Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK

POLA PERJALANAN WISATA PROVINSI LAMPUNG

Gambaran singkat inovasi ( Abstrak )


Provinsi Lampung memiliki area daratan (termasuk pulau-pulau) seluas 35.288,35 km2 dan
perairan seluas 16.702,65 km2 dengan berbagai potensi destinasi wisata baik destinasi wisata
alam maubupun wisata buatan. Destinasi wisata di Provinsi Lampung menyebar di berbagai
kabupaten dan kota baik darat maupun laut. Banyaknya potensi wisata yang ada di Provinsi
Lampung akan menarik minat dan memotivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan
wisata. Upaya untuk meningkatkan pelayanan wisatawan yang berkunjung ke Lampung,
terutama menyangkut kebutuhan informasi wisata terus kami siapkan seoptimal mungkin.
Salah satunya adalah dengan merancang Pola Perjalanan sebuah destinasi pariwisata yang
nantinya akan memberikan gambaran potensi pariwisata serta sumber inspirasi kreatif dari
bentuk produk-produk perjalanan, berupa paket perjalanan maupun paket perjalanan wisata.
Pola perjalanan wisata yang dibuat berdasarkan wilayah kabupaten/kota dengan letak
destinasi yang berdekatan dengan perjalanan yang searah. Pola perjalanan wisata terdiri dari
Pola Bandar Lampung, Pola Teluk Lampung, Pola Teluk Kilauan, Pola Lampung Barat, Pola
Lampung Selatan, Pola Kota Agung, Pola Pesisir Barat, Pola Lampung Timur dan Pola
Tulang Bawang. Pola perjalanan wisata dikemas dalam sebuah peta. Peta pola perjalanan
yang tersedia diharapkan dapat membantu menyusun produk paket wisata yang sesuai
sehingga dapat memudahkan para wisatawan lokal dan wisman berkunjung dari destinasi
wisata yang satu ke destinasi yang lain.
1. Analisis Masalah
a. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inisiatif ini?
1)

Banyaknya potensi pariwisata yang tidak dikenal


Provinsi Lampung memiliki 350 objek wisata yang tersebar di 15 kabupaten dan
kota yang terdiri atas taman hiburan umum, peninggalan sejarah, wisata alam dan
tirta, budaya, religi, agro, bahari, dan wisata buatan. Dari jumlah tersebut banyak
potensi pariwisata yang tidak terpublikasikan. Sehingga tidak banyak wisatawan
yang mengunjunginya padahal, objek wisata tersebut sangat bagus. Salah satu
faktornya karena daerah bersangkutan terutama travel agent tidak memiliki pola
perjalanan. Akibat tidak punya pola perjalanan maka banyak potensi wisata
yang terbengkalai.

2)

Belum adanya ketersediaan informasi yang lengkap untuk wisatawan

Informasi memiliki peran yang sangat penting dalam menarik minat wisatawan.
Belum adanya informasi wisata yang lengkap dan menyeluruh tentang pariwisata
di Lampung berdampak pada kurangnya minat masyarakat dalam mengunjungi
objek wisata di Lampung.

3)

Kejenuhan pengalaman berwisata


Permasalahan yang juga timbul adalah kejenuhan wisatawan yang datang ke
Lampung karena hanya mengunjungi objek wisata yang sama, untuk itu diperlukan
variasi dan diversifikasi produk wisata daerah. Dengan adanya pola perjalanan
wisata maka diharapkan wisatawan akan memiliki pengalaman perjalanan yang
menyenangkan.

4)

Lama tinggal wisatawan


Saat ini lama tinggal wisawatan yang datang ke Lampung belum optimal karena
kurangnya atraksi wisata dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan. Dibutuhkan
suatu pola perjalanan untuk menahan lama tinggal wisatawan lebih lama sehingga
mereka lebih banyak mengeluarkan uang di Provinsi Lampung dan meningkatkan
PAD.

2. Pendekatan Strategis
a. Siapa saja yang telah mengusulkan ?
Inisiatif diusulkanoleh banyak pihak yang terkait kepariwisataan di Provinsi
Lampung, berikut ini instansi/organisasi yang terlibat dalam pengusulan :
1) Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung
Sebagai poros dari bagian pemerintahan yang mengkafer informasi tentang
kepariwisataan di Provinsi Lampung, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Provinsi Lampung telah menerbikan peta pola perjalanan wisata, buku dan
website beserta dengan informasi diseputaran perjalanan wisata seperti tempat
ibadah, rumah makan, tempat ibadah, pom bensin dll.
2) Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota yang ada Provinsi Lampung membantu


informasi yang terkait dengan perkembangan destinasi wisata yang pada masingmasing kabupaten/kota tersebut.
3) Pelaku Usaha Wisata
Pelaku usaha ataupun pelaku bisnis wisata berkontribusi terhadap informasi apa
saja yang ditawarkan sehingga destinasi wisata yang dimiliki memiliki daya tarik
pengunjung untuk datang ke destinasi wisata tersebut.
4) Asosiasi Pariwisata
Asosiasi Pariwisata seperti ASITA, HPI & PHRI bersinergi untuk memenuhi
kebutuhan para wisatawan seperti menawarkan paket wisata sesuai dengan pola
perjalanan wisata, memberikan pendampingan selama melakukan kunjungan, dan
aktif memberikan informasi tentang destinasi, travel, hotel dan lain-lain.
b. Bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah tersebut?
Dengan informasi pola perjalanan wisata yang disajikan berupa buku dan media
online yang telah diterbitkan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, akan
memberikan solusi atas keterbatasan informasi wisata yang ada di Provinsi Lampung
kepada wisatawan lokal ataupun wisman yang ingin mengunjungi destinasi wisata di
Provinsi Lampung. Pola perjalanan wisata akan mempermudah para wisatawan untuk
menentukan distinasi mana yang akan dikunjungi. Informasi pola perjalanan wisata
yang diberikan bukan hanya destinasi wisata tetapi tempat penginapan, kuliner,
tempat ibadah dll.
c. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif ?
Hal yang menjadikan inisiatif pola perjalanan wisata kreatif dan inovatif adalah
informasi penyebarannya melalui media online yaitu website dan media cetak
berbentuk buku. Website dianggap inovatif karena informasi dapat mudah diakses
menggunakan handphone, smartphone dll. Informasi cepat tersebar tidak hanya untuk
masyarakat indonesia tetapi wisman yang ingin berkunjung di Provinsi Lampung.

3. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN


a. Bagaimana strategi ini dilaksanakan?
1) Merencanakan desain pola perjalanan wisata
a) Mengumpulkan informasi wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan, yaitu
tentang objek wisata, atraksi wisata, dan fasilitas-fasilitas penunjang (hotel,
restoran, toko souvenir, dll)
b) Melakukan survey obyek wisata sesuai selera pasar yang disesuaikan dengan
trend pasar sehingga pola perjalanan yang dibuat dapat diterima oleh pasar.
c) Mengelompokan atraksi berdasarkan daerah tujuan dan pola yang sesuai
dengan jalur yang akan dilewati sehingga memudahkan cara mencapaian
wisatawan ke daerah tujuan wisata

d) Melakukan survey obyek penunjang sebagai penunjang atraksi wisata yaitu


hotel dan rumah makan yang berada di sekitar atau sepanjangan jalan yang
akan dilewati oleh wisatawan
e) Melakukan survey akses menuju obyek wisata untuk mengetahui layak atau
tidaknya infrastruktur yang akan dilewati oleh wisatawan
f) Menyusun dan membuat pola perjalanan dengan pengemasan yang menarik
sehingga akan menarik minat wisatawan dan memudahkan agen perjalanan
untuk menjual paket wisata Provinsi Lampung
2) Mempublikasikan dan mensosialisasikan pola perjalanan wisata
a) Membuat daftar dan mengadakan sosialisasi stakeholder yang berkepentingan,
yaitu: Dinas Pariwisata di tiap Kabupaten/Kota Provinsi, Tour & Travel, Hotel,
Restoran, dan asosiasi-asosiasi di sektor pariwisata.
b) Mengadakan publikasi di berbagai alat promosi pariwisata (brosur, leaflet,
majalah, website, dll)
3) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan pola perjalanan wisata
Setelah pola perjalanan tersebut dibuat dan dipublikasikan, langkah selanjutnya
yaitu melakukan evaluasi dengan cara melakukan survey kepada wisatawan dan
pelaku usaha untuk mengetahui apakah pola perjalanan tersebut sudah dapat
memenuhi kebutuhan wisatawan atau belum.
b. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?
1) Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai penggagas dan mengakomodir
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Karena pariwisata merupakan
bidang yang multisektor maka dibutuhkan kerjasama berbagai satker di Provinsi
Lampung juga kerjasama dengan Kementerian Pusat. Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Provinsi juga berperan sebagai pihak yang mengawasi dan juga
mengevaluasi.
2) Dinas Pariwisata 15 Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung
Dinas Pariwisata di tiap kabupaten/kota memiliki peranan penting dalam kegiatan
ini karena lebih mengetahui secara detail potensi pariwisata yang akan di
publikasikan serta untuk menilai apakah infrastruktur yang akan dilalui layak atau
tidak.
3) Travel Agent
Travel Agent merupakan ujung tombak penjualan paket pola perjalanan wisata.
Keberadaan mereka sangat penting karena bukan hanya sebagai pihak yang
menjual dan mempublikasikan tetapi juga pihak yang langsung berhadapan
dengan calon wisatawan. Sehingga masukan dan saran mereka sangat dibutuhkan
dalam keberhasilan membuat pola perjalanan wisata
4) Hotel/Akomodasi & Rumah Makan
Objek wisata yang berpotensi tidak akan berkembang jika tidak memiliki fasilitas
penunjang yang dibutuhkan oleh wisatawan. Dalam pembuatan pola perjalanan
wisata tidak hanya menginformasikan objek wisata, tetapi juga ada informasi

mengenai akomodasi dan rumah makan. Hal ini akan menambah nilai jual objek
wisata tersebut
5) Kelompok Sadar Wisata
Kelompok sadar wisata merupakan kelompok binaan yang akan mengedukasi
lingkungan disekitarnya tentang pariwisata. Keberadaan pokdarwis ini juga
berfungsi sebagai salah satu kelompok yang ikut mengawasi. Apakah pola
perjalanan wisata memberi dampak bagi masyarakat baik dampak negatif atau
positif. Selain mengawasi, pokdarwis juga berperan dalam memberikan kesan
yang baik kepada wisatawan
6) Asosiasi-asosiasi Pariwisata (ASITA, PHRI, HPI)
Asosiasi-asosiasi pariwisata harus dilibatkan dalam kegiatan ini. Badan-badan
tersebut merupakan perkumpulan yang mengakomodir seluruh pelaku usaha
pariwisata.
c. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber
daya itu dimobilisasi?
1) Sumber daya manusia
a) Kepala Bidang Destinasi
b) Kasi ODTW
c) Kasi Industri Pariwisata
d) Kasi Pengembangan SDM
e) Kasi Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga
f) Kasubbag Perencanaan
g) Pegawai Pengelola website
h) Seluruh PNS dan PTHL Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi
Lampung
2) Sumber daya pendukung
a) Perangkat komputer
b) Alat Promosi Pariwisata
d. Apa saja output yang paling berhasil ?
1) Jumlah Kunjungan Wisatawan meningkat
2) Lama tinggal wisatawan lebih lama
3) Pemerataan pembangunan pariwisata
4) Tingkat kepuasan wisatawan meningkat
5) Lebih banyak produk wisata yang dikenal oleh masyarakat
e. Sistem apa saja yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi
kegiatan?
Dalam memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan pola perjalanan, Dinas
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung menggunakan model CIPP, Model
CIPP ini bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan,
tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan
program itu sendiri.

Model CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata,
yaitu:
a) Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi
konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
dimilki evaluan. Pertanyaan yang diajukan sebagai berikut :
1)

Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?

2)

Tujuan pengembangan apakah yang belum tercapai oleh program?

3)

Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu masyarakat?

4)

Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai?

b) Input Evaluation (Evaluasi Masukan)


Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil,
apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya. Pertanyaan yang diajukan sebagai berikut :
1) Apakah pola perjalanan yang dibuat berdampak pada kunjungan wisatawan?
2) Bagaimana pengalaman
wisatawan?

wisatawan

setelah

adanya

pola

perjalanan

3) Seberapa tinggi kenaikan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan


setelah adanya pola perjalanan wisata?
c) Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan
prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi,
menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau
arsip prosedur yang telah terjadi. Pertanyaan yang diajukan sebagai berikut :
1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
2) Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggung
menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika
dilanjutkan?
3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara
maksimal?
4) Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program
dan kemungkinan jika program dilanjutkan?

d) Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)


Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi produk untuk membantu membuat
keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang
dilakukan setelah program itu berjalan. Pertanyaan yang diajukan sebagai
berikut :
1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
2) Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara
rincian proses dengan pencapaian tujuan?
3) Dalam hal apakah berbagai kebutuhan wisatawan sudah dapat dipenuhi
selama berwisata?
f. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat
diatasi?
1) Tidak semua infrastruktur memadai
Kendala utama yang dihadapi yaitu tidak semua pola perjalanan wisata memiliki
infrastruktur yang memadai. Ada beberapa jalan yang masih butuh perbaikan.
Solusinya adalah mengajukan proposal perbaikan infrastruktur dengan
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
2) Koordinasi yang belum maksimal
Belum adanya koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan merupakan
salah satu kendala yang menghambat kegiatan ini. Solusinya adalah lebih sering
mengadakan pertemuan dan dengar pendapat dengan pihak terkait. Saat ini juga
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung telah menandatangani
Mou dengan asosiasi-asosiasi pariwisata. Diharapkan dengan adanya Mou
tersebut maka kerjasama yang terjalin dapat lebih baik
3) Penyebaran informasi yang belum optimal
Keterbatasan dana promosi merupakan salah satu kendala dalam
mempublikasikan pola perjalanan wisata. Solusinya adalah berinovasi dan
mencari cara yang kreatif dalam menyebarkan informasi pola perjalanan
pariwisata sehingga dapat efisien dan efektif. Selain itu penggunaan media sosial
juga harus lebih dimaksimalkan mengingat pengguna internet di Indonesia
meningkat setiap tahunnya.

4. DAMPAK DAN KEBERLANJUTAN


a. Apa saja manfaat utama yang dilaksanakan inisiatif ini?
Dampak dari inisiatif ini adalah sebagai berikut :
1) Pola perjalanan wisata memberikan dampak meningkatnya jumlah wisatawan
yang berkunjung pada destinasi wisata Provinsi Lampung. Bila dilihat dari tahun ke
tahun jumlah wisatawan provinsi lampung terus meningkat. Dengan pertumbuhan
tentu hal ini menjadikan sektor pariwisata salah satu sektor penggerak perekonomian.

Pola perjalanan wisata banyak membantu trevel wisata untuk melakukan tour wisata
dengan harga paket yang murah.
2) Lama tinggal wisatawan karena dengan beragamnya destinasi yang ada misalnya
pada pola teluk kilauan, setelah menikmati Snorkeling di Pantai pahawang dapat
dilanjutkan dengan menikmati keindahan lumba-lumba di Teluk Kilauan. Dengan
semakin lamanya wisatawan berkunjung maka dampaknya akan dinikmati masyarakat
seperti penginapan di lokasi wisata, kuliner dan penyedia jasa travel paket wisata jika
wisatawan tersebut menggunakan paket wisata. Untuk pemerintah setempat tentu hal
ini akan berdampak Peningkatan Asli Daerah (PAD).
3) Kejenuhan pengalaman pariwisata yang dirasakan wisatawan yang berkunjung di
destinasi wisata yang ada di Provinsi Lampung tentu akan berubah menjadi kenangan
yang manis dan ingin kembali mengunjungi wisata hal ini dikarenankan dengan pola
perjalanan wiswata yang telah diadopsi beberapa trevel wisata yang ada di provinsi
lampung memberikan harga yang murah ke pada wisatawan untuk berkunjung ke
beberapa destinasi wisata sekaligus.
b. Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi?
Inisiatif ini akan terus berkelanjutan karena sektor pariwisata menjadi salah satu
sektor andalan penggerak perekonomian nasional. Inisiatif ini akan terus diperbaiki
guna meningkatkan jumlah kunjungan wisata baik wisata lokal maupun wisata
mancanegara. Inisiatif pola perjalanan wisata ini merupakan salah satu ide untuk
merangsang pertumbuhan wisatawan dengan cara memberikan informasi mengenai
paket-paket wisata yang
akan dikunjungi dan tentu akan berdampak pada
meningkatkan perekonomian masyarakat seputar destinasi, pelaku usaha dan
organisasi yang bersentuhan langsung dengan kepariwisataan.
Pada saat ini inisiatif ini direplikasi dalam buku dan website. Inisiatif ini dilakukan
secara berkelanjutan akan terus ditingkatkan apakah selain buku dan website dapat di
buatkan aplikasi berbasis android atau yang lainnya sesuai dengan kemajuan teknologi
informasi zaman. Dukungan dari masyarakat, HPI, PHRI, ASITA, pelaku usaha
ataupun organisasi lain diharapkan untuk dapat membantu pemerintah dalah hal ini
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk terus berinovasi demi meningkatkan
kemajuan disektor pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai