PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUANG LINGKUP
1
dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yaitu :
Penampilan fisik (tangibility) , kehandalan (reliability) , ketanggapan
(responsiveness), jaminan keamanan (assurance ), dan sikap peduli
(empati ).
Laboratorium Kesehatan adalah unit kerja yang mempunyai
fungsi dan tugas pelayanan laboratorium kesehatan secara
menyeluruh meliputi bidang Hematologi, Kimiaklinik, Mikrobiologi,
Immunoserologi, Toksikologi, Kimialingkungan, Patologianatomi
(Histologi, Sitologi) , Biologi dan Fisika.
Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan
didapatkan data ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam
menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis
dan merupakan bagian esensial dari data pokok pasien,indikasi dalam
meminta suatu pemeriksaan laboratorium merupakan pertimbangan
penting dalam kedokteran laboratorium. Informasi laboratorium dapat
digunakan untuk mendiagnosis atau memastikan suatu dignosis awal
yang dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Analisis laboratorium juga merupakan bagian integral dari kesehatan
dan tindakan preventif.
C. BATASAN OPERASIONAL
Kegiatan pelayanan laboratorium dirumah sakit dapat dibagi
menjadi pelayanan laboratorium klinik dan manajemen laboratorium
.Kegiatan laboratorium klinik antara lain terdiri dari pelayanan
kepersonal yaitu pelayanan laboratorium umum dan atau spesifik
yang dilakukan untuk pemeriksaan Kimia Klinik, Hematologi,
Immunologi, Serologi dan Parasitologi dengan metode kwalitatif,
semikwantitatif, kwantitatif dan dilaksanakan dengan cara manual,
semiotomat, otomatik dan robotik. Pelayanan manajemen
laboratorium adalah pelayanan administratf,informasi dan pemasaran,
manajemen ketenagaan (SDM ),logistik laboratorium, kegiatan ini
meliputi staffing, schedulling, assigmen dan budgetting.
2
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 32 Tahun 2004 Tentang pemerintah Daerah
2. Undang – undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang – undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Mentri Kesehatan RI No 411 Menkes/Per/III/2010
Tentang Laboratorium Klinik.
5. Keputusan Mentri Kesehatan RI No 1267 Menkes/SK/XII/2007
Tentang Pedoman Klasifikasi dan Kodefikasi Jenis Pemeriksaan,
Spesimen, Metode Pemeriksaan Laboratorium Kesehatan.
6. Keputusan Mentri Kesehatan RI Tahun 2004 Pedoman Praktek
Laboratorium Yang Benar (GLP) .
7. SK Direktur RSU Haji Makassar No 1998/TU/RSH/III/2008 Tentang
Standar Operasional Prosedur Laboratorium .
3
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Instalasi laboratorium harus mempunyai denah ruang dan tata
ruang yang baik, sesuai dan memperoleh sinar matahari/cahaya
yang cukup ,tersedia ruang terpisah alur pelayanan untuk ruang
tunggu/penerimaan pasien / sampel , ruang pengambilan sampel,
ruang pengelolaan sampel, ruang administrasi,ruang istirahat .Denah
Ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon,alat
pemadam kebakaran,pintu keluar darurat ) digantungkan dibeberapa
tempat yang mudah terlihat.
B. STANDAR FASILITAS
1. Secara umum tersedia ruang terpisah untuk :
a. Ruang penerimaan : ruang tunggu pasien dan ruang
pengambilan spesimen masing- masing sekurang-kurangnya
mempunyai luas 6 m2
b. Ruang pemeriksaan : banyaknya tergantung jumlah dan jenis
pemeriksaan yang dilakukan, masing-masing sekurang-
kurangnya mempunyai luas 15 s/d 30 m2 untuk bank darah
dan pemeriksaan mikrobiologi masing-masing memiliki
ruangan terpisah.
c. Ruang admistrasi/pengolahan sampel : sekurang-kurangnya
mempunyai luas 6m2
2. Persyaratan konstruksi ruang laboratorium rumah sakit adalah :
a. Dinding terbuat dari bahan porselin atau keramik setinggi 1,50
m dari atas lantai.
b. Tinggi langit – langit antara 2,70 – 3,30 m dari lantai
c. Lebar pintu minimal 1,20 m dan maksimal 2,10 m.
4
d. Ambang bawah jendela minimal 1,00 dari lantai
e. semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari
lantai
f. Lantai terbuat dari bahan yang kuat,mudah
dibersihkan,berwarna terang dan tahan terhadap kerusakan
oleh bahan kimia.
g. Meja beton dilapisi keramik/porselin dengan tinggi 0,80 – 1,00
m
h. Dinding ruang dapur,kamar mandi /toilet dilapisi porselin atau
keramik minimal 1,50 m dari atas lantai.
i. Meja untuk instrumen elektronik harus tahan getaran.
3. Fasilitas penunjang rumah sakit meliputi :
a. Kamar mandi/WC pasien dan petugas
b. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium
c. Keselamatan dan keamanan kerja
d. Ventilasi : 1/3 x luas lantaiatau AC i PK/20 m2
e. Penerangan : 5 Watt/m2
f. Air bersih , mengalir : 50Liter/pekerja/hari
g. Daya listrik :2200 V A s/d 3300 V
1. Persyaratan fasilitas toilet dilaboratorium rumah sakit adalah :
a. Harus terpelihara dan dalam keadaan bersih
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat ,kedap air,tidak
licin,berwarna terang dan mudah dibersihkan
c. Pembuangan air limbah dari toilet dilengkapi dengan penahan
bau ( water seal )
d. Letak toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur,kamar
operasi dan ruang khusus lainnya .
e. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan
udara luar
f. Toilet Pria dan wanita harus terpisah
g. Toilet petugas harus terpisah dengan toilet pasien
5
h. Toilet pasien harus terletak ditempat yang mudah dijangkau
dan ada petunjuk arah
i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk
memelihara kebersihan
j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan airyang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
2. Ruangan laboratorium
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
b. Pertemuan antara dua dinding dibuat lengkung
c. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air, juga tahan
asam, alkali, larutan organik dan panas yang sedang.tepi meja
dibuat melengkung.
d. Perabot yang digunakan harus terbuat dari bahan yang kuat
e. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah
dibersihkan.
f. Ada dinding pemisah antar ruang pasien dan laboratorium
g. Penerangan dalam laboratorium harus cukup
h. Permukaan dinding,langit-langit dan lantai agar rata agar
mudah dibersihkan,tidak tembus cairan serta tahan terhadap
desinfektan.
i. Tersedianya bak cuci tangan dengan air mengalir dalam
setiap ruangan laboratoriu dekat pintu keluar.
j. Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label
KELUAR,alat penutup pintu otomatis dan diberi label BAHAYA
INFEKSI .
k. Tempat-tempat sampah dilengkapi dengan kantong plastik
l. Tempat sampah kertas,sarung tangan karet/plastik,dantabung
plastik harus dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol.
m. Tersedia ruang ganti pakaian,ruang makan/minum dan kamar
kecil.
n. Tanaman hias dan hewan piaraan tidak dibolehkan berada
6
diruang kerja laboratorium.
3. Koridor , Gang , Lantai dan Tangga
a. Lantai laboratorium harus bersih,kering dan tidak licin
b. Koridor,tangga dan gang harus bebas dari halangan
c. Tangga yang memiliki lebih dari 4 anak tangga dilengkapi
dengan pegangan tangan
d. Permukaan anak tangga rata dan tidak licin
e. Penerangan dikoridor dan gang cukup
4. Sistem ventilasi
a. Ventilasi laboratorium harus cukup
b. Jendela laboratorium harus dapat dibuka ,harus dilengkapi
kawat anti nyamuk/anti lalat
c. Udara dalam laboratorium harus dibuat mengalir searah
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
8
2. Pelaporan kegiatan pelayanan terdiri dari.
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanana/triwulan/tahunan
b. laporan khusus (misalnya KLB,HIV,dll)
c. Laporan hasil pemeriksaan
3. Penyimpanan dokumen
Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen- dokumen :
a. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
b. Hasil pemeriksaan Laboratorium
c. Surat permintaan dan hasil rujukan
B. PENGELOLAAN SPESIMEN
Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa : darah
(whole blood), serum, plasma, urin, tinja, sputum, cairan otak, bilasan
lambung, apus tenggorok, apus rektum, sperma, pus, cairan pleura,
cairan arcites, sekret( uretra, telinga, hidung, mata ).
9
Pengelolaan spesimen terbagi atas 2:
1. Spesimen infeksius
a. Spesimen infeksius harus ditempatkan dalam wadah tertutup
rapat dan wadah didisinfeksi atau autoclave
b. Wadah harus terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah atau
bocor dan diberi label tentang identitas spesimen,wadah
diletakkan pada baki khusus dari logam yang dapat didisinfeksi
atau diautoclave secara teratur setiap hari.
c. Semua petugas penerima sampel infeksius harus
menggunakan sarung tangan dan masker
d. Semua spesimen harus dianggap infeksius dan diperlakukan
secara hati- hati
e. Meja penerimaan dan pemeriksaan harus dibersihkan dengan
desinfektan setiap hari.
f. Dilarang makan,minum dan merokok saat bekerja dan ditempat
kerja
g. Mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan
desinfekta
2. Spesimen tidak infeksius
Semua spesimen di laboratorium dianggap infeksius dan
ditangani sesuai prosedur.
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium merupakan kegiatan pelayanan
kesehatan yang tidak terpisahkan dengan kegiatan [elayanan kegiatan
kesehatan lainnya untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan ,
pencegahan dan pengobatan penyakit serta pemulihan kesehatan
perorangan ataupun masyarakat. Tujuan melakukan suatu
pemeriksaan laboratorium antara lain untuk uji saring, diagnostik, dan
evaluasi hasil pengobatan dan surveilan. Pemeriksaan laboratorium
10
meliputi: pemeriksaan hematologi, imunologi, kimia klinik, klinik rutin,
mikrobiologi dan patologi anatomi yang mencakup pra analitiuk,
analitik, pasca analitik.
1. Persiapan
Persiapan pasien secara umum. Persiapan pasien untuk
pengambilan spesimen pada keadaan basal
a. Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8 – 12
jam sebelum diambil darah ( lihat tabel )
b. Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07 00
- 09 00.
Pemeriksaan yang perlu puasa
Glukosa Puasa 10 12 jam
TTG ( tes toleransi glukosa ) Puasa 10 12 jam
Trgliserida Puasa 10 12 jam
Asam urat Puasa 10 12 jam
VMA Puasa 10 12 jam
Renin (PRA) Puasa 10 12 jam
Insulin Puasa 8 jam
C Peptide Puasa 8 jam
Gastrin Puasa 12 jam
Aldosteron Puasa 12 jam
Homocysteine Puasa 12 jam
LP (a ) Puasa 12 jam
PTH intact Puasa 12 jam
Apo A1 Dianjurkan Puasa 12 jam
Apo B Dianjurkan Puasa 12 jam
11
obat 48 – 72 jam sebelum pengambilan sampel
3) Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan
untuk dihentikan, harus diinformasikan kepada petugas
laboratorium
Contoh : sebelum pemeriksaan gula 2 jamtapi pasien
minum obat antidiabetes.
d. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil
e. Memperhatikan efek postur
f. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit
sepanjang hari )
g. Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan
waktu pengambilan darhnya , antara lain Pemeriksaan ACTH
,Renin,dan aldosteron.
2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
a. Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa
jenis pemeriksaan , baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya :
1) Pemeriksaan gula darah dan trygliserida
Pemeriksaan ini secara langsung dipengaruhi oleh makanan
dan minuman.
2) Pemeriksaan Laju Endap Darah , Enzim Besi dan Trace
element
b. Obat – obatan
Obat – obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara
lainnya akan menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap
obat tersebut.
c. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat
pada kadar zat tertentu yang diperiksa .
d. Alkoholm, Komsumsi alkohol menyebabkan perubahan cepat
12
dan lambat beberapa kadar analit.
e. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan terjadinya shift volume antara
kompertemen didalam pembuluh darah dan
interstitial,kehilangan cairan karena berkeringat dan perubahan
kadar hormon.
f. Ketinggian
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang
nyata sesuai dengan tinggi rendahnya daratan terhadap
permukaan laut.
g. Demam
1) Pada waktu demam akan terjadi peningkatan gula darah
dengan akibat terjadinya peningkatan kadar insulin yang akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darahpada
tahap lebih lanjut.
2) Terjadinya penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada
awal demam karena terjadi peningkatan metabolisme lemak .
3) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah
4) Lebih mudah mendapatkan biakan positif
5) Terjadi reaksi anamnestik yang menyebabkan kenaikan titer
widal.
h. Trauma
i. Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antar lain
terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktifitas enzim
yang akan diukur termasuk Hb, hematokrit dan urin.
j. Variasi circadian rythme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat tertentu dalam
tubuh dari waktu ke waktu yang disebut circadian rythme, yang
dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear (garis lurus ) seperti
umur,siklus harian (Variasi diurnal ),siklus bulanan dan
musiman.
13
k. Umur, Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam
darah ,kadar Hb dan hitung eritrosit jauh lebih tinggi neonatus
dibandingkan orang dewasa.
l. Ras, jumlah lekosit orang kulit hitam amerika lebih rendah
dibandingkan orang kulit putih.
m. Jenis kelamin (gender ),Berbagai kadar dan aktifitas zat
dipengaruhi oleh jenis kelamin.kadar besi serum dan kadar Hb
berbeda pada wanita dan pada pria.
n. Kehamilan, bila pemeriksaan dilakukan pada pasien
hamil,sewaktu interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa
kehamilan wanita tersebut.Pada kehamilan terjadi pengenceran
darah ( hemodilusi ) Yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan
dan terus meningkat sampai minggu ke – 35 kehamilan.
3. Pengambilan
a. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus bersih ,kering ,
tidak mengandung bahan kimia atau deterjen , terbuat dari
bahan yang tidak terpengaruh dari zat – zat pada spesimen,
untuk pengambilanspesimen pembiakan harus steril.
b. Wadah
Wadah spesimen harus terbuat dari gelas atau plastik,tidak
bocor , tidak mengandung bahan kimia,bersih,kering dan steri l,
wadah untuk urin dan feses ,sputum harus bermulut lebar.
c. Pengawet
Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan kedalam sampel
agar analit yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan
jumlahnya untuk kurun waktu tertentu.
d. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi
14
hari,terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan
imunologi karena umumnya nilainya ditetapkan pada keadaan
basal.
e. Lokasi
Sebelum pengambilan spesimen ,harus ditetapkan terlebih
dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang diminta.
f. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili
objek yang diperiksa.
g. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan cara yang
benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang
sebenarnya.
4. Pemberian identitas
Pemberian identitas dan atau spesimen merupakan hal penting
, baik pada saat pengisian surat pengantar / formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium ,pendaftaran , label wadah spesimen.
Pada surat pengantar /formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya mencantumkan :
a. Tanggal permintaan
b. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
c. Identitas pasie ( Nama,umur , jenis kelamin , alamt / ruang )
termasuk rekam medik.
d. Identitas pengirim nama , alamat , nomor telepon )
e. Nomor laboratorium
f. Diagnosis / keterangan klinik
g. Obat – obatan yang telah digunakan dan lama pemberian
h. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
15
i. Jenis spesimen dan lokasi pengambilan spesimen
j. Volume spesimen
k. Transpor media dan pengawet yang digunakan
l. Nama pengambil spesimen
D. PENGELOLAAN LIMBAH
Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah
cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.
Karena itu pengolahan limbah harus dilakukan dengan semestinya
agar tidak menimbulkan dampak negatif.
16
1. Sumber, sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari beberapa sumber:
a. Bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. Bahan habis pakai (misalnya medium pembenihan yang tidak
terpakai)
c. Produk proses di dalam laboratorium misalnya sisa spesimen.
d. Produk upaya penanganan limbah misalnya tabung kaca sekali
pakai setelah dioven
Penangana limbah ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan
menjadi :
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infekktif
c. Limbah radioaktif
d. Limbah umun
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi
label sesuai peraturan yang ada.Bentuk limbah yang dihasilkan
dapat berupa:
a. Limbah cair ( pelarut organik, bahan kimia, air bekas cucian
alat, sisa spesimen.)
b. Limbah padat ( alat suntik, sarung tangan , kapas , botol
spesimen, kemasan reagen, medium pembiakan )
c. Limbah gas ( penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen
oksida dan uap air raksa )
17
petugas dan penanganannya.
b. Penampungan
Sarana penampungan untuk limbah, harus memadai,
diletakkan pada tempat yang pas, aman dan higienis
c. Pemisaham limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang
akan dibuang adalah dengan menggunakan kantong berkode
(umumnya mengunakan kode warna ).
Hitam. Limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan
untuk menyimpan atau mengangkut limbah klinis.
Kuning
Semua jenis limbah yang akan dibakar
Kuning dengan strip hitam
Jenis limbah sebaiknya dibakar tetapi bisa juga di
buang disanitari landfill bila dilakukan pengumpulan
terpisah dan pengaturan pembuangan.
Biru muda atau transparan dengan strip biru tua
Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)
sebelum pembuangan akhir.
3. Pengolahan limbah
Pengolahan limbah dilakukan berdasarkan sifat limbah:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
Netralisasi
Pengendapan, koagulasi dan flokulasi
Oksidasi-reduksi
Penukaran ion
b. Limbah Infeksi
Semua infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi,
dekontaminasi, sterilisasi dan insinerasi.
c. Limbah radioaktif
Masalah pengelolaan limbah radiaktif dapat diperkecil dengan
18
memakai radiaktif sekecil mungkin
E. LAPORAN HASIL DAN ARSIP
Kegiatan pencatatan dan pelaporan dilaboratorium harus
dilaksanakandengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam
penyampaian hasil . Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan
spesimen yang sesuai
2. Penulisan angka dan satuan yang digunakan.Khusus mengenai
angka ,pada pelaporannya perlu disesuaikanmengenai desimal
angka , satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien
maupun terhadap nilai normal.Bila diperlukan satu angka
bulat,cukup dilaporkan dalam angka bulat tanpa desimal
dibelakang koma.Satuan yang digunakan sebaiknya adalah satuan
internasional.
3. Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan juga dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai
yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang
normal. Pada pencantuman hasil normal perlu dicantumkan
metode pemeriksaan yang digunakan serta kondisi-kondisi lain
yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis kelamin.
satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan
dengan hasil normal.
4. Pencantuman keterangan yang penting ,misalnya bila
pemeriksaan dilakukan dua kali dan sebagainya
5. Penyampaian hasil.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan
tersebut untuk kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan
pasien,oleh karena itu hasil pemeriksaan perlu disampaikan
secepat mungkin segera setelah pemeriksaan selesai
dilaksanakan
19
6. Dokuntasi /arsip
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang
lengkap. Hasil suatu kegiatan pencatatan a/ laporan haruslah
berupa dokumen yang lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta
tidak melupakan efisiensi waktu penyampaian dokumen tersebut
kepada peminta pemeriksa.tersedia buku ekspedisi di dalam / luar
laboratorium. Kasus tertukar dan hilangnya spesimen dapat terjadi
baik di dalam transportas luar sehingga hal ini harus dihindarkan.
20
Setiap peralatan yang ada harus dibuat protap pengoperasiannya
serta dipantau penggunaannya dan diuji mitu secara berkala.
1. Centrifuse
a. Perawatan
Keseimbangan diperlukan selama selama centrifugasi, karena
bila tidak seimbang akan terjadi getaran.getaran ini akan
semakin hebat pada saat terjadi percepatan dan
perlambatan.Apabila hal ini terjadi selain mengakibatkan
sedimen yang terbentuk dapat terurai juga akan mempercepat
rusaknya alat.
b. Kalibrasi
c. Kecepatan putaran centrifus harus diperiksa paling sedikit setiap
3 bulan sekali menggunakan alat yang disebut tachometer.
2. Pipet
a. Perawatan
pipet harus dilakukan dengan baik.sisa larutan terutama yang
bersifat kental seperti serum, plasma atau darah harus
dibersihkan menggunakan deterjen dan secara berkala
direndam dalam cairan pelarut proteinseperti extran.Apabila
pipet tersumbat bekuan darah dapat direndam dalam larutan
KOH 10 % selama semalam.untuk pipet semiotomatik
perawatan harian cukup dibersihkan menggunakan lap basah
dan mengeringkan kembali.
b. Kalibrasi
Sebelum menggunakan pipet sebaiknya dilakukan kalibrasi
untuk mengetahui besar penyimpangan yang mungkin
terjadi.Batas penyimpangan yang masih diperbolehkan untuk
pemeriksaan rutin di laboratorium adalah 0,1%.
21
3. Fotometer
a. Perawatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1) Gunakan lampu yang sesuai dengan fotometer
2) Tegangan listrik harus stabil
3) Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5 30 menit supaya
cahaya lampu menjadi stabil.
4) Monokromator atau filter harus bersih ,tidak lembab dan
berjamur
5) Kuvet harus tepat meletakkannya
6) Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet
7) Untuk pemeriksaan enzimatik,kuvet harus diinkubasi pada
suhu yang sesuai dengan suhu pemeriksaan
8) Fotometer dijaga kebersihannya,bersihkan permukaannya
dengan alkohol 70 % dan Amolifler/ pengolah siknal harus
berfungsi baik
b. Kalibrasi
Beberapa hal yang perlu dikalibrasi dengan fotometer:
1) Ketepatan panjang gelombang.Panjang gelombang yang
dihasilkan harus sesuai dengan yang dinyatakan pada
monitor/ layar
2) Cara menguji ketepatan panjang gelombang berdasarkan
pengamatan warna,dengan warna sinar, dengan lampu
deuterium ,dengan filter didynium, dengan standar filter
bersertifikat
3) Lineritas
Yang dimaksud dengan linearitas fotometer adalah
kemampuan metode analisis suatu sistem pemeriksaan
yang memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi
analit dalam sampel.
22
4) Cahaya nyasar
Cahaya nyasar adalah cahaya diluar cahaya dengan
panjang gelombang yang sampai pada
detektor,menyebabkan absorbsi lebih rendah dari yang
seharusnya.
5) Point of care testing ( POCT )
G. TROUBLE SHOOTING
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu
ketidakcocokan hasil,malfungsi alat maupun kondisi yang tidak kita
inginkan yang mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan
pada peralatan ,perlu adanya pemecahan masalah ( Troubleshooting ).
Merupakan proses atau kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya
penampilan alat yang tidak memuaskan , dan memilih cara
penanganan yang benar untuk mengatasinya .Makin canggih suatu
alat , akan makin kompleks permasalahan yang mungkin terjadi.
23
BAB V
LOGISTIK
A. MACAM / JENIS
1. Reagen
a. Menurut tingkat kemurniannya reagen dibagi menjadi :
1) Reagen tingkat analitis ( Analytical Reagen ),reagen yang
terdiri atas zatt kimia yang mempunyai kemurnian sangat
tinggi
2) Zat kimia tingkat lain,zat kimia yang tersedia dalam tingkatan
dan penggunaan yang berbeda.
b. Menurut cara pembuatannya dibagi menjadi :
1) Reagen buatan sendiri
2) Reagen jadi ( komersil )
2. Standar
Standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurniannya
diketahui dan diperoleh dengan cara penimbangan.ada 2 macam
standar, yaitun :
a. Standar primer,standar yang merupakan zat termurni dalam
kelasnya yang menjadi standar untuk semua zat lain.
b. Standar sekunder,merupakan zat-zat yang konsentrasi dan
kemurniannya ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan
terhadap standar primer.
3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan dilaboratorium ,atau mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari- hari.
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan :
a. Sumber bahan kontrol, dapat berasal dari manusia, binatang,
24
atau merupakan bahan kimia murni.
b. Bentuk bahan kontrol , menurut bentuknya ,yaitu bahan cair,
bentuk padat bubuk (bentuk liofilisat ) dalam bentuk strip
c. Buatan,dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk
sudah jadi.Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat
sendiri,yaitu :
1) Bahan kontrol yang dibuat dari serumkumpulan (pooled
sera) merupakan campuran dari bahan sisa serum pasien
yang sehari-hari dikirim kelaboratorium.
2) Bahan kontrol yang dibuat dari kimia murni sering disebut
larutan spikes
3) Bahan kontrol yang dibuat dari lisat,disebut juga hemolisat.
25
4. Air
Air kemungkinan merupakan bahan termurah dari semua bahan
yang digunakan dilaboratorium tetapi air merupakan bahan
terpenting dan paling sering digunakan ,oleh karena itu kualitas air
yang digunakan harus memenuhi standar seperti halnya bahan lain
yang digunakan dalam analisis.
5. Media
Media/ medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
Supaya mikroba dapat tumbuh dengan baik dalam suatu media ,
perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai berikur :
a. Harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh
mikroba
b. Harus mempunyai tekanan osmose ,tegangan muka dan PH
yang sesuai.
c. Tidak mengandung zat-zat penghambat
d. Harus steril.
26
b. Konsistensi / kepadatan
Berdasarkan susunan kimianya, terdapat berbagai jenis media
yaitu :
1) Media cair ( liquid medium ),yaitu media bentuk cair (broth)
misalnya air pepton , tarozzi dll.
2) Media setengah padat (semi solid medium ),misalnya sim
agar, Carry and Blair dll
3) Media padat ( solid medium ),yaitu media bentuk padat / beku
misalnya : media wortel,media kentang,media agar dan lain-
lain
c. Fungsi
Berdasarkan fungsinya, terdapat berbagai jenis media :
1) Transfor media perbenihan yang digunakan untuk mengirim
spesimen dari suatu tempat kelaboratorium
Contoh : Carry and Blair untuk tinja/rectal swab
2) Enrichment : perbenihan yang digunakan untuk
memperbanyak bakteri,baik yang ada didalam spesimen
maupun maupun koloni-koloni yang kecil-kecil.
Contoh : BrainHeartInfusion untuk darh (aerob )
3) Enrichmentexlusive media : perbenihan yang dapat
memperbanyak bakteri sedangkan bakteri lainnya dihambat
atau tidak dapat tumbuh
Contoh :Alkalis pepton water untuk vibrio spp
4) Exclusive media : Perbenihan yang dapat ditumbuhi
segolongan bakteri saja,sedangkan bakteri lainnya tidak
dapat tumbuh dan dapat dibedakan koloni dan spesiesnya.
Contoh : Blood tellurite untuk vibrio cholera
5) Selektive media : perbenihan yang dapat digunakan untuk
membedakan golongan satu dengan lainnya ,sehingga
dapat dipilih ,sehingga dapat dipilih koloni-koloni yang dicari.
27
Contoh : Blood Agar,Brain Heart infusion agar
d. Cara pembuatan
Berdasarkan cara pembuatannya ,terdapat 2 jenis media yaitu :
1) Media buatan sendiri
a) Dari bahan dasar
b) Dari media dehidrasi
2) Media jadi ( komersil )
B. DASAR PEMILIHAN
Pada umumnya memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan
2. Produksi pabrik yang telah dikenal
3. Deskripsi lengkap dari bahan atau produk
4. Mempunyai masa kadaluarsa yang panjang
5. Volume atau isi kemasan
6. Digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai
7. Mudah diperoleh dipasaran
8. Besarnya biaya untuk satuan ( lebih ekonomis )
9. Pemasok ?vendor
10. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
11. Pelayanan purna jual
C. PENGADAAN
Pengadaan bahan laboratorium harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan
jumlah persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah
jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan
28
untuk memenuhi kegiatan operasional normal,sampai pengadaan
berikutnya dari pembekal atau penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan diluar rutin atau yang sering
terlambat diterima dari pemasok.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah
pemakaian atau pembelian bahan dalam periode 6 – 12 bulan yang
laludan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6 – 12 bulan
tahun yang akan datang ,untuk itu jumlah rata – rata pemakaian
bahan untuk satu buln harus dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time )
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai
bahan diterima dari pemasok perlu diperhitungkan , terutama untuk
bahan yang sulit didapat.
D. PENYIMPANAN
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secar cermat
dengan mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
Pertama masuk-pertamakeluar (FIFO=first in – first out ),yaitu
barang-barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.hal yang iniuntuk menjamin barang tidak
rusak akibat penyimpanan terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan
3. Suhu / kelembaban
4. Lama /waktu penyimpanan dengan melihat kadaluarsa
5. incompability
29
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
1. Patient safety adalah mengidentifikasi & mengontrol risiko yang
dapat mencederai pasien,mencegah terjadinya cedera, membuat
pasien aman
2. Patient safety merupakan transformasi kultural, dengan perubahan
budaya yang diharapkan adalah : cultur safety, blame-free culture,
reporting culture, dan learning culture sehingga diperlukan upaya
transformasi yang menyangkut intervensi multilevel dan multi
dimensi yang terfokus pada misi dan strategi organisasi,
leadership style serta budaya organisasi.
3. Patient safety suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
B. TUJUAN
1 Tujuan Umum :
a) Membangun kesadaran terhadap keselamatan pasien serta
terlaksananya implementasi keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan pelayanan dilaboratorium. Pengelolaan medication
error sangat penting dilakukan dimanapun medikasi diberikan.
b) Untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan
KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program
30
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
2 Tujuan Khusus :
a) Menurunkan Insiden Keselamatan Pasien dalam medication
error
b) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
c) Menanggapi pihak yang mengalami cedera dengan segera
dan selayaknya
d) Mengantisipasi dan merencanakan pertanggungjawaban jika
terjadi kerugian.
e) Membantu praktisi kesehatan dan lembaga terkait untuk dapat
menelusuri kesalahan obat
31
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarg
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
32
c. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang
pelayanan yang diberikan
d. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam
pemberian pelayanan kesehatan
e. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan
keluarganya;
f. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap
kejadian tidak diharapkan.
g. Mendokumentasikan dengan benar semua pelayanan
laboratorium yang diberikan kepada pasien dan keluarga.
h. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang
kemungkinan-kemungkinan resiko
i. Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada
yang berwenang
j. Berperang Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap
keamanan dan kualitas/mutu pelayanan
k. Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan
professional lainnya
l. Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup
m. Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety
n. Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi
(infection control)
o. Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat
memimalisasi kejadian error
p. Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili
para dokter ahli patologi dan lain-lain
q. Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan pasien
r. Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk
mencatat, menganalisa dan mempelajari kejadian-kejadian tak
diharapkan (KTD)
33
s. Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai
contoh untuk pelaksanaan akreditasi
t. Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok
ukur terhadap excellence dalam patient safety
34
4. Pendekatan komprehensif dalam pengkajian keselamatan
pasien
1) Struktur
a) Kebijakan dan prosedur organisasi
b) Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap yang telah
dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.
c) Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk meningkatkan
keamanan ?
d) Persediaan : Apakah hal – hal yang dibutuhkan sudah
tersedia seperti persediaan bahan dan alat untuk
pemeriksaan cito( emergency.)
2) Lingkungan
a) Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap
pasien jatuh atau cedera
b) Temperature : pengkondisian temperature dibutuhkan
dibeberapa ruangan seperti ruang alat , hal ini diperlukan
misalnya pada saat pemeriksaan, suhu ruangan akan
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan tertentu.
c) Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi
saat analis sedang melakukan pemeriksaan laboratorium
dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari perubahan kondisi
alat.
d) Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh
terhadap penampilan seperti teknik mengambil sampel, jika
terjadi kesalahan dapat menimbulkan pasien jatuh atau
cedera. Selain itu penempatan material di ruangan apakah
sudah disesuaikan dengan fungsinya seperti pengaturan
meja ,kursi sampling , jenis , penempatan alat sudah
mencerminkan keselamatan pasien.
35
3) Peralatan dan teknologi
a) Fungsional : Analis harus mengidentifikasi penggunaan
alat dan desain dari alat. Perkembangan kecanggihan alat
sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk
mengoperasikan alat secara tepat dan benar .
b) Keamanan : Alat – alat yang digunakan juga harus
didesain penggunaannya dapat meningkatkan
keselamatan pasien.
4) Proses
a) Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset
yang akurat dan kurangnya penjelasan dapat berdampak
terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal
ini akan berdampak terhadap kesalahan. Untuk mencegah
hal tersebut harus dilakukan research based practice yang
diimplementasikan.
b) Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan pelayanan
laboratorium yang terus – menerus saat praktek akan
menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini
dapat menjadi risiko tinggi terjadinya kesalahan atau lupa
oleh karena itu perlu dibuat suatu system pengingat untuk
mengurangi kesalahan
c) Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan
pasien hal ini lebih mudah tergambar ada pada pasien –
pasien emergency (pemeriksaan cito ) oleh karena itu
pada saat – saat tertentu waktu dapat menentukan apakah
pasien selamat atau tidak.
d) Perubahan jadual dinas analis juga berdampak terhadap
keselamatan pasien karena analis sering tidak siap untuk
melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.
e) Efisiensi : keterlambatan hasil pemeriksaan akan
memperpanjang waktu diagnosistentunya akan
36
meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh
pasien
5) Orang
6) Budaya
a) Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap
pemahaman kesalahan dan keselamatan pasien.
37
b) Pilosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien
tergantung kepada pilosofi dan nilai yang dibuat oleh para
pimpinanan pelayanan kesehatan
c) Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga
ketika terjadi kesalahan dapat segera terlaporkan kepada
pimpinan (siapa yang berhak melapor dan siapa yang
menerima laporan).
d) Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu
kesalahan mendapat hambatan karena terbentuknya
budaya blaming . Budaya menyalahkan (Blaming)
merupakan phenomena yang universal. Budaya tersebut
harus dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi
yang jelas.
e) Staff – kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal.
Faktor lainnya yang penting adalah system kepemimpinan
dan budaya dalam merencanakan staf, membuat kebijakan
dan mengantur personal termasuk jam kerja, beban kerja,
manajemen kelelahan, stress dan sakit
38
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
1) “ Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktiitas
yang optimal meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan. Pada hakekatnya
merupakan penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang wajib diselenggarakan oleh setiap tempat
kerja “ .( U.U Kesehatan No.23 Tahun 1992 tentang Keseshatan
,Pasal 23 )
2) “ Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan, kebakaran, bahaya peledakan, penyakit
akibat kerja, pencemaran lingkungan yang pada umumnya
menimbulkan kerugian nyawa, waktu dan harta benda bagi pekerja
dan masyarakat yang berada dilingkungannya “.( Undang- undang
no 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan )
3) Laboratorium Kesehatan : Adalah sarana Kesehatan yang
melaksanakan pengukuran, Penetapan dan Pengujian Terhadap
bahan yang Berasal dari Manusia atau bukan dari bahan Manusia
untuk penentuan Jenis Penyakit, kondisi kesehatan atau Faktor
yang dapat Berpengaruh Pada Kesehatan Perorangan dan
Masyarakat.
B. TUJUAN
1. Acuan dalam melaksanakan tugas laboratorium
2. Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap resiko terjadinya
kecelakaa dan gangguan kesehatan akibat kegiatan laboratorium.
3. Menjamin mutu pekerjaan dilaboratorium
39
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA
Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan kecelakaan atau gangguan
kesehatan petugas laboratorium termasuk pengunjung atau pasien
dan lingkungannya disemua jenis dan jenjang pelayanan
laboratorium.
Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai resiko baik yang
berasal dari faktor fisik, biologi, kimia, ergomik dan psikososial dengan
akibat dapat menggangu kesehatan dan keselamatan petugas
laboratorium serta lingkungannya.Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran ,khususnya kemajuan
dibidang teknologi laboratorium, maka resiko yang dialami juga
semakin meningkat.
Mengingat besarnya resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan
yang dapat terjadi akibat kegiatan laboratorium, maka diperlukan
pengelolaan K3 Laboratorium yang baik melalui penerapan K3.
Penerapan manajemen K3 adalah agar seluruh kegiatan K3
dapat terlaksana melalui proses identifikasi, perencanaan,
pelaksanaan , pemantauan dan evaluasi serta kegiatan pengendalian,
pengawasan dengan baik
Penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3 adalah
kepala Laboratorium, yang dapat membentuk tim k3 atau menunjuk
petugas k3 , yang terdiri dari ketua dan beranggotakan staf yang
memahami K3 dari berbagai unit yang ada disetiap laboratorium.
Tugas Tim K3 sebagai berikut :
1. Identifikasi
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan ditempat
dan lingkungan kerja biasanya dilakukan dengan cara melihat dan
mengenal ( walk through survey ).untuk mengenal bahaya dan
resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat diperlukan informasi
mengenai :
40
a. Alur proses dan cara kerja yang digunakan
b. Bahan kimia,media dan reagen yang digunakan
c. Spesimen yang diperiksa
d. Sarana, prasarana dan alat laboratorium
e. Limbah yang dihasilkan
f. Efek kesehatan dari bahan berbahaya ditempat dan
lingkungan kerja
g. Kecelakaan Kerja, Kecelakaan kerja adalah kejadian yang
tidakterduga dan tidak diharapkan. Biasanyakecelakaan
menyebabkan, kerugian materialdan penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat.
h. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenisyaitu :
1) Kecelakaan medis, jika yangmenjadi korban pasien
2) Kecelakaan kerja, jika yangmenjadi korban petugas
laboratorium itu sendiri.
i. Penyebab kecelakaan kerja dapatdibagi dalam kelompok
1) Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak
aman dari:
a) Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b) Lingkungan kerja
c) Proses kerja
d) Sifat pekerja
e) Cara kerja
2) Perbuatan berbahaya (unsafe action), yaitu perbuatan
berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi antara lain
karena
a) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b) Cacat tubuh yang tidak kentara ( bodily defect )
c) Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d) Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
41
j. Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di
laboratorium : Mengambil sample darah / cairan tubuh lainnya
Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari dilaboratorium Akibat :
Tertusuk jarum suntik-Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahan :
1) Gunakan alat suntik sekali pakai
2) Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik
yang telah dipakai tapi langsung dibuang ke tempat
yang telah disediakan (sebaiknya gunakan
destruction clip)
3) Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
k. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan
desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan
beracun Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama
yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Pencegahan :
1) Konstruksi bangunan yang tahan api
2) Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan
yang mudah terbakar
3) Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya
kebakaran•
4) Sistem tanda kebakaran , Manual yang memungkinkan
seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera,
Otomatis yang menemukan kebakarandan memberikan
tanda secara otomatis
5) Jalan untuk menyelamatkan diri
6) Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
7) Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan
aman.
42
l. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja
dilaboratorium kesehatan.
1) Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya
berkaitan dengan : faktor biologis ( kuman patogen yang
berasal umumnya dari pasien )
2) faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus
menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia / solvent
yang menyebabkan kerusakan hati )
3) faktor Ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat
pasien salah) .Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni
berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan
kerja terhadap kemampuan kebolehan dan batasan
manusia untu terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang
setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat
konseptual dan kuratif,secara populer kedua pendekatan
tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to
fit the Man to the Job .
4) faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas
pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.) . Faktor fisik di
laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja meliputi :
a) Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan
stress dan ketulian.
b) Pencahayaan yang kurang di ruang kamar
pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan
kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan
penglihatan dan kecelakaan kerja.
c) Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d) Terimbas kecelakaan / kebakaran akibat lingkungan
sekitar.
43
e) Terkena radiasi, Khusus untuk radiasi, dengan
berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak
dikontrol dapat membahayakan petugas
yangmenangani.
Pencegahan :
a) Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
b) Pengaturan ventilasi dan penyediaan airminum yang
cukup memadai.
c) Menurunkan getaran dengan bantalan antivibrasi
d) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e) Pelindung mata untuk sinar laser
f) Filter untuk mikroskop
5) faktor psikologis ( ketegangan di kamar penerimaan
pasien, gawat darurat, karantina dll.). Beberapa contoh
faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stress :
a) Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency
dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu
pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat diserta
idengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
b) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
c) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan
dan bawahan atau sesama teman kerja.
d) Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra
kerjadi sektor formal ataupun informal.
44
6) Faktor Biologis
Pencegahan :
a) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar
tentang kebersihan,epidemilogi dan desinfeksi.
b) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan
untuk memastikandalam keadaan sehat badani, punya
cukup kekebalan alami untuk bekrjadengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek
yang benar (GoodLaboratory Practice)
d) Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara
penggunaan yangbenar.
e) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan,
sisa bahan infeksiusdan spesimen secara benar
f) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
g) Menggunakan kabinet keamanan biologis yang
sesuai.
h) Kebersihan diri dari petugas.
45
2) Bahan toksik ( trichloroethane,tetrachloromethane) jika
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit penyakit akut
atau kronik, bahkan kematian.
3) Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible ( permanen ) pada
daerah yang terpapar. Pencegahan :
a) Material safety data sheet” (MSDS) dariseluruh bahan
kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas
laboratorium.
b) Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum
untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya
aerosol.
c) Menggunakan alat pelindung diri ( pelindung mata,
sarung tangan, celemek, jas laboratorium dengan benar.
d) Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat
antara mata dan lensa.
e) Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
2. Perencanaan
a. Analisa sesuai kesehatan dan keselamatan kerja
dilaboratorium kesehatan.analisa situasi merupakan langkah
pertama yang harus dilakukan, dengan melihat sumber daya
yang dimiliki, sumber dana yang tersedia dan bahaya
potensial apa yang mengancam laboratorium kesehatan.
b. Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja
dilaboratorium dan bahaya potensialnya dengan mengadakan
inspeksi tempat kerja dan melakukan pengukuran lingkungan
kerja.dari kegiatan ini dapat ditemukan masalah - masalah
kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Alternatif upaya penanggulangannya .Dari masalah yang
ditemukan dicari alternatif upaya penanggulangannya
46
berdasarkan dana dan daya yang tersedia.Keluaran yang
diharapkan dari kegiatan perencanaan ini adalah :
Adanya denah lokasi bahaya
Rumusan alternatif rencana upaya penanggulangannya.
Adanya denah lokasi bahaya potensial diruang kepala
laboratorium memberikan gambaran kepedulian kepala
laboratorium akan resiko kesehatan dan keselamatan
kerja bagi petugas.
3. Pelaksanaan
a. Melaksanakan sosialisasi K3 kepada seluruh karyawan
dalam bentuk pelatihan , penyuluhan dan lain- lain.
b. Membuat protap pelaksanaan k3 diunit laboratorium masing-
masing dan melakukan revisi apabila diperlukan.
c. Meningkatkan kerja sama antara personil tim k3 melalui
pertemuan secara berkala untuk memebahas pelaksanaan
tugas tim K3 dan kendala yang ada.
d. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan k3
e. Mengkoordinasi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
imunisasi karyawan. Pencegahan sekunder ini dilaksanakan
melaluipemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
1) Pemeriksaan Awal, Adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja
(petugaskesehatan dan non kesehatan)
mulaimelaksanakan pekerjaannya.
2) Pemeriksaan Berkala, Adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu
berkala yang disesuaikan denganbesarnya resiko
kesehatan yang dihadapi.
3) Pemeriksaan Khusus, Yaitu pemeriksaan kesehatan
yang dilakukanpada khusus diluar waktu
pemeriksaanberkala, yaitu pada keadaan dimana ada
47
atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu
kesehatan pekerja.
4)Pengawasan
a. Melakukan pengawasan dan pengendalian penerapan
program K3 dilaboratorium.
1) pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaanmelalui
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
2) pengendalian melalui Perundang-undangan(Legislative
Control) antara lain :
a) UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok
b) Petugas kesehatan dan non kesehatan
c) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
d) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
e) Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene
dansanitasi lingkungan.
f) Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
g) Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.
3) Pengendalian melalui Administrasi /Organisasi
(Administrativecontrol) antara lain:
a) Persyaratan penerimaan tenaga medis, paramedis,
dan tenaga non medis yang meliputibatas umur, jenis
kelamin, syarat kesehatan
b) Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
c) Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating
Procedure) untuk masing-masing instalasi dan
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
4) Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety
procedures) terutama untuk pengoperasian alat-alat yang
dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alatradiology,
48
dll) dan melakukan pengawasanagar prosedur tersebut
dilaksanakan•
5) Melaksanakan pemeriksaan secaraseksama penyebab
kecelakaan kerja dan mengupayakan pencegahannya.
6) Pengendalian Secara Teknis ( Engineering Control ) al.:
a) Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atauproses
kerja.
b) Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja,proses kerja
dan petugas kesehatan dan non kesehatan
(penggunaan alat pelindung).
c) Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
7) Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin
dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan
penyakit akiba kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan
meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap
pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
b. Melakukan penyelidikan sesuai kebutuhan didalam
laboratorium jika terjadi pelepasan bahan infeksi dan bahan
berbahaya.
c. Melaporkan kejadian yang berkaitan kepada pihak yang
berwenang sesuai kebutuhan.
d. Mencatat kejadian atau masalah K3 dilaboratorium
kesehatan.
49
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. PRA ANALITIK
Tahap pra analiti yaitu tahap mulai mempersiapkan pasien, menerima
spesimen, memberi identitas spesimen, mengambil spesimen,
mengirim spesimen, menyimpan spesimen sampai menguji kualitas air
reagen / antigen /antisera dengan melakukan verifikasi sebagai berikut :
1. Formulir permintaan pemeriksaan
a. Apakah identitas pasien, identitas pengirim, (dokter,
lab.pengirim, kontraktor,dll ), no.lab, tanggal pemeriksaan,
permintaan pemeriksaan sudah lengkap dan jelas.
50
b. Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai.
Sebelum melakukan pemeriksaan perlu diperhatikan identifikasi
dan pencatatan data pasien dengan benar.
2. Persiapan pasien
Apakah persiapan pasien sesuai persyaratan.
Sebelum spesimen diambil harus dipersiapkan terlebih dahulu
dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan spesimen,
untuk itu perlu dibuat petunjuk tertulis untuk persiapan pasien pada
setiap pemeriksaan laboratorium.
3. Pengambilan dan penerimaan spesimen
Apakah spesimen dikumpulkan secara benar, dengan
memperhatikan jenis spesimen.
Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan
waktu, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,
pengawet/antikoagulan,sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen.
4. Penanganan spesimen
a. Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan
b. Apakah kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat
c. Apakah penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan
– pemeriksaan khusus
d. Apakah kondisi pengiriman spesimen sudah tepat.
Metode transpormasi spesimen,separasi dan penyimpanan harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak terpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan.
5. Persiapan sampel untuk analisa
a. Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan
b. Apakah volume sampel sudah cukup
c. Apakah identifikasi sampel sudah benar
51
B. TAHAP ANALITIK
Tahap analitik yaitu tahap mulai dari mengolah spesimen,
mengkalibrasi peralatan laboratorium, sampai dengan menguji
ketelitian ketepatan.
1. Persiapan reagen / media
a. Apakah reagen / media memenuhi syarat
b. Apakah masa kaduluwarsa tidak terlampaui
c. Apakah cara pengenceran sudah benar
d. Apakah pelarutnya (aquadest) memenuhi syarat
2. Pipetasi reagen dan sampel
a. Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih,
memenuhi persyaratan
b. Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi
c. Apakah pipetasi dengan benar
52
kegiatan ini adalah pusat laboratorium kesehatan yang bekerjasama
dengan organisasi profesi dan istansi lain.
2. Tingkat provinsi / wilayah : dengan peserta dari RS kelas C , D dan
yang setaraf laboratorium kesehatan dati II,LKS yang setaraf dan
laboratorium puskesmas diprovinsi/wilayah yang bersangkutan.
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat
bagi suatu laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya
dapat menunjukkan performance (penampilan/proficiency )
laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang
dilakukan .Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak
perlu diperlakukan secara khusus ,jadi pada waktu melaksanakan
pemeriksaan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa
melaksanakan pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan
/reagen/metoda yang biasa dipakainya sehingga hasil pemantapan
mutu eksternal tersebut benar- benar dapat mencerminkan
penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya .Setiap nilai yang
diterima dari penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari
penyebab dan mengambil langkah- langkah perbaikan.
Kegiatan PME tingkat nasional yang telah diselenggrakan oleh
pemerintah sampai saat ini adalah :
1. Pemantapan mutu eksternal dibidang kimia klinik yang biasa
dikenal sebagai PNPKLK- K (Program nasional pemantapan
kualitas laboratorium kesehatan dibidang kimia klinik ) .
Penyelengaranya adalah pusat laboratorium kesehatan
bekerjasama dengan HKKI dan RSUPN ciptomangunkusumo.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan perhitungan VIS (
Variance index score ), dengan nilai 0 – 400.makin kecil nilai VIS
yang diperoleh suatu laboratorium berarti makin baik penampilan
laboratorium tersebut.
2. Pemantapan mutu eksternal dibidang hematologi, yang biasa
dikenal sebagai PNPKLK – H ). (program nasional pemantapan
53
kualitas laboratorium dibidang hematologi ).penyelenggaranya
adalah pusat laboratorium kesehatan bekerja sama dengan PDS
Patklin dan RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan perhitungan ID ( index
deviasi ) dengan nilai 0 - > 3.Makin kecil nilai yang diperoleh oleh
suatu laboratorium ,berarti makin baik penampilan laboratorium
tersebut.
3. Pemantapan mutu eksternal bidang mikrobiologi ( PME – M )
terdiri dari isolasi dan identifikasi kuman, serta uji kepekaan
dengan antibiotik.Penyelenggaranya adalah pusat laboratorium
kesehatan dan balai laboratorium Yogyakarta sebagai
laboratorium pelaksana.
Penilaian dilakukan dengan memakai sistem skor dengan nilai
antara 0 – 9 untuk isolasi dan identifikasi kuman, serta 0 – 10
untuk uji kepekaan dengan antibiotika.Makin tinggi nilai yang
diperoleh suatu laboratorium,berarti makin baik laboratorium
tersebut.
4. Pemantapan mutu eksternal bidang mikrobiologi untuk
pemeriksaan bakteriologi BTA ( PME _ BTA ).Penyelenggara
adalah pusat laboratorium kesehatan bekerja sama dengan RS
persahabatan .
Penilaian dilakukan dengan menggunakan sistim skor,nilai antara
0 – 4.Makin tinggi nilai yang diperoleh suatu laboratorium berarti
makin baik penampilan laboratorium tersebut.
5. Pemantapan mutu eksternal bidang mikrobiologi untuk
pemeriksaan Parasitologi, terdiri dari parasitologi malaria ( PME
M - M ) dan paraitogi saluran pencernaan ( PME - M – TC
).Penyelengaranya adalah pusat laboratorium kesehatan
bekerjasama dengan bagian parasitologi FKUI.
54
Penilaian dilakukan menggunakan sistem skoring dengan nilai 0
– 20 untuk PME – M – M dan 0 – 10 untuk PME – M – TC.Makin
tinggi nilai yang didapat oleh suatu laboratorium ,berarti makin baik
penampilan laboratorium tersebut.
1. Pemantapan mutu eksternal bidang imunologi ( PME – I ),
meliputi pemeriksaan VDRL, Widal dan HBSAg serta
HIV.Penyelengaranya adalah pusat laboratorium kesehatan
bekerja sama dengan RS Dr sutomo dan BLK Surabaya sebagai
laboratorium dan BLK Surabaya sebagai laboratorium rujukan
untuk pemeriksaan VDRL, Widal dan HBSAg,sedangkan untuk
pemeriksaan HIV diselenggaran oleh pusat laboratorium
kesehatan bekerja sama dengan RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Penilaian dilakukan menggunakan sistim skoring dengan nilai 0 –
4 .Makin tinggi nilai yang diperoleh suatu laboratorium ,berarti
makin baik penampilan laboratorium tersebut.
2. Pemantapan mutu eksternal bidang kimia kesehatan ( PME – KK)
terdiri dari pemeriksaan kimia air dan kimia pestisida.
Penyelenggaranya adalah pusat laboratorium kesehatan dengan
BLK surabaya sebagai rumah sakit rujukan.Penilaian dilakukan
dengan menggunakan sistim skoring dengan nilai 0 - 10 . Makin
tinggi nilai yang didapat suatu laboratorium, makin baik
penampilan laboratorium tersebut.
3. Pemantapan mutu eksternal urinalisis (PME – U).
Penyelenggaranya adalah pusat laboratorium kesehatan
.Penilaian dilakukan dengan menggunakan sisti skoring dengan
nilai 0 – 4.Makin tinggi nilai yang didapat suatu laboratorium
makin baik penampilan laboratorium tersebut.
4. Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan
dalam melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra
analitik sampai dengan melakukan pencegahan ulang setiap
tindakan / proses pemeriksaan.
55
5. Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis
berbagai kegiatan yang dilaksanakan didalam laboratorium,dibagi
dalam bentuk audit internal dan audit eksternal.
a. Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah
senior.
Penilaian yang dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai
indikator penampilan laboratorium misalnya kecepatan
pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan laboratorium,
dan mengidentifikasi titik lemah dalam kegiatan laboratorium
yang menyebabkan kesalahan sering terjadi.
b. Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari
pihak diluar laboratorium atau pemakai jasa laboratorium
terhadap pelayanan dan mutu laboratorium.Pertemuan antara
kepala- kepala laboratorium untuk membahas dan
membandingkan berbagai metode, prosedur kerja, biaya dan
lain- lain merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal.
6. Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk
memantapkan kualitas hasil pemeriksaan yang telah diperoleh
melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan.
Pemeriksaan ulang ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Laboratorium mengirim spesimen dan hasil pemeriksaan ke
laboratorium rujukan untuk diperiksa, dan hasilnya
dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium
pengirim.
b. Persentase tertentu dari hasil pemeriksaan positif dan negatif
dikirim ke laboratorium rujukan untuk di periksa ulang.
56
BAB IX
PENUTUP
57
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................1
B. Ruang Lingkup......................................................2
C. Batasan Operasional.....................................3
D. Landasan Hukum..............................................
BAB II
A. Kualifikasi Sumber Daya
Manusia.........................................................5
B. Distribusi
Ketenagaan..............................................................6
C. Pengaturan
Jaga.....................................................................
BAB III
A. Kerangka Pemecahan Masalah..............................18
B. Program Kerja.........................................................18
C. Realisasi Program Kerja.........................................19
D. Metode Pelaksanaan...............................................19
BAB IV TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Orientasi...................................................................20
B. Observasi.................................................................20
C. Sosialisasi................................................................20
D. Praktek Kerja...........................................................21
BAB V PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Darah Rutin.......................................44
B. Pemeriksaan Kimia Darah......................................48
C. Pemeriksaan Immunologi.......................................50
D. Pemeriksaan Mikrobiologi ( BTA ).........................53
E. Pemerksaan Urinalisa.............................................54
58
F. Pemeriksaan Parasitologi......................................55
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................62
B. Saran........................................................................62
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................64
LAMPIRAN - LAMPIRAN
59