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator
2) Imunologi : 1 minggu dalam referigerator
3) Hematologi : 2 hari pada suhu kamar
4) Koagulasi : 1 hari dalam referigerator
5) Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator
6) Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

E. Terdapat kebijakan dan prosedur spesifik untuk setiap jenis pengeloalaan


sistem informasi laboratorium di Rumah Sakit Tipe B
1. Tersedia prosedur formulir pendaftaran dan permintaan pengujian sampel
a. Pasien terlebih dahulu daftar ke ruang pendaftaran poliklinik, tetapi apabila sudah
membawa surat rujukan dari luar Rumah Sakit pasien langsung dipersilahkan
menuju laboratorium untuk mendapatkan rincian biaya yang harus dibayar
terlebih dahulu.
b. Pasien menuju ruang poliklinik dan diberikan formulir permintaan pemeriksaan
oleh dokter.
c. Pasien ke

ruang

laboratorium

dan

menyerahkan

formulir

permintaan

pemeriksaan kepada petugas administrasi laboratorium.


d. Petugas administrasi laboratorium menerima formulir permintaan pemeriksaan.
Apabila pasien berasal dari luar ( bukan dari poli ) maka petugas membuatkan
formulir permintaan pemeriksaan dan apabila pasien sudah membawa surat
rujukan dari luar rumah sakit petugas administrasi menuliskan rincian biaya untuk
dibayar ke kasir.
e. Petugas administrasi mengecek identitas pasien, apakah sesuai dengan yang
f.

tertera pada formulir pengantar.


Petugas administrasi menyiapkan nota kemudian menulis rincian biaya
pemeriksaan dan diserahkan ke pasien / keluarga pasien untuk dibayar ke kasir,
sambil

diberitahukan

setelah

pembayaran,

pasien

kelurga

pasien

mengembalikan rincian biaya pemeriksaan yang telah di cap lunas ke petugas


administrasi laboratorium.

Gambar 2. Formulir permintaan pengujian sampel

Gambar 3. Formulir permintaan pengujian sampel

2. Tersedia prosedur laporan hasil uji laboratorium

Gambar 4. Laporan hasil pemeriksaan

LABORATORIUM RUMAH SAKIT TIPE B

Laporan Hasil Pemeriksaan


No. 001

I. Nomor: RS
II. Pelanggan
Nama

Alamat

Telepon

Personil penghubung :
III. Sampel
Nomor sampel
Nama Sampel
Diterima
Tanggal Uji
Jenis Uji
IV. Hasil Uji
HEMATOLOGI
Hasil
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Jenis Leukosit
LED
PVC
MCV
MCH
MCHC
WBC
RBC
Trombosit
Waktu Pendarahan
Waktu Pembekuan
Retraksi Bekuan
Platelet
Golongan Darah
Diferensial
leukosit
Monosit
Neutrofil

:
:
:
:
:

KIMIA DARAH
Hasil
Glukosa R
Glukosa N
Glukosa 2 jam PP
Ureum
Creatinin
Uric Acid
K
Ca
Na
Cl
SGOT
SGPT
HOL Choles
LDL Choles
Protein
Bill D
Bill T

URINALYSIS
Hasil
Colour
Turbidity
Spesific cardity
Ph
Protein
Glukose
Bilirubin
Volume
CHEMISTRY PANEL
Hasil
Glucose
AST
ALP
ALT
T. Bilirubin
T. Protein
Albumin

CK-MB
CK-Nac
Alkali Phosphat

Globulin
BUN
Cholesterol

Basofil
Eosinofil
Limfosit

Globulin
Cholesterol Total
HB A 1 C

Urea nitrogen
Phosphorus
Sodium
Potassium

*Tulis hasil pemeriksaan pada tabel hasil pemeriksaan

Yogyakarta,

November 2015

Laboratorium Rumah Sakit Tipe B

..
Asisten Manajer Laboratorium

3. Tersedia prosedur pengelolaan bahan dan reagen di laboratorium.


a. Perencanaan bahan Laboratorium sesuai kebutuhan bahan pemeriksaan 1 tahun
meliputi reagensia, bahan habis pakai dan direncanakan oleh Instalasi
Laboratorium.
b. Pengadaan bahan Laboratorium melalui Panitia Pengadaan Bahan Dan Reagen
Laboratorium.

c. Perencanaan peralatan Laboratorium yang baru melalui Kepala Bidang


Pelayanan Medik.
d. Pengadaan peralatan baru melalui Panitia Pembelian/ Pengadaan Pekerjaan
Unit.
e. Penerimaan bahan Laboratorium oleh panitia penerima barang dengan dibuatkan
berita acara penerimaan barang dan diserahkan ke Laboratorium melalui Bidang
f.

Pelayanan Medis.
Penyimpanan bahan Laboratorium harus sesuai ketentuan atau petunjuk yang

terlampir
g. Setiap penggunaan reagen dicatat dalam buku penggunaan reagen
h. Reagen dan bahan Laboratorium yang kadaluarsa dibuatkan berita acara dan
i.

dimusnahkan sesuai ketentuan.


Setelah petugas administrasi menerima rincian yang telah di cap lunas, pasien

j.

dipersilahkan untuk menunggu di ruang tunggu.


Petugas pengambil sampel memanggil pasien untuk diambil sampelnya.

Penyimpanan Bahan-Bahan Kimia


Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan
bahan kimia beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia
selain memperhatikan ketujuh sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan
factor lain, yaitu:
a.

Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.

b.

Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau


timbulnya gas beracun
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat penyimpanan

bahan secara singkat adalah sebagai berikut:


1. Bahan beracun

Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di
laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, gas
karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
a. Ruangan dingin dan berventilasi
b. Jauh dari bahaya kebakaran
c. Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
d. Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak
sedang dipergunakan
e. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
2. Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini
dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat penyimpanan:
a. Ruangan dingin dan berventilasi
b. Wadah tertutup dan beretiket
c. Dipisahkan dari zat-zat beracun.
3. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara,
kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih,
fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa
air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat
menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat
dibagi menjadi 3 golongan yaitu:

a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4 oC, misalnya karbon disulfida


(CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya
etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21 oC 93,5oC, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
1) Temperatur dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara
rokok
3) Tersedia alat pemadam kebakaran
4. Bahan mudah meledak
Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.
Syarat penyimpanan:
a. Ruangan dingin dan berventilasi
b. Jauhkan dari panas dan api
c. Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat
meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada
komposisi dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di
laboratorium pada waktu melakukan percobaan misalnya:
a. Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
b. Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air

c. Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)


d. Nitrat dengan eter
e. Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
f.

Klorat dengan asam sulfat

g. Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
h. Halogen dengan amoniak
i.

Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)

j.

Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat

5. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic
Syarat penyimpanan:

Temperatur ruangan dingin dan berventilasi

Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara
rokok

Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6. Bahan reaktif terhadap air


Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:

Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi

Jauh dari sumber nyala api atau panas

Bangunan kedap air

Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan reaktif terhadap asam


Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar
atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
a. Ruangan dingin dan berventilasi
b. Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
c. Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong-kantong hydrogen
d. Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
a. Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
b. Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
c. Jauh dari api dan panas
d. Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya
waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin
besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang
sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis

eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah
dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.
Penyimpanan Bahan Kimia
Ikuti panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan bahan kimia:
1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ke tempat itu setelah digunakan.
2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki bibir pembatas di
bagian depan agar wadah tidak jatuh. Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki
logam atau plastik yang bisa menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan
pencegahan ini utamanya penting di kawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi
cuaca ekstrem lainnya.
4. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang
digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terdapat
sprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci dari kepala sprinkler.
5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7. Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area peralatan
keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.
8. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama pengguna dan tanggal
penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk membantu kontrol inventaris.
9. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahan kimia yang
sedang digunakan.

10. Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari
berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di dalam
lemari yang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di bagian depan.
11. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar
yang disetujui.
12. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari
langsung.
13. Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara terpisah
yang disortir berdasarkan abjad. Lihat Gambar di bawah ini untuk mendapatkan
gambaran metode pengodean warna untuk penyusunan bahan kimia.
14. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.
15. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya di atas
kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan. Kaji tanggung jawab
ini minimal setiap tahun
Wadah dan Peralatan
Ikuti panduan khusus di bawah ini tentang wadah dan peralatan yang digunakan untuk
menyimpan bahan kimia.
1. Gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti wadah pengaman (overpack),
untuk menampung bahan jika wadah utama pecah atau bocor.
2. Gunakan baki penyimpanan yang tahan korosi sebagai perangkat pengaman
sekunder untuk tumpahan, kebocoran, tetesan, atau cucuran. Wadah polipropilena
sesuai untuk sebagian besar tujuan penyimpanan.
3. Sediakan lemari berventilasi di bawah tudung asap kimia untuk menyimpan bahan
berbahaya.

4. Segel wadah untuk meminimalkan terlepasnya uap yang korosif, mudah terbakar,
atau beracun.
Penyimpanan Dingin
Penyimpanan bahan kimia, biologis dan radioaktif yang aman di dalam lemari es,
ruangan yang dingin, atau freezer memerlukan pelabelan dan penataan yang baik. Manajer
laboratorium menugaskan tanggung jawab untuk menjaga unit-unit ini agar aman, bersih,
dan tertata, serta mengawasi pengoperasiannya yang benar. Ikuti panduan penyimpanan
dingin ini:
1. Gunakan lemari penyimpanan bahan kimia hanyauntuk menyimpan bahan kimia.
Gunakan pita dan penanda tahan air untuk memberi label lemari es dan freezer
laboratorium. Lihat Tanda pada Toolkit yang disertakan untuk mengetahui contoh
label penyimpanan dingin.
2. Jangan menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es, kecuali
penyimpanan bahan tersebut disetujui. Jika penyimpanan dalam lemari es diperlukan
di dalam ruang penyimpanan bahan yang mudah terbakar, pilih lemari es tahanledakan. Jangan menyimpan oksidator atau bahan yang sangat reaktif dalam unit
yang sama dengan bahan yang mudah terbakar.
3. Semua wadah harus tertutup dan stabil. Perangkat pengaman sekunder, seperti baki
plastik, penting untuk labu laboratorium kimia dan disarankan untuk semua wadah.
4. Labeli semua bahan dalam lemari es dengan isi, pemilik, tanggal perolehan atau
penyiapan, dan sifat potensi bahayanya.
5. Tata isi berdasarkan pemilik, namun pisahkan bahan yang tidak sesuai. Tata isi
dengan memberi label pada rak dan tempelkan skema penataan di luar unit.
6. Setiap tahun, kaji semua isi dari masing-masing unit penyimpanan dingin. Buang
semua bahan tidak berlabel, tidak diketahui, atau tidak diinginkan, termasuk bahan
yang dimiliki oleh pegawai yang telah meninggalkan laboratorium.

Penyimpanan Cairan yang Mudah Terbakar dan Gampang Menyala


Cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala di laboratorium hanya boleh
tersedia dalam jumlah terbatas. Jumlah yang diperbolehkan tergantung padasejumlah
faktor, termasuk:
a. Konstruksi laboratorium;
b. Jumlah zona api dalam gedung;
c. Tingkat lantai tempat laboratorium berlokasi;
d. Sistem pelindungan api yang dibangun dalam laboratorium;
e. Adanya lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar atau kaleng keselamatan;
dan jenis laboratorium (yaitu, pendidikan atau penelitian dan pengembangan).
Ikuti panduan ini untuk menyimpan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala:
1) Jika tempatnya memungkinkan, simpan cairan yang gampang menyala
dalam lemari penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
2) Simpan cairan gampang menyala di dalam wadah aslinya (atau wadah lain
yang disetujui) atau dalam kaleng keselamatan. Jika memungkinkan, simpan
cairan yang mudah terbakar yang berjumlah lebih dari 1 L dalam kaleng
keselamatan.
3) Simpan 55 galon (~208-L) drum cairan yang mudah terbakar dan gampang
menyala dalam ruang penyimpanan khusus untuk cairan yang mudah
terbakar.
4) Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari bahan
oksidasi kuat, seperti asam nitrat atau kromat, permanganat, klorat, perklorat,
dan peroksida.

5) Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari sumber
penyulutan. Ingat bahwa banyak uap yang mudah terbakar lebih berat
dibandingkan udara dan dapat menuju ke sumber penyulutan.
Penyimpanan Zat yang Sangat Reaktif
Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, atau lokal
untuk menentukan jumlah maksimal bahan kimia yang sangat reaktif yang dapat disimpan di
dalam laboratorium. Ikuti panduan umum di bawah ini saat menyimpan zat yang sangat
reaktif.
a. Pertimbangkan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang sangat reaktif
sebelum membawanya ke dalam laboratorium.
b. Baca

MSDS

atau

literatur

lainnya

dalam

mengambil

keputusan

tentang

penyimpanan bahan kimia yang sangat reaktif.


c. Bawa bahan sejumlah yang diperlukan ke dalam laboratorium untuk tujuan jangka
pendek (hingga persediaan 6 bulan, tergantung pada bahannya).
d. Pastikan memberi label, tanggal, dan mencatat dalam inventaris semua bahan yang
sangat reaktif segera setelah bahan diterima. Lihat Tanda pada Toolkit yang
disertakan untuk mengetahui contoh label untuk zat yang sangat reaktif.
e. Jangan membuka wadah bahan yang sangat reaktif yang telah melebihi tanggal
kedaluwarsanya. Hubungi koordinator limbah berbahaya di lembaga Anda untuk
mendapatkan instruksi khusus.
f.

Jangan membuka peroksida organik cair atau pembentuk peroksida jika ada kristal
atau endapan. Hubungi CSSO Anda untuk mendapatkan instruksi khusus.

g. Untuk masing-masing bahan kimia yang sangat reaktif, tentukan tanggal pengkajian
untuk mengevaluasi kembali kebutuhan dan kondisi dan untuk membuang (atau
mendaur ulang) bahan yang terurai dari waktu ke waktu.

h. Pisahkan bahan berikut:


1) Agen pengoksidasi dengan agen pereduksi dan bahan mudah terbakar;
2) Bahan reduksi kuat dengan substrat yang mudah direduksi;
3) Senyawa piroforik dengan bahan yang mudah terbakar; dan
4) Asam perklorik dengan bahan reduksi.
i.

Simpan cairan yang sangat reaktif di baki yang cukup besar untuk menampung isi
botol.

j.

Simpan botol asam perklorik dalam baki kaca atau keramik.

k. Jauhkan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida dari panas dan cahaya.
l.

Simpan bahan yang bereaksi aktif dengan air sejauh mungkin dari kemungkinan
kontak dengan air.

m. Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es. Gunakan lemari es
dengan fi tur keselamatan ini:
1) Semua kontrol yang menghasilkan percikan di bagian luar;
2) Pintu terkunci magnetik;
3) Alarm yang memperingatkan jika suhu terlalu tinggi; dan
4) Suplai daya cadangan.
n. Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan
daya larut atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fase.
Ikuti panduan pabrik untuk penyimpanan bahan yang sangat berbahaya ini.
o. Lakukan inspeksi dan uji bahan kimia pembentuk peroksida secara periodik dan
beri bahan label akuisisi dan tanggal kedaluwarsa. Buang bahan kimia yang
kedaluwarsa.

p. Simpan bahan yang sangat sensitif atau simpan lebih banyak bahan eksplosif
dalam kotak anti ledakan.
q. Batasi akses ke fasilitas penyimpanan.
Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun
Lakukan tindakan pencegahan berikut saat menyimpan karsinogen, toksin reproduktif,
dan bahan kimia dengan tingkat toksisitas akut tinggi.
1. Simpan bahan kimia yang diketahui sangat beracun dalam penyimpanan berventilasi
dalam perangkat pengaman sekunder yang resisten secara kimia dan anti pecah.
2. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.
3. Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai.
4. Batasi akses ke area penyimpanan.
5. Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia yang sangat beracun

Manajemen Bahan Kimia dan Penyimpanannya di Gudang Laboratorium


Untuk memenuhi kriteria laboratorium yang sehat maka pengelolaan inventori bahan
kimia diupaykan senantiasa terkendali dalam aspek kualitas yaitu mutu bahan kimia harus
memenuhi spesifikasi standard yang diperlukan, aspek kuantitas yaitu jumlah yang akan
dibeli harus sesuai dengan kebutuhan dan dengan mempertimbangkan bahwa kepemilikan
dalam jumlah besar juga memiliki konsekwensi menanggung biaya kelola potensi timbulan
limbah apabila bahan kimia tersebut terkontaminasi atau mengalami degradasi mutu
sehingga tidak dapat dipergunakan.
Bahan kimia yang baik harus memenuhi beberapa ketentuan umum yaitu :
1. Mudah diperoleh yaitu proses pengadaan bahan kimia tidak berbelit serta waktu
kedatangan atau tiba di gudang dalam waktu singkat.

2. Konsep siap saji (just in time) merupakan pedoman yang menjadi kebutuhan
terhadap pengadaan bahan kimia saat ini dimana selang waktu yang terlampau lama
menyebabkan terjadinya permasalahan terhadap waktu pakai (expire date) dari
beberapa bahan kimia tertentu.
3. Mudah untuk disubsitusi yaitu bahan kimia yang dibeli memiliki beberapa alternatif
nama dagang sehingga bukan merupakan monopoli dari pabrik tertentu.
4. Aman terhadap proses penanganan (handling)
5. Memiliki label atau identifikasi yang jelas tentang sifat dan karakteristik bahan kimia.
6. Kemasan mampu untuk melindungi kualitas bahan terhadap perubahan kondisi
lingkungan sehingga apabila terjadi variasi perubahan suhu tidak berpengaruh
terhadap komposisi bahan kimia.
7. Suhu penyimpanan yang dipersyaratkan mendekati suhu kamar (ambien) di
Indonesia. Apabila merupakan bahan kimia Berbahaya dan Beracun (B3) maka
identifikasi MSDS harus senantiasa diikutsertakan disertai sertifikat keaslian produk
dari pabrik pembuat. Penyimpanan bahan kimia juga memiliki beberapa aturan dasar
yang menjadi pedoman bagi laboratorium untuk memelihara aspek safety dalam hal
penyimpanan bahan kimia di gudang melalui segregasi, yaitu :
a. Bahan kimia bersifat korosif (asam kuat atau basa kuat);
b. Bahan kimia bersifat mudah terbakar (flamable);
c. Bahan kimia mudah bereaksi (reactive)
d. Bahan kimia racun (toxic).
Penyimpanan

bahan

kimia

di

gudang

adalah

pengetahuan

tentang

ketidaksesuaian (incompatible) antara bahan kimia yang satu dengan yang lain. Tabel

berikut menyatakan ketidaksesuaian antara bahan kimia yang satu dengan yang lain
dan dipergunakan sebagai dasar pengaturan penyimpanan bahan kimia di gudang.
Bahan padatan lebih sulit bereaksi dibandingan dengan cairan karena kecepatan
reaksi dengan bahan lain rendah (dalam kondisi kering) oleh karena itu dapat disusun:
1) Sulfida harus dipisahkan jauh dengan asam
2) Senyawa sianida harus dipisahkan terhadap asam, terutama bentuk larutan asam
3) Bentuk kristal penol harus dipisahkan terhadap oksidator.
Sedangkan cairan lebih mudah bereaksi dengan bahan lain, oleh karena itu cairan
harus disimpan di rak dengan maksimum ketinggian ukuran bahu orang dewasa, untuk
larutan asam:
1) Pisahkan antara asam organik dengan asam anorganik seperti asam asetat dengan
asam nitrat.
2) Pisahkan secara tersendiri asam perklorat (perchloric acid);
Cairan mudah terbakar, lebih dari 10 gallon cairan harus disimpan didalam
lemari

safety atau dalam drum safety.

3) Khusus

untuk

bahan-bahan

yang

termasuk

Oksidator

dilakukan

pengelolaanya sebagai berikut:


a) Jauhkan dari asam, basa, organik dan logam
b) Simpan ditempat dingin
Akumulasi penyimpanan limbah dan bahan kimia kadaluarsa dilakukan dengan :
a) Sedapat

mungkin menyimpan cairan

kesesuaiannya (compability).

limbah

bahan

kimia

dengan

tingkat

b) Jangan menumpuk lebih dari 55 gallon limbah cair bahan kimia ini,seperempat
jumlah dari daftar bahan kimia berbahaya (daftar P)
Bahan yang termasuk katagori Logam, dilakukan sesuai jenisnya :
a) Logam reaktif (misalnya potasium, sodium) dan semua logam dalam bentuk serbuk
harus disimpan didalam lemari khusus anti nyala (flamable cabinet).
b) Logam air raksa (mercury) harus disimpan di kontainer yang tidak mudah pecah
dengan diletakkan didalam almari khusus.

4. Tersedia prosedur pengelolaan alat, dan program perbaikan alat dan kalibrasi
Kepekaan alat-alat laboratorium, kenyamanan ruangan tempat

bekerja

disamping SDM, maka sangat perlu pemeliharaan alat-alat agar alat dapat dipakai lebih
lama daan tetap peka dengan hasil pemeriksaan yang tetap akurat. Pemeliharaan alat
laboratorium dikerjakan secara teratur oleh petugas laboratorium. Kalibrasi merupakan
salah satu tindakan yang dilaksanakan secara teratur oleh Petugas Teknis Laboratorium
maupun Badan yang berwenang untuk meneliti Akurasi atau Ketepatan dari suatu
peralatan.

Kalibrasi ada yang dilakukan secara otomatis oleh alat otomatis (Kimia

Klinik) atau secara manual oleh petugas laboratorium atau petugas IPSRS bila petugas
laboratorium tidak dapat mengerjakan.
Untuk metode pengujian dan/atau kalibrasi yang baru sebaiknya dibuat
prosedur sebelum dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi dan sebaiknya berisi paling
sedikit informasi berikut:
a) identifikasi yang sesuai;
b) lingkup;
c) uraian jenis barang yang diuji atau dikalibrasi;
d) parameter atau besaran dan rentang yang ditentukan;
e) perlengkapan dan peralatan, termasuk persyaratan unjuk kerja teknis;
f) standar acuan dan bahan acuan yang dipersyaratkan;
g) kondisi lingkungan yang dipersyaratkan dan periode stabilisasi yang diperlukan;
h) uraian prosedur, meliputi :

i.

pemberian marka identifikasi, penanganan, transportasi, penyimpanan dan

ii.
iii.

persiapan barang,
pengecekan yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai,
pengecekan bahwa peralatan bekerja dengan baik dan, bila diperlukan

dikalibrasi dan disetel sebelum setiap kali digunakan,


iv.
metode untuk merekam pengamatan dan hasil,
v.
tindakan keselamatan yang harus dipertimbangkan.
i) kriteria dan/atau persyaratan untuk persetujuan/penolakan;
j) penyajian data yang harus direkam dan metode analisis dan penyajian;
k) ketidakpastian atau prosedur untuk memperkirakan ketidakpastian.
l) Petugas kalibrasi Yang dapat melakukan pengujian kalibrasi adalah institusi
penguji yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun sewata harus memenuhi
persyaratan antara lain:
1. berbadan hukum
2. memiiki sumber daya manusia yang ahli dalam pegujian dan kalibrasi alat medik
3. memiliki fasilitas kerja meliputi laboratorium serta peralatan uji dankalibrasi untuk
alat medik
4. memperoleh ijin dari DEPKES RI
m) Waktu kalibrasi Sebagaimana telah ditetapkan path Permenkes Nomor :
36/MENKESI Per/IV/1998 alat kesehatan yang dipergunakan disarana pelayanan
kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali setiap tahun. Pengujian atau kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan
dengan kriteria: Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi

DAFTAR PUSTAKA

2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Pedoman Interpretasi Data Klinik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
http://pratiwisanchezty.blogspot.co.id/2011/08/laporan-semester.html
http://acef-cholacha.blogspot.co.id/2010/07/laporan-rumah-sakit-anakes-o7.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/01/masa-tromboplastin-parsial-teraktivasi.html
http://adeheryana241173.blogspot.co.id/2012/10/partial-thromboplastin-time.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/standar-kompetensi-analis-kesehatan_05.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/07/pemantapan-mutu-pra-analitik.html
http://consultantiso.blogspot.co.id/2013/04/standard-iso-iec-17025-sistem-manajemen.html

Anda mungkin juga menyukai