Anda di halaman 1dari 22

Kortikosteroid Topikal

Mradipta Arrya M
20060310202

DEFINISI
Kortikosteroid topikal merupakan obat topikal
yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang
luas sebagai anti-inflamasi, anti-alergi, antipruritus, anti-mitotik dan vasokonstriksi.

MEKANISME
Kegunaan kortikosteroid topikal menurut
Sukanto (2004) dalam dermato-terapi dibagi
menjadi 3 mekanisme, yaitu :
1.Vasokonstriksi pembuluh darah dermis bagian
atas sehingga mengurangi eritem pada berbagai
dermatoses. Efek vasokonstriksi juga merintangi
atau mengurangi terbentuknya cairan-peradangan
dan udema setempat.
2.Anti-inflamasi akibat rangsangan mekanis, kimia,
radiasi, reaksi imunologi dan infeksi pada kulit.
3.Antiproliferasi pada lapisan basal, kapiler dan
fibroblas.

Kinerja kortikosteroid topikal sebagai anti-inflamasi,


menurut Guyton dan Hall (1995) melalui 3 tahapan
yaitu :
1.obat-obatan
kortikosteroid
menyebabkan
stabilisasi membran lisosom, sehingga membran
lisosom intraseluler menjadi lebih sulit pecah
daripada keadaan normal. Kemudian enzim-enzim
proteolitik yang dilepaskan oleh lisosom dalam
proses inflamasi jumlahnya sangat berkurang.
2.kortikosteroid menurunkan permeabilitas kapiler,
diduga sebagai efek sekunder
dari penurunan
pelepasan enzim proteolitik. Hal ini mencegah
terjadinya kehilangan plasma ke jaringan.
3.kortikosteroid menurunkan migrasi sel darah putih
ke daerah inflamasi, melalui mekanisme hambatan
pembentukan
prostaglandin
dan
leukotrien
(chemotacting factors).

KLASIFIKASI
Kortikosteroid topikal berdasarkan potensi antiinflamasi dan anti-proliferasi dibagi menjadi
beberapa golongan, mulai dari golongan dengan
potensi lemah, sedang, kuat dan sangat kuat.
United State Pharmacopeial Drug Information for
the
Health
Care
Professional
membagi
kortikosteroid menjadi 4 golongan.

I. Potensi Lemah

Deksametason 0,04-0,1%
Metilprednisolon 0,25-1%
Hidrokortison asetat 0,1-1%

II. Potensi Sedang

Clobetason butyrat ,05%


Desoksimetason 0,05%
Diflucorto lon valerat 0,1%
Hidrokortison butyrat 0,1%
Mometason furoat 0,1%
Triamsinolon asetonid 0,1%

III. Potensi Kuat

Betametason dipropionat 0,05%


Desoksimetason 0,25%
Triamsinolon asetonid 0,5%
Halcinonid 0,025%

IV. Potensi Sangat Kuat

Diflucortolon valerat 0,03%


Clpbetasol propionat 0,05%

Berdasarkan potensi anti-inflamsi dan antimitotiknya, kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7


golongan (Cornell dan Stoughton, cit. Hamzah,
2005), yaitu :
Klasifikasi

Nama Dagang

Nama Generik

Golongan I (Super Poten)

Diprolene
ointment
Diprolene AF
cream
Psorcon ointment
Temovate
ointment
Temovate cream
Ultravate
ointment
Ultravate cream

0.05% betamethasone
dipropionate

0.05% diflorasone diasetat


0.05% clobetasol
propionate

0.05% halobetasol
propionate

Golongan III (Potensi Tinggi)

Golongan
Medium)

IV

Aristocort A
ointment
Cutivate ointment
Cyclocort cream
Cyclocort losion
Diprosone cream
Flurone cream
Lidex E cream
Maxiflor cream
Maxivate losion
Topicort LP cream
Valisone ointment

(Potensi Aristocort
ointment
Cordran ointment
Elocon cream
Elocon losion
Kenalog ointment
Kenalog cream
Synalar ointment
Westcort ointment

0.1%
triamcinolone
acetonide
0.005% fluticasone
propionate
0.1%
amcinonide

0.05% betamethasone
dipropianate
0.05% diflorosone
diacetate
0.05% fluocinonide
0.05% diflorosone
diacetate
0.05% betamethasone
dipropianate
0.05% desoximethasone
0.01% betamethasone
valerate

0.1%
triamcinolone
acetonide
0.5%
flurandrenolide
0.1%
momethasone
furoate

0.1%
triamcinolone
acetonide

0.025% fluocinolone
acetonide
0.2%
hydrocortisone
valerate

Golongan

(Potensi Cordran cream


Cutivate cream
Dermatop cream
Diprosone losion
Kenalog losion
Locoid ointment
Locoid cream
Synalar cream
Tridesilon
ointment
Valisone cream
Westcort cream

0.5%
flurandrenolide
0.05% fluticasone
propionate
0.1%
prednicarbate
0.05% betamethasone
dipropianate
0.1%
triamcinolone
acetonide
0.1%
hydrocortisone
butyrate

0.025% fluocinolone
acetonide
0.05% desonide
0.1%
betamethasone
valerate
0.2%
hydrocortisone
valerate

VI

(Potensi Aclovate ointment


Aclovate cream
Aristocort cream
DesOwen cream
Kenalog cream
Kenalog losion
Locoid solution
Synalar cream
Synalar solution
Tridesilon cream
Valisone losion

0.05% aciomethasone

0.1%
triamcinolone
acetonide
0.05% desonide
0.025% triamcinolone
acetonide

0.1%
hydrocortisone
butyrate
0.01% fluocinolone
acetonide

0.05% desonide
0.1%
betamethasone
valerate

Medium)

Golongan
Medium)

DOSIS
Efektifitas
klinik
kortikosteroid
topikal
selain
tergantung pada jenis kortikosteroid yang dipakai,
juga tergantung pada konsentrasi dan kemampuan
penetrasinya ke dalam epidermis.
Menurut Sukanto (2004) secara garis besar
kemampuan penetrasi dari kortikosteroid ke dalam
epidermis dipengaruhi oleh 4 faktor, antara lain :
1.Tempat pengolesan dengan penetrasi yang kuat
antara lain, kulit skrotum, vulva, dahi, aksila dan kulit
kepala lebih permeabel dibanding kulit lengan,
telapak kaki dan tangan. Penetrasi yang kuat juga
dapat terjadi pada lapisan epidermis yang tipis,
seperti pada orang tua, anak kecil dan bayi. Dan pada
kulit
yang
meradang
dengan
peningkatan
vaskularisasi, penetrasi obat kortikosteroid jadi lebih
kuat.

2. Penambahan
bahan
keratolitik
yang
dapat
melunakkan lapisan tanduk dari epidermis, seperti
asam salsilat 2-3%, Propilen glikol, polietilen glikol
dan gliserol sebagai optimizing vehicle, membantu
pelepasan steroid dari vehikulum dan sebagai
humektan yang menghidrasi lapisan tanduk
sehingga dapat meningkatkan penetrasi.
3. Vehikulum misalnya sediaan ointment, penetrasinya
lebih baik dibandingkan krim dan losio. Fungsi
utama vehikulum ini antara lain:
mengeringkan atau melembabkan lesi kulit.
melarutkan, membawa, menahan serta melepaskan
bahan aktif.
meningkatkan permeabilitas dan penetrasi ke dalam
kulit.

4. Bebat oklusi poli-etilen menyebabkan kenaikan suhu


dan hidrasi epidermis, sehingga meningkatkan
penetrasi obat ke jaringan kulit.

INDIKASI
Indikasi kortikosteroid topikal di bidang
dermatologi menurut United States Pharmacopeial
Drug Information for Health Care Profesional adalah
:Potensi rendah
Gigitan serangga
Luka bakar
sampai medium

Potensi medium
sampai kuat

Dermatitis atopik (kontak)


Disidrosis
Intertrigo
Diskoid lupus
eritematosus
Pruritus anogenital
(senilis)

Xerosis pada fase


inflamasi
Eksema
Liken planus
Otitis eksterna (alergi)
Psoriasis

Dermatitis eksfoliatif/num
ular
Granulom anulare
Liken planus
Nekrobiasis lipoidika
Diabetikum
Pemfigus
Psoriasis

Alopesia areata
Keloid
Liken striatus
Pemfigoid
Pitiriasis rosea
Sarkoidosis
Lupus eritrematosus

Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid


ialah, psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis
kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis
sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis
stasis,
dermatitis
venenata,
dermatitis
intertriginosa dan dermatitis solaris.
Dermatitis yang kurang responsif ialah, lupus
eritematosus diskoid, psoriasis di telapak tangan
dan kaki, granuloma anulare, sarkoidosis, liken
planus, pemfigoid, eksantema fikstum.
Dermatitis yang responsif dengan kortikosteroid
intralesi ialah keloid, jaringan parut hipertrofik,
alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis,
morfea, dermatitis dengan likenifikasi, liken
amiloidosis.

EFEK SAMPING
Efek samping pemakaian kortikosteroid topikal sejajar
dengan potensinya, secara garis besar menurut
Sukanto (2004), dibagi menjadi :
1.Efek terhadap epidermis :
Penipisan epidermis, akibat penurunan aktivitas
proliferasi epidermis. Hambatan melanosit sehingga
terjadi hipopigmentasi (vitiligo like condition).
Efek terhadap dermis :
Berupa penurunan sintesa kolagen dan pengurangan
jaringan ikat sehingga terbentuk striae, memudahkan
perdarahan kapiler di kulit, berupa purpura dan
ekimosis.
Efek vaskular :
Berupa vasodilatasi diikuti efek rebound berupa
vasodilatasi, edema, inflamasi dan pustulasi.

Secara klinis, efek samping pemakaian


kortikosteroid topikal menurut Sukanto (2004)
dapat berupa:
a.Atrofi
b.Dermatitis perioral
c.Rosasea
d.Dermatitis kontak alergika
e.Infeksi
f.Gangguan penyembuhan luka
g.Hipertrikosis
h.Takifilaksis

Atrofi
Kerusakan kulit akibat kortikosteroid topikal
disebabkan oleh khasiat antimitosis yang kuat dan
akibat penyempitan pembuluh darah setempat,
sehingga menyebabkan penurunan sintesa kolagen,
perubahan jaringan ikat dan jaringan penyangga
pembuluh darah, kemudian menyebabkan atrofi
epidermis,
teleangiaktasis,
purpura,
striae,
hambatan penyembuhan luka. Dan pada kulit yang
atrofi, penetrasi obat kortikosteroid makin kuat,
kemudian menambah kerusakan kulit.
Atrofi kulit ini menyebabkan, epidermis tipis
seperti kertas (tissue paper appearance) purpura,
ekimosis, teleangiektasis dan striae, akibat
hilangnya jaringan ikat dan atrofi jaringan lemak di
bawah kulit.

Dermatitis perioral
Dermatitis perioral merupakan papillae
eczematous dengan skuama sekitar bibir yang
gatal dan panas, terutama akibat pemakaian
kortikosteroid potensi kuat, patogenesisnya belum
diketahui secara pasti, infeksi sekunder Candida
albicans akan memperberat penyakitnya.
Rosasea
Berupa lesi eritematus di muka yang menetap
disertai atrofi, teleangiektasis, papel dan pustule
akibat pemakaian kortikosteroid kuat topikal dalam
waktu yang lama. Penetrasi dari pemakaian
kortikosteroid topikal pada daerah muka atau
kepala akan meningkat akibat adanya folikel
kelenjar sebasea, sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya efek samping ini.

Dermatitis kontak alergika


Dermatitis kontak alergika akibat pemberian
kortikosteroid topikal dapat disebabkan oleh
kortikosteroid
sendiri
atau
oleh
bahan
pembawanya. Tidak jarang terjadi reaksi silang di
antara preparat kortikosteroid tersebut karena
persamaan dasar dari strukturnya, misalnya
betametason
valerat
dengan
hidrokortison,
triamsinolon dengan halsinonid dan flusinonid. Uji
tempel dengan bahan yang dicurigai dapat
membantu menentukan penyebab, umumnya
digunakan tixocortol pivalate 1% di dalam vaselin
dan budesonide 1% dalam ethanol, dapat
mendeteksi alergi terhadap kortikosteroid topikal
sampai 90%.

Infeksi
Pemakaian
kortikosteroid
topikal
memudahkan
timbulnya infeksi bakteri, jamur dan virus disebabkan
karena mekanisme pertahanan tubuh setempat
menurun, pemberian kortikosteroid topikal pada
infeksi jamur kulit menyebabkan gambaran klinis
tidak jelas, sehingga menyukarkan diagnosis disebut
Tinea Incognito. Pemakaian sediaan kombinasi
kortikosteroid dan antibiotik sebaiknya hanya
digunakan dalam jumlah sedikit dan waktu singkat.
Gangguan penyembuhan luka
Pemakaian kortikosteroid topikal dapat menghambat
penyembuhan luka yang sudah ada, karena khasiat
anti-inflamasinya
melalui
efek
vasokonstriksi
pembuluh darah kecil, menghambat ekstravasasi
leukosit dan eksudasi plasma. Penurunan jumlah
leukosit ini, menyebabkan berkurangnya reaktivitas
jaringan
ikat
dan
terjadi
hambatan
pada
pembentukan fibroblas dan granulasi.

Hipertrikosis
Pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang
terutama
yang
berpotensi
kuat,
merangsang
pertumbuhan rambut setempat sehingga terbentuk
hipertrikosis lokalisata. Hal ini karena efek androgenik
dari kortikosteroid, sehingga hipertrikosis dapat terjadi
juga pada pemakaian topikal hormon androgen.
Takifilaksis
Pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang
terutama golongan potensi kuat, dapat terjadi efek
takifilaksis, yaitu khasiat obat akan menurun sesudah
dipakai terus-menerus selama 5-9 hari. Khasiat akan
meningkat kembali setelah pemakaian kortikosteroid
berkhasiat kuat tersebut dihentikan sementara.
Sehingga untuk menghindari terjadinya takifilaksis dan
mendapatkan hasil pengobatan optimal, maka pada
pemakaian kortikosteroid potensi kuat jangka panjang,
sesudah hari pemakaian harus diselingi dengan
golongan kortikosteroid yang lebih lemah beberapa hari.

KONTRA INDIKASI
Penderita hipersensitif terhadap kortikosteroid
dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi,
rosasea, acne drugs eruption dan dermatitis
perioral. Tidak diindikasikan untuk pengobatan lesi
kulit karena infeksi jamur, virus, skabies, ulkus,
pruritus genital dan perianal.

PUSTAKA
Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 1995, Efek Antiinflamasi Kortisol,
Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, 9th ed, EGC, Jakarta: 1212
1213.
Hamzah, M., 2005, Dermato-Terapi, dalam
Djuanda, A.,
Hamzah, M. dan Aisah, S. (eds),
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 4th ed, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 344 347.
Sukanto,
H.,
2004,
Penggunaan
Klinis
Kortikosteroid Topikal
Secara Umum,
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK
UNAIR,
http://www.dexamedica.com/test/htdocs/dexamedica/
article_files/penggunaklin.pdf

Anda mungkin juga menyukai