Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik
Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik
KAJIAN TEORI
A. DEFINISI
Demam reumatik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1
sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus beta-hemolitik grup A
yang tidak diobati. Kondisi akut ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian , jantung
sistem saraf, dan kulit. Pada beberapa kasus, demam reumatik dapat secara permanen
memengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup jantung. Demam Reumatik adalah
jenis penyakit yang jarang terjadi, hanya menyerang 3% penderita infeksi streptokokus yang
tidak diobati.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi. Penyakit ini
masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart disease) pada
anak dan dewasa muda di banyak negara terutama negara sedang berkembang. Keterlibatan
kardiovaskular pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melalui
suatu proses autoimun yang menyebabkan kerusakan jaringan.
Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun.
Demam reumatik jarang ditemukan pada anak di bawah umur 5 tahun.
Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptococcus beta hemolyticus grup A yang
tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan resiko
terjadinya demam reumatik. Diperkirakan hanya sekitar 3 % dari individu yang belum pernah
menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis
streptokokus yang tidak diobati
B. EPIDEMIOLOGI
Saat ini diperkirakan insiden demam reumatik di Amerika Serikat adalah 0,6 per 100.000
penduduk pada kelompok usia 5 sampai 19 tahun. Insidens yang hampir sama dilaporkan di
negara Eropa Barat. Angka tersebut menggambarkan penurunan tajam apabila dibandingkan
angka yang dilaporkan pada awal abad ini, yaitu 100-200 per 100.000 penduduk..
Sebaliknya insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data dari
negara berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih amat tinggi
sedang mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali lebih tinggi daripada di negara
maju. Di Srilangka insidens demam reumatik pada tahun 1976 dilaporkan lebih kurang 100-150
kasus per 100.000 penduduk. Di India, prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik pada tahun 1980 diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit kardiovaskular
pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Di Yogyakarta pasien dengan demam reumatik dan penyakit jantung reumatik yang diobati di
Unit Penyakit Anak dalam periode 1980-1989 sekitar 25-35 per tahun, sedangkan di Unit
Penyakit Anak RS. Cipto Mangunkusumo tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun.
Insidens penyakit ini di negara maju telah menurun dengan tajam selama 6 dekade
terakhir, meskipun begitu dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan kasus demam
reumatik yang mencolok di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal tersebut
mengingatkan kita bahwa demam reumatik belum seluruhnya terberantas, dan selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan masalah kesehatan masyarakat baik di negara berkembang
maupun negara maju.
C. ETIOLOGI
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup
A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulangan. Untuk menyebabkan serangan demam reumatik, Streptokokus grup
A harus menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superficial. Berbeda dengan
glumeronefritis yang berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit maupun di saluran
napas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit.
1.
2.
3.
Hubungan etiologis antara kuman Streptococcus dengan demam reumatik diketahui dari
data sebagai berikut:
Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut terdapat peninggian kadar antibodi
terhadap Streptococcus atau dapat diisolasi kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A,
atau keduanya.
Insidens demam reumatik yang tinggi biasanya bersamaan dengan insidens oleh betaStreptococcus hemolyticus grup A yang tinggi pula. Diperkirakan hanya sekitar 3% dari individu
yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah
menderita faringitis Streptococcus yang tidak diobati.
Serangan ulang demam reumatik akan sangat menurun bila penderita mendapat
pencegahan yang teratur dengan antibiotika.
D. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh
kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 prodak ekstrasel; yang
terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase,
difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produkproduk tersebut merangsang timbulnya antibodi. Demam reumatik yang terjadi diduga akibat
kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk tersebut.
Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun
kompleks. Reaksi silang imun komleks tersebut dengan sarcolema kardiak menimbulkan
respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral,
yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang
tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.
Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas
atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas
adalah fase akut dan kronik dengan karditis.
E. PATHWAY
Bakteri Streptococcus Beta Hemolyticus group A
Menginfeksi tenggorokan
Sel B memproduksi antibody anti streptococcus
Demam rematik
hipertermi
menggigil
Akut
kronis
Katup membengkok
kemerahan
kekurangan o2
Intoleransi aktifitas
sianosis
F.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Mayor
Manifestasi Minor
Demam
Althralgia
LED meningkat
Antistretolysin O meningkat
Anemia
Leukositosis.
akibat
G.
1)
2)
3)
-
H. PENATALAKSANAAN
Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini
dapat berupa :
a.
b.
KOMPLIKASI
Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk
pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena
kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan
kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis
dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang
paling penting mengobati penyakit primer.
2) Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang
yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
a. Identitas Pasien
Nama
: An. Mawar
Umur
: 5 tahun
Agama
: Kristen
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Kawin
Pendidikan
: TK
Pekerjaan
: Pelajar
Suku Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Papua
Tanggal Masuk
: 27 September 2012
Tanggal Pengkajian
: 27 September 2012
No. Register
: 031776
Diagnosa Medis
: Demam Reumatik
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Keluarga px mengatakan saat px masuk rumah sakit px mengalami panas
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Alasan Masuk Rumah Sakit : px mengeluh badannya panas
Perjalanan penyakit saat ini : Keluarga px mengatakan px mengalami sesak, panas,
nyeri, dan pembengkakan sendi. Nyeri dirasakan di bagian persendian ( lutut,siku dan
pergelangan tangan)seperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri 5 di rasakan saat px
melakukan aktivitas
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Keluarga px mengatakan px hanya di kompres untuk menurunkan panas tubuh
anaknya
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Keluarga px mengatakan px tidak pernah menderita penyakit serius seperti
hipertensi
2) Pernah dirawat
Keluarga Px mengatakan sebelumnya px tidak pernah di rawat di rumah sakit
3) Alergi
Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai alergi terhadap apapun
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai kebiasaan merokok minum kopi maupun
minum alkohol
c.
Kemampuan
Perawatan Diri
Makan
dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit
Keluarga px mengatakan sebelum sakit px biasa melekukan aktivitas sehari hari
seperti bermain
Saat sakit
Keluarga px mengatakan saat sakit px hanya bisa berbaring di tempat tidur
e.
f.
i.
Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit
:
Saat sakit
:
j.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Px beragama Kristen dan keluarga px mengatakan px hanya bias berdoa di tempat tidur
sambil berbaring ditemani keluarganya
4.
Pengkajian Fisik
a.
Psikomotor: 4
Mata :5
88 x/mnt, Suhu = 38 0C , TD = 140/100 mmhg, RR
=28x/menit
c.
Keadaan fisik
I : simetris
P : vokal taktil premitus terasa getaran
P : sonor
A : vesikuler
Jantung
I : terlihat iktuskordis
P : Teraba iktuskordis di ICS 5
P : dallnes
A : muffled
c.
Integumen :
I : tidak ada hiperpigmentasi
P : turgor kulit elastis
g. Ekstremitas :
Atas:
I : simetris,tidak ada lesi
P : CRT kurang dari 3 detik
Bawah
I : Simetris, tidak ada lesi tidak ada luka
P : CRT kurang dari 3 detik
a. Neurologis :
Status mental da emosi :
Baik
Pengkajian saraf kranial :
Tidak Terkaji
Pemeriksaan refleks :
Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+
Patela
:+
b. Pemeriksaan Penunjang
Etiologi
Proses implamasi
MASALAH
Hipertermi
badanya panas
Do : suhu tubuh pasien
380C . pasien terlihat lemas
Nyeri akut
RR: 28x/mnt
3.Ds : keluarga pasien
Gangguan kebutuhan
makanan
kebutuhan tubuh
pasien menurun .
Do : BB pasien saat sakit 18 kg
, TB pasien 110 cm ,
membran mukosa kering ,
pasien hanya mau makan
setengah piring nasi, lauk
dan sayur
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
N
TANGGAL /
JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL
TERATASI
DITEMUKAN
27 September Hipertermi berhubungan dengan proses
2012/ 10.00
WITA
wita
Ttd
27 September
2012 /10.00
Rencana Perawatan
Ttd
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Kriteria
Hasil
Dx
Setelah diberikan 1. Kaji saat timbulnya demam 1. Dapat diidentifikasi
1
asuhan
pola/tingkat demam
1
keperawatan
b. 2. Observasi tanda-tanda vital 2.Tanda-tanda
ber
2012
acuan
untuk
tubuh
kembali
normal dan
dengan
anjurkan
keadan
memakai umumKlien
3.
hasil:
Kompres akan
dapat
membantu
demam
tidak lemas
atau tubuh,
suhu
pakaian
tipisakan
dapat
membantumeningkat
4.
Penjelasan
pentingnya
bagi
klien
tirah dilami
klien
dapat
dan membantu
Untuk
mengatasi
dan
dan
jelaskan menganjurkan
manfaatnya
dan
6.
8.Berikan antipiretik sesuai
keluarga
untuklebih kooperatif
Keterlibatan
keluarga
klien
sangat
RS
Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan
penguapan
cairan
tubuhmeningkat
2
sehingga
perlu
diimbangi
dengan
asupan
cairan
yangbanyak
8.
Antipiretika
yang
mempunyai reseptor
di
hypothalamus
dapatmeregulasi
suhu tubuh sehingga
suhu
tubuh
diupayakan
mendekatisuhu
normal
Setelah diberikan
fowler
4. Anjurkan px untuk
asuhan
keperawatan
Kamis/
27
septem
ber
2012
PQRST
dengan
5. untuk
criteria
hasil:
meminimalkan resiko
-. Pasien
cedera
mengatakan nyeri
1. Kaji makanan kesukaan klien
terkontrol dengan2. Kaji alergi makanan
3. Monitor adanya tanda-tanda
skala 1-3
malnutrisi
- pasien tidak
4. Berikan makanan lunak
tampak gelisah
pada pasien
- TTV dalam
5. Berikan pendiddikan
6. analgesic untuk
mengurangi rasa
nyeri
rentang normal
Setelah diberikan
asuhan
Kamis,
27
keperawatan
makan pasien
2.Mengetahui alergi
terhadap makanan
Septem
selama 3x 24 jam
ber
diharapkan pola
ketidak seimbangan
2012
makan px
nutrisi
seimbang dengan
kriteria hasil :
-
Asupan nutrisi px
3. Mengetahui adanya
4. memudahkan
pasien untuk
mencerna makanan
meningkat tanpa
5. Meningkatkan
keluhan
Tidak ada tanda
pengetahuan agar
pasien lebih
tanda mal
kooperatif
nutrisi seperti :
6. Menjaga
keseimbang nutrsisi
elastis,
membrane
mukosa kering,
konjungtiva
anemis
- Porsi makan px
normal 3x sehari
D.
Implementasi Keperawatan
Hari/
Tindakan
Evaluasi proses
Tgl/Jam
Keperawatan
Dx
Jumat
28
2 1.Mengkaji PQRST
dirasakan
DO: Skala nyeri pasien 4
TD : 110/90 mmHg
N : 88 x/ mnt
S : 38oC
RR : 28 x/mnt
Septembe
r 2012
15.00 wita
1 2.Mengukur
16.00
Tubuh Pasien
1.
Suhu
DS: Pasien mengatakan badannya lemas
DO: Suhu tubuh pasien 37,5 oC
Ttd
1,
17.00 wita
tanda vital
18.00 wita
2 4. Memantau pola
makan pasien
18.30 wita
19.00 wita
5. Memberikan obat
antipiretik
1
DS:
5.Membantu pasien
pasien
mengatakan
merasa
lebih
nyaman
DO: pasien terlihat lebih nyaman
1,
2
septembe
r 2012
08.00 wita
1.Membantu pasien
segar
mandi
10.00 wita
1
DS : pasien mengatakan nyerinya sudah
berkurang
DO: pasien terlihat lebih nyaman dengan skala
11.00 wita
12.00 wita
nyeri
pasien 2
pasien
mulai
kembali
walaupun
tidak
bisa
12.30 wita
1,
2
4.Mengkolaborasi
pemberian obat
salisilat dan vitamin
C
E.
Evaluasi Keperawatan
No
Hari/Tgl
Jam
Sabtu , 29
september
2012
17.00 wita
No Dx
1
Evaluasi
S: Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang dan merasa
lebih nyaman
O:Skala nyeri pasien 2 pada
daerah persendian
TD: 110/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 37 oC
RR : 20 x/ mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutan Rencana
Keperawatan
2
S: Pasien mengatakan pola
TTd
Sabtu,29
september
2012
17.00 wita
DAFTAR PUSTAKA