Bab II Eritroderma
Bab II Eritroderma
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Eritroderma merupakan keradangan kulit yang sangat luas mengenai
lebih dari 90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama
yang berlangsung dalam beberapa hari sampai minggu. Bila eritemanya antara 5090% dinamakan pre-eritroderma. Dahulu eritroderma dibagi menjadi eritroderma
primer dan eritroderma sekunder. Eritroderma primer adalah eritroderma yang
tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), dan eritroderma sekunder adalah
eritroderma yang disebabkan oleh penyakit kulit lain atau penyakit sistemik.
Beberapa pendapat sekarang mengatakan bahwa semua eritroderma ada
penyebabnya oleh karena itu eritroderma selalu dianggap sekunder. Pada
eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan
hiperpigmentasi (Djuanda, 2007).
Skuama merupakan lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada eritroderma, skuama tidak selalu
terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak
disertai skuama, skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan (Djuanda,
2007).
2.2 Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh karena alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit kulit
yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis, dermatitis
seboroik, alergi obat, CTCL atau sindrom Sezary (Siregar, 2004).
Penyakit Sistemik
Mikosis Fungoides
Hodgkin disease
Limfoma
Leukimia Akut
Leukimia Kronis
Multipel Mieloma
CA Paru
CA Rektum
CA Tuba Falopii
Dermatitis
Papuloskuamosa pada
AIDS
Obat-obatan
Sulfonamide
Antimalaria
Penicillin
Sefalosporin
Arsen
Merkuri
Barbiturat
Aspirin
Kodein
Diphenhidantoin
Yodium
Dermatitis Statis
Isoniazid
Tabel 2.1 Proses yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma (McGraw, 2001)
2.3 Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi. Penyakit ini dapat mengenai pria
ataupun wanita, namun paling sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1,
dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada
semua usia. Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah
psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insiden psoriasis (Djuanda,
2007).
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari
setengah kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit
lebih dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus
adalah psoriasis berat. Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi
terhadap obat. Alergi terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri
ataupun penggunaan obat secara tradisional (McGraw, 2001).
2.4 Pathogenesis
Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas.
Pathogenesis
eritroderma
berkaitan
dengan
pathogenesis
penyakit
yang
bahwa
lokus
pathogenesitas
staphylococcus
mengkodekan
Staphylococcus aureus sekitar 83% dan pada kulit sekitar 17%, bagaimanapun
juga hanya ada 1 dari 6 pasien memiliki toksin Staphylococcus aureus yang positif
(McGraw, 2001).
Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran
pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah, akibatnya pasien merasa dingin dan
menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung, juga dapat terjadi
hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang meningkat
dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga
meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan
hipermetabolisme kompensata dan peningkatan laju metabolisme basal (Freederg,
1996).
2
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gr/ m
10
Gambar 2.4 Dermatitis Seboroik pada Bayi (Leiner Syndrome) (Fartasch, 1999).
Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat
pula menjadi eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala
diikuti perluasan ke dahi dan telinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran
dermatitis seboroik. Kemudian timbul hiperkeratosis palmoplantaris yang jelas.
Berangsur-angsur menjadi papul folikularis di sekeliling tangan dan menyebar ke
kulit berambut (Siregar, 2004).
11
12
13
pasien
didapati
splenomegali,
limfadenopati
superfisial,
alopesia,
14
15
16
17
18
19
Komplikasi
1. Limphadenopati (60%)
2. Hepatomegali (20%)
3. Splenomegali (3%)
4. Gagal Jantung (Freederg, 1996).
Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari
eritroderma
tergantung
pada
proses
penyakit
yang
mendasarinya. Kasus karena alergi obat dapat membaik setelah pemakaian obat
dihentikan dan diberi terapi yang sesuai. Penyembuhan golongan ini ialah yang
tercepat dibandingkan dengan golongan yang lain (Djuanda, 2007).
20
hanya
mengurangi
gejalanya,
pasien
akan
mengalami