Disusun Oleh :
1. Jati Wiyandari
( P07134113127 )
2. Jhunnison
( P07134113128 )
( P07134113129 )
( P07134113130 )
( P07134113131 )
c) Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak mudah
berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat.
b. Langit-langit
Umum
Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
Persyaratan langit-langit:
1) Tinggi langit-langit di ruangan, minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor)
minimal 2,40 m.
2) Rangka langit-langit harus kuat.
3) Bahan langit-langit antara lain gipsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce
Concrete), bahan logam/metal.
c. Dinding dan Partisi
Umum
Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api,
kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
Persyaratan dinding :
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
2) lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung poripori) sehingga dinding tidak dapat menyimpan debu.
3) warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
4) dinding harus dari bahan yang tahan api dan cairan kimia
d. Lantai
Umum
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidaklicin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
Persyaratan lantai :
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
1) tidak terbuat daribahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas
yang tinggi yang dapat menyimpan debu.
2) mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
3) penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
4) bahan penutup lantai harus dari bahan yang tahan api dan cairan kimia
3. Lingkup Sarana Pelayanan
Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian yaitu
patologi klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari pasien rawat
inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter
Praktek Swasta.
Pemeriksaan laboratorium pada Rumah Sakit Kelas B adalah :
a. Patologi klinik dengan pemeriksaan :
Hematologi sederhana, Hematologi lengkap, Hemostasis penyaring dan bank
darah, Analisis urin dan tinja dan cairan tubuh lain, Serologi sederhana/
NAMA RUANGAN
FUNGSI RUANGAN
KEBUTUHAN FASILITAS
RUANG/LUAS
A.
1.
3~5 m2/
Rekam Medis
melaksanakan tugas
petugas
administrasi,
pendaftaran,
lainnya.
loketpengambilan hasil)
pembayaran dan
pengambilan hasil serta
ruangan untuk
penyimpanan sementara
berkasfilm pasien yang
2.
sudah dievaluasi.
Ruangan pasien &
1~1,5 m2/
pengantar pasien
orang
menunggu diberikannya
3.
Ruang Pengambilan/
pelayanan lab.
Ruang tempat
pengambilan sample
(min. 25 m2)
Sesuai
Kebutuhan
darah, pengumpulan
mampu),
Meja. Kursi, jarum suntik
dan pipetnya, container urin,
timbangan, tensimeter.
Bank Darah
dan feses
Ruang tempat
pengambilan dan
5.
Ruang Konsultasi
Kebutuhan
penyimpanan persediaan
darah.
Ruang tempat konsultasi
thermosealer, dll
Meja, kursi, dan peralatan
Sesuai
Sesuai
Kebutuhan
kantor lainnya.
Sesuai
Kebutuhan dan
sentrifuge, waterbath,
autoanalyzer imunologi,
dipergunakan
Mikroskop fluorescence,
washing sink.
Meja lab, spektrofotometer,
Ruang pemeriksaan/
Sesuai
Kebutuhan dan
electrophoresis protein,
dipergunakan
autoanalyzer kimia,
electrolyte analyzer,
incubator, timbangan
analitik, blood gas analyzer,
pipet otomatis dengan
berbagai ukuran, pipet
volume dengan berbagai
8.
Laboratorium Hematologi
Ruang pemeriksaan/
Sesuai
Kebutuhan dan
autoanalyzer untuk
hemostasis, dll
hemostasis, autoanalyzer
dipergunakan
untuk hematologi,
hematologi elektrophoresis,
mikroskop binokuler,
mikroskop binokuler dengan
digital recorder, sentrifus,
sentrifus hematokrit, water
bath, Dift counter digital dan
manual, rolling mixer/
rotator, incubator,
haemocitometer,
refractometer, refrigerator,
pipet otomatis dengan
berbagai ukuran, pipet
volume dengan berbagai
ukuran, washing sink, timer,
9.
Laboratorium Mikrobiologi
stopwatch
Analytical balance,
Ruang pemeriksaan/
Sesuai
analilsis mikrobiologi
Kebutuhan dan
autoclave, automatic
analyzer microbiologi,
dipergunakan
10.
11.
12.
Laboratorium Urinalis
Ruang pemeriksaan/
analilsis urin
Sesuai
Kebutuhan dan
sentrifus, laboratory
refrigerator, microscope
Lain.
dipergunakan
binocular, refractometer,
Ruang tempat
Material
penyimpanan bio
Kebutuhan dan
material
Ruang tempat
dipergunakan
Sesuai
Sesuai
pengambilan specimen
Kebutuhan dan
dahak
fasilitas
dipergunakan
13.
Ruang tempat
Habis Pakai
penyimpanan regensia
Sesuai
penggantian/pertukaran
udara (exhause fan)
Rak/Lemari
Kebutuhan
16.
pakai.
Ruang tempat pencucian
Kebutuhan
Sesuai
Personil.
Kebutuhan
petugas lab.
Ruang kerja kepala
laboratorium.
Sesuai
Sesuai
Kebutuhan
17.
Sesuai
18.
petugas laboratorium.
Ruang tempat ganti
Kebutuhan
Sesuai
pakaian petugas
Kebutuhan
19.
20.
21.
laboratorium.
Sebagai tempat untuk
Sesuai
menyiapkan makanan
Kebutuhan
Lemari, sink
Meja, kursi, lemari, dll
KM/WC pasien
petugas.
KM/WC dan
2 m2 3 m2
KM/WC petugas
pengambilan sampel.
KM/WC
2 m2 3 m2
DIREKTUR
PENANGGUNG JAWAB
LABORATORIUM
ADMINISTRASI
LABORATORIUM
PETUGAS
SAMPLING
PELAYANAN
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
ANALIS
ANALIS
LABORATORIU
M
LABORATORIU
M
usulan
dan
pertimbangan
mengenai
kebutuhan
tenaga
laboratorium
e) Memberikan usulan tentang pemberian surat peringatan kepada staf
dibawahnya
f) Memberikan usulan SDM untuk mengikuti pelatihan
g) Memberikan usulan atas pengajuan fasilitas laboratorium
4) Uraian Tugas :
a) Mengkoordinir kegiatan laboratorium
b) Merencanakan pengadaan alat laboratorium
c) Menentukan tugas dan fungsi petugas laboratorium
d) Membaca morfologi darah
e) Menentukan jenis reagent dan jenis pemeriksaan laboratorium
f) Mengadakan komunikasi dengan klinis
g) Menjawab konsul hasil dan pemeriksaan laboratorium
5) Tanggung Jawab :
a) Menjamin kepuasaan pelanggan atas kinerja dan etika SDM laboratorium
b) Menjamin efisiensi dan efektifitas pengelolaan anggaran laboratorium
c) Menjamin hasil pemeriksaan yang optimal kegiatan pelayanan
d) Menjamin implementasi prosedur pelayanan medis tetap berjalan optimal
e) Pengawasan atas keberadaan,kondisi dan fungsi alat alat di laboratorium
f) Menjamin kelengkapan dokumentasi rekam medis
g) Memastikan pelaksanaan K3 di laboratorium
h) Menyampaikan usulan atau saran tentang kebutuhan laboratorium baik
sarana,peralatan,dan sumber daya manusia kepada Direktur Rumah Sakit
i)
Tipe B
Mempertanggung jawabkan semua kegiatan di laboratorium Rumah Sakit Tipe
B
Unit Laboratorium
Memiliki jiwa kepemimpinan
Mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat
Mampu berkomunikasi dan menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak
Mampu memberikan motivasi dan membangun etos kerja karyawan
Mampu mengelola konflik (conflict management) dan keluhan (complaint
management)
Fisik :
i.
Sehat jasmani dan rohani
ii.
Cepat dan tanggap dalam melakukan segala hal
iii.
Memiliki daya tahan tubuh yang kuat
iv.
Tidak buta warna
v.
Berpenampilan sopan, rapih dan menjunjung tinggi norma dan etika yang
berlaku umum
b) Persyaratan pengetahuan dan pengalaman
i.
Pendidikan minimal diploma analis laboratorium
ii.
Memiliki pengalaman 2 tahun dibidang yang sama
iii.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bidang laboratorium
Rumah Sakit secara menyeluruh
c) Persyaratan Mental
i.
Inisiatif
: Tinggi
ii.
Objektifitas
: Tinggi
iii.
Daya adaptasi
: Cukup
iv.
Daya konsentrasi : Tinggi
v.
Konsistensi
: Tinggi
vi.
Kreatifitas
: Cukup
vii.
Ketelitian
: Tinggi
1) Bertanggung jawab kepada : Manager Yanmed melalui Penaggung jawab
laboratorium, serta bertanggung jawab kepada Manager penunjang medis.
2) Mengkoordinasi kegiatan
:
a) Pelaksanaan dan pengembangan pelayanan unit laboratorium.
b) Pelaksanaan dan pelayanan pendidikan di unit laboratorium.
3) Tugas Pokok
:
a) Memimpin dan mengelola Unit Laboratorium untuk pencapaian Visi dan Misi
RS Tipe B
b) Mengembangkan
pelayanan
Unit
Laboratorium
sehingga
mampu
penunjang medis
Mengajukan kalibrasi
laboratorium
dan
membuat dokumentasinya
xv.
Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan
5) Wewenang
:
a) Menyetujui/menolak ijin/cuti staf bawahannya
b) Menyetujui/menolak kerja lembur staf bawahannya
c) Membina/membimbing staf bawahannya khususnya staf baru
d) Menetapkan nilai prestasi kerja staf bawahannya
e) Memberikan teguran secara lisan terhadap staf bawahannya
f) Mengajukan permintaan barang-barang keperluan unit laboratorium kepada
pihak terkait sesuai prosedur yang berlaku
g) Menetapkan/menyetujui suatu tindakan yang dianggap perlu dilakukan
dalam suatu keadaan tertentu
6) Tanggung jawab :
a) Terhadap upaya pencapaian Visi dan Misi RS
b) Terhadap upaya menjujnung tinggi value perusahaan
c) Terhadap Brand Image RS dan Hospital Service Excellence
d) Terhadap pelayanan unit laboratorium yang unggul
e) Terhadap pengembangan pelayanan unit laboratorium
f) Terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi manajemen unit laboratorium
g) Terhadap kebenaran, ketepatan dan keakuratan laporan kinerja unit
laboratorium
h) Terhadap kinerja staf unit laboratorium
i) Terhadap kebenaran penilaian kinerja (PPK) staf unit laboratorium
j)
C. Pemeriksaan laboratorium
hematologi.
Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian APTT dan
f
g
kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan.
Memiliki keterampilan dalam uji kualitas reagen untuk pemeriksaan APTT.
Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses
teknik operasioanl.
Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji
dalam
melaksanakan
prosedur
laboratorium
Pada layar akan muncul program tekan 0 kemudian tekan enter akan muncul
jenis test
8 Pilih program APTT kemudian tekan enter.
9 Campur satu bagian larutan trisodium sitrat (0,11 mol/L) dan 9 bagian darah.
10 Masukkan ke dalam centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm.
Simpan pada suhu 2-8C untuk penyimpanan selama 2 jam jika belum akan
digunakan.
11 Campur ampel plasma dan Imidazole Buffer dengan perbandingan 1 sampel
12
13
14
15
Defisiensi bawaan
Faktor VIII
Faktor IX
Faktor XI
Faktor XII
Jika
faktor-faktor
koagulasi
tersebut
normal,
kemungkinan
Malaria
Circulating
anticoagulant (antiprothrombinase
atau
circulating
melaksanakan
prosedur
laboratorium
f
g
dilakukan.
Memiliki keterampilan dalam uji kualitas reagen untuk pemeriksaan PTT.
Memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses
teknik operasioanl.
Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji
selanjutnya.
Memasukkan 50l sampel plasma dengan transferpette dan secara
Hemophilia
Von Willebrand Disease (penyakit gangguan pendarahan, disebabkan
c
d
e
f
g
h
i
j
k
3. Pemeriksaan Hematokrit
1 Jenis Pelayanan
:
Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu :
1. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau
heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110
mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian
disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom
eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.
2. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin
atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler
yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah)
untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan
(bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat. Prosedur
pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler
sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul
(clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi
kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan
2
3
d
4
dalam vol %.
Jenis Spesimen
: Darah Kapiler atau Darah Vena.
Kompetensi Pranata Laboratorium :
a Melakukan pengambilan darah
b Melakukan pemeriksaan darah rutin
c Melakukan pemeriksaan darah lengkap
Melakukan pemeriksaan darah untuk kasus pendarahan
Nilai normal Hematokrit
:
Pria
Wanita
Implikasi Klinik :
1
Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paruparu kronik, polisitemia dan syok.
Nilai Hct biasanya sebanding dengan nilai sel darah merah pada ukuran sel
eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
pada pasien anemia karena kekurangan zat besi (ukuran sel darah merah lebih
kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada
volume yang lebih kecil walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.
Faktor Pengganggu
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian
juga hemoglobin dan sel darah merahnya. Normalnya Hct akan sedikit menurun
pada hidremia fisiologis pada saat kehamilan. Nilai Hct normal bervariasi sesuai
umur dan jender. nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir
memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih
rendah dibandingkan laki-laki.
Selanjutnya, terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok
umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah
pada kelompok umur ini. selain itu dehidrasi parah karena berbagai sebab juga
dapat meningkatkan nilai Hct didalam darah.
Hal Yang Harus diwaspadai
Nilai Hct < 20% dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian, Hct > 60%
terkait dengan pembekuan darah spontan.
Jenis Pelayanan
:
Kultur atau biakan campuran mengandung dua atau lebih spesies
bakteri dan dapat dengan mudah dipisahkan berdasarkan karakteristik
koloni atau dengan uji biokimia.
Secara berkala organisme harus dipindahkan ke media segar supaya bisa
terus hidup. Teknik Kultur tidak hanya menyediakan organisme
tetapi juga
koloni sangat
berguna
dalam
mengidentifikasi
TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa
tumbuh pada media ini.
Foto : TSA
Cara Pembuatan :
10,5-10,7 gram Trypticase Soy Agar dilarutkan dalam 250 ml aquadest,
kemudian dimasukan ke botol/tabung dan disterilkan di autoclave suhu
120 0C selama 15 menit. Tahap akhir botol/tabung dimiringkan tungggu
sampai mengeras.
agar merupakan
media
kultur
universal
untuk
pertumbuhan
lebih sedikit dibandingkan dengan TSA. Nutrien Agar lebih sering digunakan
dibandingkan TSA untuk menghindari terjadi
Kandungan : Pepton dari dari daging, ekstrak dagingn, agar-agar.
Cara pembuatan : Larutkan 20 g/L nutrien agar (bubuk) autoclave 15 menit
pada suhu121 0C, PH 7.00.2
Tutup : kapas putih
3. Louwenstein Jensen
Cara Pembuatan:
Larutkan 37.5 g pada 0.6 L akuades, kalau di inginkan tambah 12 ml
glycerol ,(autoclave) dinginkan sampai suhu sekitar 50 C, tambah 1 L telur
yang dihomogenkan (dari telur ayam betina segar dalam kondisi steril,putar
untuk dihomogenkan campuran untuk menghindari beantukgelembung ),
bagikan ketabung reaksi steril diarkan membeku dengan kondisi miring
dengan pemanasan selama 45 menit pada suhu 85 0C pada inspissator yang
penuh dengan uap air atau uap air panas
yang mengalir bebas. Media harus di panaskan lebih dari satu kali setelah 24
jam untuk menjamin sterilitasnya, Ph 4.8 0.2.
2
3
Jenis Spesimen
: Mikroorganisme atau Bakteri
Kompetensi Pranata Laboratorium :
a Menjelaskan morfologi dan metabolisme bakteri-bakteri patologis
b Melakukan pemeriksaan mikroskopis bakteriologi klinik
c Membuat media pembenihan
d Melakukan pewarnaan bakteri
tumbuh
5. CROSSMATCH
A Crossmatch bertujuan untuk:
1 Untuk memastikan bahwa darah yang diberikan adalah sesuai/kompatibel
sehingga tidak menimbulkan reaksi serta bermanfaat sel darah merah donor
2
5%
Tabung II
Minor Test
5%
Tabung III
Autokontrol
b
c
d
pasien 5%
Tabung dikocok hingga homogeny
Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka
hentikan
pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
fase II
2
c
d
menit
Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka
hentikan
pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
3
fase III
Fase III : Fase Antiglobulin Tes (AHG)
a Dicuci sel darah merah dalam tabung sebanyak 3 kali dengan
b
saline
Ditambahkan 2 tetes coombs serum ke dalam masing-masing
tabung
Tabung dikocok hingga homogeny
Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi maka inkompatibel
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka kompatibel
Validasi : Dilanjutkan bila hasil pemeriksaan pada fase 1,2,dan 3
c
d
e
negatif
a Ditambahkan 1 tetes coombs control cells (CCC) ke dalam
b
c
d
masing-masing tabung
Tabung dikocok hingga homogeny
Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca hasil :
(+) terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan benar/valid
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka hasil pemeriksaan tidak benar
(diulang kembali)
b. Crossmatch 2 donor
1 Fase Salin/Fase Rutin
Mayor I : 1 tetes sel eritrosit 5% donor I+2 tetes plasma pasien
II : 1 tetes sel eritrosit 5% donor II+2 tetes plasma pasien
Minor I : 2 tetes plasma donor I+1 tetes sel eritrosit 5% pasien
II : 2 tetes plasma donor II+1 tetes sel eritrosit 5% pasien
Autokontrol : 1 tetes sel eritrosit 5% pasien+2 tetes plasma pasien
Autopool : 2 tetes plasma (donor1,2)+1 tetes sel eritrosit 5% (donor
1,2)
dilanjutkan ke fase II
Fase inkubasi dengan Bovine Albumin
Ditambahkan 2 tetes bovine albumin ke dalam masing-masing
tabung
fase III
Fase AHG
Sel darah merah dicuci dalam tabung sebanyak 3 kali dengan
salin
Ditambahkan ke dalam setiap tabung 2 tetes coombs serum
Tabung dikocok hingga tercampur homogen
Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit
Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi
APD
saat
melakukan
kegiatan
pemeriksaan
Pranata Laboratorium harus mampu melakukan sampling atau pengambilan
dengan benar
Pranata Laboratorium harus mampu cara menggunakan centrifuge dengan
C Interpretasi Hasil
Jika langkah-langkah telah dilakukan dan hasilnya negatif (-), hal ini
menunjukkan bahwa darah donor sesuai/kompatibel dengan darah resipien,
sehingga tidak akan menimbulkan reaksi, maka transfuse dapat dilakukan.
6. ASAM URAT
A Langkah Kerja Pemeriksaan Asam Urat
1 Fotometrik
a Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b Dilakukan pemipetan sebagai berikut:
Aquadest
Serum
Standar
Reagen
Blanko
20 l
100 l
Standar
20 l
1000 l
Sampel
20 l
1000
1
2
3
benar
Pranata Laboratorium harus mampu menggunakan alat gelas pada laboratorium dengan
6
7
Metode
: a.
b.
Prinsip
1.
Westergreen
Wintrobe
:
Westergreen
Darah yang berantikoagulan dimasukkan kedalam pipet atau tabung khusus
( Westergreen ) yang diletakkan tegak lurus, dan hasil dibaca ( dalam mm/jam ) setelah satu
jam. Akan terjadi kecepatan mengendapnya sel-sel darah terutama eritrosit.
Harga normal : 0-10 mm/jam
Wanita
2.
: 0-15 mm/jam
Wintrobe
Darah dengan antikoagulan tertentu dimasukkan dalam tabung khusus dengan
volume tertentu dalam posisi tegak lurus, kemudian kecepatan pengendapan sel darah
merah diukur dalam waktu tertentu yang terlihat sebagai tinggi kolom plasma yang
dinyatakan dalam mm/jam.
Harga normal : 10 mm/jam
Wanita
: 20 mm/jam
C.
Sampel
- Darah+EDTA
Metode Westergreen
-
Tabung westergeen
Karet penghisap
Spuit
Torniquitte
Kapas alcohol
Metode Wintrobe
Tabung Wintrobe
-.
pipet pastuer
Bahan Pemeriksaan :
-
Larutan NaCl
Alcohol 70 %
Antikoagulan
Dasar Teori
BBS
BSR
BSE
BS
ESR
Definisi LED adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sample yang
diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam.
Azaz menurut Wintrobe :
Sedimentasi eritrosit ada disebabkan oleh perubahan dari survace charge eritrosit yang
menyebabkan eritrosit-eritrosit tersebut saling menyatukan diri sehingga mengendap.
Perubahan-perubahn dari survace charge eritrosit tersebut dipengaruhi oleh perubahanperubahan plasma, terutama oleh sifat physical dari plasma colloid.
Cara Kerja
1. Westergreen
a. pipet darah sampai tanda 1.6. masukkan kedalam tabung reaksi
b. pipet larutan NaCl sampai tanda 0,4.masukkan kedalm tabung reaksi lalu
dicampur
c. dengan pipet wetergreen, campurn tadi dipipet sampai tanda 0
d. letakkan pipet pada rak dengan posisi vertical atau tegak lurus pada suhu 18c25c
e. setelah 1 jam baca hasilnya dalam satuan mm/jam
2. Wintrobe
a. Darah EDTA dipipet dengan pipet pastuer panjang dan diisikan pada tabung wintrobe
sampai tanda 0 dan jangan sampai terjadi gelembung udara, bila terjadi pengisian diulang
b. tabung wintrobe diletakkan tegak lurus
c. diamkan selama 1 jam
d. hasil dapat dilihat dengan membaca tinggi plasma pada skala tabung
Hasil Pengamatan
Cara Wintrobe
: .. mm/jam
Cara westergreen
:mm/jam
Catatan
operasioanl.
Memiliki keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui
evaluasi mutu spesimen darah, sebelum melaporkan hasil uji.
: Jendrasik-Grof
Prinsip
Bilirubin indirect
Dengan penambahan reagen bilirubin total,dimana asam sulfanic direaksikan dengan
natrium terjadi Diazoned Sulphanic Acid ( DSA ) yang berikatan dengan bilirubin
Dasar Teori
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin
dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20%
bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak
larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin
untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu
dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses
konjugasi
ini
melibatkan
enzim
glukoroniltransferase.
Alat
Kuvet
Transferpette
Tip 100 ,1000 , 500
Spektrofotometer
Tisu
Bahan
Serum
Reagen
R1
: Sulfanic acid
HCl buffer
R2
: Sodium Nitrit
R3
: Cafein
Sodium benzoate
Sodium acetat
R4
: Felij solution
Cara Kerja
29
170
29
156
mmol/L
mmol/L
mmol/L
130
mmol/L
mmol/L
460
mmol/L
930
Sodium hidroksida
mmol/L
1.9
mmol/L
A Bilirubin Total
R1
R2
R3
Blanko sampel
100
500
Sampel
500
Serum
100
100
Campur, inkubasi 10-60 menit pada suhu 15-25c
Reagen
500
500
Campur, inkubasi 5-20 menit pada suhu 15-25c, baca Absorban pada
panjang gelombang 518 nm
B Bilirubin direct
Blanko sampel
Sampel
R1
100
100
R2
20
R3
1000
1000
Serum
100
100
Campur, inkubasi 5 menit, pada suhu 15-25c, baca Absorban pada panjang
gelombang 546 nm
Nilai Normal
-
Bilirubin total
Dewasa
: 0,1-1,2 mg/dl
Bilirubin direct
Dewasa
: 0,2 mg/dl
plasma sitrat
3. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium kimia klinik
4. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan metode Jendrasik-Grof
5. Memiliki keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi dan
9. WIDAL
DEFINISI
Widal test merupakan suatu uji serum darah yang memakai prinsip reaksi agglutinasi
untuk mendiagnosa demam typhoid. Dengan kata lain merupakan tes serologi yang
digunakan untuk mendeteksi demam typhoid.
2
PRINSIP
Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita
dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila
terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang digunakan
pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam
laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan.
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi
dalam serum.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/
peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan
waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal
peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan
dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal
peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang
digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari
jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang
lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan
Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang
bermakna antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa
dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang tidak dapat memproduksi
antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis demam typhoid.
Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas
masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar
34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%. Beberapa penelitian pada kasus demam
tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal
sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar 76-83%.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter
penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur kimianya
terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100C selama 25 jam,
alkohol dan asam yang encer.
Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan
berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki
beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60C dan
pada pemberian alkohol atau asam.
Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari fagositosis
dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60C,
dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya.
OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan
komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran
hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap
proteolisis dan denaturasi pada suhu 85100C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,
protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum
diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S typhi yang sangat
spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.
3
INTERPRETASI HASIL
Interpretasi dari uji widal ini harus memperhatikan beberapa factor antara lain
sensitivitas, spesifitas, stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status
gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; saat pengambilan specimen;
gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non endemis); factor
antigen; teknik serta reagen yang digunakan.
Beberapa factor yang dapat mempengaruhi uji Widal dapat dijelaskan sebagai berikut,
antara lain :
Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
Saat pengambilan specimen : berdasarkan penelitian Senewiratne, dkk. kenaikan titer
antibodi ke level diagnostic pada uji Widal umumnya paling baik pada minggu kedua atau
ketiga, yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama adalah hanya 85,7%.
Pengobatan dini dengan antibiotika ; pemberian antibiotika sebelumnya dapat menghambat
pembentukan antibodi.
Vaksinasi terhadap salmonella bisa memberikan reaksi positif palsu. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa setelah divaksinasi titer agglutinin O dan H meningkat dan menetap selama
beberapa waktu. Jalan keluarnya adalah dengan melakukan pemeriksaan ulang tes Widal
seminggu kemudian. Infeksi akan menunjukkan peningkatan titer, sementara pasien yang
divaksinasi tidak akan menunjukkan peningkatan titer.
Obat-obatan immunosupresif dapat menghambat pembentukan antibodi.
Reaksi anamnesa. Pada individu yang terkena infeksi typhoid di masa lalu, kadang-kadang
terjadi peningkatan antibodi salmonella saat ia menderita infeksi yang bukan typhoid,
sehingga diperlukan pemeriksaan Widal ulang seminggu kemudian.
Reaksi silang ; Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C)
memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri
lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang
positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).
Penyakit-penyakit tertentu seperti malaria, tetanus, sirosis dapat menyebabkan positif palsu.
Konsentrasi suspense antigen dan strain salmonella yang digunakan akan mempengaruhi
hasil uji widal.
4
PENILAIAN
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih kontroversial diantara para
ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer agglutinin lebih atau sama
dengan 4 kali terutama agglutinin O atau agglutinin H bernilai diagnostic yang penting untuk
demam typhoid. Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat
membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama. Begitu juga
kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai arti diagnostic yang penting
untuk demam typhoid, namun masih dapat membantu dan menegakkan diagnosis
tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal dari daerah non endemic
atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada kelompok
penderita ini kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih
amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat tinggal di daerah
endemic, kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam dosis subinfeksi masih lebih besar
sehingga uji Widal dapat memberikan ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar
daerah endemic yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan
berbeda pula antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian,
bila uji Widal masih diperlukan untuk menunjang diagnosis demam typhoid, maka ambang
atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk
menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi kenaikan titer.
Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih
tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk
diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan
pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika
ada, maka dinyatakan (+).
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.
mempunyai antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen A atau B apabila antigen
bersangkutan tidak terdapat dalam erihtrositnya sendiri.
Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO ini dapat dibagi menjadi empat golongan darah,
yaitu :
Meskipun anti - A dan anti - B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan erytrosit yang
relevan serta adanya rangsangan untuk pembentukan anti - A dan anti - B tidak ditimbulkan
oleh erytrosit itu sendiri. Pada Orang-orang dengan golongan darah A hanya membentuk
anti-B dan mereka dengan golongan darah B hanya dapat membentuk anti-A. Sedangkan
Orang-orang dengan golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B didalamnya,
dan yang golongan darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B.
Cara Menetukan Antigen dan Aglutinogen pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO
Anti - A dan anti - B pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO ini merupakan aglutinin
yang kuat dan mudah dinyatakan pada pemeriksaan laboratorium. Aglutinin ini dapat
dengan cepat menghancurkan erytrosit tidak kompatibel yang masuk dalam sirkulasi melalui
aktivitas komplemen. Satu-satunya cara erytrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk
dalam sirkulasi adalah melalui transfusi darh yang salah, kecuali pada beberapa kasus
dimana erytrosit janin masuk kedalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau pada saat
melahirkan.
Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya bisa disebabkan oleh kesalahan dalam
identifikasi penderita atau kesalahan sampel darah penderita, donor dan atau kesalahan
administrasi. Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen yang
terdapatdalam darah. Disamping itu juga dilakukan penetapan jenis aglutinin yang terdapat
dalam serum (Reverse Grouping dan Serum Grouping). Terdapat beberapa cara untuk
menentukan golongan darah seperti dengan cara Objek glass dan dengan cara Tabung.
oleh pemeriksaan,
Melaksanakan akreditasi yang diselenggarakan komite Akreditasi
Laboratorium Kesehatan (KALK) setiap5 tahun.
2. Penerimaan Spesimen
No
1
2
Jenis Pemeriksaan
Crossmatch
Asam Urat
Jenis Spesimen
Serum, atau Plasma EDTA dan darah EDTA
Serum, Plasma heparin atau Plasma EDTA
Pemeriksaan
Crossmatch
Asam Urat
Penyimpanan Spesimen
Sampel Darah EDTA:
Kurang dari 4 jam setelah pengambilan darah
(pada suhu kamar)
24 jam pada suhu 2-8C
Untuk Sampel Serum dan Plasma:
Disimpan pada suhu kamar (20-25C) tahan
selama 7 hari
Disimpan pada suhu 4-8 C tahan selama 7 hari
Disimpan pada suhu -20C tahan selama 3 bulan
5%
Tabung II
Minor Test
5%
Tabung III
Autokontrol
pasien 5%
b) Tabung dikocok hingga homogeny
c) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
d) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka
hentikan
pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
fase II
2) Fase II : Fase Inkubasi dalam Bovie Albumin
a) Ditambahkan 2 tetes bovie albumin 22% ke dalam masingmasing tabung minor dan mayor
b) Tabung dikocok hingga homogeny, inkubasi 37C selam 15
menit
c) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
d) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi, maka
hentikan
pemeriksaan
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka dilanjutkan ke
fase III
3) Fase III : Fase Antiglobulin Tes (AHG)
a) Dicuci sel darah merah dalam tabung sebanyak 3 kali dengan
saline
b) Ditambahkan 2 tetes coombs serum ke dalam masing-masing
tabung
c) Tabung dikocok hingga homogeny
d) Diputar pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit
e) Dibaca hasil : (+) terjadi aglutinasi maka inkompatibel
(-) tidak terjadi aglutinasi, maka kompatibel
4) Validasi : Dilanjutkan bila hasil pemeriksaan pada fase 1,2,dan 3
negatif
Aquadest
Serum
Standar
Reagen
Blanko
20 l
100 l
Standar
20 l
1000 l
Sampel
20 l
1000
|Sampel|
x Conc Standar
|Standar|
2. Manual
a) Disinfeksi jari tangan yang akan diambil darah kapilernya dengan alkohol
70% ditunggu sampai mongering
b) Alat untuk memeriksa dinyalakan
c) Dipasang tes strip pada alat tersebut
d) Dilakukan pengambilan darah kapiler, darah yang keluar pertama dihapus
dahulu menggunakan kapas kering
e) Darah berikutnya dimasukkan ke dalam tes strip
f) Jari yang sudah di suntik di lap menggukan kapas kering
g) Ditunggu hingga hasilnya muncul pada layar
5. Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan Alat Pelindung Diri Bagi
Petugas Laboratorium.
a Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia
ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
ketika menggunakan jas laboratorium, yaitu kancing jas laboratorium harus
terpasang serta ukuran jas laboratorium tidak boleh pas dengan ukuran badan
pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan
kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya
Kriteria yang baik untuk jas Laboratorium yaitu :
a
b
c
d
e
f
Nyaman di pakai
Bahan kain cukup tebal
Berwarna terang atau putih
Berkancing (non resliting)
Panjang jas sampai lutut dengan lengan sampai
pergelangan tangan
Ukurannya tidak terlalu kecil atau terlalu besar
b Sarung tangan Latex disposable
Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, juga perlindungan terhadap larutanc
6. Prosedur Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Limbah Medis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium
a Limbah infeksi
Limbah infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi, dekontaminasi,
sterilisasi, dan insinerasi. Insinerasi adalah metoda yang berguna untuk membuang
limbah laboratorium (cair/padat), sebelum atau sesudah diotoklaf dengan membakar
limbah tersebut dalam alat insinerasi (insinerator). Insinerasi bahan infeksi dapat
digunakan sebagai pengganti otoklaf hanya jika alat insinerasi berada di bawah
pengawasan laboratorium dan dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan ruangan
bakar sekunder. Ada beberapa model ruang bakar yang baik, tetapi yang ideal ialah
yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling sedikit 800 0C dan pada
ruang bakar kedua 10000C. Waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya
paling sedikit 0,5 detik. Bahan untuk insinerasi, bahkan bila harus diotoklaf terlebih
dahulu, harus dikemas dalam kantong plastik. Petugas pelaksana insinerasi harus
menerima instruksi yang benar tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.
3.
Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. bersih, kering
b. tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
c. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
d. sekali pakai buang (disposable)
e. steril (terutama untuk kultur kuman)
f.
tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan
volume spesimen
5. Pengambilan spesimen
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
2) Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk
seperti berikut :
a) Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
b) Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar
keliru.
e) Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan
c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap.
Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke
laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan
spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi
yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti PPT / APTT
memanjang.
e. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak
atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat
ditutup rapat dan mudah dibawa.
7. Penyimpanan spesimen
a. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan
dikirim ke laboratorium lain
b. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan
stabilitasnya
c. Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
d. Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan
terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
e. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan
f.
Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8C, suhu kamar, suhu
-20C, -70C atau -120C jangan sampai terjadi beku ulang.
j.
ruang
laboratorium
dan
menyerahkan
formulir
permintaan
diberitahukan
setelah
pembayaran,
pasien
kelurga
pasien
I. Nomor: RS
II. Pelanggan
Nama
Alamat
Telepon
Personil penghubung :
III. Sampel
Nomor sampel
Nama Sampel
Diterima
Tanggal Uji
Jenis Uji
IV. Hasil Uji
HEMATOLOGI
Hasil
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Jenis Leukosit
LED
PVC
MCV
MCH
MCHC
WBC
RBC
Trombosit
Waktu Pendarahan
Waktu Pembekuan
Retraksi Bekuan
Platelet
Golongan Darah
Diferensial
leukosit
Monosit
Neutrofil
:
:
:
:
:
KIMIA DARAH
Hasil
Glukosa R
Glukosa N
Glukosa 2 jam PP
Ureum
Creatinin
Uric Acid
K
Ca
Na
Cl
SGOT
SGPT
HOL Choles
LDL Choles
Protein
Bill D
Bill T
URINALYSIS
Hasil
Colour
Turbidity
Spesific cardity
Ph
Protein
Glukose
Bilirubin
Volume
CHEMISTRY PANEL
Hasil
Glucose
AST
ALP
ALT
T. Bilirubin
T. Protein
Albumin
CK-MB
CK-Nac
Alkali Phosphat
Globulin
BUN
Cholesterol
Basofil
Eosinofil
Limfosit
Globulin
Cholesterol Total
HB A 1 C
Urea nitrogen
Phosphorus
Sodium
Potassium
Yogyakarta,
November 2015
..
Asisten Manajer Laboratorium
Pelayanan Medis.
Penyimpanan bahan Laboratorium harus sesuai ketentuan atau petunjuk yang
terlampir
g. Setiap penggunaan reagen dicatat dalam buku penggunaan reagen
h. Reagen dan bahan Laboratorium yang kadaluarsa dibuatkan berita acara dan
i.
j.
Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
b.
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di
laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, arsen, gas
karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
a. Ruangan dingin dan berventilasi
b. Jauh dari bahaya kebakaran
c. Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
d. Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak
sedang dipergunakan
e. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
2. Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini
dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat penyimpanan:
a. Ruangan dingin dan berventilasi
b. Wadah tertutup dan beretiket
c. Dipisahkan dari zat-zat beracun.
3. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara,
kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih,
fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa
air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat
menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat
dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
g. Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
h. Halogen dengan amoniak
i.
j.
Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
5. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic
Syarat penyimpanan:
Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara
rokok
eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah
dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.
Penyimpanan Bahan Kimia
Ikuti panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan bahan kimia:
1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ke tempat itu setelah digunakan.
2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki bibir pembatas di
bagian depan agar wadah tidak jatuh. Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki
logam atau plastik yang bisa menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan
pencegahan ini utamanya penting di kawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi
cuaca ekstrem lainnya.
4. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang
digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terdapat
sprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci dari kepala sprinkler.
5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7. Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area peralatan
keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.
8. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama pengguna dan tanggal
penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk membantu kontrol inventaris.
9. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahan kimia yang
sedang digunakan.
10. Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari
berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di dalam
lemari yang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di bagian depan.
11. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar
yang disetujui.
12. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari
langsung.
13. Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara terpisah
yang disortir berdasarkan abjad. Lihat Gambar di bawah ini untuk mendapatkan
gambaran metode pengodean warna untuk penyusunan bahan kimia.
14. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.
15. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya di atas
kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan. Kaji tanggung jawab
ini minimal setiap tahun
Wadah dan Peralatan
Ikuti panduan khusus di bawah ini tentang wadah dan peralatan yang digunakan untuk
menyimpan bahan kimia.
1. Gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti wadah pengaman (overpack),
untuk menampung bahan jika wadah utama pecah atau bocor.
2. Gunakan baki penyimpanan yang tahan korosi sebagai perangkat pengaman
sekunder untuk tumpahan, kebocoran, tetesan, atau cucuran. Wadah polipropilena
sesuai untuk sebagian besar tujuan penyimpanan.
3. Sediakan lemari berventilasi di bawah tudung asap kimia untuk menyimpan bahan
berbahaya.
4. Segel wadah untuk meminimalkan terlepasnya uap yang korosif, mudah terbakar,
atau beracun.
Penyimpanan Dingin
Penyimpanan bahan kimia, biologis dan radioaktif yang aman di dalam lemari es,
ruangan yang dingin, atau freezer memerlukan pelabelan dan penataan yang baik. Manajer
laboratorium menugaskan tanggung jawab untuk menjaga unit-unit ini agar aman, bersih,
dan tertata, serta mengawasi pengoperasiannya yang benar. Ikuti panduan penyimpanan
dingin ini:
1. Gunakan lemari penyimpanan bahan kimia hanyauntuk menyimpan bahan kimia.
Gunakan pita dan penanda tahan air untuk memberi label lemari es dan freezer
laboratorium. Lihat Tanda pada Toolkit yang disertakan untuk mengetahui contoh
label penyimpanan dingin.
2. Jangan menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es, kecuali
penyimpanan bahan tersebut disetujui. Jika penyimpanan dalam lemari es diperlukan
di dalam ruang penyimpanan bahan yang mudah terbakar, pilih lemari es tahanledakan. Jangan menyimpan oksidator atau bahan yang sangat reaktif dalam unit
yang sama dengan bahan yang mudah terbakar.
3. Semua wadah harus tertutup dan stabil. Perangkat pengaman sekunder, seperti baki
plastik, penting untuk labu laboratorium kimia dan disarankan untuk semua wadah.
4. Labeli semua bahan dalam lemari es dengan isi, pemilik, tanggal perolehan atau
penyiapan, dan sifat potensi bahayanya.
5. Tata isi berdasarkan pemilik, namun pisahkan bahan yang tidak sesuai. Tata isi
dengan memberi label pada rak dan tempelkan skema penataan di luar unit.
6. Setiap tahun, kaji semua isi dari masing-masing unit penyimpanan dingin. Buang
semua bahan tidak berlabel, tidak diketahui, atau tidak diinginkan, termasuk bahan
yang dimiliki oleh pegawai yang telah meninggalkan laboratorium.
5) Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari sumber
penyulutan. Ingat bahwa banyak uap yang mudah terbakar lebih berat
dibandingkan udara dan dapat menuju ke sumber penyulutan.
Penyimpanan Zat yang Sangat Reaktif
Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, atau lokal
untuk menentukan jumlah maksimal bahan kimia yang sangat reaktif yang dapat disimpan di
dalam laboratorium. Ikuti panduan umum di bawah ini saat menyimpan zat yang sangat
reaktif.
a. Pertimbangkan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang sangat reaktif
sebelum membawanya ke dalam laboratorium.
b. Baca
MSDS
atau
literatur
lainnya
dalam
mengambil
keputusan
tentang
Jangan membuka peroksida organik cair atau pembentuk peroksida jika ada kristal
atau endapan. Hubungi CSSO Anda untuk mendapatkan instruksi khusus.
g. Untuk masing-masing bahan kimia yang sangat reaktif, tentukan tanggal pengkajian
untuk mengevaluasi kembali kebutuhan dan kondisi dan untuk membuang (atau
mendaur ulang) bahan yang terurai dari waktu ke waktu.
Simpan cairan yang sangat reaktif di baki yang cukup besar untuk menampung isi
botol.
j.
k. Jauhkan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida dari panas dan cahaya.
l.
Simpan bahan yang bereaksi aktif dengan air sejauh mungkin dari kemungkinan
kontak dengan air.
m. Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es. Gunakan lemari es
dengan fi tur keselamatan ini:
1) Semua kontrol yang menghasilkan percikan di bagian luar;
2) Pintu terkunci magnetik;
3) Alarm yang memperingatkan jika suhu terlalu tinggi; dan
4) Suplai daya cadangan.
n. Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan
daya larut atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fase.
Ikuti panduan pabrik untuk penyimpanan bahan yang sangat berbahaya ini.
o. Lakukan inspeksi dan uji bahan kimia pembentuk peroksida secara periodik dan
beri bahan label akuisisi dan tanggal kedaluwarsa. Buang bahan kimia yang
kedaluwarsa.
p. Simpan bahan yang sangat sensitif atau simpan lebih banyak bahan eksplosif
dalam kotak anti ledakan.
q. Batasi akses ke fasilitas penyimpanan.
Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun
Lakukan tindakan pencegahan berikut saat menyimpan karsinogen, toksin reproduktif,
dan bahan kimia dengan tingkat toksisitas akut tinggi.
1. Simpan bahan kimia yang diketahui sangat beracun dalam penyimpanan berventilasi
dalam perangkat pengaman sekunder yang resisten secara kimia dan anti pecah.
2. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.
3. Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai.
4. Batasi akses ke area penyimpanan.
5. Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia yang sangat beracun
2. Konsep siap saji (just in time) merupakan pedoman yang menjadi kebutuhan
terhadap pengadaan bahan kimia saat ini dimana selang waktu yang terlampau lama
menyebabkan terjadinya permasalahan terhadap waktu pakai (expire date) dari
beberapa bahan kimia tertentu.
3. Mudah untuk disubsitusi yaitu bahan kimia yang dibeli memiliki beberapa alternatif
nama dagang sehingga bukan merupakan monopoli dari pabrik tertentu.
4. Aman terhadap proses penanganan (handling)
5. Memiliki label atau identifikasi yang jelas tentang sifat dan karakteristik bahan kimia.
6. Kemasan mampu untuk melindungi kualitas bahan terhadap perubahan kondisi
lingkungan sehingga apabila terjadi variasi perubahan suhu tidak berpengaruh
terhadap komposisi bahan kimia.
7. Suhu penyimpanan yang dipersyaratkan mendekati suhu kamar (ambien) di
Indonesia. Apabila merupakan bahan kimia Berbahaya dan Beracun (B3) maka
identifikasi MSDS harus senantiasa diikutsertakan disertai sertifikat keaslian produk
dari pabrik pembuat. Penyimpanan bahan kimia juga memiliki beberapa aturan dasar
yang menjadi pedoman bagi laboratorium untuk memelihara aspek safety dalam hal
penyimpanan bahan kimia di gudang melalui segregasi, yaitu :
a. Bahan kimia bersifat korosif (asam kuat atau basa kuat);
b. Bahan kimia bersifat mudah terbakar (flamable);
c. Bahan kimia mudah bereaksi (reactive)
d. Bahan kimia racun (toxic).
Penyimpanan
bahan
kimia
di
gudang
adalah
pengetahuan
tentang
ketidaksesuaian (incompatible) antara bahan kimia yang satu dengan yang lain. Tabel
berikut menyatakan ketidaksesuaian antara bahan kimia yang satu dengan yang lain
dan dipergunakan sebagai dasar pengaturan penyimpanan bahan kimia di gudang.
Bahan padatan lebih sulit bereaksi dibandingan dengan cairan karena kecepatan
reaksi dengan bahan lain rendah (dalam kondisi kering) oleh karena itu dapat disusun:
1) Sulfida harus dipisahkan jauh dengan asam
2) Senyawa sianida harus dipisahkan terhadap asam, terutama bentuk larutan asam
3) Bentuk kristal penol harus dipisahkan terhadap oksidator.
Sedangkan cairan lebih mudah bereaksi dengan bahan lain, oleh karena itu cairan
harus disimpan di rak dengan maksimum ketinggian ukuran bahu orang dewasa, untuk
larutan asam:
1) Pisahkan antara asam organik dengan asam anorganik seperti asam asetat dengan
asam nitrat.
2) Pisahkan secara tersendiri asam perklorat (perchloric acid);
Cairan mudah terbakar, lebih dari 10 gallon cairan harus disimpan didalam
lemari
3) Khusus
untuk
bahan-bahan
yang
termasuk
Oksidator
dilakukan
kesesuaiannya (compability).
limbah
bahan
kimia
dengan
tingkat
b) Jangan menumpuk lebih dari 55 gallon limbah cair bahan kimia ini,seperempat
jumlah dari daftar bahan kimia berbahaya (daftar P)
Bahan yang termasuk katagori Logam, dilakukan sesuai jenisnya :
a) Logam reaktif (misalnya potasium, sodium) dan semua logam dalam bentuk serbuk
harus disimpan didalam lemari khusus anti nyala (flamable cabinet).
b) Logam air raksa (mercury) harus disimpan di kontainer yang tidak mudah pecah
dengan diletakkan didalam almari khusus.
4. Tersedia prosedur pengelolaan alat, dan program perbaikan alat dan kalibrasi
Kepekaan alat-alat laboratorium, kenyamanan ruangan tempat
bekerja
disamping SDM, maka sangat perlu pemeliharaan alat-alat agar alat dapat dipakai lebih
lama daan tetap peka dengan hasil pemeriksaan yang tetap akurat. Pemeliharaan alat
laboratorium dikerjakan secara teratur oleh petugas laboratorium. Kalibrasi merupakan
salah satu tindakan yang dilaksanakan secara teratur oleh Petugas Teknis Laboratorium
maupun Badan yang berwenang untuk meneliti Akurasi atau Ketepatan dari suatu
peralatan.
Kalibrasi ada yang dilakukan secara otomatis oleh alat otomatis (Kimia
Klinik) atau secara manual oleh petugas laboratorium atau petugas IPSRS bila petugas
laboratorium tidak dapat mengerjakan.
Untuk metode pengujian dan/atau kalibrasi yang baru sebaiknya dibuat
prosedur sebelum dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi dan sebaiknya berisi paling
sedikit informasi berikut:
a) identifikasi yang sesuai;
b) lingkup;
c) uraian jenis barang yang diuji atau dikalibrasi;
d) parameter atau besaran dan rentang yang ditentukan;
e) perlengkapan dan peralatan, termasuk persyaratan unjuk kerja teknis;
f) standar acuan dan bahan acuan yang dipersyaratkan;
g) kondisi lingkungan yang dipersyaratkan dan periode stabilisasi yang diperlukan;
h) uraian prosedur, meliputi :
i.
ii.
iii.
persiapan barang,
pengecekan yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai,
pengecekan bahwa peralatan bekerja dengan baik dan, bila diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Pedoman Interpretasi Data Klinik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
http://pratiwisanchezty.blogspot.co.id/2011/08/laporan-semester.html
http://acef-cholacha.blogspot.co.id/2010/07/laporan-rumah-sakit-anakes-o7.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/01/masa-tromboplastin-parsial-teraktivasi.html
http://adeheryana241173.blogspot.co.id/2012/10/partial-thromboplastin-time.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/standar-kompetensi-analis-kesehatan_05.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/07/pemantapan-mutu-pra-analitik.html
http://consultantiso.blogspot.co.id/2013/04/standard-iso-iec-17025-sistem-manajemen.html