Anda di halaman 1dari 21

BAB 35

REKONSTRUKSI TELINGA
Burton D. Brent

Terbatasnya jumlah halaman menyebabkan penulis tidak mencantumkan


semua teknik yang ada. Meski demikian, penulis telah melakukan seleksi pada
material bab ini supaya pembaca dapat memahami panduan praktis teknik
pembedahan dan manajemen pasien pada pasien dengan pembedahan telinga.
Tulisan ini disusun berdasarkan pengalaman penulis selama 20 tahun menangani
1000 rekonstruksi telinga dengan jaringan autogen.

KONSTRUKSI TOTAL PADA TELINGA MIKROTIA


Pertimbangan Pembedahan dan Keterbatasannya
Konstruksi total aurikula merupakan tantangan terbesar yang harus
dihadapi ahli bedah plastik. Tersusun atas kartilago yang rumit dan sangat lembut
dan terlapisi kulit, telinga merupakan organ dengan struktur yang sulit untuk
digambar ataupun dibentuk, begitu pula dengan pembedahan. Kerangka aloplastik
masih belum bisa diterima secara luas,15,33 dan rekonstruksi total aurikula tidak
cukup dilakukan dengan kartilago aurikula unilateral. Hingga saat ini, kartilago
costa autogen masih menjadi jaringan yang paling baik digunakan untuk
menyokong kerangka telinga.
Meskipun kartilago costa dapat dibentuk menjadi kerangka yang lembut,
perlu diingat bahwa ukuran dan ketajaman kerangka tiga dimensi tetaplah terbatas
oleh skin flap dua dimensi bagian asalnya. Terlebih lagi, karena kulit
retroaurikular-mastoid yang melapisi kerangka buatan

lebih tebal dibanding

normal, sedangkan kulit aurikula anterolateral yang lembut, keduanya seolah

membuat kerangka yang dibuat menjadi kasar. Oleh karena itu, ahli bedah plastik
bertujuan mencapai hasil yang akurat, yakni membuat telinga tiruan yang mudah
diterima dengan ukuran yang tepat, posisi yang tepat, dan memiliki orientasi yang
tepat dengan struktur lain dari wajah.

Konsultasi Preoperatif
Selama konsultasi awal, perkiraan pembedahan dan hal psikologis lainnya,
khususnya tujuan dan hasil akhir rekonstruksi, didiskusikan bersama pasien dan
keluarga. Usia dilakukannya rekonstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi
psikologis. Deformitas pada telinga, yang bisa ditutupi dengan gaya rambut
panjang, tidak menjadi masalah bagi kelompok usia muda. Hal inilah yang
menjadi alasan jarangnya dilakukan rekonstruksi pada usia muda.13
Telinga kira-kira tumbuh hingga 85% pada usia empat tahun, 11 dan
kartilago costa dianggap bisa dijadikan kerangka rekonstruksi pada pasien dewasa
ketika sudah berusia 6 tahun.
Mayoritas dokter THT merasa bahwa pembedahan telinga tengah perlu
dilakukan pada mikrotia bilateral. Pada Beberapa dokter THT yang kompeten
melakukan pendekatan pada suatu kasus, dan disimpulkan bahwa perlu dilakukan
rekonstruksi telinga sebelum pembedahan telinga tengah. Hal ini disebabkan oleh
sekalinya telinga dicoba terbuka, maka kemungkinan tercapainya hasil
konstruksi telinga yang memuaskan sungguh sulit dicapai karena terlukanya kulit
asli yang tidak ternilai harganya.
Selama konsultasi, keterbatasan pembedahan perlu dijelaskan dan
ditekankan pada pasien dan keluarga. Sebaiknya dokter bedah menunjukkan foto
hasil konstruksi pasien sebelumnya yang telah dioperasi dokter tersebut, agar
pasien dan keluarga dapat memperkirakan hasilnya.
Pada akhirnya, risiko dan komplikasi yang mungkin muncul akibat
pembedahan haruslah didiskusikan mendalam, termasuk pneumotoraks, hilangnya

graft kartilago sekunder karena infeksi, nekrosis skin flap, dan hematoma. Perlu
ditekankan bahwa dengan pencegahan yang tepat, risiko tersebut akan lebih
mudah diatasi dibandingkan efek emosional yang muncul ketika tidak adanya
telinga yang terbentuk.

Perencanaan dan Persiapan


Hasil rekonstruksi total telinga tidak hanya bergantung pada teknik ahli
bedah yang sangat cermat, tapi juga pada perencanaan preoperasi yang matang.
Sangatlah penting dilakukan latihan teknis pada kentang ataupun kartilago
kadaver manusia sebelum dilakukan pada pasien hidup. Replika telinga plester
ataupun akrilik bisa menjadi model latihan yang baik.
Pada konsultasi pasien yang kedua, dilakukan pengambilan foto
preoperasi, dan pola radiografi dari telinga kontralateral, yaitu telinga yang
normal (Gambar 1). Pola tersebut dibalik, lalu dibuat pola kerangka baru untuk
telinga yang baru. Setelah sterilisasi, pola tersebut digunakan sepanjang operasi
bedah.
Lokasi rekonstruksi telinga sebelumnya ditentukan oleh catatan lapisan
pola berkebalikan dan kemudian dibandingkan panjangnya dari sisi frontal dengan
kebalikannya dari telinga normal (Gambar 2B). Dari sisi tersebut, perlu diingat
bahwa aksis telinga terletak paralel dengan hidung 2 (Gambar 2A). Selanjutnya,
dilakukan pencatatan jarak antara kantus lateral dengan akar heliks telinga yang
normal.

Rekonstruksi Tahap Pertama


Mayoritas fondasi tahap pertama memperbaiki mikrotia ialah membuat
dan memasang kerangka kartilago telinga. Karena prosedur tersebut bisa
menghasilkan skar, jarang dilakukan prosedur lain yang mendahuluinya.

Sebagaimana membangun rumah, pencangkokan kartilago sebagai fondasi


haruslah dilakukan dengan sangat tepat agar mencapai hasil yang memuaskan.
Dengan menanam cangkok kartilago sebagai fondasi tahap pertama operasi, akan
meningkatkan elastisitas dan sirkulasi dari kantung kulit asli. Karena alasan inilah,
inisiasi rotasi lobulus atau daerah vestibulum tidak dilakukan.
Biasanya,

rekonstruksi

tahap

pertama

memerlukan

pencangkokan

kerangka pendukung, yang menggunakan beragam material autogen, allogen,


xenogenik, dan alloplastik.1,2,9,12,15-25 Kartilago allogen mudah mengalami absorpsi,
sedangkan kerangka silastik memiliki insidensi terjadinya ekstrusi yang tinggi. 15
Pada

awalnya,

Cronin

berusaha

meminimalisir

masalah

ini

dengan

mempersiapkan fascia lata, glutea, ataupun flap wajah untuk melapisi tepian
autogen ekstra, namun selanjutnya, ketika Cronin menemukan masih terjadinya
ekstrusi dari kerangka aloplastik, Cronin menghentikan usahanya itu.
Hingga saat ini, kartilago autogen telah membuahkan hasil yang paling
nyata, tahan lama, dengan komplikasi yang lebih sedikit. 3,22 Terlebih lagi,
kartilago costa menjadi bagian yang paling penting dalam menyusun kerangka
telinga total. Meskipun kartilago konkhal telinga kontralateral juga pernah
digunakan dengan tujuan yang sama,30 kartilago konkhal sebaiknya digunakan
untuk mengganti kartilago telinga yang mengalami defek parsial saja, yang
membutuhkan lebih sedikit jaringan pengganti.

Pengambilan Kartilago Costa


Kartilago costa diambil bersama-sama dari sisi kontralateral telinga yang
akan direkonstruksi, sehingga memanfaatkan konfigurasi costa yang alami 7
(Gambar 3A). Kartilago costa diambil dengan insisi horizontal atau sedikit oblik,
sedikit di atas margin costa. Setelah membelah otot rektus, lapisan pola diletakkan
di atas kartilago yang akan diambil untuk menentukan seberapa banyak yang akan
dipotong.

Rima heliks dibentuk dengan kosta fluktuantes pertama (Gambar 3C, D).
Eksisi kartilago ini memudahkan akses regio sinkondrotik costa 6 dan 7, yang
menghasilkan

blok

yang

tepat

untuk

membentuk

kerangka.

Diseksi

ekstraperikondrial dilakukan untuk memperoleh spesimen yang tidak mudah


rusak.
Pada kasus masuknya pleura saat sedang dilakukan diseksi, tidak ada yang
perlu dikhawatirkan selama tidak ada kebocoran paru. Meski demikian, jika
ditemukan robekan pleura, masukkanlah kateter karet ke dada melalui robekan
tersebut, bekas luka tersebut akan tertutup lapis demi lapis, sembari dilakukannya
pembuatan kerangka telinga selama operasi berlangsung. Saat penutupan kulit
selesai, kateter dihubungkan pada suction, paru-paru akan mengembang, dan
kateter akan tertarik dengan cepat. Sebagai pencegahan akhir, perlu dilakukan
radiografi thorax portable di kamar operasi.

Pembuatan Kerangka
Pada umumnya, operator yang baru pertama kali melakukan rekonstruksi
telinga cenderung asyik sendiri dengan detil ukiran kerangka. Dengan
meningkatnya jam terbang, diketahui bahwa kesalahan yang muncul tidak berasal
dari buruknya detil kerangka, namun dari kurangnya lapisan kulit yang tersedia
untuk melapisi kerangka dan kurangnya lapisan kulit untuk membentuk ukiran
yang detil.
Tujuan nyata dari ahli bedah ialah untuk membuat kerangka dengan tepi
yang berlebih dan kompleks antiheliks yang detil dan tampak nyata (Gambar 4).
Hal ini bisa dicapai menggunakan pisau skalpel dan alat pahat dari kayu yang
melingkar. Untuk meminimalisir kerusakan kondrositik, hindarilah menggunakan
kekuatan penuh selama memahat.
Siluet telinga dasar diukir dari blok kartilago (Gambar 3B). Bentuk dasar
pada kerangka anak-anak hanya perlu sedikit tipis, sedangkan pada kelompok

pasien yang lebih tua, kerangkanya harus tipis. Saat dilakukan penipisan, berhatihatilah dengan perikondrium di lateral, yaitu bagian luar kerangka yang
memastikan tersambungnya seluruh bagian. Karena lekukan merupakan hal yang
harus diperhatikan,25 satu pahatan ataupun penipisan bisa membuat bahkan
menggagalkan terbentuknya lekukan sesuai harapan. Hal ini menyebabkan satu
lekukan saja sudah cukup untuk membentuk heliks, yang diikatkan ke kerangka
menggunakan jahitan matras horizontal; dengan ikatan yang terpendam di bawah
lapisan kerangka.

Implantasi Kerangka
Kantung kutaneus dibentuk menggunakan teknik metikulasi untuk
menghasilkan suplai vaskularisasi yang cukup untuk melapisi kerangka.
Melalui insisi kecil di anterior vestibulum aurikula (Gambar 4), bentuklah
flap tipis menggunakan irisan tajam, hati-hati agar tidak mengenai pleksus
vaskuler subdermal. Dengan berhati-hati, irislah kulit dari sisa kartilago asing
yang berbenjol-benjol, potong, dan kemudian buang. Sangatlah penting untuk
berhati-hati pada bagian ini, karena mudah terbentuk lubang pada kulit dan bisa
berefek pada hasil akhir. Pada akhirnya, kantung selesai dengan mengiris 1 sampai
2 cm pada perifer dari tepian kerangka (Gambar 5A).
Pemasangan kerangka pada kantung kutaneus menyebabkan kurangnya
elastisitas kulit yang terbentuk saat sisa kartilago asing dibuang (Gambar 5B).
Prinsip insisi anterior dan relaksasi kulit sentrifugal ini diperkenalkan oleh
Tanzer,17 yang menerangkan kegunaan kulit tak berambut untuk mikrotia.
Tanzer yang pertama kali menyarankan penggunaan jahitan bolster untuk
menghubungkan flap kulit yang melapisi kerangka.17,21 Hal ini lebih aman, dan
dengan menggunakan suction, secara simultan mencegah berkumpulnya cairan
dan meminimalisasi risiko terjadinya nekrosis pada flap sepanjang tepi heliks.

Untuk menghubungkan flap menggunakan suction, biasanya digunakan


kateter silikon atau saluran berlubang yang dibuat dari kateter infus dengan jarum
yang dimasukkan ke tabung vakum tertutup karet (Gambar 5E), tabung diletakkan
pada rak untuk dilakukan pengamatan adakah perubahan kualitas dan kuantitas
drainase. Meskipun dilakukan pembalutan yang bisa menyesuaikan diri dengan
terbentuknya telinga baru (Gambar 5D), tekanan yang terlalu keras harus
dihindari. Proses penyambungan kulit dan hemostasis bisa berlangsung karena
drainase dari suction.3,5

Manajemen Postoperatif
Manajemen postoperatif sangat penting untuk diperhatikan. Aurikula yang
baru saja terbentuk sering kali harus diperiksa secara teliti dan hati-hati untuk
menemukan risiko tanda infeksi dan kurangnya vaskularisasi.
Infeksi biasanya diawali dengan gejala nyeri aurikular tanpa demam,
namun terdapat edema dan eritema lokal, fluktuasi, drainase, atau gabungan dari
keempat gejala tersebut. Oleh karena itu, pemeriksaan berkala dan penanganan
awal

sangatlah

penting

dilakukan

untuk

mencegah

terjadinya

infeksi

berkepanjangan.
Segera setelah muncul kecurigaan infeksi, dilakukan drainase di bawah
flap, dan dilakukan pemberian antibiotik drip intravena. Terapi kausatif dilakukan
setelah dilakukan tes sensitivitas kuman melalui kultur, namun sebelumnya tetap
dilakukan pemberian antibiotik drip intravena sebagai terapi sistemik. Cronin
telah melakukan penanganan infeksi pada rekonstruksi kerangka silastik dengan
baik dengan cara ini,10 dan penulis telah berhasil menangani infeksi pada
rekonstruksi kartilago cangkok (insiden kurang dari 1%).
Nekrosis flap kulit terjadi akibat tekanan berlebih pada kantung dengan
ukuran yang tidak tepat, jahitan bolster

yang terlalu ketat, atau rusaknya

vaskularisasi subdermal selama irisan flap. Komplikasi ini paling baik dicegah

dengan teknik metikulasi. Meski demikian, sekalinya terjadi nekrosis kulit, perlu
dilakukan tindakan segera tanpa ditunda.
Meskipun hanya membutuhkan flap lokal yang kecil untuk melapisi
kartilago, ulkus terlokalisir yang kecil dapat sembuh spontan dengan perawatan
luka yang benar. Perawatan luka tersebut termasuk pemberian salep antibiotik
pada

luka

untuk

mencegah

kartilago

mengering,

dan

menggunakan

penahan/pengganjal yang mencegah telinga pasien tertekan selama pasien tidur.


Perlu dilakukan pendekatan yang lebih agresif pada mayoritas nekrosis
flap kulit untuk menyelamatkan kerangka yang masih utuh. Kulit yang nekrosis
harus segera dipotong, dan lapisan kerangka diganti dengan flap kulit lokal atau
menggunakan flap fascia wajah dan cangkok kulit.
Setelah sembuh, tidak diperlukan perawatan khusus pada rekonstruksi
telinga menggunakan jaringan autolog. Untuk mencengah memipihnya rima
heliks, pasien diedukasi agar tidur pada sisi yang berlawanan. Bantal yang lembut
digunakan untuk melindungi telinga selama tidur.
Setelah 2 hingga 3 minggu postoperasi, pasien dapat kembali
beraktivitas (bekerja/bersekolah). Meski demikian, aktivitas olahraga seperti
berolahraga harus ditunda lagi 3 minggu hingga luka di dada sembuh. Dibutuhkan
pengaturan jadwal kegiatan yang tepat setelah dilakukan prosedur pembedahan
mayor dengan bekas luka yang rawan terluka lagi.
Telinga merupakan organ yang mampu menahan trauma dengan baik,
sebaliknya telinga normal mampu menyumbangkan kartilagonya untuk dijadikan
kerangka buatan. Hingga saat ini, penulis telah menyaksikan beragam episode
traumatik dari telinga yang sudah direkonstruksi (contohnya: terpukul bola,
gigitan lebah, dan gigitan anjing). Seluruhnya dapat sembuh dengan baik.

Konstruksi Aurikula Tahap Lain


Mayoritas tahap konstruksi aurikula setelah implantasi kerangka ialah
rotasi lobulus, elevasi telinga, pendalaman konkhal, dan pembentukan tragus.
Tahap tersebut dapat direncanakan terpisah maupun kombinasi, bergantung pada
hasil akhir dan jangka waktu yang diharapkan.

Rotasi Lobulus
Transposisi lobulus telinga sebaiknya dilakukan sebagai prosedur
sekunder, karena lebih mudah menentukan penempatan lobus telinga dan untuk
menyambung lobulus dengan posisi yang tepat berdasarkan kerangka yang
sudah dibuat. Meskipun penulis telah melakukan transposisi lobulus secara
simultan bersama dengan implantasi kartilago cangkokan, transposisi lobulus
sekunder tampaknya lebih aman untuk dilakukan dan hasilnya lebih akurat.3
Rotasi dan reposisi lobulus ini dilakukan dengan transposisi Z-plasty , di
bawah flap triangular (Gambar 6).

Konstruksi Tragus dan Definisi Konkhal


Pembuatan tragus, penggalian konkhal, dan pembuatan saluran tiruan
dapat dilakukan dalam satu operasi. Hal ini dilakukan dengan menempatkan
cangkok komposit kondrokutan tipis berbentuk elips di bawah insisi J pada regio
konkhal (Gambar 7).3 Cabang utama J diletakkan pada batas tragus posterior; kait
J merepresentasikan incissura intertragus (Gambar 7B). Jaringan lunak asing
dipotong di bawah flap tragus supaya konkhal lebih dalam, regio yang digali ini
menjadi meatus buatan setelah tragus terbentuk (Gambar 7C).3
Menggunakan

cangkok

dari

permukaan

konkhal

telinga

normal

anterolateral

sangat menguntungkan karena adanya jeda bagian antara kulit

anterolateral

dengan

kartilago

di

dekatnya

(Gambar

7A). Teknik

ini

menguntungkan karena konkhal prominen yang ada pada telinga normal berperan
sebagai bahan otoplasti, yang memudahkan simetri frontal.

Pelepasan Daerah Aurikula Posterior


Elevasi aurikula dengan cangkok kulit dilakukan untuk menghilangkan
kesan palsu dengan membentuk telinga dengan sulkus. Prosedur ini tidak
memperhitungkan kerangka yang sudah jadi dengan kedalaman yang kurang.
Batas aurikula posterior dibuat dengan memisahkan telinga dari kepala dan
melapisi permukaannya dengan cangkok kulit yang tebal. Prosedur ini tidak akan
dilakukan sampai edema menghilang dan sampai detil aurikula sudah terbentuk
sempurna. Pada titik ini, dibuat insisi beberapa milimeter di belakang rima,
berhati-hatilah agar tidak mengenai lapisan jaringan penghubung pada kerangka
kartilago (Gambar 8). Setelah itu, tarik kulit retroaurikular ke sulkus yang baru
saja terbentuk sehingga cangkok hanya dibutuhkan pada sisi bawah telinga
(Gambar 8C, D). Untuk melindungi hasil cangkokan, jahitan dibuat cukup
panjang dan diikat secara bolster (Gambar 8F).

Pengaturan Garis Rambut


Garis rambut merupakan masalah yang paling sulit diatasi pada
rekonstruksi tulang. Meskipun gulungan kulit kepala dan cangkokan kulit
menghasilkan kulit tanpa rambut,14 lapisan ini memiliki elastisitas yang kurang
dibandingkan kulit aslinya. Di samping itu, lebih baik dilakukan implantasi
kerangka terlebih dulu, baru dilakukan eradikasi rambut yang diinginkan.
Pencabutan rambut dapat dilakukan dengan elektrolisis maupun dengan
mengganti kulit folikuler dengan cangkok.
Sebelum menempatkan kerangka, jika diperkirakan akan terbentuk
kantung yang sempit dan garis rambut yang menutupi setengah telinga yang baru,

maka flap fascial primer perlu dipertimbangkan.4 Flap fascial serupa dengan dua
operasi dalam satu, karena harus melakukan pemasangan kerangka dan
mengatasi rendahnya garis rambut. Terlebih, flap fascial menguntungkan bila
ternyata kulit yang dibutuhkan kurang.5

REKONSTRUKSI TELINGA TOTAL PADA KELAINAN YANG DIDAPAT


Rekonstruksi aurikula total pada kelainan yang didapat memiliki masalah
khusus yang tidak dijumpai pada mikrotia. Masalah ini menjadi pertimbangan
khusus tersendiri.
Kurangnya lapisan penutup kulit lebih besar dibandingkan mikrotia,
sebagaimana meatus yang terbentuk malah menghalangi kegunaan insisi anterior,
dan kulit tambahan yang biasanya muncul setelah dilakukan membuang kartilago
mikrotik, menjadi tidak terbentuk. Faktor ini bersama-sama menyebabkan
masalah garis rambut yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika kulit yang ada bisa
digunakan, kantung kutaneus bisa berkembang dengan dilakukan insisi di atas, di
bawah, atau di atas dan di bawah lokasi aurikula. Jika jaringan lokal sudah
mengalami skar yang berat dan menghambat ahli bedah untuk membuat kantung
kulit yang cukup, perlu dilakukan penambahan dengan lapisan flap fascial.5,6
Sebelum menggunakan flap fascial temporoparietal,5,23 kehilangan telinga
didapat dan rekonstruksi sekunder dilakukan dengan pertama melakukan eksisi
luka, cangkok kulit pada area defek, dan kemudian menunggu cangkok menjadi
dewasa sebelum menanam kerangka kartilago baru.20,32
Metode tersebut sering kali dilakukan atas persetujuan bahwa jaringan
kulit cangkokan memiliki elastisitas terbatas sebagai kantung kutaneus, meski
demikian, kerangka yang detil tidak bisa dicapai tanpa tekanan yang signifikan. 3
Flap fascial menjadi dilema pelapisan kukit, sebagaimana flap miokutan yang
bermasalah pada rekonstruksi payudara; karena fascia temporoparietal memiliki
ketipisan yang berlebihan, sedangkan jaringan vaskularisasi

memerlukan

penampang yang cukup tebal supaya menghasilkan kerangka kartilago

yang

baik.5
Saat arteri dan vena temporalis superfisial tidak lagi paten, flap menjadi
semakin lebar, termasuk juga pembuluh darah postaurikular. Untuk pengamanan
tambahan, dapat dilakukan penggabungan dengan dengan arteri temporalis media,
sehingga menyelamatkan fascia otot pada kerangka.

PROSTHESA AURIKULA
Prosthesa aurikula dibutuhkan jika pembedahan rekonstruksi tidak bisa
dilakukan atau merupakan kontraindikasi, atau pada kasus tidak ditemukannya
ahli bedah yang kompeten untuk melakukan bedah rekonstruksi. Pada mayoritas
kasus, penggunaan prosthesa aurikula tidak terlalu bermakna pada anak-anak,
namun sangat bermakna pada kelompok dengan usia lebih tua yang sedang
menjalani pembedahan kanker ablasif.
Saat prosthesa aurikula digunakan pada kelompok usia muda, perlu
diterapkan masa percobaan, dengan realisasi bedah rekonstruksi yang bisa
dilakukan ketika sudah ada kemauan dari pasien. Menghindari eksisi awal pada
lobulus mikrotia atau jaringan sisa lain untuk menambah luas permukaan
penggunaan prosthesa, merupakan langkah yang bijaksana. Pasien seharusnya
menginginkan bedah rekonstruksi dilakukan kemudian hari, yang mana menurut
penulis, hilangnya lobulus, kurangnya kulit, dan skar yang menetap, akan menjadi
handicap yang signifikan pada masa yang akan datang. Implantasi tulang yang
terintegrasi telah menyelesaikan berbagai masalah retensi yang menetap dengan
perekat adhesi. Rekonstruksi autogen masih dipertimbangkan, bahkan pada anakanak.

TRAUMA AURIKULAR AKUT


Karena aurikula pada dasarnya merupakan struktur yang lembut, aurikula
mudah sekali mengalami berbagai macam trauma yang harus ditangani ahli bedah
di kamar gawat darurat. Sebelumnya, dilakukan anestesi blok untuk
menghilangkan ketidaknyamanan pasien dan mempermudah pembersihan luka,
evaluasi, dan perbaikan kerusakan. Penulis lebih memilih untuk menggunakan
0,5% xylocaine dengan 1:200.000 epinefrin, meski belakangan ini sudah
dihilangkan jika terdapat pedikel tipis memanjang yang muncul akibat trauma.

Otohematoma
Kecelakaan olahraga yang sering terjadi ialah otohematoma, yang harus
diterapi secara agresif untuk menghindari rekurensi multiple.35 Aspirasi jarum
hampir selalu diikuti dengan terkumpulnya cairan rekuren, sehingga insisi kecil
bisa dilakukan untung mengevakuasi hematoma. Kemudian dilakukan jahitan
matras horizontal (nilon 4-0) pada sisi lain aurikula yang dipertahankan 7 10
hari yang melintang telinga (Gambar 9).

Telinga Teramputasi
Hingga 1970-an, penyimpanan subkutan dari kartilago yang dipisahkan
dari tulang tampak sebagai metode yang sangat bermanfaat dalam menangani
avulsi aurikula.37 Ketika melakukan teknik ini, kartilago yang diselamatkan
biasanya diletakkan dibawah kulit retroaurikular intak.Walaupun logis, penulis
telah menemukan bahwa prosedur ini sia sia, karena kartilago telinga yang tipis
hampis selalu mendatar di bawah penutup kulit dua dimensi.
Jika tidak karena daerah resipien penuh vaskularisasi disiapkan pada awal ,
34,36

hampir selalu bagian komposit besar yang ditanam kembali hasilnya gagal.

Bahkan perbaikan mikrovaskular hanya menawarkan kesuksesan kadang kadang

dalam penyelamatan telingan karena telinga itu sendiri kurang memiliki pembuluh
darah sesuai.38,39 Namun, penempelan kulit, pemasangan kembali, dan secara
sementara mengantongi bagian yang teramputasi di bawah flap retroaurikular.40
tampaknya menawarkan pendekatan yang cukup sukses.
Tentu saja terdapat alternative lain yang valid untuk menyelamatkan
telinga yang teramputasi. Beberapa kasus yang sukses telah dilaporkan dimana
kulit posteromedial dibuang dari bagian yang teramputasi, dan kartilago kemudian
dilubangi seperti jendela, akan meningkatkan permukaan vascular resipien dari
telinga yang dipasang kembali34. Kulit auricular anterolateral kemudian diberi
nutrisi melalui fenestrasi kartilago melalui kontak langsung dengan kumpulan
vascular yang disipakan ketika flap retroaurikular dinaikkan.
Akhirnya, pada kasus yang terpilih dimana luka tampak bersih, kulit
kepala masih utuh, dan keadaan umum pasien stabil, dapat dimungkinkan untuk
menghilangkan kulit telinga yang teramputasi dan menutupinya dengan kartilago
yang dipisahkan dari tulang segera dengan flap fascial dan cangkok kulit.Karena
seringnya hasil yang buruk dengan kartilago yang difilet yang telah disimpan
secara subkutan, penulis menyarankan untuk menggunakan teknik fenestrasi
Baudet pada awalnya34 dan untuk menyimpan fascia untuk rekonstruksi sekunder
apabila usaha tersebut gagal.

Luka Bakar Aurikular Akut


Sifat alami aurikula yang menonjol dan halus membuatnya rentan terhadap
trauma termal. Sering cedera termal langsung menghasilkan kehilangan total yang
tebal yang melingkupi rim heliks. Biasanya cedera seperti ini sembuh dengan
autoamputasi, pemisahan spontan dari eskar.
Komplikasi yang jauh lebih berbahaya adalah kondritis, dimana adanya
infeksi atau trauma eksternal setelah terjadinya jaringan luka bakar. Yang terakhir,
dimana dihasilkan sebagian besar dari tekanan bantal atau gesekan, dapat dicegah

dengan mengganti bantal menjadi lembaran atau bentuk donat untuk bantal yang
bersinggungan.41
Memiliki karakter antara lain nyeri tekan, eritema, hangat, dan indurasi,
kondritis terjadi sering biasanya antara minggu ketiga dan kelima paska trauma
bakar. Komplikasi berat ini sebagian dihindari melalui manajemen luka suara,
dimana termasuk yang telah disebutkan hindari tekanan dan gesekan, pembersihan
menggunakan sabun dan air,41 dan penggunaan liberal dari antibiotik topical . 41
Dengan eksisi tangensial awal atau dermabrasi dari jaringan yang terpengaruh dan
cangkok kulit, insidensi dari infeksi dapat diturunkan, dan penyembuhan luka
yang cepat difasilitasi.
Namun, sekali kondritis didiagnosis, langkah agresif harus diambil untuk
mengeradikasi infeksi dan mencegah deformitas berat ikutan.Pemberian perlahan
larutan antibiotik lokal dikombinasi dengan kompres hangat dapat memberikan
obat yang diharapkan,40 tetapi apabila terapi ini gagal, insisi, drainase, dan
kondrektomi adekuat harus dilakukan. Ketika yang cara terakhir diperlukan, insisi
direncanakan bijaksana untuk dapat dilakukan rekonstruksi nantinya, dan
kartilago helical disimpan bila memungkinkan
Seringnya, rekonstruksi paska luka bakar harus didahului dengan
peleburan, karena kulit telinga yang sembuh sering terdiri dari jaringan skar yang
tipis dan rapuh.Cangkok kulit ketebalan penuh disarankan untuk tujuan ini, diikuti
dengan periode menunggu panjang untuk diimplantasi kartilago. Paling sering,
satu cara untuk mendapatkan jangkauan yang sesuai adalah melalui flap fascial.5

REKONSTRUKSI DARI DEFEK PARSIAL YANG DIDAPAT


Kebanyakan deformitas aurikular yang sering ditemukan sehari hari
adalah defek parsial didapat.Kelainan ini menampilkan kepada ahli bedah dengan
variasi yang tidak terbatas dari masalah unik dimana rekonstruksi dipengaruhi
oleh etiologi, lokasi, dan sifat alami dari tiap sisa sisa deformitas.

Pemanfaatan dari Jaringan Residual


Ketika mengelola trauma aurikular akut, penaksiran ulang secaratelitidari
jaringan dan perawatan luka yang benar dapat memfasilitasi tugas rekonstruktif ke
depannya. Demikian juga, pemanfaatan yang inovatif dari jaringan residual lokal
di dalam deformitas paska trauma dapat mempengaruhi kesederhanaan
rekonstruksi dan berkontribusi pada hasil menyenangkan.

Dukungan Struktural
Kartilago Konka Kontralateral
Variasi dari jaringan dapat ditemukan untuk menyediakan dukungan
struktural yang dibutuhkan untuk rekonstruksi aurikular. Walaupun kuantitas dari
kartilago yang dibutuhkan untuk fabrikasi total kerangka telinga mengharuskan
penggunaan dari kartilago kosta,3,17 jarang salah satu untuk mengerjakan jaringan
ini di dalam rekonstruksi telinga parsial dan kecil. Karena hal ini sering
dimungkinkan untuk memanfaatkan sebuah cangkok kartilago aurikular, yang
dapat didapatkan kebanyakan dari konka kontralateral dalam kondisi anestesi
lokal, koreksi dari kehilangan sebagian kurang ekstensif dibandingkan prosedur
untuk mengkoreksi kehilangan aurikula total.Kartilago aurikular, yang dipakai
sebagai cangkok ortotopik di dalam rekonstruksi telinga, lebih baik dari kartilago
kostal dalam kelembutan, fleksibilitas, dan dukungan yang tipis.27,31
Cangkok kartilago konkal bisa didapatkan melalui insisi posteromedial,
atau melalui pendekatan anterolateral, dimana itu yang sering penulis gunakan. 28
Teknik terakhir, dilakukan melalui insisi beberapa millimeter di dalam dinding
konkal posterior kontur garis crus inferior, merupakan metode sederhana untuk
mendapatkan cangkok kartilago yang presisi dengan pemeriksaan visual langsung
(Gambar 10B).

Kartilago Konkal Ipsilateral


Untuk rekonstruksi parsial tertentu, lebih menguntungkan untuk
meletakkan sebuah cangkok konkal ipsilateral dibandingkan kontralateral.Namun,
ini sangat penting bahwa antiheliks yang utuh dapat dipresentasikan untuk
memperbolehkan pembuangan dari cangkok kartilago konkal ipsilateral tanpa
kolaps yang mengikuti dan deformitas lebih lanjut dari telinga.
Cangkok kartilago konkal ipsilateral terutama menguntungkan ketika flap
retroaurikular dinaikkan untuk memperbaiki defek mayor di dalam rim heliks
(Gambar 11). Elevasi dari flap menyediakan bukaan kartilago konkal yang
dibutuhkan tanpa diperlukannya insisi tambahan; dan pembuangan dari cangkok
kartilago ini akan diikuti penurunan telinga mendekati daerah mastoid. Efek yang
terjadi, hal itu akan memproduksi pertambahan dalam panjang, dan oleh
karenanya dapat melakukan flap untuk menutupi cangkok kartilago setelah
disambung dengan rim (Gambar 11B, C) dan mengeliminasi kebutuhan dari
cangkok kulit di dalam kumpulan flap milik donor.
Selain itu, konka ipsilateral biasa kadang kadang dipakai sebagai flap
komposit dari kulit dan kartilago (Gamabr 13H).Inovasi teknis ini, diluncurkan
oleh Davis,48 aplikatif untuk defek pada sepertiga atas dari aurikula; sekali lagi,
hal ini dapat dilakukan hanya ketika pendukunh antiheliks tetap utuh.
Cangkok Komposit Kondrokutaneus
Pada kondisi tertentu, cangkok komposit dapat secara efektif menyediakan
jaringan pendukung yang dibutuhkan untuk rekonstruksi.42 Kesuksesan dari
cangkok seperti ini dapat ditingkatkan lebih lagi dengan membuang bagian kulit
dan kartilago posteromedial, demikian bagian yang dikonversi dari baji menuju
sebuah cangkok kulit ketebalan penuh yang sudah siap dengan vaskularisasi
melalui flap lanjutan resipien digerakkan dari kulit retroaurikular yang lepas
disambungkan ke defek (Gambar 12). Fondasi dari kartilago heliks disimpan di
dalam cangkok untuk menjaga kontur dan dukungan (Gambar 12C).

Defek Daerah Spesifik


Kanalis Auditori Eksternal
Hal ini lebih ada efikasi untuk mecegah stenosis kanalis dibandingkan
untuk dihadapi dengan mengobatinya pada saat sudah terjadi. 43 Pengaturan ulang
dari jaringan yang rusak berat secara hati hati diikuti insersi dari sebuah cetakan
akrilik mencegah stenosis, menyediakan pasien untuk mempertahankan alat
obturator tetap terpasang untuk kurang lebih 6 bulan.
Stenosis paling baik diobati melalui cangkok ketebalan penuh secara hati
hati yang diaplikasikan di atas cetakan akrilik, menyediakan resipien kumpulan
vascular yang baik yang bisa dipersiapkan.Kadang kadang, multipel Z-plasties
dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan anyaman dari lubang, dan pada saat itu
flap lokal dibutuhkan untuk menggariskan kanalis dan melepas kontraktur.
Rim Heliks
Kehilangan rim heliks yang didapat dapat bervariasi dari defek kecil
hingga besar.45 Penyebab utama, biasanya dihasilkan dari eksisi tumor atau trauma
minor, paling baik ditutup dengan melanjutkan heliks dari kedua arah, seperti
yang dideskripsikan oleh Antia dan Buch.44 Kesuksesan dari teknik menarik ini
bergantung pertama pada pembebasan seluruh heliks dari scapha melalui insisi di
dalam sulkus helikalis yang meluas melalui kartilago tetapi tidak melalui kulit pda
permukaan belakang telinga.Kedua, kulit aurikular posteromedial dikikis,
melakukan disseksi heliks hanya superfisial ke arah perikondrium sampai seluruh
heliks menggantung sebagai komponen kondrokutaneus dari kulit yang mudah
digerakkan (Gambar 13A).Panjang ekstra dapat diperoleh melalui pendekatan V-Y
dari krus heliks (Gambar 13B), dan mengejutkan defek luas dapat ditutup tanpa
adanya tegangan (Gambar 12F, G).
Walaupun awalnya dijelaskan untuk defek sepertiga atas aurikular

44

(Gambar 13A, B), teknik ini bahkan lebih efektif untuk defek sepertiga tengah

(Gambar 12E, G), dan sama aplikatifnya untuk memperbaiki daun telinga yang
hilang (Gambar 14E-H).
Rekonstruksi dari defek heliks besar membutuhkan prosedur lebih
mutakhir yang membentuk rim yang hilang menggunakan cangkok kartilago
aurikular yang ditutupi oleh flap yang berdekatan, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya (Gambar 11). Walaupun perkembangan dari flap jaringan lunak lokal
telah digunakan untuk menyediakan kontur heliks, flap ini sering menderita hasil
jangka panjang yang mengecewakan apabila tidak ada fondasi dari akrtilago yang
digabungkan dalam perbaikan.
Metode mutakhir lainnya dari rekonstruksi heliks adalah penggunaan
selang berkaliber tipis, yang dapat secara sukses membuat rim heliks yang
realistis dan baik ketika teknik yang teliti dimanfaatkan di dalam sambungan
dengan pemilihan kasus selektif (Gambar 15). Luka bakar kecil sering
menghancurkan rim heliks namun tetap meninggalkan kulit sulkus aurikulosefalik
utuh, dan menyedian tempat terbaik untuk konstruksi saluran, 46 dan meminimalisir
migrasi selang, risiko kegagalan, dan deformitas sekunder.
Defek Aurikula Sepertiga Atas
Defek sepertiga dapat direkonstruksi melalui 5 metode utama. Biasnaya,
kehilangan minor dapat dibungkus ke dalam rim dan diperbaiki baik melalui
pengembangan heliks, seperti penjelasan sebelumnya (Gambar 13A, B), atau
melalui flap preaurikular dengan akses mudah dan dipersiapkan (Gambar 13C, D).
Kehilangan sebagian dari sepertiga atas diperbaiki dengan flap banner, seperti
yang dijelaskan oleh Crikelair.47 Flap ini, berdasarkan posisi anterior superior di
dalam sulkus aurikulosefalik (Gambar 13E, F), dipakai di dalam sambungan
dengan cangkok kartilago kecil untuk memastikan hasil jangka panjang yang baik.
Kehilangan banyak di dalam sepertiga atas kebanyakan secara sukses
direkonstruksi dengan cangkok kartilago konkal kontralateral, seperti yang telah
dijelaskan pada 1995 oleh Adams (Gambar 10).26 Ketika memanfaatkan teknik
ini, sangat penting bahwa cangkok kartilago dipermanenkan ke sisa sisa

kartilaginosa dari akar heliks melalui penjahitan yang diletakkan melalui insisi
kecil pada titik ini. Langkah ini mencegah cangkok kartilago dari pergeseran:
dan memastikan kontinuitas heliks.
Apabila kulit yang ada tidak menarik untuk teknik di atas, seluruh konka
dapat diputar ke atas sebagai flap komposit kondrokutaneus pada pedikulus
anterior kecil dari krus heliks, seperti dijelaskan sebelumnya. 48 Secara teknik, hal
itu merupakan prosedur yang dibutuhkan dan terhambat pada individual segera
apabila terdapat konka yang besar (Gambar 13G, H)
Defek Aurikula Sepertiga Tengah
Defek aurikula sepertiga tengah banyak biasanya diperbaiki dengan
cangkok kartilago yang dapat melalui baik memasukkan melalui prosedur saluran
Converse,9 atau ditutupi dengan flap kulit berdekatan (Gambar 11). Biasanya,
kondisi mempengaruhi cangkok komposit yang khusus disiapkan, seperti
dijelaskan sebelumnya (Gambar 12). Tumor aurikula sepertiga tengah dapat
dieksisi dan ditutup baik dengan reseksi baju dengan aksesoris segitiga (Gambar
12H) atau pengembangan heliks, seperti dijelaskan sebelumnya (Gambar 12E-G)
Defek Aurikula Sepertiga Bawah
Kehilangan sepertiga bawah yang mencakup lebih dibandingkan jaringan
daun telinga merupakan tantangan kompleks khusus dan harus termasuk cangkok
kartilago untuk penyediaan fondasi. Preaux telah menjelaskan sebuah teknik
impresif untuk memperbaiki defek sepertiga bawah melalui flap ganda superior
itu sendiri. Pada pengalaman penulis, bagaimanapun juga, kontur dan fondasi
yang dibuat dan diatur dengan risiko rendah melalui secara primer memasukkan
cangkok kartilago konkal kontralateral subkutan di dalam tempat rekonstruksi
yang diinginkan.29
Deformitas Daun Telinga Didapat
Celah traumatik dan keloid yang dihasilkan dari tindik telinga merupakan
defek didapat yang sering terjadi pada daun telinga.Celah daun telinga, biasanya

disebabkan oleh ekstraksi dramatic dari anting - anting, dapat diperbaiki melalui
cara flap sambungan milik Pardue, yang dapat digulung ke dalam puncak dari baji
perbaikan, kemudian mengatur jalur sepanjang kulit. Terakhir diperbolehkan
penggunaan anting anting lebih lanjut (Gambar 16).Hal ini lebih mudah, namun,
untuk memperbaik robekan dan memperbaiki telinga beberapa minggu kemudian.
Kejadian lain yang sering setiap hari adalah keloid daun telinga, yang telah
diobati sebelumnya, dengan derajat kesuksesan bervariasi, melalui injeksi steroid
dan radiasi. Karena didapatkan bukti kuat bahwa tekanan memainkan peran
penting dalam terapi keloid, tekanan ringan pada alat anting anting mungkin
dapat menjadi percobaan yang patut dicoba dalam mengurangi kekambuhan paska
eksisi dari keloid daun telingan..
Teknik efektif untuk rekonstruksi actual dari lobus telinga telah
dijelaskan.49,50 Sebelum menjalani teknik teknik tersebut, disarankan untuk
secara hati hati menilai sisa jaringan lokal dan mengaplikasikan perbaikan
sederhana (Gambar 14A,D) atau mengerjalan prinsip pengembangan heliks jadi
untuk menggerakkan jaringan yang ada ke bawah (Gambar 14A-H)

Anda mungkin juga menyukai