Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah

PERALATAN PENGAMAN TERHADAP GANGGUAN PETIR PADA


SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Instalasi Tegangan Menengah
Dosen Pengampu: Yusnan Badruzzaman

Disusun oleh:
Sekar Ayu Tunjungsari
Kelas LT 3D
3.39.13.3.21

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Pada masa kini, listrik telah menjadi sumber energy yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Segala aktivitas yang dilakukan oleh
manusia tidak terlepas dari peran listrik sebagai sumber energy. Semua
peralatan dari ponsel pribadi, TV, AC hingga peralatan-peralatan pada
industri didiharuskan untuk terhubung pada sumber listrik. Listrik pun
seolah menjadi kunci untuk perputaran aktivitas manusia sehari-hari.
Kegiatan belajar mengajar, perdagangan, proses produksi pabrik
maupun pemerintahan semuanya membutuhkan sumber energy listrik.
Mengingat peran energy listrik yang sangat vital bagi aktifitas
manusia, maka kualitas dan kontinuitas penyediaan listrik sangatlah
penting. Perusahaan penyedia listrik dituntut untuk selalu menyediakan
sumber listrik dengan keandalan yang baik. Penyediaan listrik ini tidak
terlepas dari peran sistem pembangkitan, transmisi dan distribusi
listrik. Dengan sistem pembangkitan, transmisi dan distribusi yang
baik, maka diharapkan masyarakat bisa mendapatkan kualitas dan
kontinuitas penyediaan sumber energy listrik yang baik.
Namun masih banyak hal-hal yang terkadang menjadi masalah
pada penyediaan sumber energy listrik. Salah satu hal yang
mengganggu penyediaan sumber energy listrik ini adalah Surja Petir.
Daerah dengan lingkungan yang lembab seperti di Indonesia ini,
kemungkinan terjadinya sambaran petir sangatlah tinggi. Seiring
dengan tingginya curah hujan di Indonesia, semakin tinggi pula
intensitas sambaran petir yang terjadi. Hal ini disebabkan karena hujan
akan membuat udara menjadi lembab dan petir akan semakin mudah
menyambar bumi. Tingginya intensitas sambaran petir di Indonesia
menyebabkan gangguan terhadap jaringan tenaga listrik akibat
sambaran petir atau Surja Petir, juga sangat banyak terjadi. Surja Petir
merupakan faktor yang lebih dominan dalam menimbulkan tegangan
lebih transien pada jaringan tenaga listrik dengan tingkat tegangan di
bawah 230 kV, dibandingkan dengan faktor Surja Hubung.

Tegangan lebih transien ini tidak hanya merusak peralatan listrik


tetapi juga berbahaya bagi manusia jika tidak ada pencegahan yang
benar. Maka dari itu saya menyusun makalah ini untuk lebih
mendalami dampak surja petir pada peralatan sistem distribusi dan
mengkaji pencegahan dan penanggulangan yang baik.
1.2

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dumaksud dengan surja petir?
2. Apa saja peralatan pengaman yang ada di Saluran Udara Tegangan
Menengah?
3. Apa saja gangguan Surja Petir pada Saluran Udara Tegangan
Menengah?
4. Apa saja pencegahan gangguan akibat Surja Petir terhadap
peralatan Saluran Udara Tegangan Menengah?

1.3

TUJUAN
1. Mengetahui yang dumaksud dengan surja petir.
2. Mengetahui peralatan pengaman yang ada di Saluran Udara
Tegangan Menengah
3. Memahami gangguan oleh Surja Petir pada peralatan Saluran
Udara Tegangan Menengah
4. Mengetahui pencegahan gangguan akibat Surja Petir terhadap
peralatan Saluran Udara Tegangan Menengah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

SURJA PETIR
Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada
musim hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang
menyilaukan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian
disusul dengan suara menggelegar sering disebut Guruh. Perbedaan
waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan
suara dan kecepatan cahaya.

Gambar 2.1.1. Petir


Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan
sebuah kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa
lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi
(dianggap netral). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan
(intercloud), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan
lainnya bermuatan positif. Seperti yang sudah diketahui kapasitor
adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa
menyimpan energi sesaat (energy storage).
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antaraawan dan bumi
atau dengan awan lainnya. Adanya muatan pada awan terjadi karena
awan bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakan ini
awan akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif
akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan
muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan
potensial antara awan dan bumi atau awan dan awan yang lain cukup
besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari
awan ke bumi atau awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai
kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang
dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus
ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara.

Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karenapada keadaan


tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya
isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir.

disekitarnya. Bila lidah kearah atas dan kearah bawah bertemu, suatu
hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi muatan awan dilepaskan
ke dalam tanah.
Kebanyakan petir memiliki fase waktu, antara lain:
1) Fase Waktu Pertumbuhan, sekitar 10 - 20 menit
2) Fase Waktu Puncak, sekitar 15 - 30 menit
3) Fase Waktu Menghilang, sekitar 30 menit
Awan sendiri, pada umumnya kurang lebih mengandung
listrik.Secara mekanik, thermodinamika, energi kimia diubah menjadi
energi listrik dengan kutub yang terpisah. Pada lapisan atmosphere
bertebaran gumpalan-gumpalan awan yang diantaranya terdapat awan
yang bermuatan listrik. Awan bermuatan listriktersebut terbentuk pada
suatu daerah dengan persyaratan:
a. Kondisi udara yang lembab (konsentrasi air yang banyak)
b. Gerakan angin ke atas
c. Terdapat inti Higroskopis

Gambar 2.1.2. Proses Pelepasan Muatan


Awan terdiri dari daerah bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat
muatan ini menginduksikan muatan berpolaritas berlawanan ke awan
terdekat atau ke bumi. Gradien potensial di udara antara pusat-pusat
muatan di awan atau antara awan dan bumi tidak seragam tapi gradient
tersebut timbul pada bagian konsentrasi muatan tinggi. Ketika gradient
tegangan tinggi pada titik konsentrasi muatan dari awan melebihi harga
tembus udara yang terionisasi, maka udara di daerah konsentrasi
tekanan tinggi terinonisasi atau tembus (breakdown).
Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi,
mempertahankan gradient tegangan tinggi pada ujung kanal dan
melanjutkan proses tembus listrik. Sambaran petir ke bumi mulai
ketika suatu muatan sepanjang pinggir awan menginduksikan suatu
muatan lawan ke bumi. Kemudian akan timbul lidah petir arah bawah
menyebar dari awan ke bumi. Begitu lidah petir mendekati bumi,
sambaran kearah atas terbentuk, biasanya dari titik tertinggi

2.2

Semakin besar muatan yang terdapat di awan, semakin besar pula


medan listrik yang terjadidan bila kuat medan tersebut telah melebihi
kuat medan tembus udara ke tanah, maka akan terjadipelepasan muatan
listrik sesuai dengan hokum kelistrikan, peristiwa inilah yang disebut
petir.
Dalam kondisi cuaca yang normal, perbedaan potensial antara
permukaan bumi dengan ionosphere adalah sekitar 200.000 sampai
500.000 Volts, dengan arus sekitar 2x10 -12 Amperes/m2. Perbedaan
potensial ini diyakini memberikan kontribusi dalam distribusi badai
petir (Thunderstorm) di seluruh dunia.
Dengan letak geografis yang dilalui garis khatulistiwa, Indonesia
beriklim tropis. Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki hari guruh
rata-rata per tahun yang sangat tinggi.
PERALATAN PENGAMAN SALURAN UDARA TEGANGAN
MENENGAH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Pada sistem tenaga listrik yang besar, bila Pembangkit Tenaga
Listrik terletak jauh dari konsumen, maka tenaga listrik itu perlu
disalurkan melalui saluran transmisi, dan tegangannya harus dinaikkan
menjadi tegangan tinggi (TT) dan untuk jarak yang sangat jauh perlu
dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi (TET). Penaikkan tegangan

itu dilakukan di gardu induk (GI) mempergunakan transformator


penaik tegangan(step-up transformer). Mendekati pusat pemakaian
tenaga listrik, tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan menengah
(TM). Hal ini juga dilakukan pada suatu GI dengan mempergunakan
transformator penurun tegangan (step down transformer).
Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi.
Pada umumnya sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia terdiri atas
beberapa bagian, sebagai berikut :
Gardu Induk (GI)
Saluran Tegangan Menengah (TM)/ Distribusi Primer
Gardu Distribusi (GD)
Saluran Tegangan Rendah (TR)
Gardu induk akan menerima daya dari saluran transmisi kemudian
menyalurkannya melalui saluran distribusi primer menuju gardu
distribusi. Sistem jaringan distribusi terdiri dari dua buah bagian yaitu
jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Tegangan
distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, 6 kV.
Tegangan pada jaringan distribusi primer, diturunkan oleh gardu
distribusi menjadi tegangan rendah yang besarnya adalah 380/220 V,
dandisalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah kepada
konsumen.
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan
gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga
listrik ke konsumen. Salah satu gangguan itu disebabkan oleh petir dan
gangguan akibat petir tersebut sering terjadi pada jatingan tegangan
menengan/ sistem distribusi. Secara khusus bagian yang sering
mendapat dampak gangguan adalah Saluran Udara Tegangan
Menengah.

Gambar 2.2.1. Saluran Udara Tegangan Menengah


Beberapa pertimbangan untuk saluran udara dapat disebut seperti
berikut :
a) Keuntungan atau kelebihan berupa :
Investasi atau biaya untuk membangun saluran udara
jauh lebih rendah dibanding dengan kabel tanah yaitu
berbanding sekitar 1: 5,6 bahkan lebih tinggi untuk
tegangan yang lebih tinggi.
Kawat untuk daerah - daerah yang lahannya
merupakanbatu,lebih mudah membuat lubang untuk tiang
listrik daripada membuatjalur lubang bagi kabel tanah .
Terutama untuk tegangan extra tinggi, masing - masing
fase dapat diletakkan cukup jauh terpisah.
Pemeliharaan lebih mudah dan mencari tempat
saluranterganggu juga jauh lebih mudah .
b) Kerugian atau kekurangan pada saluran udara berupa:
Lebih mudah terganggu karena angin ribut, hujan, petir,
maupun anak - anak yang main layang - layang.
Mengganggu pemandangan dan bahkan dianggap
mengganggu lingkungan.
Bilamana terjadi kawat putus dapat membahayakan
manusia.

Khusus untuk tegangan tinggi,medan elektromagnetik


yang berasal dari saluran udara sering dianggap
berbahaya untuk keselamatan manusia.
Dengan melihat kerugian pada saluran SUTM diatas, maka
pada jaringan SUTM dibutuhkan peralatan pengaman yang handal.
Peralatan pengaman pada jaringan sistim tenaga listrik tersebut
akan meminimalkan kerusakan peralatan jaringan akibat
gangguan-gangguan diantaranya disebabkan karena adanya arus
hubung singkat dan sambaran petir terutama pada jaringannya.
Peralatan proteksi yang ada pada jaringn SUTM adalah
sebagai berikut
a. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang
mampu memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi,
yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan. Secara singkat
tugas pokok pemutus tenaga adalah :
Keadaan normal, membuka / menutup rangkaianlistrik
Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat
membuka sehingga gangguan dapat dihilangkan.
b. Relay Arus Lebih (OCR)
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang
mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan
bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh
melewatinya disebut dengan setting.
c. Pemutus Balik Otomatis (Recloser)
Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser
=
Recloser) ini secara fisik mempunyai kemampuan seperti
pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk
mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkanadanya
gangguan hubung singkat.
d. Pelebur ( fuse cut out )
Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnyabagian
dari komponen yang telah dirancang khusus dan disesuaiakan
ukurannya untuk membuka rangkaian dimana pelebur tersebut
dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi
suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur

e.

ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen, maka


pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus
gangguan tertentu.
Lightning Arrester (LA)
Suatu alat pelindung dari tegangan lebih yang disebabkan oleh
surja petir maupun surja hubung. Arrester beroperasi
melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan cara
membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannyake tanah.

Gambar 2.2.2. Perlengkapan Tiang SUTM


2.3

GANGGUAN PETIR PADA JARINGAN SALURAN UDARA


TEGANGAN MENENGAH

Gangguan kilat pada saluran udara tegangan menengahdibedakan


menjadi dua macam
gangguan menurut cara terjadinya sambaran yaitu :
a) Sambaran kilat langsung
b) Sambaran tidak langsung ( induksi )
Pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) gangguan kilat
akibat sambaran tidak langsung atau sambaran induksi tidak boleh
diabaikan. Justru gangguan kilat akibat sambaran induksi ini lebih
banyak dibandingkan dengan gangguan kilat akibat sambaran
langsung.
2.3.1
Sambaran Langsung
Yang dimaksud dengan sambaran langsung adalah apabila
kilat menyambar langsung pada kawat fasa (untuk saluran
tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran
dengan kawat tanah).
Pada waktu kilat menyambar kawat tanah atau kawat fasa
akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang
merambat pada kawat. Arus yang besar ini dapat
membahayakan peralatan-peralatan yang ada pada saluran.
Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung
pada besar arus kilat, waktu muka dan jenis tiang saluran.
Oleh karena saluran saluran tegangan menengah tidak begitu
tinggi di atas tanah, maka jumlah sambaran langsung pun
rendah. Makin tinggi tegangan sistim makin tinggi tiangnya,
dan makin besar jumlah sambaran ke saluran itu.
Tegangan lebih akibat sambaran kilat selain tergantung
pada parameter kilat (arus puncak dan waktu muka ) juga
dipengaruhi oleh jenis saluran (tanpa kawat tanah atau dengan
kawat tanah) dan tiang penopang (tiang besi, tiang kayu atau
tiang beton). Jenis tiang penopang mempengaruhi besar
tingkat ketahanan impuls isolasi saluran. Tahanan kontak tiang
pada tiang-tiang yang di ketanahkan mempengaruhi juga
tegangan yang timbul pada isolator saluran. Besar tahanan
kontak ini berkisar antara 5 ohm sampai 50 ohm. Dalam
perhitunganperhitungan dianjurkan menggunakan 20 ohm.
Pada sambaran ke kawat fasa untuk saluran tanpa kawat tanah

hanya ditinjau arus puncak kilat, sedang pada sambaran ke


kawat tanah pada saluran dengan kawat tanah, kedua
parameter kilat, arus puncak dan waktu muka gelombang,
diperhitungkan.
1. Sambaran langsung pada saluran tanpa kawat tanah
Pada saluran tanpa kawat tanah, hampir semua
sambaran kilat menganai kawat dan sangat jarang
mengenai tiang. Pada tiang kayu, biasanya terjadi
lompatan api dari fasa yang di sambar kilat ke fasa yang
di dekatnya (lompatan api samping /side flasover ).
Pada sistem sistem yang tidak diketanahkan atau
pada sistem sistem yang diketanahkan dengan
kumparan Petersen dengan derajat tala sempurna, maka
dalam hal ini lompatan api pada satu fasa tidak dapat
mengakibatkan gangguan saluran. Hal tersebut
disebabkan kumparan patarsen itu telah memadamkan
bunga api arus kapasitif. Jadi probabilitas peralihan
lompatan api menjadi busur api dapat dianggap nol.
Gangguan yang terjadi adalah gangguan fasa ke fasa atau
gangguan tiga fasa. Pada saluran dengan konfigurasi
horizontal sambaran hamper seluruhnya terjadi pada
kawat yang paling pinggir, sedang pada konfigurasi
vertical pada kawat yang paling atas.
Besar tahanan kontak tiang yang tidak di ketanahkan
sangat besar, beberapa ratus sampai ribuan ohm. Sebagai
harga rata rata di sarankan menggunakan 100 ohm
untuk tiang besi dan 500 ohm untuk tiang beton

2.

Sambaran langsung pada saluran dengan kawat tanah


Seperti diketahui pemasangan kawat tanah
bertujuanuntuk melindungi kawat fasa dari sambaran
langsung kilat. Dengan adanya kawat tanah yang
letaknya di atas kawat fasa dan tinggi kawat fasa di atas
tanah relatif rendah, dianggapsemua sambaran mengenai

kawat tanah, jadi tidak ada yang menyambar kawat fasa.


Pada saluran udara tegangan menengah tidak semua tiang
di ketanahkan, tetapi selang 3 sampai 4 gawang. Panjang
gawang relatif kecil ( 40 sampai 80 meter ), jadi di sini
dianggap semua sambaran mengenai tiang, baik tiang
yang ketanahkan maupun tiang yang tidak di ketanahkan.
Tiang yang di ketanahkan mempunyai tahanan
kontak 20 ohm.Untuk sambaran pada tiang, kilat seolah
olah menemui impedansi surja kawat tanah dan
impedansi surja tiang yang tersambung paralel. Setelah
kilat menyambar tiang, gelombang merambat pada tiang
ke dasar tiang. Pada dasar tiang terjadi pantulan, dan
gelombang pantulan ini merambat ke puncak tiang
dimana ia mengalami pantulan kembali.
2.3.2

dapat mencapai 29 kV lebih. Ini berarti semakin tinggi


kawat saluran distribusi, tegangan induksi yang masuk
saluran semakin tinggi juga. Sehingga ketinggian kawat
saluran distribusi dalam perencanaan saluran distribusi
harus diperhitungkan.
b.

Sambaran Tidak Langsung


Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran
maka akan terjadi fenomena transien yang diakibatkan oleh
medan elektromagnetis dari kanal kilat. Fenomena kilat ini
terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini timbul
tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada
kedua sisi kawat tempat sambaran berlangsung. Tegangan
induksi dapat berubah-ubah tergantung dari keadaannya,
secara umum besar tegangan lebih akibat sambaran induksi
antara 100 200 kV, muka gelombangnya (Wave front) lebih
dari 10 s dan ekor gelombang (wave tail) 50 100 s,
dimana gelombang ini sebagai ancaman bagi peralatan
distribusi.
a.

Tegangan Induksi Akibat Samabaran Induksi


Besarnya tegangan induksi pada saluran distribusi
bergantung pada besarnya arus sambaran dan jarak
terjadinya sambaran. Semakin jauh jarak sambaran,
tegangan induksi semakin kecil.
Untuk saluran distribusi 20kV dan ketinggian saluran
hingga 13 meter, nilai tegangan induksi maksimum Vmax

2.4

Pengaruh Kawat Tanah Terhadap Tegangan Induksi


Dalam menghitung pengaruh kawat tanah terhadap
tegangan induksi diperkanalkan Faktor Perisaian ( FP )
yang didefinisikan sebagai hasil bagi tegangan induksi
dengan kawat tanah dan tegangan induksi tanpa kawat
tanah. Kawat tanah ideal adalah kawat tanah yang
mempunyai titik pentanahan pada setiap titik sepanjang
kawat tanah, sehingga potensialnya sepanjang kawat
tanah adalah nol. Pada kenyataanya tidak ada kawat ideal,
jadi kawat tanah itu mempunyai beda tegangan tertentu
terhadap tanah.
Pada saluran tiga fasa dengan empat kawat yaitu tiga
kawat fasa dan satu kawat netral, dan tidak ada kawat
tanah, maka pengaruh kawat netral itu terhadap tegangan
induksi pada kawat fasa sama seperti pengaruh kawat
tanah pada tegangan induksi pada kawat fasa. Dalam hal
ini tinggi kawat netral di atas tanah lebih rendah dari
tinggi kawat fasa, jadi besar factor perisaian lebih besar
dibanding dengan factor perisaian dari saluran dengan
kawat tanah.
Ada kalanya kawat netral itu di pasang di atas kawat
fasa, sama seperti kedudukan kawat tanah. Dalam hal ini
factor perisaian akan lebih kecil, jadi lebih baik. Tetapi
dengan memasang kawat netral di atas kawat fasa akan
mempertinggi tiang dan dengan demikian akan
memperbesar jumlah sambaran langsung.

PENCEGAHAN GANGGUAN AKIBAT PETIR PADA SUTM

Pencegahan untuk mengatasi gangguan akibat petir pada SUTM


adalah dengan pemasangan lightning arrester dan koordinasi isolasi.
2.4.1 Lightning Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat yang digunakan untuk
melindungi peralatan listrik terhadap sambaran petir. Dipasang
pada atau dekat peralatan yang dihubungkan dari fasa
konduktor ke tanah. Lightning arrester membentuk jalan yang
mudah dilalui petir atau surja, sehingga tidak timbul tegangan
lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas tersebut harus
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem
50 Hz. Pada kerja normal, lightning arrester berfungsi sebagai
isolator dan bila terkena sambaran petir akan berlaku sebagai
konduktor yang mengalirkan petir ke bumi. Setelah petir
hilang, lightning arrester harus cepat kembali menjadi isolator,
sehingga pemutus tenaga (PMT) tidak sempat membuka. Pada
kondisi normal (tidak terkena petir), arus bocor lightning
arrester tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila melebihi angka
tersebut berarti kemungkinan besar lightning arrester
mengalami kerusakan.

Gambar 2.4.1.1 Gelombang Tegangan Pada Saluran

A.
1.

Jenis Lightning Arrester


Expulsion Type Lightning Arrester (Protector Tube)

Gambar 2.4.1.2 Expulsion Type Lightning Arrester


Arrester ini merupakan tabung yang terdiri dari :
Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah
menghasilkan gas jika dilalui arus (bahan fiber).

Sela batang (external series) yang biasanya


diletakkan pada isolator porselin, untuk mencegah
arus mengalir dan membakar fiber pada tegangan
jala-jala setelah gangguan diatasi.

Sela pemutus bunga api diletakkan didalam tabung


salah satu elektroda dihubungkan ketanah.
Setiap kawat phasa mempunyai tabung pelindung.
Pada waktu tegangan terpa melalui sela batang dan sela
bunga api maka impedansi tabung akan menjadi rendah
sehingga arus terpa dan arus sistem mengalir ketanah.
Tegangan diantara saluran dengan tanah turun setelah
tembus terjadi.
Bagaimanapun arus yang mengalir akan membakar
fiber dan menghasilkan gas yang bergerak cepat kearah
lubang pembuangan dibagian bawah arrester.Tekanan gas

ini akan mematikan bunga api pada saat arus melalui titik
nol pertamanya. Waktu pemadaman busur api ini hanya
setengah atau satu siklus sehingga RRV (Rate of
Recovering Voltage) lebih lambat dari rate of
rise kekuatan dielektrik isolasi. Beda waktu ini cukup
pendek untuk dapat dibaca oleh rele pelindung sehingga
CB (Circuit Breaker) tetap bekerja (tertutup) dan
pelayanan daya tidak terganggu. Segera setelah gas
ditekan keluar dan api menjadi padam sistem dapat
bekerja kembali dengan normal.
a) Kelemahan dan kerugian lightning arrester type
expulsi
Terbatas pada sistem yang mempunyai besar
arus sistem kurang dari 1/3 dari besarnya arus
terpa. Karena arus yang sangat besar
menyebabkan fiber habis terbakar dan arus yang
terlalu kecil tidak mampu menghasilkan cukup
gas pada tabung untuk mematikan busur api.
Karena setiap arrester bekerja, permukaan
tabung akan rusak karena terbakar maka arrester
ini mempunyai batasan pada jumlah operasinya
dimana arrester ini masih dapat berfungsi dengan
baik.

Walaupun termasuk pemotong terpa yang murah


karena kemampuannya memotong arus ikutan
namun sama sekali tidak cocok untuk
perlindungan peralatan-peralatan gardu yang
mahal karena V-T (Tegangan Waktu)
karakteristiknya yang buruk.
b) Pemakaian lightning arrester jenis Expulsi:
Umumnya dipakai untuk melindungi isolator
transmisi. V-T karakteristik dari arrester ini
lebih datar daripada isolator sehingga dapat
mudah dikoordinasikan untuk melindungi
isolator dari tembus permukaan.

c)

2.

Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki


peralatan untuk memotong arus terpa yang
datang sehingga berfungsi mengurangi kerja dari
arrester di gardu.
Pada trafo-trafo kecil di pedesaan dimana
pemotong petir tipe tahanan tak linear sangat
mahal dan pemakaian sela batang akan
memberikan perlindungan yang cukup.
Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi
(misalnya penyeberangan sungai) dimana
kemungkinan disambar petir cukup tinggi
Jenis-jenis lightning arrester type expulsi:
Jenis Transmisi digunakan pada jaringan
transmisi untuk melindungi isolator

Jenis Distribusi digunakan untuk melindungi


trafo pada jaringan-jaringan distribusi dan
peralatan-peralatan distribusi.

Non Linear Type Lightning Arrester (Arrester Tipe


Tahanan Tak Linear)
Alat pengaman arrester jenis katup (valve) ini terdiri dari
sebuah celah api (spark gap) yang dihubungkan secara
seri dengan sebuah tahanan non linier atau tahanan katup
(valve resistor). Dimana ujung dari celah api
dihubungkan dengan kawat fasa, sedangkan ujung dari
tahanan katup dihubungkan ke ground (tanah). Untuk
lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Gambar 2.4.1.2 Non Linear Type Lightning Arrester
a) Jenis Silicon Carbide ( SiC)
Arrester ini terdiri dari beberapa sela yang
tersusun seri dengan piringan-piringan tahanan,
dimana tahanan ini mempunyai karakteristik sebagai
berikut: harga tahanannya turun dengan cepat pada
saat arus terpa mengalir sehingga tegangan antara
terminal arrester tidak terlalu besar dan harga tahanan
naik kembali jika arus terpa sudah lewat sehingga

memotong arus ikutan pada titik nol pertamanya.


Sela api (sparks gap) dan tahanan disusun secara seri
dan ditempatkan didalam rumah porselen kedap air
sehingga terlindung dari kelembapan, pengotoran dan
hujan.
Distribusi tegangan yang tidak merata diantara
celah sela api (sparks gap) menimbulkan
masalah.Untuk mengatasi ini dipasang kapasitor dan
tahanan non linear paralel dengan sela api.Pada
daerah tegangan yang lebih tinggi kapasitor dan
tahanan linear dihubungkan dengan paralel dengan
badan celah. Bila tegangan lebih menyebabkan
loncatan bunga api pada celah-celah yang diserikan,
arus akan sangat tinggi untuk mempercepat redanya
tegangan lebih.
Tegangan tertinggi yang akan muncul pada
penangkal petir adalah tegangan loncatan atau
tegangan yang terjadi pada tahanan tak linear pada
saat lonjakan arus mengalir. Tegangan loncatan
bunga api terendah dari penangkal disebut tegangan
loncatan pulsa bunga api seratus persen (Maximum
100% Impulse Spark Over Voltage). Tegangan yang
dibangkitkan tahanan non linear pada saat arus
loncatan mengalir disebut tegangan residu. Semakin
rendah harga-harga ini semakin baik tingkat
perlindungan pada peralatan.
Arus bocor yang mengalir melalui tahanan
dalam dalam keadaan operasi normal dari sistem
tidak melebihi 0,1 mA. Arus ini sudah cukup untuk
mempertahankan temperature dibagian dalam
arrester lima derajat lebih tinggi dari temperature
sekeliling sehingga mencegah masuknya uap air
kebagian dalam arrester.

b) Jenis Metal Oxide ( MOV)


Arrester jenis Metal Oxide hanya terdiri dari
unit-unit tahanan tak linear yang terhubung satu sama
lainnya tanpa memakai sela percik pada setiap
unit.Untuk arrester jenis Metal Oxide material
tahanan tak linear pada dasarnya keramik yang
dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan
penambahan oksida lain. Bahan ini telah banyak
dipakai untuk perlindungan rangkaian-rangkaian
yang bekerja pada beberapa kV sampai dengan
tegangan transmisi. Karena derajad ketidaklinearan
yang
tinggi,
bahan
ini
memungkinkan
penyederhanaan
dalam
desain
dan
dapat
memperbaiki penampilan dalam lingkungan tertentu.

B.

1.

Jenis-jenis lightning arrester tipe tahanan tak linear


Jenis Gardu (Station Type) , jenis ini merupakan
penangkap petir paling efisien dan mahal yang
umumnya digunakan untuk melindungi peralatanperalatan penting pada gardu-gardu besar ( sistem
dengan tegangan diatas 70 kV).
Jenis Hantaran (Line Type) , jenis ini lebih murah
dan digunakan untuk melindungi gardu dengan
tegangan kerja dibawah 70 kV.
Penangkap petir jenis gardu untuk melindungi
motor/generator, digunakan untuk sistem dengan
tegangan 2,2 kV sampai 15 kV.
Penangkap petir sekunder (Secondary Arrester)
berguna untuk melindungi peralatan-peralatan
tegangan rendah dengan tegangan kerja sistem antara
120 V sampai 750 V.
Tingkat Pengenal Dari Lightning Arrester (Rating
Lightning Arrester)
Tegangan nominal atau tegangan pengenal

(Nominal Voltage Arrester) adalah tegangan dimana


arrester
masih dapat
bekerja
sesuai
dengan
karakteristiknya. Arrester tidak dapat bekerja pada
tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi
mampu memutuskan arus ikutan dari sistem secara
efektif. Tegangan pengenal dari arrester harus lebih tinggi
dari tegangan phasa sehat ketanah, jika tidak demikian
maka arrester akan melewatkan arus ikutan sistem terlalu
besar yang menyebabkan arrester rusak akibat beban
lebih termis (thermal overloading). Tegangan tertinggi
sebagai berikut:
Tegangan sistem tertinggi (system highest voltage),
umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan
nominal sistem.
Koefisien pentanahan , didefenisikan sebagai
perbandingan antara tegangan rms phasa sehat ke
tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana
arrester dipasang, dengan tegangan rms phasa ke
phasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada
gangguan. Jadi tegangan pengenal dari arrester
(arrester rating) adalah tegangan rms phasa ke phasa x
1.10 x koefisien pentanahan.
Sistem
yang
ditanahkan
langsung koefisien
pentanahannya 0.8.Arrester disebut arrester 80%.
Sistem yang tidak ditanahkan langsung koefisien
pentanahannya 1,0 .Arrester ini disebut arrester 100%.
2.

Arus Pelepasan Nominal ( Nominal Discharge Current )


Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk
gelombang tertentu yang digunakan untuk menentukan
kelas dari arrester sesuai dengan :
Kemampuan melewatkan arus
Karakteristik Perlindungan
Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut adalah :
a) Menurut standar Inggris/Eropa (IEC) 8 s / 20 s
b) Menurut standar Amerika 10 s/ 20 s dengan kelas

Kelas Arus 10 kA untuk perlindungan Peralatan


besar dengan frekuensi sambaran petir yang
cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70
kV.
Kelas arus 5 kA untuk tegangan sistem dibawah
70 kV
Kelas 2,5 kV untuk gardu-gardu kecil dengan
tegangan sistem dibawah 22 kV.
Kelas arus 1,5 kA untuk melindungi trafo-trafo
kecil.

3.

Tegangan Percik Impuls 100 % ( 100 % Impulse Spark


Over Voltage)
Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi
pada terminal arrester sebelum arrester itu bekerja.
Bentuk gelombang impuls petir seperti gambar 3.7 adalah
1,2 s/ 50 s. Hal ini menunjukkan bahwa jika tegangan
puncak terpa petir yang datang mempunyai harga yang
lebih tinggi atau sama dengan tegangan percik minimum
dari penangkal petir maka penangkap petir ini akan
bekerja memotong terpa petir tersebut dan mengalirkan
ke tanah.

4.

Tegangan Sisa (Residual Voltage dari dischargeVoltage)/


Tegangan Kerja
Adalah tegangan yang timbul diantara terminal arrester
pada saat arus pelepasan mengalir ke tanah.Tegangan sisa
dan tegangan nominal dari suatu arrester tergantung
kepada kecuraman gelombang arus yang datang (di/dt
dalam A/ s) dan amplitudo dari arus pelepasan. Untuk
menentukan tegangan sisa ini digunakan impuls arus
sebesar 8 s/20 s (standar IEC) dengan harga puncak
arus pelepasan 5 kA dan 10 kA.Untuk harga arus
pelepasan yang lebih tinggi maka tegangan sisa ini tidak
akan naik lebih tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena
karakteristik tahanan yang tidak linear dari arrester.

Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi BIL (Basic


Insulation Level = Tingkat Isolasi Dasar = TID) dari
peralatan yang dilindungi walaupun arus pelepasan
maksimum mencapai 65 kA hingga 100 kA.
5.

Arus
Pelepasan Maksimum
(Maximum Discharge
Current )
Adalah arus terpa maksimum yang dapat mengalir
melalui penangkap petir setelah tembusnya sela seri tanpa
merusak atau merubah karakteristik dari arrester.

6.

Tegangan Percikan Frekuensi Jala-jala ( Power Frequency


Spark Over Voltage)
Arrester tidak boleh bekerja pada gangguan lebih dalam
(internal over voltage) dengan amplitude yang rendah
karena dapat membahayakan sistem. Untuk alasan ini
maka ditentukan tegangan percikan frekuensi jala-jala
minimum.
Menurut standar Inggris tegangan percikan jala-jala
minimum = 1.6 x tegangan pengenal arrester.
Menurut Standar IEC (International Electrotechnical
Commision) tegangan percikan jala-jala minimum
adalah = 1.5 x tegangan pengenal arrester.

7.

Tegangan Percikan Akibat Pensaklaran (Spark Over


Voltage by Switching Over Voltages)
Tegangan percik pada celah seri akibat terkenal gangguan
tegangan lebih oleh proses pensaklaran oleh peralatan
penghubung
(switchgear).Karakteristik
gelombang
impuls surja hubung dinyatakan dengan 250 / 2500 s.

C.

Pemilihan Lightning Arrester


Untuk penyederhanaan dalam pemilihan lightning arrester
ditentukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Penentuan besarnya tegangan lebih satu phasa ke
tanah atau tegangan lebih akibat kerja sistem yang

tidak normal pada lokasi dimana arrester dipasang.


Tegangan lebih ini akibat gangguan satu phasa ke
tanah dapat menyebabkan kenaikan tegangan phasa
sehat lainnya. Besarnya tegangan ini tergantung dari
karakteristik sistem dan jenis pentanahan sistem pada
waktu gangguan terjadi.
2) Perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester pada
frekuensi jala-jala. Jika tegangan tinggi sistem dan
koefisien pentanahan sudah diketahui maka tegangan
pengenal dari arrester sudah dapat dihitung secara
kasar. Tegangan pengenal tidak boleh lebih rendah
dari perkalian kedua harga diatas. Misal: Tegangan
sistem 20 kV ditanahkan efektif maka tegangan
pengenal (110 % x 20 kV) x 0,8 = 17.6 kV.
Tegangan pengenal standar untuk sistem 20 kV
adalah 17,6 kV.
3) Memilih besarnya arus impuls yang diperkirakan
akan dilepas melalui arrester.
4) Tegangan Pelepasan (Tegangan Kerja/Sisa Arrester)
adalah karakteristik yang paling penting dari arrester
untuk perlindungan di Peralatan. Tegangan kerja
penangkap petir ada dibawah T.I.D peralatan yang
dilindungi, maka dengan faktor keamanan yang
cukup perlindungan peralatan yang optimum dapat
diperoleh. Tegangan kerja tergantung pada arus
pelepasan arrester dan kecuraman gelombang datang.
Tegangan kerja arrester akan naik dengan naiknya
arus pelepasan tetapi kenaikan ini sangat dibatasi
oleh tahanan tak linear dari arrester.
5) Faktor perlindungan adalah besar perbedaan
tegangan antara T.I.D dari peralatan yang dilindungi
dengan tegangan kerja dari arrester. Pada waktu
menentukan tingkat perlindungan peralatan yang
dilindungi oleh penangkap petir umumnya diambil
harga 10 % diatas tegangan kerja arrester tujuannya

untuk mengatasi kenaikan tegangan pada kawat


penghubung dan toleransi pabrik.
Besarnya faktor perlindungan ini umumnya lebih
besar atau sama dengan 20 % dari TID peralatan
arrester yang dipasang dekat dengan peralatan yang
dilindungi.
Contoh: Tegangan kerja arrester untuk sistem 220 kV
adalah 649 kV perlindungan ini ditambah 10 % untuk
kawat penghubung, toleransi pabrik dan lain-lain
sehingga tingkat perlindungan arrester menjadi 713
kV, pilih TID peralatan sebesar 950 kV. Faktor
perlindungan = (950 713 ) kV = 237 kV. Faktor
perlindungan ini lebih besar dari 20% dari TID
peralatan, sehingga arrester ini sudah memberi faktor
perlindungan yang baik.
6) Jarak Lindung Arrester
Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang
dilindungi (dalam hal ini adalah transformator)
adalah :

Ut Ua
V
du
2
dt

dimana L
=
Jarak antara arrester dengan
peralatan yang dilindungi (m)
U t = Tegangan ketahanan terhadap
gelombang impuls dari peralatan yang dilindungi
(kV)
U a = tegangan kerja arrester (kV)
du/dt =
Kecuraman dari gelombang
yang datang (kV/s) nilai berkisar antara 1000
kV/s - 2000 kV/s.
V = kecepatan propagasi geombang
tegangan lebih ; 300 m/ s untuk saluran udara, 150
m/ s untuk kabel.

7) Lokasi Pemasangan Arrester


Umumnya alat-alat pelindungan harus diletakkan
sedekat mungkin dengan peralatan yang akan
dilindungi, terutama pada ujung distribusi dimana
terdapat gardu atau trafo. Karena biaya yang mahal
maka tidak mungkin memasang arrester pada setiap
peralatan di gardu untuk melindungi peralatan
tersebut. Hal ini tidak perlu dilakukan karena ada
faktor perlindungan dari alat pelindungan dari
arrester, oleh karena itu hanya peralatan yang penting
saja yang dilengkapi dengan arrester. Transformator
merupakan peralatan yang paling mahal dan yang
paling penting pada sebuah gardu. Jika trafo rusak
maka perbaikan / pergantiannya akan mahal,
membutuhkan waktu yang lama, dan juga kerugian
akibat terputusnya daya cukup besar.
Selain itu trafo adalah ujung terminal dari suatu
transmisi, tempat paling sering terjadi pemantulan
gelombang. Pada sistem diatas 220 kV TID dari
transformator dapat diperendah pada batas-batas
yang diizinkan untuk memperkecil biaya isolasi.
Karena alasan-alasan tersebut diatas maka arrester
pada peralatan umumnya dipasang pada terminal
trafo daya.
Arrester berfungsi sebagai by-pass di sekitar
lokasi yang membentuk jalan dengan mudah dilalui
oleh tegangan lebih ke sistim pentanahan sehingga
tidak menimbulkan tegangan lebih yang tidak
merusak peralatan isolasi listrik. By-pass ini
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran
frequensi 50 Hz.
D. Posisi Pemasangan Lightning Arrester
1) Pemasangan Lightning Arrester sebelum FCO
Keuntungannya :

2)

2.4.2

Pengamanan terhadap surja petir tidak dipengaruhi


oleh kemungkinan FCO putus.
Kerugiannya :
Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang
Penghantar LA lebih panjang
Pemasangan Lightning Arrester setelah FCO
Keuntungan :
Jika LA rusak atau gagal, FCO putus tidak
memadamkan sistemSUTM
Kerugiannya :
fuse link rentan terhadap surja petir
Untuk saluran udara sangat panjang, pemasangan
LA sesudah FCO dapat dipertimbangkan dengan
menggunakan fuse link type H.
Untuk saluran udara pendek, pemasangan LA
sebelum FCO lebih baik sebagai pilihan

Koordinasi Isolasi
Korelasi antara kemampuan isolasi peralatan listrik
dengan alat pelindung (protective device) sehingga isolasi dari
peralatan terlindung dari bahaya tegangan lebih. Tujuan
koordinasi isolasi ini adalah untuk menciptakan suatu sistem
yang bagian-bagiannya, masing-masing dan satu sama lain
mempunyai ketahanan isolasi yang sedemikian rupa sehingga
dalam setiap kondisi operasi kualitas pelayanan / penyediaan
tenaga listrik dapat dicapai dengan biaya seminimum
mungkin.
a) Koordinasi isolasi yang baik akan mampu menjamin :
Bahwa isolasi peralatan akan mampu menahan
tegangan kerja sistem yang normal dan tegangan tidak
normal yang mungkin timbul dalam sistem.
Bahwa isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi
tegangan lebih luar.
Bahwa jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempattempat yang menimbulkan kerusakan paling minimum.
b) Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga menyangkut
hal-hal sebagai berikut:

1) Penentuan Isolasi Hantaran


Penentuan isolasi dari hantaran harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya tegangan
lebih petir (surja petir), tegangan lebih switching dan
tegangan lebih dengan frekuensi jala-jala. Dengan
bertambahnya pengetahuan akan fenomena petir maka
dimungkinkan untuk menentukan keandalan sistem
berdasarkan parameter-parameter petir yang telah
diketahui tersebut.Isolasi hantaran udara harus cukup
tinggi untuk mencegah terjadi kegagalan oleh surja
hubung dan tegangan lebih frekuensi jala-jala dengan
memperhitungkan pengaruh lingkungan/alam yang
dapat menurunkan tegangan tembus dari isolator.
Dalam praktek umumnya isolator hantaran udara
masih dinaikkan harga tahanan isolasinya dengan cara
menambah beberapa piringan isolator lagi untuk
mencegah kemungkinan isolator rusak. Isolasi
hantaran udara tidak berhubungan langsung dengan
tingkat isolasi peralatan didalam gardu. Walaupun
demikian sangat menentukan didalam koordinasi
isolasi karena tegangan tembus impuls pada
isolator hantaran udara menentukan tegangan impuls
tertinggi yang masuk ke gardu berupa gelombang
berjalan.
2) Tingkat Isolasi Dasar Peralatan Peralatan
Tingkat Isolasi Dasar (Basic Insulation Level)
merupakan daya tahan terhadap tegangan impuls
standar yang masih dapat ditahan isolasi. Sebagian
besar peralatan peralatan seperti transformator,
pemutus daya, saklar pemisah, transformator arus,
transformator tegangan dibuat dengan tingkat isolasi
yang sama. Kecuali transformator yang diproduksi
dengan tingkat isolasi yang lebih rendah dengan
alasan ekonomis dan transformator umumnya
dilindungi langsung oleh arrester.

Karena
letaknya
yang
dekat
dengan
transformator, maka sebagian dari peralatan di gardu
akan terletak diluar daerah lindung dari arrester.
Daerah lindung ditentukan oleh: ketahanan isolasi dari
peralatan, tegangan kerja dari penangkap petir dan
jarak antara penangkap petir dengan peralatan
tersebut.
Peralatan peralatan yang terletak diluar dari
daerah lindung penangkap petir akan diberikan
Tingkat Isolasi Dasar yang satu tingkat lebih
tinggi.Pada umumnya tingkat isolasi dari peralatan
gardu seperti pemutus daya busbar, saklar pemisah,
trafo pengukuran mempunyai T.I.D 10 % lebih tinggi
dari TID trafo.Tingkat isolasi antara kutub-kutub pada
saklar pemisah yang terbuka harus 10-15 % lebih
tinggi dari tingkat isolasi kutub tersebut ke tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
1. Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antaraawan dan bumi
atau dengan awan lainnya. Jika perbedaan potensial antara awan
dan bumi atau awan dan awan yang lain cukup besar, maka akan
terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi
atau awan ke bumi atau sebaliknya untuk
mencapai
kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang
dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu
menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi petir.
2. Peralatan Pengaman di Jaringan Saluran Udara Tegangan
Menengah pada Sistem Tenaga Listrik adalah Pemutus Tenaga
(PMT), Relay Arus Lebih (OCR), Pemutus Balik Otomatis
(Recloser), Pelebur ( fuse cut out ), Lightning Arrester (LA).
3. Gangguan akibat petir pada SUTM adalah Sambaran kilat
langsung dan Sambaran tidak langsung ( induksi ) yang
menyebabkan tegangan lebih atau induksi.

4.

3.2

Pencegahan untuk mengatasi gangguan akibat petir pada SUTM


adalah dengan pemasangan lightning arrester dan koordinasi
isolasi

Saran
1. Untuk meningkatkan keandalan jaringan system tenaga listrik
harus dipahami fenomena alam petir yang terjadi.
2. Untuk meningkatkan keandalan pembangunan tiang SUTM harus
direncanakan dengan baik
3. Pada tiang SUTM harus dipasang arrester sebagai pencegahan dan
penanggulangan terhadap gangguan petir.

Anda mungkin juga menyukai