Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRAKTIKUM PATOLOGI SISTEMIK DAN NEKROPSI


RODENT

Oleh:
Nama

: Nanda Ayu C.

NIM

: 125130101111057

Kelas

:D

Kelompok

:5

LABORATORIUM PATOLOGI SISTEMIK DAN NEKROPSI


PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
A. Nekropsi

Autopsi / nekropsi / obduksi / seksi / bedah bangkai, untuk melakukan


pemeriksaan yang cepat dan tepat dalam menetapkan diagnosa pada beberapa sebab
penyakit atau kematian dari seekor hewan. Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosa
yang akurat harus ditunjang dengan hasil pemeriksaan dari beberapa laboratorium
penunjang, seperti bakteriolagi, virologi, parasitologi, patologi klinik, toksikologi dan
lain sebagainya.
B. Sinyalemen
1. Nama

: Tikus

2. Jenis Hewan

: Tikus Putih (Rattus norvegicus)

3. Umur

: 2-3 bulan

4. Berat Badan

: 100-120 gram

5. Ras/Breed

: Wistar Albino

6. Warna bulu/kulit : Putih/Pink Pale (normal)


7. Jenis Kelamin

: Jantan

C. Cara Euthanasia / Membunuh Hewan.


Merupakan suatu tindakan dengan maksud : mengurangi penderitaan hewan,
membantu dalam mendiagnosa penyakit, dan mencegah meluasnya penyakit pada
hewan lain / pada manusia. Harus dilakukan senyaman mungkin.
Euthanasia dilakukan pada : hewan yang sangat tua, penyakit yang sulit
disembuhkan, akibat kecelakaan berat, biasanya dilakukan pada hewan kesayangan .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam eutanasia :
1. Hewan tidak boleh merasa sakit.
2. Hindari terjadinya perdarahan dan pengeluaran kotoran.
3. Hindari terjadinya luka pada tubuhnya.
4. Hewan tidak boleh berteriak dan meronta-ronta.
Beberapa cara yang biasanya dilakukan dalam euthanasia :
1. Menggunakan tembakan pada kepala
2. Menggunakan arus listrik
3. Emboli dengan : MgSO4 jenuh, Pheno-barbital, Chloralhydrat, dengan cara
disuntikan IV.
4. Ditidurkan dengan Chloroform dengan cara perinhalasi dan sebagainya.
5. Menggunakan alat burdizzo forcep.

Pada tikus/mencit dilakukan euthanasia dengan larutan eter (dengan kapas


yang dibasahi eter, masukkan dalam suatu tempat yang sesuai besar hewan cobanya
(toples), kemudian tikus dimasukkan dalam tempat tersebut, ditunggu sampai mati)
atau dapat dilakukan dengan prosedur dislokasi leher.
D. Prosedur Nekropsi Secara Umum :
1. Untuk memudahkan, tikus dipreparir pada meja operasi, dengan meletakan
terlentang, supaya tidak bergeser, difiksasi pada telepak kaki depan dan belakang
dengan menyematkam jarum pentul / paku kecil.
2. Pengeluaran organ sesuai keperluan.
3. Dengan kepala jauh dari sekan (petugas nekropsi), insisi dimulai dari dinding
abdomen, memotong kulit dan muskulusnya, irisan dilanjutkan kesisi kanan dan
kiri, terus kearah cranial, memotong costae sehingga rongga thorak terbuka.
4. Selanjutnya diambil organ yang diperlukan.
E. Inspeksi Persistema Pada Tikus
Organ
Jantung
Hepar

Temuan
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Ditemukan nodul sebanyak dua buah dengan diameter

Trachea
Paru-paru

0,5 cm
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Ditemukan nodul dengan konsistensi lebih keras dan padat

bagian kiri proximal


Ginjal
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Lambung
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Duodenum
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Jejunum
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Ileum
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Sekum
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Colon
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Anus
Normal, tidak ditemukan temuan patologis
Diagnosa : Infeksi Taenia taeniaeformis
F. Hasil Pemeriksaan Per Organ
1. Penampakan Berbagai Organ Sebelum Dilakukan Inspeksi Lanjutan

2. Terdapat Temuan Patologis

Hepar, ditemukan nodul sebanyak

Paru-Paru, ditemukan nodul

dua buah dengan diameter 0,5 cm

sebanyak satu buah

Paru-Paru, ditemukan nodul dengan konsistensi lebih keras

dan padat bagian kiri proximal, tampakan setelah dibuka


nodulnya

3. Normal, Tidak Terdapat Temuan Patologis

Jantung

Trakhea (yang ditunjuk)

Lambung
yang berisi
penuh
Ginjal (yang
ditunjuk)
dengan makanan (yang
ditunjuk)

Duodenum, Ileum dan Jejunum

Sekum (yang ditunjuk)

Colon (yang ditunjuk)

Rektum (yang ditunjuk)

Testis

G. Pembahasan yang Mengarah Kepada Diagnosa


Taenia taeniaeformis, mempunyai sinonim yaitu :
Hydatigera

taeniaeformis,

Taenia

crassicollis,

Cysticercus

fasciolaris, Strobilocercus fasciolaris


Predileksi

: usus halus (host definitif); hepar (host intermediet)

Filum

: Platyhelminthes

Kelas

: Cestoda

Famili

: Taeniidae

Host definitif

: kucing, lynx, stoat, fox

Host intermediet

: mencit, tikus, kelinci, squirrel

Distribusi Geografi

: tersebar diseluruh dunia

Taenia taeniaformis dapat menjadi dewasa pada usus halus kucing domestik
maupun pada kucing liar di dunia. Rodent merupakan hospes intermediet dari cacing
pita kucing berupa Taenia taeniaformis. Rodent dapat terinfeksi T. taeniaformis
dikarenakan memakan rumput yang sudah terkontaminasi feses kucing yang terdapat
telur cacing T. taeniaformis atau pada saat rodent sedang menjilati bulu ataupun kaki
yang sudah terkontaminasi tanah yang terdapat telur cacing. Setelah telur cacing

tersebut termakan, telur cacing tersebut menuju ke usus halus dan menetas kemudian
menjadi larva migran menembus dinding usus halus rodent dan berkembang menjadi
cystisercus atau cysts atau strobilocercus (bentuk intermediet metacestoda) di dalam
hepar atau peritoneum. Siklus hidup sempurna ketika kucing (host definitif) memakan
rodent yang terinfeksi. Metacestoda pada umunya terdapat pada hepar dar mencit,
tikus, tikus hitam, cotton rats dan tikus liar lainnya. Infeski pada rodent tak
menunjukkan gejala klinis maupun tidak menimbulkan gangguan, tetapi metacestoda
ini dapat menyebabkan potensi zoonosis.
Pada patologi makroskopis berdasarkan literatur, saat nekropsi ditemukan
bentukan yang lebih tinggi dari permukaan normal hepar, berwarna kuning,
berdiameter 3 mm di dalamnya terdapat kista dan cairan serta terdapat tanda material
putih yang naik turun pada daerah kapsul (Figure 1).

Gambar 2. Skoleks Taenia


taeniaformis

Taenia taeniaeformis hidup di dalam usus halus kucing dan karnivora. Spesies
ini memiliki ukuran panjang 50-60 cm, berbentuk unik yaitu tidak memiliki leher
serta proglotid posteriornya berbentuk mirip genta (bell-shaped). Skoleks berukuran
lebar 1,7 mm memiliki rostellum lebar dengan kait yang berjumlah 26-52 buah
(biasanya 34 buah). Penghisapnya menonjol, mengarah keluar dan kedepan. Telurnya
berbentuk bundar, berdiameter 31-37 mikron.
Larva cacing yang memiliki skoleks terhubung oleh strobila yang bersegmen
akan tampak seperti cacing pipih kecil, atau Strobilocercus. Apabila termakan oleh
tikus, kucing, maupun hospes lainnya, Strobilocercus tersebut akan terurai hingga
yang tertinggal hanya strobila dan skoleksnya yang akan menjadi dewasa dalam
waktu 6 minggu.

Tikus yang terinfeksi T. taeniaeformis akan menimbulkan lesi yang diikuti


peningkatan sekresi asam lambung, hiperplasia mukosa usus dan hipergastrinemia,
tetapi tidak menimbulkan gangguan.

Gambar 3. Siklus Hidup Taenia taeniaeformis

DAFTAR PUSTAKA

McInnes, E., Kohn, H., Carmichael, I., Rasmussen, L., Noonan, D. and Stevenson, R. 2014.
Larvae of Taenia taeniaformis in the Liver of a Laboratory Rat (Rattus norvegicus).
The University of Adelaide, South Australia. Annals of Clinical Pathology. SciMed
Central.
Stansfield, David G. and Drake, Jason. 2003. Internal Parasites of Dogs and Cats. Diagnostic
Manual. College of Veterinary Medicine, Auburn University. Novartis.
Bowman, Dwight D., Hendrix, Charles M., Lindsay, David S. and Barr, Stephen C. 2002.
Feline Clinical Parasitology. IOWA State University Press. A Blackwell Scince
Company : USA.
Tutstsintaiyn, Ribia. 2013. Pemeriksaan Cacing Endoparasit Pada Tikus (Rattus Spp.) Di
Desa Citereup Kecamatan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan : Yogyakarta. BALABA Vol. 9, No.
02, Desember 2013 : 47-52.

Anda mungkin juga menyukai