Disusun oleh:
Sekar Ayu Tunjungsari
Kelas LT 3D
3.39.13.3.21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pada masa kini, listrik telah menjadi sumber energy yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Segala aktivitas yang dilakukan oleh
manusia tidak terlepas dari peran listrik sebagai sumber energy. Semua
peralatan dari ponsel pribadi, TV, AC hingga peralatan-peralatan pada
industri didiharuskan untuk terhubung pada sumber listrik. Listrik pun
seolah menjadi kunci untuk perputaran aktivitas manusia sehari-hari.
Kegiatan belajar mengajar, perdagangan, proses produksi pabrik
maupun pemerintahan semuanya membutuhkan sumber energy listrik.
Mengingat peran energy listrik yang sangat vital bagi aktifitas
manusia, maka kualitas dan kontinuitas penyediaan listrik sangatlah
penting. Perusahaan penyedia listrik dituntut untuk selalu menyediakan
sumber listrik dengan keandalan yang baik. Penyediaan listrik ini tidak
terlepas dari peran sistem pembangkitan, transmisi dan distribusi
listrik. Dengan sistem pembangkitan, transmisi dan distribusi yang
baik, maka diharapkan masyarakat bisa mendapatkan kualitas dan
kontinuitas penyediaan sumber energy listrik yang baik.
Namun masih banyak hal-hal yang terkadang menjadi masalah
pada penyediaan sumber energy listrik. Salah satu hal yang
mengganggu penyediaan sumber energy listrik ini adalah Surja Petir.
Daerah dengan lingkungan yang lembab seperti di Indonesia ini,
kemungkinan terjadinya sambaran petir sangatlah tinggi. Seiring
dengan tingginya curah hujan di Indonesia, semakin tinggi pula
intensitas sambaran petir yang terjadi. Hal ini disebabkan karena hujan
akan membuat udara menjadi lembab dan petir akan semakin mudah
menyambar bumi. Tingginya intensitas sambaran petir di Indonesia
menyebabkan gangguan terhadap jaringan tenaga listrik akibat
sambaran petir atau Surja Petir, juga sangat banyak terjadi. Surja Petir
merupakan faktor yang lebih dominan dalam menimbulkan tegangan
lebih transien pada jaringan tenaga listrik dengan tingkat tegangan di
bawah 230 kV, dibandingkan dengan faktor Surja Hubung.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dumaksud dengan surja petir?
2. Apa saja peralatan pengaman yang ada di Saluran Udara Tegangan
Menengah?
3. Apa saja gangguan Surja Petir pada Saluran Udara Tegangan
Menengah?
4. Apa saja pencegahan gangguan akibat Surja Petir terhadap
peralatan Saluran Udara Tegangan Menengah?
1.3
TUJUAN
1. Mengetahui yang dumaksud dengan surja petir.
2. Mengetahui peralatan pengaman yang ada di Saluran Udara
Tegangan Menengah
3. Memahami gangguan oleh Surja Petir pada peralatan Saluran
Udara Tegangan Menengah
4. Mengetahui pencegahan gangguan akibat Surja Petir terhadap
peralatan Saluran Udara Tegangan Menengah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
SURJA PETIR
Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada
musim hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang
menyilaukan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian
disusul dengan suara menggelegar sering disebut Guruh. Perbedaan
waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan
suara dan kecepatan cahaya.
disekitarnya. Bila lidah kearah atas dan kearah bawah bertemu, suatu
hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi muatan awan dilepaskan
ke dalam tanah.
Kebanyakan petir memiliki fase waktu, antara lain:
1) Fase Waktu Pertumbuhan, sekitar 10 - 20 menit
2) Fase Waktu Puncak, sekitar 15 - 30 menit
3) Fase Waktu Menghilang, sekitar 30 menit
Awan sendiri, pada umumnya kurang lebih mengandung
listrik.Secara mekanik, thermodinamika, energi kimia diubah menjadi
energi listrik dengan kutub yang terpisah. Pada lapisan atmosphere
bertebaran gumpalan-gumpalan awan yang diantaranya terdapat awan
yang bermuatan listrik. Awan bermuatan listriktersebut terbentuk pada
suatu daerah dengan persyaratan:
a. Kondisi udara yang lembab (konsentrasi air yang banyak)
b. Gerakan angin ke atas
c. Terdapat inti Higroskopis
2.2
e.
2.
2.4
A.
1.
ini akan mematikan bunga api pada saat arus melalui titik
nol pertamanya. Waktu pemadaman busur api ini hanya
setengah atau satu siklus sehingga RRV (Rate of
Recovering Voltage) lebih lambat dari rate of
rise kekuatan dielektrik isolasi. Beda waktu ini cukup
pendek untuk dapat dibaca oleh rele pelindung sehingga
CB (Circuit Breaker) tetap bekerja (tertutup) dan
pelayanan daya tidak terganggu. Segera setelah gas
ditekan keluar dan api menjadi padam sistem dapat
bekerja kembali dengan normal.
a) Kelemahan dan kerugian lightning arrester type
expulsi
Terbatas pada sistem yang mempunyai besar
arus sistem kurang dari 1/3 dari besarnya arus
terpa. Karena arus yang sangat besar
menyebabkan fiber habis terbakar dan arus yang
terlalu kecil tidak mampu menghasilkan cukup
gas pada tabung untuk mematikan busur api.
Karena setiap arrester bekerja, permukaan
tabung akan rusak karena terbakar maka arrester
ini mempunyai batasan pada jumlah operasinya
dimana arrester ini masih dapat berfungsi dengan
baik.
c)
2.
B.
1.
3.
4.
Arus
Pelepasan Maksimum
(Maximum Discharge
Current )
Adalah arus terpa maksimum yang dapat mengalir
melalui penangkap petir setelah tembusnya sela seri tanpa
merusak atau merubah karakteristik dari arrester.
6.
7.
C.
Ut Ua
V
du
2
dt
dimana L
=
Jarak antara arrester dengan
peralatan yang dilindungi (m)
U t = Tegangan ketahanan terhadap
gelombang impuls dari peralatan yang dilindungi
(kV)
U a = tegangan kerja arrester (kV)
du/dt =
Kecuraman dari gelombang
yang datang (kV/s) nilai berkisar antara 1000
kV/s - 2000 kV/s.
V = kecepatan propagasi geombang
tegangan lebih ; 300 m/ s untuk saluran udara, 150
m/ s untuk kabel.
2)
2.4.2
Koordinasi Isolasi
Korelasi antara kemampuan isolasi peralatan listrik
dengan alat pelindung (protective device) sehingga isolasi dari
peralatan terlindung dari bahaya tegangan lebih. Tujuan
koordinasi isolasi ini adalah untuk menciptakan suatu sistem
yang bagian-bagiannya, masing-masing dan satu sama lain
mempunyai ketahanan isolasi yang sedemikian rupa sehingga
dalam setiap kondisi operasi kualitas pelayanan / penyediaan
tenaga listrik dapat dicapai dengan biaya seminimum
mungkin.
a) Koordinasi isolasi yang baik akan mampu menjamin :
Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan
tegangan kerja sistem yang normal dan tegangan tidak
normal yang mungkin timbul dalam sistem.
Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi
tegangan lebih luar.
Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempattempat yang menimbulkan kerusakan paling minimum.
b) Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga menyangkut
hal-hal sebagai berikut:
Karena
letaknya
yang
dekat
dengan
transformator, maka sebagian dari peralatan di gardu
akan terletak diluar daerah lindung dari arrester.
Daerah lindung ditentukan oleh: ketahanan isolasi dari
peralatan, tegangan kerja dari penangkap petir dan
jarak antara penangkap petir dengan peralatan
tersebut.
Peralatan peralatan yang terletak diluar dari
daerah lindung penangkap petir akan diberikan
Tingkat Isolasi Dasar yang satu tingkat lebih
tinggi.Pada umumnya tingkat isolasi dari peralatan
gardu seperti pemutus daya busbar, saklar pemisah,
trafo pengukuran mempunyai T.I.D 10 % lebih tinggi
dari TID trafo.Tingkat isolasi antara kutub-kutub pada
saklar pemisah yang terbuka harus 10-15 % lebih
tinggi dari tingkat isolasi kutub tersebut ke tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antaraawan dan bumi
atau dengan awan lainnya. Jika perbedaan potensial antara awan
dan bumi atau awan dan awan yang lain cukup besar, maka akan
terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi
atau awan ke bumi atau sebaliknya untuk
mencapai
kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang
dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu
menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi petir.
2. Peralatan Pengaman di Jaringan Saluran Udara Tegangan
Menengah pada Sistem Tenaga Listrik adalah Pemutus Tenaga
(PMT), Relay Arus Lebih (OCR), Pemutus Balik Otomatis
(Recloser), Pelebur ( fuse cut out ), Lightning Arrester (LA).
3. Gangguan akibat petir pada SUTM adalah Sambaran kilat
langsung dan Sambaran tidak langsung ( induksi ) yang
menyebabkan tegangan lebih atau induksi.
4.
3.2
Saran
1. Untuk meningkatkan keandalan jaringan system tenaga listrik
harus dipahami fenomena alam petir yang terjadi.
2. Untuk meningkatkan keandalan pembangunan tiang SUTM harus
direncanakan dengan baik
3. Pada tiang SUTM harus dipasang arrester sebagai pencegahan dan
penanggulangan terhadap gangguan petir.