Anda di halaman 1dari 50

Presentasi Kasus

Tumor Parotis
Maskur Ramadhan

Pendahuluan
Kelenjar saliva terbagi menjadi dua golongan,
yaitu mayor dan minor.
Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan
saliva yang berbeda-beda
Kelainan pada parotis meliputi tumor jinak
maupun ganas, batu di duktus, infeksi bakteri
maupun virus, dan berbagai gangguan autoimun
Neoplasma kelenjar liur jarang terjadi, hanya 36% dari tumor kepala leher
Tumor parotis 85% dari kasus tumor kelenjar liur.

Anatomi

Vaskularisasi

Persarafan

Histologi
Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat
dan mengandung sejumlah besar enzim antara
lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase,
dan kolinesterase.
Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa
kompleks, yang pada manusia adalah serosa
murni

Fisiologi

Tumor Parotis
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang
timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai
faktor penyebab tumor yang menyebabkan
jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan
kendali normal atas pertumbuhannya

Epidemiologi
Insidens tumor parotis sekitar 80%, tumor
submandibular 10%, tumor sublingual 1%,
tumor kelenjar saliva kecil dalam mulut 1%.
> = 1.41 : 1.00
Usia tersering >64 tahun
80% tumor jinak (mixed tumor / pleomorfik
adenoma)

Etiologi
Paparan radiasi ion
Paparan rokok dan konsumsi alkohol tidak ada
hubungannya dengan pertumbuhan tumor
parotis
Faktor resiko lain yang mempengaruhi
terjadinya karsinoma kelenjar air liur adalah
pekerjaan, nutrisi, dan genetik

Tumor jinak
Klasifikasi

Tumor ganas

plemorphic adenoma
( mixed benign tumor)
monomorphic adenoma
papillarycystadenoma
lymphomatosum (Warthins
tumor)

mucoepidermoid carcinoma
acinic cell carcinoma
adenoid cystic carcinoma
adenocarcinoma
epidermoid carcinoma
small cell carcinoma
lymphoma
Malignant mixed tumor
Carcinoma ex pleomorphic
adenoma (carcinosarcoma)

Adenoma pleomorfik

Sering mengenai lobus superfisialis


Pertumbuhan tumor lambat, berupa benjolan
pada depan bawah daun telinga atau angulus
mandibula yang tidak memberikan gejala.
Pada perabaan didapatkan massa berbentuk bulat,
permukaan licin, kadang berbenjol-benjol, dan
konsistensinya lunak, berbatas tegas, tampak
berkapsul, dan ukuran terbesarnya jarang
melebihi 6 cm, tidak nyeri tekan dan dapat
digerakkan

Mukoepidermoid karsinoma
Presentasi paling umum adalah massa di daerah
pipi posterior tanpa rasa sakit dan tanpa gejala >
80% pasien
Rasa sakit menunjukkan adanya invasi
perineural
70-20% terdapat adanya kelemahan atau
kelumpuhan nervus fasialis

Anamnesis
Keluhan : benjolan, nyeri, muka asimetris, gejala
paralisis n.VII,VIII,IX,X,XI,XII, benjolan di
leher
Progresivitas
Etiologi
pengobatan

Pemeriksaan Fisik
Status general
Status lokal
Status regional

Pemeriksaan Radiologis
X foto polos
Imaging (CT-Scan dan MRI)
Pemeriksaan Patologi
FNAB

Terapi
Prosedur
Tumor Primer
a. Tumor operabel
Terapi utama ( pembedahan)
Parotidektomi superfisial, dilakukan pada: tumor
jinak parotis lobus superfisialis
Parotidektomi Medial
Parotidektomi subtotal
Parotidektomi total

Deseksi radikal leher (RND), dikerjakan pada: ada metastase


K.G.B.leher yang masih operabel.

.Terapi tambahan : Radioterapi pasca bedah

Tumor inoperabel
a. Terapi utama
Radioterapi : 65 70 Gy dalam 7-8 minggu
b. Terapi tambahan
Kemoterapi :
Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,
adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
diulang
-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1
tiap 3
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 minggu

Untuk jenis karsinoma sel skwamous (squamous cell carcinoma,


mucoepidermoid carcinoma)
methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7 -sisplatin 100mg/m2
iv pada hari ke 2

Metastase Kelenjar Getah Bening (N)


1. Terapi utama
Operabel : deseksi leher radikal (RND)
Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi
preoperatif, kemudian dievaluasi :
Menjadi operabel RND
Tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai
70Gy

2. Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy

4. Metastase Jauh (M)


Terapi paliatif : kemoterapi
a.Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,
adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell
carcinoma)
Adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
diulang
5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1
tiap 3
Sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
minggu

b. Untuk jenis karsinoma sel skuamous (squamous cell


carcinoma, mucoepidermoid carcinoma)
Methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7 diulang
tiap
Sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
3 minggu

Komplikasi

Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat
tergantung pada histologi, perluasan lokal dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar
leher.

Kasus pasien
Identitas pasien
Nama : Tn. J
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat
: Tebing Tinggi
Keluhan utama : Benjolan di bawah telinga
kanan sejak 3 bulan SMRS.

Riwayat
penyakit
Benjolan awalnya
kecil, sekarang
kira-kira sebesar

kelereng, makin lama makin membesar namun


lambat menjadi sebesar telur puyuh, tidak terasa
nyeri, tidak terasa hangat, tidak memerah, tidak
demam.
Keluhan lain seperti bibir mencong, sulit
menutup mata, sulit menelan, nyeri tenggorokan,
gangguan pendengaran disangkal.
Benjolan di leher dan di tempat lain juga
disangkal.
Terdapat penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan tidak diketahui.
Benjolan ini belum pernah diobati sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien baru pertama ini mengalami keluhan
seperti ini.
Tidak ada hipertensi, DM, kolesterol, asma,
storke, jantung, dan trauma.
Pasien juga tidak pernah menjalani terapi
radiasi atau UV pada daerah kepala dan leher.

Riwayat Keluarga
Paman pasien mengalami keluhan benjolan di
daerah pipi.

Riwayat Kebiasaan dan Sosial


Pasien tidak merokok dan tidak pernah
mengkonsumsi alkohol.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: Tampak sakit ringan


Kesadaran: Composmentis/ GCS:E4M6V5 = 15
Koperasi: kooperatif
Tinggi badan : 170cm
Berat badan: 79 kg
BMI: 27.3
Tekanan darah: kanan 110/90 mmHg kiri: 110/90 mmHg
Nadi: 84 x/menit
Suhu: 36,7oC
Pernapasan: 20 x/menit

Mata
: Ka -/-, si -/ Leher : tidak ada pembesaran KGB leher
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V,
1 jari lateral dari linea midclavicula
sinistra
Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea para sternalis dekstra.
Batas kiri : ICS V 1 jari lateral dari linea
midclavicula sinistra
Pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis
dan dinamis
Palpasi
: Vokal fremitus sama di kedua
lapang paru
Perkusi
: Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara napas vesicular ; Ronki -/-;
Wheezing -/-.

Abdomen:

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Datar
: Soepel, NT (-), hepatosplenomegali (-)
: Timpani di seluruh lapangan abdomen
: BU (+) normal.

Ekstremitas:
Atas
Bawah

: akral hangat (+), edema (-)


: akral hangat (+), edema (-)

Status neurologis

N. VII
Motorik Orbitofrontal : baik / baik
Motorik Orbicularis : baik / baik
N. VIII
Vestibular
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)

Cochlear
Tuli Konduktif : (-)
Tuli Perspeptif: (-)

N. IX, X
Motorik : tidak ada deviasi uvula, arcus faring simetris
Sensorik : refleks muntah (+), refleks menelan (+)

N. XI
Mengangkat bahu : baik / baik
Menoleh : baik / baik

N. XII
Pergerakan Lidah
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Tremor : (-)

: baik, tidak ada deviasi

Status lokalis
Pada regio infraaurikula dekstra terdapat benjolan,
soliter, ukuran 5x3x2cm, padat, batas tegas,
permukaan licin rata, immobile, tidak nyeri, suhu dan
warna seperti jaringan sekitar.

FNAB

Sediaan apusan mengandung banyak darah, di


antaranya terlihat beberapa kelompok-kelompok
kecil sel yang terdiri atas sel berinti bulat/oval, inti
tampak uniform, kromatin tersebar merata. Tampak
pula fragmen-fragmen menyerupai chondromyroid.
Tidak ditemukan sel ganas.
Kesan : lesi jinak, kemungkinan adenoma
pleomorfik.
USG tidak dilakukan

Diagnosis kerja
Tumor parotis superfisial dekstra susp benigna
Diagnosis banding
Tumor parotis superfisial dekstra susp maligna
Tata laksana
Parotidektomi superfisial

Hasil PA :
Makroskopik :
Jaringan permukaan tidak teratur, compang
camping 30 cc. Penampang irisan sebagian
putih, padat, sebagian tidak teratur kecoklatan,
agak rapuh.
Mikroskopik :
Sediaan dengan keterangan tumor parotis
menunjukkan massa tumor dengan arsitektur
yang bervariasi tubuler, tubulokistik dengan
massa amorf eusinofilik dalam lumen, solid dan
cribriform. Sel pleomorfik, hyperkromatik.
Mitosis mudah ditemukan.
Kesimpulan :
Adenoid cystic carcinoma

Resume
Pasien, laki-laki, usia 68 tahun datang ke poliklinik
RSUP HAM dengan keluhan satu benjolan pada
bawah telinga kiri sejak 7 bulan yang lalu.
Benjolan awalnya kecil, kira-kira sebesar kelereng,
makin lama makin membesar, tidak terasa nyeri,
hangat, memerah, dan demam.
Keluhan lain seperti bibir mencong, sulit menutup
mata, sulit menelan, nyeri tenggorokan, gangguan
pendengaran, benjolan di leher dan di tempat lain,
penurunan nafsu makan disangkal.

Namun ada penurunan berat badan. Benjolan


ini belum pernah diobati sebelumnya. Pasien
menderita sakit Hipertensi sejak 7 bulan yang
lalu, terkontrol. Pasien tidak pernah menjalani
terapi radiasi atau UV pada daerah kepala dan
leher. Tidak ada keluarga pasien yang
mengalami keluhan seperti ini.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio


infra aurikula sinistra terdapat benjolan, soliter,
ukuran 4x3x2cm, kistik, batas tegas, permukaan
licin rata, mobile, tidak nyeri, suhu dan warna
seperti jaringan sekitar.
Pada pemeriksaan sediaan apusan FNAB
didapatkan kesan adenoma pleomorfik. Dari
pemeriksaan USG parotis sinistra tampak massa
hypoechoic, inhomogen, batas tegas ukuran 3,5
x 2,7 x 4 cm.

Diagnosis sebelum operasi adalah Tumor parotis superfisial


sinistra susp Adenoma pleomorfik dengan recana operasi
parotidektomi superfisial.
Pada saat operasi ditemukan massa tumor berasal dari
parotis profunda. Dan kemudian dilakukan total
parotidektomi dan mengangkat parotis profunda dan
superfisial.
Diagnosis setelah operasi adalah adenoma pleomorfik parotis
profunda sinistra.
Pada follow up, didapatkan pasien mengalami parese N.
Fascialis sinistra perifer.
Hasil PA Post-op: adenoma pleomorfik

Daftar Pustaka
De Jong W. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : R Samsuhidajat, Warko Karnadihardja, Theddeus OH
Prasetyono, Reno Rudiman, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007. hal 469-70.
F Christopher Holsinger, Dana T Bui. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary Glands. In: Myers
EN, Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders. Springer: Berlin; 2007.p.1-14.
Susan, Standring. Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practise. USA: Elsevier; 2005.p. 51518.
Arthur C Guyton, John E Hall. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan. Dalam : Luqman Yanur
Rachman, Huriawati hartanto, Andita Novrianti, Nanda Wulandari, editor. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2007.hal.1013-14
William F Ganong. Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme Karbohidrat. Dalam: M
Djauhari Widjajakusumah, editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta; 2002.hal.320-39.
Satish Keshav. In: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia: Blackwell Science Ltd; 2004.p.
14-15
Vinay Kumar, Ramzi S Cotran, Stanley L Robbins. Pankreas. Dalam: Huriawati Hartanto, Nurwani
Darwaniah, Nanda Wulandari, editor. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta; 2007.hal.711-16
Kimberley Ho, Helen Lin, David K Ann, Peiguo G Chu, Yun Yen. An Overview of The Rare Parotid Gland
Cancer. Head & Neck Onconlogy 2011. 3: 1-7
Mulholland dkk. Greenfield's Surgery: Scientific Principles and Practice. Edisi 4. Lippincott Williams &
Wilkins; 2006
Shu, Xiaochen; Ahlbom, Anders; Feychting, Maria. Incidence Trends of Malignant Parotid Gland
Tumors in Swedish and Nordic Adults 1970 to 2009.Epidemiology: September 2012 Volume 23 Issue
5 p 766 767

C Ungari, F Paparo, W Colangeli, G Iannetti. Parotid Glands Tumours: Overview Of A


10-Years Experience With 282 Patients, Focusing On 231 Benign Epithelial
Neoplasms. European Review for Medical and Pharmacological Sciences 2008; 12:
321-325
Claudia-Patricia Meja-Velzquez, Marco-Antonio Durn-Padilla, Erick Gmez-Apo,
Daniel Quezada- Rivera, Luis-Alberto Gaitn-Cepeda. Tumors of the salivary gland in
Mexicans. A re-trospective study of 360 cases. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2012
Mar 1;17 (2):e183-9.
Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed.
New York: Springer. 2010. p 79-86.
A Mag, S Cotulbea, S Lupescu, H tefnescu, C Doros, et al. Parotid Gland Tumors.
Journal of Experimental Medical and Surgical Research 2010;4;259-63.
Albar, Zafiral Azdi. Protokol PERABOI 2003 edisi 1 Cetakan 1. Bandung : 2004
Ali SN, et al. diagnostic accuracy of fine needle aspiration cytology in parotid
lesion.International Scholarly Research Network. Volume 2011.
Moonis G. Et al. Imaging Characteristic of Recurrent Pleomorphic Adenoma of the
Parotid Gland. Am J Neuroradiol 2007; 105: 1532-36
`
Scott, Vanderheiden. ed. Malignant Parotid Tumor Imaging. Emedicine 2011 may 27.
Jeannon JP, Calman F, Gleeson M, et al; Management of advanced parotid cancer. A
systematic review. Eur J Surg Oncol 2008 Nov 20;
Samson NG, Cathy Torjek, Allan Hovan. Management of Frey Syndrome Using
Botulinum Neurotoxin: A Case Report. CJDA November 2009; 75: 651-54

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai