Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DEMAM REUMATIK (ANAK)

KAJIAN TEORI
A. DEFINISI
Demam reumatik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1
sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus beta-hemolitik grup A
yang tidak diobati. Kondisi akut ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian , jantung
sistem saraf, dan kulit. Pada beberapa kasus, demam reumatik dapat secara permanen
memengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup jantung. Demam Reumatik adalah
jenis penyakit yang jarang terjadi, hanya menyerang 3% penderita infeksi streptokokus yang
tidak diobati.
Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi. Penyakit ini
masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart disease) pada
anak dan dewasa muda di banyak negara terutama negara sedang berkembang. Keterlibatan
kardiovaskular pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melalui
suatu proses autoimun yang menyebabkan kerusakan jaringan.
Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun.
Demam reumatik jarang ditemukan pada anak di bawah umur 5 tahun.
Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptococcus beta hemolyticus grup A yang
tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan resiko
terjadinya demam reumatik. Diperkirakan hanya sekitar 3 % dari individu yang belum pernah
menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis
streptokokus yang tidak diobati

B. EPIDEMIOLOGI
Saat ini diperkirakan insiden demam reumatik di Amerika Serikat adalah 0,6 per 100.000
penduduk pada kelompok usia 5 sampai 19 tahun. Insidens yang hampir sama dilaporkan di
negara Eropa Barat. Angka tersebut menggambarkan penurunan tajam apabila dibandingkan
angka yang dilaporkan pada awal abad ini, yaitu 100-200 per 100.000 penduduk..
Sebaliknya insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data dari
negara berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih amat tinggi
sedang mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali lebih tinggi daripada di negara
maju. Di Srilangka insidens demam reumatik pada tahun 1976 dilaporkan lebih kurang 100-150
kasus per 100.000 penduduk. Di India, prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik pada tahun 1980 diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit kardiovaskular
pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Di Yogyakarta pasien dengan demam reumatik dan penyakit jantung reumatik yang diobati di
Unit Penyakit Anak dalam periode 1980-1989 sekitar 25-35 per tahun, sedangkan di Unit
Penyakit Anak RS. Cipto Mangunkusumo tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun.
Insidens penyakit ini di negara maju telah menurun dengan tajam selama 6 dekade
terakhir, meskipun begitu dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan kasus demam
reumatik yang mencolok di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal tersebut
mengingatkan kita bahwa demam reumatik belum seluruhnya terberantas, dan selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan masalah kesehatan masyarakat baik di negara berkembang
maupun negara maju.

C. ETIOLOGI
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup
A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulangan. Untuk menyebabkan serangan demam reumatik, Streptokokus grup
A harus menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superficial. Berbeda dengan
glumeronefritis yang berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit maupun di saluran
napas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit.

1.
2.

3.

Hubungan etiologis antara kuman Streptococcus dengan demam reumatik diketahui dari
data sebagai berikut:
Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut terdapat peninggian kadar antibodi
terhadap Streptococcus atau dapat diisolasi kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A,
atau keduanya.
Insidens demam reumatik yang tinggi biasanya bersamaan dengan insidens oleh betaStreptococcus hemolyticus grup A yang tinggi pula. Diperkirakan hanya sekitar 3% dari individu
yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah
menderita faringitis Streptococcus yang tidak diobati.
Serangan ulang demam reumatik akan sangat menurun bila penderita mendapat
pencegahan yang teratur dengan antibiotika.

D. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh
kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 prodak ekstrasel; yang
terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase,
difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produkproduk tersebut merangsang timbulnya antibodi. Demam reumatik yang terjadi diduga akibat
kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk tersebut.
Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun
kompleks. Reaksi silang imun komleks tersebut dengan sarcolema kardiak menimbulkan
respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral,
yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang
tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.
Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas
atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas
adalah fase akut dan kronik dengan karditis.

E. PATHWAY
Bakteri Streptococcus Beta Hemolyticus group A

Menginfeksi tenggorokan
Sel B memproduksi antibody anti streptococcus

Reaksi antigen antibody

Demam rematik

hipertermi

menggigil

Sterptococcus menghasilkan enzim

Enzim merusak katup jantung

Penyakit katup jantung

Akut

kronis

Demam terbentuk jaringan parut


Reaksi inflamasi (terjadi di persendian, jantung, system saraf dan kulit)

Katup membengkok

Edema pada jantung

Obstruksi pembentukan darah

kemerahan

Gangguan sirkulasi darah

Gangguan aliran darahgangguan darah ke jaringan perifer gangguan aliran darah ke


muskuloskeletal
Substansi pengangkutan O2 berkurang berkurangnya O2
gangguan perfusi
jaringan

kekurangan o2

O2 menuju paru paru berkurangmetabolism anaerob metabolism basal terganggu


Sesak nafas penimbunan asam laktat
Pola nafas tidak efektif

Intoleransi aktifitas

energi yang terbentuk berkurang

gangguan rasa nyaman / nyeri kelelahan

penurunan curah jantung

sianosis

F.

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Mayor

Manifestasi Minor

Cardistis (tidak berfungsinya katup


mitral dan aorta, pulse meningkat
waktu istirahat dan tidur).

Demam

Althralgia

Polyarthritis (panas, merah, bengkak


pada persendian).

Demam rematik atau penyakit


jantung rematik

Erytema marginatum (kemerahan pada


batang tubuh dan telapak tangan)

LED meningkat

Nodula subcutaneous (terdapat pada


permukaan ekstensor persendian).

C-reative protein (CRP) ++

Antistretolysin O meningkat

Anemia

Leukositosis.

Perubahan rekaman ECG (PR


memanjang, interval QT).

Khorea (kelainan neurologis


perubahan vaskular SSP)

akibat

Dengan adanya riwayat infeksi stretococcus.

G.
1)
2)
3)
-

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG


Pemeriksaan darah
LED tinggi sekali
Lekositosis
Nilai hemoglobin dapat rendah
Pemeriksaan bakteriologi
Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.
Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.
Pemeriksaan radiologi
Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung.

H. PENATALAKSANAAN
Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini
dapat berupa :
a.

Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A


Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan
pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.

b.

Obat anti rematik


Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk
mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.
c. Diet
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
d. Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil
pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus
plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu 3 bulan tergantung pada berat ringannya
kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.
e. Obat-obat Lain
Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis
diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.
I.
1)

KOMPLIKASI

Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk
pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena
kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan
kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis
dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang
paling penting mengobati penyakit primer.
2) Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang
yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.Mawar


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEMAM REUMATIK
DI RSUD KUPANG
TANGGAL 27 September 2012 29 September 2012
I.

PENGKAJIAN
1.

Identitas

a. Identitas Pasien
Nama

: An. Mawar

Umur

: 5 tahun

Agama

: Kristen

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Belum Kawin

Pendidikan

: TK

Pekerjaan

: Pelajar

Suku Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Papua

Tanggal Masuk

: 27 September 2012

Tanggal Pengkajian

: 27 September 2012

No. Register

: 031776

Diagnosa Medis

: Demam Reumatik

b. Identitas Penanggung Jawab


Tidak terkaji

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Keluarga px mengatakan saat px masuk rumah sakit px mengalami panas
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Alasan Masuk Rumah Sakit : px mengeluh badannya panas
Perjalanan penyakit saat ini : Keluarga px mengatakan px mengalami sesak, panas,
nyeri, dan pembengkakan sendi. Nyeri dirasakan di bagian persendian ( lutut,siku dan
pergelangan tangan)seperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri 5 di rasakan saat px
melakukan aktivitas
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Keluarga px mengatakan px hanya di kompres untuk menurunkan panas tubuh
anaknya
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Keluarga px mengatakan px tidak pernah menderita penyakit serius seperti
hipertensi
2) Pernah dirawat
Keluarga Px mengatakan sebelumnya px tidak pernah di rawat di rumah sakit
3) Alergi
Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai alergi terhadap apapun
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai kebiasaan merokok minum kopi maupun
minum alkohol
c.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga px mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti hepatitis,
dan menurun (DM)

d. Diagnosa Medis dan Therapy


Diagnosa Medis : Demam Reumatik
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga px mengatakan bahwa dia yakin dengan menggunakan pelayanan kesehatan
anaknya akan sembuh dan cepat pulang
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan, px biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan sayur
( 3xsehari). Px juga biasa minum air putih kurang lebih 6- 8 gelas
Saat sakit
:
Keluarga px mengatakan, nafsu makan px menurun dan hanya menghabiskan porsi
nasi dengan lauk dan sayur. Dan minum kurang dari 6-8 gelas/ hari
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan sebelum sakit BAB px normal 1x sehari setiap pagi dengan
konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses
Saat sakit
:
Keluarga px mengatakan dari masuk rumah sakit tgl 27 September 2012 sampai tgl 29
September 2012 px BAB sedikit dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas
feses
2) BAK
Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan px biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi kuning cair dan
bau khas urine
Saat sakit

Keluarga Px mengatakan saat sakit BAK px kurang dari 5-6 x shari


d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas

Kemampuan

Perawatan Diri
Makan
dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit
Keluarga px mengatakan sebelum sakit px biasa melekukan aktivitas sehari hari
seperti bermain
Saat sakit
Keluarga px mengatakan saat sakit px hanya bisa berbaring di tempat tidur
e.

Pola kognitif dan Persepsi


Keluarga px mengatakan px tidak mengetahui sakitnya karena px masih kecil

f.

Pola Persepsi-Konsep diri


Keluarga px mengatakan px tidak bisa bersekolah seperti biasa karena harus terbaring
di rumah sakit

g. Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit
:
Keluarga px mengatakan pasien biasa tidur siang 30 menit sampai 1 jam per hari dan
tidur malam 6-7 jam perhari dan px tidur dengan nyenyak
Saat sakit
:
Keluarga px mengatakan tidur px terganggu karena badannya panas
h. Pola Peran-Hubungan
Keluarga px mengatakan hubungan px dengan keluarganya baik telihat ayah ibu, ayah
dan keluarga lainnya menemani px bergiliran dan selalu member support untuk tetap
tenang agar cepat sembuh dan pulang

i.

Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit
:
Saat sakit
:

j.

Pola Toleransi Stress-Koping


Keluarga px mengatakan bahwa biasa bercerita tentang masalnya pada ayah dan
ibunya

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Px beragama Kristen dan keluarga px mengatakan px hanya bias berdoa di tempat tidur
sambil berbaring ditemani keluarganya
4.

Pengkajian Fisik

a.

Keadaan umum : komposmetis


Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal: 6

Psikomotor: 4

b. Tanda-tanda Vital : Nadi =

Mata :5
88 x/mnt, Suhu = 38 0C , TD = 140/100 mmhg, RR

=28x/menit
c.

Keadaan fisik

a. Kepala dan leher :


Kepala : I : Rambut hitam, penyebaran rambut merata, tidak ada rontok dan tidak ada
kebotakan
P : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Mata I : simetris,konjung tipa anemis, skera anikterik, pupil isokor, tidaka ada kantung
mata, tidak ada edema palpebra.
P : tidak ada nyeri tekan
Hidung :
I : simetris, penyebaran rambut silia merta, terdapat sekcret, dan ada
nafas cuping hidung,dan penggunaan otot bantu nafas.
P : tidak ada nyeri tekan pada sinus prontalis, etmoidalis, maksilaris.
Mulut :
I : tidak ada cyanosis,tidak ada karies,tidak ada stomatitis,bibir simetris.
Telinga :
I : simetris, tidak ada lesi,tidak ada luka,tidak ada serumen dan discharge.
P : tidak ada nyeri tekan pada kartilago.
b. Dada :
Paru

I : simetris
P : vokal taktil premitus terasa getaran
P : sonor
A : vesikuler
Jantung
I : terlihat iktuskordis
P : Teraba iktuskordis di ICS 5
P : dallnes
A : muffled
c.

Payudara dan ketiak


:
I : payu dara dan ketiak simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka
P : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
d. abdomen
:
I : simetris, tidak ada hiperpigmentasi
A : Peristaltik
P : tidak ada nyeri tekan
P : timpani
e. Genetalia :
Tidak terkaji
f.

Integumen :
I : tidak ada hiperpigmentasi
P : turgor kulit elastis
g. Ekstremitas :

Atas:
I : simetris,tidak ada lesi
P : CRT kurang dari 3 detik

Bawah
I : Simetris, tidak ada lesi tidak ada luka
P : CRT kurang dari 3 detik

a. Neurologis :
Status mental da emosi :
Baik
Pengkajian saraf kranial :
Tidak Terkaji
Pemeriksaan refleks :
Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+
Patela
:+
b. Pemeriksaan Penunjang

1. Data laboratorium yang berhubungan


27 september 2012
Di temukan kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan EKG.
Tgl 28 september 2012
Diperoleh nilai ASTO> 100 IU/ ml, LED meningkat dan CRP (+)
2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak terkaji
h. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA
1. Ds :pasien mengeluh

Etiologi
Proses implamasi

MASALAH
Hipertermi

badanya panas
Do : suhu tubuh pasien
380C . pasien terlihat lemas

2.Ds: px mengeluh nyeri pada


bagian persendian rasanya
seperti di tusuk-tusuk
apabila px melakukan
aktifitas.
Do:Skala nyeri 5, dan px
terlihat meringis kesakitan
TD: 140/100mmHg
S: 380C
N: 88x/mnt

Agen cidera biologis


(implamasi)

Nyeri akut

RR: 28x/mnt
3.Ds : keluarga pasien

Ketidakmampuan untuk mencerna

Gangguan kebutuhan

makanan

nutrisi kurang dari

mengatakan nafsu makan

kebutuhan tubuh

pasien menurun .
Do : BB pasien saat sakit 18 kg
, TB pasien 110 cm ,
membran mukosa kering ,
pasien hanya mau makan
setengah piring nasi, lauk
dan sayur
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
N

TANGGAL /

JAM

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL
TERATASI

DITEMUKAN
27 September Hipertermi berhubungan dengan proses
2012/ 10.00

implamasi ditandai dengan suhu tubuh pasien

WITA

38 0C , pasien terlihat lemas

27 September Gangguan rasa nyaman nyeri pada sendi b/d


2012 / 10.00

proses inflamasi ditandai dengan pasien

wita

mengeluh nyeri di bagian sendi , seperti di


tusuk-tusuk , skala nyeri 5 , pasien terlihat
gelisah, TD: 140/100mmHg , Nadi 88 x/menit.

Ttd

27 September
2012 /10.00

Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
ditandai dengan porsi makanan pasien
menurun dengan makan setengah piring
nasi , lauk dan sayur

C. Rencana Tindakan Keperawatan


N
Hari/
Tgl
Kamis/
27
septem

Rencana Perawatan

Ttd

Tujuan dan

Intervensi
Rasional
Kriteria
Hasil
Dx
Setelah diberikan 1. Kaji saat timbulnya demam 1. Dapat diidentifikasi
1
asuhan
pola/tingkat demam
1
keperawatan
b. 2. Observasi tanda-tanda vital 2.Tanda-tanda

ber

selama 3x24 jam :

suhu, nadi, TD, vitalmerupakan

2012

diharapkan suhu pernafasan setiap 3 jam

acuan

untuk

tubuh

pasienB3. Berikan kompres hangat mengetahui

kembali

normal dan

dengan

criteria pakaian tipis

anjurkan

keadan

memakai umumKlien
3.

hasil:

Kompres akan

dapat

membantu

Rentang suhu 4.Berikan penjelasan tentang menurunkan


tubuh pasien 36- penyebab
37,5 0 C
Tubuh

demam

peningkatan suhu tubuh


Pasien

tidak lemas

atau tubuh,

suhu
pakaian

tipisakan

dapat

membantumeningkat

d.5. Berikan penjelasan pada kanpenguapan

klien dan keluarga tentang panas tubuh


hal-hal yang dilakukan

4.

Penjelasan

tentang kondisi yang


e.6.Jelaskan
baring

pentingnya

bagi

klien

tirah dilami

klien

dapat

dan membantu

akibatnya jika hal tersebut mengurangi


tidak dilakukan

kecemasan klien dan


keluarga

f.7. Anjurkan klien untuk banyak


5.

Untuk

mengatasi

minum kurang lebih 2,5 3 demam


liter/hari

dan

dan

jelaskan menganjurkan

manfaatnya

dan

6.
8.Berikan antipiretik sesuai

keluarga

untuklebih kooperatif
Keterlibatan
keluarga

dengan instruksi Dokter

klien

sangat

berarti dalam proses


penyembuhan kliendi
7.

RS
Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan
penguapan

cairan

tubuhmeningkat
2

sehingga

perlu

diimbangi

dengan

asupan

cairan

yangbanyak
8.
Antipiretika

yang

mempunyai reseptor
di

hypothalamus

dapatmeregulasi
suhu tubuh sehingga
suhu

tubuh

1. Kaji P,Q,R,S,T pasien


2. Kaji tanda tanda vital
3. Lakukan reposisi sesuai
3

petunjuk misalnya semi

diupayakan
mendekatisuhu
normal

Setelah diberikan

fowler
4. Anjurkan px untuk

asuhan
keperawatan
Kamis/
27
septem
ber
2012

selama 3x24 jam cepat bila terjadi nyeri


5. Beritahu pasien untuk
diharapkan
istirahat total
pasien
dapat
6. Kolaborasi dengan dokter
mengontrol nyeri
dalam pemberian obat
yang
analgesic salisalat
dirasakannya

PQRST

dengan

5. untuk

criteria

2. Mengetahu tandatanda vital


3. Menurunkan
kebutuhan oksigen
4. mengatasi nyeri

hasil:

meminimalkan resiko

-. Pasien

cedera

mengatakan nyeri
1. Kaji makanan kesukaan klien
terkontrol dengan2. Kaji alergi makanan
3. Monitor adanya tanda-tanda
skala 1-3
malnutrisi
- pasien tidak
4. Berikan makanan lunak
tampak gelisah
pada pasien
- TTV dalam
5. Berikan pendiddikan

6. analgesic untuk
mengurangi rasa
nyeri

rentang normal

kesehatan tentang kebutuhan 1.Menambah nafsu

Setelah diberikan

kalori dan tindakan yang

asuhan

Kamis,
27

memberitahu perawat dengan 1. Mengetahui

keperawatan

berhubungan dengan nutrisi


6. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang pemenuhan nutrisi

makan pasien
2.Mengetahui alergi
terhadap makanan

Septem

selama 3x 24 jam

ber

diharapkan pola

ketidak seimbangan

2012

makan px

nutrisi

seimbang dengan
kriteria hasil :
-

Asupan nutrisi px

3. Mengetahui adanya

4. memudahkan
pasien untuk
mencerna makanan

meningkat tanpa

5. Meningkatkan

keluhan
Tidak ada tanda

pengetahuan agar
pasien lebih

tanda mal

kooperatif

nutrisi seperti :

6. Menjaga

turgor kulit tidak

keseimbang nutrsisi

elastis,
membrane
mukosa kering,
konjungtiva
anemis
- Porsi makan px
normal 3x sehari

D.

Implementasi Keperawatan

Hari/

Tindakan

Evaluasi proses

Tgl/Jam

Keperawatan

Dx
Jumat
28

2 1.Mengkaji PQRST

dirasakan
DO: Skala nyeri pasien 4
TD : 110/90 mmHg
N : 88 x/ mnt
S : 38oC
RR : 28 x/mnt

Septembe
r 2012
15.00 wita
1 2.Mengukur
16.00

Tubuh Pasien

1.

DS : Pasien mengatakan nyerinya masih

Suhu
DS: Pasien mengatakan badannya lemas
DO: Suhu tubuh pasien 37,5 oC

Ttd

1,
17.00 wita

3.Memantau tandaDS: Pasien mengatakan sudah lebih nyaman


DO: TD: 110/80mmHg
N: 86x/menit
S:37oC
RR: 28x/menit

tanda vital

18.00 wita

2 4. Memantau pola

DS : pasien mengatakan tidak nafsu makan


DO : pasien terlihat lemas

makan pasien
18.30 wita
19.00 wita

5. Memberikan obat

DO: Pasien terlihat meminum obatnya

antipiretik
1

DS:
5.Membantu pasien

pasien

mengatakan

merasa

lebih

nyaman
DO: pasien terlihat lebih nyaman

dalam posisi semi


fowler
Sabtu ,
29

1,
2

DS: pasien mengatakan lebih segar


DO: pasien terlihat lebih nyaman dan lebih

septembe
r 2012
08.00 wita

1.Membantu pasien

segar

mandi
10.00 wita

1
DS : pasien mengatakan nyerinya sudah
berkurang
DO: pasien terlihat lebih nyaman dengan skala

11.00 wita

1, 2. Mengkaji skala nyeri


2

12.00 wita

nyeri

pasien 2

pasien

DS: pasien merasa lebih nyaman


DO : TD: 120/ 80 mmHg
S: 37 0 C
2
N : 80 x/menit
RR: 20 x/ menit
3.Memantau tanda- DS: pasien mengatakan pola makannya sudah
tanda vital

mulai

kembali

walaupun

tidak

bisa

12.30 wita

menghabiskan 1 piring nasi


DO: pasien makan piring nasi , lauk. Sayur

1,
2

4.Mengkaji pola makan


DS: pasien mengatakan merasa lebih nyaman
pasien
DO: pasien terlihat meminum obatnya

4.Mengkolaborasi
pemberian obat
salisilat dan vitamin
C

E.

Evaluasi Keperawatan
No

Hari/Tgl
Jam
Sabtu , 29
september
2012
17.00 wita

No Dx
1

Evaluasi
S: Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang dan merasa
lebih nyaman
O:Skala nyeri pasien 2 pada
daerah persendian
TD: 110/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 37 oC
RR : 20 x/ mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutan Rencana
Keperawatan

2
S: Pasien mengatakan pola

TTd

Sabtu,29
september
2012
17.00 wita

makannya sudah mulai kembali


2

O : Pasien makan 3/4 piring 3x


sehari
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Renpra

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer,dkk.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Media


Esculapius FKUI..
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Baradero Mery spc. MN.dkk. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler
Marylin E. Doengoes, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Peneribit Buku
Kedokteran EGC.
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12. Jakarta:EGC.
Sunoto, Pratanu. 1990. Penyakit Jantung Rematik. Makalah Tidak dipublikasikan,
Surabaya
Smeltzer Bare, dkk. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4.
Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Wong and Whaleys. 1996. Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition, MosbyYear Book, St.Louis, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai