Anda di halaman 1dari 178

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB AL-BARZANJI NATSR


SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu pendidikan Islam

Oleh:
FAIZAH
NIM:123911414
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
PERNYATAAN KEASLIAN
i

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: Faizah

NIM

: 123911414

Program Studi : Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah karya saya


sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 13 Nopember 2015


Saya yang menyatakan,

Faizah
NIM. 123911414

ii

KEMENTRIAN AGAMA R.I.


PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI S.1
BAGI GURU MI DAN PAI DISEKOLAH
MELALUI DUAL MODE SYSTEM (DMS) UIN
WALISONGO DI FTIK UNISNU JEPARA
Jl. Prof. Dr.Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah Skripsi dengan :
Judul
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM KITAB AL-BARZANJI NATSR
Nama
: Faizah
NIM
: 123911414
Program studi : PGMI
Telah diujikan dalam sidang dalam siding Munaqosyah oleh
dewan penguji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana dalam ilmu pendidikan islam.

Semarang, 21 Nopember 2015


Sekretaris,

Ketua,
Drs.H.Akhirin,M.Ag

Drs.Abdul Rozaq,M.Ag

Penguji I

Penguji II

Drs.H.Mahalli,M.Pd

H.Nur Khoiri,M.Ag
Pembimbing,

Drs.H.Akhirin,M.Ag
iii

MOTTO

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya


aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak." 1 (HR. Ahmad dan
Baihaqi).

Imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Juz II, (Beirut: Dar alKutub alIlmiyah, t.t), hlm.504
iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta (Rohimahullah).


2. Suami dan anak-anakku tercinta.
3. Kakak dan adikku tersayang.
4. Rekan- rekan mahasiswa program Dual Mode System (DMS) .
5. Segenap insan yang haus akan ilmu pengetahuan.

NOTA PEMBIMBING
Semarang, 13 Nopember 2015
Kepada
Yth.Ketua LPTK / Dekan FITK UIN Walisongo
Di Semarang.
Assalamualikum Wr.Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan ,
arahan dan koreki naskah skripsi dengan:
Judul

: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM


KITAB AL-BARZANJI NATSR

Nama

: Faizah

NIM

: 123911414

Program studi :Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah (GKMI)


Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut dapat diajukan kepada
Ketua LPTK/ dekan FITKUIN Walisongo untuk diujikan dalam siding
Munaqosah.
Wassalamualikum Wr.Wb
Pembimbing,

Drs.H.Akhirin Ali, M.Ag


ABSTRAK
vi

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK


DALAM KITAB AL-BARZANJI NATSR
Faizah
Karya sastra selalu memberikan pesan atau amanah untuk berbuat
baik, dan masyarakat atau pembaca diajak untuk menjunjung tinggi
norma-norma moral. Dengan cara yang berbeda sastra, filsafat dan
agama, dianggap sebagai sarana untuk menumbuhkan jiwa kemanusiaan
yang halus, manusia dan berbudaya. Penulisan skripsi ini menggunakan
jenis penelitian kepustakaan (library research). Oleh karena itu guna
mendapatkan data-data yang dibutuhkan, peneliti menelaah buku-buku
kepustakaan yang relevan dengan judul skripsi ini.
Penelitian sastra yang berobjek bahasa difokuskan pada
penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi; penelitian sastra yang
berobjek isi difokuskan pada nilai-nilai, manfaat atau kegunaan karya
sastra dalam kehidupan manusia; sedangkan penelitian sastra yang
berobjek estetis diarahkan pada kajian keberadaan karya sastra sebagai
karya seni yang mengandung nilai kehidupan.
Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian moral dalam Kitab
Al-Barzanji dengan rumusan masalah (1) Bagaimana diskripsi nilai
Pendidikan Akhlak dalam kitab berzanji natsr, (2) Bagaimanakah
deskripsi nilai-nilai moral individual maupun sosial dalam kitab AlBarzanji natsr. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh
deskripsi tentang representasi nilai-nilai dalam Kitab Al-Barzanji berupa
(1) memperoleh deskripsi nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab berzanji
natsr, (2) memperoleh deskripsi nilai-nilai moral individual maupun
sosial dalam kitab Al-Barzanji natsr.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN


vii

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada


SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI, tertanggal 22 januari 1988 No: 158/1987
dan 0543b/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab

Nama

Huruf Latin

Keterangan

Alif

..

tidak dilambangkan

B'

be

T'

te

'

es titik atas

Jim

je

H'

ha titik di bawah

Kh'

kh

ka dan ha

Dal

de

al

zet titik di atas

R'

er

Zai

zet
viii

Sn

es

Syn

sy

es dan ye

es titik di bawah

Dd

de titik di bawah

T'

te titik di bawah

Z'

zet titik di bawah

'Ayn

koma terbalik (di atas)

Gayn

ge

F'

ef

Qf

qi

Kf

ka

Lm

el

Mm

em

Nn

en

Waw

we
ix

H'

ha

Hamz
ah

apostrof

ye

II. Konsonan rangkap karena tasydd ditulis rangkap:

ditulis

mutaaqqidn

ditulis

iddah

III. T' marbtah di akhir kata.


1. Bila dimatikan, ditulis h:

ditulis

ditulis

hibah
jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata


Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa
Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya,
kecuali dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata
lain, ditulis t:

ditulis
ni'matullh

ditulis
x

zaktul-fitri

IV. Vokal pendek


____ (fathah) ditulis a contoh
ditulis daraba

____(kasrah) ditulis i contoh


ditulis fahima

____(dammah) ditulis u contoh



kutiba

ditulis

V. Vokal panjang:

1. fathah + alif, ditulis (garis di atas)

ditulis

jhiliyyah

2. fathah + alif maqr, ditulis (garis di atas)

ditulis
yas'
3. kasrah + ya mati, ditulis (garis di atas)

ditulis
majd
4. dammah + wau mati, ditulis (dengan garis di atas)

ditulis
furd
VI. Vokal rangkap:
1. fathah + y mati, ditulis ai

ditulis

bainakum

2. fathah + wau mati, ditulis au

ditulis

qaul

xi

VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata,


dipisahkan dengan apostrof.

ditulis

a'antum

ditulis

u'iddat

ditulis

la'in

syakartum
VIII. Kata sandang Alif + Lm
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al
ditulis

ditulis

al-Qur'n
al-Qiys

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf


qamariyah.

ditulis
al-syams

ditulis

al-sam'

IX. Huruf besar


Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai
dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat
ditulis menurut penulisannya

ditulis

furd
xii

zawi al-

ditulis

sunnah

xiii

ahl al-

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam serta menjadi
raja di hari pertimbangan dan pembalasan. Semoga rahmat dan
kesejahteraan selalu dilimpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, nabi dan rasul yang terakhir. Hanya kepada-Mu kami menyembah
dan kami meminta kemudahan segala urusan. Dan kepada-Nya, kekasihMu ya Allah yang Engkau sebut-sebut dalam Al-Quran, kami berburu
Syafaat di dunia ini dan di akhirat kelak dengan lantunan sholawat.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Tinggi, penulisan
skripsi ini dimulai. Tujuannya, hanyalah semata-mata menuntut limpahan
berkah dan kenikmatan-Nya atas apa yang talah penulis peroleh. Hanya
pujian dan rasa syukur yang mendalam atas segala limpahan rizqi, itulah
yang dapat penulis lakukan atas terselesainya penulisan ini. Kemudian
skripsi ini penulis ajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada Program Peningkatan Kualifikasi S.1 bagi
guru MI dan PAI disekolah melalui Dual Mode System (DMS) UIN
Walisongo di FTIK UNISNU Jepara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan
skripsi ini, penulis mengalami kesulitan dan lemah. Oleh karena itu,
penulis membutuhkan banyak bimbingan, bantuan, petunjuk serta
xiv

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, secara pribadi penulis ucapkan
ribuan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof.Dr.H.Muhibbin,

M.Ag

selaku

Rektor

UIN

Walisongo

Semarang.
2. Prof.Dr.H.Muhtarom, HM Selaku Rektor UNISNU Jepara.
3. Dr.H.Sujai, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Walisongo Semarang.
4. Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Imu
keguruan UNISNU Jepara yang telah meluangkan waktu , tenaga
dan fikirannya untuk membimbing dan memberikan petunjuk dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan UIN
Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis sampai selesainya tugas studi.
6. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan UNISNU
Jepara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan penuh
kesabaran dalam mendidik sampai selesainya tugas studi.
7. Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag Selaku Ketua Pelaksana Program
Peningkatan Kualifikasi S.1 bagi guru MI dan PAI melalui Dual
Mode System (DMS) LPTK induk UIN Walisongo Semarang di
xv

LPTK Mitra UNISNU Jepara.


8. Bapak Amin , S.Pd.I Selaku Kepala Sekolah MI Manbaul Ulum
Raguklampitan yang dengan penuh kesabaran telah memberikan
motivasi

kepada penulis

untuk senantiasa

semangat

dalam

menyelesaikan studi ini.


9. Rekan-rekan pendidik peserta Program Peningkatan Kualifikasi S.1
bagi guru MI dan PAI melalui Dual Mode System (DMS) LPTK
induk UIN Walisongo Semarang, terimakasih atas dukungannya.
10. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah rela terkorbanan
waktunya demi terselesaikannya studi ini.
11. Serta ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak-pihak
yang telah mendukung penyusunan skripsi ini yang kerena
keterbatasan tempat tidak dapat saya sebutkan dengan jelas dalam
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, penulis hanya berusaha atas dasar kelebihan yang sangat
kecil,penuh kesalahan dan khilaf yang telah diberikan Allah berupa akal
fikiran, hari dan juga kesempatan. Kesempurnaan semua milik Allah
SWT, untuk itu kritik dan saran dari pembaca, penulis nanti-nantikan dan
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
xvi

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan mohon maaf atas
segala khilaf serta kekurangan. Penulis berharap skripsi yang jauh dari
sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis,

Faizah

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PENGESAHAN..iv
NOTA PEMBIMBING... v
MOTTO.. vi
PERSEMBAHAN. vii
ABSTRAK.... viii
TRANSLITERASI. ix
KATA PENGANTAR .xiii
DAFTAR ISIxvii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang.. 1
Rumusan Masalah... 10
Tujuan dan Manfaat Penelitian.. 11
Kajian Pustaka. 13
Metode Penelitian 15
Sistematika Pembahasan..... 19

BAB II : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK


A. Nilai-Nilai Pendidikan ... 22
1. Pengertian Nilai dalam Pendidikan... 22
2. Landasan Nilai dalam Pendidikan.. 32
B. Pendidikan Akhlak.. 35
xviii

1. Penegrtian Pendidikan Akhlak... 36


2. Tujuan Pendidikan Akhlak. 44
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak.. 47
4. Signifikansi Pendidikan Akhlak. 49
C. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak.. 53
BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN .... 59
A. Data Umum Tentang al Barzanji.59
1. Pengantar ..... 59
2. Biografi Pengarang.... 69
3. Kitab al Barzanji pada Masa Kini... 72
B. Data Khusus Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak.76
1. Periodesasi Kehidupan Rasulullah Saw dalam
Kitab Al BarzanjiNatsr..... 76
2. Akhlak Nabi dalam Kitab Maulid
Al-Barzanj Natsr ..89
BAB IV : PEMBAHASAN.. 112
A. Nilai Pendidikan Akhlak dan Relevansinya
dengan Kehidupan Modern . 112
B. Nilai Pendidikan Akhlak dalam al Barzanji Natsr.. 118
1. Pemilihan guru dan lingkungan bagi
Peserta Didik...118
2. Kejujuran di dalam penyampaian sesuatu...124
3. Pendidikan yang dicontohkan oleh
Siti Khodijah di dalam mencari
pasangan hidup... 129
C.Nilai Moral Individual dan Sosial dalam
al Baarzanji Natsr. 132
xix

BAB IV : PENUTUP.........156
A. Kesimpulan..... 156
B. Saran... 157
C. Implikasi Penelitian..
159

xx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berjanjinan merupakan kegiatan yang berisikan tentang
pembacaan dan pelafalan tentang syair al-Barzanji, tidak hanya di
negara Indonesia saja bahkan juga di negara Arab Timur Tengah.
Di Indonesia khususnya orang-orang NU, membaca kitab ini dalam
melakukan ritual mauludiyah atau menyambut kelahiran Rasulullah
merupakan tradisi yang senantiasa dijalankan . Selain mauludiyah,
kitab tersebut juga sering dibaca ketika ada hajad anak lahir, hajad
menantu, khitanan, tingkeban, masalah yang sulit terpecahkn dan
musibah yang berlarut-larut. Yang tidak ada maksud lain mohon
berkah Rasulullah akan terkabul semua yang dihajatkan.
Mengusik rasa ingin tahu penulis lebih dalam tentang kitab alBarzanji, sejarah mencatat bahwa kitab al-Barzanji yang dikarang
oleh Jafar Al-Barzanji yang terlahir di daerah Barzinj (kurdistan)
merupakan salah satu karya sastra yang sudah ratusan tahun dipakai
namun belum ada yang menggeser lewat keindahan kalimatkalimat yang disusunnya sampai sekarang. Bagi yang faham bahasa
1

arab, tentu untaian kata-katanya sangat indah dan memukau.


Umumnya, mereka terkesima dengan sifat-sifat Rasulullah yang
memang sulit ditiru, indah, menarik dan mengharukan.
Bagi bangsa Indonesia, peranan ulama timur tengah tidak
dapat dipisahkan dari pembentukan dan pertumbuhan awal
keislaman di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran para
ulama sebagai pemersatu bangsa tidak dapat dihilangkan, begitu
pula perjuangan mereka dalam mengikis bentuk kemusyrikan dari
setiap tradisi kebudayaan yang ada di tanah Nusantara, Perjuangan
ini kemudian dikenal dengan sebutan Wali Songo. Dari Wali
Songo ini kesusteraan Islam tumbuh berkembang.
Karya sastra selalu memberikan pesan atau amanah untuk
berbuat baik, dan masyarakat atau pembaca diajak untuk
menjunjung tinggi norma-norma moral. Dengan cara yang berbeda
sastra, filsafat dan agama, dianggap sebagai sarana untuk
menumbuhkan jiwa kemanusiaan yang halus, manusia dan
berbudaya 2 .
Sebenarnya dalam masyarakat modern kesusastraan dapat
berkembang dengan subur dan nilai-nilainya dapat dirasakan
manfaatnya oleh umum. Kesusastraan sendiri mengandung
2

Djojonegoro, Wardiman, Peningkatan Kualitas SDM Melalui Pendidikan dan


Kebudayaan (Jakarta: Departemen Pendididian dan Kebudayan,1998), hlm.425.
2

potensi-potensi ke arah keluasaan kemanusiaan dan semangat


hidup smesta. Pada karya sastra yang berhasil terkandung ekspresi
total pribagi manusia yang meliputi tingkat-tingkat pengalaman
biologi, sosial, intelektual dan religius.3 Nilai-nilai seperti itu
sebagai observasi yang tajam dari pengarang yang dituangkan
dalam karya sastra. Realitas-realitas dalam simbolisasi karya sastra
dapat memberikan interpretasi baru. Membaca karya sastra
memungkinkan seseorang mendapat masukan tentang manusia
atau masyakatar dan menimbulkan piliran serta motivasi untuk
berbuat seseuatu bagi manusia atau masyarrakat atau masyarakat
itu, dalam diri manusia sebagai pribadi dan anggora masyarakat
timbul kepedulian terhadap apa yang dihadapi masyarakat.
Sastra sendiri memiliki banyak arti antara lain; Bahasa (gaya
bahasa dan seni berbahasa); Karya tulis yang memiliki keagungan,
karakteristik, keaslian, keindahan, dari keartisannya sendi, jika
dibanding dengan karya tulis yang lainya; Kitab yang berhubungan
dengan suatu agama, kitab ilmu pengetahua, dan juga sastra bisa
diartikan sebagai huruf, aksara dan tulisan 4. Susastera sendiri
3

Sastrowowardoyo, Sekilas Soal Sastra Dan Budaya ( Jakarta: Balai Pustaka,


1992), hlm.69.
4

Barry, Yaqob, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual (Surabaya:


3

mengandung arti ilmu pengetahuan tentang segala hal yang


berhubungan dengan seni sastra, seni menciptakan karya sastra 5.
Kesusasteraan bisa dimaksud sejumlah tulisan yang menggunakan
bahasa yang indah dan melahirkan perasaan yang indah.
Sastra adalah salah satu cabang seni manakala seni itu adalah
suatu yang indah yang dapat dikaitkan dengan keindahan mutlak
Allah itu sendiri dengan tujuan menikmati keelokannya ke dalam
pengalaman-pengalaman semasa hidup. Dan juga menanamkan
nilai islam untuk mengkonsruksi identitas dan jatidiri peradaban
itu dapat melalui mediasi penghayatan karya sastra. Sastra
memberikan pengertian yang mendalam tentang tata nilai etis dan
moral manusia dan memberikan interpretasi serta apresiasi
terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan. Sebab kara sastra memang
tidak hanya sekedar untuk dinikmati melainkan perlu juga
dimengerti, dihayati, dan ditafsirkan 6.Karya satra dapat dipandang
sebagai satu cara manusia untuk menata kembali kehidupan lewat
berbagai imajinasi dengan cara yang dirasakan mesra 7.
Target Press ,2003), halm.691. .
5
Yaqob, Kamus, hlm.751.
6

Zainuddin Fananie, Telaah Sastra (Surakarta: Muhammadiyah Universitas


Press,2000 ), hlm.67.
7
Umar Kayam , Apresiasi Kesenian Dan Kehidupan Intelektual Kita (Jakarta:
Tifa
Sastra,1997) hlm.34.
4

Pada umumnya, segala karangan atau karya tulisan yang


menggunakan bahasa yang indah dapat dibagi menjadi dua
golongan:
a)

Prosa atau Nathr Karangan bebas yang tidak terikat dengan


segala peraturan (irama dan rima) 8 .

b) Puisi, Syir atau Nadzom- Karya Sastra yang bahasanya terikat


oleh irama, rima, dan matra serta penyusunan larik dan bait
seperti sajak, pantun, tamthil, ibarat dan sebagainya 9.
Terdapat pengecualian bagi penyair yang nafasnya penuh
dengan syair-syair memuji Allah atau Rasul-Nya, demikian juga
syair-syair yang memuatkan zikrullah dan ajaran-ajaran agama,
maka tidaklah dilarang dan tidak dicela sebegitu keras. Para
sasterawan tidak dilarang sama sekali bahkan dianjurkan agar
mereka menghasilkan karya yang mengandungi nasihat agama,
semangat perjuangan untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan
menghapuskan kemiskinan dalam masyarakat. Rasulullah sendiri
mengucapkan syair serta nyanyian sewaktu menggali parit dalam
peristiwa perang Khandaq (Parit) 10.
8

Yaqob, Kamus, hlm.638.

Yaqob, Kamus, hlm. 647

10
Mubarakpuri, Safiur Rahman. Cahaya di Atas Cahaya (Yogyakarta: Diva
Press,2008), hlm.256.
5

Bergejolaknya karya sastra yang dikaitkan dengan hak asasi


manusia (HAM) menjadi bumerang bagi keindahan sastra itu
sendiri, maka filter sangat diperlukan sebagai pengontrol. Filter
adalah sebagai usaha edukatif terhadap perkembangan sosial
budaya, ekonomi dan politik agar kehidupan lebih konstruktif
berdasarkan atas moral dan etika. Tanpa filter yang tangguh dapat
mengakibatkan pergeseran dan perubahan pola pikir dan perilaku
yang dapat melecehkan nilai agama, budaya, dan norma-norma
yang hidup dalam masyarakat bahkan membahayakan kosmos
kehidupan ini. Sebagai akibatnya, besar kemungkinannya manusia
atau masyarakat akan kehilangan nilai-nilai ekstensial yang luhur
dan lambat laun akan kehilangan kepribadian dan jati dirinya 11.
Sastra sebagai instrumen untuk mencapai pemahaman yang
imajenatif mengenai alam kehidupan sosial keagamaan dan politik
sehingga sastra akan bersikap atau berfungsi kritis, etis, terapis dan
konseptualis. Oleh karena itu karya sastra sastrawan muslim
memiliki peran penting dalam sepanjang sejarah terhadap
pentebaran agama Islam. Paling fundamental untuk diingat bahwa
karya sastra tidak sebatas dakwah dalam artian sempit, tetapi juga
11
Yundiafi, Siti Zahra , Antalogi Puisi Lama Nusantara :Berisi Nasehat
(Jakarta: Yayasan obor Indonesia ,2003 ), hlm.1.

sebagai pengajaran dan fondasi bagi kebudayaan kaum muslim.


Bahkan melalui karya sastralah kesadaran sejarah, penghayatan
tasawuf dan keagamaan ditanamkan secara mendalam dilubuk hati
umat Islam.
Melalui karya sastra pula nilai-nilai etika, moral, dan pandangan
hidup Islam dipribumisasikan dengan basis fundamentalis sosialbudaya masyarakat. Karya sastrawan Syeh Jafar bin Hasan bin
Abd Al-Karim bin As-Sayyid Muhammad bin Abd Ar-Rasul AlBarzanji ibn Abd Ar-Rasul bin Abd As-Sayyid Abd Ar-Rasul bin
Qolandri bin Husain bin Ali Bin Abi Tholib ra berupa kitab AlBerzanji yang memuat hal keagungan Rasulullah sebagai suri
tauladan umat manusia. Peristiwa sejarah Rasulullah itulah yang
ditulis syekh Jafar Al-Barzanji dalam kitab al-Barzanji. Begitu
pula nilai-nilai luhur dari kepribadian Rasulullah menjadikan
renungan bagi para pembaca disetiap bait al-Barzanji. Peristiwa
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi sepenuhnya atas kesengajaan,
karena itu selalu berlangsung menurut suatu perencanaan. Jadi
sejarah selalu bersifat rasional dan empirik. Oleh karena itu, sejarah
adalah persoalan khas manusia. Sejak keberadaannya, manusia
adalah satu-satunya makhluk yang menciptakan sejarahnya. Hal
7

lain terbukti dengan adanya perubahan yang dibuat secara


sistematik dari zaman ke zaman. Dengan sejarahnya, manusia
semakin sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang mampu
mengadakan

perubahan.

Dengan

sejarahnya

pula,

manusia

berusaha mengubah dirinya untuk semakin menjadikan dirinya


sebagai manusia sesuai dengan kodratnya 12.
Tata nilai (value system) , baik yang islami maupun yang bukan
adalah denyut jantung kehidupan masyarakat. Sebab tata nilai
terkait erat dengan pola pikir yang hidup dalam masyrakat,
sehingga erat pula kaitannya dengan kebudayaan itu sendiri. Dalam
perspektif ini, tata nilai yang melandasi gerak dan aktifitas individu
dalam masyarakat ada hubungannya dengan literatur, pola
pendidikan, wejangan-wejangan, ideom-ideom, kitab suci, bukubuku keagamaan, wasiat luhur dan lain sebagainya dipergunakan
oleh masyarakat sebagai rujukan pola berfikir dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari 13.
Langkah yang dilakukan oleh para ulama untuk menghadirkan
moralitas tertentu dalam sebuah spiritualitas telah lama dirintis
12
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media ,2007)
hlm.119-110.
13
M. Amin Abdullah,. Studi Agama (Normativisme atau historitas),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996), hlm.16.

melalui kitab-kitab lama yang bertebaran di Nusantara ini seperti;


kitab talim mutaallim, bulughul maram, ihya ulumiddin dan
Tadzhib at Tadzhib yang memaparkan tentang bagaimana
seseorang harus berakhlak mulia. Ada juga tradisi keagamaan yang
menggunakan

kitab-kitab

tertentu

yang

dikembangkan

di

Indonesia oleh para wali songo ataupun para ulama timur tengah
mencoba menggugah keimanan dan kebiasaan manusia ke derajat
yang lebih baik seperti; acara wayangan, tahlilan, selamatan dan
lain sebagainya.
Diera global seperti sekarang dimana arus informasi dan
budaya tak dapat lagi dibendung , berakibat pada merosotnya
moral generasi sekarang. Kasus-kasus degradasi moral mewabah
dimana-mana , korupsi, kolusi, tindak kriminal sudah menjadi
santapan informsi sehari-hari. Ditambah lagi adanya pemahaman
yang menganggap bidah dan sesat tradisi membaca albarjanji ,
mengusik rasa penasaran penulis tentang kitab ini. Mengaitkan
Kitab al-Barzanji dengan pola disiplin dan pembiasaan yang
berlatar pada suatu komunitas (masyarakat/pemuda NU) dengan
orientasi nilai budaya dan nilai religiusitas anak, dan interaksi
antar mereka pada komunitas serta status identitasnya dengan
kualitasnya dengan kualitas akhlak yang mereka capai menjadi
suatu kajian yang sangat menarik. Mengungkap nilai-nilai yang
9

terkandung dalam kitab a-Barzanji adalah tujuan utama penulis


dalam skripsi ini. Meski demikian, belum ada sepengetahuan
penulis, penelitian yang secara spesifik membahas tentang tema
tersebut dalam wujud artikel, skripsi maupun tesis. Berdasarkan
paparan di atas, penulis menganggap perlu untuk mengkaji secara
lebih dalam tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab alBarzanji natsr.
B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dijelaskan diatas , maka
dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi nilai Pendidikan Akhlak dalam

kitab

berzanji natsr?
2. Bagaimanakah deskripsi nilai-nilai moral individual maupun
sosial dalam kitab Al-Barzanji natsr?
C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah , maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh deskripsi nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab AlBarzanji
2. Memperoleh deskripsi nilai-nilai moral individual/pribadi
dan sosial dalam kitab Al-Barzanji,
10

Adapun

penelitian

atau

pembahasan

terhadap

masalah

tersebut di atas mempunyai maksud agar berguna bagi :


1. Manfaat Akademis
a.

Pengamat Pendidikan Akhlak sebagai masukan yang


berguna, manambah wawasan dan pengetahuan mereka
tentang keterkaitan kitab al-Barzanji dengan pendidikan
akhlak

b.

Penelitian ini ada relevansinya dengan Fakultas Ilmu


Agama Islam khususnya Program Studi Pendidikan Agama
Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah
leteratur/bacaan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
seni sastra kitab al-Barzanji

c.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


positif bagi para akademisi khususnya penulis untuk
mengetahui lebih lanjut tentang keterkaitan seni sastra kitab
Al-Barzanji

dengan

pendidikan

akhlak.

Dengan

ini

diharapkan dapat memperluas khazanah kepustakaan yang


dapat menjadi referensi penelitian penelitian setelahnya.

2. Manfaat Praktis
Memberikan

kontribusi

positif

untuk

dijadikan

pertimbangan khasanah berfikir dan bertindak. Secara khusus


11

penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut:


a.

Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan bagi para


remaja muslim yang cinta akan kegiatan berzanjen.

b.

Dengan penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan


pertimbangan

untuk

membina

dan

mengetahui

perkembangan pendidikan akhlak remaja muslim yang cinta


akan seni al-Barzanji.
c.

Dengan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi


pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

D. Kajian Pustaka
Kitab berzanji terbagi menjadi dua bagian yaitu, dalam
bentuk prosa dan dalam bentuk syair. keduanya bertutur tentang
kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa
kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya
itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi
Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat
manusia.
Sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi
Muhammad Saw. Karya sastra ini dibaca dalam berbagai upacara
12

keagamaan di dunia Islam, termasuk Indonesia, sebagai bagian yang


menonjol

dlam

kehidupan

beragama

tradisional.

Dengan

membacanya dapat ditingkatkan iman dan kecintaan kepada nabi


Muhammad saw dan diperoleh banyak manfaat. Kitab ini memuat
riwayat kehidupan nabi Muhammad saw : silsislah keturunannya,
kehidupannya semasa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga
diangkat menjadi rasul. Al-barzanji juga mengisahkan sifat sifat yang
dimilki nabi SAW dan perjuangannya dalam menyiarkan Islam dan
menggambarkan kepribadiaanya yang agung untuk dijadikan teladan
bagi umat manusia.
Di dalam kitab al-barzanji dilukiskan riwayat hidup nabi
Muhammad saw dengan bahasa yang indah, berbentuk puisi serta
prosa dan kasidah yang sangat menarik perhatian orang yang
membaca /mendengarkan, apalagi yang memahami arti dan
maksudnya.
Kitab al-Barzanji yang merupakan teks sering dihafalkan dan
oleh beberapa ulama indonesia telah dikomentari dalam bahasa jawa,
indonesia dan arab antara lain :
1. Nawawi al-Bantani , Madarij As-Suud Ila Iktisa Al-Burud (jalan
naik untuk dapat memakai kain yang bagus), komentar dalam
bahasa arab dan telah diterbitkan beberapa kali.
13

2. Ahmad Subki Masyhadi, Nur Al-Lail Ad-Daji Wa Miftah Bab AlYasar (cahaya di malam gelap dan kunci pintu kemulyaan),
terjemahan/komentar dalam bahasa jawa, diterbitkan oleh hasan
al-attas pekalongan.
3. Asrori Ahmad, Munyat Al-Martaji Fi Tarjamah Maulid AlBarjanzi (harapan bagi pengharap dalam riwayat hidup nabi
tulisan al-barjanzi), terjemahan/komentar dalam bahasa jawa yang
diterbitkan oleh menara kudus
4. Mundzir Nadzir, al-Qoul al-Munji Ala Maani al-Barjanzi
(ucapan yang menyelamatkan dalam makna-makna al-barjanzi),
terjemahan/komentar bahasa jawa, diterbitkan oleh saad bin
nashir bin mabhan, surabaya
5. M Mizan Asrani Muhammad , Badr ad-Daji fi Tarjamah Maulid
al-Barjanzi (purnama gelap gulita dalam sejarah nabi yang ditulis
al-barjanzi), terjemahan indonesia, penerbit karya utama Surabaya
14

E. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penulisan

skripsi

ini

menggunakan

jenis

penelitian

14
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van
Hoeve, 2001 ) , hlm.199-200.

14

kepustakaan (library research). Oleh karena itu guna mendapatkan


data-data

yang

dibutuhkan,

peneliti

menelaah

buku-buku

kepustakaan yang relevan dengan judul skripsi ini.


Penelitian sastra yang berobjek bahasa difokuskan pada
penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi; penelitian sastra
yang berobjek isi difokuskan pada nilai-nilai, manfaat atau
kegunaan karya sastra dalam kehidupan manusia; sedangkan
penelitian sastra yang berobjek estetis diarahkan pada kajian
keberadaan karya sastra sebagai karya seni yang mengandung
nilai kehidupan.
Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian moral dalam
Kitab Al-Barjanzi dengan rumusan masalah (1) bagaimanakah
deskripsi nilai-nilai moral individual/pribadi berupa perintah
dalam kitab Al-Barjanzi, (2) bagaimanakah deskripsi nilai-nilai
moral sosial berupa perintah dalam kitab Al-Barjanzi. (3)
bagaimana nilai pendidikan dalam kitab berzanji. Penelitian ini
dilakukan
representasi

dengan

tujuan

nilai-nilai

memperoleh

dalam

Kitab

deskripsi

tentang

Al-Barjanzi

berupa

(1)memperoleh deskripsi nilai-nilai moral individual/pribadi dan


sosial dalam kitab Al-Barjanzi, (2) memperoleh deskripsi nilai
pendidikan dalam kitab Al-Barjanzi.

15

2. Sumber Data
Data-data yang berasal dan kepustakaan pada dasarnya dapat
diklasifikasikan ke dalam dua sumber, yaitu sumber primer dan
sekunder.
a.

Data Primer
Data ini merupakan sumber pokok yang diperoleh melalui
kitab yang berjudul Majmuah Maulud Syarafi Al-Anam
yang masih berbahasa arab dan dalam kajian ini penulis
memfokuskan penelitian pada Maulud Barzanji Natsran.

b.

Data Sekunder
Data ini merupakan data penunjang yang dijadikan alat untuk
membantu dalam penelitian, yaitu berupa buku-buku atau
sumber-sumber dari penulis lain yang berbicara tentang karya
sastra barzanji dan juga pendidikan akhlak

3. Tehnik pengumpulan data


Sebagai sebuah library research, studi ini difokuskan pada
penelusuran dan penelaahan literatur sarta bahan pustaka lainnya
yang relevan dengan masaah yang dikaji , meliputi karya sastra
Syeh Jafar Al-Barzanji Bin Husain Bin Abdul Karim. Sedangkan
bahan-bahan tulisan lain yang berkaitan dengan barjanzi sebagai
sumber sekunder. Serta semua tulisan yang berkaitan dengan
16

pendidikan akhlak sebagai sumber pelengkap, yaitu membantu


bahan pelelitian, pembahasan, dan analisis yang komperhensif
dalam penyususnan skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data


Data yag dikehendaki dalam penelitian ini adalah data
kualitatif,. Oleh karena itu dalam menganalisis data tersebut
menggunakan metode content analysis atau dinamakan analisis
data, yaitu teknik apa pun yang dipergunakan untuk menarik
kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan
dikalikan secara objektif dan sistematis

15

. Karena content

analysis merupakan bagian merode penelitan dokumen 16.


Setelah

data

terkumpul,

kemudian

dianalisa

dengan

menggunakan metode deskriptif analisis. Metode analisis yaitu


jalan yang ditempuh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang
diteliti atau cara penanganan terhadap suatu objek ilmiah
15
Noeng Muhajir, Metodologi pendekatan Kualitatif (Yogyakarta: Rake
Sarasin , 1996) , hlm.49.
16
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT
Rosdakarya, 2000), hlm.163.

17

tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu


dengan pengertian yang lain guna sekedar memperoleh
kejelasan mengenai suatu hal. Setelah itu, perlu dilakukan telaah
lebih lanjut guna mengkaji secara sistematis dan objektif. Untuk
mendukung hal itu, maka peneliti mengunakan metode:
1. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah membahas obyek penelitian
secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.
Adapun teknik deskriptif yang digunakan adalah analisa
kualitatif. Dengan analisa ini akan diperoleh gambaran
sistematik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen tersebut
diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau
pola tertentu. Yang akan dicapai dalam analisa ini adalah
menjelaskan pokok-pokok penting dalam sebuah manuskrip.
2. Metode Interpretasi
Metode

Interpretasi

adalah

suatu

upaya

untuk

mengungkapkan atau membuka suatu pesan yang terkandung


dalam teks yang dikaji, menerangkan pemikiran tokoh yang
menjadi obyek penelitian dengan memasukkan faktor luar
yang terkait erat dengan permasalahan yang diteliti.

18

F. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh
sehingga pembaca dapat memahami tentang isi skripsi ini, peneliti
memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis
besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing saling
berkait.
Bab Pertama, Pendahuluan

. Bab ini

merupakan bab

pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah; rumusan


masalah; tujuan dan manfaat penelitian,kajian pustaka, metode
penelitian,sistematika pembahasan.
Bab Kedua, Nilai Pendidikan akhlak dan al Barzanji. Pada bab
ini dibagi menjadi 2 (dua) fokus yaitu mengenai nilai pendidikan
akhlak dan berzanji, jika ditinjau dari berbagai perspektif kajian
maka keduanya memiliki cakupan yang luas. Namun pada kajian
tentang nilai pendidikan mencakup ; pengertian dan landasan nilai
dalam

pendidikan.

Sedangkan

pendidikan

akhlak

meliputi;

pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan signifikansi pendidikan


akhlak. adapun kajian tentang berzanji mencakup tentang biografi
pengarang dan kitab albarzanji masa kini.
Bab Ketiga, Nilai Pendidikan akhlak dalam al Barzanji natsr.
Pada bab ini dijelaskan tentang periodesasi kehidupan Rasulullah
Saw dan juga akhlak nabi dalam kitab maulid albarzanji.
19

Bab keempat, nilai pendidikan akhlak dalam albarzanji natsr.


Dalam bab ini mencakup ; nilai pendidikan akhlak dan relevansinya
dengan kehidupan modern serta nilai pendidikan akhlak dalam
albarzanji natsr.
Bab Kelima, Penutup. Bab ini memuat kesimpulan penulis dari
pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang
sekiranya dianggap penting.

20

BAB II

NILAI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK


Kajian ini pada bab ini dibagi menjadi 2 (dua) fokus yaitu mengenai
nilai pendidikan akhlak dan berzanji, jika ditinjau dari berbagai
perspektif kajian maka keduanya memiliki cakupan yang luas. Namun
pada kajian tentang pendidikan akhlak mencakup ; pengertian dan tujuan,
ruang lingkup, dan signifikansinya. Sedangkan kajian tentang berzanji
mencakup tentang biografi penulis, asbabul wurud dan juga konten kitab
berzanji.
A. Nilai Pendidikan
1. Pengertian Nilai dalam Pendidikan
Nilai merupakan tema baru dalam filsafat: aksiologi, cabang
filsafat yang mempelajarinya muncul pertama kali pada paroh
kedua abad ke-IX 17. Menurut Riseri Frondizi, nilai itu merupakan
kualitas yang tidak tergantung pada benda; benda adalah sesuatu
yang bernilai. Ketidak tergantungan ini mencakup setiap bentuk
empiris , nilai adalah kualitas apriori 18.
17

Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya,


(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 1.
18
Riseri Frondizi, Pengantar, hlm.1.
21

Menurut Langeveld, dalam bahasa sehari-hari, kata barang


sesuatu mempunyai nilai. Barang sesuatu yang dimaksudkan di
sini dapat disebut barang nilai. Dengan demikian, mempunyai
nilai itu adalah soal penghargaan, maka nilai adalah dihargai 19.
Sejalan dengan itu, Juhaya S.Praja dengan singkat mengatakan,
nilai artinya harga. Sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang
karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang
mengatakan bahwa nilai sesuatu benda melekat dan bukan di luar
benda. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa nilai ada diluar
benda 20.
Nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem
kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang
memberi arti (yakni manusia yang meyakini). Sedangkan
pengertian nilai menurut J.R Fraenkel sebagaimana dikutif
Chabib Toha5 adalah a value is an idea a concept about what
some one thinks is important in life

21

. Pengertian ini

menunjukkan bahwa hubungan antara subjek dengan objek


memiliki arti penting dalam kehidupan objek. Sebagai contoh
19

Langeveld, Menuju Kepemikiran Filsafat, (Jakarta; PT.Pembangunan, tth),

hlm. 196.
20

Juhaya S.Praja, Aliran Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Prenada Media,
2003), hlm.59.
21

Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka


Pelajar, 1996), hlm. 60

22

segenggam garam lebih berarti bagi masyarakat Dayak di


pedalaman dari pada segenggam emas. Sebab garam lebih berarti
untuk mempertahankan kehidupan atau mati, sedangkan emas
semata-mata untuk perhiasan. Sedangkan bagi masyarakat kota,
sekarung garam tidak berarti dibandingkan dengan segenggam
emas, sebab emas lebih penting bagi orang kota.
Sidi

Gazalba

sebagaimana

dikutif

Chabib

Toha,

mengartikan nilai sebagai berikut: Nilai adalah sesuatu yang


bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta,
tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian
empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi 22.
Pengertian tersebut menunjukkan adanya hubungan antar
subjek penilaian dengan objek, sehingga adanya perbedaan nilai
antara garam dengan emas. Tuhan itu tidak bernilai bila tidak ada
subjek yang memberi nilai, Tuhan menjadi berarti setelah ada
makhluk yang membutuhkan. Ketika Tuhan sendirian, maka ia
hanya berarti bagi diri-Nya sendiri. Garam menjadi berarti seolah
ada manusia yang membutuhkan rasa asin. Emas menjadi berarti
setelah ada manusia yang mencari perhiasan.
Namun demikian nilai-nilai semata-mata terletak kepada
subjek
22

pemberi

nilai,

tetapi

Chabib Toha, Kapita ,hlm.61.

23

di

dalam

sesuatu

tersebut

mengandung hal yang bersifat esensial yang menjadikan sesuatu


itu bernilai. Tuhan mengandung semata sifat kesempurnaan yang
tiada taranya dari segenap makhluk apapun di jagat raya ini;
garam mengandung zat asin yang dibutuhkan manusia; dan emas
mengandung sesuatu yang tidak akan berkarat. Apabila unsur
yang bersifat esensial ini tidak ada, maka manusia juga tidak akan
memberikan harga terhadap sesuatu tersebut.
Menurut Louis O. Kattsof nilai diartikan sebagai berikut:
1.

Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat


didefinisikan, tetapi kita dapat mengalami dan memahami
secara langsung kualitas yang terdapat dalam objek itu.
Dengan demikian nilai tidak semata-mata subjektif,
melainkan ada tolok ukur yang pasti yang terletak pada
esensi objek itu.

2.

Nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu


objek yang berada dalam kenyataan maupun pikiran dapat
memperoleh nilai jika suatu ketika berhubungan dengan
subjek-subjek yang memiliki kepentingan. Pengertian ini
hampir sama dengan pengertian antara garam dan emas
tersebut di atas.

24

3.

Sesuai dengan pendapat Dewey, nilai adalah sebagai hasil


dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi
kehidupan.

4.

Nilai sebagai esensi nilai adalah hasil ciptaan yang tahu,


nilai sudah ada sejak semula, terdapat dalam setiap
kenyataan namun tidak, bereksistensi, nilai itu bersifat
objektif dan tetap 23 .
Dari pengertian tersebut, menurut Chabib Toha, nilai

merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti


bagi

kehidupan

manusia.

Esensi

belum

berarti

sebelum

dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti adanya esensi karena


adanya manusia yang membutuhkan. Hanya saja kebermaknaan
esensi tersebut semakin meningkat sesuai dengan peningkatan
daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri.
Hakekat kehidupan sosial kemasyarakatan adalah untuk
perdamaian, perdamaian hidup merupakan esensi kehidupan
manusia. Esensi itu tidak hilang walaupun kenyataannya banyak
bangsa yang berperang. Nilai perdamaian semakin tinggi selama
manusia mampu memberikan makna terhadap perdamaian, dan
23

Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono,


(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), hlm.333.

25

nilai perdamaian juga berkembang sesuai dengan daya tangkap


manusia tentang hakekat perdamaian.
Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang
menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai, antara lain:
1.

Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut


Abraham Maslow dapat dikelompokkan menjadi:
a. Nilai biologis
b. Nilai keamanan.
c. Nilai cinta kasih
d. Nilai harga diri
e. Nilai jati diri 24.
Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan. Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni
kebutuhan makan tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta
kasih, harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri.
Apabila kebutuhan dikaitkan dengan tata-nilai agama, akan
menimbulkan penafsiran yang keliru. Apakah untuk
menemukan jati diri sebagai orang muslim dan mukmin
yang baik itu baru dapat terwujud setelah kebutuhan yang
lebih rendah tercukupi lebih dahulu? Misalnya makan
cukup, tidak ada yang merongrong dalam beragama,
24

Chabib Toha, Kapita ,hlm.62-63.

26

dicintai dan dihormati kemudian orang itu baru dapat


beriman dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan
ketaqwaan tidak tergantung pada kondisi ekonomi maupun
sosial budaya, tidak terpengaruh oleh dimensi ruang dan
waktu.
2. Dilihat dari Kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan
mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a. Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi, dan psikomotor.
b. Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi,
motivasi berafiliasi, motivasi berkuasa. 25
c. Pendekatan proses budaya sebagaimana dikemukakan oleh
Abdullah Sigit, nilai dapat dikelompokkan dalam tujuh
jenis yakni:
1) Nilai ilmu pengetahuan
2) Nilai ekonomi
3) Nilai keindahan
4) Nilai politik
5) Nilai keagamaan
6) Nilai kekeluargaan dan
25

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake


Sarasin, 1990),
hlm.133

27

7) Nilai kejasmanian 26.


Pembagian nilai-nilai ini dari segi ruang lingkup hidup
manusia sudah memadai sebab mencakup hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
karena itu nilai ini juga mencakup nilai-nilai ilahiyah (keTuhanan) dan nilai-nilai insaniyah (kemanusiaan).
d. Pembagian nilai didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi
ke dalam (1) nilai-nilai subjektif, (2) nilai-nilai objektif
rasional, dan (3) nilai- nilai objektif metafisik

27

. Nilai

subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek


terhadap objek, hal ini sangat tergantung kepada masingmasing pengalaman subjek tersebut. Nilai subjektif
rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan esensi
dari objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal
sehat. Seperti nilai kemerdekaan, setiap orang memiliki
hak untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai keselamatan
badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.
Sedangkan nilai yang bersifat objektif metafisik yakni

26
27

Noeng Muhadjir, Metodologi , hlm.133


Louis Kattsof, Pengantar, hlm.331.

28

nilai-nilai yang ternyata mampu menyusun kenyataan


objektif, seperti nilai-nilai agama.
e. Nilai bila dilihat dari sumbernya terdapat (1) nilai
illahiyah (ubudiyah dan muamalah), (2) nilai insaniyah.
Nilai ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari agama
(wahyu Allah), sedangkan nilai insaniyah adalah nilai
yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang
diciptakan oleh manusia pula.
f. Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya nilai
dapat dibagi menjadi (1) nilai-nilai universal dan (2) nilainilai lokal

28

. Tidak tentu semua nilai-nilai agama itu

universal, demikian pula ada nilai-nilai insaniyah yang


bersifat universal. Dari segi keberlakuan masanya dapat
dibagi menjadi (1) nilai-nilai abadi, (2) nilai pasang surut
dan (3) nilai temporal 29.
g. Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi
(1) nilai hakiki (root values) dan (2) nilai instrumental

30

Nilai-nilai yang hakiki itu bersifat universal dan abadi,


sedangkan nilai-nilai instrumental dapat bersifat lokal,
pasang-surut, dan temporal. Perbedaan macam-macam
28
29
30

Noeng Muhadjir, Metodologi , hlm. 34


Noeng Muhadjir, Metodologi , hlm. 34
Noeng Muhadjir, Metodologi , hlm. 34

29

nilai ini mengakibatkan menjadikan perbedaan dalam


menentukan tujuan pendidikan nilai, perbedaan strategi
yang

akan dikembangkan

dalam

pendidikan

nilai,

perbedaan metoda dan teknik dalam pendidikan Islam. Di


samping perbedaan nilai tersebut di atas yang ditinjau dari
sudut objek, lapangan, sumber dan kualitas/serta masa
keberlakuannya, nilai dapat berbeda dari segi tata
strukturnya. Tentu hal ini lebih ditentukan dari segi
sumber, sifat dan hakekat nilai itu 31. Nilai sebagai sesuatu
yang ideal, jika dihubungkan dengan nilainilai pendidikan
Islam, maka nilai-nilai pendidikan Islam adalah dapat
dilihat di antaranya dari segi hakikat nilai.
2. Landasan Nilai dalam Pendidikan
Sistem nilai atau sistem moral yang dijadikan kerangka
acuan yang menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan
rohaniah manusia muslim ialah nilai dan moralitas yang diajarkan
oleh agama Islam sebagai wahyu Allah, yang diturunkan kepada
utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad saw.
Nilai dan moralitas Islami adalah bersifat menyeluruh,
bulat dan terpadu, tidak terpecah-pecah menjadi bagian-bagian
yang satu sama lain berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan
31

Chabib toha, Pengantar, hlm. 63-65

30

moralitas itu mengandung aspek normatif (kaidah, pedoman) dan


operatif (menjadi landasan amal perbuatan). Nilai-nilai dalam
Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari segi normatif,
yaitu baik dan buruk, benar dan salah, hak dan batil, diridhai dan
dikutuk oleh Allah SWT. Sedang bila dilihat dari segi operatif,
nilai tersebut mengandung lima pengertian kategori yang menjadi
prinsip standardisasi perilaku manusia, yaitu sebagai berikut 32:
a.

Wajib atau fardu, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat


pahala dan bila ditinggalkan orang akan mendapat siksa
Allah.

b.

Sunat atau mustahab, yaitu bila dikerjakan orang akan


mendapat pahala dan bila ditinggalkan orang tidak akan
disiksa.

c.

Mubah atau jaiz, yaitu bila dikerjakan orang tidak akan


disiksa dan tidak diberi pahala dan bila ditinggalkan tidak
pula disiksa oleh Allah dan juga tidak diberi pahala.

d.

Makruh, yaitu bila dikerjakan orang tidak disiksa, hanya


tidak disukai oleh Allah dan bila ditinggalkan, orang akan
mendapatkan pahala.

32

H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),


hlm. 126

31

e.

Haram, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat siksa dan


bila ditinggalkan orang akan memperoleh pahala.
Kelima nilai kategorial yang operatif di atas berlaku dalam

situasi dan kondisi biasa. Dan bila manusia dalam situasi kondisi
darurat (terpaksa), pemberlakuan nilai-nilai tersebut bisa berubah.
Sebagai contoh pada waktu orang berada dalam situasi dan
kondisi kelaparan karena tidak ada makanan yang halal, maka
orang diperbolehkan memakan makanan yang dalam keadaan
biasa haram, seperti daging babi, anjing, bangkai, dan sebagainya.
Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang
merupakan komponen atau subsistem sebagai berikut.
a. Sistem nilai kultural yang senada dan senapas
dengan Islam.
b. Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme
gerak

yang

berorientasi

kepada

kehidupan

sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.


c. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masingmasing individu yang didorong oleh fungsi-fungsi
psikologisnya untuk berperilaku secara terkontrol
oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya,
yaitu Islam.
32

d. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia)


yang

mengandung

interrelasi

atau

interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah


laku ini timbul karena adanya tuntutan dari
kebutuhan mempertahankan hidup yang banyak
diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam
pribadinya

33

Perlu dijelaskan bahwa apa yang disebut "nilai"


adalah

suatu

pola

normatif

yang

menentukan

tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang


ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa
membedakan fungsifungsi bagian-bagiannya34 .Nilai
lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan
pola

dari

sistem

sosial.

Sedangkan

pengertian

"norma" di sini ialah suatu pola yang menentukan


tingkah laku yang diinginkan bagi suatu bagian
(unit) atau kelompok unit yang beraspek khusus dan
yang
lainnya
33
34
35

membedakan
35

Nilai

dari

adalah

H.M. Arifin, Filsafat, hlm.126.


H.M. Arifin, Filsafat, hlm.127.
H.M. Arifin, Filsafat, hlm.128.

33

tugastugas
sesuatu

kelompok

yang

bersifat

abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan


fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang
menuntut

pembuktian

empirik,

melainkan

soal

penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak


disenangi. Jadi sesuatu yang dianggap bernilai jika
taraf penghayatan seseorang itu telah sampai pada
taraf

kebermaknanaannya

dirinya.

Sehingga

sesuatu

nilai

tersebut

bernilai

bagi

pada
diri

seseorang belum tentu bernilai bagi orang lain. Nilai


itu sangat

penting dalam kehidupan ini, serta

terdapat suatu hubungan yang penting antara


subyek dengan obyek dalam kehidupan ini

36

B. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan dilihat dari istilah bahasa Arab maka pendidikan
mencakup berbagai pengertian, antara lain tarbiyah, tahzib, talim,
ta'dib, siyasat, mawaizh, 'ada ta'awwud dan tadrib. Sedangkan
untuk istilah tarbiyah, tahzib dan ta'dib sering dikonotasikan
36

Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka


Utama, 2001),
hlm. 98.

34

sebagai pendidikan. Ta'lim diartikan pengajaran, siyasat diartikan


siasat, pemerintahan, politik atau pengaturan. Muwa'izh diartikan
pengajaran atau peringan. Ada Ta'awwud diartikan pembiasaan
dan tadrib diartikan pelatihan.
Istilah di atas sering dipergunakn oleh beberapa ilmuwan
sebagaimana Ibn Miskawaih dalam bukunya berjudul tahzibul
akhlak, Ibn Sina memberi judul salah satu bukunya kitab al siyasat,
Ibn al-Jazzar al-Qairawani membuat judul salah satu bukunya
berjudul siyasat al-shibyan wa tadribuhum, dan Burhan al-Islam alZarnuji memberikan judul salah satu karyanya Ta'lim al-Mula'allim
tharik at-ta'alum. Perbedaan itu tidak menjadikan penghalang dan
para ahli sendiri tidak mempersoalkan penggunaan istilah di atas.
Karena, pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu
dalam suatu kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu
proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih baik.37
Secara istilah, tarbiyah, tadib, dan talim memiliki perbedaan
satu sama lain dari segi penekanan, namun apabila ditilik dari segi
unsur kandungannya, terdapat keterkaitan kandungannya yang
37

Afriantoni. Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut


Bediuzzaman Said Nursi ,Tesis (Palembang ; Program pasca sarjana IAIN Raden Fatah,
2007), hlm.32.
35

saling mengikat satu sama lain yakni dalam hal memelihara dan
mendidik anak. Kata tadib, lebih menekankan pada penguasaan
ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan
kemantapan amal dan tingkah laku yang baik. Sedang pada atTarbiyah, difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya dan
tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara
sempurna. Sedangkan kata talim, titik tekannya pada penyampaian
ilmu

pengetahuan

yang

benar,

pemahaman,

pengertian,

tanggungjawab, dan pemahaman anamah kepada anak. Dari


pemaparan ketiga istilah, maka terlihat bahwa proses talim
mempunyai cakupan yang lebih luas dan sifatnya lebih umum
dibanding dengan proses tarbiyah dan tadib
Pendek kata pendidikan telah didefinisikan oleh banyak
kalangan sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari, namun pada
dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu
kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses
penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efesien. 38
Apabila istilah pendidikan ini dikaitkan dengan Islam maka
38

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara


36

para ulama Islam memiliki pandangan yang lebih lengkap


sebagaimana

pandangan

M.Yusuf

Qorhowi

memberikan

pengertian, bahwa;
Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal
dan hatinya; rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya.
Karena itu pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik
dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkan untuk
mengahadapi masyarakat dengan segala kebaikan, dan
kejahatannya, manis dan pahitnya39
Melihat pandangan di atas yang telah diungkapkan oleh
beberapa ilmuwan muslim, maka kita perlu mengkaji kembali
sejarah perkembangan pendidikan Islam pada masa Rasulullah
SAW. Proses penanaman akidah dan pembiasaan perilaku sesuai
dengan ketentuan Islam kepada kaum Quraisy berlangsung secara
bertahap yang membutuhkan kegigihan dan kesabaran. Kegigihan
dan

kesabaran

pembimbingan,

Rasulullah
pemberian

yang
motivasi,

ditransformasikan
penanaman

nilai,

pada
dan

penciptaan kondisi yang lebih baik kemudian dapat merubah


tatanan bangsa arab secara keseluruhan. Menurut hemat penulis apa
yang dilakukan oleh Rasulullah telah masuk dalam wacana
pandidikan di zaman sekarang.
Berkenaan itu al-Attas mengungkapkan bahwa pendidikan
adalah pengenalan dan pengakuan mengenai suatu tempat sesuatu
39

Azyumardi Azra , Jaringan, hlm.5


37

sesuai dengan tatanan penciptaan yang ditanamkan secara progresi


ke dalam diri manusia; proses ganda, pertama melibatkan
masuknya unit-unit makna suatu objek pengetahuan kedalam jiwa
seseorang dan yang kedua melibatkan sampainya jiwa pada unitunit makna tersebut.40. Berkaca pada ulasan di atas dapat
dirumuskan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang secara bertahap
ditanamkan ke dalam manusia.
Akhlak , secara etimologi istilah yang diambil dari bahasa arab
dalam bentuk jamak. Al-Khulq merupakan bentuk mufrod (tunggal)
dari Akhlak yang memiliki arti kebiasaan, perangai, tabiat, budi
pekerti. Tingkah laku yang telah menjadi kebiasan dan timbul dari
dari manusia dengan sengaja. Kata akhlak dalam pengertian ini
disebutkan dalam al-Quran dalam bentuk tunggal. Kata khulq
dalam

firman

Allah

SWT

merupakan

pemberian

kepada

Muhammad sebagai bentuk pengangkatan menjadi Rasul Allah ,


sebagaimana Al-Quran menyebutkan :

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti agung


(QS. Al Qolam/ 68: 4)41
40

Wan Daud, Wan Mohd. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.
Naquib Al-Attas (Bandung: Mizan Media Utama, 2003), hlm. 256.
41
Departemen Agama RI, AlQuranul Karim, (Depok; Sabiq, 2009), hlm.564.
38

Akhlak sering dikaitkan dengan etika dan moral. Etika dan


moral berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti yang sama;
kebiasaan. Sedang budi pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan
kata majemuk dari kata budi dan pekerti. Budi berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti yang sadar, pekerti berasal dari bahasa
Indonesia sendiri yang berarti kelakuan 42. Sedangkan moral berasal
dari bahasa latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan
bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan 43.
Adapun kata etika Menurut Bertens, mengungkapkan bahwa
44

Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos
dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha)
artinya adat kebiasaan.
Di dalam kamus Ensklopedia Pendidikan diterangkan
bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik
buruk. Sedangkan dalam kamus istilah pendidikan dan umum
42
Imam Mujiono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press
Indonesia, 2002) , hlm.25.
43
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak , (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1999), hlm.8.
44
Afriantoni. Prinsip-prinsip , hlm.36.
39

dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan


keluhuran budi 45.
Secara etimologi kedua istilah akhlak dan etika mempunyai
kesamaan makna yaitu kebiasaan dengan baik dan buruk sebagai
nilai kontrol. Selanjutnya Untuk mendapatkan rumusan pengertian
akhlak dan etika dari sudut terminologi, ada beberapa istilah yang
dapat

dikumpulkan.

Imam

Al-Ghazali

dalam

kitab

Ihyaulumiddin, menyatakan bahwa ;


Khuluk yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
lairnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa pertimbangan
dan pemikiran yang mendalam 46.
al-Ghazali berpendapat bahwa adanya perubahan-perubahan
akhlak bagi seseorang adalah bersifat mungkin, misalnya dari sifat
kasar kepada sifat kasian. Disini imam al-Ghazali membenarkan
adanya perubahan-perubahan keadaan terhadap beberapa ciptaan
Allah, kecuali apa yang menjadi ketetapan Allah sepertai langit dan
bintang-bintang. Sedangkan pada keadaan yang lain seperti pada
diri sendiri dapat diadakan kesempurnaannya melalui jalan
pendidikan. Menghilangkan nafsu dan kemarahan dari muka bumi
sungguh tidaklah mungkin namun untuk meminimalisir keduanya
45
46

Asmaran, Pengantar, hlm.6


Imam Mujiono , Ibadah, hlm.86.
40

sungguh menjadi hal yang mungkin dengan jalan menjinakkan


nafsu melalui beberapa latihan rohani 47.
Sementara Ibnu Maskawaih dalam kitab tahdzibul Akhlak
menyatakan bahwa :Khuluk ialah keadaan gerak jiwa yang
mendorong

kearah

melakukan

menghajatkank pemikiran

perbuatan

dengan

tidak

48

. Selanjutnya Ibnu Maskawaih

menjelaskan bahwa keadaan gerak jiwa dipengaruhi oleh dua hal.


Pertama, bersifat alamiah dan bertolak dari watak seperti marah
dan tertawa karena hal yang sepele. Kedua, tercipta melalui
kebiasaan atau latihan.
Sementara kata etika berdasarkan terminologi didapatkan
beberapa istilah, di dalam New Masters Pictorial Encyiclopaedia
dikatakan :Ethics is the science of moral philosophy concerned not
with fact, but with values; not with character of, but the ideal of
human conduct 49. (etika adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak
mengenal fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenal sifat
tindakan manusia, tetapi tentang idenya). Dalam kamus induk
istilah ilmiah

menyatakan bahwa etika adalah ilmu yang

membahas atau menyelidiki nilai dalam tindakan moral: pengkajian


47
48
49

Husein Bahreisj, Ajaran-Ajaran Akhlak. (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), hlm.41.


Imam Mujiono , Ibadah, hlm.86.
Asmaran, Pengantar, hlm.6.
41

soal keakhlakan dan moralitas 50.


Sementara

Dr.

H.

Hamzah

Yaqub

menyimpulkan

/merumuskan bahwa : Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana


yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran 51.
Dari pemaparan di atas diperoleh beberapa titik temu bahwa
antara akhlak, etika dan moral memiliki kesamaan dan perbedaan.
Kesamaannya adalah dalam menentukan hokum / nilai perbuatan
manusia dilihat dari baik dan buruk, sementara perbedaannya
terletak pada tolak ukurnya. Akhlak menilai dari ukuran ajaran alQuran dan Al-Hadits, etika berkaca pada akal fikiran dan moral
dengan ukuran adat kebiasaan yang umum di masyarakat. Maka
dapat disimpulkan dari pemaparan di atas bahwa akhlak yang
dimaksud adalah "pengetahuan menyangkut perilaku lahir dan
batin manusia".
Penjelasan di atas menggiring pemahaman bahwa istilah
pendidikan akhlak dimaksud dalam penelitian ini adalah proses
kegiatan pendidikan yang disengaja untuk perilaku lahir dan batin
manusia menuju arah yang lebih baik.

50
Barry dan Yaqob, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual (Surabaya:
Target Press Surabaya, 2003), hlm.194.
51
Asmaran, Pengantar, hlm.7
42

2. Tujuan Pendidikan Akhlak


Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi
Muhammad SAW, dalam pembentukan akhlak yang mulia, Islam
menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan
Islam, sebagaimana hadis Nabi yang berbunyi Aku diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak (budi pekerti) . Mengkaji
sejarah perkembangan Islam pada masa Rosulullah SAW dan
berkaca pada Hadits di atas maka didapatkan satu tujuan yaitu
pencapaian kebahagian hidup umat manusia dalam kehidupannya.
Perubahan dari kondisi masyarakat yang mengalami demoralisasi
menuju ke arah masyarakat madani menunjukkan bahwa akhlak
dapat dibentuk dengan jalan latihan atau proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu atau
menolong pengembangan manusia sebagai mahluk individu social,
mahluk susila dan mahluk keagamaan . Mengingat pendidikan
adalah sebuah proses maka tujuannya pun mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan tegnologi dan perkembangan zaman.
Menurut Bloom dan kawan-kawannya Menetapkan bahwa untuk
menjabarkan tujuan pendidikan, mereka merujuk pada tiga ranah,
antara lain;
43

a.

Pembinaan daerah kognitif

b.

Pembinaan daerah afektif dan

c.

Pembinaan daerah motor skill


Al-Attas menuturkan bahwa tujuan pendidikan secara umum

mengarah pada dua pandangan teoritis. Pertama, berorientasi pada


kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan
sebagai sarana utama dalam menciptakan yang baik. Kedua,
berorientasi pada individu, yang lebih memfokuskan pada
kebutuhan, daya tampung, dan minat belajar. Dari penjelasan di
atas dapat diambil benang merah bahwa tujuan pendidikan untuk
mengarahkan manusia pada tempat yang lebih baik

52

. Apabila

dikaitkan pada ajaran Islam maka tujuan pendidikan tidak dapat


lepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu untuk
menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa
kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di
dunia dan di akhirat 53.
Rumusan tujuan pendidikan dan akhlak di atas hakekatnya
dapat dilakukan melalui membangun motivasi pribadi dan orang
lain untuk mencontoh akhlak Nabi. Artinya, bahwa berbagai
aktivitas kehidupannya selalu melakukan sesuatu dengan mengikuti
52
53

Wan Daud, Wan Mohd. Filsafat, hlm. 163.


Azyumardi Azra, Jaringan, hlm.8
44

akhlak nabi, baik dalam rangka pembentukan sebagai seorang


pribadi maupun terhadap orang lain. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah terciptanya
manusia yang beriman perilaku lahir dan batin yang seimbang
(seperti Nabi) 54.
3 Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Dalam ilmu ushul fiqh yang menjadi rujukan pencarian hukum
maka kita mengenal prinsip Maqasid Al Syariah yang tidak lain
merupakan salah satu prinsip fiqh yang mengkaitkan dengan
akhlak,. Segala sesuatu menjadi benar apabila tidak bertentangan
dengan lima prinsip utama kemaslahatan ( al Maslahalih al
dharuriyah). Maka merujuk pada prinsip tersebut, didapatkan ruang
lingkup akhlak harus berpedoman pada :
a.

Hifdu ad-Din (Menjaga Agama), tidak boleh suatu ketetapan


yang menimbulan rusaknya keberagaman seseorang

b.

Hifdu an-Nafs (Menjaga Jiwa), tidak boleh suatu ketetapan


yang mengangu jiwa orang lain atau menyebabkan orang lain
menderita

c.

Hifdu al-Aql) Menjaga Akal, tidak boleh ada ketetapan


mengagangu

54

akal

sehat,

Afriantoni. Prinsip-prinsip , hlm.45-46.


45

menghambat

perkembangan

pengetahuan atau membatasi kebebasan berfikir


d.

Hifdu an-Nasl (Menjaga Keluarga), tidak boleh ada ketetapan


yang menimbulkan rusaknya sistem kekeluargaan seperti
hubungan orang tua dan anak

e.

Hifdu al-Mall) Menjaga Harta, tidak boleh ada ketetapan


menimbulkan perampasan kekayaan tanpa hak
Akhmad Azhar Basyir menyebutkan bahwa cakupan akhlak

meliputi

semua

aspek

kehidupan

manusia

sesuai

dengan

kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, khalifah


di muka bumi serta sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Dengan
demikian Basyir merumuskan bahwa ruang lingkup akhlak sebagai
berikut:
a.

Akhlak terhadap Allah SWT

b.

Akhlak terhadap Keluarga

c.

Akhlak terhadap Masyarakat

d.

Akhlak terhadap Makhluk lain 55.


Apabila dipadukan, antara prinsip maqasid al Syariah

dengan rumusan Akhmad Azhar Basyir tentang ruang lingkup


akhlak maka terlihat ada sala satu aspek yang tertinggal yaitu aspek
pemeliharaan terhadap Harta. Akhlak bagaimana manusia bersikap
terhadap harta sangat diperlukan mengingat banyak manusia
55

Imam Mujiono, Ibadah, hlm.94.


46

tergelincir pada lubang kesesatan dikarenakan oleh harta.


4. Signifikansi Pendidikan Akhlak
Pada saat ini kita menempati pada suatu ruang dimana
informasi telah menemukan titik yang paling tinggi yaitu zaman
reformasi dan dapat dikatakan sebagai Freedom Of Press.
Reformasi yang sering diartikan salah oleh beberapa kalangan yaitu
kebebasan tanpa batas. Modernisasi tidak perlu dijauhi karena
kesalahan terletak pada pelaku. Berlatar belakang pengalaman
sejarah pada masa orde baru, trauma terhadap kehidupan yang
penuh dengan tekanan, segala sesuatu harus tunduk pada penguasa,
maka reformasi menjadi kekuatan bagi setiap individu untuk berani
bersuara

seolah-olah

masa

sekarang

adalah

masa

untuk

menunjukkan siapa yang paling kuat, paling pintar dan siapa yang
paling berkuasa.
Hegemoni media telah menunjukkan bahwa reformasi iptek
belum dapat menghadirkan sebuah solusi terhadap permasalahan
yang

berkembang

di

masyarakat.

Sebagaimana

tegnologi

multimedia, perubahan yang begitu cepat setelah reformasi, media


mampu menghadirkan informasi menjadi lebih mudah di dapat,
47

kaya isi, tak terbatas raganya. Segalanya lebih mudah dan lebih
enak untuk dinikmati. Namun dibalik itu semua menjadi jurang
kehancuran bagi masyarakat yang sarat akan kekurangan.
Kekurangan dalam bidang intelektual maupun kekurang dalam hal
spiritual. Tatanan masyarakat, keluarga yang sebelumnya penuh
dengan sarat norma sosial dan norma susila, menjelma menjadi
masyarakat , keluarga dengan cara pandang hidup yang berbeda 56.
Dalam dunia pendidikan, anak-anak menjadi lebih progresif
tanpa batas, kesopanan tiada lagi diperlukan. Tidak ada perbedaan
antara murid dan guru ketika berkaca pada Hak Asasi Manusia.
HAM menjadi kekuatan yang menakutkan yang sedikit demi
sedikit mengubah tananan katimuran. Dari sudut lain masih banyak
sekali seperti fenomena sosial dan fenomena politik.
Dengan timbulnya berbagai persoalan yang berkembang, tentu
akhlakul karimah menjadi prioritas. Komitmen pada nilai inilah
yang menjadikan modal pengembangan akhlak. Urgensi pendidikan
akhlak semakin terasa jika dikaitkan pada maraknya aksi korupsi,
manipulasi, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan. Terkait
akhlak dapat dikembangkan atau dibentuk, para ulama memiliki
perbedaan pandangan.
56

Imam Mujiono, Ibadah, hlm.97-101.


48

Syed Muhammad Naquib al-Attas merupakan sala satu tokoh


yang menganggap bahwa pentingnya pendidikan akhlak. Dengan
menggunakan kata adab atau tadib mengatakan bahwa kebenaran
metafisika sentralitas Tuhan sebagai Realitas tertinggi sepenuhnya
selaras dengan tujuan dan makana adab dan pendidikan sebagai
tadib. Attas menganggap bahwa proses pendidikan sebagai
penanaman adab ke dalam diri, sebagai proses yang dapat diperoleh
melalui suatu metode khusus 57.
Selain itu Ibnu Maskawaih, ahli filsafat akhlak berpendapat
bahwa tujuan ilmu akhlak adalah mengetahui keutamaan dan cara
penerapannya dalam tingkah laku agar jiwa menjadi suci. Secara
teoritis maskawaih berpendapat bahwa akhlak dapat dirubah
melalui pendidikan, dan itulah kenapa Rasulullah SAW diutus
untuk menyempurnakan akhlak (HR. Malik). Maskawaih juga
mengkritik pendapat bahwa akhlak tidak dapat dirubah melalui
pendidikan atau latihan. Kritikan itu ditujukan karena pandangan
itu negatif. Pandangan yang mengantarkan segala bentuk norma
dan bimbingan jadi tertolak, orang jadi tunduk pada kekejaman dan
kelaliman, serta anak-anak jadi liar karena tumbuh tanpa nasihat
dan pendidikan.
57

Wan Daud, Wan Mohd. Filsafat, hlm. 77-80


49

Ulama kontemporer Indonesia, Muhammad Quraisy Shihab juga


berpendapat bahwa manusia sejak lahir membawa potensi untuk
berbuat baik dan buruk. Ia berpendapat dengan berpegang pada
QS. Al-Balad:10 yang menyatakan dan kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan (kebajikan dan keburukan). Ia juga
berpendapat bahwa adam dikeluarkan dari surga atas pengaruh
iblis. Hal ini menegaskan bahwa potensi baik pada adam yang
sebelumnya menjadi prilaku berubah menjadi durhaka dan adam
menjadi sesat walaupun kemudian menjadi baik kembali setelah
bertaubat 58.
Akhlak adalah sesuatu yang harus ada dalam proses
pendidikan begitu pula pendidikan akhlak adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, maka pendek kata
pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mempelajarai
akhlak setidaknya dapat menjadikan orang baik. Kemudian dapat
berjuang di jalan Allah demi agama, bangsa, dan Negara. Berbudi
pekerti yang mulia akan terhindar dari sifat-sifat tercela dan
berbahaya.
Era millennium memerlukan manusia-manusia yang bermoral
dan berakhlakul karimah tinggi demi manjaga keutuhan pamor
kemanusiaan di bumi ini. Kehancuran akan datang apabila
manusia tiada lagi bermoral dan tegaknya Negara sangat
58
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van
Hoeve , 2001) , hlm.74.
50

ditentukan oleh moral para pemimpin dan rakyat Negara tersebut.


C. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
Nilai berarti sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan. Nilai berarti esensi yang melekat pada sesuatu
yang sangat berarti bagi kehidupan manusia

59

. Makna nilai tidak

eksklusif, artinya bahwa berbagai jenis nilai seperti benar atau salah,
baik atau buruk dapat dikatakan ada bila menunjukkan adanya
kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan

60

. Nilai-nilai disini yang akan dibahas adalah tentang

usaha untuk membedakan antara yang baik dan buruk yang diambil
dari sesuatu apapun itu bentuknya bisa melalui media pengajarn
media hiburan yang didalamnya mengandung arti yang sangat luas.
Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak yang hendak dibentuk
atau diwujudkan dalam pribadi anak didik agar fungsional dan aktual
dalam perilaku muslim, adalah nilai Islami yang melandasi moralitas
(akhlaq), ada beberapa faktor penting yang terdapat dalam diri (jiwa)
anak yang perlu diketahui, karena hal ini menjadi acuan dalam
pembahasan nilai-nilai pendidikan akhlaq yang dibutuhkan dalam
59

W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


Pustaka,1999), hlm. 677.
60

Drs. H. M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta;


PustakaPelajar, 1996), hlm. 62
51

mengembangkan kepribadian anak didik. Faktor-faktor penting


tersebut antara lain:
1.

Instink
Instink merupakan faktor penting dalam akhlaq karena
instink terdapat dalam manusia. Instink merupakan suatu sifat
yang dapat menimbulkan perbuatan tanpa didahului latihan
perbuatan itu61 .

2.

Kebiasaan
Kebiasaan adalah. Bentuk tingkah laku yang tetap dari
usaha

menyesuaikan

diri

terhadap

mengandung unsur afektif perasaan

lingkungan

yang

62

. Apabila dihubungkan

dengan perbuatan, maka kebiasaan pada mulanya dipengaruhi


oleh kerja pikir, didahului oleh pertimbangan dan perencanaan,
sehingga kebiasaan merupakan faktor penting dalam rangka
pembentukan karakteristik manusia dalam perilakunya. Untuk
memperoleh perilaku yang baik dan terpuji harus dipupuk
dengan nilai-nilai karimah yang ada dalam Islam.
3.

Kehendak
Kehendak adalah suatu kekuatan, seperti uap atau listrik.
Kehendak merupakan penggerak manusia yang mendorong

61

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlaq), terj. Farid Maruf, (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), hlm.17.
62

Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm. 101.
52

segala perbuatan yang seakan-akan tidur menjadi gerak dan


bangkit 63. Walaupun seseorang mampu melaksanakan sesuatu,
namun ia tidak mempunyai kehendak, maka tidak akan terjadi
4.

sesuatu yang diinginkan atau yang diangan-angankan.


Nafsu
Nafsu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri
manusia, karena nafsu memiliki pertalian dengan instink, tetapi
gejalanya tidak sama. Nafsu tampak dalam berbagai bentuk
dan cara, sedang instink tidak tampak dari luar, dan sulit untuk

5.

dilihat.
Akal
Akal merupakan sumber pengetahuan dan pemahaman
yang terdapat dalam manusia, namun juga akal menjadi tanda
kodrati keutamaan dan sumber setiap adab 64 . Dengan
penyempurnaan akal, Allah SWT telah memberikan tugas
untuk bertanggung jawab, menjadikan dunia teratur dan
sejahtera, dan melaksanakan perintah Allah lainnya.
Dalam pendidikan akhlaq aktualisasi nilai-nilai Islam perlu

dipandang sebagai suatu persoalan yang penting dalam usaha


penanaman ideologis Islam sebagai pandangan hidup. Namun
63

64

Ahmad Amin, Etika., hlm. 48-49

Abd. Fatah Jalal, Asas-asas Pendidikan Islam, (Bandung Diponegoro, 1988),


hlm. 57-58
53

demikian

dalam

usaha

aktualisasi

nilai-nilai

moral

Islam

memerlukan proses yang lama, agar penanaman tersebut bukan


sekedar dalam formalitas namun telah masuk dalam dataran praktis.
Untuk itu, perlulah kiranya menghubungkan faktor penting
kebiasaan, memperhatikan potensi anak didik, juga memerlukan
bentuk-bentuk dan metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan
anak didiknya.
Bentuk pendidikan akhlaq ada yang secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung yaitu cara-cara tertentu yang ditujukan
langsung

kepada

pembentukan akhlaq, antara lain: tauladan,

nasehat, latihan, dan hadiah. Sementara pendidikan akhlaq yang tidak


langsung yaitu cara-cara tertentu yang bersifat pencegahan dan
penekanan, antara lain : koreksi dan pengawasan, larangan, hukuman
dan sebagainya. Dari bentuk-bentuk pendidikan akhlaq ini diharapkan
nilai-nilai Islam (akhlaq) dapat menjadi kepribadian anak didik,
artinya bukan hanya bersifat formal dalam ucapan dan teori belaka,
akan tetapi sampai pada tingkat pelaksanaan dalam kehidupan.

54

Beberapa nilai atau hikmah yang dapat diraih berdasarkan


ajara-ajaran amaliah Islam (akhlaq) antara lain: al-amanah (berlaku
jujur), al-rahman (kasih
shidq (berlaku

sayang), al-haya (sifat

malu), al-

benar), al-syajaah (berani), qanaahatau zuhud , al-

taawun (tolong-menolong) dan lain-lain.


Menurut Ibnu Miskawaih Manusia, mempunyai tiga potensi,
Yaitu potensi bernafsu (an-nafs al-bahimiyyah), potensi berani (annafs as-subuiyyat) dan potensi berfikir (an-nas an-nathiqiyah).
Potensi bernafsu dan potensi berani berasal dari unsur materi
sehingga akan hancur pada suatu saat, sedangkan potensi berfikir
berasal dari ruh Tuhan sehingga bersifat kekal 65.
Di sini pendidikan akhlaq yang harus ditanamkan pada anak,
adalah nilai-nilai akhlak yang ada dalam kitab albarzanji natsr yang
akan penulis bahas pada bab selanjutnya.

65

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian Filsafat


Pendidikan Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 7
55

BAB III
KAJIAN OBYEK PENELITIAN

A. Data Umum Tentang al Barzanji


1.

Pengantar
Ajaran Islam memperlihatkan hukum pertimbangan antara
yang subut (tetap) dan tatawwur (berkembang). Hukum ibadah
mahdah adalah subut, tidak boleh ada inovasi dan pembaharuan,
sedang hukum ibadah sosial atau muamalah kemasyarakatan
adalah tatawwur, harus ada inovasi dan pembaharuan sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Sehubungan dengan itu, para
ulama menetapkan sebuah kaidah usul bahwa ;
"Hukum dasar dalam ibadah (mahdah) adalah haram, kecuali ada
dalil sebaliknya (yang menghalalkannya). Sedang ibadah sosial
(gair mahdah) adalah boleh, kecuali ada dalil sebaliknya (yang
mengharamkannya)."
Peringatan Maulid Nabi termasuk ibadah sosial yang
memiliki nilai-nilai positif sebagai sarana untuk memperkenalkan
56

syiar Islam. Peringatan Maulid Nabi bukanlah sesuatu yang


bid'ah, justru perlu ditradisikan sebagai sarana dakwah Islam.
Kecuali jika dalam peringatan itu, terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan esensi ajaran Islam, maka tentu saja tidak
diperbolehkan. Tetapi, bukan peringatannya yang dilarang,
melainkan isi amalan dalam peringatan itu yang bertentangan
dengan nilai-nilai Islam.
Sampai sekarang dunia Islam terbelah dua dalam menyikapi
peringatan Maulid Nabi. Arab Saudi adalah pelopor negara yang
tidak memperkenankan peringatan maulid nabi. Sedang negara
Islam lainnya, seperti Maroko, Libya, Iran, dan Indonesia
mewakili dunia muslim yang setiap tahun memperingatinya.
(www.uin-alauddin.ac.id) Memperingati hari lahir nabi sangat
lekat dengan kehidupan warga NU. Hari senin, 12 Rabiul Awal,
sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak warga NU. Acara yang
disugukan dalam peringatan itu amat variatif. Biasanya, ada yang
mengirimkan masakan-maskan special untuk dikirimkan ke
beberapa tetangga kanan dan kiri. Di dalam acara tersebut juga
dibacakan tentang syair Barzanji atau diba. Berzanji adalah buku
sastra yang memuat sejarah biografi Nabi. Ia ditulis sesuai dengan
setting sosial di masanya. Sebagai karya sastra kitab Barzanji

57

perlu mendapatkan apresiasi 66.


Selanjutnya umat Islam Indonesia, tanggal 12 Rabiul Awal
dipandang sangat penting, karena pada tanggal itulah Nabi
Muhammad SAW dilahirkan. Selain itu karena pribadi Nabi
Muhammad SAW sendiri yang dijadikan Tuhan sebagai pribadi
yang menarik. Segi menariknya diantaranya sebagai berikut:
a. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir, penutup
sekalian Nabi dan Rasul. Dalam Al-Quran disebutkan :



Artinya :Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah
Maha mengetahui segala sesuatu ( QS. Al-Ahzab/
33:40) 67
b. Nabi Muhammad SAW dijadikan Tuhan sebagai uswah
hasanah atau teladan yang baik. Dalam Al-Quran
disebutkan :


66
Abdul Fatah, Munawir, Tradisi Orang-Orang NU , (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren , 2008) , hlm.293-294.
67
Departemen Agama RI,AlQuranul Karim, hlm.420.
58


Artinya :Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.
Al-Ahzab, 33:21)
c. Allah SWT dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi
Muhammad, dan Allah memerintahkan umat manusia ikut
bershalawat untuk Nabi Muhammad. Hal ini disebutkan di
dalam kitab suci Al-Quran :





Artinya :Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS.
Al-Ahzab / 33: 56) 68
Hikmah yang dapat diambil dari memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW sangatlah beraneka ragam. Dalam sejarah,
ternyata Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang berhasil dan
memiliki pengaruh yang cukup luas. Dalam catatan Michael H.
Hart melalui bukunya yang berjudul The 100, a Rangking of the
68

Departemen Agama RI,AlQuranul Karim, hlm.426.


59

Most Influential Persons in History (Seratus Tokoh yang


Berpengaruh dalam Sejarah) Nabi Muhammad SAW diletakkan
dalam rangking pertama sebagai pemimpin dunia yang paling
berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Disadari atau tidak
disadari bagi umat manusia, itulah yang telah menjadi ketetapan
Allah SWT , dan hal itu ditegaskan dalam al-Qurn bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah teladan yang baik.
Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak menyebut Allah. (QS,
al-Ahzab:21).
Keteladanan Nabi Muhammad SAW adalah air penyejuk
bagi jiwa-jiwa yang gersang khususnya generasi muda yang
sering kehilangan jati diri dalam mengimitasikan dirinya dengan
orang lain. Pribadi Rasulullah merupakan teladan yang wajib
diikuti dan ditiru. Kita mengetahui bahwa seluruh aspek
kehidupan beliau, yang dimulai dari kehidupan anak-anak,
remaja, kehidupan rumah tangganya hingga kegiatannya di
tengah-tengah masyarakatnya, merupakan teladan yang dapat kita
ambil hikmahnya. Karena itu Allah mengingatkan kita :



60

Artinya :Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,


ikutlah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi
dan mengapuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS. Al Imran/ 3:31).69
Ayat tersebut mengingatkan kalau kita (umat Islam) memang
benar-benar mencintai Allah maka haruslah meneladani Nabi.
Dengan kata lain orang yang tidak mau ber-uswah atau
meneladani Nabi berarti kecintaannya pada Allah masih
dipertanyakan. Kemudian Untuk dapat meneladani Nabi kita
harus mengenal dan mengetahui bagaimana perjalanan hidup
Nabi. Sebab mana mungkin kita dapat mencontoh dan meneladani
pribadi Nabi Muhammad SAW kalau kita sendiri buta terhadap
sejarah kehidupan beliau. Maka dari itu umat Islam harus belajar
mengenali kehidupan Nabi lewat buku-buku sejarah atau kitabkitab tarikh. Diantara kitab-kitab yang berkembang adalah kitab
berzanji, burdah, dibai. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal
sebagai pegangan kaum nahdiyin yang kemudian dijawantahkan
dalam

setiap

kehidupan

dalam

bentuk

kegiatan

yang

dikolaborasikan melalui sholawatan.


Bershalawat adalah salah satu bukti kecintaan kita kepada
Nabi Muhammad. Kenikmatan dalam membaca shalawat adalah
ungkapan kecintaan kepadanya. Karena itu menurut Nabi
69

Departemen Agama RI,AlQuranul Karim, (Depok; Sabiq, 2009), hlm.54.


61

Muhammad, orang yang paling dekat dengan beliau pada hari


kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat
kepadanya; artinya, orang yang paling mencintainya.
Di dalam buku Fiqh Tradisional dikatakan bahwa membaca
sholawat kepada nabi artinya memohon kepada Allah SWT agar
memberikan kesejahteraan kepada hamba pilihan-Nya itu 70. Allah
berfirman:

Artinya :Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan


zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu
itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.at
Taubah / 9: 103).71
Dalam tafsir Ibn Katsir, juz II, hal 400 dijelaskan bahwa ayat
tersebut menunjukkan bahwa hakekat dari sholawat adalah
mendoakan

dan memintakan ampun seseorang kepada Allah

SWT. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Ibn Katsir bahwa


diperbolehkan untuk bersholawat kepada selain para Nabi,
70
Muhyiddin Abdusshomad, Fiqh Tradisional, Jawaban Pelbagai Persoalan
Keagamaan Sehari-hari (Malang: Pustaka Bayan, 2007) , hlm.301.
71
Departemen Agama RI,AlQuranul Karim, (Depok; Sabiq, 2009), hlm.203.
62

misalnya bersholawat yang dikhususkan kepada keluarga dan


sahabat Nabi SAW.
Adapula Jawadi Amuli (2004:171) menjelaskan lebih dalam
lagi. Sesungguhnya, setiap sholawat yang dicurahkan tidak akan
menambah kesempurnaan Nabi SAW. Sebab Allah telah
menganugerahkan kesempurnaan yang pantas kepada Nabi-Nya.
Adapun sesuatu yang kita minta kepada Allah bukanlah sebagi
sebab dan perantara dalam faidh (manifestasi) kepada Nabi.
Namun,

melalui

sholawat-sholawat

tersebut

segenap

kesempurnaan nabi akan semakin nampak, yang pada gilirannya


menjadi penyebab bagi diturunkannya rahmat ilahi.
Dengan

bersholawat,

sebenarnya

kita

bukan

hendak

memberikan kebaikan kepada Nabi. Karena, seluruh kebaikan


yang kita miliki justru berasal dari keberkahan Nabi. Ini seperti
seorang penjaga kebun yang memberikan setangkai mawar
kepada pemilik kebun pada hari raya. Padahal, mawar tersebut
sebenarnya memang milik si pemilik kebun. Apakah si penjaga
kebun telah memberikan sesuatu yang dimilikinya?
Setiap buah kebaikan yang kita miliki sesungguhnya berasal
dari tanaman rasul. Setangkai mawar yang kita bawa ke hadapan
Rasul pada dasarnya berasal dari taman beliau. Karena itu,
sholawat dan ucapan selamat yang dicurahkan tidak akan
63

menambah kesempurnaan beliau. Manfaat sholawat serta salam


pada dasarnya kembali kepada diri kita, yakni sebagai wahana
untuk mendekatkan diri kepada beliau. Sehingga dengan itu kita
bisa mencapai kesempurnaan diri.
Allah, malaikat-malaikat dan orang-orang mukmin
bersholawat kepada Nabi. Alangkah indahnya kedudukan seorang
mukmin !
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat al-Ahzab yang
artinya

:Sesungguhnya

Allah

dan

malaikat-malaikat-Nya

bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,


bershalawatlah

kamu

untuk

nabi dan

ucapkanlah

salam

penghormatan kepadanya. (QS al-ahzab/ 33:56) 72


Berkenaan dengan ayat diatas Abul-Aaliyah berkata bahwa
Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat,
sedangkan sholawat dari malaikat berarti memintakan ampunan
dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi
rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Allah SWT memberi tahu hambaNya bahwa Dia memuji Muhammad, Nabi-Nya dihadapan para
malaikat-Nya yang terdekat dan bahwa malaikat-Nya bershalawat
pula pada Muhammad, kemudian Allah memerintahkan hambahambanya yang berada di alam agar bershalawat pula untuk
72

Departemen Agama RI,AlQuranul Karim, hlm.420.


64

beliau serta mengucapkan salam penghormatan kepadanya


dengan mengucapkan perkataan seperti:Assalamu'alaika ayyuhan
Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai nabi.
Perintah tersebut tertuju kepada kita untuk mengucapkan
Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad. Dilain ayat
dalam surat al-ahzab tepat ayat 43 Allah SWT berfirman yang
artinya Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan
kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia
Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (alahzab:43) Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk
mengeluarkan

kalian

dari

gelapnya

kebodohan

menuju

benderangnya cahaya hidayah.


Sesungguhnya manusia didunia ini memiliki hutang kepada
Rasulullah SAW. Hutang kebaikan atas cahaya yang dibawa dan
disebarkan

kepada

manusia

seluruhnya

yang

kemudian

mengantarkan kita kepada gerbang ajaran beliau.


Ali bin Abi Thalib berkata: setiap doa antara seorang hamba
dengan Allah selalu diantarai dengan hijab (penghalang/tirai)
sampai dia mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW. Bila ia
65

membaca shalawat, tersobeklah hijab itu dan masuklah doa. Ali


hanya menegaskan apa yang diucapkan Nabi Muhammad:
Semua doa ter-hijab, sampai ia membaca shalawat kepada
Muhammad dan keluarganya. Karena itu orang-orang suci,
bahkan para Nabi terdahulu, mengantarkan doa mereka dengan
shalawat.
Syekh Al-Tsalabi menuturkan bahwa ketika Nabi Yusuf
dijatuhkan ke sumur oleh saudara-saudaranya, beliau diajari
malaikat Jibril bacaan doa yang di dalamnya ada shalawat untuk
Nabi Muhammad.

2. Biografi Pengarang
Kitab Iqd al-Jawahir (kalung permata) yang lebih dikenal
dengan sebutan al-Barjanzi. ditulis oleh Syeh Jafar bin Hasan bin
Abd al-Karim bin as-Sayyid Muhammad bin Abd ar-Rasul alBarzanji ibn Abd ar-RASUL bin Abd as-Sayyid abd ar-Rasul bin
Qolandri bin Husain bin Ali bin Abi Tholib ra. Beliau lahir di
madinah tahun 1103-1180 H/1690-1766 M. Mufti SyafiI
Madinah dan khatib Masjid Nabawi di Madinah, dimana seluruh
hidupnya dipersembahkan untuk kota suci nabi ini. Beliu juga
seorang imam, guru besar di masjid nabawi serta merupakan satu
66

diantara pembaharu islam di abad XII

73

Nama al-Barzanji

dibangsakan kepada nama penulisnya, yang juga sebenarnya


diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah barzinj
(kurdistan). Nama tersebut menjadi popular di dunia islam pada
tahun 1920-an ketika Syeh Mahmud Al-Barzanji memimpin
pemberontakan nasional kurdi terhadap inggris yang pada waktu
itu menguasai Irak

74

Karya tulisnya tentang maulid ada dua, yaitu yang dikenal di


Indonesia dengan Maulid al-Barzaji Natsr dalam bentuk prosalirik, dan mulid al-Barzanji Nadzam dalam bentuk puisi.
(Sholikhin, 2009:49). Kitab al-Barzanji ditulis dengan tujuan
untuk meningkatkan kecintaaan kepada Nabi Muhammad SAW
dan agar umat Islam meneladani kepribadiannya, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran surat al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. 75
73

Murodi, Silk Ad-Durar fi Ayaani al-Qorni Ats-Tsani Asyr (Bairut Lebanon:


Dar Ibn Hazm ,1988), hlm.9.
74
------, Ensiklopedia Islam.hlm.241
75
---, Ensiklopedia Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baroe Van Hoeve),hlm.241.
67

Selain kitab-kitab maulid tersebut, al-Barzanji juga menulis


kitab risalah yang dinamakan Jaliyah al-Karbi bi Ashabi Sayyid
al-Karbi wa al-Ajm76. Selain itu Syekh Jafar juga mengarang
Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani, dengan tujuan
memperkenalkan substansi amalan, ajaran, dan fatwa alJailani, yang diperuntukkan bagi para pengikut dan masyarakat
kebanyakan. Penulisan kitab tersebut didasarkan pada penuturan
para ulama tarekat Qadariyyah, dengan semangat rasa cinta
penulisnya untuk membeberkan keteladanan Syaikh Abdul Qodir
al-Jailani kepada masyarakat umum. Kesufian al-Barzanji nampak
ketika ia ungkapkan bahwa penulisan manaqib juga dimaksudkan
untuk mendapatkan turunnya keberkahan dari langit, dan
mengundang pula turunnya kemurahan sang Hadrat al-Arsy
(Allah SWT).

3. Kitab Berzanji pada Masa Kini


Kitab berzanji terdiri dari tujuh puluh enam halaman yang
terbagi menjadi dua bagian yaitu, dalam bentuk prosa dan dalam
bentuk syair. keduanya bertutur tentang kehidupan Muhammad,
mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja,
76

Murodi., Slik Ad-Durar ,hlm. 65-66.


68

pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga


mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad,
serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi
Muhammad Saw. Karya sastra ini dibaca dalam berbagai upacara
keagamaan di dunia Islam, termasuk Indonesia, sebagai bagian
yang menonjol dalam kehidupan beragama tradisional. Dengan
membacanya dapat ditingkatkan iman dan kecintaan kepada nabi
Muhammad saw dan diperoleh banyak manfaat. Kitab ini memuat
riwayat kehidupan nabi Muhammad saw : silsislah keturunannya,
kehidupannya semasa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga
diangkat menjadi rasul. Al-barzanji juga mengisahkan sifat sifat
yang dimilki nabi SAW dan perjuangannya dalam menyiarkan
Islam dan menggambarkan kepribadiaanya yang agung untuk
dijadikan teladan bagi umat manusia.
Di dalam kitab al-barzanji dilukiskan riwayat hidup nabi
Muhammad saw dengan bahasa yang indah, berbentuk puisi serta
prosa dan kasidah yang sangat menarik perhatian orang yang
membaca /mendengarkan, apalagi yang memahami arti dan
maksudnya.
69

Secara garis besar paparan al-Barzanji dapat diringkas


sebagai berikut :
1.

Silsilah nabi Muhammad saw adalah : Muhammad Bin


Abdulla bin Abdul Muttolib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin
Qusaiy bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Fihr bin Malik
bin Nadir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudar bin Nizar bin Maad bin Adnan

2.

Pada masa kanak-kanak nya banyak kelihatan hal luar biasa


pada diri Muhammad saw. Misalnya : malaikat membelah
dadanya dan mengeluarkan segala kotoran yang terdapat di
dalamnya.

3.

Pada masa remajanya ketika berumur 12 tahun, ia dibawa


pamannya berniaga ke syam (suriah). Dalam perjalanannya
pulang, seorang pendeta melihat tanda-tanda kenabian pada
dirinya.

4.
5.

Pada waktu berumur 25 tahun ia melangsungkan


pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid
Pada waktu berumur 40 tahun ia diangkat menjadi rasul.
Mulai saat itu ia menyiarkan agama islam sampai ia berumur
62 tahun dalam dua periode yakni mekah dan madinah, dan ia
meninggal dunia di madinah sewaktu berumut 62 tahun
setelah dakwahnya dianggap sempurnah oleh Allah swt.77

77
Dahlan, Abdul Aziz. . Ensiklopedi Hukum Islam.( Jakarta: PT. Ichtiar Baru van
Hoeve.) hlm.199
70

Kitab al-barzanji dalam bahasa aslinya (arab) dibaca dimanamana pada berbagai kesempatan, antara lain pada peringatan
maulid (hari/lahir), upacara pemberian nama bagi seseorang
anak/bayi, acara sunatan (khitanan), upacara pernikahan, upacara
memasuki rumah baru, berbagai syukuran dan ritus peralihan
lainnya, sebagai sebuah ritual yang dianggap meningkatkan iman
dan membawa manfaat yang banyak. Dalam acara-acara tersebut
al-Barzanji dilagukan dengan bermacam-macam lagu yaitu :
1.

Lagu Rekby : membacanya dengan perlahan-lahan

2.

Lagu Hejas : menaikkan tekanan suara dari lagu rekby

3.

Lagu Ras : menaikkan tekanan suara yang lebih tinggi dari


lagu

4.

hajas, dengan irama yang beraneka ragam

5.

Lagu Husain : membacanya dengan tekanan suara yang


tenang

6.

Lagu Nakwan : membacanya dengan suara tinggi dengan


irama yang sama denga lagu ras

7.

Lagu Masyry: melagukannya dengan suara yang lembut serta


dibarengi

dengan

perasaan

yang

dalam.

Ada

yang

membacanya secara kelompok sampai tujuh kelompok yang


bersahut-sahutan dan ada pula yang tidak dalam kelompok
tetapi membacanya secara bergiliran satu per satu dari awal
71

sampai akhir .
Kitab al-Barzanji yang merupakan teks sering dihafalkan dan
oleh beberapa ulama indonesia dan telah dikomentari dalam
bahasa jawa, indonesia dan arab antara lain :
1.

Nawawi al-Bantani (1813-1897), Madarij As-Suud Ila Iktisa


Al-Burud (jalan naik untuk dapat memakai kain yang bagus),
komentar dalam bahasa arab dan telah diterbitkan beberapa
kali.

2.

Ahmad Subki Masyhadi, Nur Al-Lail Ad-Daji Wa Miftah Bab


Al-Yasar (cahaya di malam gelap dan kunci pintu
kemulyaan),

terjemahan/komentar

dalam

bahasa

jawa,

diterbitkan oleh hasan al-attas pekalongan.


3.

Asrori Ahmad, Munyat Al-Martaji Fi Tarjamah Maulid AlBarjanzi (harapan bagi pengharap dalam riwayat hidup nabi
tulisan al-barjanzi), terjemahan/komentar dalam bahasa jawa
yang diterbitkan oleh menara kudus

4.

Mundzir Nadzir, al-Qoul al-Munji Ala Maani al-Barjanzi


(ucapan yang menyelamatkan dalam makna-makna albarjanzi), terjemahan/komentar bahasa jawa, diterbitkan oleh
saad bin nashir bin mabhan, surabaya

5.

M Mizan Asrani Muhammad , Badr ad-Daji fi Tarjamah


Maulid al-Barjanzi (purnama gelap gulita dalam sejarah nabi
yang ditulis al-barjanzi), terjemahan indonesia, penerbit karya
72

utama Surabaya 78

B. Data Khusus Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak


1. Periodesasi Kehidupan Rasulullah Saw dalam Kitab Al
Barzanji Natsr.
Kitab maulid al barzanji natsr bercerita tentang
periodesasi kehidupan Nabi Muhammad Saw sejak dilahirkan
hingga beliau wafat. Adapun periodesasi kehidupan belia
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Lahir Umur 25 Tahun

Artinya: Diwaktu kelahiran Nabi Saw. muncul bermacammacam kejadian yang menyalahi kebiasaan manusia, dan
hal-hal yang mengagumkan yang tidak dapat diketahui
manusia.79..

78

79

---, Ensiklopedia Islam ,hlm. 241-242.

Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful Anam
(Kudus: Mathbaah Menara Kudus, tt), hlm. 81
73

Artinya: Kesemuanya itu sebagai ketetapan kenabiannya,


dan pemberitahuan bahwa beliau adalah Nabi pilihan
Allah 80.

Artinya: Semenjak kecil, beliau senantiasa berperangai


dengan sifat-sifat yang lebih sempurna dari lainnya 81

Artinya: Dengan kejadian itu, maka Halimah lalu


menyerahkannya kembali kepada ibunya sendiri, dengan
rasa kurang puas.82

Artinya: Karena khawatir, kalau-kalau terjadi sesuatu


musibah yang menimpa diri anak susuannya. 83

Artinya: Dan Halimah baru dapat berkunjung kembali,


setelah beliau nikah dengan Sayyidah Khadijah. 84
80
81
82
83
84

Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.81.


Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.85.
Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.85.
Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.85.
Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.85.
74

Artinya: Ketika Nabi Saw. berumur dua belas tahun, maka


beliau diajak pamannya berangkat ke negara Syam85.

Artinya: Lalu pendeta Buhaira dapat mengenal kepada


beliau dengan sifat kenabian yang ada padanya.

Artinya: Katanya kepada Abu Thalib : "Saya tahu persis


tentang anak ini. Dia kelak akan menjadi Penghulu
seluruh alam ini, dan akan menjadi Rasulullah dan
NabiNya".

Artinya: Buktinya, itu kayu-kayuan dan batu telah sujud


berhormat kepadanya. Tidak ada seorang juapun yang
akan diberi penghormatan yang semacam itu, melainkan
hanyalah Nabi yang sangat lembut hatinya.

85

Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.85.


75

Artinya: Sesungguhnya kami telah menemukan sifatsifatnya pada Kitab-kitab Samawi yang terdahulu.

Artinya: Dan diantara dua tulang belikatnya ada tanda Cap


kenabian yang diliputi dengan cahaya.

Artinya: Akhirnya pendeta menyuruh kepada pamannya,


agar beliau segera dibawa pulang ke Mekkah, karena
menghawatirkan dari ancaman orang-orang kafir Yahudi.

Artinya: Lalu Abu Thalib pulang dengan membawa beliau


dalam keadaan selamat sampai di rumahnya.
Nabi Muhammad Saw dilahirkan di Kota Mekah
pada hari Senin

tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah,

bersesuaian dengan tanggal 20 April 571 M. Ayahnya


Abdullah bin Abdulmuthalib telah meninggal lebih dahulu
sebelum

beliau

lahir.

Ayah

beliau

Abdullah

bin

Abdulmuthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay


76

bin Kilab. Ibu beliau Aminah binti Wahab bin

Abdi

Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Adat istiadat di tanah Mekah


berbeda dengan negeri kita.
Anak-anak

kecil

di

negeri

Arab

biasanya

diserahkan kepada perempuanperempuan dusun untuk


disusukan di sana karena ingin mendapatkan anakanak
yang hidup di tengah udara yang bersih di dalam dusun
yang indah, dengan harapan membawanya kepada
kecerdasan otak dan keluhuran budi pekerti.
2. Umur 25 Tahun 35 Tahun

Artinya: Setelah Nabi Saw. Berumur dua puluh lima


tahun, maka beliau pergi ke negeri Busro (Syam), untuk
memperdagangkan harta Khadijah.
86

86

Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.88.


77

Artinya: Beliau disertai pembantunya yang bernama


Maisarah untuk membantu pekerjaannya.

Artinya: Ketika beliau berhenti untuk beristirahat di


bawah pohon kayu di dekat gereja Nasthura, pendeta
Nasrani.

Artinya:

Maka pendeta

itu mengetahuinya,

dikala

bayangan pohon itu melengkung dan meneduhinya.

Artinya: Pendeta seraya berkata : "Tiada seorang juapun


yang Berhenti di bawah pohon ini, melainkan Nabi yang
mempunyai sifat-sifat yang suci,

Artinya: Dan Rasul yang diistimewakan dan diberi Allah


dengan bermacammacam sifat keutamaan.

78

Artinya: Kemudian pendeta bertanya kepada Maisarah :


"Adakah pada dua matanya terdapat tanda kemerahmerahan?

Artinya: Jawabnya : "Ya ada". Maka benar pula dugaan


dan tujuan hatinya tentang kenabian dan kerasulannya.

Artinya: Katanya kepada Maisarah: "Orang ini janganlah


anda tinggalkan seorang saja, sertailah dia dengan tujuan
hati yang benar dan sebaik perlindungan.
Tatkala Muhammad berumur 25 tahun, pergilah ia
ke negeri Syam yang kedua kalinya untuk berniaga sendiri
dengan membawa modal dari seorang wanita janda yaitu
Siti Khadijah. Perbuatan beliau ini memberi contoh
kepada umat betapa pentingnya perdagangan bagi
kehidupan

ekonomi

buat

sesuatu

bangsa.

Dalam

melakukan perdagangan beliau memberikan contoh betapa


seharusnya budi pekerti, budi bahasa parapedagang dan
pengusaha yang menyusun perekonomian dengan praktek
segala etik ekonomi seperti jujur kepada pemberi modal
79

dan pembeli. Ramah kepada pembeli serta kasih kepada


bawahannya, sebagai yang dibuktikan dengan prakteknya
Nabi Muhammad dalam perjalanan dan perdagangan
beliau ke negeri Syam.
Usaha dagang yang dilaksanakan dengan jujur oleh
Muhammad ini, menghasilkan laba yang banyak dan
menyebabkan adanya pertalian antara Muhammad dengan
Khadijah. Pada umur tersebut Nabi Muhammad Saw
termasuk pedagang yang jujur, sehingga para pembeli
tidak ragu lagi Kemudian mereka menikah, waktu itu
beliau berumur 25 tahun dan Khadijah sudah janda dengan
umur 40 tahun.
3. Umur 35 Tahun 40 Tahun

87

Artinya: Ketika umur beliau cukup sempurna empat puluh


tahun, dengan mengikut Qoul Ulama ahli sejarah,

87

Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.92.


80

Artinya: Maka Allah mengangkatnya menjadi Rasul


sebagai

pembawa

berita

gembira

dan

pembawa

peringatan, dengan tujuan demi untuk merahmati umat


seluruh alam.
Setelah genap umur beliau 40 tahun, datanglah
kepada beliau Malaikat Jibril menyatakan pengangkatan
beliau menjadi Rasul Allah kepada manusia semuanya.
Pada waktu itu beliau menerima wahyu yang pertama
yaitu surat al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5.
4. Umur 40 50 Tahun

Artinya: Beliau jarang sekali, melakukan hal-hal yang


kurang berguna, dan suka mulai memberi salam kepada
orang yang dijumpainya, suka memperlamakan shalat dan
mempersingkat khutbah jum'at.

81

Artinya: Menyukai orang yang mulia, dan menghormat


orang utama, juga mau bersenda gurau dengan sahabatsahabatnya. Beliau tidak pernah bersabda melainkan yang
benar, dan. justru Allah Swt menyukai dan rela kepadanya.
Nabi Saw, setelah menerima wahyu pada umur
40 tahun, maka kemudian sampai dengan umur 50 tahun
beliau makin gencar berdakwah dan berjuang menegakkan
ajaran Islam dengan berbagai rintangan dan cobaan.
5. Umur 50 61 Tahun

Artinya: Beliau tidak pernah merasa gentar menghadapi


para raja, dan andaikata marah, semata-mata hanyalah
karena Allah, dan kerelaannya juga karena-Nya jua.

82

Artinya: Beliau suka berjalan dibelakang para sahabatnya,


seraya bersabda : "Kosongkanlah tempat dibelakang saya
untuk para malaikat".

Artinya: Mau berkendaraan unta, kuda, bighal, dan keledai


dari hadiah sebagian raja-raja.

Artinya: Jika perutnya lapar, maka disumbatnya dengan


batu, toh kunci gedung perbendaharaan bumi berada di
tangannya.

Artinya: Dan gunung-gunungpun bersedia menjadi emas


untuk

keperluannya,

menerimanya.

83

namun

beliau

juga

enggan

Artinya: Beliau jarang sekali, melakukan hal-hal yang


kurang berguna, dan suka mulai memberi salam kepada
orang yang dijumpainya, suka memperlamakan shalat dan
mempersingkat khutbah jum'at.
Pada umur 50 sampai dengan 61 tahun beliau telah
merasakan Islam tegak dengan pengikut dalam jumlah
yang cukup besar dan beliau berhasil menanamkan nilainilai akhlak dari ajaran Islam. Dari masyarakat jahiliyah
telah berubah menjadi masyarakat beradab.
6. Umur 61 Tahun 63 Tahun
Menjelang sakit, Rasulullah menyadari bahwa
pada akhirnya manusia akan dipanggil Yang Kuasa.
Setelah beliau selesai menunaikan tugasnya menyiarkan
Islam, dan Islam telah tersebar di kalangan penduduk Arab
dan sekitarnya, maka pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11
Hijriah, wafatlah beliau dalam usia 63 tahun, dan
dimakamkan di Madinah.
2. Akhlak Nabi dalam Kitab Maulid Al-Barzanj Natsr .
Mengkaji isi Kitab Maulid Al Barzanjyang ditulis oleh
Sayyid Ja'far ternyata mengandung ajaran-ajaran akhlak yang
pantas diikuti umat Islam secara menyeluruh. Sehingga kitab
tersebut mempunyai andil besar dalam rangka membentuk
84

pribadi-pribadi muslim. Dalam Kitab Maulid Al Barzanj


banyak

dibahas

langkah-langkah

(akhlak)

yang

dapat

membentuk manusia yang berpribadi luhur. Andil besar kitab


tersebut dapat dipahami dari beberapa aspek berikut ini :
1. Instropeksi diri.
Dalam beberapa literatur yang berkaitan dengan
akhlak Rasulullah SAW terhadap orang-orang yang
berjasa, dapat dipahami mengandung ajaran yang sangat
berguna bagi manusia muslim, terurama pada upaya
melakukan intropeksi diri. Beliau (Rasulullah) mempunyai
rasa introspeksi yang sangat kuat. Hal ini sebagaimana
terdapat dalam syairnya pada paragraf kelima:

Artinya: Sebenarnya dia memang kekasih Allah yang


bagus watak dan budi pekertinya.
Paragraf keenam berbunyi:

85

Artinya:Kesemuanya itu sebagai ketetapan kenabiannya,


dan pemberitahuan

bahwa beliau adalah Nabi pilihan

Allah.
Hal itu dapat dipahami betapa beliau sangat
menghormati orang yang telah menyusuinya, yakni
Suwaibah Aslamiyah dan Halimah Sa'diyah. Karena
ketinggian rasa tahu diri Rasulullah, maka beliau berupaya
membalas kebaikan budi kedua orang yang telah
menyusuinya itu. Wujud rasa tahu diri Rasulullah itu
berupa penghormatan, penghargaan berupa pemberian
materi. Padahal kedua orang itu bukan orang tua kandung
beliau. Oleh karena itu dapat difahami seberapa tinggi rasa
tahu diri beliau terhadap orang tua kandung maupun
saudaranya. Perilaku Rasulullah tersebut di atas tidak
mungkin terwujud sedemikian luhur tanpa adanya
instrospeksi diri beliau yang tinggi pula.
Kemampuan introspeksi diri seseorang merupakan
salah satu tahapan dalam rangka mencapai akhlak alkarimah. Sebab dengan mampu melakukan introspeksi diri
akan terjelma perilaku rendah diri, menghormati orang
lain, tenggang rasa dan murah hati. Apabila perilaku di
atas dapat diwujudkan secara utuh, maka tidak mustahil
86

bagi seorang muslim dapat mencapai predikat orang yang


berkepribadian Islami. Maksud kepribadian Islam adalah
kepribadian kemanusiaan yang utuh, yang mampu
memberikan kekhasan tentang konsep keseimbangan
hidup. Seimbang antara sifai-sifat dan karakteristik
pribadinya, baik secara idealitas maupun realitas yang
sebenamya.
2. Santun dan pemaaf.
Di dalam Kitab Maulid Al Barzanj , Rasulullah
dilukiskan sebagai hamba Allah yang mempunyai
karakteristik

santun dan pemaaf. Dalam paragraf

kesembilan bunyi syairnya:

Artinya: Allah mengangkatnya menjadi Rasul sebagai


pembawa berita gembira dan pembawa peringatan, dengan
tujuan demi untuk merahmati umat seluruh alam.
Dilukiskan

pula

bahwa

beliau

berkenan

memberikan salam kepada setiap orang yang dijumpai,


bersalaman dengan orang lain, sayang pada anakanak
kecil dan ramah terhadap orang fakir miskin. Juga
87

dikatakan bahwa Rasulullah sebagai hamba Allah


pemurah dan pemberi maaf, bahkan yang menarik untuk
diteladani adalah Rasulullah berkenan memberikan maaf
atau pertolongan kepada orang yang telah mencaci maki,
melukai dengan batu sampai dengan orang yang akan
membunuh beliau. seperti Suraqah; Kedua perilaku
Rasulullah itu (santun dan pemaaf) dapat menjadi kaca
cerminan agar setiap umat manusia, khususnya manusia
muslim.
Rasulullah SAW benar-benar sebagai hamba Allah
yang memiliki sifat sabar dan santun. Dari kisah
Rasulullah sudah barang tentu mengandung ajaran bagi
umatnya, dan agar hal tersebut dapat diteladani dan
mengkrisial dalam kepribadian umat Islam di mana
mereka

berada.

Selanjutnya

umat

yang

mampu

mengamalkan ajaran Rasulullah itu dalam setiap gerak


langkah hidupnya. maka akan terjelma akhlak yang luhur.
3. Adil dan sabar.
Perilaku adil dan bijaksana beliau dapat dipahami
dari peristiwa pertengkaran kabilah-kabilah Quraisy
tatkala berebut meletakkan Hajar Aswad padatempatnya.
88

Sedangkan perilaku sabar beliau dikisahkan dalam


peristiwa Rasulullah dihina, dilukai oleh orang Badui,
dilempar batu dan hendak dibunuh oleh Suraqah. Kabilahkabilah Quraisy dengan keadilan Rasulullah dalam
menyelesaikan peristiwa Hajar Aswad tersebut merasa
puas dan saling menerima. Bahkan mereka mengakui atas
kebijaksanaan beliau. Dapat dipetik hikmah dari perilaku
adil Rasulullah SAW tersebut bagi setiap umat muslim
untuk diterapkan dalam kehidupan dalam berkeluarga.
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kemudian mengenai perilaku sabar Rasulullah
SAW tercermin dari lapang dada beliau terhadap musibah
yang menimpa dirinya. Bahkan dari pihak orang yang
memusuhinya pula Rasulullah berlaku sabar (lapang
dada). Oleh karena itu, beliau seharusnya senantiasa
dijadikan tolak ukur bagi umatnya dalam menghadapi
setiap masalah (musibah). Berdasarkan aspek-aspek yang
diuraikan di muka, maka dapat ditarik pengertian bahwa
Kitab Maulid Al Barzanj mempunyai andil besar bagi
upaya pembentukan akhlak umat Islam. Adil itu minimal
berlaku bagi sebagian umat Islam yang menerima dan
mengamalkan kandungan kitab tersebut. Sebab tidak
89

semua umat muslim mengakui dan menerima bahasan


Kitab Maulid Al Barzanj itu.

Artinya: Dan beliau menyukai orang fakir dan miskin dan


suka duduk bersama-sama mereka, mau meninjau orangorang yang sakit diantara mereka, sudi mengantar jenazah
mereka, dan tidak mau mencemoohkan orang yang sangat
fakir. 88

Artinya: Beliau tidak pernah merasa gentar menghadapi


para raja, dan andaikata marah, semata-mata hanyalah
karena Allah, dan kerelaannya juga karena-Nya jua.

Artinya:Beliau

suka

berjalan

dibela-

kang

para

sahabatnya, seraya bersabda : "Kosongkanlah tempat


dibelakang saya untuk para malaikat".

88

Syekh Ja'far al-Barzanj, Maulid Syaraful Anam , hlm.104.


90

Artinya: Mau berkendaraan unta, kuda, bighal, dan keledai


dari hadiah sebagian raja-raja.

Artinya: Jika perutnya lapar, maka disumbatnya dengan


batu, toh kunci gedung perbendaharaan bumi berada di
tangannya.

Artinya: Dan gunung-gunungpun bersedia menjadi emas


untuk

keperluannya,

namun

beliau

juga

enggan

menerimanya.

Artinya: Beliau jarang sekali, melakukan hal-hal yang


kurang berguna, dan suka mulai memberi salam kepada
orang yang dijumpainya, suka memperlamakan shalat dan
mempersingkat khutbah jum'at.
91

Artinya: Menyukai orang yang mulia, dan menghormat


orang utama, juga mau bersenda gurau dengan sahabatsahabatnya. Beliau tidak pernah bersabda melainkan yang
benar, dan. justru Allah Swt menyukai dan rela kepadanya.
Ditinjau dari isi teksnya, bahwa Barzanj merupakan
sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi
Muhammad SAW. Karya sastra ini dibaca dalam berbagai
upacara keagamaan di dunia Islam, termasuk di Indonesia,
sebagai bagian yang menonjol dalam kehidupan beragama
tradisional. Dengan membacanya dapat ditingkatkan iman dan
kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan diperoleh
banyak manfaat. Kitab ini memuat riwayat kehidupan Nabi
Muhammad SAW: silsilah keturunannya serta kehidupannya
semasa kanak-kanak, remaja, dan pemuda. hingga ia diangkat
menjadi rasul. Al-Barzanj juga mengisahkan sifat Nabi SAW
serta

perjuangannya

dalam

menyiarkan

Islam

dan

menggambarkan kepribadiannya yang agung untuk diteladani


92

oleh umat manusia. Dengan demikian, pengaruh yang telah


diberikan orang-orang Kurdi terhadap masyarakat Muslim di
Indonesia paling tidak dapat dibandingkan dengan pengaruh
bangsa lainnya yang dianggap sebagai penyebar Islam di
Indonesia. Meskipun, tidak dapat dipercaya bahwa orangorang Kurdi sudah pernah mengunjungi Nusantara sampai
waktu belum lama ini. Namun dapat ditunjukkan bahwa,
paling tidak sejak pertengahan abad ke-17, ulama Kurdi telah
memainkan peranan yang berarti dalam proses Islamisasi
Indonesia.89
Ditinjau dari isi kitab, bahwa kitab Al-Barjanzi Natsr
waktu yang lalu dengan masa sekarang masih sama, dan
belum ada perubahan kecuali bahasanya saja yang telah
diiringi dengan terjemahan sesuai dengan bahasa pembaca.
Penterjemahan sejenis Kitab Maulid Al Barzanj Natsr dalam
bentuk bahasa apapun, sangat perlu dan dibutuhkan. Hal ini
memang cukup beralasan, karena banyak kaum muslimin
yang belum dapat memahami bahasa aslinya. Untuk itu maka
agar pesan penyusun kitab Al-Barjanzi Natsr bisa dimengerti
lalu diterjemahkan. Dengan adanya terjemahan maka umat
Islam dari berbagai kalangan langsung dapat mengerti dengan
89

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat:


Tradisi-tradis Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 95
93

isi yang telah dibacanya dan dengan mudah dapat dihayati


substansinya. Entah Maulid Al Barzanj Natsritu dibaca para
jama'ah malam Jum'ah, atau pada bentuk jama'ah lainnya.
Bahkan tidak jarang, demi menggalakkan ke arah itu, bacaan
Maulid Al Barzanj Natsr itu dimusabaqahkan dengan
memakai nada dan lagu yang tertentu 90.
Setelah apa yang dibaca itu dapat difahami maksud
dan tujuannya, tentu saja akan timbul di dalam lubuk hatinya
rasa lebih mencintai kepada Nabinya, lalu disuri tauladani
sifat-sifat terpujinya, dan derap langkah perbuatannya yang
positif mulianya, serta utuh keluhuran wataknya. Tidaklah
mustahil, jika seorang sudah mencintai Nabinya dan
mengikuti jejak uswah hasanahnya, akan tetap menelusuri lalu
tetap teguh berpijak pada sunnahnya. Maka dengan motivasi
ini, tidaklah latah pula, jika dia nantinya akan dapat
berkumpul bersama Nabinya serta memperoleh syafa'at
'uzhmanya. Maka tidaklah salah kiranya, jika kehadiran
terjemah maulid Barjanzi ini mendapat sambutan baik dari
para ikhwan muslimin pencinta Nabinya. Terlebih lagi dalam
kitab tersebut digambarkan akhlak Nabi Muhammad SAW 91.

90

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, hlm. 96


Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, hlm. 97.
94

91

Akhlak

Nabi

Muhammad

SAW

senantiasa

menekankan pada pemberian contoh yang dimulai dari dirinya


sendiri. Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyuruh
kepada seseorang sebelum dipraktikkan oleh dirinya sendiri.
Kondisi inilah yang menyebabkan kawan dan lawan Nabi
SAW mengaguminya. Praktik pembinaan akhlak yang telah
ditanamkan kepada umatnya terbukti telah membuahkan hasil
yang besar. Bangsa Arab yang semula biadab kemudian
berubah menjadi bangsa yang beradab dengan memiliki
akhlak karimah hanya dalam tempo kurang lebih 23 tahun.
Masa tersebut terhitung sangat singkat jika dibandingkan
dengan kerusakan akhlak manusia saat itu. Itulah sebabnya
para orientalis menganggap Nabi SAW sebagai sosok manusia
yang berhasil membina masyarakat Arab melalui praktik yang
dijalankan Nabi SAW dalam perjalanan hidupnya. Allah SWT
mengutus Muhammad SAW untuk membawa agama yang
suci dan mulia dengan ajarannya yang lengkap dan sempurna
yang mampu membawa manusia ke puncak ketinggianmoral
dan menghantarkan mereka kepada keselamatan lahir dan
batin serta menjamin terwujudnya kebahagiaan mereka baik
dalam kehidupannya di dunia kini maupun di akhirat kelak.

95

Dalam tempo lebih kurang 23 tahun yang dilalui


Rasulullah SAW dalam menyeru manusia kepada jalan yang
benar, tercapailah olehnya tujuan yang dimaksud, yaitu
menanamkan praktik pendidikan akhlak 92.
Menurut ajaran al-Quran bahwa tujuan yang hendak
dicapai oleh risalah Muhammad atau missi Islam ialah
membersihkan dan mensucikan jiwa dengan jalan mengenal Allah
serta beribadah kepada-Nya dan mengokohkan hubungan antara
manusia dengan menegakkannya di atas dasar kasih sayang,
persamaan dan keadilan. Sehingga dengan demikian tercapailah
kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup dan kehidupan manusia
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Allah
SWT dalam surah al-Jumu'ah ayat2 menegaskan bahwa apa yang
disampaikan Rasulullah, semuanya bersumber dari wahyu Ilahi,
seperti firman Allah SWT dalam surah al-Najm ayat 1-4 93.
Dalam al-Barjanji juga ditegaskan, diutusnya Muhammad
sebagai rasul adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam. Karena
itu,

tujuan

risalahnya

adalah

memberikan

kebahagiaan,

kedamaian bagi umat manusia atau rahmat bagi alam semesta.


Firman Allah dalam surah al-Anbiya ayat 107 menurut sebuah
92
93

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2004), hlm. 8.


Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002),

hlm. 15
96

riwayat, Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa beliau diutus


sebagai rasul adalah untuk menyempurnakan akhlak. Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa risalah Muhammad
akan sampai kepada tujuannya (memberi rahmat bagi umat
manusia dan alam sekitarnya) manakala ajaran yang dibawa oleh
Muhammad berupa norma-norma yang menuntun orang agar
berbuat baik dan menjauhiperbuatan buruk dapat diikuti dengan
sempurna. Dengan kata lain, menjalankan akhlak yang mulia dan
menjauhi akhlak yang buruk merupakan syarat mutlak untuk
mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kenyamanan hidup umat
manusia dan alam sekitarnya 94.
Kalau melihat sejarah sebelum diutusnya Muhammad
sebagai rasul yang umumnya diceritakan bagaimana bangsa Arab
sebelum Islam, dapat dilihat rusaknya kepercayaan dan kacaunya
masyarakat di kala itu. Mereka berbuat semaunya sesuai dengan
keinginan dan keberaniannya. Zaman sebelum Islam dinamai
zaman Jahiliyah. Kala itu orang belum mengetahui mana yang
halal, yang haram, yang benar dan yang salah. Mereka hanya
menurutkan kehendak hawa nafsunya dan adat istiadat yang
diterimanya. Memang mereka memiliki bahasa yang dapat
melukiskan

pikiran-pikiran

besar,

tetapi

pada

umumnya

kepercayaan dan akhlak mereka berada dalam kehancuran.


94

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, HLM,100.


97

Pada Masa itu mereka tidak memiliki pemerintahan.


Setiap

suku

bangsa

memproklamasikan

kekuasaan

dan

menganggap dirinya sebagai kerajaan yang berdiri sendiri.


Hukum yang berlaku adalah hukum rimba. Perampasan,
pembakaran dan pembunuhan terhadap orang-orang yang
lemahdan

tak

bersalah

merupakan

pemandangan

Kehidupan, kehormatan dan harta terancam setiap saat

biasa.
95

.Satu

suku bertempur dengan suku yang lain. Satu insiden kecil dapat
meledak menjadi pertempuran yang hebat dan kejam, kadangkadang bahkan mengakibatkan satu suku beserta kekuatannya
turun landing selama beberapa waktu.
Ahmad A. Galwash dalam bukunya menggambarkan
keadaan Arab sebelum Islam sebagai berikut: (Arab selama saatsaat sebelum Islam adalah dalam suatu keadaan peradaban yang
sangat rendah. Ketakhayulan dan kemusyrikan merata di manamana. Kebiadaban terjadi di sana-sini. Kejahatan tentang
pembunuhan anak dan pengorbanan manusia adalah soal biasa.
Sukusuku selalu dalam keadaan perang berkepanjangan antara
satu dengan yang lain. Kemangkiran dan tindak-tindak kriminal

95

Abul 'A'la al-Maududi, Towards Understanding Islam, (Jeddah: One Seeking


Mercy of Allah, tth), hlm. 53.
98

(terjadi

di

manamana).

Seluruh

Jazirah

dalam

keadaan

menyedihkan karena kekacauan, dosa, kotor dan kejahatan) 96.


Hasan Ibrahim Hasan dalam bukunya Tarikh allslammenyebutkan
beberapa kebiasaan jahat bangsa Arabmeskipun katanya
kebiasaan ini tidak merata di seluruh Arabialah menanam anak
perempuan yang masih hidup atau baru dilahirkan, karena takut
hina dan 'aib. Kebiasaan seperti ini khususnya terjadi pada Bani
Asad dan Tamim. Kebiasaan bangsa Arab seperti ini juga
dijelaskan di dalam al-Quran 97, seperti pada surah al-Nahl, ayat
58-59.
Terhadap anak laki-laki mereka sangat kasih dan sayang,
kecuali sebagian dari mereka, yakni orang-tua yang fakir dan
lemah membunuh anak laki-lakinya karena takut bertambah
miskin. Allah telah melarang kebiasaan ini dengan firman-Nya
pada surah al-Isra ayat 31. Dalam hal agama, mereka hampir
semua penyembah berhala yang tersebar di seluruh Jazirah Arab
dan dikatakan di sekitar Ka'bah ada 360 berhala. Tiap kabilah
meletakkan berhalanya sendiri di Ka'bah, sehingga bila mereka
datang ke sana, ada berhala yang disembahnya dari kabilahnya.
96

Ahmad A. Ghalwash, Agama Islam, Terj. Muhammad Adji, (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 67.
97
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam,.1, (Cairo: Maktabah al-Nahdah alMisriyah, 1979), hlm. 65
99

Di antara berhala-berhala yang ada, ada tiga buah yang dianggap


paling utama, yaitu: Manah, Lata dan Uzza

98

.Dalam hal ini,

Allah telah menerangkan di dalam al-Quran pada surah al-Najm


ayat 19-23 :



Artinya: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik)
menganggap al Lata dan al Uzza.dan Manah yang ketiga,
yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan
Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan
untuk Allah (anak) perempuan. Yang demikian itu
tentulah suatu pembagian yang tidak adil.Itu tidak lain
hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa
yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya
telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan
mereka.99 (QS.An Najm/53: 19-23)
98
99

Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, hlm. 71.


Departemen agama, Alquran dan Terjemahnya (Depok: SABIQ, 2015),hlm,

526.
100

Demikian gambaran singkat tentang rusaknya keyakinan


dan tingkah bangsa Arab saat itu, kendati masih diakui adanya
sifat-sifat mereka yang baik seperti rasa solidaritas yang kuat,
sehingga mereka selalu membantu anggota kabilahnya dikala
teraniaya. Mereka pada dasarnya masih mengakui sifat-sifat ideal
bagi seorang yang baik, seperti kejujuran, keadilan, murah hati,
lapang dada dan yang sejenisnya. Hal ini terbukti dengan
pemberian julukan al-Amin kepada Muhammad yang memiliki
sifat-sifat tersebut. Namun kadang-kadang sifat-sifat yang baik ini
dikalahkan oleh kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah umum di
masyarakat. Di tengah-tengah keadaan bangsa Arab yang
demikian itu, pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal/20 April 571 M
lahirlah seorang putera dari pasangan suami isteri, Abdullah dan
Aminah, Muhammad yang akhirnya diutus oleh Allah sebagai
rasul terakhir telah membawa sinar terang untuk menyelamatkan
umat manusia.
Muhammad akhirnya membawa perubahan besar selama
23 tahun kerasulannya, mengubah dan memutar seluruh
kehidupan bangsa manusia, baik dalam lapangan jasmani maupun
rohani; segalanya itu berpangkal dan berdasar kepada ketinggian
akhlak dan keutamaan budi pekerti. Revolusi Islam yang
dihasilkan dengan kemenangan gemilang itu, dasar dan pokoknya
101

bukan terletak pada kekuatan dan kelengkapan alat bersenjata,


akan tetapi yang lebih utama adalah karena sifat-sifat seperti
keberanian, keteguhan hati, tidak memihak dan ketegasan yang
disemangati oleh keluhuran budi 100.
Dengan akhlak mulia sebagaimana digambarkan dalam alBarzanj Natsr, Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan
amanah. Dengan akhlak mulia, beliau menyeru manusia kepada
tauhid; dengan akhlak dia mengajak manusia ke jalan yang lurus;
dengan akhlak dia menghadapi musuh di medan perang; dengan
akhlak dia menghargai kepercayaan dan keyakinan orang lain
yang tidak sama dengan kepercayaan dan keyakinannya. Dengan
akhlak dia memimpin rakyat banyak dalam perjuangan mencapai
cita-cita. Di atas dasar akhlak dia membangun negara yang
berdaulat dan merdeka; dan seterusnya, yang segalanya itu
menjadi cermin dan teladan bagi umat manusia sekarang,
sebagaimana dinyatakan oleh Allah pada surah al-Ahzab, ayat 21.

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
100

W.Montgomery Watt, Muhammad Prophet and Statesmen, (London:


Oxford University, 1969), hlm. 238.
102

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari


kiamat dan dia banyak menyebut Allah 101. (Al
ahzab/33: 21)
Nabi Muhammad SAW merupakan penutup segala nabi. Ia
mampu mengubah keadaan manusia di semenanjung Arabia dari
kegelapan menuju titik terang

102

.Ia bukan hanya sebagai

pemimpin agama tetapi juga pemimpin dari segala pemimpin


karena itu Michael H. Hart mengatakan :
Sebuah contoh yang mencolok mata tentang hal ini ialah tata
urutan (rangking)yang saya susun yang menempatkan
Muhammad lebih tinggi daripada Jesus (Isa), terutama disebabkan
karena keyakinan saya bahwa Muhammad secara pribadi jauh
lebih berpengaruh pada perumusan agama yang dianut orang
Islam, daripada Jesus pada perumusan agama Kristen. Jatuhnya
pilihan saya kepada Muhammad untuk memimpin di tempat
teratas dalam daftar pribadi-pribadi yang paling berpengaruh di
dunia ini, mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan mungkin
pula dipertanyakan oleh yang lain, namun dia memang orang
satu-satunya dalam sejarah yang telah berhasil secara unggul dan
agung, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang
keduniaan. Tambahan pula, berbeda dengan Jesus, Muhammad itu
seorang pemimpin keduniaan dan sekaligus keagamaan.
Nyatanya, sebagai kekuatan yang mendorong kemenangankemenangan orangorang Arab (Muslim), dia seyogyanya

101

Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya (Depok: SABIQ,2015),

Hlm.420.
102

Bey Ariffin, Maria, Yesus dan Muhammad, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990),

hlm. 94
103

menempati urutan sebagai pemimpin politik yang paling berhasil


sepanjang masa 103.
Keterangan di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad
SAW sebagai nabi yang berhasil dalam segala bidang. Ia memiliki
beberapa keistimewaan antara lain tiga keistimewaan yang
dimiliki oleh Muhammad SAW dari pada Rasul-rasul terdahulu,
diantaranya adalah :
1.

Nabi dan Rasul terakhir.


Tidak akan datang lagi nabi dan rasul sesudahnya.
Risalahnya sudah sempurna buat memimpin manusia untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.

2. Nabi dan Rasul internasional.


Risalahnya

universal,

ditujukan

kepada

seluruh

manusia, semua ras, bangsa dan bahasa, sampai ke ujung


zaman.
3. Nabi dan Rasul yang paling mulia.
Dari sekian Rasul yang dikisahkan dalam al-Quran
sejak dari Adam a.s yang berjumlah 25 itu, maka lima di
antaranya disebut Ulul Azmi ,artinya rasul-rasul yang
terkenal keras kemauan dan cita-citanya. Mereka itu ialah
Muhammad SAW, Nuh AS, Ibrahim AS, Musa A.S., dan Isa
103

Michhael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam sejarah,


Terj. Mahbub Djunaidi, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), hlm. 27, 33 dan 39
104

A.S 104. Menurut Philip K.Hitti, Muhammad adalah pembawa


kitab yang diyakini oleh seperdelapan penduduk bumi
sebagai sumber ilmu pengetahuan, kebijakan dan teologi 105.
Muhammad

Husain

Haekal

menggambarkan

keteladanan Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan:


Muhammad sendiri teladan yang baik sekali dalam
melaksanakan kebudayaan seperti dilukiskan al-Quran.
Terlihat misalnya bagaimana rasa persaudaraannya terhadap
seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggi dan
sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudarasaudaranya di
Mekkah semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung
duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak
menanggungnya 106.
Akhlak Nabi SAW yang digambarkan kitab Maulid alBarzanj Natsr akan menyentuh hati para pembaca karena
meskipun isinya ringkas namun sudah bisa menciptakan
kesan bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok manusia
yang memiliki akhlak karimah. Sangat sulit mencari sosok
104

Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT.al-Ma'arif, 2002), hlm. 194-

195.
105

Philip K.Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,


2005), hlm. 153.
106
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah,
(Jakarta:Litera antar Nusa, 2003), hlm. 629
105

yang yang sama dengan beliau. Apa yang diceritakan dalam


kitab Maulid Barjanji Natsr mampu memberi daya dorong
bagi pembaca untuk mengagumi perangai Nabi SAW dan
mengikuti jejak langkahnya. Meskipun dalam kitab itu tidak
dirinci bagaimana bentuk atau corak akhlak Nabi SAW
namun sudah bisa ditangkap bahwa akhlak yang dimilikinya
mengandung nilai yang tidak ada bandingannya dengan umat
manusia saat itu dan saat ini.

BAB IV
PEMBAHASAN
106

A. Nilai Pendidikan Akhlak dan Relevansinya dengan Kehidupan


Modern
Nabi Muhammad s.a.w adalah Rasul Allah yang terakhir,
beliau diutus untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya.
Karenanya Islam yang beliau bawa misinya universal dan abadi.
Universal artinya untuk seluruh manusia dan abadi maksudnya
sampai ke akhir zaman. Inti ajaran Islam, ialah mengadakan
bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia, sebab dalam
bidang inilah terletak hakikat manusia. Sikap mental dan kehidupan
jiwa itulah yang menentukan bentuk kehidupan. Nabi Muhammad
SAW bersabda:

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:


"Sesungguhnya

aku

diutus

hanyalah

untuk

menyempurnakan akhlak."107 (HR. Ahmad dan Baihaqi)


Keseluruhan sejarah hidup dan perjuangannya menjadi
pendidikan bagi umat manusia saat itu dan sat ini. Dari masa muda
hingga dewasa, menyusul masa kebangkitannya menjadi Rasul,
penuh dengan bukti-bukti sejarah. Tidak dijumpai cacat dalam
107

Imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub
alIlmiyah, t.t), hlm.504.
107

sejarahnya, walaupun beliau hidup dalam lingkungan masyarakat


jahiliah. Pribadinya yang agung tidak terpengaruh oleh keadaan
lingkungannya. Karakternyalah yang kemudian mengubah secara
revolusioner kehidupan manusia di zamannya dan sesudahnya. Dari
masyarakat dan manusia jahiliah menjadi suatu masyarakat modern,
di mana anggota-anggota masyarakat itu terdiri dari manusiamanusia baru, menjadi satu umat beriman dan bertakwa kepada
Allah. Baik kawan maupun lawan mengagumi akan keluhuran
akhlaknya. Masyarakat ketika itu memberinya gelar al-amin
(terpercaya), suatu gelar yang belum pernah diperoleh manusia mana
pun di dunia ini. Gelar tersebut diperolehnya dari masyarakat di
masa sebelum dinobatkan menjadi Rasulullah, yaitu ketika masih
menjadi anggota biasa dalam masyarakat.
Al-Quran sendiri menyatakan bahwa beliau adalah seorang
yang memiliki akhlak yang agung perlu dicontoh oleh manusia
dengan ungkapan: "uswatun hasanah" (teladan paling baik) bagi
manusia. Kiranya keseluruhan akhlak beliau itulah yang menjadi
modal

besar

dalam

hidup

kepemimpinannya

mendatang,

menumbuhkan wibawa yang kuat dan daya tarik yang hebat. Maka
ketika beliau memimpin, segi pendidikan akhlak inilah yang menjadi
intisari dari seluruh ajaran-ajarannya. Materi akhlak ini diarahkan
pada menentukan baik dan buruk. Akal dan kalbu berupaya untuk
108

menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Ibadah


dalam Islam sangat erat sekali hubungannya dengan pendidikan
akhlak. Ibadah dalam al-Quran dikaitkan dengan takwa, dan takwa
berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Perintah

Tuhan

berkaitan

dengan

perbuatan-perbuatan

baik,

sedangkan larangan Tuhan berkaitan dengan perbuatan-perbuatan


yang tidak baik. Orang bertakwa dengan demikian adalah orang yang
menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling
dasar dalam Islam. Karena tujuan ibadah dalam Islam dengan
demikian bukanlah semata-mata menjauhkan dari neraka dan masuk
surga, tetapi tujuan yang di dalamnya terdapat dorongan bagi
kepentingan dan pembinaan akhlak yang menyangkut kepentingan
masyarakat. Masyarakat yang baik dan bahagia adalah masyarakat
yang anggotanya memiliki akhlak mulia dan budi pekerti luhur 108.
Berangkat dari uraian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa
relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab al-Barzanj
Natsrdengan kehidupan modern ternyata hubungannya sangat erat.
Alasannya: (1). nilai-nilai pendidikan akhlak merupakan tujuan
pokok dari pendidikan Islam; (2) pendidikan akhlak sangat
dibutuhkan dalam kehidupan modern.

108

Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikirannya, (Bandung, Mizan,


2002), hlm. 58-60.
109

Pertama, nilai-nilai pendidikan akhlak merupakan tujuan


pokok dari pendidikan Islam, hal ini sebagaimana dikatakan Athiyah
al-Abrasyi bahwa para pakar pendidikan Islam telah sepakat bahwa
tujuan dari pendidikan serta pengajaran bukanlah memenuhi otak
anakdidik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui,
melainkan:
a. Mendidik akhlak dan jiwa mereka;
b. Menanamkan rasa keutamaan (fadhilah);
c. Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi;
d. Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran 109.
Tujuan pokok dari pendidikan Islam menurut Athiyah alAbrasyi ialah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. Semua
mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak,
setiap pendidik haruslah memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak
keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagamaan
adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan, akhlak yang mulia itu
adalah tiang dari pendidikan Islam 110.
Menurut Mohd. Said Ramadhan El-Bouthy yang dikutip Omar
alToumy al-Syaibany bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuh
tujuan atau maksud dasar; salah satu di antaranya yaitu mengangkat
109

Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Terj. Abdullah


Zakiy alKaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung: Pustaka Setia,
2003), hlm. 13.
110
Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, hlm.13
110

tahap akhlak dalam masyarakat berdasarkan agama yang diturunkan,


untuk membimbing masyarakat pada rancangan akhlak yang telah
dibuat Allah baginya. Begitu juga untuk memberi tanda bagi
beberapa jenis tingkah laku dengan nama "baik", sedang bagi yang
lain nama "buruk", dan untuk menanamkan pendorong akhlak dalam
hati manusia 111
Berdasarkan keterangan dua ahli tersebut, maka penulis
menarik kesimpulan, bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah
membangun peserta didik memiliki akhlak yang mulia. Karena itu
pendidikan Islam menganggap penting materi pendidikan akhlak dan
hal itu terlihat dari komponen mata pelajaran yang diberikan dalam
pendidikan Islam.
Ilmu pendidikan sebagai dijumpai dalam berbagai literatur
banyak berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya
dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini antara lain
dibahas tentang rumusan tujuan pendidikan, materi pelajaran
(kurikulum), guru, metode, sarana dan prasarana, lingkungan,
bimbingan, proses belajar mengajar dan lain sebagainya. Semua
aspek pendidikan tersebut ditujukan pada tercapainya tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan ini dalam pandangan Islam banyak
berhubungan dengan kualitas manusia yang berakhlak.
111

Umar Muhammad Al Toumy Al Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, alih


bahasa: Hasan Langgulung, (Surabaya: Bulan Bintang, 1979), hlm. 420.
111

Kedua, pendidikan akhlak sangat dibutuhkan dalam kehidupan


modern. Alasannya, karena dalam kehidupan modern banyak
manusia yang lepas kendali, keinginan untuk memiliki kekayaan
dengan cara memeras dan menipu menghiasi media massa. Gila
jabatan dan kehormatan telah mewarnai kehidupan modern. Untuk
memperoleh kekuasaan, tidak jarang ditempuh dengan menghalalkan
segala cara. Tampaklah kerusakan akhlak mewarnai kehidupan kaum
hawa, demi meraih yang dicita-citakan ia tidak malu lagi membuka
apa yang melekat di badan.
Kehidupan individualistis dengan tanpa mengenal antar
tetangga makin terlihat dengan mencolok. Akhlak bertetangga telah
bergeser dengan rumah berdinding tinggi yang menghiasi masingmasing rumah. Seiring dengan itu, sikap anak yang melawan orang
tua telah menciptakan sebuah kesan yaitu orang tua diperlakukan
seperti pembantu. Sikap murid yang tidak hormat lagi pada guru
sudah bukan hal yang aneh. Kekerasan, penipuan, pemerasan dan
kebohongan hampir menjalar ke seluruh lini kehidupan modern. Dari
sini tampaklah bahwa pendidikan akhlak sangat relevan dengan
kehidupan modern.
B. Nilai Pendidikan Akhlak dalam al Barzanji Natsr
1. Pemilihan guru dan lingkungan bagi Peserta Didik
Wan Daud menyatakan bahwa peranan Guru dianggap
112

sangat penting, peserta didik disarankan untuk tidak tergesagesa belajar kepada sembarang guru, sebaiknya peserta didik
harus meluangkan waktu untuk mencari siapakah guru terbaik
dalam bidang yang ia gemari 112.
Aspek tersebut tergambar dalam syair al-Barzanji pada
bab VI sebagai berikut:

*

*
*

*
* *
*
* 113
Artinya: Kemudian ( setelah beliau selesai di susui oleh
Tsuwaibah ), beliau di susui oleh seorang yang masih
muda. Yaitu Halimah Assadiyyah. Sebelum itu, ia
tidak laku sebagai penyusu karena saking fakirnya.
Namun setelah ia menyusui Nabi SAW, langsung ia
112
Wan Daud, Wan Mohd. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.
Naquib Al-Attas. (Bandung: Mizan Media Utama, 2003) hlm,260.
113
Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful
Anam (Kudus: Mathbaah Menara Kudus, tt), hlm. 84.
113

menjadi kaya di sore harinya. Sampai air susunya


mengalir dengan deras dan hingga susu yang lain di
pakai menyusui saudara Nabi SAW. Dan ( berkah dari
menyusui Nabi SAW ) ia menjadi gemuk dan kaya,
begitu juga onta dan kambing yang ada di dekatnya,
dan setiap musibah terhindar dari dirinya dan ahirnya
hidupnya menjadi enak.
Disana dilukiskan tentang kehidupan Rosulullah dalam
asuhan ibunda Siti Aminah yang kemudian diserahkan kepada
Khalimah Sadiyah untuk mengasuh, merawat dan mendidik
Rasulullah SAW. Sudah menjadi kebiasaan di kalangan
penduduk Makkah untuk menyerahkan pengasuhan bayinya
yang baru lahir kepada wanita-wanita dari suku Badui yang akan
membesarkan mereka beberapa tahun di padang pasir dan hal itu
juga dilakukan oleh ibunda Rasulullah. Penduduk Makkah
mempercayai bahwa lingkungan padang pasir yang keras akan
membuat anak-anak mereka kuat dan tabah. Selain itu, dengan
membesarkan Rasulullah dalam asuhan Khalimah Sadiyah yang
berasal dari kalangan suku Badui, menyakinkan Rasulullan akan
mempelajari bahasa arab yang paling asli yang digunakan oleh

114

penduduk arab 114.


Pendidikan yang diterima Rasulullah SAW di kalangan
keluarga Khalimah selama beberapa tahun mempunyai dampak
dan pengaruh yang signifikan, penanaman budi pekerti luhur
yang ditanamkan oleh keluarga Sadiyah menjadi modal
Rasulullah bergaul dengan masyarakat Makkah, penguasaan dan
pembiasaan tata bahasa arab murni yang didapat Rasulullah juga
mempengaruhi

jiwa

dan

keleluasaan

Rasululah

dalam

berinteraksi. Selain itu dengan pemilihan lingkungan yang


terpilih dan terjaga, maka pengaruh adat/budaya masyarakat
Makkah yang tiada terkendalikan dapat terhindar di awal
perkembangan Rasulullah.
Selanjutnya Dalyono menyatakan bahwa lingkungan
sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan
di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis
maupun sosial kultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi
segala kondisi dan material jasmani di dalam tubuh seperti gizi,
vitamin, air dll. Secara psikologis, lingkungan mencakup
segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak
dalalm konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya
114

Mubarakpuri, Safiur Rahman.. Cahaya di Atas Cahaya.( Yogyakarta: Diva


Press. 2008)hlm,25-27.
115

berupa:sifat-sifat genes, interaksi genes, selera, keinginan,


perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan
kapasitas

intelektual.

Secara

mencakup

segenap

stimulasi,

sosial-kultural,
interaksi,

lingkungan

kondisi

dalam

hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola


hidup keluarga, pergaulan, kelompok, pola hidup masyarakat,
latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan
penyuluhan

adalah

termasuk

sebagai

lingkungan

ini.

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dalam


pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah
keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah
tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain
sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan
faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada keadaan
lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya 115.
Baharudin juga menyatakan bahwa perkembangan
manusia menurut al-Quran adalah manusia sejak lahirnya telah
memiliki potensi. Untuk mengaktualkan potensi itu, maka
diperlukan lingkungan yang kondusif dalam rangka memberikan
115

Dalyono. Psikologi Pendidikan. cetakan IV (Jakarta: PT. Reneka


Cipta,2007), hlm, 129-130
116

kesempatan kepada potensi untuk menjadi aktual. Jadi


perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan 116.
Sementara Mujiono dkk. merumuskan bahwa keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dapat dijadikan
anak tangga pertama untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun akhirat. Sebuah keluarga jika dikelola dengan
baik berdasarkan tuntunan syari akan dapat menempatkan
anggota keluarga tersebut pada posisi terhormat dalam
masyarakat, serta dapat mendatangkan perasaan sakinah atau
ketentraman dan kedamaian bagi seluruh anggota keluarga.
Ketentraman dan kedamaian dalam sebuah keluarga merupakan
modal utama untuk membuahkan amal saleh bagi seluruh
anggota

keluarga.

Jika

seluruh

anggota

keluarga

telah

melaksanakan amal saleh, maka akan terjalin silaturahim dengan


para tetangga dan masyarakat sekitarnya. Lebih lanjut lagi
bahwa silaturahim yang terjalin baik antar sesama pada akhirnya
dapat mendatangkan perasaan saling percaya bagi seluruh
anggota keluarga, bahkan bagi para anggota masyarakat117.
116

Baharuddin. Aktualisasi Psikologi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2005), hlm.28.
117
Imam Mujiono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam (Yogyakarta: UII Press
Indonesia, 2002), hlm.109.
117

2.

Kejujuran di dalam penyampaian sesuatu


Aspek nilai Kejujuran dalam penyampaian dalam kitab
al-Barzanji pada bab VIII dan IX dijelaskan tentang kisah
seorang pendeta kristen bernama Bahira tentang tanda-tanda
kenabian Rasulullah Saw. Perjalanan dagang Abu Tholib menuju
kota

Syiria

telah

menarik

perhatian

seorang

pendeta.

Ketertarikan tersebut disebabkan munculnya peristiwa-peristiwa


aneh yang menyelimuti rombongan Abu Tholib. Tanda-tanda
tersebut mengarah pada sosok manusia yang nantinya akan
menjadi panutan agung bagi seluruh alam. Sebagaimana
tercantum dalam bab VIII al barzanji:

*

*
*
*
118
Artinya: Di sana oleh pendeta Buhairo tahu pada anak calon
nabi ini dari sifat- sifat kenabian yang ada pada diri
118

Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful Anam ,
hlm. 87
118

Nabi SAW. Ia berkata, Aku yakin anak ini bakal


menjadi nabi dan rosul. Pohon dan batu pada sujud
padanya, padahal keduanya tiada bersujud kecuali
kepada nabi yang banyak kembalinya pada Alloh SWT.
Kami menemukan ciri- cirinya di dalam kitab- kitab
samawi yang kuno. Di antara kedua punggung Nabi
SAW ada cap kenabian yang di selimuti oleh cahaya.
Kejujuran pendeta Bahira terkait kenabian Rasulullah
adalah hal yang luar biasa walaupun bertentangan dengan
pendeta yang lain pada masa itu. Kesombongan, keangkuhan
serta taklid buta terhadap ajaran dari nenek moyang mereka
menjadi faktor pengingkaran mereka akan datangnya utusan
terakhir. Pengetahuan/ilmu yang benar itu disampaikan dengan
hati-hati dan jelas kepada Abu Tholib dan rombongan tersebut,
sehingga perjalanan dagang menuju syiria ditunda oleh Abu
Tholib. Kejujuran itulah yang menjadi prinsip utama kemajuan
perkembangan ilmu pengetahuan. Disebutkan dalam albarzanji :

119

*
*



119
Artinya: Lalu pendeta tahu bahwa beliau adalah nabi, karena
dedaunan yang sangat lebat itu condong meaunginya. Ia
berkata, Tidak ada yang istirahat di bawa pohon ini
selain Nabi yang memiliki sifat- sifat yang bersih dan
Rosul yang di pilih dengan pemberian-Nya. Kemudian
ia ingin mengecek tanda- tandanya yang lebih samar
dan bertanya kepada Maysaroh, Apakah di kedua
matanya

ada

kemerah-

merahan

?.

Maysaroh

menjawab, Ya. Maka sungguh tepatlah apa yang ia


sangka semula.
Hal ini selaras dengan firman Allah SWT dalam kitab
suci al-Quran:

119

Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid


Anam , hlm. 8
120

Syaraful

Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada


Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar 120. (At taubah/ 9:119)
Pertemuan Rasulullah dengan pendeta Bahira merupakan
peristiwa sejarah, peristiwa yang terjadi sepenuhnya atas
kesengajaan dan sejarah selalu bersifat rasional dan empiric

121

Namun ironisnya sejarah tidak selalu menjadikan manusia sadar,


kejujuran dalam penyampaian kebenaran yang tergambar dalam
perjalanan rasulullah ke syiria sering kali dihilangkan oleh para
pembaca khususnya para pendidik. Islam dengan segala
ajarannya sering kali terjebak pada nilai tekstual serta
melupakan

nilai

essensial

sehingga keluar

dari

makna

pendidikan islam itu sendiri.


Menurut beberapa tokoh pendidikan seperti Muslih Usa
menyatakan bahwa pendidikan islam adalah proses pewarisan
dan pengembangan budaya umat manusia dibawah sinar islam.
Pendidikan islam juga mempunyai pengertian suatu periapikal
pendidikan yang melatih perasaan murid-murid

dengan cara

sebegiturupa, sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan


dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahua
120

Departemen gama, Al quran dan terjemahnya ,hlm206 .


Suhartono, Suparlan.Filsafat Pendidikan (Yogyakarta:
Media,2007) , hlm.109.
121
121

Ar-Ruzz

mereka, dipengaruhi sekali oleh nilai-nilai spiritual dan


berdasarkan akan nilai etis Islam

122

. Sukarno juga menyatakan

bahwa pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan


ajaran/tuntunan ajaran islam dalam usaha membina dan
membentuk pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT,
cinta dan kasih kepada kedua orang tua dan sesama hidupnya,
cinta kepada tanah air sebagai karunia yang diberikan oleh
Allah, memiliki kemampuan dan kesanggupan memfungsikan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan alam sekitar, hingga
bermanfaat dan memberi kemaslahatan bagi diri dan bagi
mesyarakat pada umumnya 123.
Kedalaman nilai esensi pendidikan Islam seyogyanya
menjadi acuan dari para pendidik. Uraian tentang definisi
pendidikan Islam di atas, penulis dapat menggaris bawahi bahwa
untuk menyampaikan suatu pengetahuan dengan segala aspek
nilai diperlukan kedalaman ilmu dan juga kejujuran fikiran dan
hati. Seringkali penulis dapatkan dari sekian banyak pendidik
yang menjadi pembimbing, mereka kurang bisa menyampaikan
serta enggan untuk menyampaikan nilai-nilai luhur dari suatu
122

Muslich , Konsep Moral dan Pendidikan dalam Manuskrip Keraton


Yogyakarta. (Yogyakarta: YKII UIN Sunan Kalijaga. 2006), hlm.53-60.
123
Sukarno, Supardi Ahmad, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam ( Bandung:
Angkasa. 1990),hlm.7-8.
122

materi bahkan menutupi kekurangan pada dirinya dengan suatu


kebohongan. Untuk itu kejujuran merupakan aspek penting
dalam sebuah transformasi pengetahuan, agar nilai dari suatu
sejarah/ budaya tidak hilang sehingga keberlanjutan nilai
tersebut dapat terjaga hingga pergantian generasi baru.

Pendidikan yang dicontohkan oleh Siti Khodijah di dalam


mencari pasangan hidup
Syekh Jafar menceritakan dalam kitab berzanji pada bab
;IX

*

*




*
*

*

123

3.


*
124
*

Ahirnya beliau memintanya agar Nabi SAW sudi menikahinya,


agar bisa mencium bau segar keimanan padanya. Lalu Nabi
SAW menceritakan lamaran ini kepada paman- pamannya,
ahirnya semuanya setuju karena Khodijah memiliki kelebihan,
agama, rupa, nasab, dan harta, yang mana sifat- sifat ini di
gandrungi oleh setiap orang. Kemudian, Abi Tholib berpidato
dengan memuji Alloh SWT dan memuji pada Nabi SAW. Di
dalam pidatonya ia berkata, Ia ini, demi Alloh, memiliki kisah
yang agung yang akan menjadikan-nya mendapat sanjungan.
Ahirnya, S. Khodijah di nikahkan dengan di walikan oleh
bapaknya atau pamannya atau saudaranya ( beberapa pendapat ),
karena suratan yang menaqdirnya menjadi orang yang
beruntung. Dan dari pernikan ini terlahir semua putra- putra
Nabi SAW, kecuali putra yang beliau beri nama Ibrohim .
Disana

dikisahkan

tentang

ketertarikan

Khadijah

terhadap Rasulullah SAW yang tidak diungkapkan secara


langsung namun dia bermusyawarah dengan keluarga yang
124

Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful Anam

, hlm. 90.
124

paling dekat. Ketika terjadi kesepakatan antara keluarga,


khadijah melaksanakan niatnya untuk menjadikan Rasulullah
sebagai pendamping hidupnya. Khadijah meminta salah satu
keluarga

untuk

menyampaikan

kepada

Rasulullah

yang

kemudian Rasulullah juga menyampaika kepada keluarga beliau


yaitu paman Rasulullah Abu Tholib.
Dalam mengambil keputusan hidup khususnya dalam
menjalin

keluarga

haruslah

difikirkan

secara

matang.

Berbanding terbalik dengan fenomena pada masa sekarang,


dalam mengambil keputusan, kebanyakan pasangan hanya
menuruti nafsu tanpa mengedepankan hubungan keluarga antara
dua pihak dan hal ini sering menjadi bumerang perpisahan/
perceraian.
Nilai pendidikan akhlak yang dapat dipetik adalah seorang
wanita boleh mengajukan pilihan tentang pasangan hidupnya yang
disukai dan mengajukan kepada pihak keluarga untuk dilakukan
tindak lanjutnya. Dan juga nilai musyawarah dalam mengambil
keputusan sangatlah penting demi mendapatkan hasil yang paling
sempurna.
Nilai luhur diatas seyogyanya menjadi renungan bagi
setiap manusia yang menginginkan hidup berumah tangga. Maka
125

pantaslah apabila para ulama menambahkan ritual al-Barzanji


dalam

acara

mantenan/pernikahan,

supaya

manusia

dapat

mengambil ibrah terhadap perjalanan peristiwa sejarah Rasulullah


yang penuh dengan akhlakul karimah.

C. Nilai Moral Individual dan Sosial dalam al Baarzanji Natsr.


Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya, akhlak yang baik
selalu membuat seseorang disekitarnya menjadi tenang, aman, dan
terhindar dari perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak
buruk menjadi sorotan bagi sesamanya, bagi keluarga, masyarakat
dan negara. Sebagai contoh: tindakan melanggar norma-norma yang
berlaku di kehidupan, tindakan dengan menampilkan sifat-sifat
tercela serta tidak melaksanakan kewajiban yang seharusnya
dikerjakan

secara

objektif,

maka

yang

demikian

ini

akan

menyebabkan kerusakan susunan sistem lingkungan.


Dasar hidup manusia selalu ingin mencari kebahagian. Secara
intriks mencari kebahagiaan yang menyeluruh dan kebaikan yang
tertinggi. Tujuan setiap sesuatu adalah mencapai kebahagiaan yang
tertinggi, karena itu Allah memerintahkan untuk berlomba-lomba
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah juga menggambarkan
kehidupan yang penuh dengan kemulyaan pada diri Rasulullah,
sejarah panjang telah mencatat bahwa dengan Akhlaknya, Beliau
126

telah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah. Rasulullah


mengajak umat manusia untuk bertauhid dan menjauhkan umat dari
syirik. Rasulullah yang mengobarkan revolusi Islam telah berhasil
membawa kemenangan gemilang, meski tidak menyandarkan
kekuatan pada perlengkapan perang yang canggih meupun strategi
perang yang jitu. Semua kesuksesan perjuangan Rasulullah tersebut
lebih banyak ditopang oleh kearifan, keberanian, kesadaran, dan
keadilan yang didorong oleh semangat menegakkan akhlakul
karimah. Dalam kondisi apapun dan berhadapan dengan siapapun
senantiasa mempraktekkan akhlakul karimah secara nyata dan
konsisten. Semua yang pernah berhadapan dan mengenalnya tidak s
atupun yang tidak mengagumi perilaku dan akhlaknya, sekalipun ia
seorang yang kafir 125.
Nilai baik dan buruk yang disifati dengan Islam adalah akhlak, artinya
perilaku yang ukurannya adalah nilai-nilai dari agama. Akhlak Islami
adalah perangkat tata nilai yang mewarnai cara berfikir, bersikap, dan
bertindak seorang muslim terhadap dirinya, terhadap Allah dan Rasul-Nya,

terhadap masyarakat serta terhadap negara. Baik menurut Al-Attas


adalah adab dalam pengertian yang menyeluruh yang meliputi
kehidupan

spiritual

dan

material

seseorang,

yang

berusaha

125
Imam Mujiono. Ibadah dan Akhlak dalam Islam.( Yogyakarta: UII Press
Indonesia. , 2002), hlm, 95-96.
127

menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya 126 .


Nilai

Akhlak

dalam

kitab

Al-Barzanji

dimulai

dengan

kerendahan/ketawadluan dari sang penyair. Syekh Jafar ketika


mengawali penulisan tentang prosanya dengan menundukkan diri
kepada

sang

pencipta

dengan

pujian-pujian

yang

indah.

Mengagungkan Rasulullah SAW sebagai Nabi akhir zaman yang


selalu disebut tiap waktu tanpa henti oleh pengikutnya dengan
sebutan sholawat. Berdoa atas keluarga Rasulullah, sahabatsahabatnya serta kaum muslimin yang selalu mengikuti ajarannya.
Pengakuan

atas

dirinya

yang

lemah

dengan

permohonan

perlindungan dari kesesatan pada jalan kesalahan dan derap


langkahnya. Kebesaran Syakh Jafar sebagai imam, khatib dan guru
besar di masjid Nabawi serta pengarang yang menerbitkan
bermacam-macam buku tidaklah menjadikan pengarang bangga atas
dirinya bahkan tiada menyebut sebaitpun tentang kebesaran Syekh
Jafar dalam sair kitab Al-Barzanji (lihat Murodi, silk ad-Durar, II,
1988:9). Semua itu tergambar dari muqoddimah dan penutup kitab
al-Barzanji. Dalam muqoddimah disebutkan:


*

* *
126

Wan Daud, Wan Mohd. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib
Al-Attas., hlm,174.
128


* *

Artinya: Aku memulai membacakan ( kitab ini ) dengan menyebut


Nama Dzat Tuhan yang Maha Tinggi, seraya memohon
derasnya luapan berkah atas apa yang telah di berikan olehNya. Dan keduanya, aku panjatkan puji yang muara airnya
enak nan segar, sambil menaiki kendaran syukur yang indah.
Dan aku panjatkan sholawat dan salam kepada Cahaya ( Nabi
SAW ) yang mendahului makhluk lain, yang berpindah
pindah di dahi yang indah dan cerah.
Adapun Nilai Moral Individual dan Sosial dalam al Baarzanji
Natsr.
Adalah sebagai berikut:
1.

Akhlak dalam pergaulan


Orang muslim menyakini bahwa saudara seagamanya
mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus ia terapkan
terhadapnya. Kemudian ia melaksanakannya kepada saudara
seagamanya, karena ia berkewajiban bahwa itu adalah ibadah
kepada Allah Taala, dan upaya pendekatan kepada-Nya.
Dicontohkan Rasulullah dalam al Barzanji :





129

*


*
Artinya:Dan adalah Nabi SAW sangat pemalu dan tawadlu,
beliau

menjahit

sandalnya,

menambal

bajunya,

memperah kambingnya dan melayani keluarganya


dengan dirinya. Beliau mencintai orang- orang faqir
miskin, duduk bersama mereka, membesuk mereka yang
sedang sakit, mengiring jenazah mereka, dan tidak
pernah menghina orang faqir yang terbakar oleh
kefakirannya.
Di sini, keterangan- keterangan yang mirip dengan kuda
yang indah telah berhenti dari perjalanannya di medan penjelasan.
Dan imla yang berangkat sudah sampai garis finishnya. Ada
beberapa akhlak yang harus diterapkan ketika dalam pergaulan,
diantaranya adalah :
1.
2.
3.

Rendah hati dalam pergaulan.


Mengerjakan pekerjaan yag memang mampu dikerjakan
secara sendiri.
Tidak malu bergaul dengan dengan orang orang miskin.
130

4.
5.
6.
7.

8.

Mengucapkan salam ketika bertemu dengan saudara kita,


berjabat tangan dan menjawab salamnya.
Menjenguk saudara yang sedang sakit dan mendoakan
kesembuhan untuknya.
Menyaksikan jenazah tetangganya jika ia meninggal dunia
Tidak menimpakan keburukan kepadanya. Rendah hati dan
tidak sombong kepadanya dan tidak menyuruh berdiri dari
kursinya agar ia dapat duduk di atasnya.
Tidak menggunjingnya, tidak menghinanya, tidak mencacinya,
tidak melecehkannya, tidak menggelarinya dengan gelar yang
tidak baik dan tidak mengembangkan pembicaraanya untuk
merusaknya 127.

2. Akhlak terhadap anak


Dalam bab III dari kitab al barzanji natsr
bahwa :

di kisahkan




* * 128
Artinya: Di saat sedang tidur, ibu Aminah di datangi seseorang
dan di katakan padanya, Sungguh, engkau sedang
mengandung pemimpin seluruh jagad dan orang terbaik
dari mereka. Maka jika engkau sudah melairkan- nya,
maka berilah nama Muhammad ( orang yang banyak di
127

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Ensiklopedi Muslim ( Jakarta Timur: PT. Darul
Falah. 2004), hlm, 151-168.
128
Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful Anam ,
hlm. 78.
131

puji ), karena pada akhirnya akan banyak di puji.


Prosa diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa
Pemberian nama yang baik kepada anak merupakan kewajiban
orang tua. Anak akan bahagia apabila memiliki nama yang bagus
sehingga dalam pergaulannya anak tidak merasa canggung dan
tersisih dengan yang lainnya. Dalam agama Islam terdapat
tuntunan dalam memberi nama anak, karena nama adalah lafal
yang diberikan kepada suatu benda untuk membedakan dari yang
lain. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk
memberi nama kepada anak dengan nama yang baik sebagaimana
sabdanya:


) (
Artinya :muliakan anak-anakmu dan baikkanlah nama-namanya
(H.R. Ibnu Majah)
Di lain hadits juga disebutkan :

)
(
132

Artinya :Dari Abu Darda ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda


: Sesungguhnya kamu disebut pada hari kiamat dengan
nama-namamu dan juga nama-nama ayahmu, maka
baikkanlah nama-namamu. (H.R. Abu Dawud dan Ibnu
Hibban)
Berkaca pada beberapa uraian di atas, tentu tradisi yang
diadakan oleh beberapa umat Islam di Nusantara memiliki
dasar yang kuat. Acara yang dimaksud adalah mauludiyah
(acara syukuran akan kelahiran anak), khitanan yang diselingi
dengan pembacaan al-Barzanji. Apabila dikaitkan dengan
paparan di awal tentang pemilihan guru dan lingkungan yang
baik, maka pesan itulah yang ingin disampai oleh para ulama
terdahulu dalam mewarnai acara maulidiyah
Pada

acara

maulidiyah

seyogyanya

atau khitanan.

para orang

tua

memperhatikan betul makna yang terkandung dalam kitab alBarzanji, diantaranya:


a.

Memberikan nama yang terbaik yang mengandung nilai


akhlak yang nantinya menjadi kebanggaan bagi anak ketika
dewasa kelak.

b.

Mendidik anak dengan akhlakul karimah

c.

Mencarikan tempat belajar (lingkungan) yang baik yang


mendukung pertumbuhan anak.
133

d.

Mencarikan guru pembimbing yang berakhlakul karimah


sehingga anak tumbuh dengan pendidikan yang bagus.

3. Akhlak terhadap Allah


Syekh Jafar al barzanji mengawali prosa nastr dengan
kalimat :


*

129
Artinya : Aku memulai membacakan ( kitab ini ) dengan
menyebut Nama Dzat Tuhan yang Maha Tinggi, seraya
memohon derasnya luapan berkah atas apa yang telah
di berikan oleh- Nya.
Orang muslim melihat dalam dirinya nikmat nikmat Allah
Taala yang tidak dapat dikalkulasikan dalam bentuk angka dari
sejak ia berupa sperma di perut ibunya hingga ia menghadap
Allah SWT. Oleh karena itu patutlah kita sebagai hamba untuk
selalu bersyukur disetiap permulaan amal. Itulah yang ia
gambarkan dalam bait tersebut dengan ia bersyukur kepada-Nya
atas nikmat-nikmat tersebut dengan tulisannya dengan memujiNya dan menyanjung rasul-Nya karena dialah Dzat yang berhak
mendapat sanjungan dan ia bersyukur dengan anggota dengan
menggunakan dalam ketaatan kepada-Nya. Ini etikanya terhadap
Allah SWT sebab tidak bermoral mengingkari nikmat, menentang
129

Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful ,hlm. 72.
134

keutamaan Pemberi nikmat, memungkiri-Nya, memungkiri


kebaikan-Nya dan memungkiri nikmat-nikmat-Nya.
Konsep dasar iman adalah pembenaran hati terhadap apa
yang didengar oleh telinga. Ada orang yang menyampaikan
terhadap kita tentang sesuatu, kita mendengarnya, kalau hati
membenarkanya maka kita berarti beriman. Iman adalah
pembenaran hati bukan pembenaran akal, karna ada sesuatu yang
menurut akal kita tidak dapat menjangkaunya tetapi hati kita
membenarkanya maka itulah yang dinamakan beriman. Implikasi
beriman adalah amal yang sholeh yaitu penjawantahan terhadap
perilaku dhohir/fisik yang diarahkah kepada hal yang baik bukan
terhadap hal yang dilarang oleh ajaran Islam. Yaitu segala apa
yang dilakukan dikaitkan dengan Allah SWT diantaranya adalah
memulai pekerjaan dengan menyebut nama Allah SWT.
Nilai itulah yang perlu disadari oleh para muslimin ketika
membaca dan mengamalkan syair Al-Barzanji bahwa segala
sesuatu amal sholeh harus dikaitkan dengan Allah sebagai Dzat
yang maha tinggi sehingga tidak menjadi hal/amal yang tertolak,
sebagaimana Rasulullah bersabda dalam salah satu khadistnya :






135

Artinya:

Dari Umar radhiyallahu anhu, bahwa


Rasulullah shallallahu
alaihi
wa
sallambersabda, Amal itu tergantung
niatnya,
dan
seseorang
hanya
mendapatkan sesuai niatnya. Barang
siapa yang hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah
dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang
hijrahnya karena dunia atau karena
wanita yang hendak dinikahinya, maka
hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.
(HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam
Ahli Hadits)

4. Akhlak kepada Orang Tua


Didalam bab ke-7 , syekh Jafar albarzanji menuliskan :


*
130
Artinya : Dan di saat terjadi perang Hunain, ibu Halimah juga
perna
menemui
Nabi
SAW.
Lalu
beliau
menghormatinya
dengan
pemberian
dan
mempersilahkan duduk di atas selendang yang sengaja
beliau gelar untuknya.
Islam mengajarkan kepada kaum muslimin tentang akhlak,
orang muslim meyakini hak kedua orang tua terhadap dirinya.
Kewajiban berbakti, taat, dan berbuat baik kepada keduanya.
130

Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful ,hlm. 85.
136

Tidak dipungkiri keberadaan kita sebagai muslim karena


perantara keduanya dan karena kebaikan-kebaikannya sehingga
pantaslah setiap muslim berbakti dan berbuat baik kepada orang
tuanya, baik ketika ia masih muda ataupun ketika orang tua pada
masa uzur. Di dalam surat Al-Isro Allah SWT berfirman bahwa
perintah berbakti kepada orang tua adalah wajib adanya, ketika
orang tua berada pada naungan kita maka kewajiban kita adalah
berkata baik dan tidak menghardiknya serta mempergauli dengan
pergaulan yang baik. Perintah ini ditegaskan setelah Allah SWT
menyuruh hambanya beriman dan taat kepada Diri-Nya. Allah
berfirman dalam Al-Quran :








Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia 131. (QS.Al isra/ 17 : 23)
Dalam terjemahan singkat tafsir Ibnu Katsier , dijelaskan
bahwa mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan
131

Deprtemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, hlm.284.


137

oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan


mereka dengan lebih kasar dari pada itu.
Sungguh tidak ada alasan atau tidak ada dalil apapun dari
anak untuk berbuat, berlaku yang bersifat melawan, menyakiti
atau memurkai orang tuanya. Namun demikian bila pendapat atau
faham mereka tidak sependapat dengan kita atau tidak sejalan
dengan idiologi kita, bahkan menyalahi ilmu kita dan memangnya
kurang atau tidak benar, bahkan tidak mungkin untuk dituruti
karena melanggar agama. Maka ada baiknya kita mengalah,
mundur teratur sambil membela diri dengan jawaban dan
argumentasi yang kongkrit, singkat, mudah dimengerti oleh
mereka sehingga nantinya mereka menyadari dan menginsafi
bahkan merekalah yang akan keliru tanpa kecewa.
Sekali-kali tidak usah kita bertengkar mulut apalagi
berdebat secara membabi buta sambil tekan pinggang, tuding
menuding dan lain-lain. Karena itulah tandanya kita yang telah
berpendidikan dan tanda selaku anak yang sadarkan diri sebagai
orang yang berilmu, berbudi tinggi, berjiwa besar, berhati suci,
berakal mulia dan selaku muslim yang beriman beretika.
Adapun dasar dan alasan kedudukan orang tua sedemikian
tinggi disisi sang anaknya adalah :
138

a. Karena merekalah yang dititipi Allah Taala memberi belanja


dan membesarkan.
b. Karena merekalah yang dititipi Allah Taala mendidik,
memimpin di tengah-tangah keluarga dan masyarakat.
c. Karena merekalah yang dititipi Allah Taala manjaga
keamanan, kesehatan, keselamatan kita dari semenjak dalam
kandungan hingga sanggup memelihara diri.
Maka, bila jasa besar dan budi baik mereka itu disadari
dan diinsafi, tentu mengertilah kita dengan jelas dan real, tidak
ada yang patut kita dahulukan yakni, dinomor duakan setelah
Allah dan Rasul-Nya dalam mentaati dan menghormati secara
khitmat dan iman, selain kepada Ibu Bapak. (Husni, 2008:46-57)
Demikianlah nilai yang terkandung di dalam syair al-Barzanji
yang patut kita pahami bersama bukan hanya sekedar menjadi
bacaan saja tatapi lebih dari itu, menjadi rujukan untuk perubahan
diri menjadi yang lebih baik.
5. Akhlak Terhadap Orang Yang talah Mendholimi

*

*




139

*
Artinya: Dan di tengah perjalanan, beliau di kejar oleh
Suroqoh,maka dengan hati yang sangat tulus dan rendah
beliau berdoa pada Alloh Taala. Lalu kaki kuda yang ia
tumpangi masuk ke dalam tanah yang keras, tapi setelah
ia meminta keamanan dari beliau, beliau tetap
memberikan keamanan.
Di antara akhlak baik orang muslim adalah sabar dan pemaaf.
Sabar adalah menahan diri terhadap apa yang dibencinya, atau
menahan sesuatu yang dibencinya dengan ridha dan rela.(AlJazairi, 2004:220) Pemaaf adalah melupakan/merelakan apa yang
sudah terjadi terhadap sesuatu yang dibencinya. Rasulullah telah
memberikan tauladan terhadap kita semua. Selaku umatnya kita
dituntut untuk selalu berbuat baik terhadap sesama dan juga
terhadap orang yang telah berbuat jahat, kemudia ia meminta
maaf maka wajib bagi kita semua untuk memaafkannya.
Sabar menurut terminologi bahasa artinya menahan dan
menegah diri. Allah swt berfirman :





140



Artinya:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orangorang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah
keadaannya
itu
melewati
batas
(QS.Alkahfi/18:28)
Yakni bertahanlah kamu bersama mereka dan bersabarlah

dalam menahan dirimu, jangan sampai jiwamu panik, lisanmu


mengeluh dan anggota tubuhnya bergerak menampari pipi dan
merobeki krah baju sendiri atau melakukan tindakan lainnya yang
menyalahi citra kesabaran.
Maksudnya menahan diri untuk masa mengerjakan sesuatu
yang disukai oleh Allah atau menghindarkan diri dari melakukan
sesuatu yang dibendi oleh-Nya. Dengan kata lain, sabar adalah
bertahan dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh
Allah SWT dan menahan diri dari mengerjakan sesuatu yang
dilarang oleh-Nya.
Sabar

mempunyai

beberapa

tingkatan,

sabar

dalam

menjalani ketaatan kepada Allah mempunyai tingkatan lebih


141

tinggi dari pada sabar menahan diri dari kedurhakaan. Sabar


dalam

menahan

diri

terhadap

kedurhakaan

mempunyai

kedudukan lebih tinggi daripada sabar terhadap takdir. Sabar


dalam mengerjakan kewajiban merupakan jenis kesabaran yang
paling tinggi, karena sesungguhnya mengerjakan kewajiban
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah dari pada
meninggalkan hal-hal yang dilarang; dan pahala meninggalkan
larangan lebih besar dari pada pahala sabar menahan derita
musibah. Demikian itu karena sabar dalam menjalani kewajiban
dan sabar dalam menjauhi larangan, kedua-duanya merupakan
amalan alternatif. Berbeda halnya dengan musibah yang menimpa
diri, maka hal ini merupakan sesuatu yang tidak mengandung
alternatif, dan tiada lain yang harus dilakukan oleh yang
bersangkutan, kecuali menahan diri dan bersabar terhadapnya.
Sehingga al-Ghazali menyebutkan bahwa sabar ibarat
pertarungan antara motivasi negatif (syahwat) dan motivasi positif
(agama). Setiap keduanya ingin mengalahkan yang lainnya, maka
diperlukan kekuatan untuk dapat mengalahkan salah satu darinya
yaitu motivasi negatif (syahwat). Pada saat itulah kesabaran
memiliki andil yang cukup besar 132.
132
Sholikin, Muhammad.. 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi Syekh Abdul
Qadir Al-Jailan .( Yogyakarta: Mutiara Media, 2009), hlm, 272-275
142

6. Akhlak Terhadap Keluarga






Artinya :Beliau sangat pemalu dan merendahkan diri, beliau
mengesol

sandalnya,

menambal

pakaiannya,

dan

memerah kambingnya. Beliau berjalan untuk melayani


keluarganya dengan perilaku yang baik. (Zuhri, 1992:82)
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
dapat

dijadikan

anak

tangga

pertama

untuk

mencapai

kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sebuah


keluarga jika dikelola dengan baik berdasarkan syari akan dapat
menempatkan anggota keluarga tersebut pada posisi terhormat
dalam kehidupan bermasyarakat. Upaya pembinaan keluarga
sakinah diawali dengan pembentukan pribadi masing-masing.
Saling pengertian dan tahu akan tugas dan kewajiban masingmasing individu dalam keluarga. Tidak menggantungkan dan
tidak menjadikan beban terhadap orang lain lebih lagi kepada
keluarga sendiri. Rasulullah mencontohkan pribadi yang unggul
dalam keluarga, menjadi orang yang dibutuhkan dan tidak
143

manjadi beban dalan keluarganya. Itulah Akhlak dalam keluarga


sebagaimana bait di atas tesebut.
7. Akhlak Terhadap Orang Lemah dan para Pemimpin




Artinya: . Beliau mencintai orang- orang faqir miskin, duduk
bersama mereka, membesuk mereka yang sedang sakit,
mengiring jenazah mereka, dan tidak pernah menghina
orang faqir yang terbakar oleh kefakirannya.


*
*
Artinya: Beliau mengampuni orang lain, tidak menghadapi
seseorang dengan sesuatu yang ia benci, dan berjalan
dengan para janda dan budak.
Begitu besar kecintaan Rasulullah SAW terhadap kaum
yang lemah, sehingga sebagian hidupnya selalu dicurahkan untuk
mengangkat harkat dan martabat mereka.. kasih sayang adalah
salah satu akhlak yang mulia, sebab sumber kasih sayang ialah
jiwa yang bening dan hati yang bersih 133.
133
Al-Jazair, Abu Bakar Jabir.. Ensiklopedi Muslim. ( Jakarta Timur: PT. Darul
Falah,200), hlm,237.
144

Jangan pernah mengahardik para peminta demikian


petunjuk Al-Quran kepada para peminta, baik meminta materi
maupun bukan. Dari pengalaman Rasulullah SAW, ketika ditegur
oleh Allah melalui surat Abasa dikarenakan bermuka masam
serta berpaling ketika seorang buta bernama Abdullah Ibnu
Ummi Maktum datang meminta pengajaran, menjadi pengajaran
yang sangat berharga bagi kaum muslimin .
Selanjutnya dalam prosa diats, dibicarakan tentang tata cara
atau etika menghadapi orang yang lebih tinggi kedudukannya atau
pemimpinnya. Tata cara itu antara lain ketika berbicara dengan
mereka maka sikap yang perlu diperhatikan adalah sikap berhatihati dari awal sampai akhir. Berbicara sesuai dengan kebenaran
yang ada tidak menambahi dan tidak mengurangi. Sebagai
bawahan tidak boleh lancang bicara, bergurau seperlunya dan
tetap hormat kepada para pemimpin kita. Itulah makna yang
tertanam pada bait di atas yang menjelaskan bahwa kita semua
harus memperhatikan kaum yang lemah yang membutuhkan
uluran tangan dari para dermawan; tetap hormat dan menjaga
kehormatan para pemimpin sesuai dengan syariah Islam.
Adapun etika yang sudah disebutkan di dalam kitab alBarzanji, selaku bawahan/anggota atau menjadi anak buah, maka
wajib mempunyai beberapa etika lain diantaranya :
145

a. Wajib bersifat; amanah-jujur dan lawan dari sifat ini adalah


curang
b. Jangan bersifat munafiq yaitu menjilat atau bermuka dua.
c. Ikhlas karna Allah SWT, dengan niat yang baik.
d. Sabar dan tabah. (Husni, 2008:88-90)
8. Akhlak dalam kemarahan

*



Atinya: Beliau sama sekali tidak takut pada raja dan marah karena
Alloh dan ridlo karena di situ ada ridlo Alloh.
Imam AL-Ghazali dalam buku Ihya Ulumiddin mengatakan
bahwa ada tiga tingkatan kemarahan yang dimiliki manusia,
diantaranya adalah tafrif dan ifrath. Yang dimaksud tafrif ialah
lemah dlam menentukan sikap. Artinya orang yang tidak
mempunyai ketegasan dalam menanggapi sikap tercela. Sedangkan
ifrath adalah sikap yang hanya mengutamakan kemarahan,
sehingga ia keluar dari kebijaksanaan dalam mengkontrol akal,
agama dan ketaatannya.
Sifat marah di atas bukanlah yang dicontohkan oleh
Rasulullah. Orang harus tetap berfikiran jernih dalam menghadapi
setiap masalah dan situasi sebagaimana yang telah dicontohkan
oleh sahabat Rasulullah SAW Ali bin Abi Thalib. Dalam suatu
pertempuran melawan orang kafir, ia berhasil memojokkan
146

lawannya dan lawan Ali tidak berkutik lagi. Ketika ali akan
mengayunkan pedangnya kepada lawannya, tiba-tiba lawannya
meludahi Ali dan ludah itu mengenai wajah Ali. Kemarahan pun
tiba-tiba memuncak tetapi Ali segera tersadar. Ia meninggalkan
lawannya dan tidak jadi membunuh lawannya. Para sahabatpun
heran dan bertanya mengapa tak kau bunuh lawanmu tadi? Ali
menjawab, kalau ayunan pedangku tadi kuteruskan, maka aku
pasti telah membunuh lawanku karena kemarahanku akibat aku
diludahi pembunuhan yang demikian tidak akan mendapatkan
ridho dari Allah SWT dan harus murni Karena alasan membela dan
menegakkan kalimat Allah di muka bumi. (baca Daulay, 2001:1416)
9. Akhlak dalam Kesederhanaan

*


*

Artinya: Beliau membalutkan batu pada perutnya karena saking
laparnya, padahal beliau telah di beri kunci- kunci
ekonomi dunia. Pernah pada suatu saat, gunung- gunung
menawarkan padanya untuk berubah menjadi emas,
namun beliau menolaknya.
Al-Ghazali

menerangkan
147

bahwa

berakhlak

baik

atau

berakhlak

terpuji adalah menghilangkan semua adat-adat

kebiasaan yang tercela yang sudah dirincikan oleh agama

Islam

serta menjauhkan diri dari padanya, sebagaimanan menjauhkan


diri dari tiap najis dan kotoran, kemudian membiasakan adat
kebiasaan

yang

baik,

menggemarinya,

melakukannya

dan

mencintainya 134.
Secara teori al-Ghazali telah memaparkan panjang lebar
dalam kitabnya ihya ulumiddin yang diambil dari perjalanan
pengalaman yang panjang. Rasulullah SAW pada masanya juga
telah memberikan contoh yang kemudian menjadi rujukan bagi
kaum muslimin di dunia sampai sekarang. Kesederhanaan yang
ditampilkan dalam kehidupan merupakan cerminan keagungan
akhlak beliau. Sikap rendah diri, menghargai pemberian orang lain
dan tidak mencelanya, itulah sikap yang selalu beliau tampilkan
kepada siapa saja tanpa ada perbedaan. Harta bagi beliau
merupakan hal yang sangat kecil walaupun kalau beliau meminta
kepada Allah maka gunung, lautan dan daratan akan menjadi
barang yang berharga

134
Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan. 1999), hlm, 17.

148

BAB V
PE N UTU P
A. Kesimpulan
Dari rangkaian pembahasan dan beberapa uraian di atas, maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Gambaran akhlak Rasulullah SAW yang memiliki andil besar
membentuk pribadi yang luhur dalam kitab al barzanji natsr
diantaranya adalah aspek introspeksi diri, santun dan pemaaf
serta adil dan sabar .Inilah nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terdapat dalam kitab albarzanji yang sangat bermanfaat bagi
generasi muda karena isinya didasarkan pada apa yang
diajarkan oleh Nabi Muhamamd Saw, baik secara teoritis
berdasarkan al-Quran

maupun secara praktis melalui

perilaku kehidupannya sehari-hari.


2. Dalam konteks pendidikan akhlak yang diajarkan dalam kitab
al barzanji nastr ada dua yaitu pendidikan akhlak bersifat
individu antara lain : akhlak kepada Allah, akhlak terhadap
anak dan orang tua, akhlak terhadap orang yang mendholimi,
akhlak dalam kemarahan. Adapun pendidikan akhlak yang
bersifat sosial antara lain : akhlak dalam bergaul, akhlak
149

dalam keluarga, akhlak terhadap orang lemah dan para


pemimpin
B. Saran-saran
Perlu diketahui bahwa sekarang di Indonesia nama Syekh jafar
bin hasan bin abd al-karim sudah lama populer dikalangan Muslimin
dengan karya monumentalnya yaitu Kitab Iqd al-Jawahir/AlBarzanji. Nilai yang terkandung di dalam kitab ini menunjukkan hal
yang mulia bahwa bagi kaum akademisi sudah tentu menjadi sebuah
khazanah keislaman yang perlu direspons secara positif melalui
kegiatan-kegiatan ilmiah, salah satunya yakni meneliti aspek motivasi
para pengikutnya dalam mengamalakan ajaran ataupun kegiatan
spiritual keagamaan. Untuk itu, ada beberapa hal dari hasil penelitian
ini yang patut untuk dijadikan saran-saran sebagai berikut :
Pertama, penyajian bahasa dalam Kitab Iqd al-Jawahir
(kalung permata) yang lebih dikenal dengan sebutan al-Barjanzi
khususnya dalam bahasan puisi yang banyak mengandung analogi
yang kadangkala sulit untuk diakses langsung oleh masyarakat awam.
Karenanya, perlu disederhanakan melalui dua cara, yaitu ringkasanringkasan tematik (bentuk tulisan) dalam bahasa yang lugas dan
singkat serta suguhan contoh yang rill sesuai dengan kodisi
masyarakat dan metode diskusi (seperti pola dershane).
Kedua, mengembangkan pola pendidikan Akhlak bagi peserta
150

didik dan masyarakat umum secara terpadu, sehingga terwujud suatu


kondisi di mana tradisi "pengajaran" dan "pendidikan" yang integral
bisa diterapkan secara nyata.
C. Implikasi Penelitian
Pada taraf yang lebih operasional, kesimpulan di atas membawa
beberapa implikasi ke luar dari pokok pembahasan penelitian. Dari
pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak generasi muda
menurut Syekh Jafar bin Hasan bin Abd al-Karim di atas penulis
menemukan beberapa implikasi positif terutama untuk menjawab
relevensi dengan kebutuhan masyarakat ;
1. Pendidikan akhlak yang bertujuan untuk memperkokoh daya
positif yang natural di dalam diri manusia mengharuskan ada
sistem pendidikan akhlak yang didasarkan pada perkembangan
jiwa manusia secara integral.
2. Secara implisit diketemukan semangat penanaman nilai-nilai
pendidikan akhlak yang berkiblat kepada satu arah yakni alQur'an dan Rasulullah sendiri sebagai kiblat akhlakul Karimah..
3. Usaha mentransformasikan nilai-nilai dan membina kepribadian
umat Islam ditinjau dari sudut pendidikan akhlak walaupun relatif
sukses, namun memerlukan tindak lanjut atau kontribusi dari
berbagai kalangan, khususnya para pencinta ilmu. Penjelasan
yang lebih dalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam kitab
al-Barzanji perlu diungkapkan sehingga para pengikut kitab al151

Barzanji tidak hanya faham dalam dataran teknisi namun juga


secara esensial nilai kitab al-Barzanji.
4. Dalam proses pembelajaran, aspek yang dikedepankan adalah
bagaimana audiensnya dapat lebih menambah wawasan dan
pemahaman terhadap ajaran agama Islam dan menambah ketaatan
beragama dengan tidak mengabaikan disiplin ilmu lain. Dan juga
bagi para pecinta seni al-Barzanji adalah sebagai bahan
pertimbangan atau tantangan untuk dapat memajukan kesenian
tradisional khususnya kegiatan maulidan.
Sehubungan dengan implikasi di atas, dapat dikatakan
bahwa implikasi dari nilai-nilai pendidikan akhlak Kitab Iqd alJawahir (kalung permata) yang lebih dikenal dengan sebutan alBarjanzi tidak hanya

memberikan kepuasan jiwa dalam

menendangkan syair al-Barzanji, tetapi memiliki kemampuan


"meneladankan" nilai-nilai positif kepada peserta didik

152

DAFTAR PUSTAKA

Abd.

Fatah

Jalal,

Asas-asas

Pendidikan

Islam, Bandung

Diponegoro, 1988.
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian
Filsafat Pendidikan Islam Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000.
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: PT. Ichtiar Baru
van Hoeve, 2001.
Abdul Fatah, Munawir, Tradisi Orang-Orang NU, Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2008.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.
Abul 'A'la al-Maududi, Towards Understanding Islam, Jeddah: One
Seeking Mercy of Allah, tth.
Afriantoni. Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut
Bediuzzaman Said Nursi ,Tesis , Palembang ; Program pasca
sarjana IAIN Raden Fatah, 2007.
Ahmad A. Ghalwash, Agama Islam, Terj. Muhammad Adji, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999.
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Ensiklopedi Muslim
Darul Falah. 2004.

Jakarta Timur: PT.

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlaq), terj. Farid Maruf, Jakarta:


Bulan Bintang, 1979.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak , (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1999.
Azra, Azyumardi. 2007. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII. cetakan ketiga. Jakarta:
Kencana.
Baharuddin. Aktualisasi Psikologi Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005..
Barry dan Yaqob, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual ,Surabaya:
Target Press Surabaya, 2003.
Bey Ariffin, Maria, Yesus dan Muhammad, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1990.
Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996.
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: PT. Ichtiar Baru
van Hoeve , 2001.
Dalyono. Psikologi Pendidikan. cetakan IV Jakarta: PT. Reneka
Cipta,2007.
Departemen Agama RI,AlQuranul Karim, Depok; Sabiq, 2009.
Djojonegoro, Wardiman,
Peningkatan Kualitas SDM Melalui
Pendidikan dan Kebudayaan , Jakarta: Departemen Pendididian
dan Kebudayan,1998.

---, Ensiklopedia Islam ,Jakarta: PT. Ichtiar Baroe Van Hoeve.


H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikirannya, Bandung,
Mizan, 2002.
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam,.1, Cairo: Maktabah al-Nahdah alMisriyah, 1979.
Husein Bahreisj, Ajaran-Ajaran Akhlak. Surabaya: Al-Ikhlas, 1981.
Imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Juz II, Beirut: Dar alKutub alIlmiyah, t.t.
Imam Mujiono, Ibadah dan Akhlak dalam Islam ,Yogyakarta: UII Press
Indonesia, 2002.Juhaya S.Praja, Aliran Aliran Filsafat dan
Etika, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Imam Mujiono. Ibadah dan Akhlak dalam Islam,Yogyakarta: UII Press
Indonesia. , 2002.
Kartini Kartono, Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju,
1996.
Langeveld, Menuju Kepemikiran Filsafat, Jakarta; PT.Pembangunan, tth.
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ,Bandung: PT
Rosdakarya, 2000.
Louis

Kattsof, Pengantar Filsafat,


Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986.

terj.

Soejono

Soemargono,

M. Amin Abdullah,. Studi Agama (Normativisme atau historitas),


Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996.
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2001.
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisitradis Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1995.
Michhael H. Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam
sejarah, Terj. Mahbub Djunaidi, Jakarta: Pustaka Jaya, 1994.
Mubarakpuri, Safiur Rahman. Cahaya di Atas Cahaya ,Yogyakarta:
Diva Press,2008.
Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Terj.
Abdullah Zakiy alKaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan
Islam",Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Muhyiddin Abdusshomad,
Fiqh Tradisional, Jawaban Pelbagai
Persoalan Keagamaan Sehari-hari , Malang: Pustaka Bayan,
2007.
Murodi, Silk Ad-Durar fi Ayaani al-Qorni Ats-Tsani Asyr
Lebanon: Dar Ibn Hazm ,1988.

Bairut

Muslich , Konsep Moral dan Pendidikan dalam Manuskrip Keraton


Yogyakarta. Yogyakarta: YKII UIN Sunan Kalijaga. 2006.
Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung: PT.al-Ma'arif, 2002.

Noeng Muhajir, Metodologi pendekatan Kualitatif ,Yogyakarta:


Rake Sarasin , 1996.
Philip K.Hitti, History of The Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2005.
Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya,
Yogyakarta:Sastra,1997.
Sastrowowardoyo, Sekilas Soal Sastra Dan Budaya , Jakarta: Balai
Pustaka, 1992.
Sholikin, Muhammad.. 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi Syekh Abdul
Qadir Al-Jailan , Yogyakarta: Mutiara Media, 2009.
Suhartono, Suparlan.Filsafat
Media,2007.

Pendidikan

,Yogyakarta:

Ar-Ruzz

Sukarno, Supardi Ahmad, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam


,Bandung: Angkasa. 1990.
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan ,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media ,
2007.
Syekh Ja'far al-Barzanj bin Husin bin Abdul Karim, Maulid Syaraful
Anam ,Kudus: Mathbaah Menara Kudus, tt.
Umar Kayam , Apresiasi Kesenian Dan Kehidupan Intelektual Kita ,
Jakarta: Tifa
Umar Muhammad Al Toumy Al Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, alih
bahasa: Hasan Langgulung, Surabaya: Bulan Bintang, 1979.

W.Montgomery Watt, Muhammad Prophet and Statesmen, London:


Oxford University, 1969.
Wan Daud, Wan Mohd. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.
Naquib Al-Attas ,Bandung: Mizan Media Utama, 2003.
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, 2004.
Yundiafi, Siti Zahra , Antalogi Puisi Lama Nusantara :Berisi Nasehat
,Jakarta: Yayasan obor Indonesia ,2003 .
Zainuddin
Fananie, Telaah Sastra ,Surakarta: Muhammadiyah
Universitas Press,2000 .

Anda mungkin juga menyukai