Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Ablasio

retina

terjadi

bila

ada

pemisahan

retina

neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya


karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung
batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi
nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas
fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C.
Smelzer, Suzanne, 2002).
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang
setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan
masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun,
setengah

walaupun

baya

biasanya

atau lebih

terjadi

pada

tua. Kejadian

ini

orang
lebih

usia
besar

kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh


(miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang
anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina.
Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras.
Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan
penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan
anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina
akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan.
B.

RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa pengertian ablasio Retina?


Apa etiologi ablasio Retina?
Apa manifestasi ablasio Retina?
Bagaimana patofisiologi Retina?
Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?
Bagaimana askep ablasio Retina?

C.

TUJUAN PENULISAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui

pengertian ablasio Retina?


etiologi ablasio Retina?
manifestasi ablasio Retina?
patofisiologi Retina?
pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
penatalaksanaan ablasio Retina?
askep ablasio Retina?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi
Ablasio

Retina

adalah

pelepasan

retina

dari

lapisan

epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen


retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan
sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang
disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan
kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan
cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Ablasio retina terjadi ketika retina terlepas dari tempat
perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang
terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina
yang diikuti menyusupnya cairan pada robekan tersebut. Cairan
tersebut akan menyusup terus di antara retina dan dinding bola
mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.
(Www. Klinikmatanusantara.com)
Ablasio retina adalah terlepasnya retina dari perlekatan
dengan

lapisan

sehingga
Kondisi

dibawahnya,

mengakibatkan
ini

dapat

sebagian

terputusnya

menyebabkan

atau

proses

cacat

seluruhnya,
penglihatan.

penglihatan

atau

kebutaan. ( www.bandungeyecenter.com )
Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya.
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi

pada

berbagai

usia.

Kejadian

ini

lebih

besar

kemungkinannya pada penderita yang memakai kacamata


minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan yang
keras. (Www.indo.net.id)

Ablasio retina adalah terpisahnya / terlepasnya retina dari


jaringan pendukung di bawahnya. ( www.medicastore.com )
Ablasio

retina

terjadi

bila

ada

pemisahan

retina

neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya


karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung
batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi
nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas
fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C.
Smelzer, Suzanne, 2002).
B.

Etiologi
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang

setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan


masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun,
setengah

walaupun

baya

biasanya

atau lebih

terjadi

pada

tua. Kejadian

ini

orang
lebih

usia
besar

kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh


(miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang
anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina.
Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras.
Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan
penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan
anak-anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina
akan

mengakibatkan

cacat

penglihatan

atau

kebutaan.

Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata, abalisio


retina pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata,
ada daerah retina yang tipis / lemah yang dilihat oleh dokter
mata, robekan retina, komplikasi, diabetus melitus paradangan,
pada usia lanjut (perubahan degeneratif dalam vitreus atau
retina), malformasi kongenital, kelainan metabolisme, penyakit
vaskuler, dan inflanmasi intraokuler neoplasma.

C.

Manifestasi Klinis
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik

hitam mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita


lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya
bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata.
Dalam hal ini penderita mungkin menyadari penglihatannya
seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang lebih
lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan
kemunduran penglihatan. Penglihatan seperti ada lapisan hitam
yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan seperti
terhalang tirai / bergelombang.
D.

Patofisiologi
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka

terhadap cahaya, yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf.


Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas
dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan
film pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan
difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya
inilah yang menangkap "gambar" dan menyalurkannya ke otak
melalui saraf optik. Sebab dan Gejala Lepasnya Retina Sebagian
besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih
robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadangkadang proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan
retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering
mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah
menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar
yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat
ke retina pada beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian
belakang. Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik
sebagian retina bersamanya, sehingga menimbulkan robekan

atau lubang pada retina. Meskipun beberapa jenis penyusutan


korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada
peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan
pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola
mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini
merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan , atau
karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas
setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer
seperti air dapat masuk dari korpus vitreum ke lubang di retina
dan dapat mengalir di antara retina dan dinding mata bagian
belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata
bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian retina
yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah
itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui
bahwa ada beberapa jenis lepasnya retina yang disebabkan
oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau
sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina
sekunder. Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun
lubang-lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali ke
posisinya yang normal dengan mengobati penyakit yang
menyebabkan lepasnya retina.
E.

Pemeriksaan Penunjang
Karena itu bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus

segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan


memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat
yang disebut oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan
pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat menentukan lokasi
daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu
diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus

lainnya yang mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa


khusus, mikroskop, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Terapi bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya
retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.
F.

Penatalaksanaan
Setelah

dilakukan

pemeriksaan

penunjang

ditemukan

terjadi robekan retina maka harus dilakukan pembedahan. Ada


beberapa prosedur yang dapat digunakan. Prosedur yang dipilih
tergantung pada beratnya lepas retina dan pertimbangan
dokter. Fotokoagulasi Laser Bila ditemukan robekan-robekan
kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka
robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan
menempatkan luka bakar-luka bakar kecil di sekeliling pinggir
robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan jaringan parut yang
mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan
berkumpul di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang
biasanya dilakukan sebagai tindakan pada pasien berobat jalan
dan tidak memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi)
membekukan dinding bagian belakang mata yang terletak di
belakang robekan retina, dapat merangsang pembentukan
jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina dengan
dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan
dengan prosedur pasien berobat jalan tetapi membutuhkan
pembiusan lokal pada mata.
Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul
di bawah retina dan memisahkan retina dengan mata bagian
belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit untuk
mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya bermacammacam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas dan
kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk

menekan dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua


jaringan itu tetap menempel sampai jaringan parut melekatkan
bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari
bawah retina untuk memungkinkan retina menempel kembali ke
dinding belakang mata. Seringkali sebuah pita silikon atau
bantalan penekan ditempatkan di luar mata untuk dengan
lembut menekan dinding belakang mata ke retina. Dalam
operasi ini dilakukan pula tindakan untuk menciptakan jaringan
parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya dengan
pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi (aliran
listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).
Jenis operasi ablasio retina:
a. Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan
kembali retina yang lepas (ablasio retina).
b. Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina
yang lepas.
c. Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli
bedah akan melakukan operasi didalam rongga bola mata
untuk membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan
kembali vitreus yang mengalami ablasio, mengupas
jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakantindakan lain yang diperlukan

Untuk memperbaiki

Ablatio Retina

dilakukan prosedur

operasi scleral bucking yaitu pengikatan kembali retina yang


lepas.
1. Pengelolaan penderita sebelum operasi
a. Mengatasi kecemasan
b. Membatasi aktivitas
c. Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah
atau membatasi pergerakan bola mata

d. Pengobatan
midriaticum

dengan
untuk

obat

tetes

mencegah

mata

jenis

akomodasi

dan

kontriksi.
2. Pengelolaan penderita setelah operasi
a. Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam
b.
c.
d.
e.
G.

24 jam pertama.
Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
Evaluasi penutup mata
Bantu semua kebutuhan ADL
Perawatan dan pengobatan sesuai program

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Infeksi
Perdarahan
Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi
Penglihatan yang menurun
Peningkatan tekanan bola mata
Glaukoma
Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50%
pasien

yang

telah

menjalani

operasi

vitrektomi.

Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi katarak


beberapa tahun kemudian.
8. Komplikasi akibat pembiusan

dapat

saja

terjadi.

Pembiusan lokal kadang-kadang menimbulkan perdarahan


di sekeliling mata tapi jarang berakibat langsung pada
mata. Pembiusan umum berpotensi mengalami resiko
serius. Kapan Anda akan mendapatkan pembiusan umum,
Anda akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum
operasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ABLASIO RETINA
A. PENGKAJIAN
a. Data subyektif

Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang

dan bintik-bintik hitam yang beterbangan di ruang pan dang.

Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang

pandang.

Pasien menyatkan takut dan cemas karena kehilangan

fungsi penglihatan secara tiba-tiba.


b. Data Obyektif

Dengan pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat

gambaran gelembung abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina


yang bergetar dan bergerak

Aktifitas pasien terbatas

Mata pasien tertutup dengan gaas

Pasien mendapat obat tetes mata midryatil

Wajah pasien tampak tegang dan cemas

Pada pemeriksaan visus: OD 1/4 Os 2/60

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien
Ablatio Retina
Pre operatif
1.

Gangguan persepsi sensori penglihatan

2.

Cemas

3.

Kurang perawatan diri

Post operatif
1.

Nyeri akut

2.

Resiko infeksi

3.

Kurang perawatan diri

C. Intervensi KEPERAWATAN
PRE OP
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan bd lepasnya retina
Kriteria Hasil:
Kooperatif dalam tindakan
Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
Intervensi:
Kaji dan catat ketajaman pengelihatan Rasional: menentukan
kemampuan visual
Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat / tidak. Rasional:
Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.
Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan.
Rasional: Meningkatkan self care dan mengurangi
ketergantungan.
Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien.
Rasional: Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan
pengelihatan menurun.

2. Cemas bd kurang pengetahuan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pengetahuan klien bertambah
KH:

1.

Kien tidak gelisah

2.

Klien tenang

3.

Klien dapat mengatakan tentang proses penyakit, metode

pencegahan
dan instruksi perawatan di rumah
Intervensi:
1. Kaji tingkat kecemasan
Rasional: Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2. Berikan kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional: Agar klien memiliki semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan pengobatan
3. Beri Support pada klien
Rasional: Agar klien memiliki semangat

4. Berikan dorongan spiritual


Rasional: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Berikan penkes
Rasional: Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang
dialaminya
6. Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak
diketahui tentang penyakitnya.
Rasional: Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang
penyakitnya

7. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang


Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
menbuat pilihan berdasarkan informasi.

3. Kurang Perawatan diri bd ketidak berdayaan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perawatan diri pasien terpenuhi
KH

1.

Kien tidak kotor

2.

Klien tenang

3.

klien merasa nyaman

Intervensi:
Bantu klien melakukan hygiene
Rasional: memenuhi perawatan diri klien
Beri program perawatan dir pada klien
Rasional: agar perawatan diri klien teratur

Kontrol hygiene klien dua kali sehari


Rasional: mengetahui perawatan diri klien
Berikan HE tentang personal hygiene
Rasional: agar klien memahami pentingnya perawatan diri.

POST OP
1.

Nyeri akut bd luka post op

Tujuan

: setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24

jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang.


KH

1.

klien mengatakan nyeri berkurang / hilang

2.

skala nyeri menurun

3.

klien tampak rileks

Intervensi:
1.

Kaji skala nyeri

Rasional: mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien


2.

Berikan posisi relaks pada pasien.

Rasional: agar klien merasa nyaman


3.

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional: menurunkan nyeri klien


4.

Kolaborasi pemberian analgesic.

Raional: analgesic menghilangkan nyeri

2.

Resiko infeksi bd insisi post op

Tujuan

: setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24

jam diharapkan infeksi tidak terjadi.

KH

1.

tidak ada tanda-tanda infeksi

2.

leukosit stabil

Intervensi:
1.

Pantau tanda-tanda infeksi

Rasional: mengetahui tanda awal infeksi


2.

Lakukan rawat luka secara steril

Rasional: mencegah terjadinya infeksi


3.

Oleskan alkohol di sekitar luka post op

Rasional: mencegah terjadinya infeksi


4.

Berikan antibiotik sesuai advis dokter

Rasional: antibiotik mencegah infeksi

3. Kurang Perawatan diri bd ketidak berdayaan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perawatan diri pasien terpenuhi
KH

1.

Kien tidak kotor

2.

Klien tenang

3.

klien merasa nyaman

Intervensi:
1.

Bantu klien melakukan hygiene

Rasional: memenuhi perawatan diri klien


2.

Berikan program perawatan dir pada klien

Rasional: agar perawatan diri klien teratur


3.

Kontrol hygiene klien dua kali sehari

Rasional: mengetahui perawatan diri klien


4.

Berikan HE tentang personal hygiene

Rasional: agar klien memahami pentingnya perawatan diri.

BAB III
PENUTUP

A.

KESIPULAN

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium


neurosensoris retina dan lap isan epitelia pigmen retina (Donna
D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai
terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan
oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran
cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan
(Barbara L. Christensen 1991).
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada
orang usia setengah baya atau lebih tua.
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam
mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya
retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik
bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata.
B.

SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna


sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang
membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati
kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi
kami guna evaluasi untuk menyelesaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bare, BG & Smeltzer, SC 2002. Keperawatan Medikal Bedah.


Jarkarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai