Anda di halaman 1dari 7

MODUL 10

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (3 SKS)


SYLVIA INDRIANY
POKOK BAHASAN :

GALIAN DAN TIMBUNAN


MATERI KULIAH :
Pendahuluan, aspek yang perlu
perhitungan volume, mass diagram.
10.1.

diperhatikan,perhitungan

luas

penampang,

PENDAHULUAN

Pekerjaan galian timbunan dilakukan apabila alinyemen vertikal dan horisontal dan
penomoran stasion telah pasti.
Paling sederhana pada pekerjaan galian dan timbunan adalah apabila jumlah bahan
untuk penimbunan diambil seluruhnya dari daerah galian, pada jalur proyek yang
sama, tanpa kekurangan atau kelbihan atau dibuang walau pengaruh kembang susut
sudah diperhitungkan. Penentuan titik-titik perlu ditentukan sebagai titik imbang yang
menentukan antara daerah galian dan timbunan. Namun kadangkala jenis tanah ikut
dipertimbangkan dalam menentukan penggunaannya sebagai timbunan.
10.2.

FAKTOR KEMBANG SUSUT

Pengertian faktor kembang susut pada tanah, dapat dijelaskan dengan ilustrasi
berikut(Ditjen BM, 1997). Misal suatu tanah galian di tempat sumber asal kita sebut
Vo, kemudian tanah tersebut diangkut dan ditumpuk dengan jumlah yang sama ke
tempat penimbunan dengan volume V1. Dapat kita ketahui bahwa V1 > Vo, karena
pengaruh faktor kembang tanah yaitu f1 = V1/Vo seperti tabel berikut ini untuk
setiap jenis tanah.
Tabel 1. faktor kembang tanah
Jenis Bahan
Pasir bersih atau kerikil
Top soil
Kepasiran, kelempungan
Tanah biasa baik
Lempung dengan pasir dan kerikil
Lempung lepas dan bersinar
Lempung kering, bergumpal dan kasar dengan batu
Batu lunak
Batu keras

Faktor kembang
1,05% -1,5%
1,1% -1,25%
1,1% -1,35%
1,2% -1,45%
1,25% -1,55%
1,3% -1,6%
1,35% -1,7%
1,4% -1,85%
1,5% -2,0%

Selanjutnya bahan dipadatkan pada suatu tempat timbunan, sehingga volumenya


menjadi V2, dengan ketentuan bahwa V2< V1. Hal ini karena pengaruh faktor susut

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

tanah atau f2 = V2/V1. Kemudian kita dapat tentukan faktor hasil yaitu f3 = V2/Vo ,
seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2. Faktor hasil
Bahan

Faktor hasil
(kepadatan 95% kepadatan kering AASHO
180)
0,8 0,9
0,8 0,9
0,85 0,95
1,10 1,20

Pasir
Laterit
Pasir kelempungan
Batu pecah (berasal dari batu
keras)
Faktor hasil dapat ditentukan ketika mulai bekerja dengan jalan membagi volume
bahan setelah pemadatan dengan volume yang sudah ditentukan dalam jumlah yang
sama di tempat sumber.
Faktor hasil, akan dipakai untuk mengkoreksi hasil volume yang kita dapat dari
gambar profil, pada saat menghitung mass diagram. Pada literatur yang lain
(H.Saodang,2004), koreksi dilakukan dengan menambahkan 15% penyusutan
terhadap volume timbunan teoritis.
10.3.

PERHITUNGAN PENAMPANG TANAH

Metode untuk menentukan luas penampang galian/timbunan pada setiap stasion


dapat dilakukan dengan memperhatikan bentuk penampang pada stasion tersebut.
Ada 2 kategori seperti dibawah ini :
1. Untuk penampang yang tidak beraturan, luas penampang dicari dengan
menggunakan alat planimeter, atau secara sederhana dengan menggambar
menurut skala tertentu pada kertas milimeter kemudian menghitung jumlah kotak
yang masuk area penampang.

B\

2. Untuk penampang yang beraturan, gunakan rumus planimetri

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Dalam bentuk trase jalan di daerah timbunan dapat dilihat pada penampang berikut:

10.4.

PERHITUNGAN VOLUME TANAH

Perhitungan volume tanah antara dua stasion dilakukan dengan metoda luas ujung
rangkap, yaitu dengan mengambil rata-rata luas dua ujung penampang dan
mengalikan dengan jarak kedua stasion. Perhatikan rumus berikut:
Volume = A1 + A2 x jarak A1-A2
2
Perhitungan tersebut dilakukan pada semua titik stasion yang ada pada rancangan
trase jalan seperti timbunan berikut :
A1

A2

D1

A3

D2

A4

D3

A5

D4

Volume = (A1+A2) .D1 + (A2+A3). D2 + (A3+A4). D3 + (A4+A5) . D4


2
2
2
2
atau
Volume = A1.D1 + (D1+D2). A2 + (D2+D3). A3 + (D3+D4) . A4 + A5. .D4
2
2
2
2
2

10.5.

DIAGRAM MASSA

Selanjutnya bila volume antar stasion telah diketahui, dapat dibuat suatu

Mass

diagram yang merupakan kurva untuk menggambarkan pemindahan tanah (haul),


pada suatu penampang melintang, diatas atau di bawah profil jalan, mulai dari suatu
stasion tertentu sampai stasion berikutnya, sebagaimana gambar dibawah.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Pada absis ditempatkan posisi stasion, dan pada ordinat adalah volume tanah. Skala
absis diagram massa, sama dengan skala 4ertical4l profil memanjang jalan. Gambar
dibawah (Hamirhan Saodang, 2004) dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ordinat pada tiap titik diagram massa menyatakan jumlah galian/timbunan

Lengkung o-a-b (gambar profil) adalah galian, diindikasikan sebagai lengkung


naik O-A-B (pada diagram massa).

Lengkung b-c-d-e adalah timbunan dan merupakan lengkung turun B-C-D-E


pada diagram massa.

Titik b, adalah peralihan daroi galian ke timbunan, dan merupakan puncak


lengkung pada digram massa (B); sebaliknya titik e adalah peralihan dari
timbunan ke galian dan berkorelasi dengan titik terendah E pada diagram massa.
Bila kita perhatikan maka posisi titik b dan e adalah pada kedudukan garis
kelandaian

Perbedaan tinggi antara dua posisi garis 4ertical pada diagram massa (misalnya
FF-GG) adalah jumlah volume tanah yang dipindahkan.

Antara 2 stasion sembarang, seperti X - C pada diagram massa merupakan


garis keseimbangan (balance line), yaitu galian dan tibunan pada gambar profil
akan memberikan harga yang sama.

Pada lengkungan cembung pada diagram, menunjukkan haul maju pada profil
dan lengkungan cekung merupakan haul mundur

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

10.6.

CONTOH SOAL

Terdapat gambar potongan melintang dari suatu timbunan seperti berikut ini.

PENYELESAIAN:

Luas A dapat dihitung sebagai :


Luas A 1 = luas seluruh(trapezium) luas segitiga

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

= Luas (CDST+DSQE+RQOF+FOMG+GMKH+HKI) luas


(CTSR+RSQP+PQON+NOML+LMKJ+JKI)
= Luas (CDST+DSQQ+RQOF+FOMG+GMKH+HKI) luas (CTI)
Tapan yang perlu dilakukan adalah :

Tentukan semua elevasi dan panjang yang diperlukan

Titik G = elev. F (2% x 3,5)


= 279,5 0,007
= 279,43

Titik H = elev. G (4% x2,0)


= 279,43 0,08
= 279,35

Titik E

Titik D = Titik H

= Titik G

Panjang TS :
Kemiringan lereng 2/3 dan panjang TS = panjang UD,sehingga :
tangen sudut UCD
= UD/UC
3/2
= UD/(279,35 275,30)
UD
= 1,5 x 4,05
= 6,07 m
TS
= 6,07 m
Analog perhitungan TS,
Tangent sudut HIV
= HV/VI
3/2
= HV/(279,35 274,80)
HV
= 1,5 x 4,55
= 6,82 m
IK
= 6,82 m
Menentukan luas masing-masing bagian
Luas CDST

Luas DSQE

Luas EFOQ

= (275,30 274,80) + (279,35 274,80) x 6,07


2
= 0,5 + 4,55 x 6,07
2
= 15,33 m2
= (279,35 274,80) + (279,43 274,80) x 2,00
2
= 4,55+4,03 x 2,00
2
= 9,18 m2
= (279,43 274,80) + (279,5 274,80) x 3,5
2
= 4,68+4,70 x 3,50
2
= 16,45 m2

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Luas FOMG
Luas GMKH
LuasHKI
Luas

= Luas EFOQ
= 16,45 m2
= Luas DSQE
= 9,18 m2
= 4,55 + 6,82 = 17,5 m2
2
= (2,82+2,0+7,00+2,00+6,07) x (275,30 274,80)
2
= 5,97 m2

Luas penampang A1

= (15,33+ 2 x 9,18+2 x16,45+17,5 ) - 5,97


= 78,10 m2
Jika dimisalkan luasan pada sta berikutnya adalah A2 = 80,15 m2 dan jarak antar station
adalah 11,0 m, maka volume dapat dihitung:
V

= 78,10 + 80,15 x 11
2
= 870,375 m3

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Anda mungkin juga menyukai